You are on page 1of 11

DAMPAK BANJIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

MASYARAKAT PASCA BANJIR BANDANG DI KAB. SIGI

JURNAL

NURAISYAH R. RADJAB

201801075

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
DAMPAK BANJIR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
MASYARAKAT PASCA BANJIR BANDANG DI KAB. SIGI
The Relationship Of Flood Impact On Community Anxiety Level Post
Flood Flood In Rogokec Village. Kab. Sigi

Nuraisyah R. Radjab1, Dr. Tigor H.Situmorang2, Juwita Meldasari Tebisi2


1
Program Studi Ners
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK
Banjir bandang yang terjadi dengan cepat dapat menimbulkan sejumlah kerugian di ASIA,
berdasarkan data dari Thailand’s of Disaster Prevention and Mitigation (DDPM) menyatakan
pada tahun 2017 sekitar 6.000 rumah tangga terkena banjir, Di Indonesia tercatat dari awal januari
hingga agustus 2020 sebanyak 726 kejadian bencana banjir yang terjadi termasuk bencana banjir
bandang. Masalah psikologis yang dirasakan masyarakat pasca bencana banjir sangat kompleks,
seperti perasaan sedih karena kehilangan harta benda, ketakutan, kecemasan, dan kurangnya
pendapatan selama evakuasi yang bisa menimbulkan trauma. Tujuan penelitian untuk menganalisis
hubungan dampak banjir bandang terhadap tingkat kecemasan masyarakat pasca banjir bandang di
desa Rogo Kec. Dolo Selatan Kab.Sigi. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakatDesa Rogo yang berjumlah 106
responden dan sampel didapatkan sebanyak 84 respondendengan menggunakan rumus
slovin.Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil univariate didapatkan terdampak kecil
sebanyak 59 responden (70,2%), tingkat kecemasan ringan sebanyak 65 responden (77,64%).
Hasil analisis bivariate dengan uji chi squaredi peroleh nilai p - value 0,006 (p-value < 0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada Hubungan dampak banjir terhadap tingkat kecemasan
masyarakat pascabanjir bandang di Desa RogoKec. Dolo Selatan Kab. Sigi. Saran bagi masyarakat
dapat mengikuti sosialisasi mengenai bencana khususnya tentang dampak banjir dan kecemasan.

Kata Kunci: Dampak banjir, Kecemasan, Banjir Bandang.

ABSTRACT
Flash floods that occur quickly can cause a number of losses in ASIA, based on data from
Thailand's Disaster Prevention and Mitigation (DDPM) which states that in 2017 around 6,000
households were affected by flooding, in Indonesia recorded from early January to August 2020 as
many as 726 flood disasters that occurred including flash floods. The psychological problems
experienced by the community after the flood disaster are very complex, such as feelings of
sadness due to loss of property, fear, anxiety, and lack of income during an evacuation which can
cause trauma. The purpose of the study was to analyze the relationship between the impact of
banjir bandang on the level of public anxiety after the flash flood in the village of Rogo, Kec.
South Dolo, Sigi Regency. This type of quantitative research with Cross Sectional approach. The
population in this study was the people of Rogo Village, which amounted to 106 respondents and
the sample was obtained as many as 84 respondents using the slovin formula. Data analysis using
chi square test. The univariate results obtained a small impact of 59 respondents (70.2%), mild
anxiety levels were 65 respondents (77.64%). The results of the bivariate analysis with the chi
square test obtained a p-value of 0.006 (p-value <0.05). The conclusion of this study is that there
is a relationship between the impact of flooding on the level of public anxiety after the flash flood
in Rogo Village, Kec. South Dolo Kab. Sigi. Suggestions for the community to participate in
socialization about disasters, especially about the impact of floods and anxiety.

Keywords: Flood impact, Anxiety, Flash Flood.

Alamat Korespondensi :
Nuraisyah R. Radjab
Email : aisyahmyuki986@gmail.com
Program Studi Ners STIKes Widya Nusantara Palu
PENDAHULUAN

Bencana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat mengancam manusia,
karena peristiwa alam atau karena ulah manusia itu sendiri 1. Salah satunya adalah
bencana banjir bandang, banjir bandang adalah banjir yang berlangsung cepat dan
umumnya membawa material tanah berupa lumpur, batu, dan kayu. Hal ini dapat
menimbulkan korban jiwa serta merusak lingkungan dari masyarakat tersebut 2.
Di Indonesia tercatat dari awal januari hingga agustus 2020 sebanyak 726 kejadian
bencana banjir yang terjadi termasuk bencana banjir bandang, mengakibatkan lebih dari
100 jiwa meninggal, 17 jiwa hilang, serta sekitar 2,8juta masyarakat yang mengungsi 3.
Menurut data BPBD sigi tahun 2021 kejadian bencana banjir bandang sudah terjadi
sebanyak 3 kali dalam setahun di daerah desa bangga, beka, dan desa rogo. Kejadian
bencana banjir bandang ini merusak perekonomian masyarakat dimana kerusakan
tersebut adalah kerusakan tempat tinggal, infrastruktur dan kerusakan perkebunan
masyarakat4.
Faktor penyebab banjir memberikan dampak berupa fisik.psikis dan sosial bagi
para korban. Dampak fisik dapat berupa kematian, cedera, kerusakan infrastruktur dan
kerusakan lingkungan. Dampak psikologis banjir seperti kecemasan, depresi,
psikosomatis dan masalah dalam penyesuaian diri. Dampak dari peristiwa banjir bandang
ini menimbulkan perubahan sosial yang cuku besar di rasakan oleh masyarakat terutama
pada kondisi ekonomi dan psikologisnya5.
Masalah psikologis yang dirasakan masyarakat pasca bencana banjir sangat
kompleks, seperti perasaan sedih karena kehilangan harta benda, ketakutan, kecemasan,
dan kurangnya pendapatan selama evakuasi yang bisa menimbulkan trauma.Meskipun
seseorang pernah mengalami kejadian bencana yang serupa, namun respon yang
dirasakan setiap individu pasti berbeda. Ada yang masuk dalam kategori berat, ringan dan
ada juga yang tidak mengalami trauma sama sekali6.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Suniarti Sunny DKK) menunjukan bahwa
keikutsertaan dalam penelitian ini laki-laki sebanyak 27 orang atau 39,7% dan
menunjukan laki-laki mengalami tingkat kecemasan sangat besar 44%, besar 19% dan
sedang 3%. Penyebab tingginya kecemasan adalah rasa cemas yang di akibatkan dari
adanya bahaya yang mengancam dirinya dan ketakutan. Berkaitan banjir di Imogiri
menurut responden, suasana saat itu mencekam, gelap karena meluapnya air pada waktu
matahari sudah terbenam, listrik mati, air semakin malam semakin tinggi. Dan juga
karena desa Imogiri berbatasan langsung dengan sungai Celeng. Desa Imogiri terletak di
sebelah barat sungai Celeng, dari data diketahui bahwa banjir di Imogiri adalah karena
akibat meluapnya sungai Celeng yang tidak dapat menampung debit air yang melebihi
kapatisas dan terjadilah banjir bandang yang tingginya mencapai 2 meter 7.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada saat pengambilan
data awal pada tanggal 28 desember 2021 dengan 5 masyarakat yang ada didesa Rogo,
dimana salah satunya adalah bapak kepala desa rogo yang mengatakan bencana banjir
bandang terjadi pada bulan agustus 2021 di daerah dusun 1 dan dusun 2 yang disebabkan
karena turunnya hujan terjadi selama 3 hari berturut-turut yang membuat tanggul menjadi
jebol. Beberapa orang masyarakat mengatakan juga kejadian banjir ini membuat
perekonomian mereka menurun seperti sawah dan kebun terendam oleh banjir yang
menyebabkan mereka tidak bisa panen.Kejadian ini juga membuat masyarakat mengungsi
di kampung sebelah.
Bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah tersebut bukan hanya
menyebabkan kerusakan bangunan tetapi juga menimbulkan pengaruh yang besar
terhadap masyarakat desa Rogo, khususnya mengalami masalah kecemasan. Hal ini
dikarenakan masyarakat tersebut melihat dan merasakan secara langsung terjadinya banjir
bandang yang baru pertama kali terjadi di desa mereka. Sehingga Berdasarkan masalah
yang dirasakan oleh masyarakat di wilayah tersebut, maka salah satu cara untuk
menghadapi atau mengurangi dampak dari banjir bandang yang khususnya kecemasan
masyarakat yaitu dengan perlahan mengurangi rasa cemas dari masyarakat tersebut
dengan memberikan terapi suportif dan terapi relaksasi kepada masyarakat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode yang
digunakan peneliti ketika menyelidiki suatu populasi untuk menentukan hipotesis dengan
pendekatan cross sectional, analisis yang mengukur/mengamati semua variabel secara
bersamaan (sekali) menggunakan metode yang bertujuan untuk mempelajari hubungan
antara faktor penyebab variabel independen dan variabel dependen8.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Rogo, Kec. Dolo Selatan, Kab. Sigi. Pada
22 juni sampai dengan 04 juli tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
masyarakat desa rogo sebanyak 106 KK. Sample dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan rumus slovin, yang telah didapatkan dengan jumlah sample sebanyak 84
responden, pengambilan sample pada penelitian ini dengan menggunakan metode non
probability sampling dengan cara purposive sampling.9 Dilakukan dengan cara sengaja
yang diambil karena suatu pertimbangan tertentu.
Pengumpulan data serta instrument dilakukan dengan memberikan kuisioner pada
masyarakat dengan memberikan estimasi waktu untuk mengisi kuisiner yang telah
dibagiakan peneliti instrument penelitian ini menggunakan alat ukur yaitu kuesioner.
Dimana untuk kuesioner dampak banjir diadopsi dari kuesioner yang telah digunakan
sebelumnya oleh Nur Hawa Jamin terdiri dari 15 item pertanyaan, dengan penilaian ya
diberikan nilai 1, sedangkan tidak diberikan nilai 0 dengan memakai skala Guttman.
Sedangkan kuesioner tingkat kecemasan diadopsi dari kuesioner yang telah digunakan
sebelumnya oleh Muhammad Fauzan Aminullah, terdiri dari 20 item pertanyaan dengan
penilaian hampir setiap waktu diberikan nilai 4, kadang-kadang diberikan nilai 2, tidak
pernah diberikan nilai 1, menggunakan skala Zung Self Anxiety Scale (ZSAS).
Analisis univariat adalah analisis suatu distribusi frekuensi dan presentasi pada
variabel dampak banjir dan variabel tingkat kecemasan. Analisis bivariat dalam penelitian
ini menggunakan tabel 2 x 2 sehingga uji yang digunakan adalah uji chi square.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan usia,pekerjaan, jenis


kelamin, pendidikan di Desa Rogo Kec. Dolo Selatan Kab.Sigi (f=84)a
Karakteristik subjek Frekuensi (f) Presentase (%)
Umur
Dewasa awal 34 40,4
Dewasa akhir 35 41,7
Pra lansia 15 17,9
Pendidikan
SD 14 16,7
SMP 27 32,1
SMA 36 42,9
S1 7 8,3
Pekerjaan
Buruh tani 59 70,2
Guru honorer 3 3.6
Buruh Bangunan 16 19,0
Wiraswasta 6 6,0
Kepala Desa 1 1,2
a
Total sampel keseluruhan 84. Sumber : Data Primer (2022)

Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa dari 84 responden dalam penelitian ini,


responden yang memiliki frekuensi tertinggi adalah pada usia dewasa akhir berjumlah 35
responden 41,7%, pada usia di penelitian ini dikelompokkan berdasarkan pembagian
menurut Depkes RI (2009), responden yang memiliki pekerjaan yang tinggi adalah
petani berjumlah 59 responden 70,2%, responden yang memiliki pendidikan yang tinggi
adalah SMA berjumlah 36 responden 42,9%.

2. Analisis Univariat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dampak Banjir Bandang, Dan Frekuensi Tingkat


Kecemasan masyarakat Di Desa Rogo Kec Dolo Selatan Kab. Sigi
(f=84)a
Dampak banjir Frekuensi (f) Persentase (%)
Terdampak Besar 25 29,8
Terdampak Kecil 59 70,2
Tingkat kecemasan
Berat 19 22,6
Ringan 65 77,4
a
Total sampel keseluruhan 84. Sumber : Data Primer (2022)
Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan bahwa dari 84 responden dalam penelitian ini,
frekuensi tertinggi ada pada terdampak kecil dengan jumlah 59 responden 70,2%
sedangkan terdampak besar 25 responden 29,8%. Dan responden yang memiliki frekuensi
tertinggi adalah kecemasan ringan sebanyak 65 responden 77,4%, kecemasan berat
sebanyak 19 responden 22,6%.

3. Analisa Bivariat

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hubungan antara dampak banjir dengan tingkat


kecemasan masyarakat di desa Rogo Kec.Dolo Selatan Kab.Sigi
(f=84)a

Tingkat kecemasanc Total P.value

Dampak banjir bandangb Berat Ringan ƒc %d

ƒc %d ƒc %d
Terdampak besar 11 44,0 14 56,0 25 29,8 0.006
Terdampak kecil 8 13,6 51 86,4 59 70,2
Total 19 22,6 65 77,4 84 100
a
Total sampel keseluruhan 84. bDampak Banjir Bandang. c Tingkat Kecemasan. d ƒ=Frekunsi. d
%=presentase. e Uji Chi Square p<0.006. Sumber : Data Primer (2022).

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa dari 84 responden terdapat 25


responden yang terdampak besar dengan kecemasan berat sebanyak 11 responden 44,0%,
sedangkan yang terdampak besar dengan kecemasan ringan sebanyak 14 responden
56,0%. Kemudian, dari 59 responden yang terdampak kecil dengan kecemasan berat
sebanyak 8 responden 22,6%, sedangkan yang terdampak kecil dengan kecemasan ringan
sebanyak 51 responden 86,4%. Hasil analisis bivariat menggunakan uji alternatif chi
square didapatkan P-value 0,006 yang berarti memiliki nilai yang bermakna yaitu
terdapat hubungan antara dampak banjir terhadap tingkat kecemasan masyarakat pasca
banjir bandang di Desa Rogo Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi.

PEMBAHASAN

1. Dampak Banjir di Desa Rogo, Kec. Dolo Selatan, Kab.Sigi


Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak banjir pada masyarakat Desa
Rogo menggunakan lembar kuesioner diperoleh hasil dampak banjir yang terdampak
kecil sebanyak 59 Responden 70,2%, sedangkan yang terdampak besar 25 responden
29,8%.
Menurut asumsi peneliti, bahwa sistem perekonomian masyarakat yang jarak
tempat tinggalnya permukimannya sekitar 500 meter dari sungai terganggu akibat
dampak bencana banjir bandang, dengan kategori terdampak kecil. Dan dapat
disimpulkan bahwa mata pencarian dan kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa
Rogo yang jarak permukimannya sekitar 500 meter dari sungai menjadi masalah
utama seperti sumber mata air, ladang persawahan dan perkebunan akibat hempasan
banjir. Masyarakat Desa Rogo yang jarak rumahnya sekitar 500 meter dari sungai
sebagian besar masih memiliki tempat tinggal yang layak untuk ditinggali.
Asumsi peneliti ini juga sejalan dengan penelitian Reni Yunida, mata
pencaharian masyarakat merupakan pekerjaan dengan maksud memperoleh
penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam satu minggu,
dilakukan secara berturut-turut dan tidak terputus termasuk pekerja keluarga tanpa
upah yang membantu dalam usaha atau kegiatan ekonomi. Mata pencaharian
masyarakat di Kecamatan Batu Benawa ketika terjadi banjir, masyarakat beralih
profesi menjadi pedagang, beternak, dan buruh. Agar tetap mendapat penghasilan
yang membantu dalam usaha atau kegiatan ekonomi mereka10.
Menurut asumsi peneliti, bahwa kerugian material dan sistem perekonomian
masyarakat yang jarak pemukimannya sekitar 50 meter dari sungai terganggu akibat
dari dampak bencana banjir bandang, dengan kategori terdampak besar. Dapat
disimpulkan bahwa kerugian material yang dialami masyarakat desa rogo yang jarak
permukimannya sekitar 50 meter dari sungai yaitu seperti kehilangan harta benda,
dan tempat tinggal, sehingga masyarakat yang terdampak besar harus mengungsi
atau mencari tempat tinggal sementara. Masyarakat desa rogo yang jarak rumahnya
sekitar 50 meter dari sungai sebagian besar tidak memiliki tempat tinggal yang layak
untuk ditinggali.
Asumsi peneliti ini sejalan dengan penelitian Seno Adi, dampak ekonomi
dari bencana banjir bandang adalah menimbulkan kerusakan dan kehilangan harta
benda sangat tinggi secara massif dan cepat, terutama terhadap bangunan rumah
tinggal (hilang karena hanyut dan rusak), infrastruktur seperti jembatan dan jalan
yang memerlukan biaya besar untuk rehabilitasinya, dan juga kehilangan mata
pencaharian dalam jangka yang cukup lama menyebabkan kelumpuhan ekonomi
masyarakat yang terkena banjir bandang tersebut11.

2. Kecemasan masyarakat pasca bencana banjir bandang di Desa Rogo, Kec. Dolo
Selatan, Kab.Sigi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan masyarakat Desa
Rogo menggunakan lembar kuesioner diperoleh hasil tingkat kecemasan masyarakat,
yaitu kecemasan berat sebanyak 18 responden 22,6%, kecemasan ringan sebanyak
65 responden 77,4%.
Menurut asumsi peneliti, responden yang memiliki tingkat kecemasan ringan
dipengaruhi oleh pendidikan, dikarenakan pendidikan sangat berpengaruh terhadap
tingkat kecemasan seseorang, yang mana semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin rendah tingkat kecemasannya. Karena mereka yang memiliki pendidikan
yang tinggi sudah cukup mampu merubah pola pikir dan mengelola emosi atau
perasaan tidak menyenangkan ketika menyikapi suatu masalah.
Asumsi peneliti ini juga didukung oleh penelitian Nur Intan Hayati Husnul
Khotimah bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi
kecemasan karena merupakan sumber kopping untuk mengatasi stressor karena
berpengaruh terhadap proses berfikir yang mana semakin tinggi level pendidikan
maka semakin rasional dan mampu mengangkat serta menguraikan masalah dengan
informasi yang baru12.
Peneliti juga berasumsi, responden yang memiliki tingkat kecemasan berat
juga dipengaruhi oleh pendidikan, dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang maka semakin berat kecemasan yang dirasakan. Karena kurangnya ilmu
atau pengetahuan yang dimiliki sehingga menyebabkan pola berpikir seseorang
belum mampu untuk menghadapi suatu masalah atau bencana yang dirasakan dan
masih ada perasaan was-was dan gelisahsehingga tingkat kecemasan yang dirasakan
masih cukup tinggi.
Asumsi peneliti ini juga sejalan dengan teori Pawwatte et al bahwa status
pendidikan yang rendah rentan sekali mengalami kecemasan dibandingkan dengan
pendidikan yang tinggi. juga menyebutkan bahwa tingkat pendidikan seseorang
dapat meredam dampak bencana dan meningkatkan pemulihan dengan mengakses
sumber daya yang relevan13.
Peneliti juga berasumsi bahwa lingkungan atau situasi dimana masyarakat
tidak aman dan nyaman karena harus tinggal dilingkungan yang dianggap memiliki
nilai kerentanan terhadap ancaman bencana maupun bahaya dari luar. Karena dapat
mempengaruhi kecemasan masyarakat dimana lingkungan atau situasi yang dihadapi
menuntut individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan tersebut.
Kemudian masyarakat juga akan selalu mengkhawatirkan banyak hal dalam
kehidupan sehari-hari, seperti rasa tidak aman terhadap lingkungan tempat tinggal
saat ini, masalah keluarga, pekerjaan dan adanya ancaman dari luar seperti isu banjir
susulan dan masalah lain yang difikirkan secara berlebihan dan sulit untuk
dikendalikan yang akan membuat masyarakat merasa cemas, takut dan ragu-ragu
untuk mengambil keputusan karena takut salah.
Asumsi peneliti ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh stuart
bahwa individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan lebih mudah
mengalami stress, karena banyak tuntutan dari lingkungan tersebut agar individu
dapat beradaptasi14.

3. Hubungan dampak banjir terhadap tingkat kecemasan masyarakat pasca


bencana banjir bandang di Desa Rogo, Kec.Dolo Selatan, Kab.Sigi
Berdasarkan hasil uji chi square diketahui bahwa p-value sebesar 0.006 p-
value < 0,05 yang artinya secara statistik terdapat hubungan antara dampak banjir
terhadap tingkat kecemasan masyarakat pasca banjir bandang di Desa Rogo,
Kec.Dolo Selatan, Kab.Sigi. Menurut hasil penelitian bahwa dari 84 responden
terdapat 25 responden yang terdampak besar dengan kecemasan berat sebanyak 11
responden 44,0%, sedangkan yang terdampak besar dengan kecemasan ringan
sebanyak 14 responden 56,0%. Kemudian, dari 59 responden yang terdampak kecil
dengan kecemasan berat sebanyak 8 responden 22,6%, sedangkan yang terdampak
kecil dengan kecemasan ringan sebanyak 51 responden 86,4%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang terdampak kecil dengan
tingkat kecemasan ringan sebanyak 51 responden 86,4%. Menurut asumsi peneliti,
pada kategori terdampak kecil dengan kecemasan ringan,hal ini menunjukan bahwa
masyarakat masih mampu berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Kemudian juga masyarakat sudah cukup mampu untuk
mengelola emosi atau perasaan tidak menyenangkan ketika menghadapi masalah.
Kecemasan ringan ini juga biasanya berhubungan dengan ketegangan yang dialami
sehari-hari. masyarakat yang terdampak kecil dengan kecemasan ringan berarti tidak
sampai memakan korban jiwa dan kehilangan harta benda sehingga masyarakat
masih bisa berfikir dalam menyelesaikan suatu masalah dan bertindak melindungi
diri sendiri maupun keluarga dan juga masih cukup mampu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang terdampak besar dengan
tingkat kecemasan ringan sebanyak 14 responden 56,0%. Menurut asumsi peneliti,
pada kategori yang terdampak besar dengan memiliki kecemasan ringan menunjukan
bahwa masyarakat sudah cukup bisa untuk menerima apa yang terjadi dan sudah
cukup mampu untuk mengelola perasaan merekadan juga adanya dorongan dan
support dari keluarga maupun orang-orang terdekat, walaupun sudah kehilangan
harta benda, kerusakan rumah dan mata pencaharian.
Asumsi peneliti juga sejalan dengan penelitian Ayu Oktavia Sari yang
menyatakan bahwa kecemasan ringan muncul akibat perasaan gelisah atau gugup,
cemas atau rasa khawatir yang berlebihan ketika melihat kejadian bencana banjir
sehingga tidak dapat terkendali. Hal tersebut diakibatkan dari lingkungan atau daerah
sekitar yang ada di wilayah memiliki potensi banjir dan bisa berpengaruh pada cara
berfikir dan merubah cara pandang untuk menyelesaikan situasi bencana. Salah satu
faktor korban mengalami kecemasan yaitu kejadian pengalaman masalalu
mempengaruhi korban dalam menghadapi stressor yang sama15.
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang terdampak besar dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 11 responden 44,0%. Menurut asumsi peneliti,
pada kategori yang terdampak besar dengan memiliki kecemasan berat dikarenakan
masyarakat masih merasakan trauma yang berlebihan dikarenakan hilangnya harta
benda dan tempat tinggal mereka sehingga menyebabkan proses berfikirdalam
menghadapi masalah masih belum bisa dikendalikan.
Asumsi peneliti juga sejalan dengan penelitian Diliana, bahwa kecemasan
terjadi karena warga merasa tidak nyaman dengan kondisi yang sedang dialaminya.
Dimana pada fase ini manusia mengalami fase aktif dalam melakukan hal seperti
bekerja, mencari nafkah untuk keluarga. Kegiatan mereka terhalang oleh adanya
bencana karena mereka merasa tuntutan-tuntutan hidup yang semakin berat 16.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa bencana banjir berdampak pada masyarakat desa Rogo
itu sendiri ada sebagian besar memiliki dampak banjir yang kecil dan ada sebagian
masyarakat terkena dampak banjir yang besar, dimana masyarakat Desa Rogo Kec Dolo
Kab. Sigi ini juga sebagian besar memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Dan telah
didapatkan bahwa terjadinya bencana banjir di Desa Rogo Kab. Sigi ini bahwa Ada
hubungan yang bermakna dengan tingkat kecemasan masyarakat dari dampak banjir
terhadap masyarakat dan didapatkan hasil analisis dengan menggunakan uji alternatif chi
square didapatkan P-value 0,006 yang berarti memiliki nilai yang bermakna yaitu
terdapat hubungan antara dampak banjir terhadap tingkat kecemasan masyarakat pasca
banjir bandang di Desa Rogo Kec. Dolo Selatan Kab. Sigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afrian, R. Kajian Mitigasi Terhadap Penyebab Bencana Banjir di Desa


Sidodadi Kota Langsa. J. Georafflesia5, 165–169 (2020).
2. Adi, S. Characterization of Flash Flood Disaster in Indonesia (Karakterisasi
Bencana Banjir Bandang di Indonesia). J. Sains dan Teknol. Indones.15,
42–51 (2013).

3. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Bencana Alam Banjir di


Indonesia Tahun 2020 [internet]. 2020 [cited 2021 Mar 27]. Available
from:https//:bnpb.go.id.

4. BPBD rencana penanggulangan kedaruratan bencana kabupaten sigi rovinsi


sulawesi tengah 2020.

5. Surwaningsih, Muhafilah, I. & Herawati, T. M. Perubahan Kondisi


Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Ptsd ( Post Traumatic Stress
Disorder ). J. Ilmu Kesehat.11, 1–11 (2019).

6. Rahman, S. et al. Pemberian Manajemen Stres Paska Banjir. 3, 45–55


(2021).

7. Sunny, S. & Setyowati, S. Terpaan Banjir Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Masyarakat Korban Bencana. J. Keperawatan Jiwa8, 577
(2020).

8. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D


Bandung:Alfabeta;2017.

9. Prof. Dr.Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta;


2019.346 P.

10. Reni Yunida, Rosalina Kumalawati, 2017, Dampak Bencana Banjir


Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batu Benawa
Kab. Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

11. Seno Adi, 2013, Karakterisasi Bencana Banjir Bandang Di Indonesia.

12. Nur Intan Hayati Husnul Khotimah, Tapas Acuppresure Technique (TAT)
20 Menit Perhari Dapat Mneurunkan Tingkat Kecemasan Korban Pasca
Bencana BAnjir, 2020.

13. Pawwate et al, Gambaran tingkat kecemasan pada korban banjir bandang,
2018.
14. Stuart dan Sundeen dalam Trisnaning. 2012. Teori Predisposisi dan Teori
Prespitasi Kecemasan. Jakarta. Muha Medika.

15. Ayu Oktavia Sari,2021, Status Mental Korban Pasca Bencana Banjir.

16. Diliana,2016, Gambaran tingkat kecemasan pasca banjir rob di Desa


Krapyak Kecamatan Pekalongan.

You might also like