You are on page 1of 19

THE STUDY OF MORAL VALUES EDUATION THROUGH THE LIVING VALUES

ACTIVITIES PROGRAM TO DEVELOP STUDENTS CHARACTER IN SENIOR HIGH


SCHOOL PLUS MUTHAHHARI BANDUNG

PENDIDIKAN NILAI MORAL MELALUI PROGRAM LIVING VALUES


ACTIVITIES DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI SMA PLUS
MUTHAHHARI BANDUNG

Auliya Aenul Hayati


Guru PKn di MTs. As-Sa’adah Padahanten – Majalengka.
Email : auliyaaenul@gmail.com

ABSTRACT
SMA Plus Muthahhari come with the Living Values Activities program which is full of living
values. The results showed: (1) The moral values education contents through LVA program
consists of Personal Development Program,X-Day,Dirasah Islamiyyah; (2) The moral values
education method through LVA program consists of using the general method, special
method, integrated model; (3) The moral values education process through LVA program
covering by the phase of Value Identification, Activity, Learning Aids, Interactions Unit,
Segment and Evaluation; (4) The problem of Values Education through LVA Program is a
complex moral value measurements, the rules of moral values is not Perfectly executed, the
less time; (5) The follow-up moral values education problem through the LVA program: bring
students on real life conditions that are different from their daily life, held a sustainable menu
system, Improving communication between the parties, and optimizing moral values
education quality.

The Keyword : Moral Values Education, Living Values Activities, Student Character

ABSTRAK
SMA Plus Muthahhari melalui program Living Values Activities menghadirkan
pendidikan yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Isi
pendidikan nilai moral melalui program LVA terdiri dari Program Pengembangan Diri, X-
Day; dan Dirasah Islamiyyah; (2) Metode pendidikan nilai moral melalui program LVA
terdiri dari metode umum (program pembinaan) dan metode khusus (Life Skill) dan model
terintegrasi mata pelajaran; (3) Proses pendidikan nilai moral melalui program LVA meliputi
tahap Value Identification, Activity, Learning Aids, Unit Interaction, dan Evaluation Segment;
(4) Hal-hal yang menjadi kendala dalam pendidikan nilai moral melalui program LVA adalah
rumitnya pengukuran keberhasilan penanaman nilai moral siswa, penerapan aturan nilai moral
yang tidak sempurna dilaksanakan, dan pengalokasian waktu yang kurang memadai; (5)
Tindak lanjut dalam menangani kendala pendidikan nilai moral melalui program LVA yaitu
dengan membawa siswa pada kondisi nyata yang berbeda dengan kesehariannya, mengadakan
evaluasi berkelanjutan, memperbaiki komunikasi antar pihak, dan mengoptimalkan kualitas
pendidikan nilai moral.

Kata Kunci : Pendidikan Nilai Moral, Living Values Activities, Karakter Siswa.

Remaja memiliki tanggung jawab mengisi masa remajanya dengan hal-hal


untuk “berperan” dalam kehidupan sosial positif yang dapat mengembangkan potensi
moral dengan senantiasa berjuang dan yang ada dalam dirinya. Namun demikian,

115
Aktualisasi diri dan peranan sosial – moral disalah artikan yang akhirnya
remaja tidaklah selalu berjalan tanpa memunculkan sikap arogansi yang
hambatan. Aktualisasi tersebut seringkali keliru seperti “menghukum” orang
berjalan tidak sempurna yang timbul yang belum tentu “bersalah”. ...
sebagai ekses dari demoralisasi dan “memerkosa, memeras”, hak-hak
penafsiran nilai yang beragam yang orang lain dirampas dan sebagainya.
berpotensi memunculkan berbagai Ironisnya hal ini terjadi justru pada
penyimpangan tanpa batas akibat lepasnya saat tingginya tuntutan untuk
ikatan moral dengan logika manusia. menjunjung tinggi dan menghargai
Sebagaimana ditegaskan Lickona nilai-nilai kehidupan manusia
(2013:15-22) bahwa tren-tren remaja yang sebagai manifestasi dan pernyataan
mengganggu yang menjadi indikator hak asasi manusia (declaration of
kegagalan pembangunan moral kaum human right).
muda antara lain: Sebaliknya, tidak jarang pula orang
menuntut hak dan kebebasan
(1) kekerasan dan vandalisme, (2)
pribadinya yang terlampau tinggi.
mencuri, (3) curang, (4) tidak
Sehingga mengganggu hak asasi
menghormati figur otoritas, (5)
orang lain, kebebasan orang lain,
kekejaman teman sebaya, (6)
sehingga terjadi konflik yang tidak
kefanatikan, (7) bahasa yang kasar,
jarang mendatangkan “mala
(8) pelecehan dan perkembangan
petaka”.
seksual yang terlalu cepat, (9)
meningkatnya sifat mementingkan Dari penjelasan tersebut di atas,
diri sendiri dan menurunnya beberapa hal yang terindikasi sebagai
tanggung jawab sebagai warga pemicu permasalahan nilai moral ini adalah
negara, dan (10) perilaku merusak 1) kekeliruan pola asuh; 2) tingkat
diri. kondusifitas yang rendah; 3) rendahnya
pertimbangan moral; 4) bayang-bayang
Indikator kegagalan pembangunan
materialisme dan keserakahan yang kian
moral yang disampaikan oleh Lickona
membentuk nilai-nilai dan tujuan hidup
tersebut di atas terjadi dan menyebar
remaja; dan 5) rendahnya pengetahuan
hampir pada seluruh aspek kehidupan
moral yang menyebabkan ethical illiteracy
masyarakat Indonesia. Dapat diterangkan
atau buta etika.
data dilapangan dalam hal kekerasan.
Kemerosotan moral remaja juga
Remaja sebagai pelaku kekerasan
dapat diakibatkan oleh suatu gejala
seringkali melakukan tindakan seperti
cognitive shut down yang disadari atau
pembunuhan, penyerangan, pemerkosaan,
tidak disadari dilakukan oleh pendidik di
perkelahian dengan kekerasan,
sekolah, yang kemudian hal ini akan
penyerangan antar gang, dan melukai
berlanjut pada tidak terarahnya pengalihan-
orang lain.
pengalihan tindakan remaja.
Darmadi (2009:5) menilai
Semua idealitas, tuntutan, dan
permasalahan - permasalahan nilai
permasalahan tersebut menunjukkan betapa
moralitas kemanusiaan ini sebagai gejala
mendesaknya kebutuhan akan pendidikan
yang menunjukkan pudarnya sense of
nilai moral yang bermakna. Lickona
decency yang justru bertentangan dengan
(2008:25-28) menegaskan, “tidak
nilai-nilai kehidupan. Ia menjelaskan
membekali generasi muda dengan
bahwa:
pemahaman moral adalah sebuah kegagalan
Kepekaan terhadap kepatuhan etis serius dari masyarakat”. Lebih lanjut ia
(sense of decency) nilai-nilai menjabarkan sepuluh alasan baik mengapa
kemanusiaan telah pudar. Sehingga sekolah harus membuat komitmen dengan
seringkali nilai-nilai kemanusiaan pikiran jernih dan sepenuh hati untuk

116
mengajarkan nilai-nilai moral dan Tujuannya adalah agar berkembang
membangun karakter yang baik sebagai potensi peserta didik agar menjadi manusia
berikut: yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
1. Ada kebutuhan yang jelas dan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
mendesak;
menjadi warga negara yang demokratis
2. Menyampaikan nilai-nilai adalah
serta bertanggung jawab. Ini berarti bahwa
dan selalu menjadi tugas
kemampuan-kemampuan yang
peradaban;
dikembangkan melalui pendidikan bukan
3. Peran sekolah sebagai pendidik
hanya kemampuan yang terkait kecerdasan
moral menjadi semakin vital
intelektual (kognitif) semata-mata tetapi
pada saat ketika jutaan anak
juga kecerdasan emosional dan spiritual;
hanya mendapatkan sedikit
selain karakteristik lain seperti kreatif,
ajaran moral dari orang tua
bertanggung jawab, berakhlak mulia, dan
mereka dan ketika pengaruh dari
lainnya yang mencerminkan sebagai pribadi
tempat-tempat yang menjadi
yang utuh.
pusat nilai seperti rumah ibadah
Sebagai sebuah institusi pendidikan, setiap
juga tidak hadir dalam hidup
sekolah baik itu swasta ataupun negeri,
mereka;
formal maupun nonformal, sejatinya
4. Landasan etis umum tetap ada,
memikul tugas untuk menyebarkan rasa
bahkan dalam masyarakat
kesadaran, kemajuan dan kemanusian.
dengan konflik nilai seperti kita;
Dalam kaitannya dengan urgensitas
5. Demokrasi punya kebutuhan
pendidikan nilai yang termaktub dalam
khusus terhadap pendidikan
setiap sendi aktivitas kehidupan sekolah –
moral, karena demokrasi adalah
yaitu melalui program Living Value Activity
pemerintahan oleh rakyat;
(LVA), kesemuanya terkait dengan nilai,
6. Pendidikan bebas nilai itu tidak
motif, dan tindakan individu.
ada;
Namun demikian, pendidikan di
7. pertanyaan-pertanyaan moral
Indonesia belum mengakomodasi potensi,
adalah salah satu dari sejumlah
minat, bakat, kecerdasan, dan keyakinan
pertanyaan besar yang harus
nilai kehidupan siswa. Judiani dalam Putri
dihadapai manusia individual
(2011:208-209) ”pendidikan di Indonesia
dan bangsa manusia;
selama ini masih mengedepankan aspek
8. Ada dukungan secara luas yang
kognitif atau akademis, sedangkan aspek
semakin kuat untuk memberikan
soft skills atau non akademis yang
pendidikan nilai di sekolah;
mendukung pendidikan karakter belum
9. Komitmen yang tak malu-malu
banyak mendapat perhatian”.
terhadap pendidikan moral jika
Di sinilah pentingnya nilai moral
kita ingin menarik dan
menjadi nafas pada setiap sendi aktivitas
mempertahankan guru-guru
kehidupan sekolah yang oleh John
yang baik; dan
Mahoney dalam Darmadi (2009:6)
10. Pendidikan nilai adalah sebuah
ditafsirkan sebagai upaya pembentukan
pekerjaan yang bisa dilakukan.
pribadi peserta didik. Lebih detail, ia
Pendidikan nasional dalam Undang- menjelaskan bahwa “kegiatan di dalam dan
Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 di luar kelas, diupayakan memuat nilai-nilai
menegaskan bahwa Pendidikan Nasional moral yang berguna bagi pembentukkan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan kepribadian peserta didik sebagai bekal
membentuk watak serta peradaban bangsa hidup bermasyarakat masa kini dan masa
yang bermartabat dalam rangka datang”.
mencerdaskan kehidupan bangsa.

117
Menjadi semakin jelas bagaimana suasana kehidupan konkret yang
kentalnya hubungan antara pendidikan memungkinkan setiap orang memiliki sikap
nilai- nilai moral dengan sebuah setting respek yang mendalam kepada sesamanya.
masyarakat, sehingga rumusannya sangat Urgensitas penelitian pendidikan
kontekstual dengan unsur sosial dan budaya nilai moral melalui program LVA ini
komunitas. Lickona (2008:77) menjelaskan: kembali terlihat pada pelaksanaannya,
dimana pelepasan peserta didik dalam
Nilai moral seperti menghormati
memilih posisi diri pada suatu nilai moral
kehidupan dan kemerdekaan,
memang tetap memerlukan bantuan
bertanggung jawab terhadap orang
keluarga, guru, dan masyarakat secara luas.
lain, kejujuran, keadilan, toleransi,
Pendidikan nilai moral dan kehidupan tidak
sopan santun, disiplin diri,
akan menemukan kebermaknaannya jika
integritas, belas kasih,
klarifikasi berjalan tidak sempurna. Diluar
kedermawanan, dan keberanian
kehadiran peran para orang tua dan pihak
adalah faktor penentu dalam
lainnya, lebih dari itu dibutuhkan peran
membentuk pribadi baik. Jika
guru sebagai pendidik dalam berbagai
disatukan, seluruh faktor ini akan
aktivitas program aktivitas nilai kehidupan
menjadi warisan moral yang
(LVA).
diturunkan dari satu generasi ke
Lebih jauh mengenai LVA atau
generasi berikutnya. Melek etis
aktivitas nilai-nilai kehidupan adalah
menuntut adanya pengetahuan
berbagai kebiasaan yang secara umum
terhadap semua nilai ini.
mendasari relasi yang baik dan harmonis
Dari pendapat Lickona tersebut di antara kita dengan orang lain di sekitar.
atas, maka dapat dipahami berkaitan pula Inilah kebiasaan-kebiasaan yang sulit untuk
dengan program Living Values Activities, dapat ditemukan pada masa-masa sekarang
pendidikan nilai yang paling tepat memang dan akan datang. Terhimpit oleh sikap dan
berada pada tataran praktis peserta didik sifat manusia modern yang individualistis,
yang diterjunkan langsung pada suatu hedonistis dan materialistis; lupa bahwa
realita - kondisi sosial dan komunitas manusia adalah makhluk sosial, berbudi
masyarakat. Wiyono (2012:2) pun dan berakhlak.
menuturkan bahwa “pembelajaran nilai- Apabila dikaji lebih dalam, maka
nilai karakter tidak hanya pada tataran nilai moral melalui program LVA ini
kognitif, tetapi menyentuh pada sejatinya memiliki tingkat kesesuaian yang
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam tinggi dengan tujuan pendidikan
kehidupan peserta didik sehari-hari di kewarganegaraan. Menteri Pendidikan RI
masyarakat”.Dengan begitu, nilai & moral, melalui Peraturan No. 22 Tahun 2006
yang digada-gada dan agung - agungkan menjelaskan, mata pelajaran Pendidikan
untuk dimiliki oleh generasi muda akan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
dengan mudahnya terinternalisasi ketika didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
mereka memiliki kemampuan untuk
1. Berpikir secara kritis, rasional,
mengetahui, merasakan, hidup, dan
dan kreatif dalam menanggapi
berempati atas berbagai realitas hidup yang
isu kewarganegaraan;
penuh dengan logika berpikir kebajikan
2. Berpartisipasi secara aktif dan
nilai-nilai moral.
bertanggung jawab, dan
Tujuan pendidikan nilai moral di
bertindak secara cerdas dalam
sekolah adalah mengefektifkan peningkatan
kegiatan bermasyarakat,
dan pengembangan pertimbangan moral
berbangsa, dan bernegara, serta
peserta didik. Agar tujuan tersebut tercapai
maka pendidikan nilai moral sebaiknya anti korupsi;
3. Berkembang secara positif dan
dilaksanakan dengan mengembangkan
demokratis untuk membentuk

118
diri berdasarkan karakter- Activities (LVA) dalam pengembangan
karakter masyarakat Indonesia karakter siswa SMA Plus Muthahhari
agar dapat hidup bersama Bandung?
dengan bangsa-bangsa lainnya;
4. Berinteraksi dengan bangsa- METODE PENELITIAN
bangsa lain dalam percaturan Secara metodologis, penelitian ini
dunia secara langsung atau tidak menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
langsung dengan memanfaatkan dengan mengamati orang (subjek) dalam
teknologi informasi dan lingkungan hidupnya, berinteraksi dan
komunikasi. berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya. Terkait
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas
konteks penelitian, hal ini dilakukan kepada
pula lah, SMA Plus Muthahhari Bandung
Wakasek Kesiswaan, Pembina Life Skill,
menyadari tugas dan tujuan pendidikan
Guru X-Day, siswa-siswi SMA Plus
dengan menghidupkan nilai-nilai moral
Muthahhari, dan wali siswa SMA Plus
dalam sebuah keterpaduan program yang
Muthahhari Bandung.
memasukkan unsur-unsur nilai kehidupan,
Metode penelitian yang digunakan
yaitu sebagai motor pembentukan karakter
dalam penelitian ini adalah metode
warganegara yang tak hanya seputar
deskriptif analisis, yaitu penelitian yang
menjadi “pintar” namun lebih dari itu
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
adalah untuk membentuk karakter “baik” –
fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara
to be smart and good citizenship.
sistematis dan akurat.
SMA Plus Muthahhari Bandung
Dengan demikian, penelitian ini
dengan konsep sekolah religius dan
berusaha untuk mengkaji secara sistematis
pendidikan nilai moralnya menjadi sekolah
dan real bagaimana pendidikan nilai moral
yang sesuai dalam penelitian LVA ini.
dilaksanakan melalui program Living
Adapun rumusan masalah pada penelitian
Values Activities (LVA) guna dan atau
ini adalah:
dalam pengembangan karakter siswa.
1. Bagaimana isi pendidikan nilai moral
melalui program Living Values
Activities (LVA) dalam pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN
karakter siswa SMA Plus Muthahhari
Hasil
Bandung? Secara garis besar program Living
2. Bagaimana metode pendidikan nilai Values Activities (LVA) dilaksanakan
moral melalui program Living Values melalui beberapa jabaran program sekolah
Activities (LVA) dalam pengembangan diantaranya adalah Program Pengembangan
karakter siswa SMA Plus Muthahhari Diri, Program Pendidikan Kecakapan
Bandung? Hidup (Life Skill), dan Program Pendidikan
3. Bagaimana proses pendidikan nilai Berbasis Keunggulan Lokal Khas SMA
moral melalui program Living Values Plus Muthahhari (Dirasah Islamiyyah).
Activities (LVA) dalam pengembangan Ruang lingkup pengembangan diri
karakter siswa SMA Plus Muthahhari terdiri dari kegiatan terprogram dan tidak
Bandung? terprogram. Berikut penjelasannya:
4. Hal-hal apa yang menjadi kendala 1. Kegiatan terprogram direncanakan
dalam pendidikan nilai moral melalui secara khusus dan diikuti peserta didik
program Living Values Activities (LVA) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
dalam pengembangan karakter siswa pribadinya. Pelayanan konseling
SMA Plus Muthahhari Bandung? meliputi pengembangan : (a) kehidupan
5. Bagaimana tindak lanjut dalam pribadi, (b) kemampuan sosial, (c)
menangani kendala pendidikan nilai
moral melalui program Living Values

119
kemampuan belajar, dan (d) wawasan dijadikan sebagai muatan lokal unggulan di
dan perencanaan karir. SMA Plus Muthahhari adalah:
2. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan 1. Visi dan Misi yang berorientasi kepada
langsung oleh guru dan tenaga peningkatan intellegensi, kreativitas dan
kependidikan di sekolah yang diikuti pembinaan akhlak,
oleh peserta didik seperti kegiatan rutin, 2. Sumber Daya Manusia/ Guru Dirasah
spontan dan keteladanan. Islamiyyah yang cukup banyak dan
Kegiatan pengembangan diri memadai,
merupakan kegiatan di luar mata pelajaran 3. Sarana dan prasarana yang menunjang
sebagai bagian integral dari isi kurikulum kegiatan pembelajaran Dirasah
sekolah dalam rangka pembentukan watak Islamiyyah (Mesjid dan masyarakat
dan kepribadian murid. Kegiatan yang mendukung dan dapat bekerja
pengembangan diri ini dilakukan melalui sama dalam kegiatan-kegaitan Dirasah
kegiatan layanan konseling dan kegiatan Islamiyyah),
ekstrakurikuler. 4. Biaya yang cukup untuk membiayai
Program pendidikan kecakapan kegiatan pembelajaran Dirasah
hidup mencakup kecakapan pribadi, Islamiyyah,
kecakapan sosial, kecakapan akademik dan 5. Program kegiatan pembelajaran Dirasah
atau kecakapan vokasional. Pendidikan Islamiyyah yang dapat meningkatkan
kecakapan hidup merupakan bagian intellegensi, kreatifitas dan pembinaan
integral dari pendidikan semua mata akhlak,
pelajaran dan atau berupa paket/ modul 6. Komite sekolah yang mendukung dan
yang direncanakan secara khusus. dapat bekerja sama dalam
Program pendidikan kecakapan melaksanakan kegiatan pembelajaran
hidup yang dikembangkan di SMA Dirasah Islamiyyah,
mengacu pada dua dimensi, yaitu 7. Historis Agama Islam. SMA Plus
kecakapan hidup yang bersifat generik Muthahhari berasal dari sebuah
(generic life skill) dan kecakapan hidup Pesantren yang membimbing santri
spesifik (specific life skill). Pendidikan untuk belajar pada waktu liburan,
Kecakapan Hidup di SMA Plus Muthahhari 8. Misi yang sinergis dengan motto Kota
diberikan dalam dua cara, yaitu: Bandung yaitu Bandung sebagai kota
1. Kecakapan hidup yang bersifat generik, Agamis.
yang kecakapan akademik, kesadaran Program Dirasah Islamiyyah
diri, kecakapan berpikir dan bernalar, diberikan dengan sistem paket yang
serta kecakapan bekerja sama diberikan selama satu minggu penuh dari
dikembangkan pada semua mata pagi sampai sore hari. Tiap tingkat kelas
pelajaran. memperoleh dua paket kecuali kelas XII
2. Diberikan pelajaran kecakapan hidup hanya satu paket.
secara khusus, untuk setiap kelas setiap 1. Kegiatan Out Door
minggu 2 jam pelajaran (pelajaran Life a. Spiritual Camp
Skill). Kegiatan Spiritual Camp adalah
Dengan kekhasannya yang kegiatan yang diadakan di alam terbuka,
dimilikinya, Muatan Lokal Dirasah dengan mengambil lokasi yang jauh dari
Islamiyyah menjadi sorotan pendidikan keramaian dan jauh dari sekolah. Kegiatan
nilai moral dimana semua program yang ini wajib diikuti oleh kelas X pada
diusung begitu kaya akan aktivitas nilai- semester II, dengan tujuan untuk
nilai kehidupan (Living Values Activities). tazkiyatunnafs (penyucian diri ) dan
Beberapa alasan dan pertimbangan kepedulian sosial.
hingga akhirnya Dirasah Islamiyyah yang
merupakan kurikulum khas yayasan

120
b. Spiritual Work Camp bermacam-macamn latar belakang murid
Kegiatan Spiritual Work Camp tentang kemampuan membaca Al-Qur’an,
adalah kegiatan yang diadakan di pedesaan- maka perlu adanya pembinaan khusus
perkampungan yang masyarakatnya secara terhadap anak-anak, disamping untuk tahsin
umum miskin. Tujuan kegiatan ini adalah bacaan Al-Qur’an, mengulang, dan
pembinaan akhlak dengan berkhidmat dan membiasakan membaca Al-Qur’an.
mengabdi kepada msyarakat. Kegiatan ini c. Pesantren Ramadhan
wajib diikuti oleh kelas 2 pada semester II. Waktu kegiatan ini mengikuti
c. Kunjungan Sosial Ramadhan kegiatan reguler pada bulan Ramadhan.
Adalah acara yang diadakan pada Jika kegiatan belajar-mengajar reguler
kegiatan Pesantren Ramadhan dengan selama dua minggu, maka kegiatan
mengunjungi panti-panti sosia. Kegiatan ini Pesantren Ramadhan pun mengikutinya.
wajib diikuti oleh seluruh murid dari mulai Kegiatan ini hanya berlangsung 3 jam
kelas X - kelas XI dengan tujuan pelajaran dalam seharinya, dan
menumbuhkan rasa empati dan kepedulian dilaksanakan di akhir pelajaran reguler.
sosial murid. Pesantren Ramdhan wajib diikuti
d. Sahur bersama dhu’afa oleh seluruh murid SMA Plus Muthahhari,
Acara ini ini dilaksanakan di akhir dengan tujuan untuk menambah wawasan
kegiatan Pesantren Ramadhan. Tujuannya keilmuan khususnya wawasan ilmu-ilmu
adalah agar murid mengetahui keadaan agama dalam teori dan praktik untuk bekal
orang mustad’afin dan merasakan murid ketika pulang ke daerahnya masing-
bagaimana kehidupan orang lemah. Pada masing, khususnya selama libur Ramadhan.
kegiatan ini mereka diwajibkan membawa d. Pengurusan Hewan Qurban
bekal makan sahur untuk sendiri maupun Kegiatan ini diadakan pada hari
untuk yang punya rumah, dengan kedua Iedul Qurban. Dalam kegiatan ini
dibimbing oleh guu-guru. melibatkan seluruh murid untuk belajar dari
2. Kegiatan In Door mulai cara menyembelih, merecah,
a. Shalat berjamaah menimbang, mendistribusikan dan lain-
Shalat berjamaah lainnya. Tujuannya adalah agar murid kelak
dilaksanakansetiap hari pada pukul 12.30 di mampu melakukannya ketika berada di
Masjid Al Munawaroh atau di Aula tengah-tengah masyarakat disamping
Sekolah. Setelah shalat berjamaah menumbuhkan kepedulian dan rasa empati
dilanjutkan dengan kultum (kuliah tujuh terhadap kaum du’afa..
menit) dengan keseluruhan waktu kurang e. Riyadhah dan Do’a Malam Nisfu
lebih 30 menit. Kegiatan ini wajib diikuti Sa’ban
oleh seluruh murid. Pengabsenan dilakukan Acara ini diadakan semalam suntuk
ketika murid memasuki masjid. Murid yang pada malam ke lima belas bulan Sya’ban,
terlambat diberi sanksi fisik, dan jika dan wajib diikuti oleh seluruh murid SMA
terlambat tiga kali maka dianggap alfa Plus Muthahhari. Kegiatan ini diisi dengan
sehari, dan jika tidak sholat tanpa izin, memperbanyak berdo’a, berdzikir,
maka dianggap alfa sehari tidak mengikuti membaca Al-Qur’an dan dengan majlis
pelajaran dengan pemberian sanksi fisik. ilmu. Tujuannya adalah tazkiyatunnafs
Jika alfa tiga hari berturut-turut maka akan (mensucikan diri), dan melatih serta
diberi surat peringatan (SP- 1). membiasakan diri dalam beribadah ritual
b. Bimbingan Baca Al-Qur’an (Bibaq) atau beribadah mahdhah.
Kegiatan ini diadakan seminggu f. Peringatan Asyura
sekali setiap hari rabu (X day) 2 jam Asyura asal kata dari “Asyarah”
pelajaran pertama sebelum pelajarn X Day, artinya sepuluh. Maksudnya hari kesepuluh
dan wajib diikuti oleh kelas X dan kelas XI. di bulan Muharam. Pada tanggal ini
Tujuannya adalah sehubungan dengan sebagian ummat Islam memperingatinya

121
dalam rangka mengingatkan kembali bentuk ideal pendidikan yang
peristiwa sejarah yang terjadi pada tanggal memanusiakan manusia dapat dilihat dari
tersebut, dimana seorang Imam kaum UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
muslimin yang juga cucu Rasulullah SAW. Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1)
dibantai secara keji di suatu tempat di Irak dimana substansi pendidikan dipahami
yaitu Karbala. Peristiwa tersebut bagi sebagai usaha sadar dan terencana untuk
sebagian kaum muslimin sebagai tonggak mewujudkan suasana belajar dan proses
sejarah perkembangan Islam selanjutnya. pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Oleh karenanya kegiatan ini diperingati mengembangkan potensi dirinya untuk
dengan tujuan agar murid mengenal dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mengingat sebagian peristiwa sejarah Islam pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
yang terlupakan disamping mengetahui akhlak mulia, serta keterampilan yang
perkembangan Islam secara utuh. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
g. Pengajian Ahad negara.
Pengajian ahad diadakan setiap hari Dalam proses pendidikan nilai,
minggu.Pengajian ini sifatnya pengajian tindakan-tindakan pendidikan yang lebih
umum.Namun bagi murid SMA Plus spesifik dimaksudkan untuk mencapai
Muthahhari wajib mengikutinya. Kegiatan tujuan yang lebih khusus. Dikemukakan
ini wajib diikuti 1 X dalam sebulan secara komite Asia and the Pacific Programme of
bergiliran setiap kelasnya sesuai dengan Educational Innovation for Development
jadwal yang sudah ditentukan.Tujuannya dalam Ibrahim (2007:3) bahwa pendidikan
adalah, pembinaan akhlak juga agar murid nilai secara khusus ditujukan untuk: “(1)
lebih menambah wawasan keilmuan menerapkan pembentukan nilai kepada
khususnya ilmu agama dan membiasakan anak, (2) menghasilkan sikap yang
diri mendatangi majlils ilmu yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan,
bermanfaat dibanding tempat-tempat yang dan (3) membimbing perilaku yang
tidak bermanfaat. konsisten dengan nilai-nilai tersebut”.
h. Do’a Kumail Dengan demikian, tujuan
Do’a Kumail adalah acara majlis pendidikan nilai meliputi tindakan
dzikir dan do’a yang diadakan sebulan mendidik yang berlangsung mulai dari
sekali pada malam jum’at minggu pertama, usaha penyadaran nilai sampai pada
dan berlangsung selama kurang lebih 2 jam. perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai.
Dinamakan do’a Kumail karena orang yang Implikasi dari hal-hal tersebut di
pertama kali mendapatkan pelajaran do’a atas adalah pendidikan nilai moral
ini dari Imam Ali Bin Abi Tahalib As, menempati peranan sentral sebagai upaya
bernama Kumail bin Ziyad. komprehensif pencapaian tujuan pendidikan
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh murid, yang dimensinya semakin meluas, meliputi
guru dan karyawan Yayasan Muthahhari. keseluruhan dimensi pendidikan yang
Tujuannya adalah tazkiyatunnafs dilakukan melalui pengembangan kegiatan
(mensucikan diri), dan melatih dan intrakurikuler, ekstrakurikuler, kurikulum
membiasakan diri dalam beribadah ritual tersembunyi, program-program integrasi,
atau beribadah mahdah. pengembangan pendekatan terpadu,
pengajaran mata pelajaran agama,
Pembahasan kewarganegaraan, olah raga, seni, atau
Isi Pendidikan Nilai Moral Melalui matematika (Mulyana, 2011:164). Hal
Program Living Values Activities (LVA) serupa ditekankan dalam Grand Design
Dalam Pengembangan Karakter Siswa Pendidikan Karakter 2010 dalam Dianti
SMA Plus Muthahhari Bandung (2014:81), yang menjelaskan empat pilar
Mengacu kepada ketentuan Undang- media penanaman nilai karakter seperti
Undang yang berlaku di Indonesia, maka “KBM di sekolah, school culture,

122
ekstrakurikuler, dan keseharian di rumah Keberhasilan pencapaian program
dan di masyarakat” sehingga seluruh dapat dilihat dari pergerakan karakter siswa
kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan yang terjadi secara dinamis. Paparan
sebagai upaya pendidikan nilai selama hal berbagai aspek nilai moral dalam program
tersebut mengikuti prinsip-prinsip LVA life skill setidaknya ditujukan secara
keseimbangan potensi individu dan khusus untuk membekali murid agar
berpihak pada nilai-nilai yang baik. memiliki karakter ideal sebagai berikut:
Pendidikan nilai moral memang 1. Sikap dan kebiasaan yang baik serta
begitu sarat akan nilai-nilai penting keterampilan belajar yang efektif
kehidupan yang erat kaitannya dengan dengan menggunakan sumber belajar
tujuan pembentukan manusia seutuhnya, yang bervariasi;
yaitu manusia dengan kesatuan dan 2. Self awarness (mengetahui kondisi diri
keseimbangan antara kebutuhan badan, sendiri, kesukaan, sumber daya dan
psikis, sosial, dan spiritual (bio-psycho- intuisi); self management (mampu
socio-spirital). mengelola kondisi, impuls, dan sumber
Sejalan dengan hal tersebut SMA dalam diri sendiri);
Plus Muthahhari mengetengahkan 3. Social awarness (memiliki kesadaran
pendidikan nilai moral dengan tampilan terhadap perasaan, kebutuhan dan
program Living Values Activities (LVA) kepentingan orang lain);
yang mengacukan diri kepada tujuan 4. Relationship management;
pendidikan menengah yaitu “Meningkatkan 5. Tertanamnya sikap pantang menyerah
kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, dalam menghadapai tantangan hidup;
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan 6. Mencapai kematangan dalam kesadaran
mengikuti pendidikan lebih lanjut”. sebagai makhluk spiritual;
Kemudian untuk meningkatkan 7. Memiliki orientasi yang produktif
kualitas pendidikan nilai moral di sekolah tentang kesuksesan hidup;
yaitu dengan menekankan religiusitas. 8. Mencapai kematangan dalam
Sebagaimana dijelaskan Komariah membangun konsep baru tentang
(2011:54) “model pendidikan nilai moral kesuksesan khususnya mencari peluang
yang dapat dilaksanakan di sekolah yaitu dan mengelola keuangan; dan
dengan cara menciptakan kultur religius di 9. Mampu menyusun rencana karir masa
lingkungan sekolah dan dibarengi dengan depan.
adanya penguatan bidang studi aqidah Kedua,yaitu program X-Day. X-Day
akhlak kepada anak-anak”. yang merupakan kurikulum murid
Maka dengan bernafaskan nilai memberikan kebebasan berekspresi kepada
intrinsik religiusitas, SMA Plus Muthahhari murid sesuai dengan minat dan bakat yang
menjabarkan visi misi sekolah melalui dimiliki. Pada pelaksanaannya, program ini
program LVA yang termuat dalam tiga berisikan nilai-nilai kehidupan sebagai
program utama yaitu: 1) Program berikut:
Pengembangan Diri atau Life Skill, 2) 1. Nilai-nilai luhur tanggung jawab diri
Program X-Day, dan 3) Program dengan pengembangan kemampuan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal murid dalam ketepatan waktu
Khas SMA Plus Muthahhari (Dirasah menyelesaikan tugas,
Islamiyyah). 2. Nilai kedisiplin dengan mengikuti
Pertama, program pengembangan kegiatan latihan X-Day baik yang
diri atau life skill. Program ini direncanakan berupa latihan harian menjelang Ajang
secara khusus mencakup kecakapan pribadi, Kreasi Barudak Muthahhari (AKBARI),
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan latihan mingguan setiap hari Rabu, dan
atau kecakapan vokasional. latihan rutin bulanan,

123
3. Nilai saling menghormati dan kesemuanya diarahkan untuk mereduksi
melengkapi seperti dalam kegiatan pendidikan nilai dari kaitannya dengan
AKBARI, unsur indoktrinatif sehingga pada setiap
4. Nilai demokratis yaitu dalam kesempatannya siswa selalu didorong untuk
pembuatan susunan kepanitian X-Day dapat menemukan alasan-alasan yang
yang diserahkan kepada siswa, mendasari setiap keputusan moral yang
5. Nilai kemandirian mulai dari memilih diambil.
jenis materi kreasi yang akan Tujuannya tidak lain adalah untuk
ditampilkan, menentukan tema, sampai mengembangkan kemampuan mengontrol
pada pemilihan bentuk perform tindakan. Hal ini diperlukan agar siswa
AKBARI, dapat benar-benar memahami keputusan
6. Nilai keagamaan dengan mengawali moral yang diambil, dapat mengidentifikasi
kelas dengan ucapan Basmallah, salam, alasan yang baik yang harus diterima dan
shalawat nabi, mengingatkan kepada alasan yang tidak baik yang harus ditolak
yang menciptakan dan Rasulullah yang atau diubah. Siswa harus dapat
menyayangi dan menyelamatkan merumuskan perubahan yang perlu
manusia, dan mengaitkan pelajaran dilakukan. Alasan yang baik adalah yang
dengan nilai-nilai luhur keagamaan, memberikan kontribusi dalam mengatasi
7. Nilai toleransi, dengan perasaan dan situasi yang problematik. Cara ini
tindakan siswa yang lebih mengerti memungkinkan perkembangan intelektual,
teman yang “eksklusif”, menumbuhkan kebebasan berpikir, serta
8. Nilai-nilai kejujuran yang bisa terukur dapat memadukan proses dan hasil
ketika UKK e-learning yang mana pendidikan secara harmonis.
siswa tidak akan bisa mencontek Disinilah SMA Plus Muthahhari
dengan itu. EK menambahkan, menjalankan fungsinya sebagai lembaga
pertimbangann nilai moralnya dalam pendidikan yang tidak hanya memberikan
setiap aktifitas nilai-nilai kehidupan kesempatan kepada subjek didik untuk
(LVA) yang dijalankannya adalah mengembangkan pengetahuan. Fungsi
membiarkan kreatifitas siswa penting lainnya ialah menciptakan setting
berkembang lewat X-Day tanpa adanya sosial yang memungkinkan implementasi
intervensi, guru bertindak hanya sebagai pengetahuan yang diperoleh untuk
fasilitator. memecahkan masalah yang ada dalam
Program LVA yang ketiga yaitu masyarakat. Pendidikan yang mengabaikan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan masalah-masalah sosial tidak akan efektif.
Global. Pendidikan nilai moral melalui Oleh karena itu, lembaga pendidikan
program ini difokuskan pada Program seharusnya merupakan contoh kehidupan
Dirasah Islamiyyah yang lebih banyak masyarakat yang ideal.
mengandung unsur muatan LVA langsung Kepribadian jenis ini adalah
kepada nilai sosial jika dibandingkan kepribadian yang ideal dengan
dengan program serupa lainnya. kepemilikian nilai sosial, dimana sejalan
Konten isi program LVA Dirasah dengan penjelasan Mulyana (2011:35)
Islamiyyah mulai dari pengajian di mesjid bahwa “nilai sosial banyak dijadikan
sekitar, membaca doa dan surat yasin pegangan hidup bagi orang yang senang
bersama, berbincang-bincang dengan tokoh bergaul, suka berderma, dan cinta sesama
sukses sebagai motivator, sampai kepada manusia (filantropik)”.
program Spiritual Camp dan Spiritual Work Perubahan sikap yang dijelaskan
Camp serta kunjungan ke panti asuhan – dapat dikategorisasikan sebagai kepribadian
panti jompo dan tempat peribadatan lain filantropik. Yaitu pribadi seseorang yang
yang menerjunkan langsung siswa kepada suka berbuat kebajikan kepada sesamanya.
dimensi nilai sosial yang luas – Kebiasaan berderma, menolong orang lian,

124
dan bersikap kasih sayang terhadap sesama shalat berjama’ah, (3) membaca Surat
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari Yasin dan do’a, (4) pengajian ahad pagi, (5)
kehidupannya. peringatan hari-hari besar Islam, (6)
Isi pendidikan nilai moral melalui Spiritual Camp atau Camping Ruhaniah,
program Living Values Activities pada (7) Spiritual Work Camp, (8) pesantren
dasarnya lebih ditekankan dan ramadhan, (9) Forum Demokrasi (Fordem),
dikembangkan pada bagaimana cara dan (10) dialog dengan tokoh pemikir.
menghantar siswa dalam upaya pemahaman 2. Metode Khusus
diri sendiri, memahami emosi orang lain Keberhasilan untuk menawarkan
sehingga dengan bekal pengetahuan akan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan
diri akan mempermudah kemunculan melalui pendidikan nilai moral dipengarui
potensi dan dapat dikembangkan life skill- pula oleh cara penyampaiannya. SMA Plus
nya secara lebih lanjut. Muthahhari dalam melaksanakan
pendidikan nilai moral melalui program
Metode Pendidikan Nilai Moral Melalui Living Values Activities menggunakan
Program Living Values Activities (LVA) model penyampaian gabungan yaitu
Dalam Pengembangan Karakter Siswa gabungan antara model sebagai mata
SMA Plus Muthahhari Bandung pelajaran tersendiri dan model terintegrasi
Pada dasarnya pendidikan karakter dalam semua bidang studi. Suparno, Dkk
siswa diperoleh dan terintegrasi dalam (2000:44) menjelaskan keunggulan
setiap mata pelajaran. Mengenai hal ini penggunaan model gabungan: “Siswa
Komalasari (2012:249) menjelaskan bahwa mengenal nilai-nilai kehidupan untuk
“... each student should get character membentuk pekerti mereka dapat secara
education through integration in each informatif dan diperkuat dengan
subject influenced by learning model pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang
started from material, model, media, terencana dengan baik”.
learning source and learning evaluation”. Pertama, sebagai mata pelajaran
Dengan begitu dapat dipahami bahwa tersendiri, Life Skill yang disampaikan
model pembelajaran yang meliputi materi, dengan materi lebih terfokus dan terencana
model, media, sumber pembelajaran, dan dengan matang menjadikan pelajaran lebih
evaluasi pembelajaran begitu menentukan terfokus dan terukur sebagai informasi. Dua
keberhasilan upaya pengembangan karakter jam pelajaran dalam satu minggu adalah
siswa. Dalam upaya tersebut SMA Plus waktu yang sudah ditentukan sebagai
Muthahhari mengintegrasikan masing- kesempatan untuk memberikan informasi
masing komponen pembelajaran ke dalam secara pasti. Guru dan siswa dapat
hal-hal sebagai berikut: membuat perencanan dan mempunyai
1. Metode Umum banyak kesempatan untuk mengembangkan
Upaya pembinaan nilai moral murid kreativitasnya dalam Life Skill.
dan guru SMA Plus Mutahhari berdasar Kedua, sebagai model terintegrasi
pada nilai religiusitas yang menjadi acuan
dalam semua bidang studi. Dengan model
nilai moral utama. Disadari oleh SMA Plus ini pendidikan nilai moral disampaikan oleh
Muthahhari bahwa pembinaan keimanan setiap guru mata pelajaran dengan
dan ketaqwaan tidak cukup hanya dengan memilah-milah nilai moral yang akan
pemberian bekal materi pengetahuan agama ditanamkan melalui beberapa pokok atau
saja. Disamping struktur ilmu agama yang subpokok bahasan yang berkaitan dengan
perlu dikuasai, pembersihan jiwa juga perlu nilai-nilai kehidupan. Dengan model seperti
ditanamkan secara berkelanjutan. ini, semua guru adalah pengajar nilai moral
Berdasarkan pertimbangan itulah SMA Plus
tanpa terkecuali.
Muthahhari mengadakan pembinaan Selain model penyampaian, pada
spritual yaitu: (1) tadarus Al-Qur’an, (2) metode umum pendidikan nilai moral

125
melalui program Living Values Activities ini teguran SMA Plus Muthahhari yang pada
juga tak kalah penting adalah metode pelaksanaannya lebih disesuaikan dengan
penyampaian. Metode menyangkut cara jenis pelanggaran.
pendekatan dan penyampaian nilai-nilai 4) Pengkondisian Lingkungan
kehidupan yang akan ditawarkan dan SMA Plus Muthahhari menciptakan
ditanamkan dalam diri siswa. Beberapa lingkungan fisik, psikologis dan sosial yang
metode penyampaian yang teridentifikasi menyenangkan. SMA Plus Muthahhari
dari hasil penelitian dan didukung oleh menata lingkungan fisik yang
pendapat Suparno Dkk (2000:45-52) adalah menyenangkan murid. Ruang kelas
: “(1) metode demokratis, (2) metode dilengkapi AC, hiasan dinding yang indah
pencarian bersama, (3) metode siswa aktif, dipandang serta hiasan-hiasan lain hasil
(4) metode keteladanan, dan (5) metode kreativitas siswa, serta musik Barouque
Live In, (6) metode penjernihan nilai. yang mampu mengendurkan saraf-saraf
3. Integrasi Pendidikan Nilai Moral mengalun sayup-sayup selama kegiatan
Zuriah (2008:86-88) menerangkan belajar berlangsung. Kursi belajar yang bisa
bahwa pendidikan nilai moral dilingkungan digeser dengan fleksibel, sehingga
persekolahan dapat dilakukan dengan memudahkan murid untuk meluruskan kaki
berbagai strategi pengintegrasian antara lain dan bergerak.
sebagai berikut: 5) Kegiatan Rutin
a. Pengintegrasian dalam Kehidupan Kegiatan ini dimaksudkan sebagai
Sehari-hari kegiatan pembiasaan yang dilakukan
Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terjadwal seperti upacara bendera, senam,
dilakukan melalui cara: pemeliharaan kebersihan kelas sebelum dan
1) Kegiatan Keteladanan atau Contoh sesudah belajar dan kesehatan diri, dan
Kegiatan keteladanan SMA Plus ibadah khusus keagamaan bersama; seperti
Muthahhari berlangsung meliputi setiap membaca Al-Qur’an pada jam pertama
sendi aktifitas sekolah. Termasuk ke dalam sebelum memulai pembelajaran, berdoa
program pengembangan diri yang tidak sebelum dan sesudah belajar dan shalat
terprogram, program ini didefinikan sebagai Dzuhur berjamaan dan kuliah tujuh menit
kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari (kultum) secara bergiliran.
seperti berpakaian rapih, berbahasa yang b. Pengintegrasian dalam Program yang
baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan Telah Diprogramkan
atau keberhasilan orang lain, dan datang Berikut beberapa kegiatan yang
tepat waktu. sedang dilakukan SMA Plus Muthahhari
2) Kegiatan Spontan untuk mengintegrasikan karakter atau
Sebagai bagian dari program perilaku minimal seperti taat kepada ajaran
pengembangan diri tidak terprogram, agama, toleransi, disiplin, tanggungjawab,
kegiatan spontan dimaksudkan sebagai kasih sayang, gotong royong,
kegiatan tidak terjadwal dalam kegiatan kesetiakawanan, hormat menghormati,
khusus seperti pembentukan perilaku sopan santun, dan jujur dalam program
memberi salam, membuang sampah pada kegiatan yang terencana yang mencakup
tempatnya, antri, dan mengatasi silang unsur religiusitas, intelegensi, dan
pendapat atau pertengkaran. kreativitas.
3) Teguran
Proses Pendidikan Nilai Moral Melalui
Guru perlu menegur siswa yang
Program Living Values Activities (LPA)
melakukan perilaku buruk dan
Dalam Pengembangan Karakter Siswa
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-
SMA Plus Muthahhari
nilai yang baik sehingga guru dapat
membantu mengubah tingkah laku mereka. Merujuk kepada kajian tahapan
Terdapat klasifikasi pemberian bentuk pengembangan strategi pembelajaran nilai

126
menurut Kniler dalam Mulyana (2011:105), dalam belajar. Kebijakan yayasan
maka proses pendidikan nilai moral melalui memberikan porsi lebih banyak pada
program Living Values Activity meliputi pembekalan kemampuan menghadapi hidup
tahapan : yang sekolah rumuskan bersama yayasan
mengenai nilai apa saja yang kemudian
1. Value Identification (identifikasi
harus dikembangkan guna kepentingan
nilai). Pada tahapan ini, nilai
mengajarkan siswa cara untuk mereka
yang menjadi target
belajar secara efektif dan efisien dengan
pembelajaran perlu diketahui
memahami modalitas belajar dan
setiap siswa.
kecerdasan apa yang mereka miliki.
2. Activity (kegiatan). Pada tahap
Pada hari pertama masuk sekolah
ini siswa dibimbing untuk
siswa disuguhi sederetan test mengenai
melakukan tindakan yang
kelebihan dan kekurangan diri. Hasil test ini
diarahkan pada penyadaran nilai
kemudian dipergunakan untuk mengetahui
yang menjadi target
apa saja kelebihan dan kelemahan siswa,
pembelajaran.
kecenderungan nilai yang dianut, dan untuk
3. Learning Aids (alat bantu
mengetahui tipe kecerdasan, potensi, minat
belajar). Alat bantu adalah benda
dan bakat siswa untuk kemudian dijadikan
yang dapat memperlancar proses
bahan pertimbangan pola pengajaran dan
belajar nilai. Seperti ceritera,
bentuk kegiatan seperti apa yang akan
film, atau benda lainnya yang
dilaksanakan. Hal ini membuktikan jika
sesuai dengan topik nilai.
atas dasar prinsip psikologis yang
4. Unit Interaction (interkasi
memandang bahwa setiap manusia
kesatuan). Tahapan ini
mempunyai kecerdasan dan minat yang
melanjutkan tahapan kegiatan
berbeda-beda, SMA Plus Muthahhari
dengan semakin memperbanyak
memberikan pelayanan terhadap murid
strategi atau cara yang dapat
sesuai dengan potensinya.
menyadarkan siswa terhadap
Keyakinan nilai siswa yang dinamis
nilai.
dan tidak menutup kemungkinan akan
5. Evaluation Segment (bagian
perubahan pertambahan nilai yang
penilaian). Tahapan ini
terinternalisasi, menjadikan proses
diperlakukan untuk kemajuan
identifikasi nilai dilaksanakan setiap
belajar nilai melalui penggunaan
semester dengan pemberian angket untuk
beragam teknik evaluasi nilai.
memetakan posisi nilai siswa.
Gagasan tersebut di atas bukan Tujuan akhir dari tahap identifikasi
sekedar gagasan kreatif dalam merancang nilai ini terutama adalah terbentuknya sikap
tahapan-tahapan pembelajaran nilai, tetapi Self Awarness dan Social Awarness.
lebih dari itu, di dalamnya menyiratkan Apabila Self Awarness dan Social Awarness
adanya “keyakinan” bahwa nilai dapat dapat terlampaui oleh siswa, maka siswa
dikembangkan melalui aktivitas nilai diyakini akan memiliki relationship
kehidupan yang melibatkan berbagai management yang baik, memiliki semangat
komponen pendidikan mulai dari tahapan dalam menghadapi kehidupan, kematangan
awal pengidentifikasian nilai sampai sebagai makhluk spiritual, dan mengetahui
kepada tahap evaluasi yang dilakukan siswa konsep kesuksesan dalam diri.
bersama-sama dengan orang dewasa. 2. Activity (Kegiatan)
1. Value Identification (Identifikasi Nilai) Sebagai tindak lanjut dari tahap
Proses identifikasi nilai oleh siswa identifikasi nilai, tahap ini dilaksanakan
terjadi komprehensif pada setiap aktifitas dengan keterlibatan dan peran aktif siswa
yang dilaksanakan. Hal ini yang kemudian sepenuhnya dimana mereka dapat
memunculkan sikap dan kebiasaan baik mengolah nilai-nilai kehidupan dalam

127
bentuk aktivitas positif dengan tetap e. Program kegiatan nilai kehidupan yang
mendapatkan pengawasan orang dewasa. dapat meningkatkan inteligensi,
Untuk meningkatkan kualitas lulusan SMA kreativitas dan pembinaan akhlak,
Plus Muthahhari, diadakan beberapa f. Komite Sekolah yang mendukung dan
aktifitas syarat pendidikan nilai moral dapat bekerja sama dalam
diantaranya: melaksanakan kegiatan pendidikan nilai
a. Karya Tulis Ilmiah untuk semua murid moral melalui program Living Values
kelas XII, Activities,
b. Kegiatan-kegiatan outdoor untuk g. Historis agama islam. SMA Plus
menambah wawasan atau pengetahuan, Muthahhari berasal dari sebuah
meningkatkan empati dan mengasah pesantren yang membimbing santri
kecerdasan majemuk murid, untuk belajar pada waktu liburan, dan
c. Secara khusus melaksanakan kegiatan h. Misi yang sinergis dengan motto Kota
ritual keagamaan untuk meningkatkan Bandung yaitu Bandung sebagai Kota
keimanan kepada Allah SWT dan Agamis.
kecintaan kepada Nabi Muhammad 4. Unit Interaction (Unit Interkasi)
SAW dan keluarganya yang suci. Unit interaksi nilai yang berperan
Untuk menunjang aktivitas tersebut, sebagai strategi penyadaran nilai siswa
Kurikulum SMA Plus Muthahhari, pada sisi yaitu melalui program Life Skill, X-Day,
kegiatan belajar mengajarnya menekankan dan Dirasah Islamiyyah. Dalam
kepada beberapa pendekatan, yaitu pengembangannya, unit interaksi ini
pendekatan Multiple Intelligences melebar ke dalam program-program non
(Kecerdasan Majemuk), pendekatan belajar akademik seperti diantaranya : (1) Latihan
aktif, penanaman nilai/jiwa kewirausahaan Dasar Kepemimpinan (OSIS), (2) Pramuka,
dan Pendidikan Budaya dan Karakter (3) Paskibra, (4) Kesenian, (5). Olahraga,
Bangsa. (6) Computer Club, (7). MAT (Muthahhari
3. Learning Aids (Alat Bantu Belajar) Adventure Team), (8) MRT (Muthahhari
Beberapa alasan diadakannya Rescue Team), (9) Film Muter dan
Pendidikan Nilai Moral melalui program Broadcast Club, dan (10) Cermin Ide.
Living Values Activities beberapa 5. Evaluation Segment (Bagian Penilaian)
diantaranya adalah ketersediaan alat bantu Untuk memahami Evaluation
yang mendukung berjalannya program. Segement, berikut ini adalah ketentuan
Lebih jelasnya SMA Plus Muthahhari evlaluasi yang diterapkan oleh SMA Plus
memiliki hal-hal yang mendukung sebagai Muthahhari:
berikut : a. Metode kualitatif dapat dilakukan
a. Visi dan Misi yang berorientasi kepada melalui professional judgement oleh
peningkatan inteligensi , kreativitas dan guru dengan mempertimbangkan
pembinaan akhlak, kemampuan akademik dan pengalaman
b. Sumber Daya Manusia / Guru nilai pendidik mengajar mata pelajaran di
moral yang cukup banyak dan sekolahnya. Metode ini dilakukan
memadai, dengan cara memberikan justifikasi
c. Sarana dan prasarana yang menunjang terhadap indikator pencapaian yang
kegiatan nilai-nilai kehidupan (Mesjid terdapat pada kompetensi dasar dengan
dan masyarakat yang mendukung dan memperhatikan kompleksitas, daya
dapat bekerja sama dalam kegiatan- dukung, dan intake siswa dengan hasil
kegiatan Living Values Activities), tinggi, sedang, dan rendah;
d. Biaya yang cukup untuk membiayai b. Metode kuantitatif dilakukan melalui
kegiatan pendidikan nilai moral, analisis ketuntasan belajar minimal
pada setiap indikator dengan
memperhatikan tingkat kompleksitas,

128
daya dukung, dan intake siswa untuk e. Kemampuan (intake) rata-rata peserta
mencapai ketuntasan kompetensi dasar didik atau kompetensi awal peserta
setiap indikator, KD, dan SK dengan didik yang dapat dimanfaatkan dalam
menggunakan poin/ skor atau skala/ mencapai kompetensi dasar (KD) dan
rentang yang telah ditetapkan (Panduan Standar Kompetensi (SK) yang telah
Penetapan Kriteria Ketuntasan ditetapkan dalam jangka waktu
Minimal, Direktorat Pembinaan `tertentu.
Sekolah Menengah Atas); a) Untuk kelas X, kemampuan rata-
c. Tingkat kompleksitas adalah tingkat rata peserta didik dapat didasarkan
kesulitan/ kerumitan setiap indikator, pada hasil seleksi pada saat
kompetensi dasar dan standar penerimaan peserta didik baru, nilai
kompetensi yang harus dicapai oleh ujian nasional, rapor SMP, tes
peserta didik. Sebagai contoh, suatu seleksi masuk atau psikotes;
indikator dikatakan memiliki tingkat b) penetapan intake di kelas XI dan
kompleksitas tinggi apabila dalam XII berdasarkan kemampuan peserta
pencapaiannya perlu didukung oleh didik di kelas sebelumnya dengan
komponen dengan sejumlah kondisi selalu mempertimbangkan
sebagai berikut: keterkaitan antara indikator dengan
1) Pendidik : (1) memahami dengan indikator sebelumnya yang telah
benar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. (Panduan
dibelajarkan pada peserta didik; (2) Penetapan Kriteria Ketuntasan
kreatif dan inovatif dengan metode Minimal. Direktorat Pembinaan
pembelajaran yang bervariasi; dan Sekolah Menengah Atas, BAB III,
(3) menguasai pengetahuan dan Butir C.3);
kemampuan sesuai bidang yang f. Guru melakukan analisis pencapaian
diajarkan. KKM setiap peserta didik setelah
2) Peserta didik : (1) kemampuan menyelesaikan penilaian pada setiap
penalaran tinggi; (2) cakap/terampil indikator dan KD untuk memperoleh
menerapkan konsep; dan (3) data tingkat pencapaian peserta didik
cermat, kreatif, dan inovatif dalam terhadap KKM yang telah ditetapkan.
penyelesaian tugas/pekerjaan; Hasil analisis tersebut dijadikan acuan
3) Waktu : memerlukan waktu yang bagi guru untuk melaksanakan program
cukup lama untuk memahami tindak lanjut berupa:
materi tersebut sehingga dalam a) Pembelajaran remedial dan atau
proses pembelajarannya pengayaan,
memerlukan pengulangan. b) Perbaikan metode/strategi
d. Daya dukung, adalah segala sumber pembelajaran, dan
daya dan potensi yang dapat c) Pertimbangan dalam penetapan
mendukung penyelenggaraan KKM tahun berikutnya.
pembelajaran seperti sarana dan
prasarana meliputi perpustakaan, Hal-Hal Yang Menjadi Kendala Dalam
laboratorium, dan alat/bahan untuk Pendidikan Nilai Moral Melalui
proses pembelajaran, ketersediaan Program Living Values Activities (LVA)
tenaga pendidik dan tenaga Dalam Pengembangan Karakter siswa
kependidikan, manajemen sekolah, dan SMA Plus Muthahhari Bandung
kepedulian stakeholders sekolah Kehidupan modern mengisyaratkan
(Panduan Penetapan Kriteria separatisme antara unsur moralitas dengan
Ketuntasan Minimal, Dit. P-SMA BAB
unsur kehidupan lainnya, termasuk
III); pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Suriasumantri dalam Mulyana (2011:74)

129
menyatakan bahwa “Ilmu tercerai dari Pendapat tersebut sekiranya dapat
moral, moral tercerai dari seni, seni tercerai menjelaskan kendala komunikasi antara
dari ilmu, dan seterusnya”. Hal ini pula lah pihak sekolah dengan wali siswa yang
yang menjadikan pembentukan manusia dialami oleh SMA Plus Muthahhari. Siswa
menjadi tidak utuh. sebagai seorang individu yang berasal dari
Dalam permasalahan seperti ini, bentukan keluarga dan masyarakat yang
upaya penanggulangan yang dipandang berbeda-beda, pada dasarnya harus
paling tepat adalah dengan menghidupkan menerima segala nilai kehidupan yang telah
kembali apa yang dinamakan pendidikan dikembangkan di SMA Plus Muthahhari.
nilai moral terutama nilai-nilai yang sarat Namun pada pelaksanaannya,
akan kehidupan siswa. ketidaksepahaman dalam melaksanakan
Berbeda dengan model serupa yang program yang telah dirancang berdasarkan
dilaksanakan di institusi pendidikan lain, pendataan kepercayaan nilai siswa tadi
kelemahan dari pendidikan nilai moral yang terganggu oleh kondisi luar. Misalnya pihak
menuntut budi pekerti ketat sehingga keluarga yang masih memberi toleransi
cenderung lebih banyak menyentuh aspek kepada anaknya untuk tidak harus
kognitif saja tidak dialami oleh SMA Plus mengikuti aturan sekolah karena adat
Muthahhari. Hal ini dikarenakan sistem budaya dimana keluarga ia dibesarkan
evaluasi yang dilaksanakan bukan sebagai adalah berbeda. Kemudian dari pihak
hasil evaluasi dangkal sesaat yang bisa masyarakat sekitar, dengan pergaulan yang
ditaksisr dengan pertanyaan test kognitif. semakin modern sedikit banyak akan
Lebih dari itu, evaluasi dilakukan secara mempengaruhi pola inteksis siswa SMA
berkelanjutan dilihat dari perkembangan Plus Muthahhari yang senantiasa terbuka
moralitas siswa dalam jangka waktu yang terhadap informasi.
lama. Permasalah lain adalah terkait
Namun demikian, penggunaan alokasi waktu. Alokasi waktu Life Skill
model gabungan pada pelaksanaan yang hanya 2 jam per minggu dirasakan
pendidikan nilai moral ini tetap dihadapkan belum cukup. Pendidikan Nilai Moral
pada suatu permasalahan yaitu sisi melalui program Living Values Activities
kelemahan yang dimiliki oleh model adalah sebuah proses sehingga tidak bisa
gabungan yang tetap saja tidak bisa efeknya dapat langsung dirasakan. Jarang
dihindari. Zuriah (2008:91) menjelaskan siswa yang diberikan suatu nilai dan
kelemahan tersebut dapat berupa “Tuntutan langsung tersadar. Ditambah dengan
keterlibatan banyak pihak, waktu, biaya dan permasalahan beberapa mata pelajaran
kesepahaman yang mendalam, tidak semua tanpa adanya PNM menjadikan motivasi
guru mempunyai kompetensi dan siswa redah karena tidak mengertinya
keterampilan untuk penanaman nilai ini. mereka kegunaan mempelajari sesuatu bagi
Hal ini harus diterima dan diakui sebagai kehidupannya. Selain itu, guru belum 100
kenyataan”. Kelemahan ini diamini oleh % seperti apa yang diharapkan oleh
Wahyu (2011:143) yang berdasarkan Muthahhari, dan ada beberapa kondisi rigid
penelitiannya diketahui bahwa “Para yang susah untuk dikendalikan sehingga
pendidik belum mampu untuk peraturan “dapat dilanggar” dalam arti lain.
mengindentifikasi nilai-nilai apa yang
Tindak Lanjut Dalam Menangani
terkandung dalam setiap pengetahuan, dan
Kendala Pendidikan Nilai Moral Melalui
bagaimana cara menginternalisasi nilai-nilai
Program Living Values Activities (LVA)
tersebut kepada peserta didik”, sehingga
Dalam Pengembangan Karakter Siswa
nilai-nilai tersebut dapat menjadi landasan
SMA Plus Muthahhari Bandung
dalam bersikap dan bertindak dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mengenai tindak lanjut
permasalahan yang dihadapi dalam upaya

130
pendidikan nilai moral melalui program nilai kebajikan antar satu agama dengan
Living Values Activities, cara agama lainnya dapat bertemu sebagai
pengembangan karakter siswa yang baik kebenaran yang objektif”. Dengan adanya
adalah dengan membiarkan mereka nilai intrinsik atas nilai-nilai lainnya,
menganalisis sendiri suatu nilai dengan pendidikan nilai moral yang senantiasa
terjun secara langsung ke dalam suatu dihadapkan kepada berbagai macam
kondisi, merasakan realita kehidupan kendala nilai menjadi memiliki acuan nilai
disamping dengan pembekalan pemahaman pokok. Aspek religiusitas kemudian
di kelas. Sebagaimana Sulistyaningrum dilaksanakan dengan metode paksaan,
menjelaskan (2012:208) bahwa “pendidikan karena peraturan sekolah dibuat bukan
karakter harus mampu menyukseskan proses tanpa alasan melainkan bersumber dari
internalisasi nilai-nilai moral. Jadi, ‘bukan
perintah Allah SWT yang terdapat di kitab
sekadar mengetahui mana yang baik dan
suci Al-Qur’an dan hadits.
buruk’”.
Hal ini sesuai dengan tujuan LVA Sebagai solusi lebih lanjut, pihak
yang dipaparkan oleh Pamela, E. & sekolah memperlihatkan sikap saling
Waruwu, F.E. (2006:14) dimana ia menjaga antara pergaulan laki-laki dan
menjelaskan bahwa “LVEP memiliki perempuan, tidak melakukan kontak fisik
asumsi yaitu mengubah tingkah laku dengan lawan jenis, dan guru juga sama-
seseorang menjadi ke arah yang lebih sama menerapkan aturan yang diberlakukan
positif melalui teori behavioristik”. Guru- pada siswa tersebut, membatasi konsep
guru dituntut untuk open minded dengan mitra untuk menjaga sikap siswa tetap
berbagai perubahan yang ada, terbuka akan sopan, dimana mereka tetap terbuka dengan
kesempatan-kesempatan menambah kita dan kita terbuka dengan mereka.
wawasan dunia pendidikan baru dengan
strategi-strategi yang lebih mutakhir, dan Subur (2007:1) menjelaskan
mau berkreativitas memberikan pelayanan bahwa “dengan pendidikan yang sangat
terbaik kepada murid. Disamping itu, menekankan pada aspek nilai
terdapat keteladanan hidden curriculum diharapkan akan lahir manusia yang
yang dilaksanakan oleh setiap guru, berbagi memiliki sensitivitas tinggi terhadap
pengalaman pembelajaran dengan nilai- penegakan nilai-nilai kebenaran,
nilai kehidupan, adanya forum-forum rapat keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan
mengenai pelayanan pembelajaran yang yang merupakan nafas (ruh) dalam
tidak hanya kognitif, serta setiap guru harus kehidupan manusia di bumi ini”.
memberikan pelayanan dengan muatan Akademisi SMUTH harus terus
nilai-nilai kehidupan. menanamkan nilai-nilai kebaikan karena
Menjadi kunci utama PNM di sini EK menyadari betul bahwa siswa adalah
adalah penerapan multipple intelligences titipan dari orang tua. Dibuatlah banyak
pada siswa dengan pertimbangan setiap pengajian-pengajian di sekolah agar
manusia memiliki kecerdasan yang kehidupan sekolah dan siswa dipenuhi
berbeda-beda. Guru dituntut untuk dapat rahmat. EK dan guru-guru lainnya juga
bersikap legowo, guru harus terus belajar memberi solusi dan mengingatkan siswa
mengidentifikasi dan mengkaji setiap secara terus-menerus, mengadakan
kejadian, telaah ulang, evaluasi dan kerjasama dengan kosan, membuat kontrak
penciptaan kebijakan yang baru karena di kesepakatan baru, dan mengadakan home
SMA Plus Muthahhari segala sesuatu itu visit.
dapat dengan cepat berubah dengan sifat Komunikasi menunjukkan
dasarnya yang sangat dinamis. kebersamaan, pertemanan dan keadilan,
Mulyana (2011:29) menjelaskan berbagi dengan yang lain. Berry dalam
“Nilai intrinsik merupakan nilai yang paling Rivaie, W.H. (2010:94) menjelaskan
esensial. Dalam nilai-nilai intrinsik inilah,

131
keutamaan komunikasi dengan terdiri dari metode umum melalui
mendeksripsikannya “... communication is program pembinaan dan metode khusus
talk together, confer, discourse, and consult melalui model mata pelajaran tersendiri
with another”. Esensi komunikasi yang (Life Skill) dan model terintegrasi pada
disampaikan oleh Berry memiliki semua mata pelajaran. Sementara itu,
kesesuaian dengan tindak lanjut terakhir beberapa metode penyampaian nilai
mengenai penggunaan metode gabungan moral yaitu berupa metode demokratis,
disamping kelemahan yang dimilikinya, metode pencarian bersama, metode
model penyampaian gabungan yang dianut siswa aktif, metode keteladanan,
oleh SMA Plus Muthahhari menjadikan metode Life In, dan metode penjernihan
penanaman nilai menjadi komprehensif dan nilai.
melibatkan semua pihak. 3. Proses pendidikan nilai moral melalui
Wening (2012:56) menjelaskan program Living Values Activities (LVA)
bahwa “Seseorang akan menjadi pribadi dalam pengembangan karakter siswa
yang berkarakter apabila dapat tumbuh SMA Plus Muthahhari Bandung
pada lingkungan yang berkarakter. meliputi lima tahapan yaitu Value
Tentunya ini memerlukan usaha secara Identification (Identifiaksi Nilai),
menyeluruh yang dilakukan semua pihak”. Activity (Kegiatan), Learning Aids (Alat
Tidak ada tugas pendidikan nilai moral Bantu Pembelajaran), Unit Interaction
yang ditumpukan pada satu orang guru nilai (Unit Interaksi), dan Evaluation
moral (Life Skill). Mereka memiliki rasa Segment (Bagian Penilaian).
moralitas tinggi untuk tidak melepaskan 4. Hal-hal yang menjadi kendala dalam
tanggung jawab pendidikan karakter siswa. pendidikan nilai moral melalui program
Guru bidang studi lain memberikan Living Values Activities (LVA) dalam
kontribusi pendidikan nilai moral yang pengembangan karakter siswa SMA
diintegrasikannya ke dalam masing-masing Plus Muthahhari Bandung adalah
mata pelajaran yang diampu sehingga hal rumitnya pengukuran keberhasilan
ini dapat menghindarkan sifat bidang studi penanaman nilai moral pada diri siswa,
pendidikan nilai moral yang hanya sebatas penerapan aturan nilai moral yang tidak
pengetahuan dangkal dan gagal. dapat sempurna dilaksanakan akibat
komunikasi pihak sekolah dengan pihak
SIMPULAN luar yang tidak selalu berjalan dengan
baik, dan pengalokasian waktu
Beberapa kesimpulan pokok dari
pendidikan nilai moral yang kurang
hasil penelitian ini dapat dikemukakan
memadai.
sebagai berikut:
5. Tindak lanjut dalam menangani kendala
1. Isi pendidikan nilai moral melalui
pendidikan nilai moral melalui program
program Living Values Activities dalam
Living Values Activities (LVA) dalam
pengembangan karakter siswa SMA
pengembangan karakter siswa SMA
Plus Muthahhari Bandung terdiri dari
Plus Muthahhari Bandung yaitu dengan
tiga program utama sebagai bentuk
membawa siswa pada kondisi nyata
pengembangan dari visi misi sekolah
yang berbeda dengan kesehariannya,
yaitu (1) Program Pengembangan Diri
mengadakan evaluasi berkelanjutan
atau Life Skill; (2) Program X-Day; dan
dilihat dari perkembangan moralitas
(3) Program Pendidikan Berbasis
siswa, memperbaiki komunikasi antar
Keunggulan Lokal Khas SMA Plus
berbagai pihak, dan mengoptimalkan
Muthahhari (Dirasah Islamiyyah).
kualitas pendidikan nilai moral.
2. Metode pendidikan nilai moral melalui
program Living Values Activities (LVA)
dalam pengembangan karakter siswa
SMA Plus Muthahhari Bandung yaitu

132
DAFTAR RUJUKAN Value : An Education Progam)
Dalam Meningkatkan Harga Diri
Buku : Remaja Akhir. Jurnal Provitae,
2(1), hlm. 12-20.
Darmadi, H. (2009). Dasar Konsep Putri, N.A. (2011). Penanaman Nilai-Nilai
Pendidikan Moral. Bandung: Pendidikan Karakter Melalui
Alfabeta. Mata Pelajaran Sosiologi. Jurnal
Lickona, T. (2008). Pendidikan Karakter, Komunitas, 3(2). Hlm 205-2015
Panduan Lengkap Mendidik Rivaie, W.H. (2010). Membina Nilai Moral
Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Sosial Budaya Indonesia di
Bandung : Penerbit Nusa Media. Kalangan Remaja. Jurnal
Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Sosiologi dan
Pendidikan Nilai. Bandung : Humaniora. 1(1), hlm. 89-105.
Penerbit Alfabeta. Subur (2007). Pendidikan Nilai : Telaah
Suparno, P. Dkk (2002). Pendidikan Budi Tentang Model Pembelajaran.
Pekerti di Sekolah, Suatu Jurnal Pemikiran Alternatif
Tinjauan Umum. Yogyakarta : Pendidikan. 12(1), hlm. 3-26.
Kanisius. Sulistyaningrum (2012). Implementasi
Zuriah, N. (2008). Pendidikan Moral dan Pendidikan Karakter Dalam
Budi Pekerti Dalam Perspektif Pembelajaran Matematika.
Perubahan: Menggagas Platform Prospektus Jurnal Ilmiah Unirow
Pendidikan Budi Pekerti Secara Tuban. 10(2), hlm. 206-215.
Kontekstual dan Futuristik. Wahyu (2011). Masalah dan Usaha
Jakarta: Bumi Aksara. Membangun Karakter Bangsa.
Jurnal Komunitas, 3(2), hlm 138-
Jurnal : 149.
Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Wening, S. (2012) Pembentukan Karakter
Karakter Dalam Pembelajaran Bangsa Melalui Pendidikan Nilai.
Pendidikan Kewarganegaraan Jurnal Pendidikan Karakter,
Untuk Mengembangkan Karakter II(1), hlm 55-66.
Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Wiyono, H. (2012). Pendidikan Karakter
Sosial (JPIPS). 23(1), hlm, 80-87. Dalam Bingkai Pembelajaran Di
Ibrahim, R.(2007). Pendidikan Nilai Sekolah. Jurnal Ilmiah Civis, II
dalam Era Pluralitas : (2), hlm 1-18.
Membangun Solidaritas Sosial.
Insania, 12(3), hlm.1-11.
Komalasari, K. (2012). The Living Values-
Based Contextual Learning To
Develop The Students' Character.
Journal of Social Sciences, 8 (2),
hlm. 246-251.
Komariah, S.K. (2011). Model
Pendidikan Nilai Moral Bagi
Para Remaja Menurut
Perspektif Islam. Jurnal
Pendidikan Agama Islam-
Ta’lim, 9(1), hlm. 45-54.
Pamela, E. & Waruwu, F.E. (2006).
Efektivitas Living Value
Education Program (Living

133

You might also like