Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The concept of choosing a life partner for young people today needs more attention. Incorrect
selection will lead them to circumstances and family situations that are certainly not based on the
Word of God. The planting of children's faith must begin at an early age so that it can become a
guide for them when they grow up and start thinking about family life. The basics and criteria in
choosing a marriage partner according to Christian teachings must be planted in children so that
wherever they are or whatever environment they are in, they are still able to hold and have a
principle of choosing the right life partner according to the Bible. , The family is a fellowship
consisting of people who are bound by each other by the most close ties of blood and social
relations. How a child grows into adulthood is influenced by the family. Parents must be good
models of Christian faith in order to be effective role models for the internalization of Christian
belief systems, values and patterns of behavior. Parents must first live in truth in order to be a
model of faith for children, in 2 Corinthians 6: 14-15. The Apostle Paul wrote a letter to the
Corinthians about a spouse because there were believers there who had a spouse who did not
believe in Jesus. The Apostle Paul also said that no similarities could be found through marriage
that did not worship the same God.
Keywords: Concepts, Life Partner, Prevention, Interfaith Marriage
Abstrak
Konsep pemilihan pasangan hidup anak-anak muda masa kini perlu lebih diperhatikan. Pemilihan
yang tidak tepat akan membawa mereka kepada keadaan dan situasi keluarga yang pastinya tidak
berlandaskan Firman Tuhan. Penanaman iman anak-anak haruslah dimulai sejak usia dini agar
dapat menjadi pegangan buat mereka apabila dewasa dan mulai memikirkan untuk hidup
berkeluarga. Dasar-dasar dan kriteria-kriteria dalam memilih pasangan hidup menurut ajaran
agama Kristian haruslah ditanam dalam diri anak-anak agar dimanapun mereka berada kelak atau
dilingkungan mana pun mereka, mereka tetap mampu untuk memegang dan mempunyai satu
prinsip pemilihan pasangan hidup yang benar menurut Alkitab. , Keluarga merupakan persekutuan
yang terdiri dari orang-orang yang saling terikat oleh ikatan darah dan perkubungan sosial yang
paling rapat. Bagaimana seorang anak bertumbuh menjadi dewasa dalam iman dipengaruhi oleh
keluarga. Orangtua harus menjadi model yang baik dari iman kristian agar menjadi panutan yang
efektif bagi internalisasi sistem kepercayaan, nilai dan pola tingkah laku kristian. Orangtua harus
terlebih dahulu hidup dalam kebenaran agar dapat menjadi model iman buat anak., dalam 2
Korintus 6 : 14-15. Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus mengenai pasangan
hidup kerana ada orang-orang percaya disana yang mempunyai pasangan yang tidak percaya
kepada Yesus. Rasul Paulus juga mengatakan bahawa tidak ada persamaan yang dapat ditemukan
lewat perkawinan yang tidak menyembah Tuhan yang sama.
Kata kunci: Konsep, Pasangan Hidup, Pencegahan, Perkawinan Beda Agama
46
PENDAHULUAN
Adalah menjadi peranan bagi gereja dan keluarga untuk menanamkan dasar-dasar
perkawinan menurut Alkitab Perjanjian Lama mahupun Perjanjian Baru kepada anak-anak.
Tujuan perkawinan adalah untuk melahirkan keturunan-keturunan ilahi yang serupa dan
segambar dengan Allah .Tuhan menciptakan Adam dan Hawa pada mulanya adalah serupa
dan segambar dengan-Nya. Keturunan ilahi bermaksud keturunan yang menyembah dan
taat kepada Allah yang telah menciptakan segala sesuatu yang dapat kita kenal dalam nama
Tuhan Yesus Kristus.
Perkawinan beda agama bukanlah sebuah perkawinan yang dapat dibanggakan
dalam agama Kristen kerana perkawinan seperti ini telah membawa muda-mudi kristen
menjauhkan dirinya dari persekutuannya dengan Allah. Dalam kitab Kejadian menjelaskan
bahawa perkawinan yang diberkati adalah perkawinan yang ditentukan oleh Allah sendiri.
Dimana pasangan itu menjadi pasangan yang seimbang seperti Adam dan Hawa
(Kejadian 2:22-23). Allah sendiri yang telah menempatkan Hawa disisi Adam menjadi
isterinya yang sah dan sebelum mereka melahirkan keturunan, Allah terlebih dahulu
memberkati mereka. Hawa ketika dipersatukan dengan Adam mengenal Tuhan yang juga
dikenal oleh Adam. Disini dapat lihat bahawa keluarga Adam dan Hawa mengenal Tuhan
yang sama. Melalui kitab Kejadian, perkawinan yang diberkati dan diinginkan Tuhan
adalah perkawinan yang mana Allah turut hadir dan berkerja buat keluarga baru yang
dibangun.
Sangat penting buat setiap anak-anak muda Kristian untuk diberi pengajaran-
pengajaran yang benar tentang memilih pasangan hidupnya. beriman kepada Tuhan Yesus
merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki kedua pasangan dalam membangun sebuah
pernikahan supaya keluarga itu berkenan dihadapan Tuhan. Penatalayanan merupakan
bagian dari pelayanan gereja yang sangat penting, gereja harus memberikan pemahaman
menurut agama kristen tentang memilih pasangan karena itu merupakan bagian dari
perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh gereja. Pendidikan ini tidak boleh diabaikan
oleh gereja.1 Dalam kitab Keluaran 34 : 16, dijelaskan apabila bangsa israel mengambil
pasangan perempuan Filistin maka anak-anak lelaki israel akan sujud menyembah dewa
orang filistin. Itulah sebabnya Tuhan melarang bangsa Israel mengambil wanita filistin
menjadi pasangan hidup mereka.
Orangtua juga harus memainkan peranan penting dalam penanaman nilai-nilai
kekristenan dalam diri setiap anak baik laki- laki maupun perempuan. Orangtua dipanggil
untuk menyatakan kasih Allah kepada anak-anak melalui teladan, pengajaran, tuntunan
dalam pelbagai bentuk ibadah keluarga. Kedewasaan rohani ini akan menolong anak dan
memampukan dia untuk mengaktualisasikan imannya dalam kehidupan sehari-hari lebih-
lebih lagi dalam hal memilih pasangan hidup.
1
Agung Gunawan, “Pendidikan Kristen Bagi Kaum Muda : Menjawab Pergumulan Kaum Muda,” Jurnal
Theologia Aletheia 7, no. 12 (2015): 3–12.
47
Pasangan yang tidak seimbang ialah orang yang tidak percaya kepada Kristus dan
meletakkan kepercayaannya kepada ilah-ilah lain. Rasul Paulus menekankan agar jangan
merupakan pasangan yang tidak sama dari segi kepercayaan, iman dan pengharapan. Yang
dimaksudkan disini ialah orang-orang yang bukan menjadi pengikut Kristus dimana
mereka mengadakan hubungan-hubungan dengan ilah-ilah lain dari segi ritual dan
penyembahan berhala dan terlibat langsung dengan kuasa-kuasa kegelapan. Ditekankan
agar semua orang yang percaya termasuk orang Kristen zaman ini juga ditekankan agar
tidak mengikat diri didalam perkawinan dengan orang yang tidak seimbang atau dikenali
sebagai berbeda agama dan kepercayaan. Apabila perbedaan agama ini bersatu didalam
satu keluarga, secara perlahan-lahan orang percaya yang berkahwin dengan orang tidak
percaya ini dengan perlahan-lahan akan mengabaikan ajaran-ajaran Firman sehingga
menjadi durhaka terhadap Tuhan. Allah melarang perkawinan semacam ini kerana akan
dapat menarik orang yang percaya untuk menduakan Tuhan dengan menyembah ilah
pasangan. Ia bertolak belakang dengan tujuan Allah dalam perkawinan manusia iaitu
melahirkan keturunan Ilahi. Bagaimana mungkin dapat melahirkan keturunan Ilahi
sekiranya orangtua tidak mempercayai Allah.
METODE
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Metode Analisa Deskriptif.
Metode Analisis Deskriptif adalah usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data,
kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.2 Selain itu, semua yang dikumpulkan
kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.3 Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut.
Menurut Weber, analisisa isi adalah ilmu yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah pengumpulan. Menurut Hostli bahwa
analisis isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
untuk menemukan karekteristik pesan, dan dilakukan secara objektif.4 Kajian ini
disamping dengan cara analisis isi dapat juga dibandingkan antara satu buku dengan buku
yang lain dalam bidang yang sama,baik berdasarkan perbedaan waktu penulisannya
maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut dalam mencapai sasaran sebagai
bahan yang disajikan kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat tertentu.
2
Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik (Bandung: Tarsita, 1990).139
3
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007).163
4
Ibid.
5
“Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V.”
48
menghalangi agar sesuatu tindakan tidak dilakukan oleh seseorang atau kelompok atau
masyarakat.
Manusia merupakan makhluk sosial dimana tidak dapat hidup secara sendirian dan
memerlukan orang lain sebagai teman dalam meneruskan kehidupan di dunia ini. Sejak
permulaan dunia ini sejak Adam dan Hawa, manusia beranak cucu sehingga pada hari ini.
Perkawinan pada zaman dahulu dan sekarang tidaklah sama. Walaupun tradisi-tradisi dan
simbolik-simbolik dari acara perkawinan itu masih dipegang sehingga kini tetapi secara
umum, perkawinan zaman dahulu bukanlah perkawinan yang tercetus hasil daripada
perasaan cinta dan kasih sayang yang timbul dalam hati kedua mempelai bahkan jauh tidak
mengenal siapa pasangan hidup kerana pemilihan pasangan hidup zaman dahulu adalah
ditentukan sendiri oleh orangtua. Dengan kata lain, pasangan tidak berhak menentukan
apalagi memilih siapa pasangan hidupnya menurut keinginan hatinya, tentu dengan konsep
mencari pasangan seperti ini akan menutup cela mengambil pasangan yang bukan seiman.
Orangtua adalah satu-satunya yang berotoritas untuk menjodohkan anak perempuan
ataupun anak lelakinya kepada orang yang disukainya dalam hatinya tanpa memahami
perasaan dan meminta pendapat anak-anaknya. Tetapi zaman ini bukan lagi demikian,
anak-anak muda masa kini boleh dikatakan bebas untuk menjalin hubungan dengan
siapapun dan bebas untuk memilih pasangan hidupnya dan mengikuti seberapa dalam
cintanya sehingga terkadang mengambil keputusan tanpa melibatkan orangtua, bahkan
mengorbankan agamanya.
Kata “beda agama” berasal dari dua kata iaitu “beda” dan “agama. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, beda bermaksud sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama)
antara benda yang satu dan benda yang lain; ketidaksamaan; selisih. 6 Kata “agama”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. 7
Beda Agama yang dimaksudkan disini ialah agama yang tidak percaya kepada
ketuhanan Yesus atau lebih dikenali sebagai non-Kristian iaitu seperti Buddha, Hindu dan
Islam. Perkawinan beda agama ini berlaku antara seorang yang beragama Kristen dengan
pasangannya yang beragama Non-Kristian. Walaupun pasangan ini tahu mengenai
perbedaan yang ada tetapi mereka tetap mempertahankan perbedaannya itu sebagai
sepasang suami dan isteri dengan tujuan membentuk keluarga bahagia.8 Menurut Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) Bandung Timur, Jerry TP Aruan menegaskan bahawa
pernikahan beda agama bagi pemeluk Kristian sudah jelas hukumnya iaitu tidak diizinkan.
Pernikahan butuh dua syarat yang bersifat absolut iaitu pertama, sudah dibaptis iaitu
upacara menyatakan diri untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Puteri Yanuariska Sari, Jurnal Coping Pada Anak Dalam Perkawinan Beda Agama Di Kacamata
(Kalibawang: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).1
49
peribadi. Kedua ialah sudah melalui tahap katekisasi iaitu kedewasaan iman dalam iman
kekristianan yang meliputi pendalaman Firman Tuhan dan mengenal ajaran kekristianan
secara matang.9
50
menikah dengan non-Kristian karena sudah jelas pasangan non-Kristian ini tidak
seimbang/seiman dalam hal percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Perkawinan Kristian
melambangkan hubungan Kristus dengan jemaat adalah ekslusive dan kudus. Dalam Efesus
5 : 22-33 dijelaskan bahawa sama seperti suami harus mengasihi isteri sama seperti Kristus
dan isteri harus tunduk kepada suami seperti tunduk kepada Kristus.
Menurut David Atkinson sebagaimana dikutip oleh John Scott, menegaskan bahawa
Alkitab menganggap perkhawinan itu sebagai suatu perjanjian yang suci dimana
melibatkan ‘perjanjian Allah’ seperti yang terdapat dalam Amsal 2:17, yaitu ‘yang
meninggalkan teman hidup masa mudanya, dan melupakan perjanjian Allahnya’. Disini
jelas dikatakan bahawa Allah sendiri terlibat dalam perjanjian ini. Allah juga yang
merencanakannya sehingga terbentuknya institusi keluarga serta menjadi saksi bagi lafaz
perjanjian yang dilakukan oleh kedua mempelai.11
11
John Stott, Isu-Isu Global: Menantang Kepemimpinan Kristen (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih
OMF, 1993).393
12
Jane Marlen Makalew, “Akibat Dari Perkawinan Beda Agama Di Indonesia,” Lex Privatum 1, no. 2
(2013): 131–144.
51
kepada anak-anaknya supaya mereka tetap berjalan dalam ketetapan Tuhan.(Ulangan 6 :7 –
15).
13
Weinata Sairin and J.M. Pattiasina, Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan Dalam Perspektif Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996).119
52
mustahil akan mengikuti ajaran agama pasangannya sekiranya pasangan itu lebih dominan
dan kuat dengan pegangan agamanya. Akibatnya akan menjadi pendurhaka kepada Tuhan.
14
Ibid.
15
“Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V.”
53
kudus dan setia maka pasangan dituntut juga bersikap kudus dan setia dalam hal
perkawinan. Keempat, bertekad untuk saling mengasihi didalam Tuhan iaitu menjalani
hari-hari kedepan dengan cinta dan kasih sayang baik suami kepada isteri dan sebaliknya.
Kelima bertekad untuk mendidik anak-anak sesuai kebenaran Firman Tuhan agar
keturunan-kerturunan tetap menyembah Allah yang benar dan menikmati berkat-berkat
yang telah disediakan bagi umat-Nya dan terakhir mengatasi semua persoalan berdasarkan
kebenaran Firman Tuhan dimana memusatkan keputusan-keputusan keluarga baik suka
ataupun duka dalam kendalian Allah.16
16
Samuel T. Gunawan, “Esensi Pernikahan Kristen,” E-Artikel Situs Artikel Kristen Indonesia, last
modified 2013, https://m.artikel.sabda.org/frontpage?page=25&device=mobile.
54
Fredy Simanjutank, Kualitas hubungan suatu keluarga perlu direncanakan dengan tepat,
disusun secara baik, kontekstual, dan terus dievaluasi untuk dapat terus dikembangkan. 17
17
Fredy Simanjuntak, “Problematika Disorganisasi Dan Disharmonisasi Keluarga,” in Keluarga Yang
Misioner, 2018.
18
Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2001).365
19
J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Korintus, 2003 (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, n.d.).10-11
55
Surat kedua yang ditulis oleh Rasul Paulus ini berusaha untuk menjelaskan apa
yang menjadi persoalan masalah jemaat di Korintus akibat daripada tindakannya yang
meninggalkan jemaat Korintus secara terburu-buru disebabkan pertikaian yang terjadi
diantara Rasul Paulus dan golongan yang memfitnahnya iaitu rasul-rasul palsu yang
memberitakan Yesus yang lain dan mengklaim Rasul Paulus sebagai rasul palsu. Menurut
Merrill C. Tenney, para saingan Rasul Paulus yang mengangkat dirinya sebagai “rasul” dan
yang mendapat sokongan dari pihak gereja serta memegahkan nenek moyang Yahudinya
serta kegiatan mereka sebagai pelayan Kristus, menguasai kota Korintus tempat Paulus
memberitakan injil serta merendahkan Paulus di mata anggota jemaat. Ada anggota yang
turut membangkang pelayanan Paulus ternyata belum bertobat. Keadaan ini menyebabkan
Paulus meninggalkan Korintus dan memutuskan untuk tidak kembali sebelum gereja
mengubah sikap mereka.20 Tindakannya meninggalkan ini menimbulkan keragu-raguan
dikalangan jemaat kerana seolah-olah tuduhan itu benar. Tetapi Rasul Paulus menyesali
tindakan itu kemudian hari.
Isi Surat 2 Korintus ini berbeda dengan surat pertamanya kepada jemaat Korintus.
Menurut Merrill C. Tenney, surat 2 Korintus banyak menangani persoalan-persoalan
peribadi jemaat daripada ajaran doktrinal atau peraturan hukum gereja. Paulus banyak
mengungkapkan perasaan peribadinya seperti keinginannya, perasaannya, harapannya dan
rasa kewajibannya kepada jemaat di Korintus.21
20
Ibid.370
21
Ibid.371
22
“Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V.”
56
mana tidak berbuahkan apa-apa kebenaran seperti yang tertulis dalam Efesus 5:11 dan tetap
memegang pada perjanjian Allah. Seharusnya orang percaya tidak memiliki persekutuan
dengan kecemaran-kecemaran yang telah dilakukan mereka. Menurut Bob Utley adalah
seperti berikut: “Orang percaya harus membatasi hubungan peribadi yang paling intim
mereka, dengan sesama orang percaya. Hal ini membantu kita melawan tarikan budaya
kejatuhan untuk menjauh dari Kristus. Iman dalam Yesus dan Roh yang berdiam telah
menyebabkan pemisahan yang tajam dan mendalam dalam keluarga, bisnis, hobi, hiburan
dan bahkan gereja-geraja”23
Meskipun konteks ayat ini bukan berbicara mengenai konteks perkawinan secara
esklusif kerana doktrin Paulus ini sangat umum dan tidak dapat dibatasi dengan hanya satu
konteks sahaja tetapi dalam hal perkawinan juga hal-hal demikian adalah satu larangan
bagi pasangan yang akan meniah karena itu satu perangkap kepada orang percaya dimana
laki-laki dan perempuan akan terjerat dengan perjanjian dengan kuasa-kuasa jahat. Nyata
dikatakan agar tidak mengikat diri dalam satu kuk yang sama, tidak memiliki persekutuan
sama sekali dan tidak bertindak dalam perkerjaan yang sama dengan orang tidak percaya
maka orang Kristian juga tidak boleh mengikat diri dalam perkawinan dengan orang yang
tidak percaya. Jika perkawinan itu tetap dilakukan maka pastilah persekutuan dan
pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan juga akan dilakukan demi satu nama iaitu sebagai
sebuah keluarga. Setiap keluarga pasti punyai prilaku dan kepercayaan yang sama. Oleh
itu, Paulus menegaskan nasihatnya atas dasar yang masuk akal kerana banyak
pertentangan-pertentangan diantara orang percaya dan tidak percaya seperti api dan air
yang tidak bisa bersatu walau bagaimanapun keadaanya. Perkawinan dengan orang tidak
percaya akan membawa kebingungan dan kecemaran-kecemaran dalam diri orang percaya
seterusnya terkontem dengan hal-hal dosa yang dilakukan oleh pasangannya terutamanya
dalam hal menyembah Tuhan yang salah. Ini merupakan penyimpangan iman yang benar-
benar tragis dan orang percaya ditegaskan agar menahan diri dari golongan ini dan terus
menjaga jarak daripada perbuatan-perbuatan dan hubungan-hubungan mereka yang jahat.
Penduduk Korintus berharap agar orang yang telah percaya kepada Yesus dapat tetap hidup
diantara mereka sebagaimana sebelum mereka menjadi bagian dari jemaat.
Eksegesa 2 Korintus 6 : 15
“Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian
bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”
Kata “Persamaan” menurut KBBI dari kata “sama” yang bermaksud serupa; tidak
berbeda; tidak berlainan. Persamaan bermaksud perihal mempersamakan; perbandingan;
perumpamaannya; ibarat; keadaan yang sama atau serupa dengan yang lain; persesuaian.24
23
Bob Utley, Surat-Surat Paulus Kepada Sebuah Gereja Yang Bermasalah: I Dan II Korintus (Texas:
Bible Lesson International Marshall, 2011).353
24
“Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V.”
57
Rasul Paulus bertanya kepada jemaat tentang apa persamaan yang ada antara
Kristus dan Belial. Secara etimologi, kata Belial diambil dari bahasa Ibrani yaitu bel-ee’-al
yang bermaksud tidak berharga atau durhaka. Nama ini juga digunakan untuk memberi
nama kepada Iblis, kepada semua yang jahat.25 Menurut Hitchcock, Roswell D pula Belial
bermaksud yang tidak berguna, hidup secara melulu dengan pelanggaran hukum Allah,
bererti syaitan dan sebagai penjelmaan dari semua yang buruk.26 Musa juga mengambil
kata Belial untuk menunjukkan fikiran-fikiran orang dursila yang penuh dengan kejahatan.
Rasul Paulus mengertikan Belial itu Iblis yaitu Kepala semua orang jahat. Dengan itu
orang Kristian harus menjauhi dan tidak mengambil bagian dengan kehidupan orang-orang
jahat.
Menurut Alkitab Studi, dalam Perjanjian Lama, Iblis adalah “Penuduh” yang
digambarkan sebagai pembuat onar yang menyebabkan Raja Daud menghitung jumlah
orang Israel yang seharusnya menjadi rahasia Tuhan; diizinkan untuk menimbulkan
penderitaan Ayub; Ular yang meyakinkan Adam dan Hawa untuk melanggar perintah
Tuhan; Dalam terjemahan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani ( Septuaginta ), musuh
Tuhan ini disebut Iblis, dari kata “diabolos” yang bererti “penuduh”. Dalam Alkitab Studi
juga menyatakan ada beberapa orang Kristian di Korintus sangat mungkin diundang ke
perayaan-perayaan di kuil-kuil berhala setempat. Makanan dan minuman yang telah
dipersembahkan kepada ilah-ilah ini mungkin dimakan pada saat perayaan-perayaan itu.
Mereka yang mengambil bagian dalam perayaan-perayaan itu menghina Allah dan
membuka dirinya terhadap pencobaan. Ikut makan dan minum, bererti ikut juga
menyembah ilah-ilah tersebut.(1 Korintus 8:1-2; 10:1-22). Rasul Paulus berkata bahwa Roh
Allah hadir dalam setiap pengikut Yesus, sehingga tubuh mereka adalah seperti bait Allah
(1 Korintus3:16). Para pengikut Kristus harus berusaha menghindari hal-hal, seperti
penyembahan berhala, yang dapat membuat hidup mereka tidak bersih Orang percaya
harus berusaha menghindari daripada punya hubungan yang intim/perkawinan dengan
orang yang tidak percaya karena merupakan kekejian bagi Tuhan. Hubungan semacam ini
bisa merusak hubungan orang percaya dengan Allah.
Ketiga. Orangtua khususnya berperan sebagai agen pendidikan bagi anak-anak.
Di dalam perjanjian lama juga ada ditekankan bahawa orangtua berkewajiban untuk
mendidik anak-anak dalam iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Dalam kitab
Ulangan 6 :1-25 mengatakan bahawa umat Tuhan harus berpegang dan menjalankan
hukum-hukum Tuhan. Selain itu ada kewajiban lain yang diperintahkan untuk tetap
dilaksanakan iaitu untuk membicarakannya ( perintah dan ketetapan Allah ) pada waktu
duduk dirumah, sedang dalam perjalanan, sedang berbaring mahupun bangun. Disini kita
melihat ada kewajiban untuk mendidik anak bukan sahaja secara verbal tetapi juga dengan
25
Ronald F. Youngblood, F. F. Bruce, and R. K. Harrison, Nelson’s Illustrated Bible Dictionary Third
Edition (Thomas Nelson Publisher, 1897).
26
Roswell Hitchcock, Entry for Belial. An Interpreting Dictionary of Scripture Proper Names (New York:
A. J. Johnson, 1869).
58
contoh hidup melalui kehidupan mereka bersama-sama dengan anak-anak mereka. Hal ini
menuntut orangtua untuk lebih mendalami dan tahu akan perintah dan ketetapan Tuhan
agar mereka dapat mengajarkannya kepada anak-anak. Adalah menjadi tanggungjawab
orangtua untuk menanamkan nilai-nilai kekristianan dalam diri anak-anak sehingga benar-
benar tertanam didalam hati dan fikiran mereka kerana itulah yang diperintahkan oleh
Tuhan. Dengan pengajaran kepada ketetapan-ketetapan Allah dapat menanamkan iman
anak-anak di dalam Tuhan. Begitu juga dalam hal pemilihan pasangan hidup, orangtua
harus mengajarkan kebenaran Firman Tuhan mengenai konsep pemilihan pasangan hidup
yang benar menurut alkitab dan juga konsep perkawinan dalam agama Kristen kepada
anak-anak jauhari sebagai persediaan dan pendedahan awal mengenai pentingnya
mengetahui dan mempelajari kriteria pasangan hidup yang benar sesuai dengan kebenaran
Firman Tuhan dan mencegah diri dari terjerumus dalam perkawinan beda agama yang
nyatanya bukan berasal dari Allah. Dengan pengajaran Firman Tuhan secara terus-menerus
bermula dari rumah akan membentengi anak muda daripada godaan-godaan yang
menyebabkan jauh dari Kristus terutamanya dalam hal pemilihan pasangan hidup.
Tindakan mencegah juga diperlukan agar kebebasan memilih pasangan hidup itu tidak
terlepas dari standard yang sudah ditetapkan didalam 2 Korintus 6 :14-15.
KESIMPULAN
Agar perkawinan beda agama dapat dicegah haruslah berlandaskan kepada
kebenaran Firman Tuhan seperti yang terdapat dalam 2 Korintus 6 : 14-15. Intinya ialah
pertama, harus memilih pasangan yang seimbang. Pasangan seimbang disini adalah
pasangan yang sama dari segi kepercayaan, iman dan pengharapan kepada Kristus yang
berarti sama-sama memiliki kepercayaan kepada Yesus Kristus atau beragama Kristen.
Kedua, harus memilih pasangan yang hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Pasangan
yang dipilih bukan saja beragama Kristian tetapi juga hidup dengan melakukan kehendak
Allah. Perilaku yang benar dihadapan Tuhan dan memiliki hubungan persekutuan yang
benar dengan kepada Kristus serta percaya bahwa Kristus ialah Tuhan dan Juruselamat
peribadinya.
Dengan mengetahui konsep memilih pasangan hidup seperti diatas, dapat
membantu pihak gereja, keluarga maupun orang percaya secara umum dan khususnya
kaum muda- mudi Kristen dapat mencegah terjadinya perkawinan beda agama.
KEPUSTAKAAN
Brill, J. Wesley. Tafsiran Surat Korintus. 2003. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, n.d.
Gunawan, Agung. “Pendidikan Kristen Bagi Kaum Muda : Menjawab Pergumulan Kaum
Muda.” Jurnal Theologia Aletheia 7, no. 12 (2015): 3–12.
Gunawan, Samuel T. “Esensi Pernikahan Kristen.” E-Artikel Situs Artikel Kristen
Indonesia. Last modified 2013.
https://m.artikel.sabda.org/frontpage?page=25&device=mobile.
59
Hitchcock, Roswell. Entry for Belial. An Interpreting Dictionary of Scripture Proper
Names. New York: A. J. Johnson, 1869.
Karyadi, Bagas. “3 Alasan Orang Kristen Tidak Boleh Menikah Beda Agama.” Bagas.Org.
Last modified 2015. https://www.bagas.org/2015/07/3-alasan-orang-kristen-tidak-
boleh.html.
Makalew, Jane Marlen. “Akibat Dari Perkawinan Beda Agama Di Indonesia.” Lex
Privatum 1, no. 2 (2013): 131–144.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2007.
Sairin, Weinata, and J.M. Pattiasina. Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan Dalam
Perspektif Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Sari, Puteri Yanuariska. Jurnal Coping Pada Anak Dalam Perkawinan Beda Agama Di
Kacamata. Kalibawang: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Simanjuntak, Fredy. “Problematika Disorganisasi Dan Disharmonisasi Keluarga.” In
Keluarga Yang Misioner, 2018.
Stott, John. Isu-Isu Global: Menantang Kepemimpinan Kristen. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih OMF, 1993.
Surachman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung:
Tarsita, 1990.
Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2001.
Utley, Bob. Surat-Surat Paulus Kepada Sebuah Gereja Yang Bermasalah: I Dan II
Korintus. Texas: Bible Lesson International Marshall, 2011.
Youngblood, Ronald F., F. F. Bruce, and R. K. Harrison. Nelson’s Illustrated Bible
Dictionary Third Edition. Thomas Nelson Publisher, 1897.
“Ini Pandangan Pendeta HKBP Seputar Nikah Beda Agama.” Hukumonline.Com. Last
modified 2014. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5423d8219f45/ini-
pandangan-pendeta-hkbp-seputar-nikah-beda-agama.
“Kamus Besar Bahasa Indonesia, S.V.”
60