You are on page 1of 16

ISSN 0853-8557

PENGURANGAN RISIKO BENCANA ALAM GEMPA BUMI SEBAGAI


UPAYA UNTUK MELAKSANAKAN RISK-BASED EARLY WARNING
Widodo Pawirodikromo1

Program Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia (UII), Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia
Email : widodo355@gmail.com

ABSTRACT
The occurrence of natural hazards and disasters in general can not be avoided, and
accordingly, the best way to overcome is to carry out an effective disaster management. The
disaster management cycle has been defined and understood clearly.One of the main problem
especially in the earthquake occurrence is the method of early warning. Semi quantitative
investigation on the earthquake occurrences particularly at Yogyakarta province has been
conducted. The relationship between earthquake occurrence and an effective early warning
became the main discussion. The data of earthquake occurrence at Yogyakarta provinve in
general is still relatively limited. The only available data was started at 1960’s and therefore for
the purpose of earthquake forecasting and prediction, the numbers/completeness of the data
should be improved. Result of the investigation showed that the concept of early warning system
will be more comprehensive if it be conducted by using the principle of Risk-Based Early
Warning. Reducing the disaster fatalities can be done not only by carrying out an early
warning immediately before hazard but also can be extended inclusively in the disaster risk
reduction program. Based on preliminary investigation and experiences, the structural damage
at Yogukarata province would be occur if the shallow earthquake magnitude M is greater than
5.3 with the epicenter distance approximately less than 40 km. There are several earthquake
prediction methods that have been developed by researchers, and one of them is strange animal
behavior before earthquake. The strange animal behaviors were occurred before the
Yogyakarta 27 May 2006 earthquake. This method can be used for the earthquake early
warning in the future when it has been verified successfully.
Key words: natural disaster, earthquake, disaster risk, early warning, integrated early warning,
risk-based early warning, earthquake forecasting, earthquake prediction
PENDAHULUAN ulang-ulangnya kejadian bencana gempa
bumi di suatu daerah maka masyarakat
Gempa bumi adalah salah satu jenis
setempat sampai mampu merumuskan dan
peristiwa alam yang sudah sangat dikenali
menggunakan kearifan lokal untuk
oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Hal
mengurangi segala dampak yang terjadi.
ini disebabkan bahwa, kejadian gempa
bumi adalah peristiwa alam yang relatif Bedasarkan kajian untuk rentang waktu 10-
sering terjadi, sering mengakibatkan tahun terakhir, di Indonesia gempa bumi
kerusakan fisik dan lingkungan yang sangat merupakan bencana alam yang paling
besar, berdampak sosial dan ekonomi yang mengakibatkan korban manusia dan
serius, menggannggu kehidupan normal kerugian materi/harta benda yang paling
manusia serta peristiwanya tersebar luas besar (Widodo, 2011). Apabila kejadian
keseluruh pelosok daerah. Sebagai contoh, gempa bumi sudah mengakibatkan dampak
gempa Aceh 2004 mengakibatkan dampak yang tidak mampu ditahan oleh masyarakat
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang secara normal, maka peristiwa gempa bumi
sangat besar sehingga diperlukan masa tersebut sudah berubah menjadi suatu
pemulihan lebih dari 5-tahun. Karena ber- bencana/bencana alam. Setelah melalui

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 51
ISSN 0853-8557

kajian yang mendalam dan cukup lama dan aplikasinya dalam bentuk peringatan
akhirnya para ahli berpendapat bahwa dini (early warning) sekaligus untuk
bencana alam tidaklah dapat di mendapatkan masukan dari beberapa fihak.
hindari/tolak. Sesuatu yang dapat
Resiko Akibat Bencana Alam
dikerjakan oleh suatu komunitas adalah
dengan mengelola kejadian bencana Kejadian alam baik banjir, tanah longsor,
sehingga dampaknya dapat diminimalisir. angin ribut maupun gempa bumi tidak
Manajemen kebencanaan kemudian selalu akan menjadi bencana. Sering
dilakukan sebagai suatu cara sistimatik dirasakan adanya gempa bumi yang relatif
untuk mengelola bencana alam. kecil yang hnaya mengibatkan goncangan
yang mengagetkan. Hal senada juga sering
Secara garis besar elemen-elemen dalam
terjadi pada banjir kecil, tanah longsor
manajemen kebencanaan dapat diurutkan
lokal/ kecil maupun angin ribut yang relatif
mulai dari kejadian bencana yaitu mulai
kecil. Hal itu semua merupakan salah satu
dari search and rescue, emergency reponse,
contoh peristiwa alam yang dapat menjadi
recovery, prevention, mitigation,
ancaman yang dapat menimbulkan
preparedness dan early warning. Early
bahaya/kerugian (hazard). Tidak selalu
warning sering dipandang sebagai suatu
peristiwa-peristiwa alam tersebut dapat
elemen yang sangat strategis karena
menjadi disaster karena terdapat beberapa
menyangkut kejadian bencana. Pada
hal yang saling mempengaruhi. Ibarat
umumnya diyakini bahwa apabila early
manusia, ancaman luar berupa virus atau
warning suatu kejadian bencana dapat
bakteri tidak akan mengakibatkan sakit
dilakukan dengan baik, maka korban
apabila tubuh mempunyai ketahan yang
manusia yang terjadi akan dapat
baik dan manusia mempunyai cara yang
diminimalisir.
baik untuk menangkal ancaman penyakit.
Untuk dapat melakukan early warning yang
Demikian juga dengan natural hazard,
baik/berhasil maka perlu didahului oleh
beberapa jenis hazard tidak akan menjadi
suatu monitoring, identifikasi,
bencana (disaster) apabila intensitas
pengumpulan informasi dan melakukan
bencana tidak besar, kerentanan masyarakat
prediksi kejadian bencana yang baik pula.
kecil dan kemampuan/kapasitas yang
Untuk itu diperlukan beberapa prasyarat
dimiliki cukup besar. Apabila terjadi suatu
yang diantaranya adalah pengetahuan yang
bencana maka akan menimbulkan
baik tentang jenis bencana yang akan
akibat/dampak negatif atau kerugian atau
terjadi, karakter objek bencana, alat dan
resiko (risk) yang harus ditanggung oleh
teknologi sebagai alat bantu serta data /
suatu komunitas/ masyarakat. Semakin
informasi dan pengalaman-pengalaman
besar kerentanan (vulnerability) internal
masa lalu yang berkenaan dengan kejadian
maka semakin besar resiko bencana yang
dan peringatan dini suatu bencana.
akan dihadapi. Selain kondisi faktual
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, kerentanan internal, pada masyarakat
akan terdapat beberapa permasalahan yang biasanya ada usaha-usaha untuk
perlu dicari jawabannya yaitu seperti apa menurunkan kerentanan internal atau
fakta-fakta/informasi bencana alam gempa meningkatkan kapasitas internal (capacity).
bumi utamanya di Daerah Istimewa Semakin besar kapasitas internal (capacity)
Yogyakarta (DIY) hubungannya dengan maka resiko akibat bencana akan semakin
konsep peringatan dini (early warning) agar kecil dan sebaliknya.
kemungkinan korban akibat bencana gempa
Dengan demikian antara hazard,
bumi dapat diminimalisir. Tulisan ini
vulnerability, risk dan capacity akan
merupakan hasil kajian yang sifatnya semi-
mempunyai hubungan langsung. Hubungan
kuantitatif dengan tujuan menyajikan fakta
tersebut dinyatakan dalam (DeLeon, 2006)
resiko bencana gempa bumi di Yogyakarta

52 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Risk = Hazard x Vulverability (1) dikuasai secara baik. Analsis terhadap


resiko bencana merupakan salah satu
Persamaan (1) adalah formulasi untuk
elemen dari metode penanggulangan
mengestimasikan resiko terhadap objek
bencana alam.
yang mempunyai tingkat kerentanan
(vulnerability) akibat ancaman luar Secara kualitatif, maupun kuantitatif
(hazard) yang paling sederhana. Formulasi akibat/dampak yang disebabkan oleh suatu
tersebut pada umumnya dipakai untuk bencana sangat dipengaruhi oleh elemen-
mengestimasi resiko kehilangan/loss suatu elemen sebagaimana disampaikan pada
kerusakan utamanya untuk objek fisik persamaan (1), persamaan (2), persamaan
individual.Untuk kondisi tertentu yang (3) atau persamaan (4). Elemen-elemen
didalamnya terdapat populasi yang padat tersebut dipengaruhi oleh penyebab
nilai/densitas nilai (exposure) maka sebelumnya misal, kondisi lokal/regional
persamaan (1) dikembangkan menjadi daerah yang bersangkutan dan dapat
bervariasi dari suatu kawasan/negara ke
Risk = Hazard x Vulnerability x
kawasan/negara yang lain (McKenzie et al.,
Exposure (2)
2005). Selanjutnya juga disebutkan bahwa
Namun demikain untuk estimasi suatu berdasarkan hasil survai, dampak akibat
objek yang ada hubungannya dengan bencana geologi (gempa, letusan gunung,
aktivitas manusia maka unsur kapasitas tsunami) lebih banyak mengakibatkan
akan muncul, sehingga persamaan (1) dapat kerusakan langsung (direct) daripada
dikembangkan menjadi, kerusakan tidak langsung. Hal yang
Hazard.x Vulnerabil ity sebaliknya terjadi (kerusakan tidak
Risk  (3) langsung/indirect) pada bencana hidrologi
Capacity
seperti kekeringan maupun banjir.
Apabila hadirnya densitas nilai (exposure) Resiko Akibat Bencana Alam Gempa
diperhitungkan maka persamaan (3) akan Bumi
menjadi,
Sebagaimana disampaikan sebelumnya,
Hazard x Vulnerabil ity x Exposure (5)
Risk  pers.1) adalah formulasi tata-cara
Capacity mengestimasikan/ menghitung resiko (risk)
Resiko yang harus dihadapi akibat bencana akibat ancaman (hazard) utamanya terhadap
di suatu objek/kawasan sebagaimana sesuatu objek fisik yang mempunyai
disajikan dalam persamaan (1), persamaan kerentanan (vulnerability). Resiko akibat
(2), persamaan (3) atau persamaan (3) dapat keruskan bangunan fisik oleh gempa bumi
diestimasikan (risk assessment) dengan merupakan contoh yang riil. Formalasi
memakai beberapa pendekatan Untuk dapat resiko suatu kerusakan objek fisik yang
mengestimasikan resiko tersebut, semua mempunyai kepadatan/densitas nilai
elemen yang terlibat dalam persamaan (exposure) akibat hazard secara skematis
tersebut harus benar-benar dimegerti / ditunjukkan oleh Gambar 1.a).

Gambar 1 Skema analisis resiko akibat bencana alam

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 53
ISSN 0853-8557

Akibat gempa bumi maka akan terutama 30-tahun terakhir. Hal tersebut
menimbulkan getaran tanah yang diantaranya disebabkan oleh meningkatnya
intensitasnya dinyatakan dalam percepatan kerentanan (vulnerability) akibat
tanah. Percepatan tanah tersebut berfungsi perkembangan demografi, kondisi sosial-
sebagai hazard yang berpotensi merusakkan ekonomi dan teknologi, urbanisasi yang
fisik bangunan. Sementara itu setip tidak terkendali, perubahan iklim,
bangunan akan mempunyai kondisi / pembangunan di daerah rawan bencana,
perilaku tertentu apabila mendapatkan penurunan kualitas lingkungan, kompetisi
goncangan/getaran percepatan tanah akibat penguasaan sumber daya alam, geological
gempa. Singkatnya setiap bangunan akan hazard serta hadirnya epidemi seperti
mempunyai tingkat kerentanan tertentu, HIV/AIDS, Antrax dll (Anonim, 2005).
sehingga akan menimbulkan kerusakan Analisis terhadap dampak bencana terhadap
akibat hazard dengan sebaran probabilitas masyarakat juga sudah sering dilakukanl.
tiap level kerusakan tertentu. Dengan Hasil analisis menunjukkan bahwa
diketahuinya densitas nilai (exposure) maka persentase dampak bencana terhadap GNP
secara keseluruhan resiko suatu kawasan di negara-negara relatif miskin jauh lebih
akibat skenario earthquake hazard tertentu besar daripada yang terjadi di negara-
akan dapat disetimasikan. negara maju. Hal ini ibarat terkena pisau
bermata-dua, karena GNP negara-negara
Pada umumnya untuk kerusakan objek fisik
relatif miskin sudah kecil dan persentase
yang sifatnya tangible, risk assessment
kerugian akibat bencana justru relatif besar.
dapat dilakukan sampai pada level loss
yang harus ditanggung. Namun demikian Menyadari kondisi seperti itu maka sejak
untuk hal-hal yang sifatnya in-tangible tahun 1994 telah dimulai gerakan
seperi persoalan sosial ataupun kultural, penurunan resiko bencana secara global
risk assessment pada umumnya diarahkan dengan dirumuskannya Yokohama Stategy.
pada pengelompkon standar kondisi Evaluasi terhadap strategy tersebut
tertentu misalnya sangat baik, cukup baik, menunjukkan bahwa cenderung terjadi
sedang, kurang ataupun kurang sekali. perbaikan sistimatika penanggulangan
Gamba 1.b) adalah contoh skema disaster bencana dibanyak negara, peningkatan
risk assessment untuk objek yang sifatnya ketahanan masyarakat baik secara lokal,
in-tangible seperti persoalan sosial, kultural maupun nasional. Pada perkembangannya
dan sejenisnya. kemudian dilanjutkan pada Hygo
Framework for Actions (HFA) pada tahun
Disaster Risk Reduction
2005 yangmana 5-prioritas penurunan
Sudah disajikan dibeberapa kesempatan resiko bencana seperti yang ditunjukkan
bahwa jumlah bencana alam diseluruh pada Gambar 2.
dunia cenderung me-ningkat secara tajam

Gambar 2 5-Pilar HFA Disaster Risk Reductions

54 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Apabila diperhatikan, maka pilar-pilar pada tersebut tampak bahwa terdapat 4-


Gambar 2 dapat digolongkan menjadi 2- kelompok aktivitas utama didalam disaster
kelompok besar yaitu : 1) Disaster Risk early warning yaitu pemahaman tentang
Analysis and Dissemination dan 2) resiko bencana, monitoring, pelayanan,
Intragted Disaster Management. Sudah diseminasi dan komunikasi serta
selayaknya bahwa untuk dapat melakukan kemampuan melakukan respons terhadap
managemen kebencanaan secara baik dampak bencana.
sekaligus menurunkan resiko bencana,
Pada umumnya early warning (EW) hanya
maka hal tersebut harus dilandasi oleh
diasosiasikan kaitannya dengan kejadian
pemahaman secara baik tentang jenis
ancaman / hazard (hazard-based early
bencana-bencana yang mungkin akan
warning), yaitu langkah-langkah strategis
terjadi, rangking bencana yang menjadi
untuk menghadapi ancaman bencana agar
ancaman, intensitas setiap jenis bencana,
dampak/korban yang terjadi dapat
dampak yang terjadi yang dinyatakan dalam
dihindari/dikurangi. Pada kenyataannya
resiko bencana. Tidak kalah pentingnya
EW lebih banyak dialamatkan kepada
adalah melakukan diseminasi /
usaha-usaha Aparat / Pengambil Keputusan
menyebarluaskan infomasi kepada
/ penggiat dalam menghadapi suatu
masyarakat yang kemundian dapat
bencana. Durasi suatu bencana pada
dilanjutkan dengan integrated early
umumnya tidak lama apalagi pada gempa
warning systems (akan dijelaskan
bumi. Dengan demikian apabila EW hanya
kemudian).
diasosiasikan dengan kejadian bencana
Peringatan Dini (Early Warning,EW) maka EW hanya berlangsung cukup singkat
menjelang kejadian bencana saja.
Peringatan di atau Early Warning (EW)
adalah salah satu tahapan penting dalam Peringatan dini merupakan tahap
siklus manajemen kebencanaan. Banyak manajemen kebencanaan yang strategis
versi definisi atau pengertian early warning karena mempunyai tujuan yang mulia.
(EW) yang pada intinya adalah suatu usaha Menurut Anonim (2003) tujuan utama EW
identifikasi, prediksi dan penyebaran adalah :
informasi tentang kemungkinan adanya
1. Untuk melindungi kehidupan manusia
suatu ancaman bencana sehingga dapat
secara pribadi, kelompok, komunitas,
diikuti dengan persiapan-persiapan untuk
bangsa,
mengurangi dampak yang timbul akibat
2. Untuk melindungi aset dan
bencana tersebut. Basher (2006)
sumberdaya produktif
memberikan ilustrasi tentang komponen-
komponen didalam EW sebagaimana
disajikan pada Gambar 3. Pada gambar

Gambar 3 People-centered early warning systems (Basher, 2006)

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 55
ISSN 0853-8557

Integrated Early Warning Systems yang secara skematis disajikan pada


Gambar 5.
Disaster early warning (EW) tidaklah
efektif kalau hanya dipandang sebagai suatu Tampak pada Gambar 4 dan Gambar 5
upaya yang berdiri sendiri sebelum kejadian bahwa integrated EW systems dapat
bencan alam. Terdapat aktivitas-aktivitas dinyatakan dalam unsur-unsur menurut
pada early warning yang saling berkaitan tahapan disaster management dan
dengan aktivitas di managemen kerjasama antara disaster management
kebencanaan. Hal ini terjadi karena dengan stakeholders. Tampak bahwa
aktivitas-aktivitas dalam managemen konsep/penyajian integrated early warning
kebencanaan merupakan aktivitas yang systems dapat berbeda-beda bergantung
saling berkaitan, berkesinambungan dan pada pendekatan yang dipakai.
saling mendukung satu sama lain. Oleh
METODE KAJIAN
karena itu Anonim (2003) mengatakan
bahwa konsep integrated early warning Tempat dan waktu
systems merupakan kaitan proses yang Kajian tentang resiko bencana alam gempa
integrated antara early warning, disaster bumi ini khususnya dilakukan di Daeerah
preparedness dan disaster prevention yang Istimewa Yogyakarta (DIY) karena DIY
secara skematis disajikan pada Gambar 4. termasuk kawasan yang rawan bencana.
Early Untuk menjawab pertanyaan secara
Warning eksplisit sebenarnya bencana jenis apa yang
paling merugikan maka kajian ini
dilakukan. Rentang data yang diperlukan
untuk kajian adalah selama ± 40 tahun
Integrated terakhir mulai dari tahun 1970 sampai
Disaster EW dengan tahun 2010.

Disaster
Data dan alat
Disaster
Preparedness Prevention Data yang berhubungan dengan resiko
bencana di DIY pada parakteknya tidak
Gambar 4 Integrated disaster early warning mudah diperoleh secara lengkap. Oleh
(Anonim, 20073) karena itu data yang diperlukan diperoleh
Integrated early warning systems dapat dari beberapa sumber , saling melengkapi
mempunyai versi yang berbeda-beda dengan menggunakian alat/sarana website,
tergantung dari sisi mana penyelesaian paper maupun publikasi yang lain.. Data
persoalan akan didekati. Anonim (2003) yang diperlukan ada yang sudah matang
menyajikan konsep integrating EW system tetapi ada juga yang masih perlu diolah.
seperti pada Gambar 4 sementara itu Basher Dengan denikian data yang diperoleh
(2006) mengajukan konsep integrated EW berupa data sekunder dan data primer.
systems sebagaimana yang tampak pada Metode Analisis
Gambar 5. Basher (2006) mengatakan
bahwa early warning yang efektif tidak Analisis atau bahasan terhadap data yang
hanya berdasar pada scientific and technical diperoleh dilakukan secara kualitatif
aspects tetapi harus diikuti dengan dengan memperhatikan suatu fakta,
komitmen yang kuat dari orang-orang yang intensitas ataupun kecenderungan kejadian
terlibat dalam penaggulangan benvana. gempa atau akibat yang timbul. Dengan
Oleh karenanya Basher (2006) menghubungkan, mengkomunikasikan dan
mengusulkan disaster early warning menggunakan dasar teori yang ada maka
berdasarkan people-based early warning pembahasan dapat dilakukan dan simpulan
dapat dirumuskan.

56 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Gambar 5 Integrated Early Warning Systems (Basher, 2006)


HASIL DAN PEMBAHASAN melalui tahapan/prioritas. Tahapan/prioritas
yang dimaksud dimulai dari prioritas teratas
Konsep Risk-Based Early Warning
dari 3-unsur yaitu ”in the most vulnerable
Systems (RBEW)
condition, exposure and capacity”. Hal
Masa kejadian bencana yang diikuti dengan yang demikian itu berarti harus ada ”tahap
search and rescue, emergency reponse dan identifikasi dini, prediksi, diseminasi
recovery (periode I) pada umumnya juga informasi dan penyiapan dini ”. Hal itu
tidak terlalu lama. Durasi selanjutnya sebenarnya sama dengan definisi early
sampai dengan kedatangan bencana warning yang diimplementasikan pada ke-4
berikutnya (periode II) jauh lebih lama dari unsur riks yang dimaksud. Dengan
durasi kajasama bencana sampai selesai demikian EW tidak saja hanya difokuskan
recovery. Problem mengurasi resiko pada hazard tetapi juga harus diterapkan
bencana pada hakekatnya tidak hanya pada penurunan kerentanan (vulnerability),
terfokus pada periode I, tetapi justru pada penurunan / pengendalian / monitoring
periode II terdapat banyak hal yang harus densitas nilai (exposure) dan peningkatan
diperbaiki. Konsep EW untuk mengurangi kapasitas (capacity) sehingga secara
resiko bencara akan lebih efektif apabila keseluruhan diusulkan menjadi risk-based
tidak hanya diterapkan menjelang kejadian early warning systems (RBEW).
bencana tetapi juga pada periode II. Konsep Sebagaimana dikatakan sebelumnya, hal-
EW menjelang kejadian bencana pada hal yang dilakukan di atas kebanyakan
hakekaktnya hanya mempersiapkan diri bersifat instant /jangka pendek yaitu
untuk mengurangi dampak hazard pada menangani kemungkinan dampak bencana.
persamaan 1, persamaan 2, persamaan 3 Konsep integrated EW dapat melibatkan
atau persamaan.4. unsur penurunan kerentanan, densitas nilai
Penurunan resiko akibat bencana tidak dan peningkatan kapasitas. Kerentanan fisik
hanya usaha menurunkan kualitas/kuantitas bangunan misalnya dapat dielaborasi
hazard tetapi juga harus menurunkan resikonya, dapat dimonitor tempat-
pengaruh yang lain yaitu menurunkan tempatnya, dapat disebar-luaskan
tingkat kerentanan (vulnerability), masalahnya kepada masyarakat, dapat
menurunkan densitas nilai (exposure) dan dilakukan penyiapan untuk perbaikan, dapat
menaikkan lapasitas (capacity). Usaha dilakukan bantuan teknik/ketrampilan dan
menurunkan pengaruh kerentanan dan seterusnya. Hal yang sama dapat dilakukan
densitas nilai serta menaikkan kapasitas pada keremtanan sosial, ekomomi dan
tidaklah terjadi secara instan, tetapi harus sebagainya.

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 57
ISSN 0853-8557

1. Disast. Risk Knowled


2. Disast. Monit,Predict.
3. Dissem. & Preparedn.
4. Provided Assistance
5. Dis. Assessment
6. Root Causes Ident. &

1. Increase Physical Cap Haz 1. Reduce Physical Vuln


2. Increase Social Cap 2. Reduce Social Vulner
3. Increase Econom.Cap 3. Reduce Econom.Vuln
4. Increase Environ.Cap Cap EW Vuln 4. Reduce Environm.Vul
5. Increase Cultural Cap 5. Reduce Cultural Vuln
6. Increase Techn.Cap 6. Reduce Technical Vul
Exp
1.Land Use Plan.&Impl
2.Implem. Build. Regul.
3.Control Peopl Density
4.Control Property Dens
5.Control Crit.Fac.Dens
6.Control Crit.Infrastruc

Gambar 6 Integrated early warning systems


Antara kerentanan dan kapasitas sejarah kejadian gempa (earthquake
mempunyai pengaruh saling berlawanan, history) dan menggunakan pendekatan
kerentanan yang baik adalah yang nilainya statistik untuk mengestimasi probabilitas
rendah sedangkan kapasitas yang baik kejadian gempa. Probabilitas kejadian
nilainya yang tinggi. Masing-Masing jenis gempa dapat diestimasikan mulai jangka
vulnerability dan capacity mempunyai dekat dampai jangka panjang. Sementara
butir-butir dan indikator sendiri-sendiri. itu earthquake prediction menggunakan
Butir-butir pada setiap jenis vulnerability earthquake precursors dan pendekatan
dan capacity disajikan secara lengkap oleh physical/geophysical untuk memprediksi
Hahn (2003) dan Anonim (2007b). kejadian gempa. Hasil prediksi banyak
Sementara itu EW pada unsur exposure bersifat yes atau no dan prediksi kejadian
utamanya ditujukan pada pengendalian gempa lebih banyak bersifat jangka pendek.
taha-guna lahan, implementasi peraturan Skematis perbedaan antara earthquake
pembangunan, identifikasi/pengendalian forecasting dan earthquake prediction
kepadatan penduduk, bangunan, properti, adalah seperti yang disajikan pada Gambar
fasilitas kritis maupun infrastruktur-2 yang 7.
penting.
Terdapat banyak metode yang dapat dipakai
Earthquake Forecasting and Predicting untuk memprediksi kejadian gempa, yang
diantaranya adalah berdasarkan kelompok
Terdapat 2-istilah yang kadang-kadang
(Widodo, 2009b):
agak kacau penggunaanya yaitu earthquake
forecasting dan earthquake predicting. Dua 1. Geophysic anomalies (geomagnetic
istilah tersebut sebenarnya mempunyai field, Vp/Vs anomaly, earthquake light,
basis pijakan yang berbeda dan gravitational field anomaly, foreshock
maksudnyapun juga berbeda. Long (2005) events, heat current, strange animal
dan Anonim (2008) mengatakan bahwa behavior etc.)
earthquake forecasting menggunakan

58 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

USE EARTHQUAKE HISTORY :


1. Recurrence Frequency EQ Forecasting
Statistical Methods
2. Seismic Gap [1] (% proVP/VS Rat,
3. Conditional Probability Cloud Method
4. Total Probability Theorem [2] Thermal Anomaly
[3] Electric/Magnetic-
EQ Prediction/ Field etc
Forecasting [4] Unusual Natural
Phenom.
USE EARTHQ. PRECURSORS
bability)
[2]EQ Prediction
Physical/Geophysical 1. VP/VS Rat, Cloud Method
[1] Long/Med.
( yes or no)Forec.
Methods 2. Thermal Anomaly
3. Electric/Magnetic-Field etc [3]Medium/short Pred.
4. Unusual Natural Phenom.

Gambar 7 Earthquake Forcasting and Predicting (Widodo, 2009a)


2. Geochemistry anomalies (radon gas diperoleh sejak tahun 1973 sampai
concentration, raising water sekarang. Data kegempaan yang dipakai
temperature etc), pada kajian ini adalah data gempa utama
3. Geodetic anomalies (water level yang berjarak maksimum 250 km dari kota
fluctuation, ground tilt occurrence, Yogyakarta yang mempunyai magnitude M
ground settlement etc.), > 5. Data yang dimaksud dalam bentuk plot
4. Geo-atmospheric interaction anomalies anatar jarak episenter vs magnitude gempa
(thermal anomaly, cloud method, air seperti yang disajikan pada Gambar 8.a).
humidity anomaly etc.)
Tampak pada Gambar 8.a) bahwa
Salah satu contoh earthquake forecasting kebanyakan gempa yang relatif besar yang
adalah probabilitas kejadian gempa dengan terjadi di DIY mempunyai jarak episenter
M > 5,0 yang terjadi akibat aktivitas sesar antara 80 – 140 km. Jarak ini cukup jauh
Opak di Yogyakarta. Dengan berdasar pada sehingga pada Gambar 8.b) hanya akan
sejarah kejadian gempa akibat aktivitas mengakibatkan percepatan tanah antara 20
sesar Opak dengan M > 5, maka dapat – 40 cm/dt2. Gambar 8.b) menyajikan data
diestimasi probabilitas kejadian gempa dan hasil penelitian (Widodo dkk, 2011)
tersebut untuk kurun/interval waktu kejadian gempa di DIY yang disajikan
mendatang. Gambar 9 adalah menyajikan dalam plot antara jarak episenter vs.
probabilitas kejadian gempa M > 5 akibat percepatan tanah. Tampak pada gambar
aktivitas sesar Opak pada 10 tahun bahwa hasil penelitian cukup mewakili data
mendatang sejak tahun 2011. Hasil tersebut kejadian gempa yang ada walaupun
diperoleh dengan asumsi bahwa cenderung overestimate pada gempa jarak
mekanisme, laju dan proses kejadian gempa dekat dan underestimate untuk gempa jarak
yang akan datamg dianggap sama dengan jauh.
kejadian sebelumnya. Earthquake
Menurut hasil penelitian, bangunan gedung
forecasting maupun earthquake prediction
beton bertulang mulai mengalami respons
untuk selanjutnya akan dipakai untuk tujuan
inelastik apabila dibebani gempa dengan
disaster early warning.
percepatan tanah melebihi ± 120 cm/dt2.
Aktivitas Kegempaan di Daerah Apabila beban Code berkisar antara 0,67 –
Istimewa Yogyakarta (DIY) 0,7 beban pada saat leleh pertama maka
percepatan tanah yang akan mengakibatkan
Sebagaimana disampiakan sebelumnya,
mulainya kerusakan kecil pada struktur
data tentang kegempaan di suatu kawasan
banguna adalah ± 80 cm/dt2. Apabila nilai
belum tentu tersedia dengan baik. Pada
percepatan tanah tersebut di plot pada
kajian ini data kegempaan di DIY hanya

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 59
ISSN 0853-8557

Gambar 8.b) maka akan diperoleh jarak ± apabila gempa dengan M  5,3 (akan
40 km. Hal ini berarti bahwa bangunan dijelaskan kemudian) apabila sumber
akan mulai mengalami kerusakan kecil gempa berjarah R < 40 km.
6.5 Probabilitas Kejadian Gempa akibat
6.3 Earthqua Aktivitas Sesar Opak
6.1
ke hazard
5.9 Selain infoemasi tentang kegempaan di
Magnitudo, Mw

zone
5.7
DIY maka juga dapat dilakukan forecasting
5.5
5.3
kemungkinan kejadian gempa, misalnya
5.1 akibat aktivitas sesar Opak di DIY.
4.9 Forecasting kemungkinan kejadian gempa
4.7
4.5
dimasa mendatang disuatu kawasan akan
0 a) 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 lebih baik apabila disertai dengan data
Jarak Episenter (km ) kegempaan yang relatif lengkap. Data yang
180
berhunungan dengan kegempaan akibat
160 Data Asli
140 Inelastic aktivitas sesar Opak relatif terbatas, yaitu
Perc.Tanah (cm/dt2)

Penelitian
120 response starts beberapa gempa sejak tahun 1973.
100 Struct. light Forecasting yang dilakukan dengan
80 damage starts memakai metode conditional probability
60
dan dengan anggapan bahwa proses,
40
20
mekanisme, laju dan gerakan tektonik yang
0 mengakibatkan gempa mendatang dianggap
b) 20
0 40 60 80 100 120 140 160 180 200 sama dengan periode sebelumnya. Hasil
Jarak Episenter (km )
forecasting tersebut disajikan pada Gambar
Gambar 8 Plot antara rpisenter vs 9.
nagmitudo dan percepatan tanah gempa-2 Pada Gambar 9 tampak bahwa probabilitas
di DIY kejadian gempa dengan M > 5 akibat
aktivitas sesar Opak sebelum tahun 2021
(10 tahun mendatang) sebesar 51,047 % <
Dengan berdasar percepatan ± 80 cm/dt2 90 %. Hal ini berarti bahwa kejadian gempa
dan jarak episenter R  40 km, maka pada periode tersebut tergolong “likely”,
menurut persamaan atenuasi yang dipakai berkemungkinan, belum pasti. Sementara
magnitudo gempa M yang akan itu probabilitas kejadian gempa M > 5
mengakibatkan percepatan tanah  80 km akibat aktivitas sesar Opak untuk rentang
adalah M  5.3. Selanjutnya dengan waktu 2 – 40 tahun dari tahun 2011
berdasar pada jarak episenter R  40 km disajikan pada Gambar 10. Pada gambar
dan magnitudo gempa M  5.3, maka pada tersebut tampak bahwa setelah 20 tahun
Gambar 8.a) akan diperoleh sebaran gempa dari tahun 2011 kemungkinan kejadian
yang akan mengakibatkan kerusakan, gempa sudah menjapai ± 90 %, suatu angka
sebagaimana daerah diarsir. Tampak pada yang hampir pasti. Secara umum
gambar bahwa sebenarnya tidak banyak probabilitas kejadian gempa dimasa
gempa di DIY yang mengakibatkan mendatang mengikuti fungsi distribusi
kerusakan bangunan. Walaupun jumlah kumulatif (Cumulative Distribution
gempa yang dimaksud tidak banyak tetapi Function, CDF). Dengan hasil estimasi
berdasar pada informasi tersebut kiranya tersebut maka langkah-langkah disaster
dapat diambil langkah-langkah disaster early warning (EW) segera dapat dirancang.
early warning (EW) khususnya Namun demikian hasil tersebut diperoleh
meningkatkan kualitas bangunan dengan anggapan seperti yang disampaikan
(menurunkan kerentanan/vulnerability) di sebelumnya.
kawasan selatan DIY

60 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

Gambar 9. Forecasting kejadian gempa akibat aktivitas sesar Opak sebelum tahun 2021
1 sejarah/episenter kejadian gempa-gempa
0.9 sebelumnya. Dengan demikian data tersebut
Prob. Kejadian (%)

0.8
0.7 sudah dapat dipakai untuk peringatan dini
0.6 (EW) secara kasar. Magnitudo gempa juga
0.5
0.4 penting karena akan mempengaruhi
0.3 Gem pa M > 5 akibat dampak yang akan ditimbulkan.Namun
0.2 aktivitas sesar Opak
0.1 demikian prediksi magnitudo ini tidak
0 begitu dipermasalahkan/dipentingkan.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Prediksi yang paling dipentingkan adalah
Tahun (dari 2011)
kapan gempa akan terjadi. Prediksi waktu
Gambar 10. Probabilitas kejadian gempa kejadian gempa dapat terdiri atas prediksi
M> 5 akibat aktivitas sesar Opak sampai 40 jangka panjang (tahun, puluhah tahun),
tahun mendatang jangka menengah (bulan-tahun) dan jangka
pendek (hari-minggu). Mengingat orang
Probabilitas Kejadian, Prediksi Kejadian pada umumnya tidak sabar mengungsi
dan Pringatan Dini (Early Warning) berbulan-bulan, maka prediksi waktu
Probabilitas kejadian gempa, predikdi dikehendaki prediksi jangka pendek.
kejadian gempa sudah disampiakan Menurut sejarah usaha memprediksi
pengertian dan contohnya. Khusus untuk kejadian gempa sudah dimulai di China
prediksi kejadian gempa persoalannya pada tahun 132 AD oleh Zhang Heng
menjadi sangat berbeda, karena jawaban dengan memakai seismometer. Hasil
yang diharapkan bukan probabilitas tetapi prediksinya masih sangat sederhana yaitu
“ya” atau ‘tidak”, artinya terjadi gempa atau baru terbatas menentukan arah goncangan.
tidak. Prediksi kejadian gempa Setelah itu prediksi kejadian gempa tidak
selengkapnya akan menyangkut : 1) memperoleh kemajuan yang berarti. Baru
prediksi magnitude M; 2) prediksi tenpat setelah 1800 tahun kemudian, tepatnya
kejadian dan 3) prediksi waktu, kapan pada tahun 1975, manusia baru berhasil
gempa akan terjadi. memprediksi kejadian gempa yaitu gempa
Prediksi tempat kejadian gempa secara Haicheng, China 4 Februari 1975.
kasar kira-kira sudah diketahui tempatnya Keberhasilan itu dimulai dengan adanya
mulai dari sudah diketahuinya aktivitas perubahan elevasi tanah, elevasi air tanah
tektonik, kondisi geologi dan dan adanya gempa-gempa kecil awal

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 61
ISSN 0853-8557

(foreshock). Pada hari-hari terakhir sebelum gelombang primer, foreshock precursors,


gempa terjadi ditandai dengan adanya elastic strain build-up rate perubahan
perilaku binatang yang tidak seperti electrical conductivity, water flow rate
biasanya dan evakuasipun segera dilakukan, (Lomnitz dan Rosemblueth, 1976) sampai
dan ternyata gempa benar-benar terjadi. pada cloud method, sun-eclipe method
Telah banyak nyawa manusia diselamatkan tetapi hasilnya masih nihil. Para ahli justru
oleh keberhasilan itu. Tetapi hal itu adalah mengatakan it may impossible to predict an
keberhasilan yang pertama sekaligus earthquake in the exact time and place,
terakhir karena pada gempa berikutnya, sehingga usaha untuk itu dapat dikatakan
yaitu Tangsan, China 27 Juli 1976 telah membuang-buang waktu, sia-sia dan
merenggut lebih dari 250 000 manusia. pemborosan. Dengan demikian prediksi
kejadian gempa jangka pendek sampai saat
Sampai dengan saat ini perburuan tentang
ini belum dapat berhasil sehingga belum
kejadian gempa tidak serta merta surut,
dapat dipakai sebagai bahan peringatan dini
yang pada garis besarnya terdapat 2
(EW) secara dekat.
kelompok besar yaitu kelompok optimistis
dan kelompok pesimistis. Kelompok Prediksi Kejadian Gempa
optimistis berdasar pada fakta bahwa
Strange Animal Behavior
gempa sedang/besar bukanlah gempa-
gempa yang terjadi secara random baik Pada penjelasan di atas telah disampaikan
tempat maupun waktu. Perkiraan tempat- bahwa prediksi gempa secara tepat baik
tempat yang berkemungkinan terjadi gempa magnitudo, tempat dan waktu kejadian
sekarang ini sudah diketahui dengan baik sekarang ini adalah sesuatu yang mustahil.
(disekitar plate boundaries). Berdasarkan Namunn demikian para peneliti terus
keterangan di atas tampak jelas bahwa hasil mencari dan mengambangkan metode
prediksi gempa ternyata tidak/belum prediksi kejadian gempa yang salah satunya
bermanfaat bagi usaha kemanusiaan, karena adalah memanfaatkan gejala strange animal
yang dibutuhkan adalah short term behavior sebelum kejadian gempa. Hasil
prediction (dalam minggu bahkan hari). penelitian sementara perilaku aneh
Kelompok pesimistik berpendapat bahwa binatang-binatang sebelum gempa
kejadian gempa tidak akan dapat diprediksi Yogyakarta 27 Mei 2006 adalah seperti
secara akurat apabila patahan2/faults yang disajikan pada Gambar 11.
disemua tempat tidak diketahui secara jelas Pada gambar 11.a) menunjukkan perilaku
(misalnya seperti kasus gempa Northridge, cacing-tanah sbelum kejadian gempa.
1994 dan gempa Kobe, 1995). Lebih jauh Sebelum kejadian gempa cacing tanah
lagi kondisi bumi secara umum adalah keluar dari dalam tanah dan menggelepar-2
heterogen, sangat besar untuk ukuran dipermukaan tanah. Tampak pada gambar
manusia, bentuk faults umumnya sangat bahwa dibanyak tempat cacing tanah keluar
tidak beraturan, dan secara umum faults dan pada rentang waktu 9 – 2 hari menjelang
focus adalah suatu objek yang tidak dapat kejadian gempa pada jarak 10 – 20 km dari
dijangkau/inaccessibility (Byliner dkk, sesar Opak. Acuan yang dipakai pada kasus
1998). Berdasarkan atas hal-hal tersebut ini adalah : 1) unusual place; 2) unusual
Aki (1995) mengatakan bahwa kejadian time dan 3) unusual number. Maksudnya
gempa adalah space, time, state dependent adalah tidak biasa cacing tanah
dan fault heterogeneities multiple scale menggelepar-2 di permukaan tanah/paving
variables. block, juga tidak biasa hal tersebut terjadi
Banyak metode yang telah dikembangkan pada musim kemarau (Mei 2006 musim
dalam rangka memprediksi kejadian gempa kemarau) dan tidak biasa cacing tanah yang
misalnya dengan memakai kondisi keluar mencapai puluhan, ratusan bahkan
earthquake gap, perubahan kecepatan ribuan. Hal ini berarti telah terjadi apa-apa

62 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

di dalam tanah 9-2 hari sebelum gempa menelusuri kemungkinan terjadinya thermal
Yogyakarta (27 Mei 2006) yang dapat anomaly ini sebelum kejadian gempa bumi
dirasakan oleh cacing tanah, tetapi tanda- Yogyakarta 27 Mei 2006. Data anomali
tanda tersebut sama sekali tidak termal diperoleh dari stasiun Meteorologi
diperhatikan oleh manusia !. TNI AU di Adisucipto. Hasilnya adalah
seperti yang disajikan pada Gambar 12.
Gambar 11.b) menunukkan perilaku aneh
keluarga burung, termasuk burung unta di Gambar 12.a) menunjukkan perkembangan
sawah, burung yang ada disangkar dan itik temperatur di Yogyakarta pada bulan Mei
yang ada di kandang. Hewan-hewan 2006. Menurut teori yang diajukan oleh
tersebut menunjukkan perilaku yang aneh para peneliti gempa bumi terjadi ± 7-14 hari
menjelang kejadian gempa. Banyak setelah suhu udara mencapai maksimum
perilaku yang perilaku binatang yang lain dan setelah terjadi kenaikan kelembaban
yang dapat disampaian tetapi karena udara. Berdasarkan hal ini dan dengan
terbatasnya tempat dan waktu maaka memperhatikan Gambar 12.a) dan Gambar
semuanya tidak dapat disajikan. Apabila 12.b) gempa Yogyakarta terjadi pada
para peneliti dan masyarakat arif dan tanggal 27 Mei 2006, relatif cocok dengan
bijaksana maka sebenarnya perilaku- teori. Pada bulan Juli 2007 kejadian serupa
perilaku aneh binatang tersebut dapat terjadi lagi sebagaimana ditunjkkan pada
dipakai sebagai tanda dan segera dapat Gambar 13.a) dan Gambar 13.b) namun
melakukan disaster early warning (EW). tidak terjadi gempa bumi. Hal ini berarti
bahwa teori ini masih memerlukan banyak
Thermal Anomaly
perbaikan sebelum menjadi metode yang
Thermal anomaly juga salah satu metode lebih handal. Oleh karena itu disaster early
yang dikembangkan untuk dapat dipakai warning (EW) belum dapat diterapkan
sebagai metode prediksi kejadian gempa. berdasar pada gejala thermal anomaly ini.
Pada saat penelitian, penulis telah

0 0 0 0
5 3 5 3
10 6 10
15 15 6
km 9 days 9 days
20 12 km 20
25 25 12
a) Earthworms b) Bird Families
Gambar 11 Statistik perilaku abeh binatang sebelum gempa Yogyakarta 27 Mei 2006.

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 63
ISSN 0853-8557

34 33.6 95
a) 27th May 2006 b) 27th May 2006
32
90
Air Temperature (C)

Air Humidity (%)


30

28 85

26
80
24

23.0 75 Air Humidity


22 EQ
 10 days Trend EQ
20  10 days
70
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Date (May 2006) Date (May 2006)

Gambar 12 Perkembangan temperatur dan kelembaban udara di Yogyakarta bulan Mei 2006
35.0 86
34.0
33.0 Air Humidity
84
Air Temperature (C)

31.0 Trend
Air Humadity (%)

82
29.0
80
27.0
25.0 78
23.0 76
21.0
74
19.4 b)
19.0 a)
72
17.0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Date (July 2007)
Date (July 2007)

Gambar 13 Perkembangan temperatur dan kelembaban udara di Yogyakarta bulan Juli 2007
Prediksi Kedatangan Gelombang early warning (EW) dapat dilakukan. Salah
Tsunami. satu contoh hasil assessment tersebut adalah
seperti yang disajikan pada Gambar 14.
Secara teoritik syarat-syarat terjadinya
tsunami sudah diidentifikasi secara baik 70
Gempa Aceh 2004
oleh para peneliti. Namun demikian 60 Jarak 120 km
Jarak 90 km
problem terletak pada penentuan 50
Waktu (menit)

Jarak 60 km
mekanisme kejadian gempa (apakah terjadi 40
dip-slip) yang terjadi di dasar laut, yang 30

tidak dapat diketahui dan harus diputuskan 20


pada waktu yang relatif singkat. Namun 10

demikian dengan bantuan serangkaian alat 0


0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
deteksi tsunami, kejadian tsunami dapat Dalam air laut (km )
diputuskan dengan data yang lebih baik.
Apabila kejadian tsumami telah diputuskan Gambar 14 Durasi waktu gelombang
maka berapa lama gelombang tsunami akan tsunami untuk mencapai daratan
mencapai daratan dan seberapa jauh Secara teoritik durasi waktu gelombang
jangkauan (run up) gelombang tsunami tsunami untuk mencapai daratan
akan terjadi adalah persoalan berikutnya. dipengaruhi oleh beberapa hal, yang
Untuk itu perlu dilakukan assessment diantaranya adalah kedalaman air laut pada
tentang durasi waktu gelombang tsunami sumber gempa, jarak sumber gempa ke
untuk mencapai daratan sehungga disaster daratan, komfigurasi dasar laut menuju

64 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015


ISSN 0853-8557

pantai dan tinggi gelombang tsunami di laut Metode Prediksi Kejadian Gempa yang
bebas. Dengan berbagai lain.
penyederhanaan/anggapan maka Gambar
Masih banyak metode prediksi kjadian
14 adalah durasi watu yang diperlukan oleh
gempa yang dikembangkan oleh para
gelombang tsunami untuk menuju daratan
peneliti, walaupun kebanyakan belum
untuk tinggi gelombang tsnumani di laut
memberikan hasil. Beberapa metode yang
bebas ho = 1,5 meter. Dengan contoh hasil
dimaksud misalnya adalah metode seismic
assessment seperti itu maka disaster early
gap (jangka panjang), metode getaran awal
warning (EW) dapat dilakukan.
(foreshocks), cloud method, geomagnetic
Anomali Vp/Vs anomaly method, gravitational field
anomaly method dll. Semua hal tersebut
Pada awal tahun 1962 para ahli geifisika
tidak dapat disajikan pada tulisan ini karena
Rusia telah berhasil menditeksi perubahan
terbatasnya tempat dan waktu.
ratio kecepatan gelombang primer (P-wave)
realatif terhadap gelombang geser (S-wave) SIMPULAN
sebelum terjadinya gempa Tadjikistan
Fakta kejadian gempa bumi sebagai suatu
(1962). Rasio gelombang gempa itu
informasi kebencanaan telah dilakukan.
cenderung lebih kecil daripada rasio normal
Beberapa metode/hasil earthquake
dan berlangsung beberapa saat sebelum
forecasting dan earthquake predicting telah
gempa bumi terjadi. Diketahui bahwa
disampaikan, semikian juga tentang konsep
gempa bumi terjadi segera setelah ratio
disaster early warning. Berdasarkan atas
gelombang gempa itu kembali normal.
hal-hal tersebut maka dapatlah disimpulkan
Drajat (2011) memberikan contoh hasil
sebagai berikut ini.
observasi rasio gelombang gempa di
Padang itu adalah seperti pada Gambar 15. 1. Tidak dapat dipungkiri bahwa kejadian
bencana alam didunia dan kerugian
Pada Gambar 15 tampak bahwa pada
yang terjadi cenderung meningkat
umumnya gempa bumi terjadi segera
dengan berbagai alasan, termasuk
setelah rasio Vp/Vs cenderung kembali
didalamnya indonesia dan DIY,
pada posisi normal. Hal tersebut dapat
2. Disaster early warning akan lebih
dilihat relatif agak konsisten pada kejadian
efektif dan efisien apabila dilaksanakan
beberapa gempa. Hal ini berarti bahwa
secara komprehensif sehingga memakai
metode ini sudah relatif reliabel, sehingga
konsep integrated disaster early
disaster early warning (EW) dimungkinkan
warning tidak hanya sekedar hazard-
untuk dapat diimplementasikan mana kala
based early warning,
ada kepastian.

Gambar 15 Perubahan rasio Vp/Vs sebelum terjadi gempa bumi (Drajat, 2011)

Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 65
ISSN 0853-8557

3. Konsep integrated disaster early Anonym, (2007b), Vulnerability and


warning dapat didekati dari beberapa Capacity Analysis, Tool for
arah yang salah satunya diusulkan Mainstreaming Disaster Risk
berdasarkan risk-based early warning Reduction, Prevention Consurtium
(RBEW) Geneva Switzerland,
4. Berdasarkan data yang ada, gempa Anonim, (2008), Earthquake Forecasting
bumi di Yogyakarta yang akan Concept: Proceeding of the 2008 RMS
membuat kerusakan adalah gempa Science Symposium Advance in
bumi yang magnitudo M > 5,3 dengan Earthquake Forecasting
jarak episenter R < 40 km,
Basher, R., (2006), Global early warning
5. Earthquake forcasting di suatu kawasan systems for natural hazards: systematic
dapat dibuat, misalnya gempaakibat and people-centred, Philosophical
aktivitas sesar Opak dengan magnitudo Transaction 364, pp. 2167–2182
M ≥ 5,0 sebelum tahun 2021
Drajat, N., (2010), Personal
mempunyai probabilitas kejadian
Communication
sebesar 51,047 %
Hahn, H, De Leon, J.C.V., Hidayat, R.,
6. Bermacam-macam metode earthquake
(2003), Comprehensive Risk
prediction telah dikembangkan oleh
Management by Communities and
para peneliti, yang salah satunya adalah
Local Government: Indicators and
strange animal behavior yang ternyata
Other Disaster Risk Management
terjadi sebelum gempa Yogyakarta 27
Instruments for Communities and Local
Mei 2006.
Government, Regional Policy Network
7. Baik risk-based early warning, in Natural Disasters, Dialogue Inter
earthquake forecasting dan earthquake Americal Development Bank
prediction yang dilakukan mempunyai
Long, J., (2005), Earthquake Prediction
potensi untuk dapat dipakai sebagai
Methods, diakses 1 November 2014
disaster early warning, khususnya di
dari http://www.cs.sjsu.edu/faculty/lee/
DIY.
cs157b/Earthquake%20Prediction%20
DAFTAR PUSTAKA Methods.ppt
Anonim, (2003), Integrating Early Warning Widodo, (2009), Understanding the
into Disaster Risk Reduction Policies, Development of the Earthquake
Second International Conference on Forecasting/Prediction and Natural
Early Warning, 16-18 October 2003, Phenomena before The 27th May 2006
Bonn, Germany, Yogyakarta Earthquake, Kerjasama
Seminar antara FTSP UII dengan
Anonim, (2005), Hyogo Framework for
Pemerintah Kota Yogyakarta,
Action (HFA) 2005-2015, Building
Yogyakarta
Resilience of Nations and Communities
to Disasters, International Strategy For Widodo P, Wijaya H.H, Sunarto, (2011),
Disaster Reduction Intensity, Attenuation and Building
Damage Under the 27th May 2006
Anonim, (2007a), Early Warning Systems,
Yogyakarta Earthquake, Proceeding 2nd
State of the Art Analysis and Future
International Conference on Disaster
Directions, United Nations
Management and Human Health;
Environment Programmes,
Reducing Risk and Improving
Outcomes, WIT Press, London.

66 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 1, Mei 2015

You might also like