Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Indonesia is one country that is classified as vulnerable to natural disasters. Merapi eruption is
one of the natural disasters that have an impact on public health. Standby village is an important pillar
in handling disasters, since people usually are not prepared if there is a sudden disaster. The purpose
of the study was to determine the application program of public health surveillance and preparedness
after the eruption of Merapi of 2010 in the implementation of standby village in Talun Village, Kemalang
Sub-district, Klaten District Central Java. The research was descriptive using study case with qualita-
tive analysis. The subject of the study was performers implementing public health surveillance pro-
gram. The object of the study was the social situation in performing program. Informant was determined
by purposive and snowball effect. Data were collected by non participative observation, interview, docu-
mentation, focus discussion group (FGD), and triangulation. Judging from some indicators, the imple-
mentation of standby village had been running well. The performing of public surveillance program has
not been running properly due to lack of socialization of the health center. The community disaster
preparedness program was good enough. However, it should be improved to preparedness upon health
emergencies. Standby village program and community preparedness is good enough, however it is not
followed by a good surveillance based on community.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 39
kelahiran hidup, selanjutnya untuk meneliti pada kondisi objek yang
angka kematian bayi sebesar 26/1000 alamiah dimana peneliti sebagai
kelahiran hidup (Dinas kesehatan instrumen kunci, teknik pengumpulan
Klaten, 2010). Tingginya angka kema- data dilakukan secara triangulasi
tian tersebut, menunjukkan masih (gabungan), analisis data bersifat
rendahnya kualitas pelayanan kese- induktif berdasarkan fakta-fakta yang
hatan di Indonesia. ditemukan dan kemudian dapat
Beberapa kriteria indikator ke- dikonstruksikan menjadi hipotesis atau
berhasilan Desa Siaga adalah memiliki teori dan hasil penelitian kualitatif
sistem pengamatan (surveilans) lebih menekankan makna daripada
penyakit dan faktor-faktor resiko yang generalisasi. Metode penelitian ini
berbasis masyarakat serta memiliki muncul karena terjadi perubahan
sistem kesiapsiagaan dan penag- paradigma dalam memandang suatu
gulangan kegawat daruratan bencana realitas/fenomena/gejala. Dalam
berbasis masyarakat (Depkes RI, 2006). paradigma ini realitas sosial dipandang
Desa Talun menjadi pilihan sebagai sesuatu yang holistik, kom-
peneliti karena beberapa pertimbangan pleks, dinamis dan penuh makna
yaitu desa ini terletak di Kecamatan (Sugiyono, 2008).
Kemalang dan termasuk kawasan Obyek dan informan (subyek)
Lereng Merapi. Desa Talun juga sudah penelitian kualitatif adalah menjelas-
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kan obyek penelitian yang fokus dan
Propinsi Jawa Tengah sebagai Desa fokus penelitian yaitu apa yang men-
Siaga. Selain itu, desa ini juga diduga jadi sasaran. Informan penelitian
memiliki sumber data dan informasi merupakan subyek yang memahami
mengenai permasalahan surveilans informasi obyek penelitian sebagai
kesehatan dan Kesiapsiagaan masya- pelaku maupun orang lain yang
rakat yang dapat dimasukkan kedalam memahami obyek penelitian (Bungin,
penelitian ini. 2007).
Penelitian kualitatif itu tidak
METODE PENELITIAN menggunakan istilah populasi tetapi
Penelitian ini adalah penelitian dinamakan “social situation” atau situasi
deskriptif menggunakan rancangan sosial yang terdiri dari tiga elemen
penelitian studi kasus (case study). yaitu : tempat (place), pelaku (actors)
Penelitian ini dilakukan dengan meng- dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
gunakan menggunakan analisis secara sinergis. Penelitian berangkat
kualitatif. dari kasus tertentu yang ada pada situa-
Metode penelitian kualitatif si sosial tertentu dan hasil kajiannya
adalah metode yang digunakan untuk tidak akan diberlakukan ke populasi
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 41
2 yaitu yang diwawancarai dan sebagai prosesnya seperti apa masyarakat
anggota dalam FGD / Focus Group tidak mengetahuinya, hal ini dikarena-
Discussion. kan masyarakat pernah mendapatkan
penyuluhan dibalai desa dan oleh ibu-
A. Pengetahuan Surveilans Kese- ibu PKK tentang penyakit-penyakit
hatan tertentu yang mudah menular dan
Masyarakat sebagian besar banyak di masyarakat untuk dilapor-
belum tahu istilah surveilans atau kan kepada petugas kesehatan, untuk
sistem pemantauan dan pelaporan mekanisme atau sistem surveilansnya
penyakit, hal ini karena kurangnya sendiri masyarakat belum pernah men-
sosialisasi kepada masyarakat dan dapatkan penyuluhan tentang hal itu.
kurangnya pemahaman masyarakat Sama halnya pada penelitian
terkait penyakit-penyakit tertentu. yang dilakukan Direktorat Kesehatan
Dalam hal pelaksanaan masyarakat dan Gizi Masyarakat (2006) pema-
sudah sedikit mengerjakannya tapi haman aparat (petugas kesehatan)
masih tidak terkordinir masih perlu terhadap program surveilans cukup
ditingkatkan lagi. baik, Akan tetapi pemahaman tentang
Diawali dengan pertanyaan “ surveilans dan penanggulangan KLB
apa yang anda ketahui tentang Sur- masih belum sama. Upaya yang dila-
veilans atau pemantauan dan pela- kukan Dinas Kesehatan Propinsi
poran penyakit?”, beberapa nara- maupun kabupaten/kota dalam
sumber mengutarakan : rangka peningkatan kemampuan
adalah pembinaan teknis, mengadakan
“Belum… Belum… belum pernah ya… pertemuan/ lokakarya, rakor dan
Kayaknya belum… belum ini, Cuma melakukan berbagai pelatihan di
kemaren setau saya itu pun baru bidang surveilans maupun penang-
sepengetahuan saya kemaren Cuma gulangan penyakit. Selain pelatihan
waktu gencar-gencarnya ada Flu
formal, pengetahuan tim pada umum-
burung itu aja mungkin kalo ada
hewannya yang mati mendadak setelah nya dipenuhi dari pengalaman
makan itu nanti dilaporkan.” (N7, 571- lapangan dalam penanganan P2M.
583) Penelitian operasional surveilans
kesehatan keluarga Pusat Manajemen
Dari pernyataan narasumber, Pelayanan Kesehatan Fakultas
narasumber tidak mengetahui tentang Kedokteran Universitas Gadjah Mada
sistem surveilans kesehatan atau (PMPK FK UGM) bekerja sama dengan
pemantauan dan pelaporan penyakit Satuan Kerja Direktorat Jenderal Bina
berbasis masyarakat, namun masya- Kesehatan Masyarakat The First
rakat hanya mengetahui penyakit- Decentralized Health Services Project (DHS-
penyakit yang perlu dilaporkan tetapi 1 ADB/Loan No.1810-INO) melakukan
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 43
surveilans menunjukkan bahwa data “Owh ada… ada, biasane yang
dari bidan dan masyarakat dikumpul- bertanggung jawab biasane nyatet
kan ke bidang pelayanan kesehatan itusing aktif forum kesehatan desa tu
sebagian eneng ada kui sing rodo
masyarakat dipuskesmas. Berbeda
biasane nyatet anu… ini kader KB.”
dengan di Desa Talun masyarakat (N5, 297-301)
belum melaporkan data secara khusus
ke puskesmas karena kurangnya Sebagian besar responden me-
pengetahuan masyarakat. Hasil studi nyatakan pelaksanaan program
Dinkes kota Yogyakarta juga menyata- surveilans belum maksimal karena
kan di tingkat puskesmas selama ini masyarakat masih perlu didampingi
belum dilakukan analisis data. Salah dari pihak terkait khususnya puskes-
satu penyebab adalah belum tersedia- mas, sementara dari puskesmas sendiri
nya SDM untuk bidang surveilans. Data permasalahan yang dihadapi sangat
yang telah dikumpulkan di puskesmas kompleks, dan tidak adanya dukungan
kemudian diserahkan ke bidang dana untuk puskesmas untuk men-
pelayanan kesehatan masyarakat di dampingi masyarakat menjalankan
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. program surveilans berbasis masya-
Tidak adanya tim yang menangani data rakat. Kegiatan pelaksanaan surveilans
di tingkat puskesmas, menyebabkan menurut narasumber dibarengi dengan
data yang dikumpulkan tidak ter- kegiatan desa siaga lainnya yaitu
monitor. Hal ini yang menyebabkan posyandu dimana fungsi posyandu
terjadinya perbedaan data di antara sekaligus juga sebagai pematauan
program-program dan bidang-bidang permasalahan kesehatan yang ada di
yang berjalan di Dinas Kesehatan Kota masyarakat, dan sekaligus dibarengi
Yogyakarta (Trisnantoro dkk, 2007). dengan pencatatan KB.
Kejadian seperti ini juga terjadi di Penelitian yang dilakuakan Ba-
puskesmas Kemalang kabupaten dan Perencanaan Pembangunan Nasio-
Klaten tempat dimana dilakukannya nal (2006) di Jawa Barat pelaksanaan
penelitian ini. program surveilans belum optimal
dilakukan oleh kader dengan alasan
C. Pelaksanaan Surveilans
terbatasnya dana operasional, kesi-
Pelaksanaan surveilans berbasis bukan kader, dan tidak seimbangnya
masyarakat adalah salah satu indikator jumlah kader dengan cakupan daerah
desa siaga, dalam pelaksanaannya pun yang harus diselidiki. Di Jawa Timur
tidak terlepas dari kegiatan desa siaga penemuan kasus dilaksanakan secara
yang lainnya, seperti yang diungkapan bekerjasama dengan masyarakat,
narasumber berikut: dokter, praktek swasta, bidan, perawat,
dukun bayi dan kendaraan kesehatan.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 45
surveilans tidak terlalu penting. dan penanggulangan kegawatdarurat-
Persepsi pemda seperti ini yang an dan bencana berbasis masyarakat
menjadikan alokasi anggaran untuk adalah kesiapsiagaan menghadapai
pelaksanaan kegiatan surveilans sangat bencana, hal ini dapat terjadi karena
rendah (Trisnantoro dkk, 2007). kurangnya sosialisasi. Menurut
Penelitian yang dilakukan Ba- Depkes RI (2007) Kesiapsiagaan dan
dan Perencanaan Pembangunan penanggulangan kegawatdaruratan
Nasional (2006) kendala yang masih dan bencana berbasis masyarakat
terjadi adalah kurang atau tidak ada- adalah upaya yang dilakukan masya-
nya koordinasi dari instansi-instansi rakat untuk mengantisipasi terjadinya
yang seharusnya terkait. Kebijakan de- kegawatdaruratan sehari-hari dan
sentralisasi juga berpengaruh terhadap bencana, melalui langkah-langkah
koordinasi antara pusat dan daerah yang tepat guna dan berdaya guna
dalam kewenangan penanganan sistem (Depkes RI, 2007).
surveilans. Kebijakan tersebut terkait Beberapa pernyataan narasum-
dengan anggaran kesehatan untuk pen- ber terkait kesiapsiagaan dan penang-
cegahan serta pemberantasan penyakit gulangan kegawatdaruratan dan
menular, yang memang membutuhkan bencana berbasis masyarakat :
biaya sangat tinggi. Dengan adanya
kewenangan penanganan yang di- “Taunya kalo masyarakat itu kalo
daerahkan terkadang menyulitkan siaga-siaga itu ya taunya ada bencana
gitu mas...Kalo menurut saya ya
dalam koordinasi penganggaran. Pihak
kesiapsiagaan itu ngga cuman kalo ada
daerah seringkali kewalahan dalam bencana tapi yo setiap ada kejadian
penyediaan biaya operasional pena- apapun.” (N10, 308-316)
nganan penyakit karena keterbatasan
sumberdaya, baik dana maupun tena- Narasumber sebagian besar
ga. Disisi lain adanya desentralisasi sum- memahami program kesiapsiagaan dan
berdaya yang dimiliki, pemerintah pusat penanggulangan kegawatdaruratan
mengalami kendala dalam pendistri- dan bencana yaitu terkait bencana
busiannya ke daerah. Hal ini menjadi gunung merapi karena memang letak
faktor penghambat praktek penanganan desa Talun yang berada di lereng
kasus di lapangan (Direktorat Kesehatan Merapi yang sedikit banyak berpe-
dan Gizi Masyarakat, 2006 ). ngaruh terhadap pemahaman masya-
rakat tentang kesiapsiagaan serta
E. Pengetahuan tentang Kesiap- kurangnya pendampingan dari
siagaan Masyarakat stakeholder terkait.
Pemahaman sebagian besar Dalam penelitian Permanasari
narasumber mengenai kesiapsiagaan (2010) juga diungkapkan masyarakat
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 47
kegiatan kesiapsiagaan masyaraat juga pelatihan-pelatihan.. dan sebagainya…
dibentukm oleh masyarakat yaitu pertemuan di balai desa dan
Fortasita (Forum Tanggap Siaga Talun). sebagainya… baru itu saja.” (N6, 439-
443)
Latar belakang terbentuknya Fortasita
yaitu karena adanya warga desa lain
Pelaksanaan kegaiatan menurut
(Bale rante) yang berdekatan dengan
narasumber yaitu berupa pelatihan
desa Talun meninggal dunia karena
gabungan, pemberdayaan kader untuk
terkena awan panas yang disebabkan
melakukan penyuluhan dampak
ketidak tahuan warga harus kemana
erupsi merapi dan cara menanganinya
dan berbuat apa ketika bencana terjadi.
seperti penyakit ISPA yang cukup
Sama halnya pada penelitian yang
banyak pasca erupsi, merumuskan alur
dilakukan Permanasari (2010) masya-
evakuasi dan menentukan titik kumpul
rakat dari berbagai lapisan medukung
dan membahas sarana komunikasi.
pelaksanaan program kesiapsiagaan
Narasumber juga menyatakan biasanya
masyarakat dilihat dari dukungan
dalam pelaksanaannya bekerjasama
pihak promosi kesehatan yang mem-
dengan PMI, Puskesmas, Rumah Sakit
berikan penyuluhan, pelatihan dan
yang dikordinatori oleh PMI. Pada
pembinaan. Bidan desa yang sebagai
penelitian Permanasari (2010) pelaksa-
koordinator desa siaga memberikan
naan kegiatan kesiapsiagaan masya-
dukungan tidak terlepas dari peran
rakat sudah berjalan dengan sangat
kader yang ada, seperti melakukan
baik, mulai dari pelaksanaan pelatihan
posyandu dan mengarahkan masya-
dan simulasi yang diadakan oleh
rakat dengan terjun langsung ke
oraganisasi desa siaga sendiri ataupun
masyarakat.
dari desa, terkadang dari organisasi
desa siaga mengundang dari puskes-
G. Pelaksanaan Kesiapsiagaan Ma-
mas untuk memberikan penyuluhan
syarakat
dan pelatihan, materi-materi yang
Kesiapsiagaan masyarakat harus disampaikan terkait pertolongan per-
dilaksanakan secara berkesinam- tama dan materi-materi untuk mengu-
bungan dan saling mendukung antara rangi resiko-resiko yang terjadi pada
masyarakat dan tenaga kesehatan. saat bencana merapi.
Masing-masing unsur harus berperan Koordinasi yang terjadi antara
dengan pembagian tugas masing- masyarakat, kader, bidan, puskesmas
masing (Depkes RI, 2007). Kegiatan dan stakeholder lainnya berjalan dengan
kesiapsiagaan masyarakat seperti baik, seperti diungkapkan oleh bebe-
diungkapkan narasumber dibawah ini: rapa narasumber sebagai berikut:
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 49
“Salah satu adalah yang menghambat sesuai dengan tujuan penelitian yang
dari belum erupsi dan sudah erupsi itu ingin dicapai. Pernyataan narasumber
karena orang belum mengetahui mengenai arti desa siaga.
bagaimana bahayanya merapi, jadi
yang lari ya yang mau saja, terus
“… ya kalau menurut saya desa siaga
dampaknya macem-macem seperti yang
itu adalah desa yang siap menghadapi
sudah saya ceritakan.” (N8, 307-312)
terhadap sesuatu kejadian”.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 51
Puskesmas kemalang dan kader pelatihan-pelatihan yang dilakukan
kesehatan desa Talun (Patramanda, dalam rangka memberdayakan masya-
2010). rakat menuju desa siaga (Permanasari,
2010; Patramanda, 2010).
K. Dukungan terhadap Desa Siaga Dukungan dalam pelaksanaan
Demi terlaksananya program program Desa Siaga juga didapatkan
Desa Siaga membutuhkan dukungan dari semua lapisan masyarakat, baik
baik dari sumber daya manusia yang dari instansi terkait seperti kepala desa,
ada maupun pembiayaan. Pembiayaan puskesmas dan juga dari tokoh masya-
pelaksanaan desa siaga tidak sedikit rakat serta masyarakat sendiri sampai
karena berbagai kegiatan harus dengan partai politik, ini senada de-
dilakukan secara berkelanjutan. Biaya ngan yang diungkapkan narasumber :
yang digunakan tidak hanya berasal
“Dukungan kita sebatas anu ya..
dari pemerintah namun juga ada sum-
pembinaan.. pendampingan untuk dana
ber-sumber lain, baik dari masyarakat
tidak.. tidak banyak membantu.” (N3,
ataupun swasta, meskipun untuk Desa 236-238)
Talun masih tergantung dana pemerin-
tah karena sosial ekonomi masyarakat Dari pengamatan peneliti
yang kurang. dukungan masyarakat juga sangat baik,
dengan seringnya mengikuti kegiatan
“Desa siaga itu kemarin dalam posyandu yang ada, berperan aktif
pembentukan memang, di…diapa, diini,
dalam kegiatan, bekerjasama dengan
di fasilitasi pendanaannya dari APBD
kader dalam memeberikan informasi
insyaallah klo gak salah. Cuma kemarin
yang yang yang ini, yang mengurusi untuk pendataan dan lainnya. Du-
ini kan promkes,….” (N1, 87-91 ) kungan dari semua elemen masyarakat
sangat diperlukan guna tercapainya
Kebijakan Depkes (2006) Ang- keberhasilan kegiatan dsa siaga yang
garan berasal dari APBN yang dialo- nantinya akan menentukan keber-
kasikan pada DIPA Satker Sekretariat hasilan dari pelaksanaan desa siaga itu
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat sendiri. Masyarakat biasanya tidak tahu
dengan jenis kegiatan Dana Bantuan bahwa program-program kesehatan
Sosial. Namun dari pengamatan yang mereka kerjakan adalah program
peneliti dana-dana untuk pelaksanaan desa siaga.
desa siaga belum terkordinir dengan Dukungan yang diberikan
baik dan tidak ada dana khusus untuk masyarakat dan pihak-pihak terkait
desa siaga. Pendanaan yang digunakan menunjukan bahwa desa Talun sebe-
berasal dari pemerintah sebenarnya narnya berpotensi untuk mengem-
sudah mencukupi kegiatan atau bangkan desa siaga karena warga serta
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 53
pengecekan golongan darah untuk kepada pemerintah daerah maupun
mengantisipasi kehamilan resiko sektor terkait.
tinggi, keterlibatan tenaga medis dan Keberhasilan pengembangan
kader posyandu, membuat gardu dari pelaksanaan desa siaga bisa
pandang, menentukan jalur evakuasi, ditentukan dari empat indikator yaitu;
menydiakan alat transportasi jika suatu indikator masukan, indikator proses,
saat dibutuhkan, posyandu, makanan indikator keluaran dan indikator
bergizi (kadarzi) dan adanya iuran dampak. Senada dengan pernyataan
warga. Kegiatan yang dilakukan oleh narasumber:
warga sesuai dengan indikator-
indikator pencapaian desa siaga seperti “Yo dulu…Yo ada mas… kalo dulu kan
yang telah ditetapkan oleh Depkes RI belum tau kalo ada yang sakit itu harus
anu harus diajak begini-begini begitu.”
(Depkes RI, 2006).
(N10, 293-299)
Kordinasi desa siaga antara
masyarakat, kader, bidan, puskesmas Sebagian besar narasumber me-
dan stakeholder lainnya berajalan dengan nyatakan selain dari FKD masyarakat
baik seperti yang diungkapkan bebe- melalui posyandu juga sudah mandiri,
rapa narasumber sebagai berikut : adanya PMT, BGM dan BGT kader
posyandu sudah sangat paham dan
“Bisa melibatkan semua elemen
sudah bisa memberikan edukasi kepa-
masyarakat semua terutama
pemudanya nanti sebagai eksekutor.” da orang tua yang mempunyai balita.
(N7, 294-296) Kader posyandu juga dapat mem-
berikan edukasi terkait kesadaran
Koordinasi di Desa Talun sudah lingkungan jika BAB harus di MCK
cukup baik dilihat dari pernyataan tidak di kebun-kebun, dan memberikan
narasumber diatas sesuai dengan informasi mengenai air bersih untuk
sasaran pengembangan desa siaga oleh PAH.
Depkes RI tahun 2007.
Pada penelitian Hermansyah M. Hambatan Pelaksanaan Desa
(2008) kordinasi yang dilakukan yaitu Siaga
dengan dinas kesehatan kabupaten, Hal utama yang menjadi terham-
aparat pemerintah desa dan masyara- batnya pelaksanaan desa siaga di desa
kat. Peran pemerintah daerah dalam Talun adalah masalah pendanaan yang
mendukung pelaksanaan desa siaga diikuti dengan permasalahan jarak
dirasa masih kurang di Kabupaten puskesmas dan desa Talun yang jauh
Sambas, sehingga dinas kesehatan sehingga menyulitkan pendampingan
perlu terus meningkatkan sosialisasi dan pengontrolan, sosial ekonomi
dan advokasi tentang desa siaga budaya masyarakat yang rendah,
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 55
lakukan. Untuk pengetahuan survei- yang ada proses pencapaiannya cukup
lans kesehatan berbasis masyarakat berjalan dengan baik. Untuk pelaksa-
belum baik karena masih banyak naan kegiatan surveiilans masih belum
masyarakat yang belum mengetahui baik.
tentang surveilans berbasis masya- Hambatan dari desa siaga adalah
rakat. pendanaan, tingkat pemahaman dan
Dukungan Pelaksanaan desa tingkat pendidikan, aktivitas warga,
siaga belum terlalu baik, dilihat dari serta keseriusan stakeholder membina
pembiayaan yang belum terkordinasi desa siaga. Hambatan untuk program
dengan baik. Dukungan untuk kesiap- kesiapsiagaan masyarakat adalah
siagaan dan penanggulangan kegawat- masih adanya mitos-mitos tentang
daruratan dan bencana berbasis masya- merapi, kurangnya pengetahuan ma-
rakat sudah cukup baik dilihat dari syarakat, kepengurusan yang minim
pembiayaan, pelatihan dan dukungan SDM dan terbentur masalah ekonomi.
dari semua stakeholder, pemerintah Hambatan pelaksanaan surveilans
relawan dan LSM-LSM terkait serta berbasis masyarakat adalah kurangnya
masyarakat. Dukungan terhadap sosialisasi, kurang pengetahuan
program surveilans kesehatan berbasis masyarakat, keseriusan puskesmas
masyarakat masih kurang dilihat dari dan dinas.
tidak adanya dana dan kurangnya Masyarakat menyambut baik
sosialisasi. dengan adanya Desa Siaga karena dapat
Pelaksanaan Desa Siaga dan menyelesaikan masalah kesehatannya
Kesiapsiagaa masyarakat mulai dari sendiri, menanggulangi bencana, dan
kegiatan dan pihak yang terlibat, sarana meningkatkan kualitas kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif . Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
747/Menkes/SK/VI/2007.
Laporan Hasil Kegiatan Tahun 2007 dan Program Kerja Tahun 2008. Forum Desa
Siaga Desa Rasau Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun
Buku 2007.
Patramanda, A. 2010. Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap
Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo, Yogyakarta: FK UII
Syahputra, H., dan Eliza, N. 2010. MDGs dan Pengurangan Risiko Bencana. http://
health.kompas.com/read/2010/10/20/01295663/MDGs.dan.Pengu
rangan.Risiko.Bencana.Diakses tanggal 8 Juni 2011
Trisnantoro, L., Sanusi, R., Susanto, N., Fatimah, I., Fuad, A. 2007. Pelaksanaan
Desentralisasi Kesehatan di Indonesia 2000-2007: Sistem Surveilans yang Dirancang
Pemerintah Pusat.
Pelaksanaan Surveilans Kesehatan dan Kesiapsiagaan Masyarakat ... (Rio Rialdi dan Sunarto) 57