You are on page 1of 28

ANALISIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA SOAL UJIAN

AKHIR SISWA KELAS 6 KMI DALAM KELOMPOK MATA PELAJARAN


DIRASAH ISLAMIYAH DI PONDOK MODERN TAZAKKA BATANG

Iqbal Faza Ahmad


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-mail: qobelahmed@gmail.com

Sukiman
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-mail: drsukiman10@gmail.com

DOI : 10.14421/jpai.2019.162-02

Abstract
This research aims to determine the composition of the final exam of Grade 6 students Kulliyatul
Muallimin al-Islamiyah (KMI), a group of subjects of the honed Islamiyah in the modern cottage of
Tazakka Batang from the level of thinking skills according to Bloom's taxonomy, and Know the
characteristics of the Higher Order Thinking Skill (HOTS) contained in the final examination of the
group's subjects. This research is qualitative descriptive-analytical research. Data collection is
conducted using interviews and documentation. The validity of the data is tested using triangulation
techniques, which include the triangulation of the source and method, and data analysis is done through
transcript, coding, and verification. The results showed: 1) the composition of final examination of
students in Grade 6 KMI Group of subjects (Tauhid, Fiqh, and Islamic date) judging by the level of
thinking skills according to the dominant taxonomy of Bloom is the question that belongs to the Category
level think remembering and understanding. (C1 and C2). There are a few questions that include
thinking skills to apply, analyze, and evaluate (C3, C4, and C5), and there is no item that contains the
ability to think creating (C6). 2) about the exam on the subjects of Tauhid, Fiqh, and Islamic date in the
final exam of Grade 6 students in Pondok Modern Tazakka is based not on the special considerations
about Higher Order Thinking Skill (HOTS). However, after the authors of the analysis, there are some
questions about the group's subjects, which has some characteristic HOTS. The question of the most
fulfilling the character of HOTS is about the test of Fiqh subjects, followed by Tauhid and History of
Islam

Key words: Higher Order Thinking Skill, Soal Ujian Akhir, Dirasah Islamiyah, Pondok Modern

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui komposisi soal ujian akhir siswa kelas 6
Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah (KMI) kelompok mata pelajaran Dirasah Islamiyah di
pondok modern Tazakka Batang dilihat dari tingkat kemampuan berpikir menurut taksonomi
Bloom dan mengetahui karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang terdapat pada
soal ujian akhir kelompok mata pelajaran Dirasah Islamiyah tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif analitik. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diuji menggunakan teknik
triangulasi yang meliputi triangulasi sumber dan teknik, dan analisis data dilakukan melalui
transcript, coding, dan verification. Hasil penelitian menunjukan: 1) Komposisi soal ujian akhir
siswa kelas 6 KMI kelompok mata pelajaran Dirasah Islamiyah (Tauhid, Fiqih dan Tarikh
Islam) dilihat dari tingkat kemampuan berpikir menurut taksonomi Bloom yang dominan
adalah soal yang termasuk dalam kategori tingkat berpikir mengingat dan memahami. (C1
dan C2). Ada sebagian kecil soal yang memuat kemampuan berpikir mengaplikasikan,

137
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

menganalisis dan mengevaluasi (C3, C4 dan C5) dan tidak ada butir soal yang memuat
kemampuan berpikir mencipta (C6). 2) Soal ujian mata pelajaran Tauhid, Fiqih dan Tarikh
Islam dalam Ujian Akhir siswa kelas 6 KMI di Pondok Modern Tazakka disusun tidak
berdasarkan kepada pertimbangan karakteristik soal Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Namun, setelah penulis analisis, ada sebagian soal kelompok mata pelajaran Dirasah
Islamiyah tersebut yang memiliki beberapa karakteristik HOTS. Soal yang paling banyak
memenuhi karaketeristik HOTS adalah soal ujian mata pelajaran Fiqih, disusul Tauhid dan
Sejarah Islam.

Kata kunci: Higher Order Thinking Skill, Soal Ujian Akhir, Dirasah Islamiyah, Pondok Modern

Pendahuluan (HOTS) adalah kemampuan berpikir


Upaya peningkatan mutu tingkat tinggi yang berada pada tingkat
pendidikan di Indonesia terus kemampuan berpikir analisis, evaluatif
dilakukan oleh Pemerintah. Salah satu dan mengreasi (C4-C6 dalam
agenda yang terus dilakukan adalah taksonomi Bloom) (Setiawati, 2019: 36).
pengembangan kurikulum, termasuk Kemampuan berfikir tingkat tinggi
di dalamnya pengembangan sistem tidak sekedar mengingat (recall),
penilaian. Model penilaian yang menyatakan kembali (restate), atau
digunakan dalam kurikulum 2013 telah merujuk tanpa melakukan pengolahan
mengadopsi model-model penilaian (recite) yang kemudian diistilahkan
berstandar internasional. Salah satu ciri oleh Bloom sebagai kemampuan
model penilaian tersebut adalah lebih berpikir tingkat rendah (Lower Order
menekankan pada kemampuan Thinking Skills) (Ariyana, 2019: 6).
berpikir tingkat tinggi (Higher order Model penilaian berkarakteristik
thingking skill). Konsep penilaian ini HOTS telah banyak dikembangkan dan
tidak hanya fokus terhadap tujuan- diterapkan di sekolah formal mulai
tujuan pendidikan yang telah tingkat dasar, menengah maupun
ditetapkan, akan tetapi lebih jauh perguruan tinggi (Widana, 2017: 3).
mengarah pada pembentukan Pengembangan model penilaian yang
kemampuan peserta didik secara berkarakteristik HOTS juga menjadi
mandiri dalam berfikir secara kritis, salah satu fokus agenda Direktorat
kreatif, dan inovatif serta mampu Pendidikan Agama Islam di
memecahkan masalah yang lebih Kementrian Agama dalam pelaksanaan
kompleks. Higher Order Thinking Skill penilaian Pendidikan Agama Islam

138
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

(PAI) di sekolah dan madrasah. Hal ini Pondok Pesantren sebagai


dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan Islam memiliki
penyelenggaraan workshop tujuan yang sama dalam upaya
penyusunan soal berbasis HOTS oleh membentuk karakter peserta didik
Kementerian Agama di berbagai menjadi pribadi muslim yang memiliki
wilayah. Model penilaian ini kemampuan intelektualitas tinggi.
diharapkan mampu meningkatkan Maka perlu sekiranya pengembangan
kualitas butir soal sebagai instrumen model penilaian berkarakter HOTS
tes yang digunakan oleh guru PAI. juga dikembangkan di lingkungan
Selama ini penilaian PAI cenderung Pondok Pesantren, terutama di
hanya menekankan pada aspek Pesantren Muadalah yang notabennya
kemampuan mengingat, menyatakan tidak terikat langsung sistem yang
kembali atau merujuk tanpa ditetapkan oleh Pemerintah. Pondok
melakukan pengolahan, yang Modern Tazakka Batang merupakan
ketiganya masih termasuk dalam salah satu pondok pesantren yang telah
tingkatan terendah kemampuan mendapatkan pengakuan dari
berpikir menurut taksonomi Bloom. Pemerintah melalui sistem mu’adalah
Peningkatan kualitas instrumen pada tahun 2016. Kurikulum yang
soal dalam penilaian PAI merupakan digunakan Pondok Modern Tazakka
suatu hal yang penting dan perlu untuk Batang adalah Kulliyatul Muallimin al-
dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan Islamiyah yang kemudian disebut KMI.
upaya mengembangkan kompetensi KMI didirikan pada tahun 1936 oleh
peserta didik untuk tidak hanya KH. Imam Zarkasyi, salah satu pendiri
sekedar memahami dan mengetahui Pondok Modern Darussalam Gontor
atas suatu bentuk pengetahuan atau yang di dalamnya diajarkan pelajaran
informasi, akan tetapi lebih jauh dari agama, pengetahuan umum, dan
pada itu, peserta didik diharapkan bahasa asing (Arab dan Inggris) dengan
memiliki kemampuan analisis dan lama studi selama 6 tahun untuk
pemecahan masalah terhadap berbagai lulusan sekolah dasar dan 4 tahun
permasalahan yang ada. untuk lulusan sekolah menengah
pertama.

139
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Pondok Modern Tazakka Batang kerangka taksonomi kognitif Bloom


memiliki kebijakan tersendiri terkait dan HOTS.
dengan sistem penilaian peserta didik Penelitian tentang soal kategori
dan pengembangan instrumen soal tes. HOTS sudah banyak dilakukan oleh
Soal-soal yang digunakan di Pondok peneliti-peneliti sebelumnya tetapi
Modern Tazakka tidak hanya hampir semua penelitian tersebut
menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dilakukan dalam lingkup sekolah
juga menggunakan bahasa asing yaitu formal dan dalam mata pelajaran
Arab dan Inggris, sesuai dengan bahasa umum seperti matematika, IPA, Fisika,
pengantar yang digunakan dalam Biologi, dan IPS. Masih sedikit
proses pembelajaran di masing-masing penelitian yang meneliti dalam bidang
mata pelajaran. Pengakuan terhadap Pendidikan Agama Islam apalagi yang
kompetensi lulusan KMI tidak hanya diselenggarakan di pondok pesantren.
diakui oleh masyarakat dan Herawati (2014) meneliti tentang
Pemerintah tetapi juga diakui oleh pengembangan asesmen HOTS pada
perguruan tinggi di luar negeri. pembelajaran berbasis masalah pada
Problem yang muncul dari soal- Sekolah Dasar. Pratiwi dan Pasha
soal yang dikembangkan untuk ujian (2015), melakukan penelitian tentang
akhir di Pondok Modern Tazakka pengembangan instrumen penilaian
tersebut belum sepenuhnya memiliki HOTS berbasis kurikulum 2013 dalam
karakteristik HOTS. Menurut hasil pembelajaran Fisika. Laily dan
pencermatan penulis masih banyak Wisudawati (2015), melakukan
ditemukan soal-soal yang ada hanya penelitian tentang analisis soal tipe
mengukur kemampuan berfikir tingkat Higher Order Thinking Skill (HOTS)
rendah. Oleh karena itu, penulis dalam soal UN Kimia SMA.
tertarik menelaah lebih lanjut kualitas Taufiqurrahman, dkk. (2016),
instrumen soal yang digunakan untuk melakukan penelitian tentang
pelaksanaan ujian akhir di Pondok pengembangan instrumen penilaian
Modern Tazakka Batang dilihat dari Higher Order Thinking Skill pada mata
kategori kemampuan berpikir dalam pelajaran PAI dengan menggunakan
pendekatan R and D. Sari (2017),

140
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

melakukan penelitian tentang analisis pelajaran Biologi SMA. Hasyim dan


soal matematika ujian sekolah dasar Andreina (2019), melakukan penelitian
berkarakter HOTS. Martina (2017), tentang analisis Higher Order Thinking
melakukan penelitian tentang Skill (HOTS) siswa dalam
pengembangan instrumen tes Higher menyelesaikan soal open ended
Order Thinking Skill pada mata Matematika.
pelajaran matematika SMP. Mania Tulisan ini memiliki kekhususan
(2017), melakukan penelitian tentang dilihat dari sisi obyek yang dianalisis
analisis soal Ujian Nasional yakni soal-soal kelompok mata
Matematika SMP/MTs berdasarkan pelajaran Dirasah Islamiyah (Tauhid,
perspektif Higher Order Thinking Skill. Fiqih, dan Tarikh Islam) yang disusun
Kennedy (2018), melakukan penelitian oleh pendidik di lingkungan pondok
tentang desain instrumen Higher Order pesantren yang notabene selama ini
Thinking Skills pada mata kuliah dasar- tidak banyak terlibat dalam kegiatan
dasar materi Matematika di Jurusan pelatihan penulisan soal sebagaimana
PGSD. Hasibuan (2018), melakukan para guru di sekolah-sekolah formal.
penelitian degan tema pengembangan Pokok persoalan yang menjadi acuan
instrumen asesmen Higher Order telaah pada tulisan ini adalah:
Thinking Skills (HOTS) pada mata bagaimanakah komposisi soal ujian
pelajaran matematika di SMK Negeri 8 akhir sesuai kelas 6 KMI kelompok
Medan. Fanani (2018), melakukan mata pelajaran Dirasah Islamiyah di
penelitian tentang strategi pondok pesantren Tazakka Batang
pengembangan soal Higher Order dilihat dari tingkat kemampuan
Thinking Skill dalam kurikulum 2013. berpikir dalam Taksonomi Bloom dan
Rohman dan Hartoyo (2018), meneliti bagaimanakah karakteristik soal yang
tentang analisis High Order Thinking digunakan dalam ujian akhir tersebut
Skills (HOTS) taksonomi menganalisis dilihat tuntutan penulisan soal kategori
permasalahan Fisika. Ningsih (2018), HOTS?
meneliti tentang analisis soal tipe
Kerangka Teori
Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Ranah Kognitif dalam Taksonomi
dalam soal ujian nasional mata
Bloom

141
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Ranah kognitif adalah ranah 11). Taksonomi Bloom ranah kognitif


yang mencakup kegiatan mental (otak) edisi lama selanjutnya direvisi oleh
(Sukiman, 2017: 52). Banyak teori yang Anderson dan Krathwohl pada tahun
membahas tentang kemampuan 2001 yang dituangkan dalam buku
kognitif ini di antaranya adalah teori yang berjudul “A Taxonomy for
yang dikembangkan oleh Benjamin S. Learning, Teaching and Assessing: A
Bloom, dkk. yang kemudian Revision of Bloom’Taxonomy of
dituangkan dalam buku mereka Educational Objectives” yang diterbitkan
berjudul “Taxonomy of Educational pada tahun 2001. Pada edisi revisi ini
Objectives, Handbook 1: Cognitive Anderson dan Krathwohl
Domain” yang diterbitkan pertama memunculkan dua dimensi kognitif
tahun 1956. Ranah kognitif, adalah yaitu dimensi proses kognitif dan
sasaran hasil belajar yang berhubungan dimensi pengetahuan (Kuswana, 2012:
dengan daya ingat tentang 109). Pada dimensi proses kognitif tetap
pengetahuan, keterampilan, serta terdiri dari enam tingkat kemampuan
kemampuan intelektual (Sudjana, 2002: kognitif, hanya saja ada perubahan
22). Ranah ini berpusat pada jenis kata dan urutan tingkatan. Pada
pengkajian tes dan pengembangan awalnya Bloom menggunakan kata
kurikulum melalui pendefinisian benda dalam merumuskan jenjang
sasaran hasil sebagai uraian perilaku proses kognitif yaitu pengetahuan,
peserta didik (Kusnawa, 2012: 11). pemahaman, terapan, analisis, sintesis,
Bloom, dkk. membagi ranah dan evaluasi. Setelah mengalami revisi
kognitif ke dalam enam jenjang atau dan penyempurnaan menjadi
tingkat proses berpikir. Keenam jenjang mengingat (C1), memahami (C2),
tersebut dimulai dari jenjang yang menerapkan (C3), menganalisis (C4),
terendah sampai dengan yang paling mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)
tinggi, yaitu pengetahuan (knowledge), (Basuki dan Hariyanto, 2016: 12).
pemahaman (comprehension), Dalam dimensi pengetahuan,
penerapan (application), analisis Anderson dan Krathwhol (2001)
(analysis), sentesis (synthesis) dan menetapkan empat jenis pengetahuan
evaluasi (evaluation) (Nursalam, 2012:

142
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

yang terdapat dalam taksonomi Bloom mempraktikkan netode-metode


yaitu: penelitian, dan kriteria-kriteria
a. Pengetahuan faktual, yakni untuk menggunakan
elemen-elemen dasar yang harus keterampilan, algoritma, teknik,
diketahui siswa untuk mempelajari dan metode.
satu disiplin ilmu atau untuk d. Pengetahuan metakognitif, yakni
menyelesaikan masalah-masalah pengetahuan tentang kognisi
dalam disiplin ilmu tersebut. secara umum, kesadaran dan
b. Pengetahuan konseptual, yakni pengetahuan tentang kognisi diri
hubungan-hubungan antar elemen sendiri.
dalam sebuah struktur besar yang Keempat dimensi pengetahuan
memungkinkan elemen- dan jabaran masing-masing dapat
elemennya berfungsi secara dipaparkan dalam berikut (Anderson
bersama-sama. dan Krathwhol’s, 2001).
c. Pengetahuan prosedural, yakni
bagaimana melakukan sesuatu,
Tabel 1
Dimensi Pengetahuan
Jenis Pengetahuan Sub Jenis
1. Pengetahuan tentang terminologi
A. Pengetahuan
2. Pengetahuan tentang detail-detail elemen-elemen
Faktual
yang spesifik
1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
B. Pengetahuan
2. Pengetahuan tetang prinsip dan generalisasi
Konseptual
3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur
1. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang
tertentu dan algoritme
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam
C. Pengetahuan
bidang tertentu
Prosedural
3. Pepngetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan
menggunakan prosedur yang tepat
1. Pengetahuan strategis
D. Pengetahuan
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kogntif
Metakognitif
3. Pengetahuan diri

143
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Penyusunan soal kategori Higher Order demikian dapat disimpulkan bahwa


Thinking Skill (HOTS) kemampuan berpikir tingkat tinggi
Menurut Resnick, definisi atau yang disebut Higher Order Thinking
keterampilan berpikir tingkat tinggi Skills adalah kemampuan berpikir yang
(Higher Order Thinking Skill) adalah tidak hanya sekedar mengingat,
proses berpikir kompleks dalam menyatakan kembali dan juga merujuk
menguraikan materi, membuat tanpa melakukan pengolahan, akan
kesimpulan, membangun representasi, tetapi kemampuan berpikir untuk
menganalisis, dan membangun menelaah informasi secara kritis,
hubungan dengan melibatkan aktivitas kreatif, berkreasi dan memecahkan
mental yang paling dasar (Ariyana, masalah.
2018: 5). Pengertian Higher Order Kemampuan berpikir tingkat
Thinking Skills (HOTS) atau tinggi ini harus dilatihkan oleh
keterampilan berpikir tingkat tinggi pendidik dalam proses pembelajaran
tidak lepas dari sistem klasifikasi hasil dan kemudian hasilnya dinilai dengan
belajar yang dikemukakan oleh menggunakan instrumen penilaian
Benyamin S. Bloom, dkk. yang dari sisi yang antara lain berupa soal yang harus
dimensi proses kognitif dibagi menjadi memiliki karakteristik HOTS. Tujuan
enam jenjang/tingkat sebagaimana utamanya adalah untuk meningkatkan
diuraikan di atas. Keenam jenjang keterampilan berpikir tingkat tinggi
proses kognitif dalam taksonomi yang lebih efektif (Mustahdi, 2019: 3).
Bloom, kemudian dibagi menjadi dua Penilaian berpikir tingkat tinggi
kategori yaitu kemampuan bepikir meliputi 3 prinsip (Mustahdi, 2019: 3):
tingkat rendah (Lower order thinking a. Menyajikan stimulus bagi siswa
skill) meliputi proses berpikir dalam untuk dipikirkan, biasanya
jenjang mengingat, memahami dan dalam bentuk pengantar teks,
menerapkan; dan kemampuan berpikir visual, skenario, wacana, atau
tingkat tinggi (Higher order thinking skill) masalah (kasus);
yang meliputi jenjang proses berpikir b. Menggunakan permasalahan
menganalisis, mengevaluasi dan baru bagi siswa, belum dibahas
mencitpta (Mustahdi, 2019: 7). Dengan

144
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

di kelas, dan bukan pertanyaan The Australian Council for Educational


hanya untuk proses mengingat; Research (ACER) menyatakan
c. Membedakan antara tingkat bahwa kemampuan berpikir
kesulitan soal (mudah, sedang, tingkat tinggi merupakan proses:
atau sulit) dan level kognitif menganalisis, merefleksi,
(berpikir tingkat rendah dan memberikan argumen (alasan),
berpikir tingkat tinggi). menerapkan konsep pada situasi
Prinsip-prinsip umum dalam berbeda, menyusun, menciptakan.
penilaian HOTS yang dikemukakan Kemampuan berpikir tingkat
oleh Brookhart (2010: 17) adalah tinggi bukanlah kemampuan
sebagai berikut: untuk mengingat, mengetahui,
a. Menentukan dengan jelas dan atau mengulang. Dengan
tepat apa yang akan dinilai demikian, jawaban soal-soal HOTS
b. Desain tugas atau instrumen tes tidak tersurat secara eksplisit
yang mengharuskan siswa dalam stimulus. Kemampuan
untuk menunjukan pengetahun berpikir tingkat tinggi termasuk
atau keterampilan yang kemampuan untuk memecahkan
diinginkan masalah (problem solving),
c. Pedoman yang digunakan keterampilan berpikir kritis (critical
sebagai alat bukti sejauh mana thinking), berpikir kreatif (creative
siswa menunjukan pengetahuan thinking), kemampuan berargumen
atau keterampilan yang (reasoning), dan kemampuan
diinginkan mengambil keputusan (decision
Soal-soal HOTS sangat making). Kemampuan berpikir
direkomendasikan untuk digunakan tingkat tinggi merupakan salah
pada berbagai bentuk penilaian kelas. satu kompetensi penting dalam
Berikut adalah karakteristik soal-soal dunia modern, sehingga wajib
HOTS (Setiawati, dkk., 2018: 11-14): dimiliki oleh setiap peserta didik.
a. Mengukur kemampuan berpikir Kreativitas menyelesaikan
tingkat tinggi permasalahan dalam HOTS, terdiri
atas:

145
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

1) kemampuan termasuk pula bagaimana


menyelesaikan keterampilan peserta didik untuk
permasalahan yang tidak menghubungkan (relate),
familiar menginterpretasikan (interprete),
2) kemampuan menerapkan (apply) dan
mengevaluasi strategi mengintegrasikan (integrate) ilmu
yang digunakan untuk pengetahuan dalam pembelajaran
menyelesaikan masalah di kelas untuk menyelesaikan
dari berbagai sudut permasalahan dalam konteks
pandang yang berbeda nyata. Berikut ini diuraikan lima
3) menemukan model-model karakteristik asesmen kontekstual,
penyelesaian baru yang yang disingkat REACT:
berbeda dengan caracara 1) Relating, asesmen terkait
sebelumnya. langsung dengan konteks
b. Berbasis permasalahan kontekstual pengalaman kehidupan
Soal-soal HOTS merupakan nyata.
instrumen penilaian yang berbasis 2) Experiencing, asesmen
situasi nyata dalam kehidupan yang ditekankan kepada
sehari-hari, di mana peserta didik penggalian (exploration),
diharapkan dapat menerapkan penemuan (discovery), dan
konsep-konsep pembelajaran di penciptaan (creation).
kelas untuk menyelesaikan 3) Applying, asesmen yang
masalah. Permasalahan menuntut kemampuan
kontekstual yang dihadapi oleh peserta didik untuk
masyarakat dunia saat ini terkait menerapkan ilmu
berbagai aspek kehidupan pengetahuan yang
masyarakat mulai dari aspek sosial, diperoleh di dalam kelas
politik, ekonomi, kebudayaan, untuk menyelesaikan
keagamaan, teknologi informasi masalah-masalah nyata.
dan aspek kehidupan lainnya. 4) Communicating, asesmen
Dalam pengertian tersebut yang menuntut

146
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

kemampuan peserta didik siswa kelompok mata pelajaran


untuk mampu Dirasah Islamiyah kelas 6 KMI Pondok
mengomunikasikan Modern Tazakka Batang.
kesimpulan model pada Metode pengumpulan data yang
kesimpulan konteks dipakai dalam penelitian ini adalah
masalah. wawancara dan dokumentasi,
5) Transfering, asesmen yang Wawancara dalam penelitian ini
menuntut kemampuan bersifat mendalam atau in-depth
peserta didik untuk interview, bersifat tidak terstruktur
mentransformasi konsep- sehingga memudahkan peneliti untuk
konsep pengetahuan mendapatkan informasi yang
dalam kelas ke dalam dibutuhkan dan dapat merekatkan
situasi atau konteks baru interaksi antara peneliti dengan
narasumber (Ghony dan Almansur,
Metode Penelitian
2012: 322). Metode dokumentasi
Penelitian ini merupakan
merupakan teknik pengumpulan data
penelitian kualitatif yang bersifat
dengan menghimpun dan menganalisa
deskriptif analisis karena ditujukan
data dalam bentuk dokumen baik
untuk mengetahui informasi secara
tertulis maupun gambar (Sugiyono,
mendalam mengenai suatu objek
2016: 203). Metode ini digunakan untuk
penelitian secara keseluruhan
memperoleh data terkait masalah
sebagaimana aslinya. Kemudian hasil
penelitian yaitu terkait soal ujian akhir
penelitian dituangkan dalam bentuk
siswa kelas 6 KMI. Dalam penelitian ini,
narasi sesuai data yang didapatkan di
dokumen yang menjadi sumber data
lapangan tanpa ada perubahan
adalah naskah soal ujian tulis
sedikitpun sehingga data tersebut
kelompok mata pelajaran Dirsah
diolah dan dianalisis menjadi satu
Islamiyah siswa kelas 6 KMI.
kesatuan yang utuh (Moleong, 2010: 6).
Langkah-langkah analisis data
Subjek penelitian ini adalah guru mata
yang dilakukan dalam penelitian ini
pelajaran Dirasah Islamiyah dan siswa
adalah: (1) Transcript, yaitu proses olah
kelas 6 KMI, sedangkan objek
data yang dilakukan dengan cara
penelitian ini adalah soal Ujian Akhir

147
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

mengetik secara apa adanya mulai awal berdirinya hingga sekarang.


berdasarkan data yang diperoleh dari Sejak tanggal 16 Ramadhan 1430/ 6
hasil penelitian di lapangan. Data yang September 2009 telah resmi diwakafkan
diketik berupa jawaban dan oleh para pendirinya kepada umat
pertanyaan-pertanyaan dari subjek Islam. Berdirinya Yayasan Tazakka dan
penelitian, biasanya peneliti lahirnya Pondok Pesantren Modern
menggunakan recorder untuk merekam Tazakka tidak dapat dipisahkan.
proses wawancara. (2) Coding, proses Yayasan Tazakka berawal dari kegiatan
ini dilakukan setelah selesai majlis taklim dari rumah ke rumah,
mentranskip data yaitu memberikan yang dirintis oleh tiga bersaudara dari
label pada jawaban responden. pasangan H. Anta Mashyadi dan Hj.
Maksudnya dari jawaban yang telah Susmiyati, yaitu Anang Rikza
diberikan oleh responden diberikan Masyhadi, Anizar Masyhadi dan Anisa
label sesuai variabel. (3) Conclusion Masyhadi setelah ketiganya kembali
Drawing atau verification, adalah dari studi di Universitas Al-Azhar,
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kairo, Mesir.
Verifikasi ini bersifat sementara dan Sejak dirintisnya, Yayasan
akan berubah jika tidak ditemukan Tazakka bermarkas di Kecamatan
bukti-bukti yang kuat yang Bandar, Kabupaten Batang, Jawa
mendukung tahap pengumpulan data Tengah, yang mendedikasikan dirinya
berikutnya, tetapi apabila ternyata data dalam tiga bidang garapan, yaitu:
yang ditemukan adalah sebaliknya dakwah, sosial, dan pendidikan. Sejak
maka kesimpulan ini merupakan tahun 1990-an Yayasan Tazakka telah
kesimpulan yang kredibel. menyadari pentingnya investasi
sumber daya manusia untuk
Hasil Penelitian dan Pembahasan mewujudkan cita-cita besarnya. Maka,
Deskripsi Umum Pondok Modern ratusan anak didik yang sebagian besar
Tazakka berasal dari Kecamatan Bandar telah
Pondok Modern Tazakka didorong oleh Yayasan Tazakka untuk
merupakan lembaga pendidikan yang melanjutkan pendidikan ke Pondok
mandiri dan berstatus swasta penuh Modern Gontor.

148
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Yayasan Tazakka mulai belajar 6 tahun untuk tamatan Sekolah


melangkah untuk mewujudkan mimpi Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (Program
mendirikan Pondok Pesantren di Reguler) dan 4 tahun untuk tamatan
Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
yang berafiliasi ke Pondok Modern Tsanawiyah (Program Intensif).
Gontor dengan menyelenggarakan KMI Pondok Modern Tazakka
acara peluncuran rencana pendirian secara resmi telah mendapatkan
Pondok Modern Tazakka pada 6 mu`adalah (kesetaraan) dari
September 2009. Acara ini dikemas Kementerian Agama Republik
dalam tabligh akbar dan Buka Puasa Indonesia sejak 2 September 2016
Bersama Kaum Muslimin dengan melaui Surat Keputusan Direktur
mengundang para ulama, tokoh agama Jendral Pendidikan Islam tentang
dan masyarakat. Pondok Modern Penetapan Status Kesetaraan Satuan
Tazakka memulai kegiatan belajar dan Pendidikan Mu`adalah. Surat
mengajar pada tahun 2013 dan secara Keputusan tersebut diserahkan
resmi telah terdaftar di Kantor langsung oleh Menteri Agama RI
Kementrian Agama Republik Indoensia Lukman Hakim Saefuddin kepada
di Batang dengan Nomor Pondok Modern Tazakka dan 17
Kd.11.25/5/PP.00.7/2200/2013. Pesantren lainnya se-Indonesia pada
Sistem Pendidikan acara Silaturahmi dan Seminar
Kulliyatul Mu`allimin Al- Nasional dengan tema “Pendidikan
Islamiyah (KMI) adalah satuan Mu`allimin dalam Sistem Pendidikan
pendidikan yang ada di Pondok Nasional”, bertempat di Pondok
Modern Tazakka. Lembaga ini diberi Modern Gontor (Anonim, 2017: 15-17).
wewenang untuk melaksanakan
pendidikan formal tingkat dasar dan Komposisi Soal Ujian Akhir Siswa
menengah setingkat Madrasah Kelas 6 KMI Mengacu Proses Kognitif
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. dalam Taksonomi Bloom
Pendidikan KMI di Pondok Modern Kategorisasi tujuan pendidikan
Tazakka berbasis Dirasah Islamiyah dalam taksonomi Bloom dimaksudkan
dengan pola muallimin dengan masa untuk mempermudah para pendidik

149
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

menentukan tujuan-tujuan pendidikan. proses belajar mengajar,


Salah satu manfaat dari taksonomi ini menyelenggarakan Ujian Akhir siswa
adalah mampu memperlihatkan secara kelas 6 KMI sebagai sarana untuk
lebih jelas konsistensi atau melakukan penilaian terhadap siswa
inkonsistensi antara rumusan tujuan kelas 6. Hasil dari ujian tersebut
satu unit mata pelajaran, metode dijadikan bahan pertimbangan untuk
pembelajarannya, dan cara melakukan kelulusan siswa. Ujian Akhir untuk
penilaian terhadap siswa. Dalam aspek siswa KMI mencakup tiga bentuk ujian
penilaian, taksonomi ranah kognitif yaitu Amaliyah Tadris (Ujian praktek
membantu guru dalam menentukan mengajar), Ujian Lisan, dan yang
instrumen yang akan digunakan dan terakhir Ujian Tertulis. Dalam Ujian
pemilihan kata kerja yang digunakan Tertulis siswa diuji untuk menjawab
dalam menyusun butir-butir soal soal-soal dari 28 mata pelajaran yang
(Anderson dan Krathwohl, 2001: 16). pelaksanaannya dibagi menjadi 2
Sistem pendidikan Pondok gelombang, gelombang pertama yang
Modern Tazakka tidak secara langsung dilaksanakan pada semester gasal dan
menggunakan Taksonomi Bloom gelombang kedua dilaksanakan di
sebagai kerangka untuk merumuskan semester genap. Dari seluruh mata
tujuan-tujuan pembelajaran. Namun pelajaran yang diujikan, merupakan
secara implisit ketiga aspek dalam mata pelajaran yang sudah diajarakan
kategorisasi tujuan pendidikan Bloom kepada siswa dari mulai kelas 1 hingga
yaitu ranah kognitif, afektif, dan kelas 6, keseluruhan mata pelajaran
psikomotorik telah masuk di dalam tersebut dapat di kelompokan menjadi
proses pendidikan yang berjalan di tiga kelompok mata pelajaran yaitu,
pondok. Hal ini terlihat dari poroses kelompok Pelajaran Umum, kelompok
belajar para siswa yang juga Bahasa, dan kelompok Dirasah
merupakan santri mengikuti seluruh Islamiyah.
kegiatan pondok selama 24 jam. Penyusunan soal ujian
KMI Pondok Modern Tazakka dilakukan oleh guru mata pelajaran
sebagai lembaga yang yang telah ditunjuk oleh panitia ujian.
bertanggungjawab atas kurikulum dan Para penyusun soal melakukan

150
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

koordinasi dengan guru-guru lainnya kemampuan daya menalarnya. Hal ini


yang mengajar mata pelajaran yang dibuktikan dengan guru-guru pengajar
sama untuk mendiskusikan pencapaian yang kompeten di bidangnya serta
materi pelajaran yang sudah diajarakan metode yang digunakan guru dalam
dan kemudian menentukan pokok- proses pembelajaran. Bentuk soal ujian
pokok materi yang akan dijadikan soal yang digunakan dalam ujian pun
dalam ujian. Bentuk soal ujian yang didesain agar mendorong siswa untuk
digunakan dalam Ujian Akhir KMI menjawab sesuai dengan kemampuan
Pondok Modern Tazakka adalah penguasaan meteri pelajaran dan
bentuk soal esai yang terdiri dari kemampuan berargumentasi yaitu
beberapa bagian soal yang kemudian dengan menggunakan bentuk soal esai.
disusun menyesuaikan dengan Soal-soal Ujian Akhir yang
karakteristik masing-masing mata sudah didesain dengan menggunakan
pelajaran. Dalam kelompok mata bentuk soal esai memiliki kelebihan
pelajaran Dirasah Islamiyah, bahasa dalam usaha untuk mungukur
yang digunakan dalam soal ujian kemampuan berpikir kritis dan
kelompok mata pelajaran tersebut berargumentasi siswa. Namun,
adalah Bahasa Arab yang juga menjadi kekurangan dari penyusuanan soal
bahasa pengantar dalam prsoses ujian di Pondok Modern Tazakka
pembelajaran di dalam kelas. adalah kurangnya perhatian penyusun
Penggunaan soal ujian berbahasa arab soal terhadap komposisi tingkat
bagi siswa kelas 6 juga menjadi alat kategori proses kognitif yang terdapat
ukur untuk mengetahui sejauh mana pada butir-butir soal ujian di setiap
penguasaan bahasa Arab siswa tersebut mata pelajaran. Dalam proses
(Wawancara, 4 Agustus 2019, pukul penyusunan soal tersebut tidak ada
13.15 WIB). perencananaan yang jelas sejauh mana
Pembelajaran di Pondok soal ujian akan mengukur tingkat
Modern Tazakka, selain menekankan kognitif siswa.
pada siswa dalam hal penguasan
materi pelajaran, juga didesain agar
siswa mampu mengembangkan

151
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Untuk mengetahui komposisi Naskah soal Ujian Akhir siswa


tingkat kognitif soal dalam Ujian Akhir kelas 6 KMI mata pelajaran Tauhid
siswa kelas 6 KMI, peneliti melakukan terdiri dari 23 butir soal yang dibagi ke
analisis terhadap soal-soal dalam 3 dalam 4 bagian dengan rincian; bagian
mata pelajaran yang termasuk dalam pertama (A) terdiri dari 10 butir soal,
kelompok Dirasah Islamiyah dengan bagian kedua (B) terdiri dari 5 butir
menggunakan acuan tabel kategori soal, bagian ketiga (C) terdiri dari 4
proses kognitif dan dimensi butir soal, bagian keempat (D) terdiri
pengetahuan dalam kerangka dari 4 butir soal. Berikut adalah contoh
Taksonomi Bloom. Ketiga mata naskah soal ujian mata pelajaran Tuhid.
pelajaran tersebut adalah Tauhid, Fiqih
dan Tarikh Islam.

Gambar 1. Contoh Soal Tauhid Bagian A

Pada Bagian A soal Tauhid yang diajukan berupa menjelaskan


terdiri dari 10 butir soal dengan istilah-istilah dalam Tauhid. Sisanya 2
deskripsi perintah untuk menjawab butir soal yakni soal nomor 4 dan 10
pertanyaan-pertanyaan dalam tiap termasuk dalam kategori C5
butir-butir soal tersebut. Dari 10 butir (mengevaluasi). Dalam dimensi
soal bagian A, 8 butir soal termasuk pengetahuan seluruh butir soal pada
kategori C2 (memahami) yang hal ini bagian A termasuk ke dalam jenis
terlihat dari keseluruhan pertanyaan pengetahuan faktual.

152
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Bagian B terdiri dari 5 butir soal dari sumber hukumnya. Bagian D


dengan deskripsi perintah untuk terdiri dari 4 butir soal dengan
menyebutkan hal-hal spesifik yang deskripsi perintah untuk menjelaskan
terdapat pada tiap butir soal. Dari pandangan kelompok-kelompok
keseluruhan butir soal yang ada di dalam Islam tentang suatu perkara.
bagian ini termasuk kategori C1 Keseluruhan butir soal dalam bagian
(mengingat). Sedangkan dari segi ini termasuk kategori C2 (memahami)
dimensi pengatahuan, semua butir soal dengan sub kategori menjelaskan. Dari
termasuk ke dalam jenis pengetahuan segi dimensi pengetahuan, jenis
faktual. Bagian C terdiri dari 4 butir soal pengetahuan dari tiap butir soal
dengan deskripsi perintah untuk termasuk jenis pengetahuan
menuliskan dalil-dalil Al-Qur`an dan konseptual.
Hadis dari hal-hal yang disebutkan Naskah soal Ujian Akhir siswa
dalam tiap butir soal. Kesuluruhan kelas 6 KMI mata pelajaran Fikih terdiri
butir soal dalam bagian ini termasuk dari 15 butir soal yang dibagi ke dalam
kategori C1 (mengingat), dimana siswa 2 bagian dengan rincian; bagian
dituntuk untuk mengingat kembali hal- pertama (A) terdiri dari 9 butir soal, dan
hal spesifik dari suatu permasalahan. bagian kedua (B) terdiri dari 6 butir
Jenis pengetahuan dari tiap butir soal soal. Ujian mata pelajaran Fiqih bersifat
pada bagian ini termasuk jenis Bi Al-kitab atau boleh menggunakan
pengetahuan konseptual, yaitu dan membuka Kitab yang dijadikan
pengetahuan tentang prinsip dari suatu referensi. Berikut adalah contoh naskah
permasalahan yang diambil langsung soal ujian mata pelajaran Fiqih.

153
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Gambar 2. Contoh Soal Fiqih Bagian A

Pada soal Fiqih bagian A terdiri pengetahuan prosedural. Pada bagian B


dari 9 butir soal dengan deskripsi terdiri dari 6 butir soal dengan
perintah untuk menjawab pertanyaan deskripsi perintah untuk memenuhi
yang ada pada tiap butir soal. Pada atau melaksanakan perintah yang ada
bagian A ini dapat terdapat 3 kategori pada tiap butir soal. Pada bagian ini
proses kognitif yaitu C1, C2 dan C3. tiap butir soal menyajikan suatu
Soal yang masuk kategori C1 permasalahan dan di setiap permasalan
(mengingat) adalah butir soal nomor 3, tersebut memiliki beberapa pertanyaan
kategori C2 (memahami) adalah butir yang harus dijawab. Pada butir soal
soal nomor 1,2,4,5,6,7, dan 9, sedangkan nomor 1 terdapat 4 pertanyaan,
kategori C3 (mengaplikasikan) butir pertanyaan a, b dan c masuk ke dalam
soal nomor 8. Dari segi dimensi kategori C2 (memahami), sedangkan
pengetahuan, butir soal nomor 1,2,3,6, pertanyaan d masuk kategori C5
dan 7 termasuk ke dalam jenis (mengevaluasi). Dari segi dimensi
pengetahuan faktual, butir soal nomor pengetahuan, keseluruhan pertanyaan
4 dan 5 termasuk ke dalam jenis pada butir soal 1 termasuk dalam jenis
pengetahuan konseptual dan butir soal pengetahuan konseptual. Pada butir
nomor 8 termasuk dalam jenis soal nomor 2 terdapat 3 pertanyaan,

154
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

pertanyaan a dan b termasuk kategori Pada butir soal nomor 5 terdapat 3


C2 (memahami), sedangkan pertanyaan yang termasuk kategori C2
pertanyaan c termasuk kategori C4 dan jenis pengetahuan konseptual. Dan
(menganalisis). Dari segi pengetahuan, yang terakhir, pada butir soal nomor 6
seluruh pertanyaan pada butir soal c terdapat 3 pertanyaan yang semuanya
termasuk dalam jenis pengetahuan masuk ke dalam kategori proses
konseptual. Pada butir soal nomor 3 kognitif C1 dan jenis pengetahuan
terdapat 2 pertanyaan, pertanyaan a konseptual.
termasuk kategori C1 (mengingat) dan Naskah soal ujian akhir siswa
dari sisi dimensi pengetahuan kelas 6 KMI mata pelajaran Tarikh
termasuk jenis pengetahuan faktual, Islam terdiri dari 25 butir soal yang
sedangkan pertanyaan b termasuk dibagi ke dalam 3 bagian: bagian
kategori C3 (mengaplikasikan) dan pertama (A) terdiri dari 15 butir soal,
masuk ke dalam jenis pengetahuan bagian kedua (B) terdiri dari 5 butir
prosedural. Pada butir soal nomor 4 soal, dan bagian ketiga (C) terdiri dari 5
terdapat 2 pertanyaan, keduanya dari butir soal. Berikut adalah contoh
sisi proses kognitif termasuk kategori naskah soal ujian mata pelajaran Tarikh
C2 dan dalam dimensi pengetahuan Islam.
termasuk pengetahuan konseptual.

155
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Gambar 3. Soal Tarikh Islam Bagian A

Pada soal Tarikh Islam bagian A soal termasuk dalam kategori


terdiri 15 butir soal dengan deskripsi mengingat (C1). Sedangkan dari segi
perintah untuk menjawab pertanyaan- dimensi pengetahuan seluruh butir soal
pertanyan yang ada di setiap butir soal. pada bagian ini termasuk jenis
Dari segi dimensi proses kognitif, pengetahuan faktual. Bagian C terdiri
hampir keseluruhan butir soal pada dari 5 butir soal dengan deskripsi
bagian ini termasuk ke dalam kategori perintah untuk menjelaskan hal-hal
proses memahami (C2), kecuali pada spesifik. Dari segi dimensi proses
butir soal 15 yang masuk pada kategori kognitif seluruh soal pada bagian ini
menganalis (C4). Sedangkan dari segi termasuk ke dalam kategori memahami
dimensi pengetahuan seluruh butir soal (C2). Sedangkan dari dimensi
masuk pada kategori jenis pengetahuan pengetahuan, seluruh butir soal pada
faktual. Bagian B terdiri dari 5 butir soal bagian ini termasuk jenis pengetahuan
dengan deskripsi perintah untuk faktual.
menyebutkan hal-hal spesifik. Dari Secara ringkas hasil analisis soal
dimensi proses kognitif, seluruh butir ujian akhir mata pelajaran Tauhid,

156
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Fiqih, dan Tarikh Islam dapat digambarkan dalam bagan


berdasarkan tingkat proses kognitif berikut

Komposisi Level Kognitif


20

15

10

0
C1 C2 C3 C4 C5 C6

Tauhid Fiqih Tarikh Islam

Bagan 1. Komposisi Tingkat Kognitif Soal Ujian Akhir Kelompok Dirasah


Islamiyah

Karakteristik Soal Higher Order Thinking Kata kerja operasional yang


Skills pada Soal Ujian Akhir Siswa Kelas dirumuskan dalam taksonomi Bloom
6 KMI digunakan untuk membantu
Karakteristik Higher Order mengukur tingkat kognitif.
Thinking Skills (HOTS) yang terdapat Penggunaan kata kerja operasional
pada soal ujian tidak dimaksudkan yang tidak hati-hati akan menyebabkan
untuk menentukan tingkat kesulitan ketidaksesuaian antara isi soal dengan
soal-soal tersebut. Tidak semua soal tingkat kognisi yang akan diukur.
yang memiliki karakteristik HOTS Prinsip dari soal-soal yang digunakan
termasuk dalam kategori soal yang untuk mengukur HOTS adalah
sulit dan juga sebaliknya, tidak semua esensinya, bukan berdasar pada kata
soal yang termasuk dalam kategori kerja operasional yang digunakan.
sulit memiliki karakteristik HOTS. Tingkat kognisi yang diukur dalam soal
Karakteristik HOTS dalam soal ujian HOTS adalah kemampuan siswa
dimaksudkan untuk mengukur dalam menganalisis (analyze),
kemampuan berpikir siswa atau yang mengevaluasi (evaluate), dan mencipta
dalam taksonomi Bloom yang disebut (create). Indikator kemampuan
dengan tingkat kognisi. menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta didasarkan pada teori dalam

157
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

revisi taksonomi Bloom (Nugroho, soal disusun mengacu pada capaian


2018: 20). pembelajaran berdasarkan silabus mata
Soal-soal HOTS selain pelajaran dalam kurikulum. Kontrol
digunakan untuk mengukur tingkat capaian dilakukan untuk mengecek
kognisi siswa, juga diharapkan dapat sejauh mana guru-guru mata pelajaran
mendorong siswa untuk menerapkan menyelesaikan target pencapaian
konsep-konsep pembelajaran di kelas materi pelajaran yang sudah
untuk menyelesaikan permasalahan disampaikan.
yang akan mereka hadapi. Di samping Soal-soal ujian yang digunakan
itu, penggunaan soal kategori HOTS dalam Ujian Akhir siswa kelas 6 KMI
juga diharapkan dapat melatih belum mengacu kepada pendekatan
keterampilan siswa menghubungkan penilaian HOTS, sehingga banyak soal
(relate), menginterpretasikan yang diujikan diambil langsung dari
(interprete), menerapkan (apply) dan soal-soal yang terdapat di dalam buku
mengintegrasikan (integrate) ilmu pelajaran yang sudah pernah
pengetahuan dalam pembelajaran di ditanyakan di dalam kelas. Namun, ada
kelas untuk menyelesaikan sebagian soal-soal tersebut yang
permasalahan dalam konteks nyata memiliki muatan karakteristik HOTS.
(Setiawati, dkk., 2018: 13). Penulis melakukan kajian karakteristik
Ujian Akhir KMI di Pondok HOTS terhadap soal-soal ujian yang
Tazakka dimaksudkan sebagai termasuk dalam kelompok mata
penilaian akhir bagi siswa kelas 6 KMI pelajaran Dirasah Islamiyah yaitu
yang akan dijadikan penentu kelulusan Tauhid, Fiqih dan Tarikh Islam. Kriteria
siswa. Soal-soal yang digunakan dalam atau standar yang digunakan dalam
ujian pun dibuat sedemikian rupa agar analisis dalam tulisan ini adalah
sesuai untuk menilai kemampuan sebagai berikut:
siswa di setiap mata pelajaran. Soal-

Tabel 1. Karakteristik Soal HOTS


Karakteristik Soal
Indikator
HOTS
1.1.Berpikir Kritis
1.2.Berpikir Kreatif
1. Kemampuan
1.3.Kemampuan Berargumen
Berpikir
1.4.Kemampuan Pengambilan
Tingkat Tinggi
Keputusan
1.5.Pemecahan Masalah
2.1.Relating
2. Berbasis 2.2.Experiencing
Permasalahan 2.3.Applying
Kontekstual 2.4.Communicating
2.5.Transfering

158
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Soal ujian mata pelajaran Tauhid indikator mengukur kemampuan


yang diujikan dalam ujian akhir siswa berpikir tingkat tinggi maupun
kelas 6 pada bagian A yang terdiri dari indikator soal berbasis permasalahan
10 butir soal, butir soal 3,8, dan 9 tidak kontekstual. Pada butir soal 2 dan 9
memiliki karakteristik HOTS. Butir soal hanya memiliki satu karakteristik
1,2,5,6,7, dan 10 memiliki karakteristik HOTS dengan indikator mengukur
HOTS dengan indikator mengukur kemampuan berargumentasi. Butir soal
kemampuan berargumentasi dan tidak 4, 5, dan 8 memiliki karakteristik HOTS
memiliki indikator soal berbasis baik dalam hal mengukur kemampuan
permasalahan kontekstual. Sedangkan berpikir tingkat tinggi maupun
pada butir soal 4 selain memiliki berbasis permasalahan kontekstual.
karakteristik HOTS dengan indikator Butir soal nomor 4 temasuk soal HOTS
mengukur kemampuan dengan indikator berpikir kritis,
berargumentasi, juga memiliki kemampuan berargumentasi, dan
indikator soal berbasis permasalahan kemampuan pemecahan masalah. Butir
kontesktual yaitu relating, experiencing, soal nomor 5 termasuk soal HOTS
dan communicating. Soal pada bagian B dengan indikator kamampuan
dan C tidak memiliki karakteristik pemecahan masalah, butir soal nomor 8
HOT. Bentuk soal pada bagian B adalah dengan indikator kemampuan
menyebutkan beberapa hal spesifik berargumentasi. Ketiga butir soal
yang sudah pernah dipelajari oleh tersebut terkait langsung dengan
siswa, kategori proses kognitif yang konteks pengalaman kehidupan nyata.
diukur adalah mengingat. Sedangkan Pada bagian B, butir soal 1a, 1b, dan 1c
bentuk soal pada bagian C adalah memiliki indikator mengukur
memberikan dalil dari beberapa kemampuan berargumentasi,
permasalahan dalam Tauhid dengan sedangkan pada pertanyaan 1d
ayat Al-quran atau Hadis, kategori memiliki indikator berpikir kritis dan
proses kognitif yang diukur adalah kemampuan pengambilan keputusan,
mengingat. Pada bagian D terdapat 4 dan keempat pertanyaan tersebut
butir soal yang semuanya memiliki terkait dengan konteks pengalaman
karakteristik HOTS dengan indikator kehidupan nyata. Butir soal 2 dengan
mengukur kamampuan tiga pertanyaan memiliki indikator
berargumentasi, tetapi tidak memiliki mengukur kemampuan
indikator soal yang berbasis berargumentasi dan terkait dengan
permasalahan kontekstual. konteks pengalaman kehidupan nyata,
Fiqih serta tambahan indikator pada
Soal dalam mata pelajaran Fiqih pertanyaan 2c yaitu berpikir kritis dan
pada bagian A terdiri dari 9 butir soal. kemampuan pengambilan keputusan.
Pada butir soal 1, 3, 6 , dan 7 tidak Butir soal nomor 3 memiliki 2
memiliki karakteristik HOTS, baik dari pertanyaan, pada pertanyaan 3a tidak

159
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

termasuk kategori soal HOTS karena soal 2, 3, 12 dan 15 memiliki


tidak memiliki indikator HOTS. karakteristik mengukur kemampuan
Pertanyaan 3b memiliki karakteristik berpikir kritis; butir soal 8 memiliki
HOTS dengan indikator kemampuan karakteristik berargumentasi; dan butir
berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis, soal 14 memiliki karakteristik indikator
kemampuan berargumen, dan mengukur kemampuan berpikir kritis.
kemampuan pengambilan keputusan) Pada bagian B dan C tidak ada soal
dan berbasis pengalaman kontekstual yang memiliki karakteristik HOTS,
(relating). Butir soal nomor 4 dan ke 5 dikarenakan pada soal bagian B siswa
dengan masing-masing memiliki 2 dan hanya dituntut untuk menyebutkan
3 pertanyaan yang semuanya memiliki beberapa hal spesifik tentang sejarah
indikator kemampuan berpikir tingkat Islam sehingga kategori proses kognitif
tinggi (kemampuan berargumen) dan yang diukur adalah kategori meningat.
berbasis pengalaman kontekstual Sedangkan soal pada bagian C meminta
(relating). Sementara itu butir soal siswa untuk menjelaskan beberapa hal
nomor 6 tidak memiliki indikator terkait dengan sejarah Islam sehingga
HOTS. kategori proses kognititif yang diukur
Soal ujian mata pelajaran Tarikh adalah kategori memahami.
Islam terdiri dari tiga bagian yaitu A, B, Secara ringkas hasil telaah
dan C. Soal-soal pada bagian A karakateristik soal HOTS atas soal ujian
memiliki karakteristik HOTS. Pada akhir kelompok mata pelajaran Dirasah
bagian A, butir soal nomor 2, 3, 8, 12, 14 Islamiyah secara singkat dapat
dan 15 memiliki karakteristik HOTS dipetakan sebagaimana tertera pada
dengan indikator mengukur tabel berikut.
kemampuan berargumentasi; butir

Karakter HOT Pada Soal


Kontekstual
Pemecahan Masalah
Kemampuan Pengambilan Keputusan
Kemampuan Berargumen
Berpikir Kreatif
Berpikir Kritis

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Tarikh Islam Fiqih Tauhid

Bagan 2. Karakteristik HOTS Soal Ujian Akhir Kelompok Dirasah Islamiyah

Simpulan
160
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Pertama, penyusunan soal tersebut yang memiliki beberapa


dalam Ujian Akhir siswa kelas 6 KMI karakteristik HOTS. Pada mata
Pondok Modern Tazakka dilakukan pelajaran Tauhid, dari 23 butir terdapat
oleh guru mata pelajan mengacu 12 butir yang memiliki karakteristik
kepada silabus mata pelajaran yang HOTS dengan indikator mengukur
sudah diajarkan di kelas. Materi yang kemampuan berargumentasi dan satu
diujikan adalah keseluruhan materi soal yang berkaitan dengan
yang pernah diajarkan dari kelas 1 permasalahan kontekstual. Pada mata
sampai dengan kelas kelas 6 KMI. pelajaran Fiqih, dari 26 butir soal, 18
Khusus mata pelajaran yang yang diantaranya memiliki karakteristik
termasuk dalam kelompok mata HOTS dengan indikator mengukur
pelajaran Dirasah Islamiyah kemampuan berpikir kritis,
menggunakan bahasa Arab sebagai berargumentasi, pengambilan
bahasa pengantar. Proses penyusunan keputusan, dan pememcahan masalah,
soal tersebut blm dilakukan melalui serta 16 butir soal yang terkait dengan
perencanaan yang jelas, sejauh mana permasalahan kontekstual. Pada mata
tingkat kognitif siswa yang akan pelajaran Tarikh Islam, dari 25 butir
diukur dengan soal-soal tersebut. soal, hanya 6 butir soal yang memiliki
Komposisi soal Ujian Akhir siswa kelas muatan karakteristik HOTS dengan
6 KMI khususnya dalam kelompok indikator mengukur kemampuan
mata pelajaran Dirasah Islamiyah berpikir kritis dan berargumentasi, dan
(Tauhid, Fiqih dan Tarikh Islam) dilihat tidak ada butir soal yang
dari tingkat kognitif berdasarkan menghubungkan dengan
taksonomi Bloom, lebih dominan soal permasalahan kontekstual.
yang termasuk kategori mengingat dan
memahami (C1 dan C2). Sedikit soal Saran-Saran
yang masuk dalam kategori Berdasarkan hasil penelitian dan
mengaplikasikan, menganalisis dan pembahasan di atas, dikemukakan
mengevaluasi (C3, C4 dan C5), dan sejumlah saran sebagai berikut:
tidak ada soal yang termasuk kategori Pertama, bagi pengembang kurikulum
mencipta (C6). Kulliyatul Mu`allimin Al-Islamiyah (KMI)
Kedua, soal ujian mata pelajaran Pondok Modern Tazakka agar ke
Tauhid, Fiqih dan Tarikh Islam dalam depan terus meningkatkan dan
Ujian Akhir siswa kelas 6 KMI di mengembangkan kurikulum
Pondok Modern Tazakka disusun tidak pendidikan, terutama dalam hal
berdasarkan kepada pertimbangan evaluasi pembelajaran dengan
karakteristik soal Higher Order Thinking mempertimbangkan perkembangan
Skill (HOTS). Namun, setelah penulis ilmu pendidikan dan evaluasi
analisis, ada sebagian soal mata pembelajaran yang mutakhir sebagai
pelajaran kelompok Dirasah Islamiyah dasar untuk meningkatkan mutu
pendidikan, tanpa meninggalkan nilai-
161
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

nila pondok pesantren yang sudah ada. Jenderal Guru dan Tenaga
Kedua, pengelola lembaga KMI agar Kependidikan Kementerian
terus melakukan peningkatan mutu Pendidikan dan Kebudayaan.
tenaga pendidik. Salah satunya dengan Azra, Azyumardi (1999). Konteks
cara melakukan pelatihan-pelatihan Berteologi di Indonesia,
khusunya berkiatan dengan Pengalaman Islam. Jakarta:
kemampuan menyusun soal ujian Paramadina.
memnuhi karakteristik soal yang Basuki dan Hariyanto. (2016). Asesmen
mampu mengukur kemampuan Pembelajaran. Bandung: PT
berpikir tingkat tinggi (HOTS). Remaja Rosdakarya. 2016.
_____ Brookhart, Susan M. (2010). How to
Assess Higher-Order Thinking
Daftar Pustaka Skills in Your Classroom, United
States of America: ASCD.
Anderson, Lorin W dan Krathwohl,
David R. (2001). Kerangka Fanani, Moh. Zainal. (2018). “Strategi
Landasan Untuk Pembelajaran Pengembangan Soal Higher
Pengajaran Dan Asesmen Revisi Order Thinking Skill (HOTS)
Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. dalam Kurikulum 2013”. Jurnal
Agung Prihantoro. Yogyakarta: Edudeena. IAIN Kediri.
Pustaka Pelajar.
Fanani, Moh. Zainal. (2018). “Strategi
Anderson, Lorin W. dan Krathwohl’s, Pengembangan Soal Higher
David R. (2017). Kerangka Order Thinking Skill (HOTS)
Landasan Untuk Pembelajaran, dalam Kurikulum 2013”.
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Edudeena, Volume 2 Nomor 1
Taksonomi Bloom. Yogyakaarta: Januari 2018. Kediri: Program
Pustaka Pelajar. Studi PAI FITK IAIN Kediri.
Anonim. (2017). “Ahsanta Kabar Ghony, M. Dzunaidi dan Almanshur,
Tahunan Pondok Modern Fauzan. (2012). Metode Penelitian
Tazakka”. Edisi Kedua Desember Kualitatif. Yogyakarta: Ar-ruzz
2017. Media.
Arifin, Zainal. (2014). Evaluasi Hasyim, Meylita dan Andreina, Febrika
Pembelajaran Prinsip, Teknik dan Kusuma. (2019). “Analisis
Prosedur. Bandung: Remaja Higher Order Thinking Skill
Rosdakarya. (HOTS) Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Open Ended
Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-
Matematika”. FIBONACCI,
Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Matematika
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dan Matematika Volume 5 Nomor
Ariyana, Yoki. (2018). Buku Pegangan 1 Tahun 2019. Jakarta: Program
Pembelajaran Berorientasi pada Studi Pendidikan Matematika
Keterampilan Berpikir Tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan
Tinggi. Jakarta: Direktorat Universitas Muhammadiyah.

162
Iqbal, Sukiman, Analisis Higher Order Thinking Skills..

Mustahdi. (2019). Modul Penyusunan


Herawati, Rahayu. (2014). Soal Kemampuan Berpikir Tingkat
“Pengembangan Asesmen Tinggi (HOTS) Mata Pelajaran
HOTS Pada Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Jakarta:
Berbasis Masalah Tema Bermain Direktorat Pembinaan Sekolah
Dengan Benda-Benda di Menengah Atas, Direktorat
Sekitar”. Skripsi. Bandung: Jenderal Pendidikan Dasar Dan
Program Studi Pendidikan Guru Menengah, Kementerian
Sekolah Dasar UPI. Pendidikan Dan Kebudayaan.

Kennedy, Ary Kiswanto. (2018). Ningsih, Desi Lestari. (2018). “Analisis


“Desain Instrumen Higher Soal Tipe Higher Order
Order Thinking Skills Pada Mata Thinking Skill Hot Dalam Soal
Kuliah Dasar-Dasar Materi Ujian Nasional Mata Pelajaran
Matematika Di Jurusan PGSD”. Biologi Sekolah SMA Ujian
AR RIAYAH, Jurnal Pendidikan Nasional”. Lampung: Fakultas
Dasar Volume 2 Nomor 1 2018. Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Bengkulu: STAIN Curup. Universitas.

Kusnawa, Wowo Sunaryo. (2012). Nugroho, R Arifin. (2018). HOTS


Taksonomi Kognitif. Bandung: Kemampuan Berpikir Tingkat
Remaja Rosdakarya. Tinggi: Konsep, Pembelajaran,
Penilaian dan Soal-soal. Jakarta:
Laili, Nur Rohmah dan Wisudawati, PT Gramedia.
Asih Widi. (2015). “Analisis Soal
Tipe Higher Order Thinking Nursalam. (2012). Pengukuran dalam
Skill (HOTS) dalam Soal UN Pendidikan. Makassar: Alauddin
Kimia SMA Rayon B Tahun University Press.
2012/2013”. Kaunia Volume 11
nomor 1 April 2015. Yogyakarta: Qoni’ah, Luqmana. (2017). “Analisis
Fakultas Sains dan Teknologi Soal Ujian Nasional Matematika
UIN Sunan Kalijaga. SMP/Mts Tahun 2013/2015
Berdasarkan Perspektif Higher
Martina. (2017). “Pengembangan Order Thinking Skill”. Skripsi,
Instrumen Tes Higher Order Fakultas Keguruan dan Ilmu
Thinking Skill (HOTS) Pokok Pendidikan Universitas
Bahasan Sistem Persamaan Muhammadiyah Surakarta.
Linear Dua Variabel Dan
Teorema Pythagoras Kelas VIII Rohman, Syaiful dan Hartoyo, Zainal.
SMP Citra Samata Kab. Gowa”. (2018). “Analisis Higher Order
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Thinking Skills (HOTS)
Keguruan UIN Alauddin Taksonomi Menganalisis
Makassar. Permasalahan Fisika”. Science
And Education Journal Volume 1
Moleong, Lexy J. (2010). Metode Nomor 2 Juni 2018.
Penelitian Kualitatif. Bandung: Lubuklinggau: Institut
Remaja Rosdakarya. Penelitian Matematika,

163
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XVI, No. 2, Desember 2019

Komputer, Keperawatan, Tanzeh, Ahmad. (211). Metode Penelitian


Pendidikan, Dan Ekonomi. Praktis. Yogyakarta: Teras.

Sari, Puspita. (2017). “Analisis Soal Taufiqurrahman dkk. (2018).


Matematika Ujian Sekolah Dasar “Pengembangan Instrumen
Tahun 2016/2017 Penilaian Higher Order
Berkarakteristik Higher Order Thinking Skill Pada Mata
Thinking Skill (HOTS)”. Skripsi. Pelajaran Pendidikan Agama
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Islam”. Jurnal Pendidikan Islam
Tarbiyah dan Keguruan UIN Indonesia. Situbondo:
Sunan Kalijaga. Pascasarjana Universitas
Ibrahimy.
Setiawati, Wiwik dkk. (2018). Buku
Penilaian Beroerientaasi Higher Widana, I Wayan. (2017). Modul
Order Thinking Skills. Jakarta: Penyusunan Soal HOTS. Jakarta:
Direktorat Jendral Guru dan Direktorat Pembinaan SMA
Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Dasar dan
Kementerian Pendidikan dan Menengah.
Kebudayaan.
Widoyoko, Eko Putro. (2016). Penilaian
Sudjana, Nana. ( 2002). Penilaian Hasil Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusqi, M. Ishom. (2009). Pedoman
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Penyelenggaraan Pondok Pesantren
Pendidikan: Pendekatan Mu’adalah. Jakarta: Dirjen
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Pendidikan Islam, Direktorat PD
Bandung: Alfabeta. Pontren.

Sukiman. (2017). Sistem Penilaian


Pembelajaran. Yogyakarta: Media
Akademi.

164

You might also like