You are on page 1of 8

Dampak Psikososial (Mundakir) 43

DAMPAK PSIKOSOSIAL AKIBAT BENCANA LUMPUR LAPINDO


(Psychosocial Impact of Lapindo Mud Disaster)

M u n d a k i r*
*Program Studi S.1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
Email: cak_mudz@yahoo.co.id

ABSTRACT

Introduction:Lapindo mud disaster that occurred since 29 May 2006 is considered as the longest
disaster that occurred in Indonesia. This disaster has caused damage and lost of property which
has been affecting the viability of the residents of the affected areas. Psychosocial well being is one
af the impacts of disaster. Research was conducted using qualitative design with descriptive
phenomenology method. The purpose required of this research was to identify the psychological
impact, social impact, and hope for the settlement of problems and health services.
Method:Number of participants were involved in this research based on the saturation of data was
7 people. This study used purposive sampling technique using the key informant. Procedure of data
collection techniques using depth interviews with a semi-structured form of used questions. The
Digital Voice Record was utilized to record the interviews, and verbatim transcripts made and
analyzed using the methods of Colaizi (1978, in Daymon and Dolloway, 2008). Result:This study
revealed 9 theme of core and 2 additional theme. Nine the core theme is emotional changes,
cognitive changes, coping mechanism, changes in family function, changes in social relationships,
social support, hope to the problem to the government and PT Lapindo, physical health service
needs and psychological health. Discussion:While two additional theme that is risk and growth
trouble, and distres spiritual. Conclusion of this research society of victim of mud of Lapindo
experience of impact of psikosoial and hope to government and PT Lapindo settle the payment
phase II (80%) and also provide service of health of physical and also psikososial. This research
recommend the importance of intervention of psikososial to society of victim and research of
continuation after society of victim take possession of new residences.

Keywords: Psychosocial impact, disaster, Lapindo mud


_______________________________________________________________________________

PENDAHULUAN atau areanya dikelompokkan menjadi lima,


yaitu daerah bencana,daerah bencana
Peristiwa meluapnya lumpur Lapindo terdampak,daerah bencana menyusul, daerah
di Sidoarjo sejak 29 Mei 2006 merupakan bencana langsung dandaerah bencana tidak
fenomena yang khas, baik dari sisi penyebab, langsung (Mangoenpoerojo, 2008). Berbagai
lama kejadian, maupun penanganan bentuk respon psikologis dan sosial yang
penghentian luapan lumpur. Peristiwa ini telah dialami masyarakat korban berbeda
mengakibatkan korban jiwa manusia, tergantung pada persepsi dan mekanisme
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, koping yang digunakan. Dalam konteks
dan dampak psikologis serta dampak bencana ini, fenomena dampak psikososial
sosiologis yang akan dialami akibat program akibat lumpur Lapindo belum bisa dijelaskan
relokasi. Perpindahan penduduk ketempat secara mendalam terutama bagi daerah
baru atau relokasi ini akan membawa bencana terdampak yang hingga kini sebagian
pengaruh yang signifikan pada proses dan masyarakatnya masih bertempat tinggal di
struktur masyarakat, hubungan sosio-kultural, sekitar luapan lumpur Lapindo.
ekonomi, kekeluargaan dan pranata sosial Penelitian ini fokus pada daerah
juga akan mengalami kemunduran atau bencana terdampak yaitu desa Pajarakan
ketidakteraturan lagi bahkan sangat potensi kecamatan Jabon Sidoarjo. Selain desa
untuk terjadi konflik sosial di tempat yang Pajarakan, yang termasuk daerah bencana
baru (Mirdasy, 2007). Masyarakat korban terdampak adalah desa Besuki Barat, dan desa
luapan lumpur Lapindo, ditinjau dari wilayah Kedungcangkring. Dari tiga desa tersebut

43
Dampak Psikososial (Mundakir) 44

terdapat 1.666 keluarga atau 6.094 jiwa. akibat bencana lumpur Lapindo di desa
Penentuan desa terdampak dilakukan pada Pajarakan kecamatan Jabon
bulan Juli 2008 setelah tiga desa tersebut Sidoarjo.Sementara secara khusus bertujuan
dinyatakan tidak layak huni oleh Badan untuk mengidentifikasi Bentuk-bentuk respon
Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo (BPLS). psikologis yang dialami anggota masyarakat
Dengan penentuan status sebagai desa akibat bencana lumpur Lapindo, Bentuk-
terdampak berarti masyarakat di desa tersebut bentuk respon sosial yang dialami anggota
harus meninggalkan tanah dan rumahnya masyarakat akibat bencana lumpur Lapindo,
karena daerah tersebut akan di jadikan Dampak psikososial yang dialami anggota
penampung lumpur. masyarakat akibat bencana lumpur Lapindo,
Penelitian ini fokus pada masalah Harapan masyarakat korban terhadap
psikososial yang terjadi pada usia dewasa (20- penyelesaian masalah psikososial akibat
50 th) dan usia lanjut. Pada tahap usia dewasa bencana lumpur Lapindo, Harapan
akan terjadi ”konflik” antara Generativity vs masyarakat terhadap peran tenaga kesehatan
Stagnation. Generativity adalah kepedulian (khususnya perawat) baik dari instansi
yang tinggi, lebih luas dari pada intimacy. pemerintah maupun swasta (LSM, ORMAS,
Perkembangan yang baik pada fase ini akan dan sebagainya) untuk mengatasi masalah
memunculkan sikap responsif, peduli dan kesehatan akibat bencana lumpur Lapindo.
partisipatif terhadap kebutuhan orang lain atau Hasil penelitian diharapkan menjadi
lingkungan. Sedangkan Stagnation merupakan salah satu bukti ilmiah tentang dampak
terbatasnya atau tidak adanya kepedulian psikososial masyarakat korban lumpur
kepada orang lain. Lapindo sebagai masukan untuk penyelesaian
Perkembangan psikososial pada usia masalah secara tepat. Sehingga perlu
lanjut menurut Erikson masuk tahap mendapatkan perhatian dan penyelesaian
integeritas diri versus putus asa (Ego integrity masalah secara tepat supaya tidak
versus despair). Perkembangan periode ini menimbulkan dampak yang lebih besar.
dimulai pada usia 45/60 tahun ketika mulai
meninggalkan aktifitas dimasyarakat. BAHAN DAN METODE
Perkembangan yang baik pada masa ini
diwujudkan dengan integeritas diri yang baik, Penelitian ini dilakukan dengan
lebih matang, dan tidak takut mati karena menggunakan desain penelitian kualitatif
telah melalui kehidupan dengan baik. Namun dengan metode fenomenologi deskriptif.
bila hidup yang dilalui tidak semestinya, maka Populasi yang menurut Sugiono (2007) dalam
akan muncul perasaan putus asa, penyesalan penelitian kualitatif diistilahkan sebagai
dan ”marah” dengan dirinya sendiri karena situasi sosial (Social Situation) dalam
merasa gagal menjalani hidup. Kondisi penelitian ini adalah masyarakat desa
masyarakat korban saat ini memang tidak Pajarakan yang mengalami dampak
dalam ancaman kematian, namun perubahan psikososial akibat Lumpur Lapindo. Sampel
yang dialami akibat lumpur dan dalam penelitian ini adalah anggota
ketidakpastian masa depan menyebabkan masyarakat desa Pajarakan yang mengalami
rentan terhadap masalah kesehatan, baik masalah psikososial. Proses seleksi sampel
masalah kesehatan fisik, psikis, sosial, budaya dilakukan dengan tehnik purposive sampling,
dan spiritual. yaitu tehnik pengambilan sampel atau sumber
Berdasarkan pertimbangan dan realita data dengan pertimbangan tertentu
yang terjadi pada masyarakat korban lumpur sebagaimana yang diinginkan peneliti, dengan
Lapindo, maka peneliti melakukan penelitian kriteria inklusi sebagai Bisa membaca dan
dengan desain kualitatif fenomenologi menulis, Berusia antara 20 tahun sampai
deskriptif dengan alasan dampak psikososial dengan 65 tahun, Sedang mengalami masalah
merupakan pengalaman hidup yang sifatnya psikososial, yang dibuktikan dengan penilaian
subyektif, masing-masing individu berbeda, status kejiwaan, dengan skor penilaian
dan tindakan masing-masing individu hanya kuesioner < 60, Mampu berkomunikasi
dapat dipahami melalui pemahaman terhadap menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa
dunia kehidupan individu masing-masing. Jawa dengan baik, Bersedia menjadi
Penelitian ini secara umum bertujuan partisipan.
untuk mengidentifikasi dampak psikososial

44
Dampak Psikososial (Mundakir) 45

Partisipan dalam penelitian ini telah dalam Daymon dan Dolloway, 2008) sebagai
memenuhi kriteria inklusi. Jumlah partisipan berikut
dalam penelitian ini adalah 7 orang yang Pertama, membuat transkrip data
terdiri dari 6 laki-laki dan 1 perempuan. Hasil untuk mengidentifikasi pernyataan –
penilaian berdasarkan kuesioner status pernyataan yang bermakna dari partisipan.
kesehatan jiwa yang diberikan kepada Kedua, transkrip yang telah dibuat, dibaca
masing-masing partisipan (P) diperoleh skor berkali – kali dan fokuskan pada kalimat-
P1=46; P2=52; P3=55; P4=56; P5=41; P6=58; kalimat dan frase-frase yang secara langsung
dan P7=56. Berdasarkan hasil skor kuesioner terkait dengan masalah yang diteliti untuk
tersebut berarti semua partisipan memenuhi dihubungkan dengan tujuan khusus penelitian
syarat sebagai partisipan dalam penelitian ini. yang ingin didapatkan. Ketiga, merumuskan
Tehnik pengumpulan data yang makna. Keempat, mengulangi proses yang
digunakan adalah triangulasi (gabungan) dari sudah dilakukan untuk masing-masing
beberapa tehnik, yaitu wawancara mendalam wawancara atau catatan tertulis, kemudian
(indepht interview) dan kuesioner. Tehnik kelompokkan semua makna yang berbeda-
wawancara mendalam (indepth interview) beda itu ke dalam makna tema-tema tertentu
dilakukan dengan cara mengajukan atau sub – sub tema.Kelima, sediakan uraian
pertanyaan terbuka (open – ended interview), analitis yang terperinci menyangkut perasaan-
yaitu memberikan kesempatan kepada perasaan dan perspektif partisipan yang
partisipan untuk menjelaskan sepenuhnya terdapat dalam tema-tema. Keenam,
pengalaman mereka tentang fenomena yang merumuskan uraian mendalam menyangkut
sedang diteliti (Speziale dan Carpenter, 2003), keseluruhan fenomena yang diteliti, dan
yaitu pengalaman partisipan selama mengidentifikasi struktur pokok atau esensi
mengalami korban lumpur Lapindo. dari bentuk-bentuk yang diteliti (dalam hal ini
Pertanyaan dalam wawancara disusun adalah dampak psikososial yang dialami
dan dikembangkan berdasarkan tujuan anggota keluarga akibat lumpur Lapindo).
penelitian, yaitu bentuk-bentuk respons atau Ketujuh, yang merupakan langkah
dampak psikis dan sosial yang dialami terakhir adalah memberi check atau membawa
masyarakat korban, serta harapannya terhadap kembali hasil temuan-temuan peneliti kepada
masalah psikososial yang dialami selama ini. partisipan. Setelah dianalisis, data dipaparkan
Disamping wawancara mendalam, alat dalam bentuk hasil penelitian dan pembahasan
pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner HASIL
untuk mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan mental yang dialami masyarakat Hasil penelitian merupakan deskripsi
korban lumpur Lapindo. dari data yang diperoleh dengan tujuan untuk
Daftar pertanyaan dalam kuesioner mendapatkan pemahaman yang mendalam
dimodifikasi dari instrumen yang dan bermakna secara psikologis dan sosial
dikembangkan oleh Smit (2005), mengenai (psikososial) dari partisipan sebagai
gejala-gejala psikososial Hopkins dan DSM masyarakat korban bencana lumpur Lapindo.
IV. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner 30 Hasil penelitian ini di sajikan dua
soal dalam bentuk skala likert. Untuk jawaban bagian. Bagian pertama menyajikan uraian
selalu akan diberi skor 1, hampir selalu skor 2, tentang karakteristik partisipan, dan bagian
kadang-kadang skor 3, dan tidak pernah skor kedua menyajikan hasil analisis setiap tema
4. Penilain status kesehatan mental ditentukan yang muncul dari perspektif partisipan tentang
dengan jumlah skor yang diperoleh. Jika dampak psikososial yang dialami setelah
mendapat skor antara 91-120 berarti terjadi bencana lumpur Lapindo. Peneliti
mempunyai kesehatan mental yang sangat menghentikan pengumpulan data hanya pada
baik. Skor antara 61-90 tergolong baik atau 7 partisipan diatas karena data atau informasi
rata-rata. Skor antar 30-60 berarti buruk dan yang peneliti dapatkan sudah mencapai
skor antar 0-30 adalah sangat buruk. saturasi data atau sudah memperoleh data
Teknik analisis data yang digunakan yang diinginkan peneliti dan jawaban
dalam penelitian ini yaitu menggunakan 7 partisipan sudah tidak berkembang, dengan
(tujuh) langkah - langkah dari Colaizi (1978, kata lain data yang disampaikan partisipan

45
Dampak Psikososial (Mundakir) 46

Tabel 1. Karakteristik partisipan masyarakat korban Lumpur Lapindo di Desa Pajarakan Jabon
Sidoarjo tahun 2009.

Karakteritik P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
Usia 63 59 47 38 46 30 34 th
Jenis Kelamin Lk Lk Lk Lk Lk Pr Lk

Pendidikan SR SR SMP SMA SR SMA SMP


Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
Pekerjaan Petani Penjahit Dagang SATPAM Buruh Dagang Dagang
Jumlah anak 3 - 3 2 3 2 3

satu dengan yang lainnya mengalami Tema 1 yaitu Perubahan emosi,


kesamaan. Perubahan emosi dalam penelitian ini
Bagian kedua mengenai hasil análisis ditunjukkan oleh adanya gejala depresi,
tema. Penelitian ini menghasilkan 9 tema inti kecemasan, kemarahan, dan harga diri rendah.
dan 2 tema tambahan. Tema inti berorientasi Depresi yang dialami partisipan merupakan
pada tujuan khusus penelitian. Pada tujuan salah satu dampak psikologis yang disebabkan
khusus pertama tentang dampak psikologis, karena adanya kehilangan. Respon spikologis
ditemukan tiga tema yaitu tema 1 Perubahan yang terungkap dari mayoritas masyarakat
emosi, tema 2 Perubahan kognitif, tema korban bencana lumpur Lapindo saat ini
3Mekanisme koping adalah marah, depresi dan menerima
Tujuan khusus kedua mengenai (acceptance). Hal ini karena penelitian
dampak sosial juga ditemukan tiga tema yaitu dilakukan setelah hampir tiga tahun
tema 4 perubahan fungsi keluarga, tema 5 masyarakat korban menjalani bencana,
Perubahan hubungan sosial kemasyarakatan, sementara durasi/waktu mempengaruhi respon
tema 6 Dukungan sosial masyarakat korban terhadap bencana yang
Tujuan khusus ketiga mengenai dialami, sebagaimana temuan penelitian Chou
harapan penyelesaian masalah ditemukan satu (2007) tentang dampak pasca bencana gempa
tema yaitu tema 7 harapan penyelesaian bumi Chi-Chi di Yu Chi Taiwan. Dari
masalah kepada pemerintah maupun PT penelitian tersebut ditemukan prevalensi
Lapindo, sedangkan tujuan khusus keempat PTSD menurun dari 8,3% pada 6 bulan
tentang kebutuhan pelayanan kesehatan bagi sampai 4,2% pada 3 tahun setelah gempa
masyarakat korban ditemukan dua tema yaitu bumi.
tema 8 Kebutuhan pelayanan kesehatan fisik, Disamping depresi, masyarakat
tema 9 Kebutuhan pelayanan kesehatan korban juga mengalami kecemasan.Perasaan
psikososial cemas muncul terutama pada malam hari,
Disamping sembilan tema inti yang turun hujan dan jebolnya tanggul untuk
mengacu pada tujuan khusus, dalam penelitian penampungan lumpur.Situasi tersebut
ini juga ditemukan dua tema tambahan yaitu menimbulkan kecemasan karena masyarakat
tema tambahan 1 resiko dan gangguan korban merasa terancam dan trauma terhadap
perkembangan; tema tambahan 2Distress kejadian yang pernah dialami yaitu
spiritual. mengalirnya lumpur ke rumah mereka pada
saat mereka sedang tidur nyenyak.Menurut
PEMBAHASAN Green, B.L. (1990 dalam Tomoko, O, 2009)
salah satu penyebab timbulnya reaksi trauma
Gambaran dampak psikososial adalah adanya ancaman terhadap keselamatan
masyarakat korban lumpur Lapindo, di dan terjadi secara mendadak.
jelaskan dalam bentuk tema-tema yang Selain depresi dan kecemasan, respon
diperoleh dari hasil analisis karakteristik marah juga terjadi pada masyarakat korban
partisipan dan hasil wawancara terhadap bencana lumpur Lapindo. Temuan penelitian
partisipan. ini menunjukkan pernyataan marah sering
dilakukan pada awal terjadinya bencana dan
sebelum Keputusan Presiden no 48 tahun

46
Dampak Psikososial (Mundakir) 47

2008 tentang dimasukkannya desa Pajarakan terkait dengan hubungan kekeluargaan yang
sebagai area terdampak yang akan merenggang. Kondisi ini berbeda dengan hasil
mendapatkan ganti rugi dari pemerintah, dan penelitian Garhapung, A (2006) pada korban
kemarahan setelah Kepres karena uang ganti bencana Tsunami di Pangandaran Jawa Barat
rugi tahap II (80%) tidak kunjung dibayar. yang menyebutkan bahwa setelah terjadi
Bentuk perubahan emosi lain yang bencana, banyak dukungan yang diperoleh
terjadi pada masyarakat korban adalah dari keluarga, teman, tetangga, rekan bisnis,
timbulnya perasaan rendah diri. Perasaan ini masyarakat dan juga pemerintah. Hubungan
berhubungan dengan kondisi perubahan mereka semakin erat karena merasa
kebiasaan sehari-hari yang mereka alami mengalami ”penderitaan” yang sama.
seperti memberi suguhan/hidangan kalau ada Sementara perubahan pada fungsi ekonomi,
tamu. Hal ini selaras dengan konsep dasar terjadi karena orang tua tidak lagi mempunyai
pemeliharaan kesehatan jiwa bagi korban penghasilan atau pendapatan. Padahal
bencana yang dilansir oleh Tomoko, O (2009) pendapatan atau penghasilan menentukan
dari Hyogo care centre menyebutkan sebagian status ekonomi keluarga (Pappas, 1994 dalam
besar reaksi emosional masyarakat korban Stanhope & Lancaster, 1996). Status ekonomi
bencana berasal dari masalah kehidupan yang rendah merupakan gambaran kemiskinan
sehari-hari yang ditimbulkan oleh bencana dan ini sangat terkait dengan status kesehatan
Tema 2 adalah Perubahan kognitif, (Link, 1996 dalam Stone, Mcquire & Eigsti,
temuan penelitian ini menyatakan adanya 2002). Hal ini berarti perubahan atau masalah
perubahan kognitif yang terjadi yaitu fungsi ekonomi dapat menyebabkan masalah
penurunan daya pikir. Adanya perubahan fungsi keluarga yang lain misalnya fungsi
kognitif pada masyarakat korban seperti tidak perawatan kesehatan.
mampu berfikir jernih, menjadi ragu-ragu Tema 5adalah Perubahan hubungan
karena tidak ada kepastian, dan pikiran sosial kemasyarakatan. Hasil penelitian
mereka terpecah-pecah dengan persoalan- menunjukkan solidaritas masyarakat korban
persoalan lain yang mereka hadapi ini sesuai melemah dan kepedulian sosial menurun.
dengan temuan Norris, F.H (2008) bahwa Menurut Michael Cernea dalam Mirdasy
salah satu dampak dari bencana adalah (2007), dampak disintegrasi sosial, tercerai-
terjadinya perubahan kognitif dengan ciri berainya masyarakat, dan hancurnya budaya
fikiran kacau, salah persepsi, menurunnya pasca terjadinya bencana sangatlah serius,
kemampuan untuk mengambil keputusan, meskipun tidak kasatmata dan tidak bisa
menurunnya daya konsentrasi dan daya ingat, dikuantifikasi. Selain itu, rusaknya komunitas,
mengingat hal-hal yang tidak menyenangkan, hancurnya struktur tatanan masyarakat,
dan menyalahkan diri sendiri. tercerai-berainya jaringan formal dan
Tema 3 mengenai mekanisme koping informal, perkumpulan-perkumpulan,
temuan dalam penelitian ini, mekanisme merupakan kehilangan modal sosial yang
koping yang digunakan dapat dikategorikan sangat mahal.
mekanisme adapatif dan maladaptif atau tidak Tema 6 yaitu dukungan sosial, Hasil
efektif. Mekanisme koping yang adapatif penelitian menunjukkan masyarakat korban
diantaranya berdo’a (pendekatan spiritual), mengakui besarnya pengaruh dukungan yang
memendam perasaan (represi) dan diberikan oleh istri atau suami mereka dan
mengalihkan perhatian agar dapat melupakan dukungan dari tokoh agama maupun tokoh
masalah yang terjadi, atau dengan meminta masyarakat. Hasil penelitian Williams (1999,
bantuan saudara. Sementara yang tidak efektif dalam Stuart dan Laraia 2005) menjelaskan
seperti menghujat, mengancam melakukan bahwa dengan adanya dukungan sosial,
demonstrasi terus, membuntu atau memblokir penderita gangguan arteri koronaria
jalan, dan melampiaskan emosi kepada anak- mengalami kematian setelah lebih dari 5 tahun
istrinya meskipun cara maladaptif ini hanya sebanyak 50% dibanding yang tidak
bersifat sementara. mempunyai dukungan sosial yang hanya 20%.
Tema 4 adalah Perubahan fungsi Dengan demikian faktor dukungan sosial
keluarga, Temuan dalam penelitian ini, tidak hanya dapat mempengaruhi aspek
masyarakat korban mengalami perubahan psikologis saja namun juga aspek biologis
fungsi keluarga, yaitu perubahan pada fungsi yaitu meningkatkan fungsi sistem imun dan
sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial proses biologi lain dalam tubuh.

47
Dampak Psikososial (Mundakir) 48

Tema 7 adalah harapan penyelesaian mempunyai kebutuhan paling spesifik yakni


masalah kepada pemerintah maupun PT para remaja.
Lapindo. Masyarakat korban sangat berharap Tema tambahan 1 yaitu Resiko dan
agar masalah yang mereka alami selama ini terjadinya gangguan perkembangan temuan
segera terselesaikan. Harapan besar itu penelitian ini menunjukkan telah terjadi
ditujukan kepada pemerintah dan PT Lapindo. perubahan perilaku anak dan perilaku
Kepada pemerintah agar bersikap tegas remaja.Perubahan perilaku anak diatas sesuai
terhadap kebijakan yang sudah diputuskan dengan temuan penelitian Williams, R (2007)
sebagaimana yang tercantum dalam Perpres tentang dampak psikososial yang dialami
No 48 tahun 2008, dan adanya perhatian anak-anak TK pasca serangan WTC. Secara
kepada anak-anak terutama mengenai langsung atau tidak anak-anak tersebut
perubahan psikologis yang terjadi pada anak, mengalami trauma yang menyebabkan
serta perlunya relokasi yang melibatkan masalah perilaku klinis. Selain Williams,
semua warga masyarakat untuk tinggal Zeller, J.L (2008) juga meneliti tentang
bersama dalam satu lokasi. Sementara kepada dampak masalah perilaku anak setelah
PT Lapindo masyarakat berharap anggota serangan WTC, sehingga Zeller mengusulkan
masyarakat dilibatkan dalam proyek perlunya memprioritaskan pelayanan
pembangunan tanggul. kesehatan masyarakat terutama pada anak
Tema 8 adalah Kebutuhan pelayanan TK.
kesehatan fisik. Temuan penelitian ini Penelitian lain yang dilakukan Johson
menunjukkan kebutuhan masyarakat terhadap (2008) terhadap korban banjir Katrina di AS
pelayanan kesehatan meliputi kebutuhan ditemukan sembilan juta anak-anak yang
udara sehat, kebutuhan air sehat, dan kekurangan layanan kesehatan dan anak kelas
kebutuhan tindakan medis. Kebutuhan empat SD yang tidak bisa membaca mencapai
masyarakat terhadap layanan kesehatan ini 60-80%. Masalah perilaku remaja korban
sesuai dengan penelitian Domino, dkk (2003) lumpur Lapindo terjadi akibat tidak adanya
kepada masyarakat korban Hurricane yang aktifitas positif dan kurangnya perhatian atau
mengalami perubahan besar dalam pola role model dari orang tua. Kurangnya aktifitas
perawatan dibandingkan pada awal krisis. positif akan memperkuat perasaan atau
Domino juga menjelaskan bahwa bencana perilaku negatif dan memperlemah perilaku
dapat meningkatkan insiden penyakit dan positif (Tomoko, 2009). Sementara itu
cidera akut serta tingkat distress sehingga temuan Parslow, dkk. (2006) menunjukkan
meningkatkan kebutuhan layanan kesehatan. bahwa pengalaman trauma dapat memicu
Tema 9adalah kebutuhan pelayanan peningkatan penggunaan tembakau pada
kesehatan psikososial. Temuan penelitian remaja dan mengakibatkan timbulnya gejala
menunjukkan bahwa partisipan menginginkan PTSD.
adanya pihak yang menilai status kesehatan Tema tambahan 2 distress spiritual
jiwa terutama pada anak dan menghendaki temuan penelitian ini menggambarkan adanya
adanya penyuluhan tentang cara menghadapi penurunan aktifitas spiritual yang dialami
perubahan perilaku anak maupun remaja. masyarakat korban. Menurut HPNA (2005)
Selaras dengan temuan penelitian ini, distres spiritual didefinisikan sebagai suatu
Domino, dkk (2003) menjelaskan bahwa gangguan kepercayaan atau sistem nilai yang
setelah Australia mengalami banjir, prosentasi dapat mempengaruhi keseluruhan hidup
orang berkonsultasi kepada tenaga kesehatan seseorang. Sedangkan NANDA (2007)
meningkat tiga kali lebih tinggi dibanding mendefinisikan distres spiritual adalah
pada kondisi sebelum bencana. Temuan kelemahan kemampuan untuk mengalami dan
tersebut menunjukkan bahwa pasca bencana mengintegrasikan maksud atau makna dan
masyarakat korban mengalami berbagai tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan
masalah kesehatan yang perlu perhatian dan diri, orang lain, seni, musik, literatur, alam,
pertolongan. Sebagaimana rekomendasi dari dan atau kekuatan lebih besar dibanding diri
Zelller, J.L (2008) bahwa anak-anak yang sendiri.
mengalami trauma pasca bencana harus
menjadi prioritas kesehatan masyarakat.
Penelitian Denver, dkk (2006)
menyebutkan salah satu kelompok yang

48
Dampak Psikososial (Mundakir) 49

Keperawatan pada klien korban bencana, baik


SIMPULAN DAN SARAN pada klien individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat
Simpulan Organisasi Profesi (PPNI), supaya ada
penetapan regulasi yang jelas, legal dan dapat
Masyarakat korban bencana lumpur diterima oleh semua pihak berdasarkan
Lapindo mengalami dampak psikologis standar kompetensi yang dimiliki perawat
seperti perubahan emosi, dan perubahan termasuk kompetensi perawat bencana, serta
kognitif. Dampak psikologis ini dipengaruhi perlunya perlindungan hukum kepada perawat
oleh durasi terjadinya bencana, kualitas dan bencana. Sedangkan untuk penelitian
kuantitas kehilangan yang dialami, serta keperawatan, perlu adanya penelitian dampak
faktor internal individu korban dalam psikososial masyarakat korban setelah
menggunakan mekanisme koping yang menempati tempat tinggal baru (relokasi),
digunakan serta dukungan sosial yang ada. penelitian dampak psikososial bagi anak-anak
Dampak sosial yang terjadi pada dengan menggunakan pendekatan lain,
masyarakat korban antara lain adanya misalnya etnografi, grounded theory, riset
perubahan fungsi keluarga, perubahan tindakan dan sebagainya, atau dengan
hubungan social masyarakat, resiko gangguan menggunakan desain kuantitatif
perkembangan anak dan remaja, penurunan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, perlu
aktifitas spiritual, kehilangan mata memberikan perhatian serius kepada
pencaharian, dan dukungan social yang ada. masyarakat korban, terutama masalah
Hal ini merupakan kerugian modal sosial yang kesehatan baik masalah kesehatan fisik
dialami masyarakat korban khususnya dapat maupun kesehatan jiwa, melalui tenaga
disebabkan oleh adanya perubahan emosi atau keperawatan dengan cara melibatkan dan
sebaliknya. memberi kewenangan untuk memberikan
Harapan masyarakat untuk layanan keperawatan kesehatan jiwa.
terselesaikanya masalah akibat bencana
lumpur Lapindo merupakan hak masyarakat DAFTAR PUSTAKA
korban untuk mendapatkan kehidupan layak
dan sejahtera sebagaimana yang diatur dalam Chou, F.H., et. al, 2007. Post-Traumatic
UUD 1945 dan deklarasi PBB tentang hak Stress Disorders Risk Factors; Research
asasi manusia. Dengan demikian, kebutuhan in the area of post-traumatic stress
masyarakat korban akan layanan kesehatan disorders risk factors. Mental Health
baik layanan kesehatan fisik maupun Weekly Digest. Atlanta: Aug 6, 2007,
psikososial merupakan kebutuhan yang umum (Online),(http://proquest.umi.com/pqdwe
dibutuhkan oleh masyarakat paska mengalami b?did=1313357761&sid=9&Fmt=3&clie
korban, dan selayaknya dipenuhi oleh ntId=45625&RQT=309&VName=PQD.,
pemerintah maupun PT Lapindo diakses tanggal 16 Juni 2009)
Daymon, C.,dan Holloway, I.. 2008. Riset
Saran Kualitatif dalam Public Relations &
Marketing Communications. Yogyakarta:
Institusi Pendidikan Keperawatan PT Benteng Pustaka.
untuk mengembangkan pengajaran tentang Domino, M.,E., et.al. 2003. Disasters and the
masalah kesehatan jiwa masyarakat terutama public health safety net: Hurricane Floyd
bagi masyarakat yang sedang atau pasca hits the North Carolina Medicaid
mengalami bencana, dengan cara menjadikan program. American Journal of Public
wilayah masyarakat yang sedang atau pasca Health. 93(7), (Online),
bencana sebagai wilayah praktik keperawatan (http://proquest.umi.com/pqdweb?did=41
kesehatan jiwa. Sementara kepada Intansi 5740721&sid=7&Fmt=4&clientId=4562
Pelayanan Keperawatan supaya 5&RQT=309&VName=PQD., diakses
mengembangan instrumen pengkajian dan tanggal 16 Juni 2009)
intervensi kepada masyarakat pasca bencana Gaharpung, A. 2007. Studi Fenomenologi
untuk menghindari atau mengurangi Tentang Respon Psikososial Kehilangan
perubahan psikologis dan sosial yang terjadi. Dan Berkabung Pada Individu Yang
Disamping itu perlu adanya Standart Asuhan Mengalami Gempa Bumi Dan Tsunami

49
Dampak Psikososial (Mundakir) 50

Di Pangandaran Kabupaten Ciamis. Stanhope and Lancaster, 2002. Commuinity


Tesis. Tidak dipublikasikan. Health Nursing. Promoting Health
Dwiputri, R., 2007. Sigmund Freud: Agregates, Families, and Individuals, St.
Mekanisme Pertahanan Diri, (Online), Louis: Mosby
(http://www.bahas.multiply.com.,diakses Stone, Marquire, and Eigsti.
tanggal 13 Juli 2009). 2002.Comprehensive Community Health
Kozier, B.dkk. 2004. Fundamentals of Nursing Family, Aggregate, and
Nursing; concepts, process, and practice. Community Practice, St. Louis:Mosby
Seventh edition. New Jersey : Prentice Tomoko, O. 2009. e-learning disaster.
hall. Jakarta: FIK UI
Kubler-Ross E. 1969. On Death and Dying. Williams, R. 2007. The psychosocial
New York: Mac Millan. consequences for children of mass
HPNA.2005.Spiritual Distress, (Online), violence, terrorism and.International
(http://www.hpna.org/PatientEducation.a Review of Psychiatry. 19(3), (Online),
sp.diakses tanggal 13 Juli 2009). (http://proquest.umi.com/pqdweb?did=13
Mangoenpoerojo, R.., B. 2008.Kerugian 26177211&sid=5&Fmt=2&clientId=456
Bangsa Akibat Lumpur Lapindo. 25&RQT=309&VName=PQD., diakses
Bandung: Visibuku Infi Indonesia pada tanggal 16 Mei 2009)
McCubbin, H.I., and Thompson, A.I. 1991. Zeller, J., L. 2008. Impact of Conjoined
Family assessment inventories for Exposure to the World Trade Center
research and practice. Madison: Attacks and to Other Traumatic Events
University of Wisconsin. on the Behavioral Problems of Preschool
Mirdasy. 2007.Bernafas dengan Lumpur. Children. JAMA, 299(14), (Online),
Yogyakarta: M.I Press (http://proquest.umi.com/pqdweb?did=14
Stuart,G., W.,and Laraia., M.,T. 2005. 69376171&sid=3&Fmt=2&clientId=456
Principles and Practice of psychiatric 25&RQT=309&VName=PQD., diakses
nursing. 7th edition. St Louis: Mosby. pada tanggal 16 Mei 2009)

50

You might also like