Professional Documents
Culture Documents
Program Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia (UII), Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia
Email : widodo355@gmail.com
ABSTRACT
The occurrence of natural hazards and disasters in general can not be avoided, and
accordingly, the best way to overcome is to carry out an effective disaster management. The
disaster management cycle has been defined and understood clearly.One of the main problem
especially in the earthquake occurrence is the method of early warning. Semi quantitative
investigation on the earthquake occurrences particularly at Yogyakarta province has been
conducted. The relationship between earthquake occurrence and an effective early warning
became the main discussion. The data of earthquake occurrence at Yogyakarta provinve in
general is still relatively limited. The only available data was started at 1960’s and therefore for
the purpose of earthquake forecasting and prediction, the numbers/completeness of the data
should be improved. Result of the investigation showed that the concept of early warning system
will be more comprehensive if it be conducted by using the principle of Risk-Based Early
Warning. Reducing the disaster fatalities can be done not only by carrying out an early
warning immediately before hazard but also can be extended inclusively in the disaster risk
reduction program. Based on preliminary investigation and experiences, the structural damage
at Yogukarata province would be occur if the shallow earthquake magnitude M is greater than
5.3 with the epicenter distance approximately less than 40 km. There are several earthquake
prediction methods that have been developed by researchers, and one of them is strange animal
behavior before earthquake. The strange animal behaviors were occurred before the
Yogyakarta 27 May 2006 earthquake. This method can be used for the earthquake early
warning in the future when it has been verified successfully.
Key words: natural disaster, earthquake, disaster risk, early warning, integrated early warning,
risk-based early warning, earthquake forecasting, earthquake prediction
PENDAHULUAN ulang-ulangnya kejadian bencana gempa
bumi di suatu daerah maka masyarakat
Gempa bumi adalah salah satu jenis
setempat sampai mampu merumuskan dan
peristiwa alam yang sudah sangat dikenali
menggunakan kearifan lokal untuk
oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Hal
mengurangi segala dampak yang terjadi.
ini disebabkan bahwa, kejadian gempa
bumi adalah peristiwa alam yang relatif Bedasarkan kajian untuk rentang waktu 10-
sering terjadi, sering mengakibatkan tahun terakhir, di Indonesia gempa bumi
kerusakan fisik dan lingkungan yang sangat merupakan bencana alam yang paling
besar, berdampak sosial dan ekonomi yang mengakibatkan korban manusia dan
serius, menggannggu kehidupan normal kerugian materi/harta benda yang paling
manusia serta peristiwanya tersebar luas besar (Widodo, 2011). Apabila kejadian
keseluruh pelosok daerah. Sebagai contoh, gempa bumi sudah mengakibatkan dampak
gempa Aceh 2004 mengakibatkan dampak yang tidak mampu ditahan oleh masyarakat
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang secara normal, maka peristiwa gempa bumi
sangat besar sehingga diperlukan masa tersebut sudah berubah menjadi suatu
pemulihan lebih dari 5-tahun. Karena ber- bencana/bencana alam. Setelah melalui
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 51
ISSN 0853-8557
kajian yang mendalam dan cukup lama dan aplikasinya dalam bentuk peringatan
akhirnya para ahli berpendapat bahwa dini (early warning) sekaligus untuk
bencana alam tidaklah dapat di mendapatkan masukan dari beberapa fihak.
hindari/tolak. Sesuatu yang dapat
Resiko Akibat Bencana Alam
dikerjakan oleh suatu komunitas adalah
dengan mengelola kejadian bencana Kejadian alam baik banjir, tanah longsor,
sehingga dampaknya dapat diminimalisir. angin ribut maupun gempa bumi tidak
Manajemen kebencanaan kemudian selalu akan menjadi bencana. Sering
dilakukan sebagai suatu cara sistimatik dirasakan adanya gempa bumi yang relatif
untuk mengelola bencana alam. kecil yang hnaya mengibatkan goncangan
yang mengagetkan. Hal senada juga sering
Secara garis besar elemen-elemen dalam
terjadi pada banjir kecil, tanah longsor
manajemen kebencanaan dapat diurutkan
lokal/ kecil maupun angin ribut yang relatif
mulai dari kejadian bencana yaitu mulai
kecil. Hal itu semua merupakan salah satu
dari search and rescue, emergency reponse,
contoh peristiwa alam yang dapat menjadi
recovery, prevention, mitigation,
ancaman yang dapat menimbulkan
preparedness dan early warning. Early
bahaya/kerugian (hazard). Tidak selalu
warning sering dipandang sebagai suatu
peristiwa-peristiwa alam tersebut dapat
elemen yang sangat strategis karena
menjadi disaster karena terdapat beberapa
menyangkut kejadian bencana. Pada
hal yang saling mempengaruhi. Ibarat
umumnya diyakini bahwa apabila early
manusia, ancaman luar berupa virus atau
warning suatu kejadian bencana dapat
bakteri tidak akan mengakibatkan sakit
dilakukan dengan baik, maka korban
apabila tubuh mempunyai ketahan yang
manusia yang terjadi akan dapat
baik dan manusia mempunyai cara yang
diminimalisir.
baik untuk menangkal ancaman penyakit.
Untuk dapat melakukan early warning yang
Demikian juga dengan natural hazard,
baik/berhasil maka perlu didahului oleh
beberapa jenis hazard tidak akan menjadi
suatu monitoring, identifikasi,
bencana (disaster) apabila intensitas
pengumpulan informasi dan melakukan
bencana tidak besar, kerentanan masyarakat
prediksi kejadian bencana yang baik pula.
kecil dan kemampuan/kapasitas yang
Untuk itu diperlukan beberapa prasyarat
dimiliki cukup besar. Apabila terjadi suatu
yang diantaranya adalah pengetahuan yang
bencana maka akan menimbulkan
baik tentang jenis bencana yang akan
akibat/dampak negatif atau kerugian atau
terjadi, karakter objek bencana, alat dan
resiko (risk) yang harus ditanggung oleh
teknologi sebagai alat bantu serta data /
suatu komunitas/ masyarakat. Semakin
informasi dan pengalaman-pengalaman
besar kerentanan (vulnerability) internal
masa lalu yang berkenaan dengan kejadian
maka semakin besar resiko bencana yang
dan peringatan dini suatu bencana.
akan dihadapi. Selain kondisi faktual
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, kerentanan internal, pada masyarakat
akan terdapat beberapa permasalahan yang biasanya ada usaha-usaha untuk
perlu dicari jawabannya yaitu seperti apa menurunkan kerentanan internal atau
fakta-fakta/informasi bencana alam gempa meningkatkan kapasitas internal (capacity).
bumi utamanya di Daerah Istimewa Semakin besar kapasitas internal (capacity)
Yogyakarta (DIY) hubungannya dengan maka resiko akibat bencana akan semakin
konsep peringatan dini (early warning) agar kecil dan sebaliknya.
kemungkinan korban akibat bencana gempa
Dengan demikian antara hazard,
bumi dapat diminimalisir. Tulisan ini
vulnerability, risk dan capacity akan
merupakan hasil kajian yang sifatnya semi-
mempunyai hubungan langsung. Hubungan
kuantitatif dengan tujuan menyajikan fakta
tersebut dinyatakan dalam (DeLeon, 2006)
resiko bencana gempa bumi di Yogyakarta
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 53
ISSN 0853-8557
Akibat gempa bumi maka akan terutama 30-tahun terakhir. Hal tersebut
menimbulkan getaran tanah yang diantaranya disebabkan oleh meningkatnya
intensitasnya dinyatakan dalam percepatan kerentanan (vulnerability) akibat
tanah. Percepatan tanah tersebut berfungsi perkembangan demografi, kondisi sosial-
sebagai hazard yang berpotensi merusakkan ekonomi dan teknologi, urbanisasi yang
fisik bangunan. Sementara itu setip tidak terkendali, perubahan iklim,
bangunan akan mempunyai kondisi / pembangunan di daerah rawan bencana,
perilaku tertentu apabila mendapatkan penurunan kualitas lingkungan, kompetisi
goncangan/getaran percepatan tanah akibat penguasaan sumber daya alam, geological
gempa. Singkatnya setiap bangunan akan hazard serta hadirnya epidemi seperti
mempunyai tingkat kerentanan tertentu, HIV/AIDS, Antrax dll (Anonim, 2005).
sehingga akan menimbulkan kerusakan Analisis terhadap dampak bencana terhadap
akibat hazard dengan sebaran probabilitas masyarakat juga sudah sering dilakukanl.
tiap level kerusakan tertentu. Dengan Hasil analisis menunjukkan bahwa
diketahuinya densitas nilai (exposure) maka persentase dampak bencana terhadap GNP
secara keseluruhan resiko suatu kawasan di negara-negara relatif miskin jauh lebih
akibat skenario earthquake hazard tertentu besar daripada yang terjadi di negara-
akan dapat disetimasikan. negara maju. Hal ini ibarat terkena pisau
bermata-dua, karena GNP negara-negara
Pada umumnya untuk kerusakan objek fisik
relatif miskin sudah kecil dan persentase
yang sifatnya tangible, risk assessment
kerugian akibat bencana justru relatif besar.
dapat dilakukan sampai pada level loss
yang harus ditanggung. Namun demikian Menyadari kondisi seperti itu maka sejak
untuk hal-hal yang sifatnya in-tangible tahun 1994 telah dimulai gerakan
seperi persoalan sosial ataupun kultural, penurunan resiko bencana secara global
risk assessment pada umumnya diarahkan dengan dirumuskannya Yokohama Stategy.
pada pengelompkon standar kondisi Evaluasi terhadap strategy tersebut
tertentu misalnya sangat baik, cukup baik, menunjukkan bahwa cenderung terjadi
sedang, kurang ataupun kurang sekali. perbaikan sistimatika penanggulangan
Gamba 1.b) adalah contoh skema disaster bencana dibanyak negara, peningkatan
risk assessment untuk objek yang sifatnya ketahanan masyarakat baik secara lokal,
in-tangible seperti persoalan sosial, kultural maupun nasional. Pada perkembangannya
dan sejenisnya. kemudian dilanjutkan pada Hygo
Framework for Actions (HFA) pada tahun
Disaster Risk Reduction
2005 yangmana 5-prioritas penurunan
Sudah disajikan dibeberapa kesempatan resiko bencana seperti yang ditunjukkan
bahwa jumlah bencana alam diseluruh pada Gambar 2.
dunia cenderung me-ningkat secara tajam
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 55
ISSN 0853-8557
Disaster
Data dan alat
Disaster
Preparedness Prevention Data yang berhubungan dengan resiko
bencana di DIY pada parakteknya tidak
Gambar 4 Integrated disaster early warning mudah diperoleh secara lengkap. Oleh
(Anonim, 20073) karena itu data yang diperlukan diperoleh
Integrated early warning systems dapat dari beberapa sumber , saling melengkapi
mempunyai versi yang berbeda-beda dengan menggunakian alat/sarana website,
tergantung dari sisi mana penyelesaian paper maupun publikasi yang lain.. Data
persoalan akan didekati. Anonim (2003) yang diperlukan ada yang sudah matang
menyajikan konsep integrating EW system tetapi ada juga yang masih perlu diolah.
seperti pada Gambar 4 sementara itu Basher Dengan denikian data yang diperoleh
(2006) mengajukan konsep integrated EW berupa data sekunder dan data primer.
systems sebagaimana yang tampak pada Metode Analisis
Gambar 5. Basher (2006) mengatakan
bahwa early warning yang efektif tidak Analisis atau bahasan terhadap data yang
hanya berdasar pada scientific and technical diperoleh dilakukan secara kualitatif
aspects tetapi harus diikuti dengan dengan memperhatikan suatu fakta,
komitmen yang kuat dari orang-orang yang intensitas ataupun kecenderungan kejadian
terlibat dalam penaggulangan benvana. gempa atau akibat yang timbul. Dengan
Oleh karenanya Basher (2006) menghubungkan, mengkomunikasikan dan
mengusulkan disaster early warning menggunakan dasar teori yang ada maka
berdasarkan people-based early warning pembahasan dapat dilakukan dan simpulan
dapat dirumuskan.
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 57
ISSN 0853-8557
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 59
ISSN 0853-8557
Gambar 8.b) maka akan diperoleh jarak ± apabila gempa dengan M 5,3 (akan
40 km. Hal ini berarti bahwa bangunan dijelaskan kemudian) apabila sumber
akan mulai mengalami kerusakan kecil gempa berjarah R < 40 km.
6.5 Probabilitas Kejadian Gempa akibat
6.3 Earthqua Aktivitas Sesar Opak
6.1
ke hazard
5.9 Selain infoemasi tentang kegempaan di
Magnitudo, Mw
zone
5.7
DIY maka juga dapat dilakukan forecasting
5.5
5.3
kemungkinan kejadian gempa, misalnya
5.1 akibat aktivitas sesar Opak di DIY.
4.9 Forecasting kemungkinan kejadian gempa
4.7
4.5
dimasa mendatang disuatu kawasan akan
0 a) 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 lebih baik apabila disertai dengan data
Jarak Episenter (km ) kegempaan yang relatif lengkap. Data yang
180
berhunungan dengan kegempaan akibat
160 Data Asli
140 Inelastic aktivitas sesar Opak relatif terbatas, yaitu
Perc.Tanah (cm/dt2)
Penelitian
120 response starts beberapa gempa sejak tahun 1973.
100 Struct. light Forecasting yang dilakukan dengan
80 damage starts memakai metode conditional probability
60
dan dengan anggapan bahwa proses,
40
20
mekanisme, laju dan gerakan tektonik yang
0 mengakibatkan gempa mendatang dianggap
b) 20
0 40 60 80 100 120 140 160 180 200 sama dengan periode sebelumnya. Hasil
Jarak Episenter (km )
forecasting tersebut disajikan pada Gambar
Gambar 8 Plot antara rpisenter vs 9.
nagmitudo dan percepatan tanah gempa-2 Pada Gambar 9 tampak bahwa probabilitas
di DIY kejadian gempa dengan M > 5 akibat
aktivitas sesar Opak sebelum tahun 2021
(10 tahun mendatang) sebesar 51,047 % <
Dengan berdasar percepatan ± 80 cm/dt2 90 %. Hal ini berarti bahwa kejadian gempa
dan jarak episenter R 40 km, maka pada periode tersebut tergolong “likely”,
menurut persamaan atenuasi yang dipakai berkemungkinan, belum pasti. Sementara
magnitudo gempa M yang akan itu probabilitas kejadian gempa M > 5
mengakibatkan percepatan tanah 80 km akibat aktivitas sesar Opak untuk rentang
adalah M 5.3. Selanjutnya dengan waktu 2 – 40 tahun dari tahun 2011
berdasar pada jarak episenter R 40 km disajikan pada Gambar 10. Pada gambar
dan magnitudo gempa M 5.3, maka pada tersebut tampak bahwa setelah 20 tahun
Gambar 8.a) akan diperoleh sebaran gempa dari tahun 2011 kemungkinan kejadian
yang akan mengakibatkan kerusakan, gempa sudah menjapai ± 90 %, suatu angka
sebagaimana daerah diarsir. Tampak pada yang hampir pasti. Secara umum
gambar bahwa sebenarnya tidak banyak probabilitas kejadian gempa dimasa
gempa di DIY yang mengakibatkan mendatang mengikuti fungsi distribusi
kerusakan bangunan. Walaupun jumlah kumulatif (Cumulative Distribution
gempa yang dimaksud tidak banyak tetapi Function, CDF). Dengan hasil estimasi
berdasar pada informasi tersebut kiranya tersebut maka langkah-langkah disaster
dapat diambil langkah-langkah disaster early warning (EW) segera dapat dirancang.
early warning (EW) khususnya Namun demikian hasil tersebut diperoleh
meningkatkan kualitas bangunan dengan anggapan seperti yang disampaikan
(menurunkan kerentanan/vulnerability) di sebelumnya.
kawasan selatan DIY
Gambar 9. Forecasting kejadian gempa akibat aktivitas sesar Opak sebelum tahun 2021
1 sejarah/episenter kejadian gempa-gempa
0.9 sebelumnya. Dengan demikian data tersebut
Prob. Kejadian (%)
0.8
0.7 sudah dapat dipakai untuk peringatan dini
0.6 (EW) secara kasar. Magnitudo gempa juga
0.5
0.4 penting karena akan mempengaruhi
0.3 Gem pa M > 5 akibat dampak yang akan ditimbulkan.Namun
0.2 aktivitas sesar Opak
0.1 demikian prediksi magnitudo ini tidak
0 begitu dipermasalahkan/dipentingkan.
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Prediksi yang paling dipentingkan adalah
Tahun (dari 2011)
kapan gempa akan terjadi. Prediksi waktu
Gambar 10. Probabilitas kejadian gempa kejadian gempa dapat terdiri atas prediksi
M> 5 akibat aktivitas sesar Opak sampai 40 jangka panjang (tahun, puluhah tahun),
tahun mendatang jangka menengah (bulan-tahun) dan jangka
pendek (hari-minggu). Mengingat orang
Probabilitas Kejadian, Prediksi Kejadian pada umumnya tidak sabar mengungsi
dan Pringatan Dini (Early Warning) berbulan-bulan, maka prediksi waktu
Probabilitas kejadian gempa, predikdi dikehendaki prediksi jangka pendek.
kejadian gempa sudah disampiakan Menurut sejarah usaha memprediksi
pengertian dan contohnya. Khusus untuk kejadian gempa sudah dimulai di China
prediksi kejadian gempa persoalannya pada tahun 132 AD oleh Zhang Heng
menjadi sangat berbeda, karena jawaban dengan memakai seismometer. Hasil
yang diharapkan bukan probabilitas tetapi prediksinya masih sangat sederhana yaitu
“ya” atau ‘tidak”, artinya terjadi gempa atau baru terbatas menentukan arah goncangan.
tidak. Prediksi kejadian gempa Setelah itu prediksi kejadian gempa tidak
selengkapnya akan menyangkut : 1) memperoleh kemajuan yang berarti. Baru
prediksi magnitude M; 2) prediksi tenpat setelah 1800 tahun kemudian, tepatnya
kejadian dan 3) prediksi waktu, kapan pada tahun 1975, manusia baru berhasil
gempa akan terjadi. memprediksi kejadian gempa yaitu gempa
Prediksi tempat kejadian gempa secara Haicheng, China 4 Februari 1975.
kasar kira-kira sudah diketahui tempatnya Keberhasilan itu dimulai dengan adanya
mulai dari sudah diketahuinya aktivitas perubahan elevasi tanah, elevasi air tanah
tektonik, kondisi geologi dan dan adanya gempa-gempa kecil awal
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 61
ISSN 0853-8557
di dalam tanah 9-2 hari sebelum gempa menelusuri kemungkinan terjadinya thermal
Yogyakarta (27 Mei 2006) yang dapat anomaly ini sebelum kejadian gempa bumi
dirasakan oleh cacing tanah, tetapi tanda- Yogyakarta 27 Mei 2006. Data anomali
tanda tersebut sama sekali tidak termal diperoleh dari stasiun Meteorologi
diperhatikan oleh manusia !. TNI AU di Adisucipto. Hasilnya adalah
seperti yang disajikan pada Gambar 12.
Gambar 11.b) menunukkan perilaku aneh
keluarga burung, termasuk burung unta di Gambar 12.a) menunjukkan perkembangan
sawah, burung yang ada disangkar dan itik temperatur di Yogyakarta pada bulan Mei
yang ada di kandang. Hewan-hewan 2006. Menurut teori yang diajukan oleh
tersebut menunjukkan perilaku yang aneh para peneliti gempa bumi terjadi ± 7-14 hari
menjelang kejadian gempa. Banyak setelah suhu udara mencapai maksimum
perilaku yang perilaku binatang yang lain dan setelah terjadi kenaikan kelembaban
yang dapat disampaian tetapi karena udara. Berdasarkan hal ini dan dengan
terbatasnya tempat dan waktu maaka memperhatikan Gambar 12.a) dan Gambar
semuanya tidak dapat disajikan. Apabila 12.b) gempa Yogyakarta terjadi pada
para peneliti dan masyarakat arif dan tanggal 27 Mei 2006, relatif cocok dengan
bijaksana maka sebenarnya perilaku- teori. Pada bulan Juli 2007 kejadian serupa
perilaku aneh binatang tersebut dapat terjadi lagi sebagaimana ditunjkkan pada
dipakai sebagai tanda dan segera dapat Gambar 13.a) dan Gambar 13.b) namun
melakukan disaster early warning (EW). tidak terjadi gempa bumi. Hal ini berarti
bahwa teori ini masih memerlukan banyak
Thermal Anomaly
perbaikan sebelum menjadi metode yang
Thermal anomaly juga salah satu metode lebih handal. Oleh karena itu disaster early
yang dikembangkan untuk dapat dipakai warning (EW) belum dapat diterapkan
sebagai metode prediksi kejadian gempa. berdasar pada gejala thermal anomaly ini.
Pada saat penelitian, penulis telah
0 0 0 0
5 3 5 3
10 6 10
15 15 6
km 9 days 9 days
20 12 km 20
25 25 12
a) Earthworms b) Bird Families
Gambar 11 Statistik perilaku abeh binatang sebelum gempa Yogyakarta 27 Mei 2006.
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 63
ISSN 0853-8557
34 33.6 95
a) 27th May 2006 b) 27th May 2006
32
90
Air Temperature (C)
28 85
26
80
24
Gambar 12 Perkembangan temperatur dan kelembaban udara di Yogyakarta bulan Mei 2006
35.0 86
34.0
33.0 Air Humidity
84
Air Temperature (C)
31.0 Trend
Air Humadity (%)
82
29.0
80
27.0
25.0 78
23.0 76
21.0
74
19.4 b)
19.0 a)
72
17.0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Date (July 2007)
Date (July 2007)
Gambar 13 Perkembangan temperatur dan kelembaban udara di Yogyakarta bulan Juli 2007
Prediksi Kedatangan Gelombang early warning (EW) dapat dilakukan. Salah
Tsunami. satu contoh hasil assessment tersebut adalah
seperti yang disajikan pada Gambar 14.
Secara teoritik syarat-syarat terjadinya
tsunami sudah diidentifikasi secara baik 70
Gempa Aceh 2004
oleh para peneliti. Namun demikian 60 Jarak 120 km
Jarak 90 km
problem terletak pada penentuan 50
Waktu (menit)
Jarak 60 km
mekanisme kejadian gempa (apakah terjadi 40
dip-slip) yang terjadi di dasar laut, yang 30
pantai dan tinggi gelombang tsunami di laut Metode Prediksi Kejadian Gempa yang
bebas. Dengan berbagai lain.
penyederhanaan/anggapan maka Gambar
Masih banyak metode prediksi kjadian
14 adalah durasi watu yang diperlukan oleh
gempa yang dikembangkan oleh para
gelombang tsunami untuk menuju daratan
peneliti, walaupun kebanyakan belum
untuk tinggi gelombang tsnumani di laut
memberikan hasil. Beberapa metode yang
bebas ho = 1,5 meter. Dengan contoh hasil
dimaksud misalnya adalah metode seismic
assessment seperti itu maka disaster early
gap (jangka panjang), metode getaran awal
warning (EW) dapat dilakukan.
(foreshocks), cloud method, geomagnetic
Anomali Vp/Vs anomaly method, gravitational field
anomaly method dll. Semua hal tersebut
Pada awal tahun 1962 para ahli geifisika
tidak dapat disajikan pada tulisan ini karena
Rusia telah berhasil menditeksi perubahan
terbatasnya tempat dan waktu.
ratio kecepatan gelombang primer (P-wave)
realatif terhadap gelombang geser (S-wave) SIMPULAN
sebelum terjadinya gempa Tadjikistan
Fakta kejadian gempa bumi sebagai suatu
(1962). Rasio gelombang gempa itu
informasi kebencanaan telah dilakukan.
cenderung lebih kecil daripada rasio normal
Beberapa metode/hasil earthquake
dan berlangsung beberapa saat sebelum
forecasting dan earthquake predicting telah
gempa bumi terjadi. Diketahui bahwa
disampaikan, semikian juga tentang konsep
gempa bumi terjadi segera setelah ratio
disaster early warning. Berdasarkan atas
gelombang gempa itu kembali normal.
hal-hal tersebut maka dapatlah disimpulkan
Drajat (2011) memberikan contoh hasil
sebagai berikut ini.
observasi rasio gelombang gempa di
Padang itu adalah seperti pada Gambar 15. 1. Tidak dapat dipungkiri bahwa kejadian
bencana alam didunia dan kerugian
Pada Gambar 15 tampak bahwa pada
yang terjadi cenderung meningkat
umumnya gempa bumi terjadi segera
dengan berbagai alasan, termasuk
setelah rasio Vp/Vs cenderung kembali
didalamnya indonesia dan DIY,
pada posisi normal. Hal tersebut dapat
2. Disaster early warning akan lebih
dilihat relatif agak konsisten pada kejadian
efektif dan efisien apabila dilaksanakan
beberapa gempa. Hal ini berarti bahwa
secara komprehensif sehingga memakai
metode ini sudah relatif reliabel, sehingga
konsep integrated disaster early
disaster early warning (EW) dimungkinkan
warning tidak hanya sekedar hazard-
untuk dapat diimplementasikan mana kala
based early warning,
ada kepastian.
Gambar 15 Perubahan rasio Vp/Vs sebelum terjadi gempa bumi (Drajat, 2011)
Widodo – Informasi Resiko Bahaya Gempa Bumi Sebagai Upaya Untuk Melaksanakan Risk-Based Early ..... 65
ISSN 0853-8557