You are on page 1of 17

FILSAFAT SKOLASTIK

SARWANI
ILMU HADITS
USHULUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

Alamat Email :sarwaniruba@gmail.com

Abstrack

Philosophy is the study of all phenomena of life and human thought in a critical manner
and described in fundamental concepts. Philosophy is not explored by conducting experiments
and experiments, but by posing a problem precisely, finding a solution to it, providing arguments
and the right reasons for a particular solution. The end of these processes is incorporated into a
dialectical process. For the study of philosophy, logic of thinking and language logic is
absolutely necessary. A person who studies the field of philosophy is called a "philosopher". In
this scholastic philosophy will discuss a little philosophy in the Middle Ages and the early days of
western scholasticism. Medieval western philosophy can be said to be the "dark ages" because at
that time everything was tied to the church. And in the early days of western scholasticism there
were many theoretical theories from scholastic figures. a). Augustine (354-430 M). According to
Augustine in his thinking, he said that behind the order and order of the universe there must be
someone who controls, namely God. Absolute truth is in religious teachings. b). Boethius (480-
524 M). Boethius has translated at least 2 Aristotle's works on logic, namely Categories and On
Interpretation. c). Kaisar karel Agung (742-814 M). Charlemagne built schools at this time. This
is because in order for the spread of Christianity there is a regular organizational pattern (both
in spreading and deepening the religion).
Keywords: Philosophy, Scholastic Philosophy

1
Abstrak
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara
persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang
falsafah disebut "filsuf". Di dalam filsafat skolastik ini akan sedikit membahas filsafat pada abad
pertengahan dan masa awal skolastik barat. Filsafat barat abad pertengahan bisa dikatakan
sebagai ‘abad kegelapan’ karena pada masa itu semuanya terikat dengan gereja. Dan di masa
awal skolastik barat aka nada banyak teori terori dari tokoh skolasti. a). Augustinus (354-430
M). Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik keteraturan dan ketertiban
alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak ada pada ajaran
agama. b). Boethius (480-524 M). Boethius sekurang – kurangnya telah menerjemahkan 2 karya
Aristoteles tentang logika yaitu Categories, dan On Interpretation. c). Kaisar Karel Agung (742-
814 M). Charlemagne membangun sekolah-sekolah pada zaman ini. Hal itu dikarenakan agar
tersebarnya agama Kristen terdapat pola organisasi yang teratur (baik dalam penyebaran maupun
memperdalam agamanya).
Kata Kunci : Filsafat, Filsafat Skolastik

2
PENDAHULUAN

Filsafat selalu berkembang dari waktu ke waktu. Maka dari itu filsafat pra-modern pun
juga mempunyai periodisasi tersendiri, salah satunya filsafat abad pertengahan. Filsafat abad
pertengahan memiliki ciri khas yakni dipengaruhinya filsafat oleh ajaran gereja. Filsafat abad
pertengahan ini dibagi menjadi 2 masa yakni masa patristik dan skolastik.

Pada masa patristik, filsafat benar-benar di dominasi oleh gereja. Setiap filsafat yang
bertentangan dengan ajaran gereja ditolak dan harus dilenyapkan beserta para pendukungnya.
Sedang pada masa skolastik, filsafat mulai bangkit kembali dengan tetap menjadikan ajaran
gereja sebagai patokan untuk berfilsafat.

Filsafat abad pertengahan ini juga memiliki sejarah yang panjang sehingga dibutuhkan
penjelasan tersendiri akan pembagian 2 masa tersebut. Makalah ini akan membahas tentang
filsafat masa skolastik yang merupakan kebangkitan filsafat barat setelah cukup lama mengalami
kemandegan pada saat masa patristik.

Pembahasan
PENGERTIAN FILSAFAT SKOLASTIK
Filsafat Barat Abad Pertengahan

Filsafat barat abad pertengahan bisa dikatakan sebagai ‘abad kegelapan’ karena pada
masa itu semuanya terikat dengan gereja. Kegiatan, hasil karya, pemikiran manusia benar-benar
diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiran
gereja dan berani mengungkapkan pendapat tersebut akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada
abad ini teologi dianggap lebih tinggi kedudukannya dibandingakan filsafat.

Filsafat harus diuji apakah bertentangan atau tidak dengan ajaran gereja. Filsafat
berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan penalaran dilarang. Itu

3
masih tetap bisa dilakukan, malahan mencapai perkembangan yang lebih maju asal harus
diabdikan kepada keyakinan gereja.

Filsafat barat abad pertengahan dibagi menjadi dua masa, yakni masa patristik dan masa
skolastik. Perbedaan dua masa ini adalah di masa patristik ajaran gereja dianggap sebagai filsafat
yang sejati sekaligus sebagai wahyu, sedangkan pada masa skolastik berbagai pertanyaan diuji
secara tajam dan rasional, tak hanya bergantung pada ajaran gereja saja.

2.2. Filsafat Skolastik

Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Atau
dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Nama skolastik menunjuk besarnya
peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat.
Masa skolastik dimulai setelah filsafat mulai mengalami masa kemandegan karena kerusuhan
dan kesulitan politik pada abad VI dan VII yang dialami oleh bangsa romawi. Karena itulah
kekaisaran romawi menjadi runtuh begitu pula dengan peradabannya.

Setelah Charlemagne (Karel Agung) berkuasa, ketentraman itu mulai kembali. Pada saat
itu ajaran gereja mulai tersebar luas di daratan Eropa dan juga telah muncul organisasi-organisasi
yang berbau gereja. Karena itu didirikanlah sekolah-sekolah terutama untuk calon pemimpin
gereja, tetapi orang biasa pun boleh masuk di dalamnya. Yang diajarkan di sekolah-sekolah itu
juga masih merupakan ajaran lama yang disebut artes liberales (seni merdeka). Artes ini dulu
memang menjadi mata pelajaran utama di Yunani dan Roma. Ada tujuh macam artes:
grammatical, dialectica, rhetorica, geometria, aritmatica, astronomia, dan musica. Dialektika
ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat.

Ada yang mengatakan bahwa skolastik adalah filsafat yang berdasarkan agama atau
kepercayaan semata. Pendapat tersebut sebetulnya sudah mengingkari sifat filsafat skolastik
karena dalam sejarahnya sudah jelas bahwa skolastik di barat tidaklah berdasarkan wahyu.
Wahyu dalam filsafat diibaratkan seperti mercusuar tetapi bukan kemudi untuk mencapai

4
kebenaran. Jadi filsafat skolastik berpikir dalam penerangan agama bukan berdasarkan
kebenaran wahyu semata.

5
MASA AWAL SKOLASTIK BARAT

Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot, terlebih
lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi
serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang
telah dibangun selama berabad-abad.

Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742–814 M)
dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan,
termsuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan. Pada mulanya skolastik
ini timbul pertama kalinya di biara italia selatan dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke
Jerman dan Belanda. Kurikulum pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa, retorika,
dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.

Tak banyak yang bisa dijelaskan di masa ini karena banyaknya kericuhan. Tapi ada
beberapa tokoh yang harus diperhatikan yang mempengaruhi filsafat skolastik di masa ini.

1. Augustinus (354-430 M)

Augustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria), pada 13 November 354.


Ayahnya, Patricius adalah seorang pejabat pada kekaisaran Romawi, yang tetap kafir sampai
kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen yang amat taat.
Pada tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam kesucian dan kemiskinan
yang memang sudah lama di jalaninya.

Menurut Augustinus dalam pemikirannya, dia mengatakan dibalik keteraturan dan


ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan yaitu Tuhan. Kebenaran mutlak
ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu

6
diciptakan oleh Tuhan dari yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah
kehidupan bertapa dan yang terpenting adalah cinta kepada Tuhan. Terpisah dari Tuhan tidak
ada realitas , demikian katanya (Mayer, 357).

2. Boethius (480-524 M)

Nama lengkapnya adalah Anicius Manlius Severinus Boethius, dia adalah seorang filsuf
Romawi. Ia lahir di kota Roma sekitar tahun 480 M. Boethius pernah menjabat sebagai seorang
pejabat tinggi di bawah pemerintahan Kaisar Theodorik dan ia dituduh sebagai pengkhianat lalu
dibuang ke tempat pengasingan. Akhirnya, Boethius dihukum mati pada tahun 525 M pada
usiannya yang ke 44 tahun. Dia mendapat hukuman mati dengan tuduhan berkhianat. Dia
dianggap sebagai filosof akhir Romawi dan filosof pertama skolastik.

Boethius sekurang – kurangnya telah menerjemahkan 2 karya Aristoteles tentang logika


yaitu Categories, dan On Interpretation. Beliau sangat terkesan dengan pemikiran yang benar
melalui silogisme dalam membenarkan argumen teologis. Dia setuju dengan pandangan bahwa
logika menyediakan jawaban terhadap setiap misteri eksistensi manusia. Bukunya yang tekenal,
Consolation of Philosophy sangat populer di abad pertengahan. Pelajaran bidang filsafat pada
masa ini adalah logika dasar yang didasari oleh karya Aristoteles yang diterjemahkan oleh
Boethius.

3. Kaisar Karel Agung (742-814 M)

Kaisar abad tengah Charlemagne (Karel yang Agung) Lahir tahun 742, dekat kota
Aachen yang akhirnya jadi ibukotanya. Ayahnya bernama Pepin si Cebol dan kakeknya Charles
Martel, seorang pemuka bangsa Frank. Tahun 751 Pepin dinyatakan sebagai Raja bangsa Franks
sehingga mengakhiri kelemahan dinasti Merovingian, mendirikan dinasti baru yang kini disebut
Carolingian, sesudah Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa
Franks dibagi antara Charles dan saudaranya Carloman. Namun Carloman meninggal pada tahun

7
771. Kejadian ini mengakibatkan Charles, di umur dua puluh sembilan tahun, menjadi Raja
tunggal di Kerajaan Franks yang sudah menjadi kerajaan terkuat di Eropa.

Charlemagne membangun sekolah-sekolah pada zaman ini. Hal itu dikarenakan agar
tersebarnya agama Kristen terdapat pola organisasi yang teratur (baik dalam penyebaran maupun
memperdalam agamanya). sekolah-sekolah ini ajaran yang digunakan adalah ajaran lama yang
disebut artes liberales (seni merdeka). Sedangkan yang meliputi ajaran artes adalah grammatika,
dialektika, astronomia, geometria, aritmatika yang sudah sudah dijelaskan dipembahasan
sebelumnya. Hal inilah yang memicu munculnya filsafat skolastik.

4. Santo Anselmus (1033-1109 M)

Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Aosta, Italia, sekitar tahun 1033. Ia
menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karir di bidang politik dan mengembara keliling
Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan
bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang
hebat, Lanfranc.

Pemikiran filosofis Anselmus dipengaruhi berbagai hal, diantaranya Kitab Suci, Bapa
Gereja, dan Augustinus. Plato juga berpengaruh besar, Anselmus memiliki pandangan yang lebih
platonik daripada Aristotelian walaupun Ia telah membaca karya Aristoteles dan menggunakan
logikanya. Neoplatonisme juga merupakan gambaran mental dari Anselmus: Ia menggunakan
Plotinus untuk sampai pada pengetahuan akan trinitas Kristen (kepercayaan bahwa Allah adalah
3 pribadi, Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, namun tetap satu Allah).
Neoplatonisme mempunyai ‘trinitas’-nya sendiri mengenai Yang Satu, Akal Budi, dan Jiwa

5. Peter Abelardus (1079-1142 M)

8
Peter Abelardus adalah seorang filsuf skolastik, ahli logika, dan teolog yang terkenal
pada abad pertengahan. Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang komponis. Skandal dan kisah
cintanya dengan Héloïse d'Argenteuil telah menjadi legenda. Ada anggapan bahwa ia, bersama
dengan Santo Anselmus dari Canterbury, adalah pendiri skolastisisme di awal abad ke-12.

Sumbangan Abelardus adalah mengenai pemecahan masalah mengenai ‘universalia’ yang


ramai diperdebatkan di masa skolastik awal. ‘universalia’ maksudnya adalah konsep-konsep
umum yang soalnya adalah menentukan kodrat dan kedudukan konsep umum. Anselmus setuju
terhadap pandangan ‘universalia’ oleh nominalisme yang menyatakan bahwa konsep umum
hanya merupakan nama atau bunyi saja (flatus vocis). Namun bukan berarti konsep umum
merupakan ciptaan akal budi semata. Konsep-konsep umum menunjuk pada ciri-ciri yang benar-
benar terdapat pada individu.

9
PUNCAK FILSAFAT SKOLASTIK BARAT

Abad ke 13 dianggap sebagai zaman kejayaan filsafat dan teologi skolastik. Pada abad 13
ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang sangat mencolok. Perkembangan ini
dimungkinkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:

1. Hubungan dengan Bangsa Arab

Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan
dunia pemikiran Arab, yaitu dengan peradaban Yunani dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan
kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui
karya orang-orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih mengenal karya-karya Aristoteles,
yang semula memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya orang-orang Arab tulisan-tulisan
Aristoteles dikenal melalui karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.

2. Timbulnya Universitas-universitas

Karena semakin majunya sekolah-sekolah di Eropa, ada beberapa sekolah yang


membentuk suatu persekutuan antara para dosen dan mahasiswa dari satu jurusan yang disebut
universitas magistrotum et scolarum (persekutuan dosen dan mahasiswa). Adanya persekutuan
ini akhirnya dapat menimbulkan 4 fakultas yang berwibawa, yakni fakultas teologia, fakultas
hukum, fakultas kedokteran, dan fakultas sastra.

3. Timbulnya Ordo-ordo Baru

Ordo-ordo yang muncul di zaman ini antara lain Ordo Fransiskan dan Ordo Dominikan.
Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga

10
menimbulkan dorongan yang kuat untukmemberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya
memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus de Grote, Thomas Aquines,
Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.

Beberapa tokoh yang berpengaruh di zaman ini yaitu:

1. Albertus Magnus (1193-1280 M)

Albertus Magnus juga dikenal sebagai Santo Albertus Agung dan Albert dari Koln adalah
seorang biarawan Ordo Dominikan yang menjadi terkenal karena pengetahuan universalnya dan
advokasi keberadaan damai antara ilmiah dan agama. Dia dianggap sebagai salah satu filsuf
Jerman terbesar dan teolog dari Zaman Pertengahan. Dia merupakan pelajar pertama dari Zaman
Pertengahan yang menggunakan filosofi Aristoteles ke dalam pemikiran Kristen pada masa itu.

Albertus adalah seorang teolog, filsuf, dan naturalis. Ia menulis tetang dunia tanaman,
geografi, mineralogi, sosiologi, dan astronomi. Tulisannya yang terkenal berjudul De
Meteororibus yang membahas tentang komet, asal usul sungai, angin, petir, kilat, pelangi, dan
sebagainya. Albertus menyentuh semua ilmu pengetahuan sehingga Ia diberi gelar doktor
universalis.

Albertus merupakan guru Thomas Aquinas yang dianggap sebagai filosof yang menandai
masa kejayaan skolastik.

2. Thomas Aquinas

adalah seorang filsuf dan teolog dari Italia yang sangat berpengaruh pada abad
pertengahan. Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah Summa Theologiae (1273), yaitu
sebuah buku yang merupakan sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Pada
tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh

11
Paus Leo XIII. Thomas Aquinas juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso
d’Aquino).

Thomas dianggap sebagai filosof yang menandai masa kejayaan skolastik. Thomas
berusaha untuk membangun suatu perpaduan realism antara nalar dan iman, kodrat dan
adikodrat, filsafat dan teologi. Berbeda dengan Agustinus, Ia lebih mengikuti ajaran Aristoteles.
Epistemologi Thomas lebih merupakan kelanjutan dari epistemologi Aristoteles. Titik tolak
ajaran epistemologi Thomas adalah penerimaan terhadap pengetahuan yang bersumber pada
intelektual (intellectus agens) demikian juga kebenaran, kepastian dan sebagainya. Thomas juga
menerima keterbatasan pengetahuan manusia, namun demikian hal itu sebagai potensi yang tidak
terbatas sifatnya.

Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens).
Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah
penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam
pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan
kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan
mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau
disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan
disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas.

Aliran filsafat yang didasari oleh pemikiran Thomas Aquinas dinamakan sebagai aliran
Thomisme.

3. John Duns Scotus

John Duns Scotus (sekitar 1266 – 8 November 1308) adalah seorang teolog, filsuf, dan
logikawan. Sebagian orang berpendapat bahwa pada masa jabatannya sebagai profesor di
Oxford, pengujian sistematis atas apa yang membedakan teologi dari filsafat dan sains mulai
dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Ia adalah salah satu teolog dan filsuf yang paling

12
berpengaruh dari Abad Pertengahan Tinggi, dan dijuluki "Doctor Subtilis" karena cara
berpikirnya yang tajam.

Duns Scotus merupakan pengkritik ajaran Thomas yang notabene merupakan filosof
paling terkemuka di abad pertengahan. Ia setia membedakan rasio dengan iman. Kritiknya ini
dikembangkan oleh William Ockham. Aliran filsafat yang didasarkan ajaran Duns Scotus
dinamakan Scotisme.

4. Pengaruh teori Kenabian di dalam Filsafat Skolastik Masehi


Demikian pula para filosof abad pertengahan terpengaruh oleh banyak pandangan filsafat
islam,sehingga tasawuf Al-farabi khususnya tidak asing bagi mereka. Hal itu dikarenakan
agama masehi tersendiri mengakui pemikiran-pemikiran tasawuf secara global dan tidak
sedikit mendorong agar di perhatikan. Jika segala sesuatu keluar dari Allah dan akan
kembali kepada-Nya,maka adalah salah besar jika makhluk melupakan Kholq- Nya. Atau
enggan berusaha menuju dan mendekat kepada-Nya. Namun untuk mencapai zat maha
suci tidak sukar menurut kaum suffi masehi,karena kita berdoa kepada Allah dalam
bentuk kata maka dia akan meringankan dan memalingkan kita dari semua beban
kehidupan.
Gilson telah menulis -sebagai seorang ahli dalam hal ini satu pasal menyenangkan
tentang teori cinta (menurut ajaran agama) masehi serta menjelaskan berbagai indikasi
tersembunyi dan kecenderungan suffi ysng di kandungnya. Cinta kepada Allah adalah
jalan yang akan mendekatkan kita kepadanya dan akan menutun kita menuju kepada
kebahagiaan,ala Al-farabi. Kami harus menambahkan bahwa kebahagiaan yang di
sederhanakan oleh Al-farabi adalah berlandaskan pada kekuatan lain dan mendapat
kunjungan dari satu kekuatan besar,yaitu kekuatan aristoleles yang benar-benar
mendominasi abad pertengahan masehi sejak abad ke-13 M. Karena kebahagiaanini amat
mirip dengan eudomonia aristoleles,bahkankami telah mengatakan korelasi antra
keduanya. Oleh karena ituah banyak pendukung Aristoleles dari kalangan masehi
merangkul teori ini,walaupun secara keras memerangi berbagai pandangan lain yg
dikemukakan oleh para filosof islam. Albert yang Agung dan Santo Thomas
membicarakan tentang intellectus sactus (ajal suci) yang pada umumnya adalah anak dari

13
“Ruh kudus’’ yang sebelumnya sangat di tekankan oleh al-Farabi. Dan Santo Thomas
menyatakan secara tegas bahwa kesenangan dan kebahagiaan jiwa terbatas pada
menganalisa realitas-realitas azali.
Jadi,kebahagiaan ala al-Farabi berpengaruh baik dari kalangan Yahudi maupu masehi
abad pertengahan. Tidaklah sukar bagi kami untuk menjelaskan sumber dimana orang-
orang masehi mengambil teori ini. Karena mereka telah mebaca risalah-risalah al-Farabi
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa latin,bahkan mereka mengetahuinya secara detail
didalam berbagai karangan Ibnu Sina serta Ibnu Rusyd dan didalam buku Musa bin
Maimun yang terkenal: Dalala al-Ha’irin. Dari buku inilah orang barat banyak
mengambil pemikiran-pemikiran Timur.

14
FILSAFAT SKOLASTIK BARAT AKHIR

Masa Skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga menyebabkan
stagnasi (kemandegan) pemikiran filsafat Skolastik Kristen. Tokoh yang terkenal pada masa ini
adalah Nicolaus Cusanus (1401-1404 M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa Allah adalah
obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai
yang terhingga, obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Dalam diri
Allah semua hal yang berlawanan mencapai kesatuan. Semua makhluk berhingga berasal dari
Allah pencipta, dan segalanyaakan kembali pula pada pencipta-Nya. Nicolaus Cusanus sebagai
tokoh pemikir yang berada paling akhir masa Scholasti. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara
untuk mengenal, yaitu : lewan indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat
pengetahuan tentang benda berjasad, yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal kita akan
mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan
indera. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi sebagaiamana
dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas
Aquinas, yaitu William Ockham (1285-1349 M). Tulisan-tulisannya menyerang kekuasaan
gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan kemudian dipenjarakan oleh
Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV,
sehingga ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Ockham merasa
membela agama dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus diterima atas dasar
keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat didemonstrasikan.

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Filsafat skolastik barat dibagi menjadi 3 masa, awal, kejayaan dan akhir. Di masa awal
merupakan masa bangkitnya kembali filsafat setelah mengalami kemandegan di zaman patristik.
Di bawah kepemimpinan Karel Agung didirikanlah sekolah-sekolah yang menjadi pemicu
kebangkitan filsafat. Pada masa kejayaan ada 2 aliran besar yang paling berpengaruh yakni aliran
Thomisme yang didasarkan pada ajaran Thomas Aquinas dan aliran Scotisme yang didasarkan
pada ajaran John Duns Scotus. Pada akhirnya William Ockham yang mengembangkan ajaran
Duns Scotus berhasil membuat aliran yang disebut via moderna.

Meski masa skolastik barat telah berakhir, dampaknya masih terasa saat ini. Karena
ajaran-ajaran di masa itulah yang membuat sains saat ini dapat berkembang dengan pesat.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna.1990. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. PT. Pembangunan: Jakarta

Hadiwijjono, Harun. 1980 .Sari Sejarah Filsafat Barat I. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Bertens, Kees. 1975. Ringkasan Sejarah Filsafat. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Welem, F.D.. 2003. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja.
PT. BPK. Gunung Mulia: Jakarta

Watloly, Aholiab. 2001. Tanggung Jawab Pengetahuan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Magee, Bryan. 2008. The Story of Philosophy. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

http://www.google.com/

http://id.wikipedia.org/

17

You might also like