Professional Documents
Culture Documents
SUSUNAN REDAKSI
JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAFTAR ISI
Alamat Redaksi
LITERATURE STUDY: VALIDITY AND RELIABILITY TEST OF MASLACH
Gedung Biomedik Lt. 2 INSTRUMENTS BURNOUT INVENTORY-HUMAN SERVICES SURVEY
Fakultas Kedokteran Universitas (MBI-HSS) IN NURSES IN SEVERAL COUNTRIES
Brawijaya Liza Fauzia, Kadek Ayu Erika, Andi Masyitha Irwan........................160-166
Jalan Veteran Malang 65145
Telepon (0341) 551611, 569117, THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ABILITY TO PERFORM ACTIVITIES
567192 OF DAILY LIVING WITH RISK FOR FALLS AMONG OLDER ADULTS IN
Pesawat 126; TRESNA WERDHA SOCIAL SERVICE BANYUWANGI
Luthfi Fadlilatun Nisa, Latifa Aini, Kholid Rosyidi.............................167-175
Fax (62) (0341) 564755
Email: jik@ub.ac.id
THE ROLE OF CULTURE ON COMMUNITY PERCEPTION ABOUT
Website: www.jik.ub.ac.id MENTAL DISORDER
Maria Julieta Esperanca Naibili, Erna Rochmawati.........................176-186
www.jik.ub.ac.id
i
RELATIONSHIP BETWEEN LEVEL OF DISASTER KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF
LANDSLIDE DISASTER PREPAREDNESS IN VOLUNTEERS "KELURAHAN TANGGUH”
IN MALANG CITY
ABSTRACT
Indonesia is located between the Eurasian Continent Plate, the Indian-Australian Plate and the Pacific Ocean
Plate. It is passed through a series of Mediterranean Circuits and the Pacific Circum. The process of plate
and volcanic activity results in natural disasters including landslides. Indonesia has 918 vulnerable location
points that are spread in various parts of Indonesia which cause natural disasters in Indonesia to increase
every year. BPBD of Malang Citymade a program “Kelurahan Tangguh” to improve community preparedness
against disasters. The purpose of this study was to explore the relationship between landslide disaster
preparedness knowledge andattitude on volunteers of “Kelurahan Tangguh” in KotaLama, Bandungrejosari
and Polehanbecause these three villages experienced the most landslides during 2018. The design of this
research is observational correlational analytic with cross sectional research. The research respondents were
39 volunteers in Kotalama, Bandungrejosari and Polehan with a total sampling method. Data were collected
using a questionnaire to determine the level of knowledge and attitudes of preparedness. Data analysis used
aSpearman’s rank correlation test. The results of the study state that there is a relationship between the level
of knowledge and attitudes of preparedness. There is a positive relationship between the level of knowledge
with landslide preparedness attitudes (p = 0.000, α = 0.05), r = 0.610. There is a unidirectional relationship
between the level of knowledge and attitudes of preparedness for landslides. Health workers, especially nurses
and other professionals can partner with BPBD to actively conduct education, motivation and various training
for volunteer empowerment in disaster preparedness in Malang City.
Keywords: Knowledge Level, Attitude, Volunteers.
ABSTRAK
Indonesia terletak diantara Lempeng Benua Eurasia, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Samudra
Pasifik dan dilalui rangkaian pegunungan Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik. Proses aktivitas lempeng
dan vulkanik mengakibatkan bencana alam diantaranya tanah longsor. Indonesia memiliki 918 titik lokasi
rentan longsor yang tersebar diberbagai wilayah Indonesia yang menyebabkan bencana alam di Indonesia
terus meningkat setiap tahunnya. BPBD Kota Malang membentuk program “Kelurahan Tangguh” untuk
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada relawan
“Kelurahan Tangguh” di Kelurahan Kotalama, Bandungrejosari danPolehan Kota Malang karena ketiga
kelurahan tersebut mengalami kejadian tanah longsor paling banyak sepanjang tahun 2018.Design penelitian
ini adalah observasional analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian
sebanyak 39 relawan di Kelurahan Kotalama, Bandungrejosari dan Polehan Kota Malang dengan metode total
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
sikap kesiapsiagaan. Analisa data menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap kesiapsiagaan. Terdapat hubungan positif
antara tingkat pengetahuan dengan sikap kesiapsiagaan bencana tanah longsor (p = 0.000, α = 0.05), r =
0,610. Terdapat hubungan searah antara tingkat pengetahuan dan sikap kesiapsiagan bencana tanah longsor.
Tenaga kesehatan terutama perawat dan tenaga profesional lainnya dapat bermitra dengan BPBD secara
aktif melakukan edukasi, motivasi dan berbagai pelatihan untuk pemberdayaan relawan dalam kesiapsiagaan
bencana di Kota Malang.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap, Relawan.
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 7 No. 2. November 2019. Korespondensi: Ika Setyo Rini. Jurusan
Keperawatan Universitas Brawijaya. Email: ikarini_24@yahoo.com. Doi10.21776/ub.jik.2019.
007.02.3
www.jik.ub.ac.id
133
PENDAHULUAN pada periode 2005-2015 telah terjadi lebih dari
78% kejadian bencana alam yaitu sebanyak
Indonesia merupakan negara kepulauan
11.648 merupakan bencana hidrometeorologi
yang diapit oleh dua samudra yaitu Samudra
yang memberikan dampak cukup besar
Pasifik dan Samudra Hindia dan dua benua
bagi lingkungan dan masyarakat. Bencana
yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Secara
hidrometeorogi dapat berupa banjir, angin puting
geologi Indonesia terletak diantara tiga lempeng
beliung, tanah longsor dan lain sebagainya.
yaitu Lempeng Benua Eurasia, Lempeng
Indonesia juga memiliki 918 titik lokasi rentan
HindiaAustralia dan Lempeng Samudra Pasifik
longsor yang tersebar di berbagai wilayah (Daud
serta dilalui oleh dua rangkaian pegunungan
et al., 2014). Kejadian tanah longsor terbanyak
besar yaitu rangkaian Sirkum Mediterania
dijumpai di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat,
dan Sirkum Pasifik. Lempeng Hindia bertemu
Jawa Timur, Sumatera Barat dan Kalimantan
dengan Lempeng Benua Eurasia dari arah
Timur. Menurut data matriks BNPB (2016)
selatan dan Lempeng Samudra Pasifik bertemu
terdapat lebih dari 14 juta jiwa yang berisiko
dengan Lempeng Benua Eurasia dari arah timur
terpapar bencana longsor di wilayah Indonesia.
(Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan
Kejadian bencana alam di Indonesia terus
Tinggi, 2018).
meningkat setiap tahunnya. Menurut BNPB
Lempeng-lempeng tersebut bergerak
melaporkan kejadian bencana pada akhir tahun
dengan kecepatan 10 cm setiap tahunnya
2014 tercatat sebanyak 1.567 bencana,kemudian
(Zakaria, 2007). Aktivitas lempeng-lempeng
pada tahun 2016 meningkat menjadi 2.151
ini dapat menyebabkan deformasi batuan
bencana (BNPB,2016). Pada periode Januari-
dan menimbulkan bencana seperti gempa,
Maret 2018 telah terjadi sebanyak 513 kejadian
kegiatan gunung berapi dan gerakan tektonik. bencana yang terdiri dari angin puting beliung
Rangkaian pegunungan besar menyebabkan 182 kejadian, banjir 157 kejadian, longsor
banyak persebaran gunung api di Indonesia 137 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 15
sehingga terdapat banyak aktivitas vulkanik kejadian, kombinasi banjir dan tanah longsor
di Indonesia (Kementrian RisetTeknologi dan 10 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 7
Pendidikan Tinggi, 2018). Proses-proses dari kejadian, gempa bumi 3 kejadian, dan erupsi
aktivitas lempeng dan vulkanik tersebut juga gunung api 2 kejadian (BNPB, 2017).
dapat mengakibatkan bencana alam salah
Kejadian-kejadian bencana tersebut
satunya tanah longsor (Risdiyanto, 2011).
memiliki dampak kerugian yang dirasakan baik
Gerakan-gerakan tanah yang terjadi akibat gaya secara langsung maupun tidak langsung. Pada
gempa dan guncangan pada proses tersebut tahun 2014terdapat korban meninggal dan
mengakibatkan menguatnya gaya pendorong hilang sekitar 568 jiwa, korban yang menderita
untuk terjadi longsor (Nandi, 2007). dan mengungsi sebanyak 2.680.133 jiwa dan
Selain itu Indonesia adalah salah satu negara kerusakan pemukiman 51.577 unit perumahan
yang sering terjadi bencana hidrometeorologi (BNPB, 2014). Pada tahun 2016 kejadian
atau bencana yang disebabkan oleh perubahan bencana mengakibatkan korban yang meninggal
iklim dan cuaca. MenurutBadan Nasional dan hilang sejumlah 363 jiwa, korban menderita
Penanggulangan Bencana (BNPB) (2016) dan mengungsi sebanyak 2.770.814 jiwa dan
tanah longsor, banjir dan angin puting beliung kegiatan pengorganisasian yang dilakukan
(BPBD, 2016). Provinsi Jawa Timur memiliki untuk mengantisipasi bencana melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna (BNBP,
38 kabupaten atau kota dimana sebanyak 29
2017). Kesiapsiagaan bencana dipengaruhi
diantaranya merupakan wilayah yang berisiko
beberapa faktor diantaranya pengetahuan dan
tinggi terjadi bencana termasuk didalamnya
sikap, kebijakan dan panduan, rencana keadaan
adalah Kota Malang (BPBD, 2016).
darurat bencana, sistem peringatan bencana
BPBD Kota Malang menyebutkan bahwa
dan mobilisasi sumberdaya (Husna, 2012).
kejadian bencana paling banyak di Kota Malang
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
pada tahun 2018 adalah pohon tumbang dan
yang didapatkan dari penginderaan suatu
tanah longsor sedangkan banjir hanya berupa
objek sedangkan sikap merupakan manifestasi
genangan air. Kejadian tanah longsor di Kota
dari sebuahkeyakinan untuk membuat respon
Malang merupakan kejadian terbanyak, tercatat
dalam suatu situasi dengan cara yang dipilih
sebanyak 42 kejadian disepanjang tahun 2018
(Ningtyas, 2015). Pengetahuan memiliki
dan menyebabkan kerugian nomor satu diantara
hubungan yang positif dengan sikap. Semakin
bencana yang lain yaitu sebesar lebih dari 2.6
tinggi pengetahuan seseorang maka akan
milyar rupiah.
menunjukkan sikap yang lebih baik (Radhi et
Kejadian bencana dapat memberikan al., 2015). Berbeda dengan hasil penelitian
dampak yang dapat dirasakan secara langsung yang dilakukan oleh Husna (2012) meskipun
maupun tidak langsung. Salah satu cara untuk perawat telah diberikan edukasi dan pelatihan,
mengurangi dampak bencana adalah dengan tetapi tidak adanya faktor perencanaan dalam
membentuk relawan bencana. Menurut BNPB menghadapi bencana hal ini dapat menjadi faktor
(2017) relawan bencana dibagi menjadi dua penghambat bagi kesiapan perawat bila terjadi
jenis yaitu yang berasal dari lembaga dan dari bencana. Oleh karena itu, walaupun seseorang
masyarakat. Masyarakat menjadi salah satu telah diberikan edukasi dan pelatihan namun
bagian penting dari relawan bencana. Oleh belum tentu akan memiliki sikap kesiapsiagaan
www.jik.ub.ac.id
135
yang baik apabila ada dari faktor kesiapsiagaan relawan “Kelurahan Tangguh” di Kelurahan
bencana yang tidak berfungsi. Kotalama, Bandungrejosari dan Polehan
BPBD Kota Malang telah membentuk Kota Malang. PopuIasi peneIitian ini adaIah
program “Kelurahan Tangguh” dengan tujuan masyarakat relawan yang tergabung dalam
untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Tangguh berada di wilayah Kelurahan
terhadap bencana. Program Kelurahan Tangguh Kotalama, Bandungrejosari dan Polehan.
telah berjalan sejak tahun 2016. Pada “Kelurahan Jumlah sample penelitian sebanyak 39 relawan
Tangguh” dibentuk sebuah komunitas relawan (10 orang dari Kelurahan Polehan, 11 orang
bencana yang akan bertanggung jawab atas dari Kelurahan Kotalama dan 19 orang dari
kesiapsiagaan bencana di wilayahnya. Dalam Kelurahan Bandungrejosari) dihitung dengan
program ini kegiatan yang dilakukan oleh menggunakan rumus total sampling.
BPBD mencakup pendataan, pembinaan, Instrumen dalam penelitian ini adalah
pengerahan, pemantauan dan evaluasi relawan menggunakan kuesioner. Pengetahuan
penanggulangan bencana. Dalam program ini bencana tanah longsor diukur menggunakan
ditargetkan setiap tahunnya akan terbentuk kuesioner pengetahuan kesiapsiagaan
relawaan Kelurahan Tangguhdi 3-5 kelurahan bencana tanah longsor (Ningtyas, 2015) yang
wilayah lainnya. Program “Kelurahan Tangguh” telah dimodifikasi. Kuesioner ini berjumlah 30
telah terbentuk di 15 kelurahan dari 52 kelurahan pertanyaan yang membahas tentang penyebab,
yang ada di Kota Malang. Terdapat 3“Kelurahan tanda-tanda terjadinya tanah longsor, hal-
Tangguh”yang mengalami kejadian tanah hal yang harus dilakukan dan pencegahan
longsor paling banyak sepanjang tahun 2018 terhadap terjadinya tanah longsor. Uji validitas
yaitu kelurahan Kotalama, Bandungrejosari dan instrumen pengetahuan kesiapsiagaan bencana
Kelurahan Polehan. Pada Kelurahan Kotalama tanah longsor menunjukkan bahwa instrumen
terjadi 7 kejadian tanah longsor, Kelurahan kuesioner valid dengan nilai r hitung = 0.596-
Bandungrejosari sebanyak 4 kejadian dan 0.818, yang > dari r tabel (r tabel = 0.553) pada
Kelurahan Polehan sebanyak 3 kejadian semua pertanyaan. Kuesioner juga reliabel
(BPBD Kota Malang, 2018). Peneliti tertarik dengan nilai cronbach alfa = 0.968. Sikap
untuk melakukan penelitian tentang hubungan Kesiapsiagaan bencana tanah longsordiukur
antara tingkat pengetahuan dengan sikap dengan menggunakan kuesioner sikap
kesiapsiagaan tanah longsor pada relawan kesiapsiagaan bencana longsor (Ningtyas, 2015)
“Kelurahan Tangguh” di Kelurahan Kotalama, yang telah dimodifikasi. Kuesioner ini berjumlah
Bandungrejosari dan Polehan Kota Malang. 30 pertanyaan yang membahas tentang
penyusunan, pengorganisasian, dan uji coba
rencana penanggulangan bencana, penyediaan
METODE
logistik, sarana dan prasarana serta Informasi
Jenis peneliitian ini adalah observasional dan prosedur-prosedur tetap tanggap darurat.
analitik korelasional dengan pendekatan cross Uji validitas instrumen sikap kesiapsiagaan
sectional. Desain ini digunakan untuk mencari bencana tanah longsor menunjukkan bahwa
hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap instrumen kuesioner valid dengan nilai r hitung
kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada = 0.598-0.895, yang > dari r tabel (r tabel =
www.jik.ub.ac.id
137
Responden yang memperoleh skor pengetahuan relawan bencana terkait kesiap-
pengetahuan tinggi sejumlah 16 orang (41%) siagaan bencana di Kelurahan Kotalama,
sedangkan responden yang memperoleh skor Bandungrejosari dan Polehan Kota Malang
sangat tinggi sejumlah 23 orang (59%). adalah baik. Penelitian ini didukung oleh
penelitian dari Fauzi, dkk (2017) bahwa
Tabel 4. Distribusi Data Sikap Responden
pengetahuan masyarakat di Wonogiri Jawa
Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah
Tengah menunjukkan pengetahuan yang baik
Longsor
(25,73%). Pengetahuan merupakan faktor
Skor Sikap n %
utama kunci kesiapsiagaan suatu komunitas.
Baik 3 7,7
Sangat baik 36 92,3 Pengetahuan tentang bencana bermanfaat
Total 39 100 untuk mempengaruhi sikap dan kepedulian
Sumber: Data Primer (2019) masyarakat untuk kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana (Fauzi, dkk, 2017).
Sebagian besar responden bersikap sangat Pengetahuan merupakan hasil dari
baik terhadap kesiapsiagaan tanah longsor pengindraan, atau hasil tahu seseorang
(92,3%). terhadap objek melalui indra yang dimilikinya,
meliputi indra penglihatan, pendengaran,
Tabel 5. Hubungan Antara Tingkat
penciuman, perasa dan peraba (Notoatmodjo,
Pengetahuan dengan Sikap Kesiapsiagaan
2010).Terdapat beberapa faktor yang dapat
Bencana Tanah Longsor
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
Variabel p-value Korelasi
Spearman mengenai bencana yaitu pendidikan, informasi
Tingkat Pengetahuan atau media massa, sosial budaya, ekonomi,
Sikap 0,000 0,610 lingkungan, pengalaman dan usia.Sesuai
Sumber: Data Primer (2019) dengan hasil penelitian tersebut, responden
memiliki tingkat pendidikan tinggi diantaranya
Terdapat hubungan variabel tingkat SMA dan perguruan tinggi dengan rata-rata
pengetahuan dengan sikap kesiapsiagaan menjadi relawan adalah 2-3 tahun (53,8%).
bencana tanah longsor. Nilai korelasi Spearman Pengetahuan yang baik dalam penelitian
bernilai positif yang artinya semakin tinggi tingkat ini didukung oleh faktor usia dan tingkat
pengetahuan kesiapsiagaan bencana tanah pendidikan. Sebagian besar relawan bencana
longsor maka sikap kesiapsiagaan menghadapi berusia 41-50 tahun (53,8%) kemudian diikuti
bencana tanah longsor semakin tinggi pula. oleh usia 51-59 tahun (33,3%) dan 31-40
tahun dengan presentase 12,8%. Dari hasil
www.jik.ub.ac.id
139
Jawa Tengah 20 % dalam kategori tinggi. Pada penelitian ini relawan telah
Sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan mendapatkan pelatihan-pelatihan terkait
hasil bahwa mayoritas relawan rata-rata kesiapsiagaan bencana meliputi simulasi
telah menjadi relawan selama 2-3 tahun prabencana, simulasi pasca bencana,
sebanyak 53,8%. Pengalaman relawan dalam pemasangan jalur evakuasi, penanganan dini
menghadapi berbagai macam bencana yang bencana, monitoring lingkungan, sosialisasi
terjadi memberikan pelajaran yang sangat iklim, simulasi bongkar pasang tenda, mendirikan
berarti akan pentingnya pengetahuan tentang dapur umum, dan pemetaan wilayah risiko
bencana alam yang harus dimiliki oleh setiap bencana, dengan demikian relawan menjadi
individu (Fauzi, dkk, 2017). Semakin banyak lebih siap dalam menghadaapi bencana. Hasil
pengalaman relawan dalam bencana akan penelitian ini didukung oleh penelitian Daud
semakin meningkatkan kesiapsiagaannya et. al (2014) yang menyatakan bahwa sikap
dalam menghadapi bencana. komunitas sekolah pada SMAN 5 Banda Aceh
Selain itu berdasarkan karakteristik mengalami peningkatan sikap kesiapsiagaan
responden, sikap dapat dipengaruhi oleh usia, bencana gempa bumi dari 85,2% menjadi 97,1%
tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Pada hasil setelah mendapat pelatihan.
penelitian ini diketahui bahwa responden relawan Hasil penelitian ini mayoritas responden
bencana mayoritas berusia 41-50 tahun (53,8%) denganjumlah relawan berjenis kelamin
kemudian diikuti oleh usia 51-59 tahun (33,3%) perempuan (56,4%) lebih banyak daripada
dan 31-40 tahun dengan presentase 12,8%. laki-laki (43,6%). Penelitian ini didukung olah
Dapat dilihat bahwa usia tersebut berada dalam hasil penelitian oleh Khusairi (2017) yang
golongan usia dewasa muda dan dewasa akhir. menghubungkan sense of community dengan
Menurut Harnindita (2015) perkembangan sikap partisipasi warga di Kampung Wisata Jodipan
dan perilaku seseorang berjalan sejajar dengan Malang dimana jenis kelamin perempuan dan
umur karena semakin dewasa seseorang maka berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).
tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja Motivasi seseorang untuk menjadi relawan
akan meningkat sehingga dapat menumbuhkan juga bergantung pada jenis kelaminnya. Hasil
sikap yang lebih baik. ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Pada hasil penelitian ini juga dapat dilihat oleh Pangestu (2016) dimana jenis kelamin
bahwa tingkat pendidikan relawanmayoritas laki-laki lebih cenderung untuk menjadi relawan
pada tingkat SMA (69,2%). Menurut Harnindita daripada perempuan. Saat ini merupakan jaman
et.al(2015) tingkat pendidikan juga salah satu modernitas yang telah terjadi pergeseran peran
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dimana perempuan tidak hanya dipimpin tetapi
sehingga orang tersebut dapat mengambil untuk memimpin. Hal tersebut didukung oleh
keputusan dan bertindak. Pendidikan juga Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 1
merupakan proses untuk merubah sikap yang menganut prinsip persamaan karena setiap
seseorang atau kelompok, selain itu juga warga negara memiliki hak dan kewajiban yang
usaha untuk mendewasakan seseorang melalui sama (Kania, 2015). Dalam menyelesaikan
pengajaran dan pelatihan baik secara formal sebuah masalahperempuan memiliki peranan
maupun informal (Harnindita et. al, 2015). penting dalam penghentian kekerasan atau
Saat ini banyak forum publik yang berusaha menjadi lebih siaga (Sugawara et. al, 2018).
Sikap tidak bisa lepas dari pengetahuan karena
untuk melibatkan partisipasi perempuan agar
sikapdipengaruhi oleh perkembangan kognitif.
dapat mempertimbangkan kepentingan kaum
Apabila terjadi peningkatan pengetahuan maka
perempuan (Widayati, 2015). Salah satunya
seseorang dapat mengembangkan proses
forum publik yang melibatkan perempuan
pikirnya untuk timbul inisiatif untuk melakukan
adalah program “Kelurahan Tangguh” tersebut.
keterampilan yang telah diajarkan (Daud et. al,
Keterlibatan perempuan dalam forum atau
2014). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
kelembagaan memiliki arti memberi kesempatan
penelitian Sugawara et.alyang menyatakan
kepada perempuan atas tanggungjawab
bahwa pengetahuan masyarakat yang baik
sosialnya dan potensi yang dimiliki untuk
terhadap tanda-tandaterjadinya bencana akan
manfaatnya bagi masyarakat (Widayati, 2015).
meningkatkan kesiapsiagaan.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Implikasi Terhadap Keperawatan
Kebencanaan dengan Sikap Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
Bencana Tanah Longsor
yang dilakukan oleh relawan di kelurahan
Hasil peneIitian menunjukkan bahwa
tanggap bencana merupakan bagian dari fase
ada hubungan antara tingkat pengetahuan
kesiapsiagaan (preparadnes) dalam siklus
dan kesiapsiagaan bencana dengan korelasi
penanganan bencana (Labrague, 2017).
spearman 0,610 dengan p-vaIue 0,000 (<0,05).
Perawat dapat bekerjasama dengan
Hal ini sejalan dengan peneIitian yang telah
potensi lokal (kelompok awam terlatih) seperti
diIakukan Setyawati (2014) yang menyatakan
relawan “kelurahan tanggap” dalam melakukan
bahwa terdapat hubungan yang positif
persiapan tanggap bencana. Selain itu
antara pengetahuan dengan kesiapsiagan
perawat dapat bekerjasama dengan BPBD
daIam menghadapi bencana (p-value 0,022).
dalam program promosi kesehatan untuk
Pengetahuan tentang bencana merupakan
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
kunci dari kesiapsiagaan dalam menghadapi
menghadapi bencana.
bencana. Berbagai pelatihan kebencanaan
yang telah diikuti dan pengalaman dalam
menghadapi bencana memberikan pelajaran KESIMPULAN
dan meningkatkan sikap serta kepedulian Terdapat hubungan antara tingkat
untuk siap siaga daIam menghadapi bencana pengetahuan Kebencanaan dengan sikap
(Setyawati, 2014). HasiI Penelitian ini juga kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada
www.jik.ub.ac.id
141
relawan “Kelurahan Tangguh” di Kelurahan perawat dan tenaga profesional lainnya
Kotalama, Bandungrejosari dan Polehan dapat bermitra dengan BPBD dan organisasi
Kota Malang. Penelitian selanjutnya dapat lainnya, secara aktif melakukan edukasi,
dikembangkan tentang pengaruh pelatihan motivasi dan berbagai pelatihan untuk
terhadap sikap kesiapsiagaan dari relawan pemberdayaan relawan dalam kesiapsiagaan
bencana. Tenaga kesehatan terutama bencana di Kota Malang.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 19 (1). (BPBD). 2016. Gambaran Umum Risiko
Bencana di Provinsi Jawa Timur dan
Arif, F. N. 2015. Analisis Kerawanan Tanah
Upaya penanggulangannya, (Online),
Longsor Untuk Menentukan Upaya
(http://www.pskbpi.its.ac.id/wp-content/
Mitigasi Bencana di Kecamatan Kemiri
uploads/GAMBARAN-UMUM-RISIKO-
Kabupaten Purworejo. Skripsi. Jurusan
BENCANA-DI-JAWA-TIMUR-.pdf, diakses
Geografi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas
pada 12 Januari 2019)
Negeri Semarang.
Budiman, dan Agus, R. 2013. Kapita Selekta
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam
(BNPB). 2016. Info Bencana: Informasi
Penelitian Kesehatan. Salemba Medika:
Kebencanaan Bulanan Teraktual Ed.
Jakarta Selatan.
November 2016, (Online), (Https://
Bnpb.Go.Id/Uploads/Publication/Info_ Choresyo, B., Nulhaqim, S.A., dan Wibowo,
(BNBP). 2017. Buku saku tanggap tangkas Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) 1, 26-34.
tangguh menghadapi bencana ed. 2017, Fauzi, A. F., Hidayati, A., Subagyo, D. O.,
(Online), (https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po- Sukini, Latif, N. 2017. Hubungan
www.jik.ub.ac.id
143
Kecamatan Sirampong Kabupaten Brebes MTBS Pada Balita. Jurnal Berkala
Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Geografi, Kesehatan 1, (2) 52-59.
Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Setyawati, H. 2014. Hubungan Antara
Semarang. Pengetahuan dan Kesiapsiagaan
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Bencana Gempa Bumi pada Siswa Kelas
Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta XI IPS SMAN 1 Cawas Kabupaten Klaten.
Autisme di SDLB Autis Laboratorium UM. Shonhaji. 2017. Keterlibatan Perempuan dalam
Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Mewujudkan Keserasian Sosial Pada
Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Masyarakat Multietnik di Lampung. Jurnal
TAPIs14 (1) 17-44.
Pangestu, J.P. 2016. Hubungan Motivasi dan
Kepuasan Relawan pada Organisasi Seni. Sugawara, A.S., Kusuma, F.H.D., dan