You are on page 1of 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA PADA

TENAGA KESEHATAN DENGAN SIKAP KESIAPSIAGAAN BENCANA

Budi Artini1, Lina Mahayaty2, Wijar Prasetyo3, Florencia Yunaike S.4


1,2,3,4 Keperawatan, STIKes William Booth Surabaya, Jl. Cimanuk No 20 Surabaya, 60241

e-mail: budiartini410@gmail.com
lina_mswb@yahoo.com

Abstract

Indonesia is one of the countries that experienced many disasters. When and where disasters can occur. A very
important factor to reduce the impact of disasters is disaster preparedness. One that has an important role in
disaster preparedness is health workers, including carrying out their duties in all situations during disasters.
The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge levels with the attitudes of health
workers. This study uses a cross sectional design. The population of this study was health workers consisting of
doctors, nurses and midwives at the Mojowarno Health Center with a large sample of 46 people. The research
was collected by distributing questionnaires and analyzed using the Spearman test. The results showed that
most health workers had sufficient levels of knowledge (43.5%) and had a good level of disaster preparedness
(91%). The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between
knowledge and attitude of health workers towards disaster preparedness with a result of p = 0.737 (p <0.05).
The results of this study concluded that by attending training and involving themselves in disaster management
as material to improve the knowledge of health workers in the Mojowarno Health Center. 05). The results of
this study concluded that by attending training and involving themselves in disaster management as material to
improve the knowledge of health workers in the Mojowarno Health Center. 05). The results of this study
concluded that by attending training and involving themselves in disaster management as material to improve
the knowledge of health workers in the Mojowarno Health Center.

Keywords: disaster preparedness, knowledgee

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengalami bencana. Kapan dan dimana saja bencana dapat
terjadi. Factor yang sangat penting untuk mengurangi dampak bencana adalah kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana. Salah satu yang memiliki peran penting dalam kesiapsiagaan bencana adalah tenaga kesehatan,
termasuk melakukan tugasnya dalam segala situasi saat bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap tenaga kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan
di Puskesmas Mojowarno dengan besar sample 46 orang. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan
membagikan kuesioner dan dianalisa menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
tenaga kesehatan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup (43,5%) dan memiliki tingkat kesiapsiagaan
bencana yang baik (91%). Hasil analisa bivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan sikap tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan bencana dengan hasil p= 0,737 (p<0,05).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan mengikuti pelatihan dan melibatkan diri dalam manajemen
bencana sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Mojowarno.

Kata kunci : kesiapsiagaan bencana, pengetahuan

1
PENDAHULUAN 066/MENKES/SK/II/2006 tentang
Indonesia adalah salah satu negara Pedoman Manajemen SDM Kesehatan
yang berada diantara dua benua, Dalam Penanggulangan Bencana,
pertemuan lempeng bumi dan dilalui oleh perencanaan penempatan SDM
sirkum pegunungan Pasifik dan kesehatan untuk pelayanan kesehatan
Mediterania yang mempengaruhi kondisi pada kejadian bencana sangat perlu
topografi. Selain itu secara astronomis untuk memperhatikan kompetensi
terletak pada garis katulistiwa yang manajemen bencana yang dimiliki SDM
mempengaruhi iklim, suhu dan cuaca kesehatan setempat khususnya yang
seperti musim hujan dan kemarau. Kondisi bertugas di Pusat Kesehatan Masyarakat
iklim tersebut dapat memicu meningkatnya (Puskesmas). Dan sejauh ini, tingkat
jumlah kejadian dan intensitas bencana kesiagaan dan kompetensi manajemen
alam seperti banjir, tanah longsor, bencana tenaga kesehatan yang bekerja
kebakaran hutan, dan kekeringan yang di puskesmas di Kabupaten Jombang
terjadi secara silih berganti pada beberapa belum pernah dievaluasi. Hasil studi
daerah di Indonesia (BNPB, 2016). pendahuluan menunjukkan bahwa
Kondisi geografis tersebut mengakibatkan tenaga kesehatan yang bekerja di
Indonesia merupakan salah satu negara Puskesmas Mojowarno, Kabupaten
yang rawan terkena bencana yang Jombang belum pernah mendapatkan
menimbulkan kerugian baik korban jiwa, pelatihan dan manajemen tanggap
gangguan psikologis, dan kerusakan harta bencana. Beberapa di antara mereka
benda. menyatakan belum mengetahui tentang
Pelayanan kesehatan pada saat manajemen bencana ataupun terlibat
bencana merupakan faktor yang sangat langsung dalam penanganan bencana.
penting untuk mencegah terjadinya Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan
kematian, kecacatan dan kejadian tenaga kesehatan dalam menghadapi
penyakit, serta mengurangi dampak yang potensi bencana di Kabupaten Jombang
ditimbulkan akibat bencana yang masih diragukan.
merupakan suatu kejadian yang tidak Indonesia telah mengalami berbagai
diinginkan dan biasanya terjadi secara bencana pada kurun waktu 2018 - 2019.
mendadak serta menimbulkan korban Menurut data dari Badan Nasional
jiwa (Menteri Kesehatan RI, 2006). Penanggulangan Bencana (BNPB, 2019)
Untuk dapat meminimalisir kerugian bencana yang tercatat telah terjadi 50
akibat bencana yang terjadi, peran gempa bumi, 1.839 puting beliung, 1.167
tenaga kesehatan yang tanggap dan siap tanah longsor, 63 letusan gunung api, 130
sangat diperlukan (Tatuil, Mandagi and kekeringan, 677 kebakaran hutan dan
Engkeng, 2015). Keadaan yang sering 1.419 banjir. Selain bencana alam
dijumpai dalam penanggulangan krisis di Indonesia juga mengalami kasus bencana
daerah bencana adalah Sumber Daya non alam seperti kebakaran hutan
Manusia (SDM) Kesehatan yang kurang sebanyak 667 kasus. Bencana ini telah
dapat difungsikan baik dari segi jumlah menyebabkan 2.413 orang meninggal &
dan jenis serta kompetensinya antara lain hilang serta lebih dari 11 ribu orang
pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan mengungsi & terdampak. Provinsi Jawa
sehingga dapat menimbulkan dampak Timur menduduki peringkat ke 25 wilayah
yang sangat buruk (Menteri Kesehatan yang mengalami bencana terbanyak di
RI, 2006). Mereka perlu untuk Indonesia dalam kurun waktu tahun 2018
membekali diri dengan skill manajemen – 2019 sebanyak 734 kejadian bencana
bencana yang baik (Tatuil, Mandagi, & alam yang peringkat sebelumya adalah
Engkeng, 2015). Berdasarkan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Kemenkes Nomor Kejadian di Provinsi Jawa Timur berupa

2
183 banjir, 128 tanah longsor, 281 putting dalam upaya penanggulangan bencana dan
beliung, 20 kekeringan, 3 gempa bumi, sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat
dan 111 kebakaran hutan. Sedangkan pertama dengan memberikan pelayanan
kejadian yang ada di Kabupaten Jombang gawat darurat 24 jam, pendirian pos
berupa 7 banjir, 14 puting beliung, 2 tanah kesehatan 24 jam di sekitar lokasi bencana,
longsor, dan 7 kebakaran hutan. upaya gizi, kesehatan ibu dan anak dan
Kesiapsiagaan terhadap bencana ini sanitasi pengungsian, upaya kesehatan
sangat penting dimiliki seorang individu. jiwa serta upaya kesehatan rujukan.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan Dari beberapa hal yang terdapat pada
yang dilakukan untuk mengantisipasi kesiapan bencana diantaranya yaitu
bencana melalui pengorganisasian serta pengetahuan personal, komunitas yang
melalui langkah tepat guna dan berdaya berhubungan dengan mitigasi bencana dan
guna. Hal ini tercantum di dalam UU No. ketentuannya. Hal lain yang diperlukan
14 tahun 2007 tentang Penanggulangan ialah pendidikan kebencanaan berupa
Bencana yang mengatakan bahwa setiap sosialisasi, pelatihan, maupun melalui
orang berkewajiban melakukan kegiatan pendidikan formal, tanggap bencana,
penanggulangan bencana. Termasuk sistem peringatan dini bencana. Beberapa
tenaga kesehatan yang siap siaga untuk hal tersebut menjadi dasar pengetahuan
memberikan pertolongan pertama pada terkait bencana yang perlu diketahui oleh
kondisi bencana sampai dengan kondisi individu dan komunitas. (Depkes RI,
pemulihan pasca bencana dengan 2013). Namun hal tersebut belum tercapai
pengetahuan dan kemampuan yang untuk dilakukan tenaga kesehatan saat ini.
dimiliki. Sebelumnya telah dilakukan penelitian
United Nations International terkait tingkat pengetahuan dan sikap
Strategy for Disaster Reduction tentang kesiapsiagaan bencana pada tenaga
(UNISDR) menekankan bahwa rumah kesehatan yaitu perawat, seluruh partisipan
sakit dan fasilitas perawatan kesehatan dalam penelitian tersebut mampu
lainnya merupakan aset penting bagi mendefinisikan dan mengklasifikasikan
masyarakat dalam upaya reduksi dampak bencana dengan baik, akan tetapi tidak
bencana (Osman and Ahayalimuddin, semua partisipan mengetahui resiko
2016). Pelayanan kesehatan disebutkan bencana yang mungkin terjadi di wilayah
sebagai salah satu kebutuhan dasar yang kerjanya. Penelitian ini bermaksud
harus dipenuhi pada kondisi bencana, mengidentifikasi tingkat pengetahuan
selain kebutuhan dasar seperti sanitasi, dan sikap tenaga kesehatan dalam
pangan, sandang, pelayanan psikososial kesiapsiagaan bencana tingkat
serta penampungan dan tempat hunian puskesmas.
yang tercantum dalam UU No. 24 Tahun
2007 pasal 53. Pelayanan kesehatan yang METODE PENELITIAN
berperan penting pada saat terjadi bencana Penelitian ini menggunakan
salah satunya adalah puskesmas metode korelasi. Metode korelasi adalah
(Widyatun, 2013). Menurut Widyatun penelitian yang mengkaji hubungan antar
(2013) bahwa peran puskemas dalam variabel. Hubungan korelasi mengacu pada
menanggapi bencana mengacu pada tugas kecenderungan bahwa variasi satu variabel
dan fungsi pokoknya, yaitu sebagai pusat lain. Pada penelitian ini memiliki tujuan
penggerak pembangunan kesehatan untuk mengetahui hubungan tingkat
masyarakat dengan melakukan fungsi pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan
penanggulangan bencana melalui kegiatan terhadap kesiapsiagaan bencana
penyuluhan dan kerjasama lintas sector, berdasarkan waktunya, penelitian ini
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat menggunakan cross sectional yakni jenis
dengan melibatkan peran aktif masyarakat penelitian yang menekankan pengukuran

3
atau observasi data variabel independen Tabel 3 Tabulasi silang antara tingkat
dan dependen hanya satu kali pada satu pengetahuan dengan
saat (Nursalam, 2011). Populasi dalam kesiapsiagaan bencana pada
penelitian ini adalah seluruh tenaga tenaga kesehatan tahun 2020
kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas N Tingkat Sikap Jumlah
Majowarno, Kabupaten Jombang sejumlah o Pengetahua Positif Negatif
53 tenaga kesehatan. Besar n
sampelnyaadalah 46 tenaga kesehatan. 1 Baik 19 1 20
(41,3%) (2,2%) (43,5%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 2 Cukup 17 3 20
1. Tingkat pengetahuan tentang (37%) (6,5%) (43,5%)
kesiapsiagaan bencana 3 Kurang 6 0 6
(13%) (0%) (13%)
Tabel 1Tingkat Pengetahuan Jumlah 42 4 46
tenaga kesehatan tentang (91,3%) (8,7%) (100%)
kesiapsiagaan bencana
tahun 2020 Uji statistic Spearman dengan hasil p =0,737
Pengetahua Frekuens Prosentas Dari tabulasi silang diatas dijelaskan
n i e bahwa terdapat 19 orang responden
Baik 20 43,5% (41,3%) mempunyai tingkat pengetahuan
Cukup 20 43,5% yang baik dengan sikap yang positif dan 1
Kurang 6 13% orang responden (2,2%) yang memiliki
tingkat pengetahuan yang baik dengan
Jumlah 46 dengan sikap yang negatif. Dari hasil uji
100%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan statistik Spearman didapatkan hasil p =
bahwa responden pada penelitian ini 0,737 dengan tingkat kemaknaan p> 0,05
hampir setengahnya memiliki yang berarti H0 diterima atau tidak ada
pengetahuan yang cukup sebanyak 20 hubungan secara signifikan antara tingkat
orang (43,5%) dan yang kurang sejumlah pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan
6 orang (13%). dalam kesiapsiagaan bencana

2. Kesiapsiagaan bencana
Tabel 2 sikap tenaga kesehatan Pembahasan
tentang kesiapsiagaan bencana Berdasarkan tabel 1 tingkat
tahun 2020 pengetahuan tenaga kesehatan berada
Sikap Frekuensi Prosentase pada kategori baik (43,5%), cukup
(43,5%), dan kurang (13%). Hal ini
positif 42 91,3%
menunjukkan pengetahuan tenaga
negatif 4 8,7%
kesehatan terkait kesiapsiagaan bencana di
Jumlah 46 100% Puskesmas Mojowarno Kabupaten
Berdasarkan tabel 2 menunjukan Jombang adalah masih kategori kurang.
bahwa responden pada penelitian ini Penelitian ini didukung oleh penelitian
hampir seluruhnya menunjukkan sikap sebelumnya yang dilakukan oleh Nisa dkk
positif sebanyak 42 orang (91,3%) tentang (2019) yang menyatakan bahwa
kesiapsiagaan bencana. pengetahuan kesiapsiagaan petugas
kesehatan masih sangat rendah dengan
3. Hubungan antara tingkat pengetahuan presentase rendah 26 % dan sangat rendah
tentang kesiapsiagaan bencana dengan 50 %. Penelitian ini juga sejalan dengan
kesiapsiagaan bencana. penelitian Azadi dkk (2018) yang

4
menyatakan bahwa pengetahuan secara kompetitif dan cenderung
kesiapsiagaan perawat di Kota Ilam masih mengabaikan aturan demi kesuksesan.
rendah dengan presentase 59 %. Sedangkan, perempuan lebih berorientasi
Pengetahuan adalah hasil dari pada tugas dan kurang kompetitif. Tetapi
pengindraan, atau hasil tahu seseorang pada realita yang ada, perempuan
terhadap objek melalui indra yang cenderung memang lebih rajin, tekun dan
dimilikinya meliputi indra penglihatan, teliti ketika diberi tugas atau mengerjakan
pendengaran, perasa, penciuman, dan sesuatu. Hal ini yang menyebabkan
peraba (Notoatmodjo, 2010). Ada perempuan lebih memiliki tingkat
beberapa factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan atau kognitif lebih baik.
tingkat pengetahuan seseorang mengenai Sikap merupakan faktor penentu
manajemen bencana yaitu lingkungan, perilaku karena sikap berhubungan
pengalaman/informasi, social budaya dan dengan persepsi, kepribadian dan
usia. Sesuai dengan hasil penelitian ini, motivasi. Sikap diartikan sebagai
umur juga merupakan faktor yang dapat kesiapsiagaan mental, yang dipelajari dan
mempengaruhi pengetahuan. Dan hampir di organisasi melalui pengalaman, dan
setengah tenaga kesehatan berusia 21-30 mempunyai pengaruh tertentu atas cara
tahun (43%), kemudian diikuti oleh usia tanggap seseorang terhadap orang lain,
31-40 tahun (35%) dan >40 tahun dengan objek, dan situasi yang berhubungan
prosentase 22%. Dari hasil tersebut dapat dengannya. Sikap positif ditandai oleh
dilihat bahwa usia tenaga kesehatan paling kecenderungan tindakan yaitu mendekati,
sedikit adalah usia >40 tahun (22%). Usia menyenangi, dan mengharapkan objek
juga tidak bisa lepas dari pengalaman tertentu. Adapun, sikap negatif terdapat
yang telah dimilikinya. Semakin berumur kecenderungan untuk menjauhi,
atau semakin banyak pengalaman yang menghindari, membenci dan tidak
didapatkan seseorang maka proses cara menyukai objek tertentu (Firmansyah
berfikir dan bersikap semakin matang dkk., 2014). Pada penelitian ini diketahui
(Swasana, 2015). Pada usia 30-45 tahun, bahwa sikap kesiapsiagaan tenaga
individu akan lebih berperan aktif dalam kesehatan terkait bencana pada tabel 2,
masyarakat dan kehidupan sosial serta berada dalam kategori positif (91 %) dan
lebih banyak melakukan persiapan demi negative (9 %). Hasil dari penelitian ini
suksesnya upaya menyesuaikan diri responden menunjukkan sikap positif
menuju usia tua. lebih dominan daripada sikap negative.
Faktor lain yang mempengaruhi Sikap positif responden dalam
tingkat pengetahuan adalah jenis kelamin. penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian ini mayoritas responden sebelumnya oleh Ahayalimuddin (2012)
dengan jumlah tenaga kesehatan berjenis yang menemukan sebagian besar
kelamin perempuan (83%) lebih banyak perawat memiliki sikap positif terhadap
daripada laki-laki (17%). Perbedaan jenis manajemen bencana. Juga, studi lain
kelamin mungkin membentuk persepsi Moabi (2008) menunjukkan bahwa
yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap tenaga kesehatan tentang
sikap dan pengetahuan yang berbeda juga kesiapsiagaan bencana baik dan
antara laki-laki dan perempuan. responden percaya pada kebutuhan
Pendekatan sosial jenis kelamin dan untuk memiliki wawasan tentang
literature dari Gillgan (1982) dalam Carter manajemen bencana. Pengalaman tenaga
(2011), laki-laki dan perempuan kesehatan dalam menghadapi berbagai
dievaluasi secara berbeda. Berdasarkan macam bencana yang terjadi memberikan
pendekatan tersebut, pria lebih cenderung pelajaran yang sangat berarti akan
untuk melakukan pembelajaran sebab pentingnya pengetahuan tentang bencana
mereka akan fokus pada kesuksesan alam yang harus dimiliki oleh setiap

5
individu (Fauzi, dkk, 2017). Semakin pengetahuan yang kurang dengan sikap
banyak pengalaman tenaga kesehatan yang positif.
dalam bencana akan semakin Persiapan anggota atau tim
meningkatkan kesiapsiagaannya dalam kesehatan kesiapsiagaan bencana untuk
menghadapi bencana. Sedangkan sikap penyedia layanan perawatan saat ini masih
negative pada penelitian ini, dimana sangat terbatas, oleh karena itu
jawaban responden menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi professional
masih ada tenaga kesehatan yang perawatan kesehatan sangat diperlukan.
merasa khawatir terhadap dampak Kompetensi profesional tidak hanya
bencana bagi dirinya jika menjadi ditempuh dengan pendidikan secara
relawan saat terjadinya bencana, serta formal saja tetapi dapat juga ditempuh
ada sebagian responden yang merasa secara non-formal seperti mendapatkan
bahwa memenuhi kebutuhan dasar pelatihan saat bekerja maupun saat kuliah
korban bencana bukanlah tanggung yang menjadi salah satu program
jawab tenaga kesehatan. Hal ini sejalan kurikulum pendidikan. Berdasarkan
dengan hasil penelitian Mohammed penelitian hampir setengah tenaga
Diab dan Mabrouk (2015) yang kesehatan di Puskesmas Mojowarno
melaporkan bahwa hanya sebagian kecil Kabupaten Jombang sebelumnya yang
dari responden dalam penelitian pada telah mendapatkan pelatihan hanya
perawat dirumah sakit di Malaysia sebanyak 20 orang (43%). Hasil penelitian
memiliki sikap positif terhadap ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
manajemen bencana. Menurut peneliti, yang dilakukan oleh Nurmalasari (2014)
sikap negatif ini lebih dipengaruhi menyebutkan bahwa kurangnya pelatihan
karena masih kurangnya sosialisasi memiliki pengaruh yang signifikan dalam
terkait manajemen bencana, sehingga pengetahuan seseorang. Hasil penelitian
responden tidak menyadari betapa dari Rusmilawati et. al (2016) mengatakan
perlunya bagi tenaga kesehatan untuk bahwa pelatihan berpengaruh 37,8% atau
memahami tentang manajemen bencana 5,3 kali terhadap peningkatan
dan peran tenaga kesehatan dalam pengetahuan responden. Dan dengan
kegiatan-kegiatan penanggulangan pengalaman yang didapat seseorang
bencana, mengingat wilayah tempat akan lebih cakap dan terampil serta
tinggal dan tempatnya bekerja mampu melaksanakan tugas
merupakan wilayah rawan bencana. pekerjaannya yang dapat membentuk
Hubungan antara tingkat sikap seseorang menjadi baik.
pengetahuan dengan sikap terhadap Terbentuknya sikap yang baik sangat
kesiapsiagaan bencana pada responden dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik
berdasarkan uji statistic Spearman juga. Tetapi pada penelitian ini sebagian
didapatkan nilai yang tidak signifikan besar pengetahuan tenaga kesehatan masih
yaitu p= 0,737 yang berarti H1 ditolak dan rendah dan hampir seluruh tenaga
H0 diterima atau tidak ada hubungan kesehatan memiliki sikap yang positif.
antara tingkat pengetahuan dengan sikap Dari hal tersebut dapat disimpulkan
terhadap kesiapsiagaan bencana di adanya pengetahuan yang rendah dan
Puskesmas Mojowarno Kabupaten sikap yang positif pada responden
Jombang Berdasarkan tabulasi silang tabel membuat penelitian ini menjadi tidak
3 tentang tingkat pengetahuan dengan signifikan.
sikap tenaga kesehatan terhadap
kesiapsiagaan bencana dapat dilihat SIMPULAN DAN SARAN
bahwa memiliki 17 orang (37%) memiliki Pada penelitian ini menunjukkan
pengetahuan yang cukup dengan sikap bahwa tingkat pengetahuan tenaga
yang positif, dan 6 orang (13%) memiliki kesehatan tentang manajemen bencana

6
di wilayah Puskesmas Mojowarno DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Jombang hampir setengahnya Ahayalimuddin, N. 2012. ‘Disaster
termasuk pada kategori cukup dan Management: A Study on
kurang. Sedangkan untuk sikap tenaga Knowledge, Attitude and Practice
kesehatan dalam manajemen bencana di of Emergency Nurse and
Puskesmas Mojowarno Kabupaten Community Health Nurse in
Jombang menunjukkan sikap positif Selangor’. Unpublished Master
terhadap manajemen bencana. Dissertation, Universiti
Berdasarkan uji statistik. Hasil dari Kebangsaan Malaysia.
penelitian ini menunjukkan tidak ada Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.
hubungan antara pengetahuan dengan Jakarta: Rineka Citra.
sikap tenaga kesehatan tentang Azadi A., Ali S dan Hameed T. 2018. The
kesiapsiagaan bencana. Attitudes, Knowledge and
Berdasarkan hasil penelitian Performance of Ilam Nurses
tersebut saran yang dapat diberikan oleh Regarding Disaster Preparedness.
peneliti bagi tenaga kesehatan dapat Emergencies and Disaster
meningkatkan pengetahuannya terkait Quarterly. Vol. 3 No. 2 :105-111
manajemen bencana untuk BNPB. 2014. Rencana Nasional
mempersiapkan diri terlibat dalam Penanggulangan Bencana 2015-
manajemen bencana dengan 2019. Jakarta: www.bnpb.go.id.
memperbanyak membaca dan mengikuti BNPB. 2015. Kebijakan Strategis BNPB
pelatihan, baik yang diadakan oleh 2015-2019. Jakarta:
pemerintah maupun swasta. Dan bagi bagi www.bnpb.go.id.
instansi perlu diperbanyak workshop,
training, dan simulasi bencana secara BNPB (2015b) Rencana Strategis BNPB
berkala, minimal setahun tiga kali, supaya Tahun 2015-2019. Jakarta:
tenaga kesehatan menjadi siap siaga dalam www.bnpb.go.id.BNPB. 2017.
menghadapi kondisi bencana. Serta bagi Pengetahuan Kebencanaan’, in
pemerintah setempat kesiapsiagaan BNPB. Jakarta: www.bnpb.go.id.
terhadap bencana ini harus dapat BNPB. 2018. Tren Kejadian Bencana 10
diantisipasi sedini mungkin dan diperlukan tahun terakhir di Indonesia.
upaya-upaya, mulai dari pengembangan Jakarta: www.bnpb.go.id.
peraturan-peraturan, pendanaan dan Carter, W. N. 2008. Disaster
pengembangan jejaring lembaga atau Management Hand Book.
organisasi siaga bencana. Terutama Mandaluyong City, Phil.: Asian
penyiapan program manajemen bencana. Development Bank
DEPKES RI. 2007. Pedoman Teknis
UCAPAN TERIMA KASIH Penanggulangan Krisis
Dalam pembuatan riset ini pastinya Kesehatan Akibat Bencana.
mendapat bantuan dan saran dari beberapa Diab,M.andMabrouk,S.2015.
pihak yang tidak bisa disebutkan satu ‘TheEffectsofGuidanceBookleto
persatu. Besar rasa terimakasih nKnowledgeand Attitudes of
dipersebahkan untuk Tuhan YME dan Nurse Regarding Disaster
keluarga serta teman civitas akademika Preparedness at Hospitals’, J
dan responden yang pastinya banyak Nurs Educ Pract.
memberikan kontribusi terhadap Fauzi, A. F., Hidayati, A., Subagyo, D. O.,
pembuatan karya ilmiah ini. Sukini, Latif, N. 2017. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Bencana
Dengan Kesiapsiagaan
Masyarakat Di Kecamatan

7
Wonogiri Dalam Menghadapai Anwar Malang. Universitas
Bencana Gempa Bumi. Prosiding Brawijaya: Malang.UU RI No.24.
Seminar Nasional Geografi UMS 2007.
2017. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun
Husna, C. 2012. ‘Influencing Factors on 2007. Tentang Penanggulangan
Disaster Preparedness in Bencana.
RSUDZA Banda Aceh Cut
Husna’, Idea Nursing Journal,
3(2).
Khambali,I.2017.
ManajemenPenanggulanganBen
cana.1stedn.Yogyakarta:CV.
ANDIOFFSET.
Menteri Kesehatan RI. 2006. ‘Keputusan
Menteri Kesehatan RI
No.066/MENKES/SK/II/2006
Tentang Pedoman Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan Dalam
Penanggulangan Bencana’.
Moabi, R. M. 2008. ‘Knowledge,
Attitudes and Practices of
Health Care Workers
RegardingDisasterPreparedness
atJohannesburgHospitalInGaut
engProvince, SouthAfrica’.
Nisa, W., Imran dan Agussabti. 2019.
Knowledge about the Earthquake
in Health in Pidie Jaya General
Hospital With Meureudu Health
Center. International Journal of
Multicultural and Multireligious
Understanding. Vol.6 No.3 : 432-
442
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis Edisi 1 4th edn. Jakarta:
SalembaMedika.
Swasana, S.C. 2015. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Tingkat Self
Efficacy Perawat tentang Aplikasi
Sistem Informasi Manajemen
Asuhan Keperawatan (SIM Askep) di
Ruang Anak Rumah Sakit Saiful

You might also like