Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Singgih Sanjaya (Peneliti Utama)
Alamat:
Jageran (Gang Sudomo) MJ III/386 RT 29 RW 08
Yogyakarta 55143 (telpon 0274 372486)
Email : ss_pro2004@yahoo.com
This research is the continuation of the third years research. The multi year (three
year) research is aimed at composing a musical arrangement method in the nature of book
including an interactive and multimedia module cd. During the continual experiment
process as well as more than twenty years experience in the field of arrangement, finally I
have formulated the five arrangement steps method. Through this method, supposed
university students, school students and teachers or whoever, will own a guide method in
composing an arrangement, both for intermediate and advanced levels.
The first year research has resulted the five musical arrangement steps
formulation method: (1) Arrangement concepts, (2) early arrangement, (3) creating new
ideas, (4) advanced arrangement (5) evaluation and revision. The first year research was
also resulted method book design. This research result has been used as a guidance for
the final work of university student, summarized into a journal article, and applied in
workshops at several related institutions.
The second year research has resulted a method book of the five musical
arrangement steps that includes audio examples that correspond to most existing musical
notations extracts in the book. All the examples are taken from my own commercial CD
recording as well as my private document collection. Besides those achievement, this
second year research was also to design an interactive multimedia CD, as its inclusion.
The research result has also been applied in workshops at several related institutions. The
result has been successfully presented to school teachers in the entire East Java, in a
workshop in Surabaya.
This third year research has resulted: (1) A revision of the Five Steps Methods of
Arranging Music, (2) completion of audio examples recording, (3) book writing revision and
development, and (4) the finalization of Interactive CD design. This method has been tried
out to the students at Music Department of ISI Yogyakarta who took my music arrangement
class, thesis writing of final year students who choose arrangement topic. In addition, it has
also been tried out to all music teachers of the Sekolah Mengah Kejuruan (SMK) in the
entire Indonesian regions through national workshop on 23 August 2010 held by P4TK
Seni dan Budaya, Sleman, located in the Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) in the field of Arts and Culture.
2
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tahun ketiga. Penelitian multi tahun
(tiga tahun) ini bertujuan untuk menyusun sebuah metode aransemen musik yang berujud
buku dengan modul CD interaktif dan multimedia. Selama proses eksperimen yang terus-
menerus dan pengalaman lebih dari duapuluh tahun dalam bidang aransemen, akhirnya
pengusul merumuskan Metode Lima Langkah Aransemen. Melalui metode ini, diharapkan
mahasiswa, siswa, guru atau siapa saja yang membutuhkan, memiliki panduan metodis
untuk menyusun aransemen, baik bagi para pemula maupun tingkat menengah dan lanjut.
Penelitian tahap pertama telah menghasilkan rumusan Metode Lima Langkah
Aransemen Musik, yaitu sebagai berikut: (1) konsep aransemen, (2) aransemen awal, (3)
menciptakan ide-ide baru, (4) aransemen lanjut (5) evaluasi dan revisi. Tahap penelitian
pertama ini juga telah merancang buku metode tersebut. Hasil penelitian ini telah
digunakan dalam pembimbingan skripsi mahasiswa, disebarluaskan dengan memasukkan
tulisan di sebuah jurnal dan juga diimplementasikan melalui workshop di beberapa
institusi yang terkait.
Penelitian tahap kedua telah menghasilkan/menyusun buku Metode Lima Langkah
Aransemen Musik yang disertai contoh-contoh auditif yang berupa rekaman audio dari
materi notasi-notasi yang ada dalam buku tersebut. Semua contoh-contoh auditif tersebut
merupakan hasil karya penulis yang diambil dari CD yang telah direkan oleh major label
maupun dari dokumen penulis. Selain itu, penelitian tahap kedua ini juga merancang
cakram (compact disc) interaktif dan multimedia, yang merupakan kelengkapannya. Hasil
penelitian ini juga telah disebarluaskan melalui workshop di beberapa institusi yang terkait.
Hasil yang cukup signifikan ketika penulis memberi workshop aransemen kepada para
guru-guru se Jawa Timur, di Surabaya.
Rancangan penelitian tahap ketiga ini merupakan kelanjutan sebuah rangkaian
penelitian multi-years tiga tahun, yaitu menyusun CD interaktif dengan melakukan audio
recording, audio visual recording, editing, mixing, CD interactive process, sebagai
kelengkapan untuk menyusun CD interaktif yang merupakan kelengkapan buku tersebut.
Tahap penelitian terakhir ini juga diadakan uji coba kepada para mahasiswa, siswa, dan
guru, hasilnya akan dievaluasi dan direvisi. Setelah itu menerbitan buku dan
mensosialisasikan melalui pembelajaran kelas, workshop, tutorial. Selanjutnya
menyebarluaskan hasil penelitian ini ke jurnal terakreditasi dan mandaftarkan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) ke lembaga yang terkait.
Penelitian tahap ketiga ini telah menghasilkan (1) revisi Metode Lima Langkah
Aransemen Musik, (2) menyelesaikan perekaman contoh audio, (3) revisi dan
pengembangan penyusunan buku, dan (4) penyempurnaan rancangan CD interaktif.
Metode ini telah diujicobakan kepada : para mahasiswa Jurusan Musik ISI Yogyakarta
yang menempuh mata kuliah aransemen, para mahasiswa yang menempuh tugas akhir
dengan topik aransemen, para guru musik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-
Indonesia dalam penataran profesi yang diadakan oleh Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Seni dan Budaya. Pada
acara penataran guru-guru SMK se-Indonesia yang diadakan pada tanggal 23 Agustus
2010 di P4TK Seni dan Budaya Sleman Yogyakarta.
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Metode pembelajaran aransemen musik merupakan topik dalam penelitian ini. Ide
awal penelitian tentang Metode Lima Langkah Aransemen ini telah ada sejak sekitar 8
tahun yang lalu. Selama lebih dari 20 tahun terakhir dalam pengalaman pengusul sebagai
seorang arranger, belum ditemui panduan metodis mengenai langkah-langkah aransemen
secara makro, dari langkah pertama hingga proses akhir. Dari pengalaman pengusul
sebagai pengajar aransemen, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan pada saat
awal belajar mengaransemen. Selain itu beberapa rekan musisi profesional di Jakarta
belajar aransemen dan orkestrasi kepada pengusul. Dwiki Dharmawan ( composer,
conductor, arranger, pimpinan sekolah musik Farabi ), telah lama belajar orkestrasi kepada
pengusul. Dewa Budjana ( composer, arranger, gitaris band GIGI) juga ingin belajar
orkestrasi. Rita, seorang rekan lulusan Berklee University, Amerika Serikat.
Karena itu pengusul bermaksud untuk menciptakan sebuah metode
mengaransemen yang diasumsikan akan mempermudah langkah-langkah dalam
mengaransemen serta menghasilkan karya aransemen yang kreatif dan inovatif. Penelitian
tahap pertama telah merumuskan Metode Lima Langkah Aransemen yang diuraikan
sebagai berikut : (1) konsep aransemen, (2) aransemen awal, (3) menciptakan ide-ide
baru, (4) aransemen lanjut (5) evaluasi dan revisi.
Menurut taksonomi Bloom (1980), terdapat tiga unsur yang idealnya dikuasai
mahasiswa dalam proses pembelajaran, yaitu kognitif, psikomotoris, dan afektif. Dalam
pengembangannya, Gardner (1983) menguraikan menjadi 8 intelegensi dasar yang
merupakan kerangka kerja yang tepat dalam praktek pendidikan dengan memberi tempat
yang layak bagi pengembangan dan program pendidikan musik. Kedelapan intelegensi
dasar tersebut adalah : (1) intelegensi linguistik (2) intelegensi logika-matematika (3)
intelegensi spatial (4) intelegensi kinestetik tubuh (5) intelegensi musikal (6) intelegensi
interpersonal (7) intelegensi intrapersonal (8) intelegensi naturalistik. Karena itulah
pembelajaran aransemen dengan Metode Lima Langkah ini akan lebih efektif dan efisien
melalui modul CD Interaktif dan Multimedia yang melibatkan sinergi antara teori, visual,
auditori, dan psikomotorik.
4
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menciptakan Metode Lima Langkah Aransemen melalui modul
CD Interaktif dan Multimedia. Selama ini belum ditemui panduan metodis mengenai langkah-
langkah aransemen secara makro dan praktis, sehingga hal ini relatif menyulitkan mahasiswa
dan siswa yang baru belajar aransemen untuk melangkah dan mengembangkan kreatifitasnya
secara terbuka. Modul ini dijadikan sebagai media, mengingat keunggulannya dalam
merangkum unsur-unsur visual, teori, auditori, dan rangsangan psikomotorik mahasiswa dan
siswa secara terpadu yang diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan
merangsang daya kreatifitas serta kemandirian mahasiswa / siswa dalam mempelajari Metode
Lima Langkah Aransemen. Sebagai pendukungnya, juga akan disusun sebuah buku yang
mengupas Metode Lima Langkah Aransemen ini secara mendalam. Diharapkan dari
perancangan ini, mahasiswa dan siswa dapat belajar secara visual, aural dan ketrampilan
kreatif ( dalam istilah taksonomi Bloom secara kognitif, afektif dan psikomotoris ) serta
mengembangkan potensinya.
Pemilihan subjek penelitian yaitu mahasiswa ISI Yogyakarta Jurusan Musik,
Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Musik, siswa SMK 2 Kasihan Bantul (SMM Jogja) dan
kelompok belajar Studio SS Pro, berdasarkan pertimbangan bahwa mereka telah memiliki
dasar ilmu musik sebelumnya, dan ingin menerapkan dasar-dasar ilmu musik yang telah
mereka terima melalui aransemen. Francoys Gagne (1993) mengemukakan model, bahwa
terdapat paling sedikit tujuh tipe bakat musik yang berbeda, yaitu pertunjukan, improvisasi,
komposisi, aransemen, analisis, penilaian dan kondukting. Dari ketujuh bakat tersebut Gagne
mengidentifikasikan lima domain bakat yang diberi nama intelektual, kreatif, afeksi sosial,
motor-sensori, dan lainnya sebagai kategori setiap perbuatan dipandang sebagai tempat
ekspansi. Disiplin kreatifitas merupakan jantung dari kemampuan improvisasi dan komposisi.
Sedangkan motor termasuk bakat fisik yang memberikan kecepatan, daya tahan, refleks dan
ketangkasan yang vital dalam banyak bentuk kinerja musik. Aransemen secara jelas
membutuhkan domain-domain yang akan mendukung keberhasilannya, yaitu domain
intelektual, kreatif dan motor sensori, yang diharapkan dari CD Interaktif dan Multimedia ini
akan memberikan sarana bagi mahasiswa untuk melatih dan mengembangkan domain-domain
tersebut secara mudah, menyenangkan, efektif dan efisien, sehingga akan menghasilkan
musisi-musisi handal yang berkualitas, kreatif, inovatif, dan kompetitif dalam berkarya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Studi pustaka dilakukan untuk mengkaji berbagai buku atau tulisan yang ada kaitannya
dengan rencana perancangan, yaitu :
a. Alsa, Asmadi, 2003, Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta ; yang menguraikan dasar dari
masing-masing pendekatan dan kombinasi antara keduanya, perbedaan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam berbagai dimensinya, perbedaan dalam
langkah-langkah, proses dan format laporan penelitiannya.
b. Bloom, B., 1980, The New Direction in Educational Research : Alternate Variables ,
Phi Delta Kappan ; yang berisi tentang 3 taksonomi yang banyak membantu
praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa
yang mudah dipahami, operasional dan dapat diukur. Ketiga taksonomi tersebut
adalah Kognitif, Psikomotor dan Afektif.
c. Chandra K., Ian, 2000, Utility Audio / Video, Elex Media Komputindo, Jakarta ;
yang membahas software dan hardware dari sistem komputer multimedia yang
berhubungan dengan peralatan audio / video disertai contoh proses pemakaian
d. Damante, Elvo. S., 1988, All About Chords, Encore Music Publishing Company,
yang mengupas tentang pendekatan komperhensif untuk penalaran struktur
kontemporer dan progresinya
e. Djohan, 2003, Psikologi Musik, Buku Baik, Yogyakarta ; yang berisi pengertian
mendalam tentang hubungan Musikologi dan Psikologi, yang mengkaitkan antara
musik dengan aspek-aspek psikologi dan kultur secara luas.
f. Gagne, F. 1993: Construct and Models Pertaining to Exceptional Human Abilities ,
In Heller, K.A., Monks, F.J., and Passow, A.H., (Eds) International Handbook of
Research and Development of Giftedness and Talent, New York : Pergamon.;
yang berisi tentang perbedaan antara domain kemampuan (anugerah) dan kinerja
(bakat) dalam musik.
g. Gardner, H. 1983; Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences . New
York: Basic Book ; yang berisi tentang teori 8 intelegensi manusia untuk reformasi
dalam bidang pendidikan dengan memberi tempat yang layak bagi
pengembangan dan program pendidikan musik. Kedelapan intelegensi tersebut
6
adalah Intelegensi Linguistik, Intelegensi Logika Matematika, Intelegensi Spatial,
Intelegensi Kinestetik Tubuh, Intelegensi Musikal, Intelegensi Interpersonal,
Intelegensi Intrapersonal dan Intelegensi Naturalistik.
h. Gie, The Liang, 2002, Cara Belajar yang Efisien, PUBIB, Yogyakarta ; yang
menguraikan tentang 19 bab cara belajar efisien dan pemaparan secara tuntas
semua segi dari studi di perguruan tinggi
i. Genichi, Kawakami, 1975, Arranging Popular Music : A Practical Guide, Yamaha
Musik Foundation, Tokyo ; yang menguraikan tentang varian aransemen,
ornamen, filler dan fill in
j. Korsakof, Nikolay Ramsky, 1964, Principles of Orchestration, Dover Publication
Inc., New York ; yang mengupas tentang instrumentasi dan orkestrasi
k. Lowell, Dick & Ken Pullig, 2003, Arranging for Large Jazz Ensemble, Berklee
Media; yang mengupas tentang voicing, unisono, octave writing, background
writing.
l. Miller, Hugh M., Introduction to Music; a Guide to Good Listening , penerjemah :
Drs. Triyono Bramantyo PS; yang berisi tentang pengertian-pengertian dasar
tentang unsur-unsur musik dan apresiasinya yang disertai contoh karya-karya
musik yang direkomendasikan untuk didengarkan, sehingga pembacanya dapat
memahami maksud dari teori-teori dan penjabaran dalam buku tersebut.
m. Pramono, Andi, 2006, Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash , Penerbit
Andi, Yogyakarta ; yang membahas seputar media presentasi, kelebihan
presentasi multimedia dan software yang cocok untuk presentasi multimedia
n. Purwacandra, Pandan Pareanom, 2006, Audio Editing dengan SONAR , Penerbit
ANDI, Yogyakarta ; yang mengupas tentang sistem digital recording menggunakan
SONAR Producer Edition, pengenalan audio, merekam data audio hingga tahap
akhir mixing dan menjadikannya sebuah CD / Kaset
o. Supriyanto, Adi, 2005, Pengantar Teknologi Informasi , Penerbit Salemba Infotek,
Jakarta ; yang membahas seputar pengetahuan dasar perkembangan teknologi
informasi, sistem kerja komputer, aspek pemanfaatan dan keamanan, etika dan
kerangka hukum teknologi informasi
p. Susilo, Muh. Joko, S. Pd., M.Pd., 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Manajemen Kesiapan Sekolah Menyongsongnya , Pustaka Pelajar, Yogyakarta ;
7
yang berisi tentang manajemen pelaksanaan kurikulum di tingkat sekolah dan
kesiapan yang harus dilakukan oleh pihak sekolah
q. Sutarman S.Kom., WAW, Endro, 2004, Membuat CD Interaktif dan CD Autorun
dengan Autoplay Media Studio 5.0, Penerbit Gava Media, Yogyakarta ; yang
menguraikan pengintegrasian tipe media berbeda seperti gambar, sound, video,
text dan flash ke dalam presentasi kompak tunggal
METODE PENELITIAN
8
pendukungnya, akan disusun juga sebuah buku panduan yang mengupas secara
mendalam tentang Metode Lima Langkah Aransemen ini.
2. Metode Kuantitatif dengan Pendekatan Eksperimen
Fase kedua ini lebih menekankan pada pendekatan uji coba (eksperimen) terhadap
subjek penelitian pada mahasiswa dan siswa yang menerima mata kuliah / mata
pelajaran aransemen di Jurusan Musik ISI Yogyakarta, Jurusan Musik Universitas
Negeri Yogyakarta, Sekolah Menengah Kejuruan 2 Kasihan Bantul Yogyakarta dan
kelompok belajar mahasiswa di SS Pro Studio. Perlakuan yang diberikan adalah
dengan melakukan pengamatan terhadap sampel dalam belajar aransemen musik
sebelum menggunakan Metode Lima Langkah Aransemen dengan Modul CD Interaktif
dan Multimedia dan sesudahnya. Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan pengajar di dalam kelas yaitu
materi pelajaran, alat peraga, cara penyampaian dan hasil yang dicapai. Pengajar
diminta membuat catatan harian untuk mencatat apa saja yang terjadi, yang ia
temukan dan rasakan ketika ia mempraktekkan model pembelajaran yang
diujicobakan. Setelah pengajar melaksanakan uji coba model pembelajaran Metode
Lima Langkah Aranemen dengan modul CD Interaktif dan Multimedia tersebut selama
jangka waktu tertentu, selain mengambil catatan harian yang dibuat guru selama ia
mempraktekkan model-model pembelajaran, peneliti juga melakukan deep interview ,
dan focus discussion group kepada dosen, guru, mahasiswa, siswa dan kepala
sekolah. Data yang diperoleh dari banyak sumber dan cara tersebut selanjutnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu untuk mengetahui (1) apakah model pembelajaran
aransemen musik dengan Metode Lima Langkah menggunakan modul CD Interaktif
dan Multimedia tersebut dapat diterapkan dan (2) apakah model pembelajaran yang
diujicobakan dapat merangsang kreatifitas, minat, inovasi, kualitas dan daya kompetisi
subjek penelitian dalam menghasilkan karya aransemen.
3. Tahap Uji Coba
Tahap ini dilaksanakan pada akhir tahun ketiga penelitian, karena diasumsikan bahwa
hasil penelitian dari pendekatan eksperimen telah dapat diukur dan diketahui hasilnya,
maka modul rancangan ini bisa diyakini bermanfaat sebagai media pengajaran
aransemen pada khususnya dan ilmu musik pada umumnya secara lebih efektif,
efisien, dan secara psikologis akan meningkatkan minat belajar dan kreatifitas
9
mahasiswa. Pada tahap ini sosialisasi diberikan melalui seminar, workshop,
pendaftaran HKI, dan publikasi melalui jurnal internasional dan praktek pengajaran
secara langsung dengan menggunakan modul CD Interaktif dan Multimedia, bukan
hanya kepada mahasiswa, namun juga kepada pengajar-pengajar aransemen musik
pada perguruan tinggi atau lembaga pendidikan non formal yang lain.
Studio Recording
SSPRO Studio Yogyakarta
(Foto : Ichsan dan Singgih Sanjaya)
10
HASIL
Secara garis besar, rumusan Metode Lima Langkah Aransemen terdiri dari:
PEMBAHASAN
11
1. Tujuan Aransemen
Hal penting yang harus diketahui untuk menggarap aransemen adalah tujuan
aransemen tersebut untuk apa. Hal ini berkaitan dengan beberapa fungsi musik yang
harus dipahami, yaitu sebagai berikut. Musik sebagai ekspresi kreativitas estetika (musik
absolut). Musik sebagai ilustrasi terhadap karya seni yang lain, seperti musik iringan tari,
ilustrasi film, ilustrasi pembacaan puisi, dan sebagainya. Musik untuk mengiringi senam.
Musik sebagai kelengkapan dari sebuah upacara, seperti lagu Indoensia Raya untuk
mengiringi pengibaran bendera, nyanyian-nyanyian untuk kerokhanian di gereja. Musik
sebagai sarana terapi, seperti musik-musik lembut yang dibunyikan di tempat-tempat spa
atau massage. Musik untuk menumbuhkan atau mengobarkan semangat, seperti yang
dilakukan para supporter sepak bola atau jenis perlombaan yang lain. Musik sebagai
sarana pendidikan, seperti musik pendidikan di sekolah-sekolah yang menggunakan musik
sebagai sarana untuk meningkatkan kecerdasan, meningkatkan feeling, melatih
kebersamaan.
Masing-masing fungsi tersebut akan menuntut konsekwensi sendiri-sendiri.
Konsekwensi tersebut berkaitan dengan unsur-unsur musik (ritme, nada, harmoni, tempo,
dinamik, timbre, bentuk, ekspresi). Untuk aranger pemula tujuan menciptakan aransemen
sebaiknya untuk tujuan meningkatkan kreatifnya (musik absolut), bukan untuk tujuan yang
lainnya. Jika aransemen bertujuan untuk meningkatkan dan mengekspresikan kreatifnya
maka tidak bibatasi oleh rambu-rambu yang terkait dengan tujuannya. Aranjer bebas
menuangkan ide kreatifnya tanpa dibatasi oleh hal apapun (tetapi tetap dibatasi oleh
aturan-aturan teori musik), sehingga dalam hal ini imajinasi dan fantasi sangat penting.
Lain halnya dengan penggarapan aransemen untuk tujuan mengiringi tari. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah bertemu dengan koreografer (penata tari) untuk berdiskusi
mengenai tari yang akan diberi iringan musik. Beberapa hal yang perlu didiskusikan
adalah: latar belakang tari tersebut (apa temanya, bagaimana karakternya, bagaimana
ekspresinya, dan sebagainya). Selain itu perlu didiskusikan dari sisi musikal, misalnya:
melodi utama mengambil lagu apa, bagaimana nuansa harmoninya, instrumen apa yang
digunakan, ekspresi apa saja yang digunakan, bagaimana bangunan dinamiknya,
bagaimana struktur bentuknya, dan sebagainya.
12
Menentukan instrumen yang digunakan dalam aransemen harus
mempertimbangkan tujuan aransemen. Pada dasarnya penentuan instrumen dapat dibagi
menjadi dua, yaitu mengaransemen untuk tujuan tertentu atau mengaransemen untuk
mengekspresikan kreatifitas. Sebagai contoh, untuk mengaransemen musik iringan senam
aerobik seharusnya menggunakan instrumen-instrumen yang dapat membangkitkan
semangat untuk tubuh bergerak seperti drum set, perkusi-perkusi, instrumen-instrumen
yang mempunyai karakter tegar separti trumpet, trombone. Sebaliknya untuk membuat
aransemen musik iringan taichi (seperti olah raga meditasi yang lambat, dari China)
menggunakan instrumen-instrumen yang lembut seperti harpa, flute pada nada rendah,
pad (synthesizer dari sebuah keyboard). Sedangkan membuat aransemen untuk
mengekspresikan kreativitas adalah bebas menentukan apa saja instrumen yang
digunakan dan bebas menentukan berapa jumlah instrumen yang digunakan.
Di bawah ini akan diberikan contoh untuk mengaransemen dengan tujuan
mengekspresikan kreativitas musikal. Pada satu sisi ada dua jenis musik, yaitu musik
vokal dan instrumental. Yang dimaksud dengan musik vokal adalah bahwa musik tersebut
menggunakan vokal, baik vokal solo maupun paduan suara dengan atau tanpa iringan
musik. Dalam hal ini vokal dibagi menjadi dua yaitu vokal wanita dan vokal pria. Variasi
susunan aransemen dapat disusun secara bebas tergantung keinginan aranjer. Sebagai
contoh:
Vokal solo (pria atau wanita) dengan iringan musik
Vokal duet (pria, wanita, atau campuran) dengan iringan musik
Vokal trio (pria, wanita, atau campuran) dengan iringan musik
Vokal lebih dari tiga (pria, wanita, atau campuran) dengan/tanpa iringan musik
Susunan di atas merupakan contoh yang dapat dikembangkan sesuai dengan keinginan
aranjer. Musik iringan juga tidak mutlak harus ada, dapat juga membuat aransemen untuk
vokal solo tanpa iringan. Format seperti ini memang tidak lazim tetapi dapat dijumpai
dalam musik klasik, musik kontemporer, atau musik tradisional. Untuk iringan musik juga
bersifat bebas sesuai keinginan aranjer. Contoh iringan: piano, rhythm section (gitar, piano,
bass gitar, dan drum set), ansambel, orkestra yang merupakan susunan yang paling
lengkap. Pada prinsipnya instrumen pengiring yang digunakan bebas secara jumlah dan
bebas secara jenisnya.
Salah satu susunan aransemen yang sering dijumpai di masyarakat adalah
paduan suara dewasa. Susunan yang umum untuk sebuah keompok paduan suara terdiri
13
dari empat suara, yaitu: sopran (suara wanita yang tinggi), mezzo sopran (suara wanita
sedikit lebih bawah dari sopran), alto (suara wanita yang rendah), tenor (suara pria yang
tinggi), baritone (suara pria yang sedikit lebih rendah dari tenor), bass (suara pria yang
rendah). Susunan yang biasa digunakan dalam paduan suara adalah: sopran, alto, tenor,
bass (sering ditulis SATB).
14
pemain musik atau penyanyi tingkat ketrampilan membaca notasi musiknya lemah atau
bahkan tidak bisa sama sekali membaca notasi. Hal ini juga sering dijumpai pada seorang
musisi atau penyanyi yang mempunyai ketrampilan bermain musik atau ketrampilan
bernyanyinya pada kategori menengah ke atas.
Bermain musik memang tidak selalu menuntut harus dapat membaca notasi
musik, tetapi terkait dengan hal ini, bahwa untuk membunyikan aransemen para musisi
atau penyanyi dituntut untuk dapat membaca notasi musik. Ada satu solusi untuk
mengatasi hal ini, yaitu arangernya membuatkan sampel audionya. Misalnya dari program
penulisan notasi Sibelius (program penulisan notasi musik), setelah aransemen jadi, salah
satu instrumennya (hasil dari aransemen) direkam dalam bentuk audio dan diberikan
kepada musisi / penyanyi yang tidak bisa membaca notasi supaya dihafalkan. Tentunya
cara ini mempunyai beberapa kelemahan, misalanya: jika lagu itu rumit dan susah dihafal,
durasi lagu yang panjang, dan proses latihan tidak lancar.
15
tanpa iringan). Karya menceritakan tentang dewa yang jatuh cinta dengan dewi yang
diekspresikan dengan meniup seruling kuno. Dan masih banyak lagi karya-karya musik
program yang lainnya.
Seorang aranjer perlu memahami atau menghayati lirik lagu yang akan
diaransemen, ataupun memahami cerita atau latar belakangnya baik itu musik vokal
atupun musik instrumental. Dengan memahami dan menghayati lirk lagu ataupun ceritera
di balik sebuah lagu akan memberikan imajinasi pada aranjer yang akhirnya akan
memperkaya fantasinya dalam mengaransemen. Sebagai contoh adalah lagu Sik Sik Si
Batu Manikam.
Syair lagu Sik Sik Si Batu Manikam pada bagian awal mengambil dari mantera-
mantera. Cincin si batu manikam memilih pemain pencak, dan jika sang pemain pencak
memanterakan sik sik batu mainkam, diparjoket sorma digottam, dina mangingani,
sibangbangka da jula-jula, dan ketika sang pemain pencak menyentak, akan keluar si
bangbang jula-jula (semacam jin).1
Introduksi pada aransemen lagu ini diawali dengan semua vocal (paduan suara)
bernyanyi seperti mendesah secara non pitch (tanpa nada tertentu dan nada-nada
dibedakan secara acak), seolah-olah membaca mantera. Sehingga menimbulkan suasana
sedikit magis. Selain itu para penyanyi juga menepuk-nepuk badan dan menghentakkan
kaki.
Pada bagian tengan aransemen lagu ini, adalah meno mosso, yang berarti tempo
(kecepatan) diturukan menjadi sedang (medium), dan juga memasukkan imitasi gondang
Batak yang dinyanyikan oleh paduan suara secara bergantian. Dan pada bagian aikhir
merupakan rekapitulasi (dalam istilah musik berarti kembali ke tema semula).
1
Wawancara dengan Krismus Purba, pemain gondang Batak dan staf pengajar Musik
Batak, Etno Musikologi, FSP ISI Yogyakarta, Pebruari 2007, kampus ISI Yogyakarta.
16
Gambar 4 : Gondang Batak
Milik Jurusan Etnomusikologi FSP ISI Yogyakarta
(foto: Singgih Sanjaya, Maret 2007)
17
5. Mendiskripsikan Hal Yang Ingin Dicapai
Yang dimaksud pada langkah ini adalah mencatatat secara rinci hal-hal apa saja
yang ingin dituangkan dalam garapan aransemennya nanti. Gagasan-gagasan tersebut
biasanya pada saat awal-awal proses mrencanakan aransemen sudah muncul dengan
sendirinya. Gagasan-gagasan juga bisa dimunculkan pada proses ini, atau pada langkah
kedua atau ketiga. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
saya ingin mengaransemen lagu Tanah Airku (ciptaan Ibu Sud) dengan karakter
yang berbeda dengan yang biasanya didengar. Saya ingin membuat dengan
karakter yang patriotik atau heroik.
supaya suasanya menarik, saya akan memasukkan irama (pola ritme) keroncong
pada bagian tengah lagu Rangkaian Melati (ciptaan Ismail Marzuki) dan setelah itu
modulasi naik setengah atau satu dan tempo sedikit naik (poco piu mosso).
(silahkan dengar CD audio trakck 2 pada lampiran)
saya ingin membuat suasana yang lain pada bagian tengah lagu Berkibarlah
Benderaku (ciptaan Ibu Sud). Untuk mencapai hal tersebut diperlukan gagasan
yang filosofis dan historis. Benderaku berwarna merah dan putih, itu gagasan
para leluhur pada jaman Majapahit ratusan silam. Merah dan putih adalah simbul
dari gulo dan klopo. Akhirnya muncul gagasan pada bagian tengah akam
dimunculkan nuansa Majapahit. Hal ini relatif subyektif yang diperlukan untuk
sebuah karya seni yang merupakan representatif dari senimannya secara pribadi.
(silahkan dengar CD audio trakck 5 pada lampiran)
saya akan mencoba pada bagian tertentu aransemen lagu Kebyar-kebyar ciptaan
Gombloh, akan dibuat lebut, sangat kontras dengan bagian sebelumnya, dan
setelah itu kembali ke nuansa patriotik, kalau perlu lebih dinamis, supaya mood
naik, sehingga akhirnya mendapatkan suasana klimak.
Pada bagian tertentu akan dibuat nuansa Barock (Barock adalah gaya musik
pada tahun 1600an sampai dengan tahun 1750an).
18
aranjer atau komposer, secara tiba-tiba ide yang bagus datang begitu saja, maka ide
tersebut harus ditangkap atau direspon secara cepat dengan menulis (yang penting
catatan apa saja, bisa dengan notasi balok atau simbol apa saja). Sebagai contoh, ketika
aranjer sedang merancang pola iringan, secara tiba-tiba muncul ide, sebuah melodi,
ataupun gagasan apa saja untuk interlude, maka hal ini harus segera direspon. Proses
yang biasanya dikerjakan di awal adalah menulis notasi lagu.
1. Menulis Notasi Lagu
Seorang aranjer seharusnya dapat menulis notasi musik. Notasi musik yang yang
lazim di Indonesia ada dua, yaitu notasi angka dan notasi balok. Notasi angka diketahui
hanya diketahui hanya digunakan di Indonesia saja, sedangkan notasi balok digunakan
diseluruh dunia.
Notasi angka biasanya digunakan untuk menulis satu melodi saja, seperti menulis
lagu. Ada kelebihan pada notasi angka ini, yaitu jika seeorang menulis lagu kemudian ingin
menurunkan atau menaikkan tanda kuncinya, notasinya tetap saja hanya mengganti tanda
kuncinya, misalnya Do = D, atau Do = Bes. Notasi kadang-kadang juga digunakan oleh
seorang aranjer juga untuk sebuah group ansambel musik. Di masyarakat juga sangat
umum digunakan notasi angka pada kelompok-kelompok paduan suara sampai sekarang.
Selain itu kita dapat menjumpai notasi angka pada group-group musik keroncong di
masyarakat. Buku-buku musik yang ada di toko buku juga banyak yang menggunakan
notasi angka.
Walaupun ada kelebihan pada notasi angka, pada tingkatan tertentu sistem itu
mengalami kendala, bahwa notasi angka tidak bisa mensimbolkan semua ekspresi aranjer.
Sampai sekarang sistem penulisan notasi musik yang tetap digunakan di seluruh dunia
adalah notasi balok. Paling tidak mulai abad pertengahan (tahun 1500an) notasi itu sudah
diciptakan dengan bentuk yang sederhana dan terus mengalami perkembangan. Sejak
jaman Klasik, sekitar tahun 1750an notasi balok sudah sangat berkembang. Hal itu dapat
dilihat dari penulisan partiutur musik untuk sebuah orkestra simfoni. Partitur atau juga
sering disebut full score, adalah sistem penulisan yang digunakan seorang aranjer dan
digunakan oleh seorang konduktor untuk memimpin sebuah kelompok musik dari
ansambel yang berjumlah sedikit (misal empat musisi) sampai dengan sebuah orkestra
yang berjumlah seratus musisi atau lebih. Partitur atau full score adalah sebuah sistem
penulisan notasi musik (notasi balok) yang terdiri dari semua instrumen yang digunakan
19
dalam sebuah aransemen, yang berjajar secara vertikal (silahkan melihat partitur Bagimu
Negeri pada lampiran).
Setelah lagu yang berupa melodi ditulis secara lengkap, langkah selanjutnya
adalah memberi tanda dengan menulis huruf (A, B, C dan seterusnya) pada setiap bait,
atau setiap kalimat musik. Hal ini terkait dengan ilmu bentuk analisa musik, yaitu sebuah
pengetahuan yang membahas mengenail bentuk atau struktur musik. Sebagai contoh
adalah bentuk song form, yaitu secara bentuk kalimat lagu terdiri dari A A B A (Lee :
1964). A adalah bait pertama, A (A aksen) adalah bait kedua yang menyerupai bait
pertama, B adalah bait ketiga (biasa disebut reffren), A adalah bait keempat. Penandaan
huruf tersebut berdasarkan kalimat musik bukan kalimat bahasa. Bentuk A A B A
menyiratkan bahwa kalimat musi tersebut terdiri dari dua kalimat musikal yang berbeda,
yaitu kalimay A dan kalimat B, sedangkan A (A aksen) adalah kalimat A yang berbeda
sedikit. Sebagai contoh adalah lagu Satu Nusa Satu Bangsa ciptaan L. manik :
20
2. Mencari Alternatif Akor
Setelah menulis melodi lagu, langkah berikutnya adalah mencari alternatif akor.
Secara sederhana kecenderungan setiap aranjer mempunyai kesamaan dalam
menentukan akor dasar, atau secara naluri akor dalam sebuah melodi mempunyai
kecenderungan yang sama. Aranjer pemula biasanya memilih akor-akor yang sederhana
sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya mengenai akor. Naluri ini terbentuk dari
kehidupan sehari-hari dengan mendengar musik-musik, secara sengaja ataupun tidak.
Sangat dianjurkan mencari alternatif akor dengan mencoba memainkan piano,
keyboard, atau instrumen yang bersifat akor lainnya seperti gitar. Berdasarkan
pengalaman penulis, instrumen yang paling cocok untuk mencari alternatif akor adalah
instrumen piano. Ada beberapa keunggulan dari instrumen ini, yaitu: a) nada-nadanya
kelihatan atau kasat mata, b) jangkauan nada pada piano luas sehingga dari nada-nada
bass (bawah), nada-nada midle (tengah), dan nada-nada atas semuanya ada, c) posisi
bermain piano dengan posisi duduk dan terdapat tempat untuk membaca notasi yang
digunakan untuk menulis aransemen sangat memberi kenyamanan d) suara akustik piano,
apalagi pada piano yang kualitasnya tinggi sangat enak didengar sehingga merangsang
inspirasi. Ada sedikit aranjer tidak menggunakan instrumen bantu untuk mengaransemen
karena bakat dan musikalitasnya yang sangat tinggi, sehingga dapat membayangkan
musik.
Setiap jenis akor mempunyai nuansa tertentu, sehingga pada langkah mencari
alternatif akor ini juga mempertimbangkan nuansa lagu atau ekspresi lagu secara
keseluruhan atau secara bagian. Dalam satu lagu yang diaransemen bisa saja terdapat
beberapa nuansa, dan hal ini mungkin sudah dirancang sebelumnya pada langkah
pertama saat mendiskripsikan aransemen. Dengan demikian aranjer harus
mengembangkan pengetahuannya mengenai akor.
Seorang aranjer pemula harus menguasai secara teori dan secara solfeggio
(pendengaran) paling tidak lima jenis akor dasar, yaitu akor : mayor, minor, diminis, dan
augmented, dominan septim. Setelah menguasai jenis akor dasar seorang aranjer
disarankan untuk meningkatakan pengetahuannya mengenai akor pembalikan (inversion
chord). Yang dimaksud akor pembalikan adalah, bahwa sebuah akor dengan nada
dasarnya bukan toniaka dari akor tersebut, sebagai contoh akor C mayor terdiri dari
susunan nada (dari bawah) : C E G , tetapi susunan nadanya dibalik menjadi E G
21
C (ini disebut pembalikan satu atau pembalikan pertama). Contoh akor pembalikan kedua
adalah: C mayor dengan susunan nada: G C E.
Pada tahap berikutnya seorang aranjer sangat dianjurkan untuk meningkatkan
pengetahuan akornya pada jenis-jenis akor yang lebih komplek. Hal ini sangat perlu
karena akan menambah kekayaan mengenai nuansa akor yang sangat diperlukan untuk
meningkatkan variasi dan kualitas aransemen. Jenis akor yang sebaiknya dikuasai pada
langkah berikutnya adalah jenis-jenis akor seperti: akor mayor 7, akor minor 7, akor mayor
6, akor minor 6, akor tujuh min lima (C7-5), akor 11. Pada tahap yang lebih mendalam,
pengetahuan mengenai akor akan dibahas khusus. Untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman mengenai kekayaan akor, seorang aranjer sangat disarankan untuk belajar
juga musik jazz, karena pada jenis musik tersebut eksplorasi penggunaan akor sangat
kaya.
Notasi: 2
Sebuah contoh akor yang dipilih
22
3. Menentukan Pola Iringan
Pola dalam kaitan ini adalah nada-nada yang berpola atau membentuk motif-motif
yang diulang-ulang. Sedangkan iringan dalam kaitan ini adalah instrumen-instrumen
pengiring, jadi bukan instrumen yang membawakan melodi lagu pokok, atau instrumen
yang memainkan filler (instrumen yang mengisi, biasanya pada akhir kalimat), atau
instrumen yang memainkan counter melodi (melodi yang meng-kaunter melodi pokok). Hal
ini juga dapat dilihat pada sebuah group band. Jika ada sebuah band tanpil dengan
seorang vokalis, maka instrumen gitar ritem, gitar bass, dan drum disebuat sebagai
instrumen pengiringing yang memainkan pola-pola.
Jenis pola irama yang ada pada light music (istilah ini untuk menyebut jenis musik
yang bukan klasik) ada banyak pola yang sudah baku, seperti: 8 beat, 12 beat, 16 beat,
bossanova, swing, samba, cha-cha, waltz, dan masih banyak lagi irama-irama yang
lainnya yang sudah umum dikenal. Dalam menentukan pola irama ini seorang aranjer
dapat menggunakan pola-pola irama yang sudah umum seperti tersebut di atas, dengan
atau tanpa memodifikasi. Bagi seorang aranjer tingkat menengah ke atas akan membuat
pola iringan sendiri, jika diperlukan akan menciptakan sendiri.
Notasi: 3
Sebuah contoh pola iringan
Notasi di atas merupakan salah satu contoh pola iringan yang bersifat
kontrapungtis. Jalur bass memainkan nada-nada yang bergerak yang meng- counter jalur
melodi. Tekstur di atas akan member nuansa sedikit lebih dinamis.
4. Menyusun Introduksi, Interlude, dan Koda
23
Hal yang dapat dipastikan dikerjakan oleh seorang aranjer adalah menyusun
introduksi, interlude, dan koda. Ketiga istilah ini sudah cukup dikenal masyarakat umum.
Introduksi berarti pengenalan, interlude berarti musik ditengah (jika sebuah lagu
menggunakan vokal, interlude ini merupakan musik instrumental di tengah lagu), dan koda
berarti ekor.
Introduksi yang berarti pengenalan, dapat dipastikan bahwa introduksi terletak di
bagian paling awal saat sebuah musik dimulai. Introduksi lazimnya memperkenalkan
sedikit musik yang akan dimainkan, sehingga sangat berhubungan dengan tema musik
yang akan dimainkan. Biasanya introduksi memainkan melodi akhir dari sebuah lagu,
sehingga para pendengar diperkenalkan dahulu, dan biasanya pada saat introduksi
diperdengarkan penonton sudah mengetahui lagu apa yang akan dimainkan (untuk lagu
yang sudah dikenal). Lihat notasi introduksi lagu Tanah Airku ciptaan Ibu Sud : pada
partitur (lampiran), dan silahkan mendengarkan CD audio track 3 (lampiran).
Interlude yang berarti musik di tengah lagu, lazimnya memainkan bait pertama dari
lagu tersebut. Tradisi ini sudah dilakukan ratusan tahun yang lalu. Jika sebuah aransemen
diperuntukkan vokal solo, sudah dapat dipastikan bahwa ditengah-tengah lagu akan
terdapat interlude yang memainkan melodi bait pertama secara instrumental. Interlude ini
berfungsi untuk memberi variasi atau selingan di antara vokal. Interlude biasanya
dimainkan oleh instrumen melodis. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa penyusunan
interlude ini dapat memberikan warna nuansa yang lain sehingga akan menyegarkan
suasana, dan ketika vokal akan menyanyikan lagi lagu yang sudah dinyanyikan di depan
(sifatnya mengulang, terlebih pengulangan vokal tanpa variasi) tidak terasa
membosankan. Lihat notasi dan mendengar (track 4, lagu Tanah Airku (lampiran)
Setiap akhir sebuah lagu dapat dipastikan memainkan sebuah koda yang berarti
ekor atau penutup. Fungsi koda untuk melegakan bahwa lagu itu telah selesai. Secara
musikal, koda dapat mengulang melodi atau nuansa bagian-bagian akhir lagu, atau lain
dengan lagu depannya tetapi tetap menggunakan unsur-unsur musikal pada bagian
sebelumnya. Akan terasa janggal jika sebuah koda sama sekali tidak terkait dengan unsur
musikal pada lagu tersebut. Koda yang ideal adalah mengembangkan atau memodifikasi
dari sebagian unsur-unsur musikal pada sebuah lagu. Contoh lihat partitur Bagimu Negeri
dan mendengarkan CD audio track 5 pada lampiran.
24
Notasi: 4
Introduksi Ansemen Lagu Bagimu Negeri
Melodi yang digunakan pada introduksi di atas mengambil empat birama terakhir
dari lagu pokok yang dimodifikasi pada birama tiga dan empat. Melodi dimainkan oleh
terompet 1, sedangkan terompet dua memainkan nada yang sama dengan satu oktaf di
bawahnya.
Notasi: 5
Interlude Aransemen Lagu Bagimu Negeri
Melodi interlude dimainkan oleh flute, clarinet 1, bassoon 1. Pada tema ketiga
(birama 22) dimainkan oleh biola 1 dan biola 2. Instrumen oboe 1 memainkan melodi pada
birama 23, yang diawali dengan tiga nada sebelumnya yang merupakan birama gantung.
Notasi: 6
Coda Aransemen Lagu Bagimu Negeri
25
Notasi di atas adalah lima birama terakhir seksi gesek. Untuk mencapai klimak
aransemen, secara dinamik keras, secara range disusun secara luas, juga menggunakan
teknik trimollo untuk instrumen biola 1, biola 2, dan biola alto.
Garapan aransemen akan menarik jika di dalamnya terdapat ide-ide musikal yang
baru, unik ataupun garapan-garapan dari modifikasi berdasarkan materi yang sudah ada.
Seorang aranjer tingkat lanjut jelas dituntuk untuk dapat memunculkan gagasan-gagasan
musikal yang baru sehingga mempunyai gaya aransemen yang tidak dipunyai oleh aranjer
lain. Kepiawaian seorang aranjer terlihat ketika ia dapat memodifikasi materi yang sudah
ada, atau bahkan menciptakan gagasan-gagasan musikal yang baru.
Ada dasar-dasar estetika dari Jelantik yang kiranya perlu disimak sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun sebuah karya aransemen. Filosofi keindahan tersebut
adalah:
Unity, bahwa sebuah karya seni yang tergolong estetis jika karya tersebut bersifat
menyatu atau secara keselurauhan merupakan suatu kesatuan.
Unique, sebuah karya seni akan menarik jika di dalamnya terdapat unsur yang
unik, sehingga mempunyai ciri khas yang kuat dan berbeda dengan karya-karya
pada umumnya.
Complecivity, atau kerumitan adalah simbol dari karya besar. Hampir dapat
dipastikan bahwa sebuah karya yang besar di dalamnya terdapat kerumitan-
kerumitan
Reprecentative, bahwa sebuah karya seni yang mempunyai nilai estetika yang
tinggi adalah merepresentatifkan atau atau mewakilkan seniman penciptanya
secara pribadi.
Walaupun langkah mencari ide-ide musikal baru tidak mudah bagi aranjer
pemula, tetapi sebaiknya mempelajari dan memahami langkah ini, sehingga lebih
cepat akan mimicu kreativitasnya. Langkah yang tepat dilakukan bagi aranjer pemula
adalah memodifikasi materi yang sudah ada. Memodifikasi pada prinsipnya merubah
sedikit, menambah, memberi variasi ataupun tindakan yang lain untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih menarik. cara yang efektif untuk mencari ide apa yang harus
26
dirubah adalah dengan melihat sebuah tema musikal (melodi, motif, kalimat, ataupun
unsur musikal yang lain) dan kita urai melalui unsur-unsur musikalnya (ritme, melodi,
harmoni/akor, timbre, dinamik, ekspresi, dan sebagainya.
Mencari ide-ide baru dalam dunia seni khususnya musik tidak akan habis. Hal ini
bukan merupakan benda yang berwujud, melainkan dunia angan-angan atau benda
yang bersifat imajinatif yang tidak terbatas. Walaupun demikian hal ini tidaklah mudah.
looking for something new can not be formulate, (King Palmer : 1964). Berikut ini
adalah langkah-langkah yang ditawarkan untuk memodifikasi atau mencari ide-ide
baru yaitu: a) memodifikasi motif, melodi yang baru b) mencari alternatif akor yang
berbeda c) menciptakan variasi-variasi d) menciptakan fillers atau isian-isian.
Selanjutnya akan dibahas satu per satu:
1. Modifikasi, yaitu merubah sedikit banyak dari suatu unsur musikal supaya
mendapatkan hasil yang lebih menarik sehingga aransemen tercermin kaya akan
gagasan-gagasan baru. Sebagai contoh: lihat partitur aransemen Cublak-cublak
Suweng birama 2 sampai dengan 7 yang dimainkan oleh violin 1, merupakan
modifikasi dari melodi lagu tersebut.
2. Mencari alternatif akor yang berbeda, untuk menghadirkan nuansa-nuansa yang
berbeda. Langkah ini paling efektif apabila seorang aranjer mencoba atau
mengeksplorasi akor dengan penjelajahan yang tidak terbatas. Untuk sebuah
progresi bagian dari sebuah aransemen dapat dicoba sampai berulang-ulang
bahkan puluhan kali, diharapkan akan menemukan nuansa yang baru. Pada
proses ini seorang aranjer dituntut untuk dapat berkonsentrasi dan merasakan dari
penjelajahannya untuk mencari akor, dan jika pada suatu saat menemukan akor
yang sesuai dengan taste atau rasa pribadi aranjer maka segera mencatat
dengan menulis notasi musik.
3. Menyusun / menciptakan Variasi-variasi. Variasi adalah membuat sesuatu (melodi,
ritme, hrmoni/akor, atau unsur musik lainnya) berdasarkan pada materi yang
sudah ada. Jadi variasi tidak meninggalkan unsur yang lama tetapi
menegembangkannya. Sebagi contoh silahkan mendengarkan W A Mozart:
Variasi Twinkle-twinkle Litle Star Untuk Piano (12 variasi)
4. Menciptakan Filler. Filler atau fill mempunyai arti isian. Filler biasanya terdapat
pada akhir sebuah frase atau kalimat yang berfungsi untuk mengisi sesuatu yang
dirasa kosong dengan menyusun atau menciptakan rangkaian-rangkaian melodi
27
yang tidak panjang. Isian-isian ini secara musikal dapat terkait secara langsung
maupun tidak. Kepiawaian seorang aranjer, salah satunya akan terlihat seberapa
menarik dari fiiler-filler yang yang diciptakannya. Sebagai contoh silahkan melihat
aransemen Cublak-cublak Suweng birama 26-32 yang dimainkan oleh viola.
Dalam dunia band ada isitilah yang sering didengar yaitu fill in untuk instrumen
drum, yang berarti sebuah isian (biasanya sekitar satu birama) sebelum masuk
pada bait atau reffrein.
28
masing-masing gerbong mempunyai nuansa sendiri-sendiri. Dengan demikian akan
mudah untuk menukar gerbong yang belum pas pada posisinya. Ada salah satu alternatif
yang lebih nyata. Yang pertama kita menyiapkan lima sampai dengan sepuluh kertas
empat persegi panjang yang berukuran kira-kira 4cm x 6 cm yang telah dipotong. Masing-
masing kertas tersebut ditulis spesifikasi dari garapan aransemen yang telah dikerjakan,
seperti misalnya ditulis: nuansa, instrumen yang digunakan, tangganada, dinamika, dan
lain sebagainya. Jika setelah menyusun kertas-kertas tersebut timbul gagasan musikal
secara spontan, maka diletakkan saja kertas yang masih kosong dan dirancang
spesifikasinya dan untuk selanjutnya dikerjakan secara detil seperti mengerjakan materi-
materi yang telah dibuat sebelumnya. Jadi tidak terpaku hanya menyusun materi-materi
yang telah dikerjakan saja.
Banyak pengalaman terjadi bahwa ide-ide yang muncul secara spontan hasilnya
terkadang lebih bagus daripada yang sudah dirancang secara sungguh-sungguh pada
proses sebelumnya. Sebenarnya ide-ide yang secara spontan tersebut bukan saja muncul
tanpa sebab, tetapi hal itu merupakan pemunculan gagasan-gagasan yang telah dirancang
pada proses sebelumnya dan baru muncul pada saat sesudahnya, karena langkah ini
merupakan langkah yang keempat yang merupakan langkah terakhir proses penggarapan,
karena pada langkah kelima atau langkah terakhir yang dikerjakan adalah mendengarkan
secara seksama dan mengevaluasi.
29
sehingga apa yang didengar dari program tersebut sifatnya sebagai ancar-ancar saja,
karena walaupun secanggih apapun program penulisan notasi musik memiliki
keterbatasan, yang tidak bisa mengekspresikan seperti yang dikehendaki aranjer. Untuk
kasus ini yang ideal adalah memang merekam dengan pemain-pemain yang sebenarnya.
Setelah aranjer mendengar dan menevaluasi secara seksama hasil
aransemennya secara utuh biasanya menemukan bagian-bagian yang perlu direvisi.
Evaluasi dalam hal ini mempunyai beberapa arti, mengevaluasi nada-nada yang salah
tulis, mengevaluasi bagian bagian yang menurut aranjernya tidak enak sehingga perlu
dirubah secara konsep musikal, atau dapat juga aranjer ingin untuk mengembangkan
bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu. Dalam hal ini dinutuhkan kesungguhan dan
keuletan seorang aranjer.
Inkubasi dalam kaitanya dengan langkah ini adalah proses seorang aranjer yang
menyantaikan pikirannya untuk melupakan konsentrasi atau mood dalam setelah
menyelesaikan garapan aransemennya. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap inkubasi ini
adalah bersifat relatif. Pengalaman penulis perlu minimal tiga hari untuk keluar dari
konsentrasi itu. Pada prinsipnya adalah melupakan sampai benar-benar lupa. Ini sangat
disarankan karena setelah aranjer keluar dari suasana konsentrasi untuk mengerjakan
sebuah aransemen dan setelah proses inkubasi tersebut aranjer akan mempunyai energi
baru dan ketika melihat hasil aransemennya yang sebelumnya dapat mengevaluasi secara
mudah, alamiah sehingga pertimbangan-pertimbangan evaluasi tersebut jauh lebih bagus.
Berdasrakan proses inkubasi tersebut langkah mendengarkan hasil kemudian
mengevaluasi dan merevisi hasil aransemen dilakukan lebih dari satu kali. Hal ini juga
dilakukan oleh Yaseed Djamin (komposer dan aranjer Indonesia kelas dunia). Salah satu
karya master piece-nya yang berjudul Nyi Ronggeng, yang dimainkan oleh Singapura
Symphony Orchestra pada tahun 1995an, diadakan revisi setelah dikonserkan dua kali,
yang berselang lebih dari satu tahun. Pengalaman penulis sendiri pada karya Nyanyian
Negeriku, setelah melalui masa inkubasi lebih dari satu tahun dan dipentaskan lebih dari
satu kali, karya tersebut dievaluasi dan direvisi lebih sekali.
30
Gambar 5 : Konser Gita Swaracisya Buwana
Aransemen penulis Nyanyian Negeriku
(karya ini setelah melalui masa inkubasi telah direvisi tiga kali)
dimainkan oleh The Bluescope Stell Youth Orchestra, Wollongong Australia, konduktor Penulis,
di Keraton Yogayakrta, 27 Agustus 1995
31
New Year Concert
with
Symphonia Vienna
Rama Andhika
solo harp
saat memainkan
PREMIERE OF THE NEW
NYANYIAN
NEGERIKU
Balai Kartini,
17 Januari 2009
pada lagu
DON DAP DAPE
ditampilkan tarian
Bali modern
Singgih Sanjaya,
arranger:
Premiere of the new
Nyanyian Negeriku
Gambar 6:
Konser Symphonie Vienna
Nyanyian Negeriku [medley lagu-lagu daerah Nusantara]
aransemen pengusul menjadi salah satu repertoar yang dimainkan
Hotel Indonesia - Jakarta, 17 Januari 2009
32
B. Outline Buku
Isi buku Metode Lima Langkah Aransemen Musik pada intinya sama dengan Hasil
Dan Pembahasan dari langkah pertama sampai dengan langkah kedua pada Bab V di
atas, yang terdiri dari Langkah Kesatu Konsep Aransemen, Langkah Kedua Aransemen
Awal, Langkah Ketiga Mencari Ide-ide Baru, Langkah Keempat Aransemen Lanjut,
Langkah Kelima Evaluasi Dan Revisi.
OUTLINE BUKU :
METODE LIMA LANGKAH ARANSEMEN MUSIK
33
Gambar 7: Cover Buku
Metode Lima Langkah Aransemen Musik
Dengan Modul CD Interaktif Dan Multimedia
34
C. Draf CD Interaktif Dan Multimedia
Pada dasarnya CD [compact disc] adalah peragaan secara multimedia dari isi
buku di atas. Yang dimaksud dengan multimedia pada konteks ini adalah memperagakan
dari isi buku secara visual dan auditif. Sebagai contoh, jika pada suatu bab atau bagian
buku menerangkan contoh introduksi dari sebuah aransemen, pada tempat yang
dirancang diklik dan secara terhubung secara otomatis notasi musik akan muncul dan juga
suaranya akan muncul pula.
Pembelajaran aransemen ini menggunakan perangkat multimedia yang terdiri dari
satu perangkat computer yang dilengkapi dengan perangkat audio. Untuk mendapatkan
hasil yang optimal, ukuran spiker harus memenuhi standart artinya jangan menggunakan
spiker yang kecil sehingga kurang dapat menterjemahkan suara musik, terutama yang
memerlukan kesan grandioso atau megah. Disarankan menggunakan spiker (dapat spiker
aktif atau tidak aktif) yang mempunyai ukuran minimal 2000 watt pmpo.
Di bawah ini rancangan outline dari CD interaktif berdasarkan konten dari buku
yang telah disuse pada penelitian sebelumnya, yaitu:
35
Gambar 8: Pengusul Sebagai Pemateri Pelatihan Aransemen
Dalam Acara Pelatihan Guru Kesenian Jenjang Pendidikan Dasar Se Jawa Timur
Dinas Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, 14-15 April 2009
36
Gambar 10: Perekaman Audio Paduan Suara
DI Studio SSPRO, 17 Juli 2010
[Foto: Penulis]
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Melalui penelitian tiga tahun secara intensif ini akhirnya dirumuskan Metode Lima
Langkah Aransemen. Langkah-langkah aransemen yang telah dirumuskan tidak secara
mutlak sebagai rangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan secara berturutan. Jadi
seorang aranjer dapat saja mengerjakan apa saja yang terlebih dahulu menarik, karena
hal ini berkaitan dengan mood, atau suasana hati aranjer. Langkah-langkah di atas
merupakan salah satu alternatif, sehingga secara masing-masing aranjer dapat
mengembangkannya sendiri sesuai dengan gayanya masing-masing.
Proses aransemen dengan menggunakan instrumen piano merupakan cara yang
paling ideal. Karena instrumen tersebut merupakan instrumen musik yang paling cocok
digunakan oleh seorang aranjer dalam proses mengeksplorasi kreativitasnya. Walaupun
demikian, dapat juga menggunakan instrumen yang lainnya. Mecari ide-ide musikal yang
baru adalah sebuah proses seorang aranjer yang harus terus menerus dilakukan, karena
hal ini sangat penting yang nantinya diharapkan menjadi identitas aranjer yang mempunyai
gaya garapan pribadi.
Hal yang sering dijumpai pada seseorang yang akan membuat aransemen adalah
bahwa mereka biasanya sulit untuk memulai dari mana. Dengan adanya perumusan
Metode Lima Langkah Aransemen Musik ini merupakan sebuah alternatif yang membantu
mereka. Dari hasil wawancara penulis dengan para mahasiswa ataupun peserta didik /
workshop yang lainnya, dapat dikatakan bahwa metode lima langkah ini sangat membantu
mereka. Hal lain yang cukup menarik bagi mereka adalah contoh-contoh aransemen yang
dapat dilihat dari sisi notasi maupun auditif, karena musik pada dasarnya adalah seni
auditori. Contoh-contoh yang menarik untuk mereka sangat membantu untuk merangsang
kreativitas mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, contoh-contoh aransemen
yang berupa audio banyak memberikan stimulan. Pengalaman inipun juga dirasakan
penulis terutama ketika masih pada tahap-tahap awal belajar aransemen sampai dengan
saat ini. Dengan demikian, sangat dianjurkan bagi peserta didik untuk mendengarkan
karya aransemen dari berbagai jenis musik yang direkomendasi.
38
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis yakin bahwa hasil penelitian ini masih harus disempurnakan. Walaupun
demikian semoga hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi para aranjer,
pendidik dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan. Kiranya kritik dan saran
secara terbuka diterima.
39
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi, 2003, Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bloom, B., 1980, The New Direction in Educational Research : Alternate Variables , Phi
Delta Kappan
Baker, Baker., 1985, Arranging and Composing For The Small , Frangiprani Press,
Bloomington, Indiana, USA.
Boski, P., van de Vijver, F.J.R., & Chodynicka, A.M. (Eds), 2002. New Directions in Cross-
Cultural Psychology, Warsawa , Polish Psychological Association
Brennen, J. (Ed). 1992. Mixing Methods : Qualitative and Quantitatif Research.. Aldershot :
Published by Avebury
Chandra K., Ian, 2000, Utility Audio / Video, Elex Media Komputindo, Jakarta
Damante, Elvo. S., 1988, All About Chords, Encore Music Publishing Company
Gagne, F. 1993: Construct and Models Pertaining to Exceptional Human Abilities , In Heller,
K.A., Monks, F.J., and Passow, A.H., (Eds) International Handbook of Research
and Development of Giftedness and Talent, New York : Pergamon.
Gardner, H. 1983; Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences . New York: Basic
Book
Genichi, Kawakami, 1975, Arranging Popular Music : A Practical Guide, Yamaha Musik
Foundation, Tokyo
Gie, The Liang, 2002, Cara Belajar yang Efisien, PUBIB, Yogyakarta
Grove, Dick., tt [?], Arranging Concepts Complete. Alfred Publising Co., Inc.,Van Nuya -
USA
Korsakof, Nikolay Ramsky, 1964, Principles of Orchestration, Dover Publication Inc., New
York
Lowell, Dick & Ken Pullig, 2003, Arranging for Large Jazz Ensemble, Berklee Media
Miller, Hugh M., 1958, Introduction to Music; a Guide to Good Listening , penerjemah : Drs.
Triyono Bramantyo PS;
40
Pramono, Andi, 2006, Presentasi Multimedia dengan Macromedia Flash , Penerbit Andi,
Yogyakarta
Purwacandra, Pandan Pareanom, 2006, Audio Editing dengan SONAR, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
Supriyanto, Adi, 2005, Pengantar Teknologi Informasi , Penerbit Salemba Infotek, Jakarta
Susilo, Muh. Joko, S. Pd., M.Pd., 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Sutarman S.Kom., WAW, Endro, 2004, Membuat CD Interaktif dan CD Autorun dengan
Autoplay Media Studio 5.0, Penerbit Gava Media, Yogyakarta
41