Professional Documents
Culture Documents
1
Yunus Aris Wibowo, 1Ratih Puspita Dewi, 2Lintang Ronggowulan, 1Rhizki Yulia Anjarsari,
1
Yunita Miftakhunisa
1
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta
Email: 1yunus.a.wibowo@ums.ac.id
165
Wibowo, dkk - Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung ...
Puting beliung kebanyakan terjadi pada wilayah Wibowo et al., 2019). Upaya tersebut dapat
beriklim tropis. Kabupaten Boyolali terletak dilakukan dengan meningkatkan kapasitas baik
di Jawa Tengah yang beriklim tropis dengan secara struktural maupun non struktural dan
kelembaban udara di atas 75% dan suhu udara melindungi kelompok rentan tidak hanya pada
yang relatif tinggi karena pengaruh posisi dan saat bencana melanda tetapi juga pemulihan
penyinaran matahari. Hal itu menyebabkan pasca bencana (Pertiwi et al., 2020; Undang-
wilayah Kabupaten Boyolali rawan terhadap undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
angin puting beliung selain karena pengaruh 2007 tentang Penanggulangan Bencana, 2007).
pergerakan angin muson (monsun) barat dan Salah satu upaya yang harus secara menyeluruh
timur. dilakukan adalah peningkatan kapasitas
Angin puting beliung sebenarnya bersifat masyarakat melalui peningkatan pengetahuan
lokal ditinjau dari lokasi kejadian dan dampak tentang mitigasi bencana (Iizuka, 2020; Mutasa
yang ditimbulkan. Namun demikian, kejadian & Munsaka, 2019; Proulx & Aboud, 2019).
tersebut telah menimbulkan banyak kerugian Desa Munggur, Kecamatan Andong
baik secara material maupun non material merupakan salah satu desa di Kabupaten
(Diaz & Joseph, 2019; Lim et al., 2017). Kejadian Boyolali yang sering dilanda bencana puting
bencana puting beliung merupakan kejadian beliung ditinjau dari kondisi lingkungan serta
yang paling sering melanda Kabupaten Boyolali pengetahuan masyarakatnya (Gambar 2).
dalam rentang Tahun 1980-2020 (Gambar 1). Kondisi topografi, vegetasi dan penggunaan
Gambar 1 menunjukkan banyaknya kejadian lahan Desa Munggur yang relatif bervariasi
bencana puting beliung yang melanda Kabupaten berpotensi memicu peningkatan suhu yang
Boyolali dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. dapat menyebabkan tumbuhnya angin puting
Kejadian bencana khususnya bencana alam akan beliung. Peningkatan jumlah penduduk dan
sulit atau bahkan mustahil untuk dihilangkan. kepadatan permukiman mengakibatkan menjadi
Dalam konteks penanggulangan bencana, baik lebih berisiko terdampak bencana (Strader et
bencana alam maupun non alam memiliki unsur al., 2018)residential built-environment data
ketidakpastian (uncertainty), sehingga hal yang for the Central Plains (regional. Oleh karena
paling mungkin dilakukan adalah mengurangi itu, peningkatan kapasitas masyarakat Desa
potensi kerugian jika bencana melanda (Der Munggur perlu dilakukan untuk mengantisipasi
Sarkissian et al., 2019; Diaz & Joseph, 2019; apabila kejadian terburuk melanda.
Gambar 1. Kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Boyolali dari Tahun 1980-2020 (BNPB,
2017)
diskusi tersebut, maka disepakati menggunakan Peserta FGD adalah Kepala Desa Munggur,
metode focus group discussion (FGD. sebagian perangkat desa, perwakilan karang
FGD disepakati dan dipilih karena dalam taruna, perwakilan PKK, ketua Rukun Tetangga
forum tersebut relatif efektif untuk transfer (RT) / Rukun Warga (RW) dan masyarakat Desa
informasi dan pengetahuan, selain itu tujuan Munggur secara umum. Waktu pelaksanaan
diskusi dapat lebih terarah dan tepat sasaran. disepakati bersama agar peserta dapat hadir,
Sarana dan prasarana yang digunakan meliputi sehingga pelaksanaan FGD berjalan optimal.
aula/pendapa, kursi, meja, seperangkat Waktu pelaksanaan edukasi disepakati Pukul
soundsystem, proyektor, layar proyektor dan 09.00 WIB. Jam tersebut merupakan kesepakatan
laptop. Aula/pendapa, kursi, meja, seperangkat bersama, sehingga tidak memberatkan
soundsystem disiapkan oleh Kepala Desa masyarakat.
Munggur, sedangkan proyektor, layar proyektor FGD dimulai dengan pemaparan materi
dan laptop disiapkan tim narasumber. Bahan ilmiah untuk meningkatkan pemahaman
yang digunakan dalam kegiatan edukasi masyarakat secara ilmiah (scientific knowledge),
disiapkan oleh tim narasumber. Bahan tersebut kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi
berupa slide presentasi tentang bencana angin (tanya jawab) (Murti & Mathez-Stiefel, 2019).
puting beliung yang disusun berdasarkan Dalam sesi tanya jawab, masyarakat diberikan
sumber-sumber ilmiah baku. Bahan tersebut rangsangan (stimulus) untuk memberikan
disiapkan dan digandakan sejumlah peserta umpan balik tentang pengetahuan angin
yang hadir. puting beliung berdasarkan pengetahuan local
Gambar 3.lokasi pelaksanaan kegiatan edukasi untuk penguatan literasi mitigasi bencana angin
puting beliung (Sumber: BIG, 2017)
Gambar 4. Diagram Alir Pelaksanaan Edukasi untuk Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Angin
Puting Beliung untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Munggur, Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah
melainkan membutuhkan kesadaran dan kerja Materi dalam diskusi meliputi pengetahuan
sama dengan masyarakat sebagai subyek utama dasar kebencanaan, proses terjadinya angin,
dalam pengurangan risiko bencana (Fisher et proses terjadinya angin puting beliung, dampak
al., 2019). Fakta tersebut diperoleh dari hasil angin puting beliung serta mitigasi bencana
overview dan wawancara singkat dengan kepala angin puting beliung, kemudian dilanjutkan
desa dan ketua Rukun Tetangga (RT) di Desa tanya jawab tentang pemahaman masyarakat
Munggur yang dilaksanakan 26 Januari 2020. Desa Munggur tentang angin puting beliung
Dalam manajemen kebencanaan, fokus berdasarkan pengetahuan lokal (local
kegiatan dilaksanakan sebelum kejadian, pada knowledge) serta kearifan lokal (local wisdom).
saat kejadian dan pasca kejadian. Salah satu Pelaksanaan kegiatan edukasi di Desa Munggur
variabel penting dalam manajemen bencana merupakan Langkah awal dalam pengurangan
adalah peningkatan kapasitas masyarakat risiko bencana, sehingga hanya sampai tahap
yang tinggal di kawasan rawan bencana (Lee & penyampaian materi secara teoritis yang
Chen, 2019; Mutasa & Munsaka, 2019). Namun dipadukan dengan pengalaman empiris
demikian, berdasarkan penuturan Kepala Desa masyarakat. Kegiatan tersebut belum mencapai
Munggur, upaya peningkatan pengetahuan tahap simulasi atau pelatihan penanggulangan
tentang mitigasi bencana puting beliung di Desa bencana.
Munggur belum pernah dilakukan, baik oleh
Pelaksanaan Edukasi sebagai Penguatan
pemerintah melalui instansi terkait maupun
Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting
organisasi sosial kemasyarakatan.
Beliung untuk Peningkatan Kapasitas
Penentuan materi bencana dan metode Masyarakat
penguatan literasi dilakukan melalui diskusi
Edukasi melalui FGD sebagai Penguatan
dengan Kepala Desa dan tokoh masyarakat
Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung
Desa Munggur yang diwakili oleh ketua RT.
Untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa
Hal itu dilakukan agar kegiatan yang akan
Munggur dilaksanakan pada Hari Sabtu, 15
dilakukan benar-benar sesuai dengan kondisi
Februari 2020 di Balai Pertemuan Program
dan kebutuhan masyarakat. Hasil diskusi
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Munggur
tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan tersebut
masyarakat akan pengetahuan mitigasi bencana
dihadiri oleh Kepala Desa, tokoh masyarakat
yang paling mendesak adalah mitigasi bencana
dan 50 orang masyarakat Desa Munggur dari
puting beliung. Bencana angin puting beliung
berbagai latar belakang tingkat pendidikan,
hampir setiap tahun melanda Desa Munggur dan
pekerjaan maupun kondisi sosial ekonomi.
menimbulkan kerugian, yaitu kerusakan lahan
Latar belakang masyarakat peserta diskusi yang
pertanian serta bangunan.
beranekaragam tersebut merupakan salah satu
Pemerintah Desa Munggur sebenarnya hal positif karena proses transfer informasi dan
sudah memiliki gagasan untuk melaksanakan pengetahuan menjadi lebih optimal.
program peningkatan pengetahuan tentang
FGD dimulai dengan pemaparan materi
bencana angin puting beliung untuk masyarakat.
tentang angin puting beliung, dimulai dari
Akan tetapi, belum adanya mitra atau
proses terbentuknya hingga bentuk-bentuk
narasumber untuk melaksanakan kegiatan
mitigasinya. Pemaparan materi berlangsung
menjadi kendala bagi pemerintah desa. Hal
selama 60 menit dan dilanjutkan tanya jawab
tersebut gayung bersambut dengan salah satu
selama 45 menit. Selama sesi pemaparan
tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian
materi, peserta diskusi menyimak materi yang
kepada masyarakat. Akhirnya, diskusi dengan
disampaikan, materi tersebut merupakan materi
Kepala Desa dan beberapa tokoh masyarakat
yang disusun berdasarkan teori-teori ilmiah dari
Desa Munggur menghasilkan kesepakatan,
sumber-sumber primer baku. Oleh karena itu,
bahwa sebagai langkah awal dalam peningkatan
penyampaian materi dibuat lebih sederhana
kapasitas masyarakat Desa Munggur terhadap
agar dapat diterima dan dipahami masyarakat
bencana angin puting beliung adalah edukasi
dengan baik. Pemberian materi ilmiah sangat
melalui FGD.
penting dilakukan untuk meningkatkan literasi
Gambar 5 Proses pemaparan materi berlangsung sangat kondusif dan berjalan dengan sangat
menarik (Sumber: Dokumentasi lapangan, Februari 2020)
masyarakat tentang angin puting beliung secara secara detil. Materi yang diberikan adalah
ilmiah. Proses pemaparan materi berlangsung ciri-ciri tumbuhnya angin puting beliung yang
sangat kondusif dan berjalan dengan sangat ditandai oleh udara panas atau terasa gerah,
menarik karena peserta sangat antusias untuk adanya pertumbuhan awan Cumulus (Cu) (awan
menyimak (Gambar 5). putih yang bergerombol yang berlapis-lapis),
Tahap selanjutnya adalah tanya jawab, terbentuknya kolom menyerupai bunga kol
dalam tahap ini ada beberapa pertanyaan dan awan Cumulus tiba-tiba berubah warna
mendasar masyarakat tentang materi yang dari warna putih menjadi warna hitam pekat
disampaikan. Pertanyaan tersebut sesuai (awan Cb). Tahap-tahap tumbuhnya angin
dengan yang diharapkan, yaitu mengarah pada puting beliung secara detil tersebut yang harus
istilah-istilah ilmiah yang baru diperoleh dalam diketahui oleh masyarakat agar dapat segera
sesi pemaparan materi. Melalui pertanyaan- menyelamatkan diri.
pertanyaan tersebut masyarakat diminta Selain materi ciri-ciri terbentuknya angin
menyebutkan istilah-istilah lokal dari istilah- puting beliung, beberapa hal lain yang wajib
istilah ilmiah yang sebelumnya ditanyakan. disampaikan kepada masyarakat Desa Munggur
Sebagai contoh, istilah angin puting beliung adalah angin puting beliung tidak mempunyai
meskipun sudah secara luas digunakan di periode ulang yang pasti, tidak ada angin puting
Indonesia, namun masyarakat di Desa Munggur beliung susulan, bersifat lokal dengan area
lebih terbiasa menyebutnya dengan istilah angin terdampak radius 5-10 km2, hanya terjadi pada
lesus, angin puyuh atau cleret tahun. Lebih siang hingga sore hari, durasi kejadian sangat
lanjut, hampir semua masyarakat sudah mampu singkat 5-15 menit. Pengetahuan-pengetahuan
mengidentifikasi waktu kejadian, sebagaimana tersebut dilengkapi dengan pengetahuan
dicontohkan oleh para leluhurnya atau yang tanggap darurat pada saat angin puting beliung
biasa disebut ilmu titen (kejelian orang jawa terjadi.
dalam menganalisa kejadian yang berulang). Pengetahuan tanggap darurat bencana
Berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat angin puting beliung meliputi membawa masuk
Desa Munggur yang diwariskan secara turun barang-barang berharga ke dalam rumah,
menurun, angin puting beliung akan terjadi menutup jendela dan pintu, mematikan semua
ketika pergantian musim (pancaroba). aliran listrik dan peralatan elektronik, jika
Hal itu sesuai dengan teori-teori ilmiah yang disertai hujan dan terasa petir akan menyambar,
disampaikan pada sesi sebelumnya. Lebih lanjut segera membungkuk, duduk kemudian peluk
materi yang sangat penting bagi masyarakat lutut ke dada, hindari tiarap di atas tanah
Desa Munggur adalah detil tentang tanda- terbuka, jika berada di lahan terbuka tiarap di
tanda mulai tumbuhnya angin puting beliung. selokan atau cekungan, menghindari bangunan
Masyarakat Desa Munggur belum mengetahui yang tinggi, tiang listrik, papan reklame,
ciri-ciri tumbuhnya angin puting beliung belum ancaman puting beliung biasanya berlangsung
5-15 menit, sehingga jangan terburu-buru keluar wilayah Suku Baduy. Kegiatan yang dilakukan
dari tempat perlindungan yang aman jika angin oleh Pahleviannur (2019) tidak disertai tahap
kencang belum benar-benar reda. Pengetahuan- evaluasi kuantitatif, sedangkan kegiatan yang
pengetahuan tambahan secara ilmiah sangat dilakukan oleh Permana et al., (2013) dilakukan
diperlukan untuk meningkatkan kapasitas evaluasi secara kuantitatif. Sama halnya seperti
masyarakat. yang dilakukan oleh Supriyono et al., (2018),
Materi terakhir yang disampaikan adalah yaitu sosialisasi potensi bencana dan dilengkapi
mitigasi bencana angin puting beliung. Mitigasi dengan evaluasi secara kuantitatif berupa
tersebut merupakan tanggung jawab bersama pembagian kuesioner.
masyarakat dan pemerintah. Beberapa bentuk Edukasi untuk penguatan literasi mitigasi
mitigasi yang direkomendasikan untuk Desa bencana angin puting beliung di Desa Munggur
Munggur adalah mitigasi secara struktural dan memiliki kemiripan metode tetapi dengan
non struktural (Tabel 1). Kedua bentuk mitigasi penciri yang berbeda dengan beberapa kegiatan
tersebut dapat terlaksana dengan adanya sinergi tersebut. Kesamaan terletak pada penggunaan
antara pemerintah dan masyarakat. metode ceramah dan FGD (Pahleviannur, 2019;
Edukasi dengan pemaparan materi Permana et al., 2013; Supriyono et al., 2018),
untuk mitigasi bencana juga dilakukan oleh sasaran masyarakat secara umum (Supriyono et
Pahleviannur (2019), namun tema dan al., 2018) dan tidak melakukan evaluasi secara
sasarannya berbeda. Tema pada edukasi tersebut kuantitatif atau hanya melakukan penilaian
adalah bencana tanah longsor dengan sasaran secara kualitatif berdasarkan keaktifan
siswa sekolah dasar (SD) di sebagian wilayah masyarakat peserta edukasi (Pahleviannur,
Selo, Kabupaten Boyolali. Sosialisasi mitigasi 2019). Lebih lanjut, penciri yang membedakan
bencana yang cukup berbeda dilakukan oleh dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya adalah
Permana et al., (2013). Kegiatan tersebut menjadi integrasi antara pengetahuan ilmiah (scientific
menarik karena dilakukan dengan sasaran knowledge) dan pengetahuan lokal (local
siswa SD dan sekolah menengah di perbatasan knowledge) yang diperoleh secara turun
Tabel 1. Bentuk-bentuk mitigasi bencana angin puting beliung yang direkomendasikan di Desa
Munggur
No. Bentuk mitigasi Pelaksana
1. Membuat struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk Masyarakat
mampu bertahan terhadap gaya angin
2. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada Pemerintah
daerah yang terlindung dari serangan angin
3. Pengamanan barang-barang di sekitar rumah agar terikat Masyarakat
dibangun secara kuat sehingga tidak diterbangkan angin
4. Menyusun peta rawan bencana puting beliung berdasarkan data Pemerintah
historis
5. Sosialisasi mengenai puting beliung agar masyarakat memahami Pemerintah
dan mengenal puting beliung, baik definisi, gejala awal,
karakteristik, bahaya, dan mitigasinya
6. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin Pemerintah dan masyarakat
7. Pembuatan bangunan umum yang cukup luas yang dapat Pemerintah
digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi orang
maupun barang saat terjadi angin puting beliung
8. Pembuatan jalur evakuasi Pemerintah dan masyarakat
9. Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin puting beliung khususnya Pemerintah dan masyarakat
tentang bagaimana cara penyelamatan diri
menurun yang menjadi bentuk kearifan lokal Tabel 2 menunjukkan klasifikasi informasi
(local wisdom) masyarakat. atau pengetahuan ilmiah yang disampaikan dan
Pemaparan teori ilmiah tentang angin capaiannya dalam kegiatan edukasi. Dalam FGD
puting beliung bukan untuk “menyalahkan” terungkap fakta bahwa pengetahuan tentang
bahkan “menghilangkan” kearifan lokal (local bencana angin putting beliung yang dimiliki oleh
wisdom) masyarakat Desa Munggur, tetapi untuk masyarakat Desa Munggur masih sangat terbatas.
digunakan sebagai dasar dalam memperkuat Ada beberapa pengetahuan yang sudah diketahui
pengetahuan lokal (local knowledge). Melalui secara turun temurun dan sesuai dengan kaidah-
FGD tersebut, masyarakat mendapatkan kaidah ilmiah, namun ada juga yang sama sekali
informasi tentang padanan istilah tentang belum diketahui. Peningkatan pengetahuan
bencana angin puting beliung dalam teori ilmiah dan pemantapan pengetahuan lokal
ilmiah dan pengetahuan lokal. FGD tersebut terintegrasi dalam kegiatan tersebut, sehingga
sangat bermanfaat karena mensinergikan antara potensi kerugian di masyarakat sebagai
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) kelompok rentan dapat diminimalisasi.
dan pengetahuan lokal (local knowledge). Masyarakat merupakan salah satu
Terbentuknya sinergi tersebut akan membuat kelompok rentan (element at risk) baik ditinjau
masyarakat Desa Munggur semakin mantab dari sisi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan
terhadap pengetahuan lokal (local knowledge) maupun kondisi ekonomi, sehingga diperlukan
yang mereka miliki karena telah didukung upaya peningkatan kapasitas untuk menurunkan
teori-teori ilmiah. Dari sisi ilmu pengetahuan, tingkat kerentanannya. Menurunnya tingkat
informasi tentang istilah-istilah lokal tersebut kerentanan masyarakat juga berperan
mampu menambah khasanah keilmuan sesuai mengurangi risiko bencana angin puting beliung
bidang kajian dan dapat dijadikan salah satu di Desa Munggur. Keberhasilan pelaksanaan
dasar dalam integrasi pengetahuan ilmiah dan kegiatan dapat dilihat dari respon dan umpan
pengetahuan lokal/kearifan lokal dalam mitigasi balik dari warga setelah diskusi dilaksanakan.
bencana. Diharapkan metode tersebut dapat Hal itu mengindikasikan bahwa edukasi melalui
digunakan juga di wilayah lain khususnya yang FGD yang dilakukan memberikan kesan yang baik
termasuk dalam Kawasan rawan bencana. sesuai dengan konsep pembelajaran bermakna,
sehingga akan diingat baik secara pelaksanaan
Capaian pelaksanaan Edukasi untuk maupun substansi teori untuk meningkatkan
Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Angin pengetahuan.
Puting Beliung Untuk Peningkatan Kapasitas
Pengetahuan masyarakat tentang
Masyarakat
bencana angin puting beliung meningkat
Pelaksanaan edukasi sebagai Penguatan dibuktikan dengan jawaban-jawaban yang
Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung diberikan masyarakat pada sesi konfirmasi
untuk Peningkatan Kapasitas Masyarakat hasil pemaparan materi. Meskipun baru
Desa Munggur berjalan dengan sangat baik dinilai secara kualitatif tetapi hal itu dapat
dan mendapatkan respon positif, baik dari dipertanggungjawabkan karena semua peserta
masyarakat, pemerintah desa serta tokoh FGD aktif dalam berinteraksi membahas materi
masyarakat Desa Munggur. Selain itu, kegiatan yang disajikan dalam diskusi. Selanjutnya,
tersebut mampu memenuhi tujuan atau target masyarakat dan pemerintah Desa Munggur
awal kegiatan, yaitu menguatkan literasi menghendaki pelaksanaan kegiatan lanjutan
masyarakat tentang bencana angin puting berupa simulasi tanggap darurat bencana angin
beliung. Literasi tentang bencana angin puting puting beliung. Hal itu, sangat positif karena
beliung meliputi proses terbentuknya angin simulasi bencana merupakan tahap lanjutan
puting beliung, waktu terbentuknya, dampak setelah edukasi. Pengetahuan yang diperoleh
serta bentuk-bentuk mitigasinya (Tabel 2). Hal dalam proses edukasi dapat dipraktekkan dalam
itu secara langsung berperan meningkatkan simulasi dan diterapkan jika kondisi terburuk
kapasitas masyarakat dalam menghadapi melanda.
bencana angin puting beliung.
Gambar 6 Kerjasama unsur pemerintah desa, masyarakat dan akademisi pelaksanaan edukasi di Desa
Munggur (Sumber: Dokumentasi lapangan, Februari 2020)
Warta LPM, Vol. 23, No. 2, September 2020 175
Wibowo, dkk - Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung ...
DAFTAR PUSTAKA
Amaratunga, D., Malalgoda, C., Haigh, R., Panda, A., & Rahayu, H. (2018). Sound Practices of Disaster
Risk Reduction at Local Level. Procedia Engineering, 212(2017), 1163–1170. https://doi.
org/10.1016/j.proeng.2018.01.150
BIG. (2017). Tanahair Indonesia. http://tanahair.indonesia.go.id/portal-web/download/perwilayah
BNPB. (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana (p. 62). BNPB.
BNPB. (2017). Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI). http://bnpb.cloud/dibi/tabel1a
Murti, R., & Mathez-Stiefel, S. lan. (2019). Social learning approaches for ecosystem-based disaster
risk reduction. International Journal of Disaster Risk Reduction, 33, 433–440. https://doi.
org/10.1016/j.ijdrr.2018.09.018
Mutasa, S., & Munsaka, E. (2019). Botswana and international policies on the inclusion of disaster risk
reduction in the school curriculum: Exploring the missing link. International Journal of Disaster
Risk Reduction, 40(August), 101271. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101271
news. okezone.com. (2019). Puting Beliung Terjang Boyolali Rumah Warga Rusak Tertimpa Pohon.
https://news.okezone.com/read/2019/12/26/512/2146140/puting-beliung-terjang-boyolali-
rumah-warga-rusak-tertimpa-pohon
news.okezone.com. (2019). Belasan Rumah Warga Boyolali Rusak Diterjang Puting Beliung. https://
news.okezone.com/read/2019/11/21/512/2132953/belasan-rumah-warga-boyolali-rusak-
diterjang-puting-beliung
Pahleviannur, M. R. (2019). Edukasi Sadar Bencana Melalui Sosialisasi Kebencanaan Sebagai Upaya
Peningkatan Pengetahuan Siswa Terhadap Mitigasi Bencana. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
29(1), 49–55. https://doi.org/10.23917/jpis.v29i1.8203
Permana, R. C. E., Nasution, I. P., Nugroho, Y. A., & Putra, H. (2013). Sosialisasi Kearifan Lokal Masyarakat
Baduy Dalam Mitigasi Bencana di Perbatasan Wilayah Baduy. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya,
4(1), 27–41. http://paradigma.ui.ac.id/index.php/paradigma/issue/view/14
Pertiwi, P., Llewellyn, G., & Villeneuve, M. (2020). Disability representation in Indonesian disaster risk
reduction regulatory frameworks. International Journal of Disaster Risk Reduction, 45, 101454.
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101454
Proulx, K., & Aboud, F. (2019). Disaster risk reduction in early childhood education: Effects on preschool
quality and child outcomes. International Journal of Educational Development, 66(October 2017),
1–7. https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2019.01.007
Refan, M., Romanic, D., Parvu, D., & Michel, G. (2020). Tornado loss model of Oklahoma and Kansas,
United States, based on the historical tornado data and Monte Carlo simulation. International
Journal of Disaster Risk Reduction, 43, 101369. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101369
Spialek, M. L., Czlapinski, H. M., & Houston, J. B. (2016). Disaster communication ecology and community
resilience perceptions following the 2013 central Illinois tornadoes. International Journal of
Disaster Risk Reduction, 17, 154–160. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2016.04.006
Stokoe, R. M. (2016). Putting people at the centre of tornado warnings: How perception analysis
can cut fatalities. International Journal of Disaster Risk Reduction, 17, 137–153. https://doi.
org/10.1016/j.ijdrr.2016.04.004
Strader, S. M., Ashley, W. S., Pingel, T. J., & Krmenec, A. J. (2018). How land use alters the tornado
disaster landscape. Applied Geography, 94(March 2017), 18–29. https://doi.org/10.1016/j.
apgeog.2018.03.005
Supriyono, S., Guntar, D., Edwar, E., Zairin, Z., & Sugandi, W. (2018). Sosialisasi Potensi Bencana dan
Sistem Informasi Geografi (SIG) Kebencanaan di Kabupaten Seluma. Jurnal Bagimu Negeri, 2(1),
59–68. https://doi.org/10.26638/jbn.552.8651
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. (2007).
https://doi.org/10.23943/9781400889877
UNISDR. (2009). UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction. United Nations.
Wamsler, C., & Johannessen, A. (2020). Meeting at the crossroads? Developing national strategies for disaster
risk reduction and resilience: Relevance, scope for, and challenges to, integration. International
Journal of Disaster Risk Reduction, 45, 101452. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101452
178 Warta LPM, Vol. 23, No. 2, September 2020
Wibowo, dkk - Penguatan Literasi Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung ...
Wang, Z., Liu, J., Xu, N., Fan, C., Fan, Y., He, S., Jiao, L., & Ma, N. (2019). The role of indigenous knowledge
in integrating scientific and indigenous knowledge for community-based disaster risk reduction:
A case of Haikou Village in Ningxia, China. International Journal of Disaster Risk Reduction, 41.
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2019.101309
Wibowo, Y. A., Ronggowulan, L., Arif, D. A., Afrizal, R., Anwar, Y., & Fathonah, A. (2019). Perencanaan
Mitigasi Bencana Banjir Non-Struktural Di Daerah Aliran Sungai Comal Hilir, Jawa Tengah. JPIG
(Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Geografi), 4(2), 87–100. https://doi.org/10.21067/jpig.v4i2.3632
www.solopos.com. (2009). Angin Puting Beliung Terjang Andong. https://www.solopos.com/angin-
puting-beliung-terjang-andong-9931