Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to determine the knowledge of the community in disaster mitigation of Mount Slamet eruption in
Melung Village, Kedungbanteng District, Banyumas Regency. This research is a survey research, to obtain
disaster mitigation knowledge data before, during and after disaster with a population of 528 heads of
households. Samples were taken by Proportional Random Sampling technique 10% as many as 52 Head of
Family who had been following socialization. Data collection techniques used questionnaires and observations.
Data analysis is descriptive qualitative using frequency table, percentage and derivative. Public knowledge in
disaster mitigation of volcanic eruption of Slamet volcano mostly entered in medium category. The community
has not yet known about the knowledge of disaster mitigation which includes disaster knowledge, disaster
management, facilities and infrastructure in mitigation of volcano disaster. The people do not know the Law on
Disaster Mitigation (Law No.24 Year 2007) and the evacuation route.
Keywords: Community knowledge, disaster mitigation, volcanic eruption
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi
Slamet di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian
survei, utuk memperoleh data pengetahuan mitigasi bencana sebelum, saat dan sesudah bencana dengan
populasi sebanyak 528 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling 10%
sebanyak 52 Kepala Keluarga yang sudah pernah mengikuti sosialisasi. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket dan observasi. Analisis data secara deskriptif kualitatif menggunakan tabel frekuensi,
persentase dan pengharkatan. Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet
sebagian besar masuk dalam kategori sedang. Masyarakat belum semua tahu tentang pengetahuan mitigasi
bencana yang meliputi pengetahuan kebencanaan, pengelolaan bencana, sarana dan prasarana dalam mitigasi
bencana gunungapi. Masyarakat belum tahu Undang-Undang Penaggulangan Bencana (UU No.24 Tahun
2007) dan jalur evakuasi.
Kata kunci : Pengetahuan Masyarakat, Mitigasi Bencana, Bencana Letusan
Upaya yang dilakukan dalam mengurangi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
dampak akibat letusan gunungapi dan upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal
memperkecil jumlah korban manusia dan ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
kerugian harta benda atau disebut upaya mitigasi. pengalaman yang diperoleh dalam
Pemahaman karakteristik bencana secara umum memecahkan masalah yang dihadapi pada
merupakan aspek fundamental dalam upaya masa lalu. Pengalaman disini berkaiatan
penanggulangan bencana. dengan umur dan pendidikan individu,
Notoatmodjo, (2003) menjelaskan bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman
pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini akan semakin luas dan semakin tua umur
terjadi setelah orang melakukan penginderaan maka pengalaman akan semakin banyak (Asih
terhadap suatu objek tertentu. Pengineraan ini Dwi : 2012).
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu 3. Usia
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, Menurut Wahyuni dan Krianto (2011) usia
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan adalah umur manusia yang terhitung mulai
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia
Pengetahuan merupakan domain yang sangat semakin bertambah dan cukup umur, tingkat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. kematangan dan kekuatan seseorang akan
Sadisun (2013) Pengalaman memperlihatkan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama Faktor usia sejalan dengan pengalaman
ini telah banayak menimbulkan kerugian dan individu, semakin tua usia seseorang maka
penderitaan yang cukup berat akibat dari semakin bnayak pengalaman yang dimiliki
perpaduan bahaya alam dan kompleksitas individu. Hal ini juga berlaku terhadap
masalah lainnya. Konsep penanggulangan pembentukan karakter kesiapan bencana.
bencana di Indonesia saat ini telah mengalami 4. Informasi
pergeseran dalam cara pandang (perubahan Informasi akan memberikan pengaruh pada
paradigma). pengetahuan sesorang. Meskipun seseorang
Beberapa faktor yang mempengaruhi memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika
pengetahuan seseorang, antara lain : ia mendapatkan informasi yang baik dari
1. Pendidikan berbagai media misalnya TV, radio atau surat
Pendidikan merupakan segala upaya yang kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain pengetahuan seseorang. Kesiapan bencana
baik individu, kelompok atau masyarakat pada individu dan komunitas dipengaruhi oleh
melalui kegiatan untuk memberikan dan jumlah informasi yang diperoleh. Upaya-
meningkatkan pengetahuan sehingga mereka upaya yang dapat dilakukan untuk
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku memperoleh informasi terkait mitigasi
pendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi bencana dapat dilakukan dengan membaca
seseorang termasuk juga perilaku seseorang artikel terkait bencana di koran, buku, dan
yang merefleksikan kesiapan bencana. internet Wahyuni dan Krianto (2011).
Umumnya tinggi rendahnya pendidikan turut Sutikno (1994) mitigasi adalah suatu
pula menentukan mudah tidaknya seseorang tindakan sebelum bencana terjadi untuk
menyerap dan memahami pengetahuan yang mengurangi seminimal mungkin kerugian harta
mereka peroleh, pada umumnya semakin benda atau korban jiwa. Pada prinsipnya upaya
tinggi pendidikan semakin baik pula mitigasi dapat dilakukan melalui pendekatan non
pengetahuannya (Kapucu : 2008). struktural seperti peraturan perundangan,
2. Pengalaman penyuluhan, insentif dan pengembangan sistem
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. peringatan demi bahaya.
Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa Aspek pengetahuan mitigasi bencana
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, tersebut memberikan gambaran baru, bahwa
atau pengalaman itu suatu cara untuk masyarakat juga harus paham risiko tinggal di
memperoleh kebenaran pengetahuan. daerah lereng Gunungapi Slamet dengan status
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
gunungapi aktif serta memiliki dampak risiko masyarakat menjawab a diberi harkat 3, jawaban
letusan gunungapi tinggi dengan segala potensi b diberi harkat 2, dan jawaban c diberi harkat 1.
bahaya dan kerugian harta benda yang dapat Uji hipotesis pada penelitian ini
terjadi. menggunakan teknik persentase, dengan rumus
Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai berikut :
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : ƒ
P= ×100%
“Bagaimana pengetahuan masyarakat dalam N
mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet di Keterangan :
Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng P= Tingkat Pengetahuan Masyarakat (%).
Kabupaten Banyumas?”. f = Banyaknya responden masing-masing tingkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk N = Jumlah seluruh responden.
mengetahui pengetahuan masyarakat dalam Ho : hipotesis ditolak, jika pengetahuan
mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet di masyarakat dalam mitigasi bencana letusan
Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng gunungapi rendah <50%.
Kabupaten Banyumas. Hi : hipotesis diterima, jika pengetahuan
masyarakat dalam mitigasi bencana letusan
2. Metode Penelitian gunungapi tinggi >50%.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian sosial ini dilakukan di Desa 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Hasil Penelitian
Banyumas. Metode yang digunakan dalam Menurut Wahyuni dan Krianto (2011) usia
penelitian ini adalah metode survei. Informasi adalah umur manusia yang terhitung mulai saat
Penelitian survai dalam pengumpukan data dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin
menggunakan sampel (Singarimbun Masri, cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
1989). seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
Waktu pelaksanaan penelitian ke lapangan bekerja. Faktor usia sejalan dengan pengalaman
dilakukan pada bulan Desember 2015 – Januari individu, semakin tua usia seseorang maka
2016. Objek penelitian ini adalah masyarakat semakin bnayak pengalaman yang dimiliki
Desa Melung Kabupaten Banyumas yang sudah individu. Hal ini juga berlaku terhadap
mengikuti sosialisasi mitigasi bencana sebanyak pembentukan karakter kesiapan bencana. Tabel
528 kepala keluarga. Teknik pengambilan 1 menyajikan distribusi umur masyarkat Desa
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Melung yang telah mengikuti sosialisasi mitigasi
teknik Proporsional Random Sampling sebanyak bencana.
10% dari populasiyang pernah Tabel 1 Karakteristik usia masyarakat
mengikuti sosialisasi desa tangguh bencana yaitu No. Usia Persentase
Umur Jumlah (%)
sebanyak 52 kepala keluarga yang terdiri dari 19 (Tahun)
orang laki-laki dan 33 perempuan. Analisis data 1 20-24 1 1,92
2 25-29 6 11,54
dan Pengolahan Data
3 30-34 14 26,92
Analisis dalam penelitian ini menggunakan 4 35-39 11 21,15
teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan 5 40-44 8 15,40
6 45-49 6 11,54
tabel frekuensi dan persentase yang kemudian 7 50-54 1 1,92
dianalisis menggunakan skoring untuk me- 8 55-59 2 3,85
9 60-64 1 1,92
ngetahui tingkat pengetahuan mitigasi bencana
10 65+ 2 3,85
letusan Gunungapi Slamet yang diklasifikasikan Jumlah 52 100,00
menjadi 3 kelas dari rendah, sedang hingga Sumber : Data Primer Tahun 2015
tinggi. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
Pengolahan data dalam penelitian ini 1 diketahui usia masyarakat Desa Melung yang
menggunakan teknik pengharkatan. Peng- sudah pernah mengikuti sosialisasi mitigasi
harkatan terhadap jawaban masyarakat, apabila bencana gunungapi. Rentang usia masyarakat
mulai dari usia 20-65+ tahun. Paling banyak
adalah usia produktif yaitu umur 30-34 tahun
yaitu lulusan SD/MI dengan jumlah masyarakat
sebanyak 14 orang atau 26,92%. Umur 35-39
terbanyak yaitu sebanyak 27 orang atau 51,93%.
tahun sebanyak 11 orang atau 21,15%. Umur 40-
Terbanyak kedua adalah lulusan SMA/Sederajat
44 tahun sebanyak 8 orang atau 15,40%. Umur
sebanyak 14 orang atau 26,92%. Terbanyak ketiga
25-29 tahun dan 45-49 tahun sebanyak 6 orang
adalah lulusan SMP/Sederajat sebanyak 9 orang
atau 11,54%. Umur 55-59 tahun dan 65+ tahun
atau 17,30%. Dan jumlah mqasyarakat paling
sebanyak 2 orang atau 3,85%. Kelompok umur
sedikit adalah lulus perguruan tinggi sebanyak 2
dengan jumlah paling sedikit yaitu umur 20-24
orang atau 3,85%.
tahun, 50-54 tahun dan 60-64 tahun masing-
c. Data Mata Pencaharian Masyarakat
masing sebanyak 1 orang atau 1,92%. Perbedaan pekerjaan akan merujuk pada
a. Jenis kelamin perbedaan tingkat pengetahuan sesuai dengan
Jenis kelamin sangat menentukan dalam beban kerja dan jenis pekerjaan yang ditekuni
pengambilan keputusan mitigasi bencana, sikap individu yang nantinya akan mempengaruhi
laki-laki yang cenderung lebih tegas dan sigap
kesiapan dalam menghadapi bencana (Asih Dwi :
dibandingkan perempuan yang tidak mempunyai
2012). Terlihat dari luas wilayah Desa Melung
keberanian seperti halnya laki-laki. Tabel 2
yang sebagian besar merupakan pangkuan hutan
menyajikan distribusi masyarakat berdasarkan
Negara, hutan rimba dan perkebunan seperti
jenis kelamin yang menjadi responden pada
yang disajikan pada Tabel 4. Masyarakat Desa
penelitian ini.
Melung sebagian besar bermata pencaharian
Tabel 2 Distribusi masyarakat berdasarkan jenis
sebagai petani/pekebun.
kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Tabel 4 Distribusi Masyarakat Berdasarkan Mata
Laki – Laki 19 36,54 Pencaharian
Perempuan 33 63,46 Mata Jumlah Persentase
No.
Jumlah 52 100,00 Pencaharian (%)
1 Petani/Pekebun 7 13,46
Sumber: Data primer (2015)
2 Buruh Tani 1 1,92
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3 Kepala Desa 1 1,92
2 diketahuai distribusi masyarakat berdasarkan 4 Perangkat Desa 5 9,62
jenis kelamin masyarakat pada penelitian ini. 5 Guru 1 1,92
Jumlah terbanyak berjenis kelamin perempuan 6 TNI 1 1,92
sebanyak 33 orang atau 63,46% dan jumlah laki- 7 Bidan 1 1,92
laki sebanyak 19 orang atau 36,54%. 8 Wiraswasta 4 7,70
Karyawan 2 3,84
b. Tingkat pendidikan terakhir masyarakat 9
Swasta
Tingkat pendidikan turut pula menentukan
10 Pengurus RT 22 42,31
mudah tidaknya seseorang menyerap dan Buruh Harian 6 11,54
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, 11
Lepas
pada umumnya semakin tinggi pendidikan 12 Tukang Kayu 1 1,92
semakin baik pula pengetahuannya. Jumlah 52 100,00
Tabel 3 Pendidikan terakhir masyarakat Sumber : Data Primer Tahun 2015
No Pendidikan Jumlah Persentase Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
Terakhir (%) 4 diketahui distribusi masyarakat berdasarkan
1 SD/MI 27 52,00 mata pencaharian. Mata pencaharian terbanyak
2 SMP/Sederajat 9 17,30 adalah sebagai pengurus RT dengan jumlah
3 SMA/Sederajat 13 25 sebanyak 22 orang atau 42,31%. Terbanyak
4 PT 2 3,85
kedua adalah petani/pekebun sebanyak 7 orang
5 TT 1 1,92
Jumlah 52 100 atau 13,46%. Terbanyak ketiga adalah buruh
harian lepas sebanyak 6 orang atau 11,54%.
Sumber: Data primer (2015)
Terbanyak keempat adalah perangkat desa
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
sebanyak 5 orang atau 9,62%. Terbanyak kelima
3 diketahui distribusi masyarakat berdasarkan
adalah karyawan swasta sebanyak 2 orang atau
pendidikan terakhir dari ijazah yang diperoleh
3,84%. Jumlah masyarakat paling sedikit yaitu
ada 8 jenis mata pencaharian yaitu buruh tani, Melung dalam mitigasi bencana sebelum letusan
kepala desa, guru, TNI, bidan, dan tukang kayu, gunungapi masuk dalam kategori sedang.
dimana setiap mata pencaharian tersebut Masyarakat belum semua tahu betul tentang
sebanyak 1 orang atau 1,92%. bencana alam, mitigasi letusan gunungaapi,
Pembahasan risiko dampak letusan, jarak Desa Melung dari
a. Pengetahuan mitigasi bencana sebelum
pusat kawah Gunungapi Slamet, status aktif
bencana letusan gunungapi
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel Gunungapi Slamet, tentang organisasi peringatan
5 dibawah diketahui pengetahuan masyarakat dini, keikutsertaan dalam sosilaisasi, menyam-
dalam mitigasi bencana sebelum letusan paikan hasil sosialisasi, mengetahui ciri-ciri
gunungapi termasuk kategori rendah sebanyak 14 daerah rawan resiko letusan gunungapi tinggi,
orang atau 26,92%, kategori sedang sebanyak 25 dampak tinggal didaerah dampak risiko letusan
orang atau 48,08% dan kategori tinggi sebanyak gunungapi tinggi dan tahu tenntang badan
13 orang atau 25,00%. Berdasarkan persentase penyelenggara kegiatan mitigasi bencana.
tersebut dapat disimpulkan pengetahuan Masyarakat belum tahu tentang Undang-Undang
masyarakat Desa Melung dalam mitigasi bencana Penaggulangan Bencana (UU No.24 Tahun
sebelum letusan gunungapi masuk dalam kate- 2007), jalur evakuasi, belum paham tentang
gori sedang. bencana letusan gunungapi, dan kurangnya
Tabel 5 Pengetahuan mitigasi bencana sebelum pengetahuan tentang posko bencana.
letusan gunungapi b. Pengetahuan mitigasi bencana saat letusan
No Skor Kelas Jumlah Persentase (%) gunungapi
1 33-42 Rendah 14 26,92 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
2 43-52 Sedang 25 48,08 6 dapat diketahui pengetahuan masyarakat dalam
3 >52 Tinggi 13 25,00
mitigasi bencana saat letusan gunungapi kategori
Jumlah 52 100,00
rendah sebanyak 19 orang atau 36,54%, kategori
Sumber : Data Primer Tahun 2015
sedang sebanyak 33 orang atau 63,46% dan
Masyarakat belum semua tahu betul tentang kategori tinggi sebanyak 0 orang atau 0,00%.
bencana alam, mitigasi letusan gunungaapi, Berdasarkan persentase tersebut pengetahuan
risiko dampak letusan, jarak Desa Melung dari masyarakat dalam mitigasi bencana saat letusan
pusat kawah Gunungapi Slamet, status aktif gunungapi termasuk kategori sedang.
Gunungapi Slamet, tentang organisasi peringatan Tabel 6 Pengetahuan mitigasi bencana saat
dini, keikutsertaan dalam sosilaisasi, menyam- letusan gunungapi
paikan hasil sosialisasi, mengetahui ciri-ciri No Skor Kelas Jumlah Persentase (%)
1 16-27 Rendah 19 36,54
daerah rawan resiko letusan gunungapi tinggi, 2 28-39 Sedang 33 63,46
dampak tinggal didaerah dampak risiko letusan 3 >39 Tinggi - 0,00
gunungapi tinggi dan tahu tenntang badan Jumlah 52 100,00