You are on page 1of 8

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT, KEMAMPUAN KEBIJAKAN


RS. FASE RESPON BENCANA IGD RS.YARSI
BUKITTINGGI

Kalpana Kartika1, Yaslina², Metti fry agustin3


STIKes Perintis Padang
Emil : Ananopa@gmail.com

ABSRACT

Knowledge and skills are needed in providing services to disaster victims. This is because it does not
have the maximum ability in handling this phase of disaster response. Nurses are required to be able and
have readiness in the field and in the hospital. Many factors affect the nurse's preparedness in the
implementation of the disaster response phase and the ability and the policy. Therefore, it is deemed
necessary to conduct research on the knowledge, capability and policy of the hospital. The purpose of this
study to determine the relationship understanding, ability and policy of the hospital room emergency
room installation Hospital Islamic Ibn Sina Yarsi Bukittinggi. This research is a descriptive type with
cross sectional approach with total sample of 24 nurses. Instruments used in questionnaire research.
Result: from result of analysis got equal to 85%, nursing ability 45%, hospital policy 66,7% in
implementation of disaster response phase. From this study concluded there is a significant relationship
with. With p value = 0.001. There is no relationship of knowledge and hospital policy with the
implementation of disaster response phase. Suggested to the hospital is nursing field management in
order to be able to motivate and optimize various activities and training especially the implementation of
disaster management.

Keywords: Knowledge, Ability, Hospital Policy, Implementation of disaster response

1. PENDAHULUAN Nasional Penanggulangan Bencana, 2007).


Indonesia adalah negara rawan bencana, Bencana gempa bumi dan longsor yang
apabila dilihat dari aspek geografis, diidentifikasi di sumbar, merujuk pada
klimatologis dan demografis. Letak geografis kejadian tahun 2007 yang menyebabkan
Indonesia diantara dua benua dan dua korban jiwa yang banyak. Sumatera barat
samudra sehingga Indonesia mempunyai dalam beberapa tahun akhir ini yaitu tahun
potensi bagus dalam ekonomi sekaligus 2012 mengalami berbagai kejadian terkait
rawan dengan bencana (Badan Nas PB, cuaca ekstrim yang melanda seperti badai,
2012). Bencana merupakan kejadian yang hujan, kemarau. Sehingga semua jajaran
sering terjadi akibat pengaruh alam yang SKPD yang penanggulangan bencana
dapat menimpa kehidupan manusia dan meningkatkan kesiapsiagaan. Data yang
lingkungan (Khankeh HR ,dkk: 2007). Secara didapat pada tahun 2011 kejadiaan bencana
umum data terjadinya bencana di Indonesia alamdi Sumatera Barat yang didominasi pada
seringkali dijelaskan di informasi publik jenis bencana kebakaran (45 %) kerentana
tentang jenis bencana, wilayah yang dikenai, lonsor (22 %) banjir (8 %) pada tahun 2012
korban yang terlibat, dampak yang dirasakan jenis bencana kebakaran (35 %) banjir (21%),
oleh masyarakat seperti bencana gunung longsor (19 %). Disini terlihat Sumatera
meletus, Indonesia memiliki gunung api, Barat kondisi alamnya serta didukung oleh
tercatat 500 gunung api diantaranya 129 cuaca ekstrim yang berkepanjangan ( Badan
gunung api aktif, 70 dari gunung aktif Penaggulangan Bencana Nasional ). Dari
tersebut sering meletus, berdasarkan sebaran kejadian bencana hari kehari, tahun ketahun
zona resiko tinggi yang dicatat dalm indeks banyak memiliki dampak.
rasio bencan letusan gunung api (Badan
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Didalam standar kompetensi perawat pertolongan medis harus bisa dikoordinir


bencana Internasional Council Nurse (2007) dengan baik dalam waktu
menyatakan bahwa dampak bencana meliputi yang mendesak. Oleh karena itu, perawat
kerusakan infrastruktur, seperti air, harus mengerti dan memiliki pengetahuan
transportasi, komunikasi, listrik, pelayanan konsep siaga bencana.
kesehatan dan kebutuhan finansial
Beberapa hasil penelitian tentang hal ini
meningkat. Dampak lain dari paska bencana
dilihat dari beberapa jurnal menjelaskan
seperti gempa, lonsor, gunung meletus antara
bahwa dilihat dari pengetahuan perawat
lain jumlah korban, keruguan harta benda,
dalam penanggulangan bencana harus
sarana prasarana dan dampak sosial ekonomi.
dipersiapkan sebelum kejadian bencana,
Kondisi inilah yang mendorong diperlukanya
untuk meningkatkan kompetensi perawat
upaya kesiapsiagaan yang terus menerus agar
terlihat masih sedikit. Dilihat dari penelitian
apabila terjadi bencana maka semua tatanan
beberapa jurnal bahwa kemampuan perawat
pemerintahan, masyarakat siap dalam upaya
dalam penanggulangan bencana berhubungan
penanggulangan bencana. Kesiapsiagaan
dengan kesiapsiagaan perawat dalam
unsur pemerintahan diantaranya adalah
penanggulangan bencana. Sikap perawat
tenaga kesehatan didaerah rawan bencana
untuk merespon dalam tanggap bencana
(Assosiation Of Woman Health, Obsetric and
sangat dibutuhkan, dalam situasi kritis dan
Neonatal Nurse, 2012). Perawat sebagai
menerapkan keterampilan dalam merawat
bagian terbesar tenaga kesehatan yang berada
korban bencana dalam latar belakang budaya
didaerah mempunyai peran sangat penting
yang berbeda-beda. Beberapa hasil penelitian
karena perawat sebagai lini terdepan
jurnal kebijakan pemerintah dan rumah sakit
pelayanan kesehatan. Kemampuan perawat dalam penanggulangan bencana kurang dari
dalam penanggulangan bencana juga target yang diharapkan, perawat belum
harus didukung oleh pengetahuan, sikap pernah terlibat dalam penanggulangan
dan motivasi perawat yang selalu bencana. Kebijakan pemerintah dan rumah
dievaluasi dan bahkan perlu adanya sakit dalam penanggulangan bencana dapat
perubahan karena adanya perkembangan mempengaruhi kesiapsiagaan perawat dalam
teknologi, riset dan jenis bencana penangulangan bencana. Beberapa hasil
(International Council Nursing, 2007). wawancara dengan petugas Instalasi Gawat
Ada beberapa factor yang mempengaruhi Darurat mengatakan bahwa perawat hanya
sekedar mengikuti pelatihan disaster tetapi
kesiapsiagaan perawat meliputi
tidak mampu untuk mengaplikasikan
kemampuan kognitif, sikap, psikomotor dilapangan terkait dengan peran perawat
dalam disaster manajemen (International dalam kesiapsiagaan penanggulangan
Council Nursing, 2007). Kondisi siaga bencana. Dari hasil observasi dilapangan kita
bencana membutuhkan penanganan yang lebih banyak melihat tenaga relawan dan
berbeda, segala hal yang terkait harus LSM yang memberikan pertolongan lebih
didasarkan pada managemen yang baik, dahulu dibanding perawat walaupun ada itu
mengingat bencana datang secara tak sudah terkesan lambat. Perawat bersama
terduga banyak hal yang harus dengan dokter merupakan ujung tombak
dipersiapkan dengan matang, jangan kesehatan pada saat bencana terjadi selama
sampai tindakan yang dilakukan salah dalam kondisi kritis dan gawat darurat
dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di (Zarea, DKK. 2014). Perawat dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada
daerah bencana, perawat dituntut
masyarakat baik yang sifat kedaruratan
untuk mampu memiliki kesiapan dalam maupun berkelanjutan pada saat tanggap
situasi apapun jika terjadi bencana alam. darurat bencana (Savage & KUB, 2009).
Segala hal yang berhubungan Berdasarkan data diatas maka peneliti
dengan peralatan bantuan dan tertarik untuk mengidentifikasi
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

kesiapsiagaan perawat pada fase respon atau rangkaian peristiwa yang


dalam penanggulangan bencana. mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik
2. TUJUAN PENELITIAN oleh faktor alam dan/atau factor non
alam maupun factor manusia
Tujuan Umum sehingga mengakibatkan timbulnya
Diketahuinya hubungan pengetahuan korban jiwa manusia, kerusakan
perawat, kemampuan dan kebijakan Rumah lingkungan, kerugian harta
Sakit dengan pelaksanaan fase respon
benda,dan dampak psikologis
bencana di ruangan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
(Toha, 2007).
Tahun 2017
Pengertian bencana menurut
Tujuan Khusus International Strategy for Disaster
Diketahuinya pengetahuan perawat pada Reduction (2004) adalah suatu
fase respon bencana diruangan Instalasi gangguan serius terhadap aktivitas di
Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Ibnu sina masyarakat yang menyebabkan
Bukittinggi kerugian luas pada kehidupanmanusia
Diketahuinya kemampuan perawat pada fase dari segi materi, ekonomi atau
respon bencana di ruangan Instalasi Gawat lingkungandan melampaui kemampuan
Darurat Rumah Sakit Islam Ibnu sina
masyarakat.
Bukittinggi
Diketahuinya Kebijakan Rumah Sakit pada
pelaksanaan fase respon bencana di ruangan Definisi Bencana menurut WHO (2002)
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam adalah setiap kejadian yang
Ibnu sina Bukittinggi menyebabkankerusakan gangguan
Diketahuinya Pelaksanaan Fase respon ekologis, hilangnya nyawa manusia,
bencana di ruangan Instalasi Gawat Darurat atau memburuknya derajatkesehatan
Rumah Sakit Islam Ibnu sina Bukittinggi atau pelayanan kesehatan dalam skala
Diketahuinya hubungan pengetahuan tertentu yang memerlukan respon dari
perawat dengan pelaksanaan fase respon luarmasyarakat dan wilayah yang
bencana di ruangan Instalasi Gawat Darurat terkena. Bencana adalah kerusakan
Rumah sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
lingkungan, kerugian harta benda dan
Diketahuinya hubungan kemampuan
perawat dengan pelaksanaan fase respon
dampak psikologis akibat sebab yang
bencana diruangan Instalasi Gawat darurat ditetapkan pemerintah dengan
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi memgelompokkan tingkat kerusakan
2.2.7. Diketahuinya hubungan kebijakan yang ditimbulkan oleh fenomena alam
Rumah sakit dengan pelaksanaan fase meliputi gempa, banjir, kebakaran,
respon bencana di ruangan Instalasi letusan gunung merapi (Forum
Gawat darurat Rumah Sakit Islam.Ibnu Keperawatan Bencana:2009). Menurut
Sina Bukittinggi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2001) bencana adalah
2. Kajian Literatur dan Pengembangan peristiwa atau kejadian suatu daerah
Hipotesa yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian kehidupan manusia serta
Menurut UU No. 24 tahun 2007 memburuknya kesehatan dan pelayanan
pengertian bencana adalah peristiwa kesehatan yang bermakna sehingga
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

memerlukan bantuan luar biasa dari atau tidak dari semua variabel tersebut.
pihak luar Dengan menggunakan uji statistic perbedaan
dua proporsi (Chi square test) untuk melihat
kemaknaan perhitungan statistic digunakan
3. METODE PENELITIAN kemaknaan 0,05 sehingga jika nilai P<0,05
maka secara statistic kesimpulanya
Penelitian ini dilakukan penulis adalah
hubungan kedua variabel tidak bermakna.
dengan menggunakan metode deskriptif
korelasi dengan metode kuantitatif yaitu
4. HASIL PENELITIAN DAN
mencari hubungan antara variabel lain yang
PEMBAHASAN.
terdapat dalam suatu populasi yang sama,
dihubungkan secara sistematis mencoba
meliputi analisis pengetahuan perawat,
untuk mencari ada hubungan antara
kemampuan dan kebijakan rumah sakit
variabel, penelitian ini dilakukan dengan
dengan pelaksanaan fase respon
rancangan cross sectional yaitu mengkaji
bencana, semua jenis data pada variabel
suatu objek atau pengamatan saat penelitian
yang diteliti merupakan data kategorik
berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan
sehingga penyajian data menggunakan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tampilan frekuensi.
perawat, kemampuan dan kebijakan Rumah
Sakit di ruang Instalasi Gawat Darurat
Tabel 1. Pengetahuan Perawat
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi
Bukittinggi tahun 2017 (Soekidjo Distribusi frekwensi pengetahuan perawat
Notoadmojo:125). Pada penelitian ini diruangan Instalasi Gawat Darurat RSI Ibnu
yang menjadi populasi adalah seluruh Sina Yarsi Bukittinggi
perawat yang dinas diruangan Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Ibnu Variabel Frekwensi Persentase
Sina Bukittinggi yang berjumlah Pengetahuan
sebanyak 24 orang dengan menggunakan Baik 17 70,8%
total sampling. Kurang 7 29,2%
Peneliti melakukan penelitian di Total 24 100
Rumah sakit Islam Ibnu Sina yaitu ruangan Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan
Instalasi Gawat Darurat karena belum dari 24 responden sebagian besar pengetahuan
adanya penelitian yang dilakukan berkaitan perawat baik dengan frekwensi 17 orang (70,8
tentang hubungan pengetahuan perawat, %).
kemampuan dan kebijakan rumah sakit di
rumah sakit tersebut, disamping itu selain
tempat pelayanan keschatan juga sebagai
lahan pendidikan dan lahan penelitian, serta
mempunyai banyak sampel yang diteliti dan
dalam memperoleh data lebih mudah karena
prosedurnya tidak begitu rumit dilakukan. Tabel 2. Kemampuan Perawat
Analisa data yang digunakan yaitu
analisa data univariat , dan bivariat dengan Distribusi frekwensi kemampuan perawat
menggunakan pengolahan data system diruang Instalasi Gawat Darurat RSI Ibnu
komputerisasi. Analisa yang meneliti Sina Yarsi Bukittinggi
variabel independen yaitu hubungan Variabel Frekwensi Persentase
pengetahuan perawat, kemampuan dan
kebijakan rumah sakit terhadap variabel
dependen yaitu pelaksanaan fase respon
bencana untuk melihat adanya hubungan
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Kemampuan kategorik sehingga uji statistic yang


Baik 13 54,2% digunakan adalah uji chi square. Tujuan
Kurang 11 45,8% digunakan chi square adalah untuk
menguji perbedaan persentase atau
mengetahui hubungan antara variabel
Total 24 100
kategorik dengan variable kategorik
berikut adalah analisa bivariat masing –
masing variabel.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat dari 4.2. Hubungan Pengetahuan Perawat
24 responden sebagian besar yang memiliki dangan Pelaksanaan Fase Respon
kemampuan yang baik dengan frekwensi 13 Bencana.
responden dengan persentase 54,2%.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
Tabel 3Kebijakan rumah Sakit
pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat Variabel Frekwensi Persentase
bahwa dari 24 orang responden hampir seluruh Pelaksanaan
kebijakan Rumah Sakit ada dilakukan yaitu Baik 14 ,3%
dengan frekwensi 16 kebijakan dengan Kurang 10 41,7%
persentase 66,7%. Total 24 100
fase respon bencana didapatkan bahwa
Tabel 4. Pelaksanaan Fase Respon
64,7% memiliki pengetahuan yang baik
Bencana
dalam pelaksanaan fase respon bencana,
Distribusi Frekwensi Pelaksanaan Fase 42,9 % perawat memiliki pengetahuan
Respon Bencana di Instalasi Gawat Darurat yang kurang dalam pelaksanaan fase
Rumah Sakit Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi respon bencana. Hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai P value = 0,595
Variabel Frekwensi Persentase maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara
Pelaksanaan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan
Baik 14 58,3% fase respon bencana.
Kurang 10 41,7%
4.3. Hubungan Kemampuan Perawat
dengan Pelaksanaan Fase Respon
Total 24 100
Bencana
Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat Berdasarkan hasil analisis kemampuan
bahwa dari 24 Responden lebih dari separoh dengan pelaksanaan fase respon bencana
pelaksanaan fase respon bencana baik dengan didapatkan bahwa 92,3% perawat
frekwensi 14 (58,3%) memiliki kemampuan yang baik dan 81,8
% perawat yang memiliki kemampuan
Analisa Bivariat yang kurang dalam pelaksanaan fase
Analisa Bivariat dilakukan untuk respon bencana. Dari hasil uji statistik chi
mengetahui apakah ada hubungan yang square diperoleh nilai p value= 0,001
bermakna antar variable utamanya adalah maka dapat disimpulkan bahwa ada
variable Independen dengan dependen. hubungan antara kemampuan dengan
Variabel independen meliputi pengetahuan pelaksanaan fase respon bencana.Dan
perawat, kemampuan dan kebijakan rumah diperoleh hasil OR = 54,000 artinya
sakit sedangkan variable dependenya responden yang memliki kemampuan
adalah pelaksanaan fase respon bencana. yang baik berpeluang sebesar 54x untuk
Semua variabel yang dianalisis baik baik dalam pelaksanaan fase respon
independen dan dependen merupakan bencana dibanding dengan responden
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

yang memilki kemampuan yang kurang. 5.1. Didapatkan tidak adanya hubungan
4.4. Hubungan Kebijakan Rumah Sakit kebijakan rumah sakit dengan
dengan Pelaksanaan Respon bencana pelaksanaan fase respon bencana
dengan nilai p value = 1.000
Berdasarkan hasil analisis hubungan diruangan instalasi gawat darurat
Kebijakan Rumah Sakit dengan Rumah sakit Islam Yarsi Ibnu Sina
pelaksanaan fase respon bencana Bukittinggi
didapatkan bahwa hamper semua 5.2. Sebagian besar pelaksanaan fase
kebijakan yang dilakukan dengan baik respon bencana adalah baik 58,3%
yaitu 56,3 % pada pelaksanaan Fase diruangan instalasi gawat darurat
Respon bencana. Dan tidak dilaksanakan rumah sakit islam ibnu sina
dengan baik yaitu 62,5 %. Hasil uji bukittinggi
statistik chi square diperoleh nilai P value
= 1,000 maka dapat disimpulkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
tidak ada hubungan Kebijakan Rumah
Sakit dengan pelaksanaan Fase Respon Badan Koordinasi Nasional
Bencana. Penaggulangan Bencana dan
Pengungsisan. 2005. Panduan
5. KESIMPULAN Pengenalan Karekteristik Bencana dan
Sebagian besar pengetahuan responden Upaya Mitigasnya di Indonesia .Jakarta:
(85%) tentang pelaksanaan fase respon Bakornas PBP.
bencana adalah baik.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1116 Tahun 2003 tentang pedoman
Kemampuan responden tentang Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi
pelaksanaan fase respon bencana kurang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
(45,8%) dari yang diharapkan sehingga
perlu adanya tindak lanjut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
876/MENKES/SK/XI/2006 tentang
Kebijakan Rumah sakit Yarsi Ibnu sina Kebijakan dan Strategi Nasional
Bukittinggi dalam penerapan Penanganan Krisis dan Masalah
pelaksanaan fae respon bencana cukup Kesehatan lain. Jakarta: Depkes RI.
baik (66,7%) dan melebihi rata-rata
sehingga sangat berperan erat dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor
penanganan bencana demi terlaksananya 989/MENKES/SK/VIII/2004 tentang
manajemen bencana yang maksimal Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Didapatkan Tidak adanya hubungan (KLB). Jakarta: Depkes RI.
yang signifikan antara pengrtshusn
perawat dengan pelaksanaan fase respon Santamaria, Barbara. 1995. Community
bencana dengan nilai p value= 0,595, Health Nursing Theory & Practice. New
diruangan instalasi gawat darurat Rumah Jersey: Pearson Education.
sakit Islam Yarsi Ibnu Sina Bukittinggi
Solehudin, Usep. 2005. “Business Continuity
Didapatkan adanya hubungan yang and Disaster Recovery Plan”.
signifikan antara kemampuan perawat http//www.vslm.org,diakses tanggal 01 Maret
dengan pelaksanaan fase respon bencana 2017, pukul 10.00 WIB.
dengan nilai p value 0,001 diruangan
instalasi gawat darurat Rumah sakit Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Islam Yarsi Ibnu Sina Bukittinggi Penanggulangan Bencana,.Badan Koordinasi
Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PBP).
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Yati Nur Azizah 2015. “Jurnal Ilmu WHO. (2007). Risk Reduction and Emergency
Keperawatan, Vol : 3, No. 2” Preparednes.
http//www.jik.ub.ac.id, diakses tanggal 2 Januari
2017, Pukul 11.00 WIB. Sugiono , 2011. “Metode Penulisan Kuantitatif
dan Kualitatifdan R&D”. Bandung : Alfabeta.
BNPB. (2010). Rencana Naional
Penanggulangan Bencana. Andriani, Duri, 2014 “ Metode Penelitian”.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
BNPB. (2011). Perencanaan Kontijensi
Menghadapi Bencana. Jakarta. Effendi, Feri, 2009, “ Keperawatan Kesehatan
Komunitas”. Jakarta: Salemba Medice.
Notoatmojo S. (2010), Ilmu Perilaku Kesehatan ,
Rineka Cipta.
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

You might also like