You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Padalansia di Posyandu Pun-
todewo Tanjungsari Surabaya

Siswanto Agung Wijaya1, Yuanita Wulandari1, Rizqi Indah Lestari1


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya1

I N F O R M A S I ABSTRACT
Korespondensi Introduction: Elderly is a vulnerable group that has the potential to increase morbidity
agung.ners@fik.um-suraba- in the earthquake disaster in Surabaya because the elderly have a decreased physical
ya.ac.id ability in disaster preparedness. The purpose of this study was to determine the factors
that affect earthquake preparedness in the elderly in the Puntodewo Posyandu Sura-
baya.
Method: This study used a quantitative descriptive research design with a cross-section-
al approach, with the elderly population in the Posyandu Puntodewo included in the
inclusion and exclusion criteria. The study selected respondents with purposive sam-
pling with a sample size of 110 respondents. Data collection tools used a questionnaire.
Data were analyzed using the chi-square test and the Spearman test.
Results: Chi-Square test results showed no relationship between age factors and pre-
Keywords: paredness ρ = 0.507> ɑ: 0.05, there was a relationship between educational level fac-
Influencing factors, pre- tors and preparedness ρ = 0.008 <ɑ: 0.05. The Spearman test results showed that there
paredness, elderly was no correlation between knowledge factors with preparedness, ρ = 0.819> ɑ: 0.05
and there was a relationship between experience and preparedness ρ = 0.000> ɑ: 0.05.
Conclusion: Earthquake disaster preparedness in the elderly is influenced by several
factors namely the level of education and experience factors.

162
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

PENDAHULUAN becana gempa bumi yang diberikan hanya pada


Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian anak-anak sekolah dan pada satu kelurahan yaitu
cincin api yang membentang sepanjang lempeng Pa- kelurahan Dupak, dan hanya sedikit lansia yang me-
sifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif nerima pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana
di dunia. Kondisi tersebut menyebabkan Negara In- gempa bumi, lansia merupakan kelompok rentan
donesia menjadi salah satu negara yang mempunyai yang lebih memerlukan kesiapsiagaan. Puskesmas
potensi tinggi terhadap bencana gempabumi, tsu- Tanjungsari salah satunya posyandu lansia Pustode-
nami, letusan gunung api dan gerakan tanah (tanah wo yang merupakan daerah yang mempunyai resiko
longsor) ((BNPB), 2014). Salah satu bencana bera- tinggi dampak dari gempa bumi dibandingkan daer-
da di kota Surabaya yang merupakan daerah yang ah posyandu lansia lain di Surabaya, karena berada
dilewati dua titik sesar aktif. Bencana alam dapat di wilayah yang dilewati titik sesar aktif Surabaya
berdampak di berbagai kelompok, terutama pada (Amin,2018), wilayah padat penduduk dan merupa-
kelompok rentan. Menurut UU Penanggulangan kan wilayah industri yang memiliki resiko dampak
bencana pada pasal 55 tahun 2007 kelompok rentan tinggi terjadinya kebakaran industry jika terjadi gem-
terdiri dari: bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang pa bumi, sehingga diperlukan kesiapsiagaan pada
mengandung atau menyusui, penyandang cacat, dan lansia untuk menurunkan mortalitas pada lansia.
orang lanjut usia. Kelompok usia rentan yang ha- Ketidak sampaian pengetahuan kesiapsiagaan pada
rus dipertimbangkan dalam kesiapsiagaan bencana, lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang belum
salah satunya pada lansia. Menurut (Zhu & Sun, diketahui di Indonesia.faktor-faktor yang mempen-
2017)bahwa lansia mengalami tingkat mortabilitas garuhi kesiapsiagaan pada lansia meliputi sosio-de-
dan morbilitas lebih tinggi dari populasi yang leb- mografi Usia,jenis kelamin, tingkat pendapatan ru-
ih muda karena lansia mungkin memiliki gangguan mah tangga bulanan, jenis kepemilikan rumah, dan
mobilitas, menurunnya kemampuan sensorik, be- pengalaman bencana, ukuran keluarga, kehadiran
berapa kondisi kronis, keterbatasan sosial-ekonomi anak dalam rumah tangga,tipe rumah, dan pengala-
yang dapat mengganggu kemampuan untuk mem- man bencana (Fernandez, et.al, 2018). Faktor mem-
persiapkan, menanggapi dan beradaptasi selama pengaruhi kesiapan bencana meliputi, pengaruh
keadaan darurat. sosial budaya, usia, jenis kelamin, suku/ras, dan sta-
Menurut Data Informasi Bencana Indonesia per tus sosial ekonomi(Tuohy, Stephens, & Johnston,
bulan November tahun 2018 menerangkan bahwa 2014).
korban jiwa dalam bencana gempa bumi mencapai Semakin berisikonya wilayah Surabaya dalam ben-
3 orang meninggal, 65 orang luka-luka, dan seban- cana alam dan faktor yang mungkin berpengaruh
yak 13.914 orang dalam pengungsian. Tingginya pada tingkat kejadian pada lansia maka diperlu-
korban jiwa pada bencana gempa bumi, lansia perlu kan Pengetahuan tentang individu danperbedaan
dipertimbangkan dalam kesiapsiagaan. Menurut Ke- kelompok risiko sehingga dapat digunakan untuk
menkes RI 2017, terjadi peningkatan jumlah lansia mengatur intervensi yang bertujuan untuk mendi-
disetiap tahun, di Indonesia jumlah lansia menca- dik tentang risikodan mendorong perilaku efektif
pai 23,66 juta lansia (9,03%), jawa timur (12,25%), pengurangan risiko(Tuohy et al., 2014). kesiapsiag-
kota Surabaya dengan lansia sebanyak 8,23% dan di aan yang diberikan pada lansia berupa kesiapsiagaan
puskesmas Tanjungsari sebanyak 507 lansia. Sema- pribadi, kesiapsiagaan praktis dan kesiapsiagaan so-
kin tingginya jumlah lansia, jika tidak mendapatkan sial (Tuohy et al., 2014) dalam bentuk poster, brosur,
kesiapsiagaan yang baik akan meningkatkan ang- simulasi bencana, dan promosi kesehatan yang me-
ka mortalitas dan mortabilitas lansia pada bencana nerangkan persiapan harian untuk lansia, tindakan
gempa bumi. saat bencana terjadi, evakuasi diri saat bencana telah
Menurut Deputi Bidang Geofisika BMKG bahwa redah dan kesiapan untuk kembali ke rumah setelah
menurut “peta sumber dan bahaya gempa bumi In- gempa bumi dan stimulasi untuk melatih kesiapsiag-
donesia 2017”, secara geologis dan tektonik wilayah aan lansia dalam menghadapi bencana gempa bumi.
Surabaya dan Madura berada pada jalur zona sesar
aktif. Sangat rawannya bencana di Surabaya maka METODE
dibutuhkan pengetahuan kesiapsiagaan.Menurut 2.1 Desain Penelitian
berita acara BNPB 2018Surabaya, kesiapsiagaan Penelitian inimenggunakan desain penelitian

163
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross-Sec- 08.00 peneliti, menunggu kehadiran lansia untuk
tional berkumpul, setelah pukul 09.00 kader posyandu
2.2 Populasi, Sampel, danTeknik Sampling membuka acara dengan hiburan, pukul 09.30 kader
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Po- lansia puskesmas mempersilahkan peneliti dan asis-
syandu Puntodewo Tanjungsari Surabaya sebanyak ten peneliti untuk membagikan kuesioner. Peneliti
113 orang.Jumlah sampel sebanyak 110 orang dip- dan asisten melakukan penelitian dengan mem-
ilih dengan teknik purposive sampling sesuai krite- bagikan kuesioner dan bulpoin pada responden, bagi
ria inklusi yaitu lansia yang hadirdalam posyandu responden yang kesulitan dalam penglihatan maka
lansia, dan lansia yang bersedia menjadi responden. dibantu oleh peneliti dan asisten dalam membacakan
kriteria ekslusi yaitu lansia dengan gangguan jiwa, kuesioner.Pukul 14.00 responden sudah tidak ada
lansia yang buta, lansia dengan kecacatan fisik, dan yang datang di posyandu, yang berartikan penelitian
lansia yang amnesia. sudah selesai.Peneliti mengoreksi kuesioner yang
2.3 Variabel Penelitian telah terkumpul dan telah terisi untuk melakukan
Variable independen dalam penelitian iniadalah usia, editing.Setelah melakukan editing, peneliti memberi
tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman. kode pada setiap kuesioner dengan menggunakan
sedangkan variable dependen adalah kesiapsiagaan angka.Hasilkoding, peneliti memperoleh responden
2.4 Instrumen sebanyak 110 responden.selanjutnya peneliti mem-
Instrument penelitian ini mengguanakan kuesioner beri skoring pada tiap pertanyaan dan memasukan
pengetahuan, pengalaman dan kesiapsiagaan yang data yang diperoleh ke dalam laptop yang kemudian
sudah diuji validitas dan reliabilitas. Kuesioner peng- dilakukan uji statistik menggunakan SPSS 21.
etahuan memiliki 11 pertanyaan dengan nilai Cron- 2.6 Analisis Data
bach’s Alpa 0,856, kuesioner pengalaman memiliki 1. Analisis data dalam penelitian ini menggu-
5 pertanyaan dengan nilai Cronbach’s Alpa 0,829 nakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan usia
dan kuesioner kesiapsiagaan memiliki 23 pertanyaan dengan kesiapsiagaan dan hubungan tingkat pendi-
dengan nilai Cronbach’s Alpa 0,928. dikan dengan kesiapsiagaan. Penelitian ini juga meng-
2.5 Prosedur penelitian gunakan uji spearman untuk mengetahui hubungan
Penelitian diawali dengan pengajuan surat persetu- pengetahuan dengan kesiapsiagaan dan hubungan
juan penelitian dari fakultas ilmu kesehatan Univer- pengalaman dengan kesiapsiagaan.
sitas Surabaya kepada BAKESBANGPOL dan LIN- HASIL
MAS Kota Surabaya yang diterbitkan pada tanggal
25 Januari 2019., Setelah mendapatkan surat periji- Tabel 1: Tabulasi silang antara usia dan kesiapsiagaan
nan dari BANKESBANGPOL tanggal 15 Februari bencana gempa bumi pada lansia di Posyandu Pun-
2019, peneliti melanjutkan perijin ke Dinas Kese- todewo Surabaya Februari 2019
hatan Kota Surabaya untuk mendapatkan ijin pene-
litian di puskesmas Tanjungsari. Sambil menunggu Kesiapsiagaan
surat perijinan selesai peneliti melakukan breefing Usia Kurang Cukup Baik Total %
kepada 5 asisten peneliti (Rizka, Gevi, April, Hik- N % N % N %
mah, Nazula) pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 60-74 13 11 58 53 23 21 94 85
11.00 – 12.00 di ruang kuliah. Setelah mendapatkan 75-90 4 4 9 8 3 3 16 15
perijinan penelitian dari Dinas kesehatan Surabaya Jumlah 17 15 67 61 26 24 110 100
pada tanggal 25 Februari 2019, peneliti melanjut- r : 0.541 ρ : 0.507
kan perijinan ke Puskesmas Tanjungsari pada pukul Sumber : Data primer 2019
11.30 – 12.30 untuk mendapatkan perijinan peneli-
tian ke Posyandu Puntodewo. Berdasarkan tabel 1 menunjukkan sebagian besar re-
Pada tanggal 26 Februari 2019 peneliti dan 5 asisten sponden berusia 60-74 tahun memiliki kesiapsiagaan
peneliti memulai perjalanan pukul 06.30 dan sampai cukup (53%) dan sebagian kecil responden berusia
di Puskesmas Tanjungsari pukul 07.30. peneliti dan 75-90 tahun memiliki kesiapsiagaan baik (3%). Ber-
5 asisten peneliti berangkat bersama dengan pen- dasarkan hasil uji statistik chi kuadrat nilai ρ : 0.507 ≥
anggung jawab lansia Tanjungsari untuk melakukan ɑ: 0.05 menunjukkan tidak ada hubungan factor usia
kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan. Pada pukul dengan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada lan-

164
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

sia di posyandu puntodewo. ada hubungan pengetahuan dengan kesiapsiagaan


bencana gempa bumi pada lansia di posyandu pun-
Tabel 2: Tabulasi silang antara tingkat pendidikan todewo.
dan kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada lansia
di Posyandu Puntodewo Surabaya Februari 2019 Tabel 4: Tabulasi silang antara pengalaman dan ke-
siapsiagaan bencana gempa bumi pada lansia di Po-
Kesiapsiagaan syandu Puntodewo Surabaya Februari 2019
Tingkat
To-
pendi- Kurang Cukup Baik %
tal
dikan n % N % n % Kesiapsiagaan
Pengala- Total
S2/S1 0 0 6 5 5 5 11 10 Kurang Cukup Baik
man
SMA/ N % n % n % n %
0 0 9 8 7 6 16 14
SMK Kurang 12 10 29 26 5 4 46 42
SD/SMP 15 13 51 46 14 13 80 73 Cukup 4 4 19 17 8 7 31 28
Tidak Baik 1 1 19 17 13 12 33 30
2 2 1 1 0 0 3 3
sekolah
Jumlah 17 15 67 60 26 23 110 100
Jumlah 17 15 67 61 26 24 110 100
Uji Spearman Rank Test ρ : 0.000 < ɑ 0,05 r : 0.350
r : 0.04 ρ : 0.08
Sumber : Data primer 2019.
Sumber : Data primer 2019

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar re- Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar
sponden dengan tingkat pendidikan SD/SMP memi- responden dengan pengalaman kurang memiliki ke-
liki kesiapsiagaan cukup(46%) dan sebagian kecil re- siapsiagaan cukup (26%) dan sebagian kecil respon-
sponden pendidikan S2/S1 memiliki kesiapsiagaan den dengan pengalaman baik memiliki kesiapsiagaan
kurang (0%), responden dengan pendidikan SMA/ kurang (1%).Berdasarkan hasil uji statistik spearman
SMK memiliki kesiapsiagaan kurang (0%) dan re- rank test nilai ρ : 0.000 < ɑ 0,05 menunjukkan ada
sponden tidak bersekolah memiliki kesiapsiagaan baik hubungan pengalaman dengan kesiapsiagaan bencana
(0%).Berdasarkan hasil uji statistik chi kuadrat nilai ρ gempa bumi pada lansia di posyandu puntodewo.
: 0.008 ≥ ɑ: 0.05 menunjukkan ada hubungan faktor
tingkat pendidikan dengan kesiapsiagaan bencana PEMBAHASAN
gempa bumi pada lansia di posyandu puntodewo Mengidentifikasi faktor usia dengan kesiapsiag-
aan bencana gempa bumi
Tabel 3: Tabulasi silang antara pengetahuan dan Berdasarkan hasil uji statistik chi kuadrat nilai ρ :
kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada lansia di 0.507 ≥ ɑ: 0.05 menunjukkan tidak ada hubungan
Posyandu Puntodewo Surabaya Februari 2019 factor usia dengan kesiapsiagaan bencana gempa
bumi pada lansia di posyandu puntodewo.
Kesiapsiagaan
pengeta- Total Sebagian besar lansia lebih memiliki kesiapsiagaan
Kurang Cukup Baik
huan cukup (53%). Usia lansia merupakan usia yang
N % n % n % n %
rentan dan memiliki tingkat morbiditas yang tinggi
Kurang 2 2 4 4 3 3 9 8 dari populasi yang lebih muda (Tuohy et al., 2014).
Cukup 8 7 24 22 10 9 42 38 Menurut World Health Organization (WHO) se-
Baik 7 6 39 35 13 12 59 54 bagai dewasa yang lebih tua merupakan populasi
Jumlah 17 15 67 61 26 24 110 100 rentan yang mungkin lebih berada pada resiko besar
Uji Spearman Rank Test ρ : 0.682 > ɑ 0,05 r : 0.685 dalam bencana. Populasi usia 65 tahun atau lebih tua
Sumber : Data primer 2019 akan terkena dampak negative dari waktu ke wak-
tu (Bayraktar & Dal Yilmaz, 2018). Orang dewasa
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar lebih tua memiliki kemampuan fisik yang kurang,
responden dengan pengetahuan baik memiliki kes- perubahan fisiologis termasuk kemampuan tulang
iapsiagaan cukup (35%) dan sebagian kecil responden menurun, menurunnya fungsi otot mempengaruhi
dengan pengetahuan kurang memiliki kesiapsiagaan lansia dalam mencari bantuan yang dapat mening-
kurang (2%). Berdasarkan hasil uji statistik spearman katkan kerentanan dalam bencana. Kondisi tersebut
rank test nilai ρ : 0.682 > ɑ 0,05 menunjukkan tidak mengakibatkan lansia mengalami dampak yang leb-

165
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

ih negative dan memiliki tingkat morbiditas lebih merintah dalam pendidikan bencana telah ada sejak
tinggi dari seluruh penduduk di bencana (Annear, undang-undang bencana pada tahun 2007.Pendi-
Otani, Gao, & Keeling, 2016). Namun demikian, dikan bencana telah didapat orang-orang dengan
di Negara Jepang, orang dengan dewasa tua lebih wilayah rawan bencana. Namun, pendidikan ben-
memiliki kesiapsiagaan yang baik. Menurut pene- cana dalam kurikulum disetiap jenjang pendidikan
litian(Zhu & Sun, 2017) mengungkapkan bahwa mulai TK hingga SMA/SMK menjadi program
orang tua di Jepang memiliki kemampuan unik dan pemerintah ditahun ini untuk memasukkan pen-
pengalaman dalam kesiapan bencana gempa bumi, didikan bencana dalam kurikulum (Hamid,2018)
karena gempa bumi yang seringkali terjadi dan pen- begitu pula dalam perguruan tinggi, hanya bebera-
galaman sebelumnya. Hal ini, berbeda dengan lansia pa perguruan tinggi yang telah memasukkan pendi-
di posyandu Puntodewo, hanya 22 responden yang dikan bencana, dan tahun ini pendidikan bencana
pernah mengalami gempa sebelumnya sehingga se- akan masuk dalam semua perguruan tinggi (Na-
bagian besar responden memiliki pengalaman ku- sir,2019).
rang dalam bencana (42%) karna tidak memiliki Pendidikan yang diperoleh oleh lansia yang berumur
pengalaman gempa sebelumnya. ±60 tahun lebih baik dibandingkan dengan lansia
Responden pada lanjut usia (60-74 tahun) lebih ban- berumur 70 tahun dikarenakan kurikulum tahun ke
yak memiliki kesiapsiagaan cukup (53%) dan pada tahun lebih baik. Seseorang dengan tingkat pendi-
lanjut usia tua (75-90 tahun) lebih banyak memiliki dikan yang lebih tinggi secara signifikan meningkat-
kesiapsiagaan cukup (8%) sehingga tidak ada yang kan kesiapsiagaan (Hoffmann & Muttarak, 2017),
membedakan dalam menanggapi kesiapsiagaan kar- karena semakin tinggi pendidikan maka seseorang
na banyak responden tidak memiliki pengalaman semakin aktif dalam mengakses informasi lebih be-
gempa sebelumnya. Kesiapsiagaan yang dilakukan ragam dari beberapa sumber (Hoffmann & Mut-
oleh lansia ataupun non lansia tidak ada pembeda tarak, 2017).
dalam mempersiapkan terjadinya fase awal ben- Penelitian ini menunjukkan sebagian besar lansia di
cana gempa bumi karena kurangnya kesiapan yang posyandu Puntodewo yang memiliki tingkat pen-
dilakukan dan pengalaman yang dimiliki (Tuohy et didikan dasar (45%) sehingga orang yang memiliki
al., 2014). tingkat pendidikan dasar hanya memiliki kesiapsiag-
aan yang cukup (46%) dan kesiapsiagaan kurang
Mengidentifikasi faktor tingkat pendidikan den- (13%) dibandingkan dengan orang dengan ting-
gan kesiapsiagaan bencana gempa bumi kat pendidikan tinggi yang memiliki kesiapsiagaan
Berdasarkan hasil uji statistik chi kuadrat nilai ρ : cukup (5%) dan memiliki kesiapsiagaan baik (5%).
0.008 ≥ ɑ: 0.05 menunjukkan ada hubungan faktor Kesiapsiagaan seseorang dalam bencana bukan dari
tingkat pendidikan dengan kesiapsiagaan bencana pendidikan formal saja, namun juga dari pendidikan
gempa bumi pada lansia di Posyandu Puntodewo. informal seperti kearifan lokal dari nenek moyang
Pendidikan bencana sangat penting untuk memo- dan media komunikasi. Sebagian responden, 22 lan-
tivasi orang sebagai manajemen darurat bencana sia memperoleh pendidikan dari nenek moyang dan
dimasa depan (Tanaka, 2005). Pendidikan formal sebagian besar memperoleh pendidikan dari media
dapat meningkatkan perilaku kesiapan, pendidikan komunikasi. Pendidikan bencana bukan hanya dari
berbasis kelas biasanya disampaikan dengan cara pendidikan formal namun juga dari pendidikan non
yang sistematis oleh guru yang terlatih dalam seko- formal yang mengacu pada setiap aktivitas pendi-
lah, dan perguruan tinggi. Semakin tinggi jumlah dikan terorganisir yang terjadi di luar sistem formal
tahun seorang individu menghabiskan dalam pen- seperti pendidikan masyarakat atau program pem-
didikan formal maka semakin tinggi kesiapsiagaan belajaran alternative (Hoffmann & Muttarak, 2017)
seseorang (Hoffmann & Muttarak, 2017).
Negara Jepang merupakan salah satu Negara yang Mengidentifikasi faktor pengetahuan dengan kes-
memasukan pendidikan bencana dalam pembelaja- iapsiagaan bencana gempa bumi
ran sejak tahun 1990. Pendidikan bencana dimasu- Berdasarkan hasil uji statistik spearman rank test nilai
kan sejak awal sekolah dan Amerika Serikat memasu- ρ : 0.682 > ɑ 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan
kan pendidikan bencana pada tahun 1898 (Tanaka, pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana gempa
2005). Berbeda dengan di Indonesia, kebijakan pe- bumi pada lansia di Posyandu Puntodewo.

166
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang ben- untuk mencetak sikap dan perilaku dalam tanggap
cana tidak mempengaruhi kesiapsiagaan bancana, bencana bukan hanya mengetahuan tentang ben-
terutama pengetahuan akan lingkungan dan sikap cana (Tuhusetya, 2012).
seseorang dalam menghadapi bencana diwilayah
yang memiliki potensi gempa. Pengetahuan tentng Mengidentifikasi faktor pengalaman dengan kes-
bencana terdiri dari 6 domain, yang menekankan iapsiagaan bencana gempa bumi
pada domain 3 yaitu aplikasi seseorang dari pelaja- Berdasarkan hasil uji statistik spearman rank test
ran yang telah mereka peroleh (Anderson & Krath- nilai ρ : 0.000 < ɑ 0,05 menunjukkan ada hubungan
wohl, 2010), sehingga sangat penting pengetahuan pengalaman dengan kesiapsiagaan bencana gempa
kesiapsiagaan jika gempa terjadi. Menurut Tanaka bumi pada lansia di posyandu puntodewo.
tahun 2005, pengetahuan mengenai lingkungan ha- Sebuah pengalaman yang dimiliki lansia dimasa lalu
rus dimasukan dalam pendidikan seperti geogologi, memberikan manfaat dimasa yang akan datang salah
regional dan geografi di daerah lokal dan persiapan satunya pengalaman bencana yang pernah diala-
jika terjadi bencana, dan perlunya seseorang dalam mi sebelumnya. Pengalaman bencana yang pernah
mengaplikasikan saat bencana terjadi. Adanya peng- dialami akan memberikan pelajaran untuk meny-
etahuan yang dimiliki akan mempengaruhi sikap dan iapkan bencana dimasa depan. MenurutZhu & Sun,
perilaku terhadap bencana terutama pada wilayah 2017, pengalaman hidup dan pengalaman sebelum-
rawan bencana (Arikunto, 2013). Namun, di Indo- nya menyebabkan orang dewasa tua memiliki sum-
nesia pengetahuan mengenai lingkungan dan per- berdaya dalam mengatasi dan meningkatkan ketah-
siapan bencana sebagian besar dalam siaran televise anan. Pengalaman yang dimiliki seseorang menjadi
atau iklan yang diterbitkan oleh pemerintah untuk salah satu pencegahan dan kesiapsiagaan yang efektif
meningkatkan pendidikan bencana dan mangajar- dalam bencana. Sangat berbeda dengan orang yang
kan warga melindungi diri sendiri (Tanaka, 2005), tidak memiliki pengalaman sebelumnya, akan mera-
sangat minimnya pendidikan bencana melalui so- sa bahwa bencana sangat menakutkan dan tidak
sialisasi bagi masyarakat lansia di Surabaya sehingga memiliki kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana.
meningkatkan kerenanan lansia pada bencana. MenurutFernandez et al., 2018, orang dengan pen-
Sebagian besar lansia di posyandu Puntodewo galaman gempa tidak akan merasa bahwa gempa
memiliki pengetahuan baik (54%). Sebagian be- bumi akan merusaknya karena mereka lebih siap
sar responden mengetahui tentang lingkungan dan dalam menghadapi bencana dibandingkan dengan
pengetahuan mereka dalam kategori cukup tentang mereka yang tidak memiliki pengalaman gempa se-
menyikapi bencana (cara berlindung, menghadapi belumnya.
bencana dan persiapan sebelum bencana terjadi). Namun demikian, pengalaman bencana di Jepang
Namun, Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang berbeda dengan pengalaman bencana pada lansia
dalam kesiapsiagaan bencana belum cukup jika mer- di Surabaya, sebagian besar lansia di posyandu Pun-
eka tidak memiliki pengalaman bencana. Karena, todewo memiliki pengalaman kurang (42%) sebab
menurut Fernandez et al., 2018menerangkan bahwa Surabaya hanya memiliki wilayah potensi gempa
orang yang memiliki pengetahuan hanya mengeta- dan lansia tidak banyak yang memperoleh simula-
hui tindakan pencegahan dan mengurangi resiko. si. Dalam penelitian ini pengalaman lansia terha-
Sebab, jika bencana terjadi maka beberapa orang ti- dap bencana secara langsung atau tidak langsung
dak melakukan saran darurat karena lebih berpusat hanya 20 orang (mengalami bencana oleh dirinya
pada dirinya sendiri. Sehingga pengetahuan yang di- sendiri) dan sebagian besar mempunyai pengalaman
miliki tidak berpengaruh dengan kesiapsiagaan ben- perwakilan. Pengalaman perwakilan yaitu individu
cana jika tidak memiliki pengalaman. Sesuai hasil yang berinteraksi dengan orang lain seperti anggo-
penelitian, meskipun lansia memiliki pengetahuan ta keluarga/teman, yang telah memiliki pengalaman
baik (54%) memiliki kesiapsiagaan yang cukup bencana / memanfaatkan pengalaman melali media
(35%) dan lansia yang memiliki pengetahuan cuk- (televisi, radio, koran, tabloid dll). Pengalaman gem-
up (38%) memiliki kesiapsiagaan cukup (22%) dan pa yang dimiliki oleh lansia posyandu puntodewo
lansia yang memiliki pengetahuan kurang (8%) juga hanya pengalaman dari nenek moyang dan melalui
memiliki kesiapsiagaan cukup (4%). Dengan adan- sosialisasi, pelatihan kesiapsiagaan.
ya pengetahuan dan pendidikan bencana berguna Menurut Annear et al., 2016 pendidikan umum

167
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

mengajarkan intervensi prabencana kewaspadaan of a new scale and initial findings. International
terhadap faktor resiko pada dewasa tua. Sebagian Journal of Disaster Risk Reduction, 18, 32–40.
besar lansia di posyandu Puntodewo memiliki pen- https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2016.06.001
galaman kurang dengan kesiapsiagaan cukup (26%) Arikunto. (2013). Panduan Mengukur Tingkat Kes-
disebabkan karena sosialisasi kesiapsiagaan bencana iapsiagaan Masyarakat dan Komunitas Sekolah.
belum dilaksanakan di semua kelurahan di Sura- ( January 2011), 53.
baya (BPB Linmas,2018), sehingga menyebabkan Bakiono, F., Ouédraogo, L., Sanou, M., Samadoulou-
masih banyak lansia memiliki kesiapsiagaan yang gou, S., Guiguemdé, P. W. L., Kirakoya-Sama-
cukup dan masih banyak orang yang belum men- doulougou, F., & Robert, A. (2014). Quality of
yadari pentingnya kegiatan persiapan bencana un- life in people living with HIV: A cross-sectional
tuk dirinya sendiri (Tanaka, 2005). Padahal sebuah study in Ouagadougou, Burkina Faso. Springer-
pengalaman sangat berarti daripada pendidikan kar- Plus, 3(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/2193-
na pendidikan akan memudar dari waktu kewaktu, 1801-3-372
sehingga perlunya pelatihan tanggap bencana yang Baroroh, A. (n.d.). Trik-trik Analisis Statistik SPSS
berkala supaya tidak mudah terlupakan oleh lansia. 15+ CD. Elex Media Komputindo.
Pengalaman adalah kunci keberhasilan hidup seseo- Bartley, B. H., Stella, J. B., & Walsh, L. D. (2006).
rang. What a disaster?! Assessing utility of simulated
disaster exercise and educational process for im-
KESIMPULAN proving hospital preparedness. Prehospital and
Kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada lansia Disaster Medicine, 21(4), 249–255.
dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan fak- Bayraktar, N., & Dal Yilmaz, Ü. (2018). Vulnerability
tor pengalaman yang dimiliki. Semakin tinggi pen- of elderly people in disasters: A systematic review.
didikan seorang lansia dan pengalaman yang banyak Turk Geriatri Dergisi, 21(3), 467–482. https://
dapat meningkatkan kesiapsiagaan lansia dalam ben- doi.org/10.31086/tjgeri.2018344062
cana. Becker, J. S., Paton, D., Johnston, D. M., Ronan, K.
R., & McClure, J. (2017). The role of prior experi-
ence in informing and motivating earthquake pre-
DAFTAR PUSTAKA paredness. International Journal of Disaster Risk
(BNPB). (2014a). National Disaster Management Reduction, 22( July 2016), 179–193. https://doi.
Plan (Rencana Nasional Penanggulangan Ben- org/10.1016/j.ijdrr.2017.03.006
cana 2015-2019). Retrieved from https://www. Carter, W. N. (2008). Disaster Management A Di-
bnpb.go.id//uploads/renas/1/BUKU RENAS saster Manager’s Handbook. In publication stock
PB.pdf no. 041508 ISBN 978-971-561-006-3. Retrieved
(BNPB), B. N. P. B. (2018). Pedoman Kesiapsiagaan from https://www.think-asia.org/bitstream/han-
Menghadapi Gempa Bumi dan Tsunami Berbasis dle/11540/5035/disaster-management-hand-
Masyarakat. (Desember), 24. book.pdf ?sequence=1
Ahmad, J., Ahmad, M. M., & Ahmad, N. (2018). Chaisse, J. (2017). About the editor. In Chart-
Natural disasters and public health in the era of ing the Water Regulatory Future. https://doi.
Sustainable Development Goals: A retrospec- org/10.4337/9781785366727.00004
tive study of the October 2015 Hindu Kush Djalante, R., Garschagen, M., Thomalla, F., & Shaw,
earthquake in Pakistan. Procedia Engineering, R. (2017). Disaster Risk Reduction in Indonesia.
212, 855–862. https://doi.org/10.1016/j.pro- Springer.
eng.2018.01.110 Dorothy, Y., & Marie, T. (2000). Dasar-dasar riset
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerang- keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
ka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan Jakarta.
asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 300(300), Efendi, F., & Makhfudli, M. (2009). Keperawatan Kes-
0. ehatan Komunitas: teori dan praktik dalam keper-
Annear, M. J., Otani, J., Gao, X., & Keeling, S. (2016). awatan. Salemba Medika.
Japanese perceptions of societal vulnerability to Fernandez, G., Tun, A. M., Okazaki, K., Zaw, S. H.,
disasters during population ageing: Constitution & Kyaw, K. (2018). Factors influencing fire,

168
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4(1) 2019

earthquake, and cyclone risk perception in Yan- Statistik, B. P. (2017). Badan pusat statistik. Diambil
gon, Myanmar. International Journal of Disas- Dari Https://Www. Bps. Go. Id.
ter Risk Reduction, 28, 140–149. https://doi. Sugiyono, P. D. (2008). Metode penelitian kuantitatif
org/10.1016/j.ijdrr.2018.02.028 dan kualitatif dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta.
Hidayat, A. A. (2010). Metode penelitian kesehatan Tanaka, K. (2005). The impact of disaster education
paradigma kuantitatif. Surabaya: Health Books on public preparation and mitigation for earth-
Publishing. quakes: A cross-country comparison between
Hoffmann, R., & Muttarak, R. (2017). Learn from Fukui, Japan and the San Francisco Bay Area, Cali-
the Past, Prepare for the Future: Impacts of Ed- fornia, USA. Applied Geography, 25(3), 201–225.
ucation and Experience on Disaster Preparedness https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2005.07.001
in the Philippines and Thailand. World Devel- Tuhusetya, S. (2012). Pendidikan kebencanaan
opment, 96, 32–51. https://doi.org/10.1016/j. dan kesigapan mengurangi risiko. Diakses Dari
worlddev.2017.02.016 Http://Sawali. Com Tanggal, 9.
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/24TA- Tuohy, R., Stephens, C., & Johnston, D. (2014).
HUN2007UU.htm , diakses pada tanggal 13 No- Older adults’ disaster preparedness in the con-
vember 2018 text of the September 2010-December 2012
Indonesia, K. K. R. (2017). Analisis lansia di Indone- Canterbury earthquake sequence. International
sia. Jakarta. Pusat Data Dan Informasi Kemente- Journal of Disaster Risk Reduction, 9(December
rian Kesehatan Republik Indonesia. 2012), 194–203. https://doi.org/10.1016/j.ij-
Khambali, I., & ST, M. (2017). Manajemen Penang- drr.2014.05.010
gulangan Bencana. Penerbit Andi. Zhu, X., & Sun, B. (2017). Study on earthquake
Muhammad Hamid, (2018), Peta Jalan Pendidikan risk reduction from the perspectives of the el-
Mitigasi Bencana Sudah Disetujui Sejak 2004, Ja- derly. Safety Science, 91, 326–334. https://doi.
karta : kemendikbud org/10.1016/j.ssci.2016.08.028
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keper-
awatan gerontik. Penerbit Andi.
Nasir Muhammad, (2019), Mitigasi Bencana Masuk
Kurikulum Perguruan Tinggi, Jakarta: Men-
ristekdikti
Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian keseha-
tan, edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Nourozi, K., Saeli, E., Khankeh, H., Kavari, S. H.,
Rezasoltani, P., & Fathi, B. (2016). The Effect of
Risk Reduction Intervention on Earthquake Di-
saster Preparedness of the Elderly People. Health
in Emergencies & Disasters Quarterly, 1(2), 89–
96.
Nursalam, S. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salem-
ba Medika.
Öztekin, S. D., Larson, E. E., Akahoshi, M., &
Öztekin, İ. (2016). Japanese nurses’ perception
of their preparedness for disasters: Quantitative
survey research on one prefecture in Japan. Ja-
pan Journal of Nursing Science, 13(3), 391–401.
https://doi.org/10.1111/jjns.12121
Ray-Bennett, N. S. (2018). Disasters, Deaths, and the
Sendai Goal One: Lessons from Odisha, India.
World Development, 103, 27–39. https://doi.
org/10.1016/j.worlddev.2017.10.003

169

You might also like