You are on page 1of 10

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN DALAM

MENGHADAPI DAMPAK ERUPSI GUNUNG BERAPI

Al Afik1, Azizah Khoriyati2, Ilham Yoga Pratama3


1,2,3
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail : afik72@umy.ac.id

Abstract : Communities living in volcanic disaster prone areas (DPA) have a high risk of being affected if
an eruption occurs. The health impacts including of shortness of breath due to volcanic dust, physical and
psychological injuries, burns, and inhalation trauma that can result in fatalities. This study aimed to
determine the community mitigation factor, especially the health sector in facing the impact of volcanic
eruptions. study used correlational descriptions with a purposive sampling technique. Regarding this, we
used 219 respondents in Srunen Galagahharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta as the sample. The data
were collected by distributing questionnaires using google form. Furthermore, we used Spearman
analysis to examine the mitigation in the health sector in facing the volcanic eruptions impact. The
general disaster mitigation of the Srunen Hamlet residents (which categorized in DPA III level) were
divided into several levels: advanced (43%); moderate (51.6%); and poor (4.6%). Meanwhile, the health
mitigation divided into several levels: advanced (23.3%); moderate (70.3%); and poor (6.4%). Regarding
this, there was a significant relationship between training activity and the level of community mitigation,
with p value = 0.004 and r value = 0.288. The level of community mitigation in the health sector in facing
the volcanic eruptions impact was in the moderate category and there was a relationship between training
for residents and the level of community mitigation. Eventually, there was a need to improve community
mitigation, especially in the health sector by continuously holding mitigation trainings to prevent risks
from the volcanic eruptions impact.

Keywords : Health sector mitigation, Mitigation, Volcanic eruption disaster

Abstrak : Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) gunung berapi memiliki risiko
besar terdampak apabila terjadi erupsi. Dampak Kesehatan terutama dari mulai terjadinya sesak nafas
akibat debu vulkanik, cedera fisik dan psikologis, luka bakar, trauma inhalasi sampai terjadinya
kegawatdaruratan sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor kesiapsiagaan masyarakat terutama bidang Kesehatan dalam menghadapi dampak
erupsi gunung api. Deskrisi korelasional, dengan jumlah sampel 219 responden warga dusun Srunen
Galagahharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta dengan tehnik purposive sampling, data diambil dengan
membagikan quisioner dengan sarana google form. Analisis kesiapsiagaan umum dan bidang Kesehatan
terhadap dampak erupsi gunung api dengan analisis sperman. Tingkat kesiapsiagaan secara umum
warga Dusun Srunen (KRB III) kategori baik (43%), cukup (51,6%), kurang 4,6%, tingkat kesiapsiagaan
kesehatan kategori baik(23,3%), cukup(70,3%), kurang (6,4%), terdapat hubungan yang signifikan
dengan nilai p value = 0,04, dengan nilai r=0,288,antara pelatihan dengan tingkat kesiapsiagaan warga.
Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam bidang kesehatan terhadap dampak erupsi gunung api dalam
kategori cukup dan terdapat hubungan antara pelatihan bagi warga dengan tingkat kesiapasigaan
masyarakat. Perlunya upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga terutama dibidang Kesehatan
dengan terus secara kontinyu diadakan pelatihan-pelatihan terkait mitigasi kesiapsiagaan untuk
mencegah risiko dari dampak erupsi gunung api.

Kata Kunci : Kesiapsiagaan, Kesiapsiagaan bidang kesehatan, bencana Erupsi Gunung Api

PENDAHULUAN

Kesiapsiagaan yaitu merencanakan benda, dan berubahnya tata kehidupan


tindakan untuk merespon ketika terjadi masyarakat yaitu sikap kesiapsiagaan (Ni
bencana. Kesiapsiagaan juga bisa diartikan Made, et al., 2018).
sebagai keadaan dimana keadaan orang Upaya kesiapsiagaan untuk
atau masyarakat siap siaga dalam menghadapi bencana dengan melibatkan
menghadapi bencana atau keadaan darurat Stakeholder utama seperti individu, rumah
(Adiwijaya, 2017). Sikap yang dilaksanakan tangga, dan pemerintah. Stakeholder
untuk mengantisipasi kemungkingan pendukung seperti kelembagaan
terjadinya bencana untuk menghindari masyarakat (PKK, karangtaruna, majelis
terjadinya korban jiwa, kerugian harta taklim, dll). Individu dan rumah tangga

19
20 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.7 No.1, April 2021, hlm 19-28

merupakan ujung tombak, subjek, dan objek yang sedang dilakukan evakuasi massal
dari kesiapsiagaan yang langsung oleh pemerintah (Baxter & Horwell, 2015).
berpengaruh terhadap resiko bencana. Jumlah korban jiwa pada erupsi
Kelompok rentan yang beresiko lebih tinggi Gunung Merapi tahun 2010 di KRB III
dari dampak bencana yaitu wanita, anak- tercatat sebanyak 260 jiwa, yang tersebar di
anak, lansia dan orang cacat (NDMA, beberapa Desa seperti Desa Glagaharjo,
2014). Desa Argomulyo, Desa Umbulharjo, Desa
Tahun 2007 dan tahun 2014 Wukirsari dan Desa Argomulyo. Korban di
Gunung Kelud erupsi dengan perubahan wilayah KRB III kebanyakan diakibatkan
frekuensi yang diakibatkan oleh oleh ancaman utama erupsi merapi yaitu
terbentuknya kubah lava di mulut kawah awan panas dan beberapa akibat
gunung. Letusan ini bersifat eksplosif kecelakaan dan penyakit (Sari, 2017).
dengan VEI (Volcano Explosivity Index) Secara umum warga Dusun Srunen
maksimal 4 dan berlangsung singkat yaitu 2 Glagaharjo sudah menyadari terkait bahaya
hari atau kurang, kecuali letusan pada erupsi Gunung Merapi. Dibuktikan dengan
tahun 1990 dan 2007. Tahun 2014 letusan pengalaman erupsi tahun 2010 dan erupsi
Gunung Kelud menyebabkan 56.089 korban freatik tahun 2018 warga sudah melakukan
jiwa di 89 titik yang tersebar di beberapa evakuasi mandiri. Sebagian warga Dusun
Kabupaten yaitu Kabupaten Kediri, Kota Srunen pernah mengikuti pelatihan dan
Batu, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, simulasi terkait penanggulangan bencana
dan Kabupaten Jombang (Sugara, et al, erupsi Merapi namun belum semua
2018). mendapatkan pelatihan dan edukasi terkait
Tahun 1994 letusan Gunung Merapi kesiapsiagaan kesehatan dalam
secara tiba-tiba mengeluarkan lahar yang menghadapi bencana Erupsi Merapi.
mengalir pada lembah daerah Turgo dan Dari catatan dampak yang
akhirnya menempa acara pernikahan di ditimbulkan oleh erupsi gunung api
bukit Turgo yang mengakibatkan 54 tewas terutama dampak Kesehatan lebih spesifik
dan 81 orang dilarikan ke Rumah Sakit terjadinya kegawatdaruratan yang
untuk diberikan penanganan intensif luka diakibatkan oleh awan panas, abu vulkanik,
bakar. Letusan besar Gunung Merapi pada lahar panas dan atau banjir lahar dingin,
tahun 2010 puncak meletus tanggal 5 maka perlunya diketahui tingkat kesiapan
November 2010 mengarah kesungai Masyarakat secara umum dan khususnya
Gendol, memakan korban kurang lebih 200 kesiapan dalam bidang Kesehatan.
orang tewas akibat letusan pada daerah

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode atau “tidak”. Jawaban diberi skor tertinggi 1
kuantitatif deskriptif korelasional. dan terendah 0 yang berarti jawaban “ya”
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui skor 1 dan jawaban “tidak” skor 0 (Sugiyono
sejauh mana kesiapsiagaan terutama , 2016). Penilaian pada penelitian ini skor 1
bidang kesehatan pada masyarakat di setiap menjawab pertanyaan “ya” pada
lereng gunung Merapi yaitu di Dusun pertanyaan favorable dan skor 1 setiap
Srunen Desa Glagaharjo Cangkringan menjawab pertanyaan “tidak” pada
kabupaten Sleman Daerah Istimewa pertanyaan unfavorable. Variable
Yogyakarta dalam menghadapi bencana kesiapsiagaan warga secara umum dan
erupsi gunung berapi. Populasi berjumlah lebih sepsifik kesiapsiagaan bidang
475 orang adalah warga dusun Srunen. Kesehatan. Analisis pada penelitian ini
Sampel ditentukan dengan menggunakan menggunakan analisis univariat tentang
Simple random sampling, dengan jumlah tingkat pengetahuan kesiapsiagaan
sampel sebanyak 219 kepala keluarga. masyarakat secara umum dan kesiapan di
Kuisioner dibagikan melalui sarana google bidang Kesehatan terhadap bencana erupsi
form dalam jaringan, Instrumen Penelitian gunung berapi. Analisis bivariat dalam
ini menggunakan skala Gutman. Skala penelitian ini menggunakan uji korelasi
pengukuran ini digunakan untuk Spearman. Uji korelasi digunakan untuk
mendapatkan jawab yang tegas yaitu “ya” menghubungkan antar variabel pelatihan /
Al Afik, Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat... | 21

simulasi penanganan bencana Erupsi kesiapsiagaan.


Gunung Berapi dengan tingkat

HASIL PENELITIAN

Hasil dari pengambilan data kepada warga di Dusun Srunen Glagaharjo Cangkringan
kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan wilayah KRB III
Gunung Merapi, yang merupakan daerah yang terdampak ketika terjadi erupsi dalam setiap
periode.

Tabel 1 Karakteristik Responden


Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 127 58
Perempuan 92 42
Usia
18 – 20 Tahun 12 5,5
21 – 40 Tahun 194 88,6
41 – 60 Tahun 13 5,9
Pendidikan
SD 6 2,7
SMP 14 6,4
SMA/SMK 196 89,4
Perguruan Tinggi 3 1,4
Pekerjaan
Petani/Peternak/buruh 175 80
Wiraswasta 24 11
PNS,TNI,POLRI 6 2,7
Belum Bekerja 15 6,8
Pernah Mengikuti Pelatihan Simulasi Bencana
Pernah 150 68,49
Belum Pernah 69 31,50
Total 219 100%

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah rentang usia 21 – 40
tahun (88,6%) dengan perbandingan laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu 127 orang
(58%). Jenjang pendidikan 89,4% tingkat SMA/SMK dan didominasi sebagai peternak, petani
dan atau buruh tani sebesar 175 orang (80%). Warga Srunen ini sebanyak 150 orang (68,49%)
pernah mengikuti pelatihan dan atau simulasi penaggulangan bencana erupsi gunung api yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten Sleman.

Tabel 2 Tingkat Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Erupsi Gunung Api


Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 96 43
Cukup 113 51,6
Kurang 10 4,6

Tabel 2. Menjelaskan tingkat kesiapsiagaan secara umum warga terhadap dampak bencana
erupsi gunung api dalam kategori cukup yaitu sebanyak 113 warga(51,6%).
22 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.7 No.1, April 2021, hlm 19-28

Tabel 3 Indikator Kesiapsiagaan Secara Umum


Komponen Kesiapan
No Benar Salah %
Mengetahui dan tersedia:
1 Status Level Vulkanik 192 27 87,7
2 Daerah KRB 149 70 68
3 Arah angin 151 68 68,9
4 Titik kumpul, rambu dan jalur 165 54 75,3
evakuasi
5 Terdapat peringatan dini 158 61 72,1
Keluarga ada tas siaga bencana
untuk dokumen dan barang
penting
6 Akan tetap berada di rumah ketika 164 55 74,9
erupsi
7 Akan mengenakan pakaian 180 39 82,2
pelindung
8 Akan mengetahui wilayah abu dan 155 64 70,8
vulkanik dan daerah rawan lain 166 54 75,8
9 Hanya membawa barang penting 153 66 69,9
ketika mengungsi
10 Bila ada barang yang tertinggal 170 49 77,6
akan segera mengambil

Tabel 3. Diatas menyajikan indikator dari responden dalam komponen kesiapsiagaan secara
umum dengan parameter tertinggi pada pemahaman aspek status level vulkanik, yaitu jawaban
benar sebanyak 87,7%, dan terendah pada pemahaman mengenai daerah Kawasan risiko
bencana (KRB) yaitu sebesar 68% dari 219 responden.

Tabel 4. Tingkat Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan (n = 219)


Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 51 23.3
Cukup 154 70.3
Kurang 14 6.4

Tabel 4. Menunjukkan hasil yaitu tingkat kesiapan warga dibidang Kesehatan dalam kategori
cukup yaitu berjumlah 154 orang atau sebesar 70,3% dari 219 responden.

Tabel 5. Indikator Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan (N=219)


No Komponen Kesiapsiagaan Kesehatan Benar Salah %
1 Ada kader kesehatan dan sudah terlatih 193 26 88
pertolongan pertama pada kondisi kegawatan.
2 Pernah mengikuti pelatihan pertolongan pertama 182 37 83,1
pada kecelakaan.
3 Tokoh masyarakat, kaum muda, kelompo 172 47 78,5
krentan di desa saya pernah diberikan
sosialisasi Kesehatan
4 Pernah melakukan / mengikuti simulasi erupsi 150 69 68,5
gunung berapi terkait kesehatan
5 Keluarga menyepakati bahwa yang didahulukan 156 63 71,2
untuk ditolong adalah anggota keluarga rentan,
seperti lansia, orang dengan penyakitk ronis,
anak anak, ibu hamil, dan orang dengan
kebutuhan khusus.
6 Menyimpan dengan baik alat-alat kebutuhan 138 81 63
khusus untuk usia rentan, seperti kacamata, alat
bantu jalan, obat obatan penyakit kronis, dll
Al Afik, Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat... | 23

No Komponen Kesiapsiagaan Kesehatan Benar Salah %


7 Dirumah terdapat kotak P3K 117 102 53,4
8 Di kotak P3K saya terdapat set perawatan luka. 114 105 52,1
(perban steril, sarung tangan bersih, perban
segitiga, antiseptik, obat luka, dan kain
pembalut)

Tabel 5 Kesiapsiagaan bidang Kesehatan terhadap dampak erupsi gunung api prosentase
tertinggi ada pada indikator pemahaman adanya kader terlatih untuk dapat melakukan
pertolongan pertama pada kondisi kegawatan yaitu sebanyak 193 orang (88%) dan terendah
pada pemahaman kelengkapan isi kotak P3 sebanyak 114 orang (52,1%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Warga Pernah dan Tidak Pernah Pelatihan/Simulasi


Baik Cukup Kurang
Kategori
n % N % n %
Pernah pelatihan / simulasi 65 43,3 84 56 1 0,7
Tidak pernah pelatihan / simulasi 11 15,9 53 76,8 5 7,2

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa warga masyarakat yang pernah mengikuti pelatihan
simulasi bencana erupsi gunung api, tingkat kesiapannya mayoritas dalam kategori cukup yaitu
sebesar 84 (56%).

Tabel 7. Hubungan pengalaman mengikuti pelatihan / simulasi dengan tingkat


kesiapsiagaan
No Variabel Tingkat Kesiapsiagaan
R P
1 Tidak pernah pelatihan -0.163 0.04

Tabel 7 Menunjukkan nilai uji korelasi penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan
dengan nilai p value = 0,04 dengan nilai r = - 0,163, Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan
berhubungan dengan tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana erupsi Gunung
Berapi Merapi.

PEMBAHASAN

Tingkat kesiapan masyarakat di lereng merupakan sosok pemimpin dalam


gunung Merapi yaitu di dusun Srunen keluarga, yang bertanggungjawab dalam
Glagahharjo Cangkringan Sleman DIY, kebutuhan sehari-hari, pengambil
yang merupakan daerah KRB III di keputusan dan sebagai tulang punggung
dapatkan hasil sebagai berikut : keluarga yang harus bertindak denganbijak,
tindakan yang bijak akan membuat anggota
1. Karakteristik Demografi Responden keluarga menjadi aman dan nyaman. Dalam
Mayoritas responden yaitu laki-laki penelitian ini sosok laki-laki akan lebih
dengan jumlah 124 orang atau sekitar tertarik karena membahas hal-hal yang
56,6%. Pada penelitian ini sebagian besar bersifat penting bagi warga yang menetap
responden berjenis kelamin laki-laki di KRB (Kawasan Resiko Bencana) dalam
dikarenakan penyebaran kuesioner yang penentuan kebijakan yang akan membuat
menggunakan google form dibagikan keluarga menjadi aman dan nyaman.
kepada grup whatsApp perkumpulan bapak- Pada penelitian ini mayoritas usia
bapak dan grup karang taruna. Penelitian ini responden termasuk dalam kategori
sejalan dengan penelitian Setyaningrum & dewasa awal. Menurut Hurlock (2011)
Rumagutawan, (2018) yang mayoritas rentang usia 21 - 40 tahun memasuki
responden adalah laki-laki sebanyak 57 kategori usia dewasa awal. Hal ini berkaitan
orang dengan persentase 100%, Laki-laki dengan penyebaran kuesioner yang
24 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.7 No.1, April 2021, hlm 19-28

dilakukan oleh peneliti yang menggunakan 2. Tingkat Kesiapsiagaan Secara


google form yang disebarkan pada Umum
grupwhatsApp. Penelitian ini menggunakan Mayoritas warga belum sepenuhnya
media google form yang mengharuskan dikatakan siap dalam tingkat kesiapsiagaan
responden mengakses internet secara umum. Namun sebanyak 96 orang
menggunakan hand phone atau alat (43%) sudah termasuk dalam kategori siap,
elektronik lain dan terhubung ke internet. sementara ada 10 responden (4,6%) yang
Generasi millennial atau generasi y yang masih termasuk dalam kategori kurang. Dari
lahir di antara tahun 1980-1995, atau saat data tersebut apabila masyarakat diberikan
ini berumur antara 25 sampai 40 tahun. pelatihan berupa simulasi penanganan
Generasi ini banyak menggunakan bencana erupsi gunung berapi, karena
teknologi yang terhubung internet karena kesiapsiagaan warga yang baik akan
hidup pada saat sedang gencar gencarnya mengurangi dampak kerugian dari bencana
internet. Ernawati, et al., (2020) Pernyataan erupsi gunung berapi. Hal ini sejalan
dari penelitian tersebut sama dengan hasil dengan penelitian Saanun, et al (2017)
penelitian ini, dimana responden mayoritas terkait pengaruh penyuluhan kesehatan
berumur antara 20-40 tahun. terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi
Mayoritas responden laki-laki sudah bencana, menunjukkan tingkat
pernah mengikuti pelatihan simulasi kesiapsiagaan sebelum dan sesudah
penanganan bencana erupsi gunung berapi, penyuluhan pada siswa didapatkan nilai P-
responden perempuan juga didapatkan value 0,021 maka ada pengaruh
hasil lebih banyak yang sudah pernah penyuluhan kesehatan terhadap
mengikuti pelatihan simulasi penanganan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
erupsi gunung berapi. Pada kategori usia tanah longsor pada siswa kelas XI SMK
18-20 tahun lebih banyak responden yang Negeri 6 Manado.
menjawab sudah pernah mengikuti Mayoritas responden telah mengetahui
pelatihan, kategori usia 21-40 tahun juga pada komponen mengetahui dan
didapatkan hasil mayoritas sudah pernah memahami status level vulkanik Gunung
mengikuti pelatihan, usia 40-60 tahun lebih Berapi Merapi, pada buku pedoman latihan
banyak yang menjawab sudah pernah kesiapsiagaan bencana dari BNPB
mengikuti pelatihan. Berdasar hasil korelasi diberikan penjelasan bahwa penting bagi
pelatihan simulasi penanganan bencana masyarakat yang bertempat tinggal di
Erupsi Gunung Berapi terdapat hubungan wilayah KRB (Kawasan Resiko Bencana)
dengan tingkat kesiapsiagaan warga dalam untuk mengetahui status gunung api, Hal
menghadapi bencana Erupsi Gunung tersebut dikarenakan apabila masyarakat
Berapi, hal tersebut menunjukkan mengetahui status gunung berapi akan
keterkaitan kesiapan warga dalam mempengaruhi tindakan yang harus
menghadapi dampak erupsi bagaimana dilakukan oleh masyarakat KRB (Kawasan
harus bertindak mulai dari mengetahui Resiko Bencana) yang dikeluarkan oleh
tanda-tanda bahaya, arah mata angin, arah BPPTKG (Badan Penyelidikan dan
jalur evakuasi, kesiapan dalam melakukan Pengembangan Teknologi Kebencanaan
pertolongan pertama, bagaimana hidup Geologi). Pada saat ini masyarakat KRB
sehat di pengungsian, bagaimana telah dimudahkan dalam mengakses atau
mengamankan barang-barang berharga mengetahui status gunung berapi melalui
secara prioritas, dan sebagainya. Hal situs internet dari BPPTKG baik melalui
tersebut sesuai dengan penelitian (Pratiwi, website atau instagram yang selalu
2016) bahwa terdapat perbedaan memberikan informasi kepada masyarakat.
kesiapsiagaan anggota palang merah Komponen mengetahui titik kumpul,
remaja antara sebelum dan sesudah rambu, dan jalur evakuasi juga akan sangat
diberikan pelatihan penanggulangan penting bagi warga yang menetap di daerah
bencana gempa bumi. Sebelum diberikan kawasan resiko bencana (KRB) karena
pelatihan siswa yang memiliki apabila warga masih belum mengetahui
kesiapsiagaan dengan kategori sangat siap akan membuat warga terpisah oleh
sebanyak 3 anak, setelah diberikan rombongan keluarga. Dalam hal ini
pelatihan siswa pada kategori sangat siap sebagian besar responden telah
meningkat menjadi 18 anak. mengetahui dan memahami hal tersebut.
Al Afik, Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat... | 25

Dalam buku saku BNPB Tanggap Responden pada penelitian ini


Tangkas Tangguh menghadapi bencana mayoritas mendapatkan nilai dalam kategori
dijelaskan tiga upaya utama dalam cukup yang dipengaruhi oleh beberapa hal,
menyusun rencana kesiapsiagaan salah satu hal yang paling berpengaruh
menghadapi bencana, salah satunya adalah adalah belum pernah dilakukan pelatihan
warga diwajibkan untuk mengidentifikasi titik pertolongan pertama di daerah responden,
kumpul, mengetahui rute evakuasi. Hal ini hanya sebagian kecil responden yang
akan memudahkan warga dalam melakukan menjawab benar atau dalam kategori baik.
evakuasi mandiri, karena jelas nya titik Penelitian ini sejalan dengan Dien, et al.,
kumpul dan rute evakuasi akan membuat (2015) dengan hasil ada pengaruh yang
warga tidak kebingungan ketika warga signifikan penyuluhan kesehatan dengan
harus berpindah ke tempat yang lebih kesiapsiagaan siswa menghadapi gempa
aman. bumi pada siswa SMP Kristen Kakaskasen
Keluarga merupakan organisasi terkecil Kota Tomohon. Hasil wawancara dengan
yang dipimpin oleh kepala keluarga, kepala dusun Srunen, di Desa Glagaharjo
kesepakatan keluarga akan sangat penitng pernah dilakukan simulasi penanganan
dalam merencanakan tindakan untuk erupsi gunung merapi termasuk didalamnya
evakuasi mandiri apabila terjadi erupsi penyuluhan di bidang kesehatan, namun
gunung berapi, pada komponen tas siaga tidak semua warga Dusun Srunen mengikuti
bencana keluarga dan sejenisnya banyak kegiatan tersebut.
warga yang sudah memiliki. Tas siaga Kader kesehatan merupakan salah satu
bencana keluarga akan sangat penting orang yang berpengaruh terkait hal-hal
apabila keluarga harus menetap untuk yang berhubungan terkait kesehatan
sementara waktu di barak pengungsian. masyarakat dusun, termasuk dalam
Erupsi Gunung Berapi menyebabkan kesehatan saat terjadi bencana, kader
dampak kerugian tidak hanya dari segi kesehatan akan memberikan pengalaman
material, ekonomi, namun yang paling yang sudah pernah dilakukan oleh kader
merugikan adalah segi fisik, menurut Baxter kepada masyarakat. Dalam hal ini
& Horwell, (2015) dampak kesehatan dari responden mayoritas menjawab sudah ada
erupsi gunung berapi antara lain asfiksia kader dan sudah pernah mengikuti
karena tidak tersuplainya oksigen ke dalam pelatihan P3K. penelitian ini sejalan dengan
otak, gas gangrene Infeksi jaringan lunak penelitian Fitra Bagus (2015) yang
yang disebabkan oleh kontaminasi luka oleh menjelaskan tentang peran modal sosial
organisme penghasil gas(Clostridium dalam kebijakan kesiapsiagaan bencana di
welchii) yang tumbuh subur tanpa adanya tingkat komunitas seperti mengambil
oksigen. Tetanus sebagai infeksi jaringan- kebijakan untuk bersama sama memahami
tinggi disebabkan oleh kontaminasi luka terkait kebencanaan, peringatan ancaman
oleh bakteri Clostridiumtetani. Bakteri dapat Gunung Raung, kebijakan terkait titik
menghasilkan toksin karena mempengaruhi kumpul.
sistem saraf, mengakibatkan kejang otot 4. Hubungan Pengalaman Mengikuti
yang tidak disengaja. Tidak ada pengobatan Pelatihan/Simulasi dengan Tingkat
khusus dan kondisinya hampir selalu Kesiapsiagaan
berakibat fatal. Pada penelitian ini terdapat hubungan
Namun dari 219 responden masih ada yang signifikan antara dilakukannya
beberapa responden yang menjawab tetap pelatihan dengan tingkat kesiapsiagaan
tinggal di rumah nya dengan alasan warga dalam menghadapi Bencana gunung
berbagai hal salah satunya yaitu masih Berapi Merapi. Pada penelitian ini
mempercayai petuah petuah tokoh adat, responden yang pernah mengikuti simulasi
seperti dikatakan dalam penelitian Lestari, seperti pada tabel 9, sebanyak 150 orang
et al., (2012) bahwa beberapa warga dengan persentase 68,5% yang pernah
enggan mengungsi sebelum mbah marijan mengikuti simulasi, sebaliknya ada 69
(almarhum) memberikan instruksi untuk responden atau 31,5% yang belum pernah
mengungsi. mengikuti simulasi. Hal ini sejalan dengan
3. Tingkat Kesiapsiagaan Bidang penelitian Feriyanto (2019) yang
Kesehatan Warga menunjukkan bahwa pemberian pelatihan
penanggulangan bencana berupa simulasi
26 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.7 No.1, April 2021, hlm 19-28

dapat meningkatkan perilaku kesiapsiagaan dalam meningkatkan tingkat kesiapsiagaan


dalam menghadapi bencana. Hal tersebut bencana. Penelitian ini berhubungan
penting dilakukan untuk menstimulasi dengan penelitian (Nada, et al., 2020)
masyarakat terkait interaksi dengan Bahwa simulasi hospital disaster plan
lingkungan, kemampuan interaksi menjadi berhubungan dengan tingkat kesiapsiagaan
dapat meningkatkan pengalaman pribadi perawat dalam menghadapi bencana.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesiapsiagaan secara umum masyarakat kesiapsiagaan warga dalam menghadapi


dalam kategori cukup yang dengan bencana erupsi Gunung berapi. Maka
pemahaman tertinggi pada mengetahui diperlukan program pelatihan, sosialisasi,
level Vulkanik gunung, dan terendah pada dan koordinasi dengan instansi, lembaga,
pemahaman KRB. maupun organisasi non pemerintahan yang
Kesiapsiagaan bidang kesehatan menaungi terkait kebencanaan secara
masyarakat dusun Srunen terhadap berkelanjutan.
dampak erusi gunung berapi dalam kategori Mengingat aktivitas Gunung Merapi sejak
cukup dengan pemahaman terhadap tahun 2018 yang berada pada level 2
adanya kader dalam pertologan (Waspada) maka diharapkan warga
keagawatan, serta adanya hubungan masyarakat pada KRB untuk lebih
antara dilakukan pelatihan dalam bentuk meningkatkan lagi terkait kesiapsiagaan
simulasi penanganan bencana Erupsi secara umum dan kesiapsiagaan bidang
Gunung Berapi dengan tingkat kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, C., 2017. Pengaruh pengetahuan Bina Kesehatan Masyarakat.


kebencanaan dan sikap masyarakat Dien, R. J., Kumaat, L. & Malara, R., 2015.
terhadap kesiapsiagaan menghadapi Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
bencana tanah longsor (studi di Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi
Kelurahan Lawanggintung, Bencana Gempa Bumi Pada Siswa
Kecamatan Bogor Selatan, Kota SMP Kristen Kakaskasen Kota
Bogor). Volume 3. Tomohon. Jurnal Keperawatan
Amin, A. C., 2017. Kesiapsiagaan Bencana UNSRAT .
Erupsi Gunung Merapi Pada Siswa Ernawati, Y., Rufii & Waluyo, D. A., 2020.
SMP Negeri 2 Cangkringan. Program Komik Digital Ekonomi Untuk
Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Generasi Milenial. Jurnal Education
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. and developmentinstitut Pendidikan
Baxter, P. J. & Horwell, C. J., 2015. Impacts Tapanuli Selatan , Volume Vol. 8 No.
of Eruption on Human Health . Dalam: 2.
The Encylopedia of Volcanoes. ESDM, 2019. [Online] Available at:
S.l.:Elsevier. https://www.esdm.go.id/assets/media /
Baxter, P. J. & Horwell, C. J., 2015. content/
Impacts of Eruptions on Human Health. The Pengenalan_Gunung_Api.pdf[Diakses
Encyclopedia of Volcanoes. 19 November 2019].
BNPB, 2012. [Online] Available at: Fatmadona, R. & Sabri, R., 2014. Analisis
http://www.bnpb.go.id/ [ Diakses 5 Faktor yang Berhubungan dengan
November 2019]. Rencana Keluarga di Pesisir Pantai
BNPB, 2014. Rencana Nasional Kota Padang dalam Menghadapi
Penanggulangan Bencana 2015-2019. Bencana. Ners Jurnal Keperawatan,
Jakarta: s.n. Volume 10.
Ciottone, G., 2016. Ciottone's Disaster Haeriah , S., Nugraha, A. L. & Sudarsono,
Medicine. Edisi kedua penyunt. B., 2018. Analisis Kerentanan Pada
S.l.:s.n. Wilayah Permukiman Akibat Bencana
Departemen Kesehatan, 2006. Pedoman Erupsi Gunung Merapi ( Studi Kasus:
Pengembangan Desa Siaga. Dirjen Kabupaten Sleman). Volume 7, pp.
Al Afik, Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat... | 27

65-74. Authority,(NDMA)2014. National


Hidayati, D. Et al., 2006. Kajian Policy Guidlines on Vulnerable Groups
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam in Disasters. Pakistan : National
Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi Disaster Management Authority.
& Tsunami. [Online] [Online] Available at:
Available at: www.ndma.gov.pk[Diakses 10 Januari
http://www.bukue.lipi.go.id/utama.cgi? 2020].
Lihatarsip& jans001& 1273262299 Ni Made, P., Sahrir, S. & Maryam, L., 2018.
[Diakses 10 Januari 2020]. Gambaran pengetahuan dan sikap
Hidayati, D. Et al., 2006. tentang kesiapsiagaan bencana pada
LIPIUNESCO/ISDR. [Online] bidang kedokteran kesehatan
Available at: (BIDOKKES) polda Maluku tahun
http://www.bukue.lipi.go.id/utama.cgi? 2018. Desember.Volume 3.
Lihatarsip& jans001& 1273262299 Nursalam, 2015. Metodologi Penelitian Ilmu
[Diakses 10 Januari 2020]. Keperawatan. Jakarta: Salemba
IFRC International Federation of Red Cross Medika.
and Red Crescent Societies, 2019. OCHA (Office for the Coordination of
IFRC Disaster Preparedness. [Online] Humanitarian Affairs) , 2019.
Available at: https:// media.ifrc.org/ Https://www.unocha.org/. [Online]
ifrc/what-we-do/disaster-and-crisis- Available at: https://www.unocha.org
management/disaster-preparedness/ /sites/unocha/files/dms/Disaster%20G
[Diakses 28 Oktober 2019]. uide%20Bahasa.pdf [Diakses 9
International Federation of Red Cross and Januari 2020].
Red Crescent Societies (IFRC) , 2019. Permana, S. A., Setyowati, D. L., Slamet, A.
About Disaster Management. [Online] & Juhadi, t.thn. Eling Lan Waspodo
Available at: https://www.ifrc.org/ Sebagai Persepsi Masyarakat Dalam
en/what-we-do/disaster- Menghadapi Ancaman Erupsi Merapi
management/about-disaster- di Wilayah Cangkringan Sleman
management/ [Diakses 10 Oktober Yogyakarta.
2019]. Purnama, S. G., 2017. Modul Manajemen
Kemenkes RI, 2015. Pedoman Bencana. Bali : Fakultas Kedokteran
Pemberdayaan Masyarakat dalam Universitas Udayana Program Studi
Penanggulangan Krisis Kesehatan. Kesehatan Masyarakat.
S.l.:s.n. Pusat Data Informasi Badan Nasional
Lenntech, t.thn. Volcanin Eruptions and Penanggulangan Bencana, 2017.
Environment. [Online] Buku Saku Tanggap Tangkas
Available at: Tangguh Menghadapi Bencana. 1st
https://www.lenntech.com/volcanic- penyunt. Jakarta: Pusat Data
eruptions-environment.htm Informasi dan Humas BNPB.
[Diakses 30 Oktober 2019]. Saanun, F., Kumaat, L. T. & Mulyadi, 2017.
Lestari, P., Prabowo, A. & Wibawa, A., Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
2012. Manajemen Komunikasi terhadap Kesiapsiagaan Dalam
Bencana Merapi 2010. Jurnal Ilmu Menghadapi Bencana Tanah Longsor
Komunikasi, Volume Vol 10 No. 2. Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 6
M., Amin, M. K. & Astuti, R. T., 2019. Manado. E-Journal Keperawatan (e-
Kesiapsiagaan Masyarakat Di Desa Kp).
Dukun Kecamatan Dukun Kabupaten. Saragih , B. Et al., 2014. Asmarandana
Wiraraja Medika, Volume Vol. 9 No. 2, Merapi : Narasi Ketangguhan Orang-
p. 35 – 41. Orang Merapi. S.l.:BNPB, UNDP,
Mcisaac, J. H. & Berkow, L. C., 2013. DR4, MRR.
Disaster Preparedness, Sari, M. M., 2017. Aplikasi Peta Kawasan
Cardiopulmonary Rescucitation, and Rawan Bencana (KRB) Dalam Analisa
Airway Management. Dalam: Benumof Sebaran Korban Erupsi Gunung Api
and Hagberg's Airway Management. Merapi 2010. Jurnal Spasial, Volume
S.l.:Elsevier, pp. 692-704.e2. 1.
National Disaster Management Sartika, E., Munadi, K. & Mutiawati, E.,
28 | Jurnal Kesehatan Mesencephalon, Vol.7 No.1, April 2021, hlm 19-28

2017. Penguatan Peran Posyandu Sugiyono , 2016. Metode Penelitian.


Dalam Meningkatkan Ketahanan Bandung: Alfabeta.
Masyarakat Terhadap Bencana Sulistyaningsih, W. & Widyanta, A., 2018.
Tsunami di Wilayah Pesisir Kota Erupsi Tiada Henti Gunung Sinabung:
Banda Aceh Menggunakan Gambaran Ketangguhan dan
Pendekatan Knowledge Management. Kesadaran Bencana Pada Penyintas.
Jurnal ilmu kebencanaan, Volume Vol Volume 9.
4 No. 4. Syahrizal, Karim, D. & Nauli, F. A., 2019.
Setiawati, I., Utami, G. T. & Sabrian, F., Hubungan Pengetahuan Perawat
2020. Gambaran Pengetahuan Dan terhadap universal precautions
Sikap Perawat Tentang dengan penerapan universal
Kesiapsiagaan Pelayanan Kesehatan precaution pada tindakan
Dalam Menghadapi Bencana Banjir. pemasangan infus.. Jurnal Online
Jurnal Ners Indonesia, Volume 10 . Mahasiswa, Volume Vol 2 (1).
Setyaningrum, N. & Rumagutawan, R., Tekeli, Y. S., 2006. Public Health and
2018. Tingkat pengetahuan Natural Disaster: Disaster
penanggulangan bencana dan Preparedness and Response in
kesiapsiagaan bencana gempa bumi Health System. 31 May .
pada kepala keluarga di Dusun Tjandra, K., 2017. Empat Bencana Geologi
Kiringan Canden Jetis Bantul Yang Mematikan. Yogyakarta: Gadjah
Yogyakarta. Health Sciences and Mada University Press.
Pharmacy Journal, Volume Vol. 2 No.
3.
Sholehah, I., 2017. Upaya Rehabilitasi
Pasca Bencana Oleh MDMC Studi
Kasus Banjir Garut Jawa Barat.
Sugara, Alatas , S., Farida, H. & Ani , S.,
2018. Hubungan Pengetahuan
Dengan Sikap Kesipsiagaan
Masyarakat Menghadapi Erupsi
Gunung Kelud Pada Fase Mitigasi.
Volume 3 , p. 11.

You might also like