You are on page 1of 17

Serangan Umum 1 Maret 1949: Implementasi Smart Power dalam Upaya

Penegakan Kedaulatan RI

Indri Yanuarti

Program Studi Strategi Perang Semesta, Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas


Pertahanan Indonesia, Sentul Bogor, Indonesia
Email: n.dryanuar@gmail.com

ABSTRACT

The General Offensive on March 1, 1949 had become a milestone in upholding


Indonesian sovereignty during the era of Indonesian national revolution. The military
offensive was consolidated solidly with a collaboration of hard power and soft
power. The hard power got intensified in the form of guerilla attacks, carried out in a
flash and sudden so that the offensive caught by the Dutch by surprise. This offensive
was launched to retake the capital, Yogyakarta, from the Dutch who had seized
control of the city since the Military Aggression II, on December 19, 1948. The
shocking effects of the General Attack on March 1, 1949 finally made the Dutch
retreat. The success of the said offensive had successfully proved the existence of
Indonesia and the strength of the Indonesian National Armed Force (TNI) which was
still reliable. On the other hand, soft power which was applied in politics, diplomacy,
socio-culture and the use of mass communication also determined the struggle of the
General Offensive on March 1, 1949 that eventually led Indonesia to embrace its
sovereignty. Assorted aspects of national power used as instruments of this strategy
have supported one another. Ultimately, it turned out that the General Offensive of
March 1, 1949 could be regarded an evidence that armed strike and struggle for
diplomacy could go conjointly as an integrated smart power strategy.

Keywords : the general offensive of March 1, 1949, smart power, guerilla,


diplomacy, sovereignty

“Strategy is the bridge between military power and political purpose.


Although it is a bridge that must allow two way traffic
between tasking from policy and evidence on military feasibility,
it is the former that must be dominate”

-Colin S. Gray

1
1. Pendahuluan ini ditegaskan oleh Soekarno melalui
Era perjuangan untuk sebuah pernyataan:
mempertahankan kemerdekaan
Indonesia menjadi sebuah masa revolusi “Kita tetap
memproklameer
yang penuh dinamika. Fase yang terjadi
kemerdekaan kita dengan
pada rentang tahun 1945-1949 ini jalan diplomasi dan
menyusun kekuatan
dipenuhi gejolak perlawanan bersenjata
berjuang untuk
dan upaya-upaya perundingan antara mendapatkan pengakuan
internasional. Kita tetap
Indonesia dan Belanda. Sikap
ingin menjadi bangsa yang
konfrontatif rakyat Indonesia untuk terus merdeka, ingin damai
dengan bangsa-bangsa
melakukan perjuangan bersenjata
seluruh dunia”
dipengaruhi oleh situasi keamanan yang (Koesnodiprodjo, 1951)
masih belum stabil, meskipun Melalui pernyataan tersebut,
kemerdekaan telah diproklamasikan Soekarno meyakini bahwa diplomasi
pada 17 Agustus 1945. Ancaman dapat menjadi jalan untuk mencegah
kembalinya okupasi Belanda atas pertumpahan darah yang sia-sia dari
wilayah Indonesia dan gejolak terjadinya konflik atau peperangan.
pemberontakan di dalam negeri telah Namun fakta di lapangan tidak dapat
memicu pertempuran bersenjata di dinafikkan oleh para pejuang yang
berbagai daerah. Sedangkan pemerintah menolak langkah diplomasi karena
sendiri telah memutuskan untuk dinilai lebih menguntungkan Belanda.
menitikberatkan perjuangan di bidang Terbukti, alih-alih menyepakati hasil di
politik dan diplomasi, berdasarkan meja perundingan, Belanda justru
kalkulasi strategi yang dicermati menggunakan dalih aksi polisionil untuk
Presiden Soekarno sesuai perubahan melancarkan serangan. Tindakan agresi
situasi pasca Perang Dunia II, khususnya Belanda memaksa para pemuda dan
proyeksi mengenai kekuatan Sekutu pejuang untuk melanjutkan perlawanan
yang akan menyambangi Indonesia. Hal dengan langkah konfrontasi.

2
Setelah Agresi Militer I (21 Juli Namun, masih ada asa tersisa di
1947) yang juga berarti pembatalan tengah mengendurnya semangat juang
sepihak atas perjanjian Linggajati (25 rakyat dan TNI. Sebuah rencana untuk
Maret 1947), lagi-lagi Belanda memukul mundur Belanda dan merebut
inkonsisten atas kesepakatan kembali Yogyakarta diinisiasi oleh Sri
perundingan Renville (15 Januari 1948) Sultan Hamengku Buwono IX yang
dengan melakukan Agresi Militer II (19 mengirimkan surat kepada Jenderal
Desember 1948). Dalam Agresi Militer Soedirman untuk mengadakan serangan.
II, melalui serangan lintas udara di atas Serangan yang kemudian dikenal
lapangan terbang Maguwo, Belanda sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949
berhasil menguasai Yogyakarta yang ini dilakukan secara mendadak dan
menjadi ibukota Indonesia saat itu berlangsung kilat selama 6 jam. TNI
(Muhaimin, 1982). Dalam aksi tersebut, bersama rakyat yang turut menjadi
pihak Belanda berhasil menawan para gerilyawan bersatu padu menggempur
pemimpin sipil Republik Indonesia (RI) Yogyakarta dari berbagai arah. Strategi
termasuk diantaranya Presiden dan gerilya yang menjadi ciri perjuangan
Wakil Presiden (Kahin,1952). Situasi bersenjata rakyat Indonesia saat itu
makin centang perenang akibat berhasil membuat tentara Belanda
dikosongkannya Yogyakarta dan kewalahan. Berita mengenai
terusirnya Tentara Nasional Indonesia keberhasilan serangan ini kemudian
(TNI) ke luar wilayah ibukota. disebarkan ke seluruh pelosok tanah air
Keberhasilan Belanda melumpuhkan dan luar negeri. Secara estafet
Yogyakarta dalam waktu singkat telah diseminasi kabar tersebut dimulai dari
menimbulkan citra lemahnya pemerintah radio PC AURI di Gunungkidul hingga
RI dan ketidakmampuan TNI melakukan terpancarluas melalui jaringan radio
perlawanan. Hal ini juga turut AURI di Sumatera, selanjutnya
mendegradasi moral dan kepercayaan diteruskan hingga ke Myanmar dan New
masyarakat, baik kepada pemerintahan Delhi lalu sampai kepada perwakilan RI
maupun kekuatan TNI. (Seskoad, 1993). di PBB di AS (Hartoto, 2012).

3
Kabar membanggakan tersebut Belanda untuk kembali ke meja
secara nyata memberikan dukungan perundingan. Pada tanggal 14 April 1949
signifikan bagi perjuangan diplomasi Perundingan Roem-Royen dilaksanakan
yang tengah dilakukan oleh perwakilan dan berhasil ditandatangani pada tanggal
Indonesia di PBB. Peristiwa Serangan 7 Mei 1949. Perundingan tersebut
Umum 1 Maret 1949 mampu menambah menghasilkan kesepakatan untuk
bobot argumentasi delegasi RI yang mengadakan Konferensi Meja Bundar
dipimpin oleh L.N Palar (Hutagalung, (KMB) yang akan membahas rencana
2016). Saat itu Palar memang sedang penyerahan kedaulatan penuh dari
merintis upaya diplomasi di PBB untuk Belanda kepada Indonesia (www.tirto.id,
memperjuangkan aspirasi Indonesia agar 19 Agustus 2018). Hingga akhirnya pada
terbebas dari agresi Belanda. Secara tanggal 27 Desember 1949, Belanda
konsisten Palar terus melobi PBB agar secara resmi memberikan pengakuan
bersikap lebih tegas terhadap Belanda kedaulatan RI.
hingga menghasilkan Resolusi DK PBB Serangan Umum 1 Maret 1949
tanggal 28 Januari 1949 (Poeze, 2008). telah menjadi bukti eksistensi RI dan
Resolusi DK PBB tersebut mungkin kekuatan TNI yang masih andal. Ini
masih dapat disepelekan Belanda dengan tidak terlepas dari strategi yang
berbagai propaganda yang dilakukan. dipersiapkan melalui koordinasi dan
Namun gebrakan Serangan Umum 1 konsolidasi para tokoh-tokoh pejuang
Maret tidak bisa lagi menutup mata dan nasionalis dan partisipasi segenap
dunia internasional dari niat licik rakyat Indonesia dalam konteks
Belanda. Simpati dan dukungan yang pertempuran semesta. Berbagai aspek
datang dari berbagai negara setelah kekuatan nasional terlibat di dalamnya.
keberhasilan Serangan Umum 1 Maret Tidak hanya kekuatan dan strategi
1949 pun mempermudah penggalangan militer saja, melainkan juga kekuatan
dukungan internasional. politik dalam pelaksanaan diplomasi,
Posisi tawar Indonesia yang dukungan kekuatan sosial-budaya
makin menguat sejak saat itu secara masyarakat, dan strategi pemanfaatan
tidak langsung juga berhasil mendesak komunikasi massa. Karena itulah tulisan

4
ini hendak mengelaborasi berbagai aspek pada masa lalu dan atau memahami
kekuatan yang dikerahkan dalam keadaan di masa sekarang yang memiliki
Serangan Umum 1 Maret 1949 yang keterkaitan dengan kejadian masa lalu.
tidak hanya bersifat hard power tetapi Apabila ditelaah lebih lanjut, bukan
juga soft power hingga menjadi tidak mungkin pemahaman tersebut
keterpaduan antara keduanya, yakni dapat memberikan pembelajaran dari
sebuah smart power. langkah-langkah yang pernah diambil
pada masa lalu.
Selanjutnya peneliti akan
2. Metode Penelitian menggunakan teknik studi kepustakaan
Metode menjadi faktor penting dan dokumentasi. Studi kepustakaan
untuk menunjang kredibilitas penelitian. dilaksanakan dengan cara mendapatkan
Metode merupakan cara utama yang sumber-sumber data yang diperoleh dari
digunakan untuk mencapai tujuan, perpustakaan dan mengkaji literatur
misalnya untuk menguji serangkaian yang berkaitan dengan masalah yang
hipotesis dengan menggunakan alat diteliti (Nawawi, 1993). Sedangkan
tertentu (Winarno, 1982). Untuk teknik dokumentasi adalah cara
mengkaji implementasi smart power dari mengumpulkan data dari sumber tertulis
Serangan Umum 1 Maret 1949, penulis yang berupa arsip-arsip, buku-buku,
bermaksud menggunakan metode teori, dalil-dalil atau hukum dan lain-lain
historis. yang relevan dengan masalah penelitian
Adapun yang dimaksud dengan (Nawawi, 1993).
metode historis adalah prosedur Dalam menjelaskan Serangan
pemecahan masalah berdasarkan Umum 1 Maret 1949 sebagai fenomena
peninggalan-peninggalan masa lalu, sejarah, maka akan dikemukakan
termasuk data dan informasi pada masa beberapa determinan yang saling terjalin,
berlangsungnya sejarah terkait. seperti aspek-aspek penggunaan
(Nawawi, 1993). Metode ini selanjutnya berbagai instrumen strategi sebagai
akan bermanfaat untuk memahami keterpaduan kekuatan yang dapat saling
peristiwa atau situasi yang berlangsung mendukung. Keterpaduan berbagai

5
kekuatan nasional baik dalam bentuk perjuangan Indonesia mempertahankan
hard power maupun soft power akan kemerdekaan. Peristiwa ini telah menjadi
menjelma menjadi kesatuan smart power titik balik perjuangan untuk menegakkan
yang menunjang keberhasilan Serangan kedaulatan yang telah dicabik-cabik
Umum 1 Maret 1949. Belanda sejak mendarat kembali di
Tulisan ini juga menggunakan Indonesia dengan membonceng pasukan
asumsi tiga pandangan tentang Sekutu di akhir tahun 1945.
penyelesaian konflik Indonesia-Belanda Serangan Umum 1 Maret 1949
pada periode revolusi. Pandangan tercetus di saat situasi genting yang
pertama menghendaki penyelesaian yang melanda ibukota republik yang telah
dilakukan dengan jalan diplomasi. dipindahkan ke Yogyakarta sejak tahun
Pandangan kedua meyakini bahwa 1946. Yogyakarta sebagai centre of
konflik hanya dapat diselesaikan dengan gravity pemerintahan Indonesia saat itu
cara perlawanan bersenjata. Sedangkan menjadi target serangan Belanda pada
pandangan ketiga melihat bahwa fase Agresi Militer II.
penyelesaian konflik memerlukan jangka Serangan yang dimulai dengan
panjang dimana diplomasi dan membombardir Lapangan Terbang
perjuangan bersenjata tetap mendapatkan Maguwo (sekarang Bandar Udara
tempat masing-masing (Simatupang, Internasional Adi Sucipto), dalam waktu
1980). Dari ketiga pandangan tersebut, singkat memporakporandakan
para sejarawan pun sudah mendapatkan Yogyakarta. Situasi yang makin tidak
konklusi bahwa jalannya revolusi kondusif tersebut diperparah dengan
Indonesia turut ditentukan oleh penahanan para pemimpin sipil
diplomasi dan perjuangan bersenjata pemerintahan termasuk presiden dan
secara bersama-sama (Kartodirdjo, wakil presiden. Belanda bahkan menebar
1981). propaganda bahwa kekuatan TNI sudah
penghabisan.
3. Pembahasan
Menurut sejarawan Rushdy
Serangan Umum 1 Maret 1949
Hoesein dalam wawancaranya dengan
telah menjadi babak signifikan dalam
sebuah situs web sejarah menyatakan

6
bahwa situasi Indonesia saat itu 3.1. Smart Power sebagai Sebuah
dijadikan bukti oleh Belanda bahwa RI Strategi
tidak lebih sebagai pemerintahan buatan Salah satu penggagas konsep smart
Jepang yang tidak didukung rakyat power adalah Joseph Nye. Menurut
sehingga hancur dengan sendirinya pandangan Nye, strategi yang
(www.historia.id, 1 Maret 2018). mengimplementasikan smart power
Eksistensi dan kedaulatan Indonesia pun berarti mengembangkan strategi yang
dipertaruhkan. terintegrasi berdasarkan sumber
Berangkat dari kekacauan yang daya/kekuatan yang dimiliki dan
ditimbulkan oleh tindakan agresi instrumen yang digunakan untuk
Belanda, berbagai elemen rakyat mencapai tujuan. Dalam hal ini kekuatan
Indonesia mulai menghimpun segala yang dijadikan instrumen dapat bersifat
daya dan kekuatan yang dapat dilakukan hard power, soft power, maupun
untuk mempertahankan kemerdekaan. gabungan keduanya.
Puncaknya, Serangan Umum 1 Hard power mengacu pada
Maret 1949 menjadi sebuah gebrakan komponen kekuatan dengan unsur
yang menggentarkan, hingga memaksa pemaksaan (coercion). Kekuatan militer
Belanda menarik mundur pasukannya. yang diterapkan negara menjadi contoh
Namun demikian, keberhasilan Serangan nyata hard power. Sebaliknya, soft
Umum 1 Maret 1949 tidak dapat power lebih fokus pada kemampuan
dikatakan sebagai sebuah upaya yang tanpa menggunakan kekerasan, namun
berdiri sendiri dalam upaya penegakan lebih kepada upaya untuk menggiring
kedaulatan RI. Terdapat beberapa pihak lain untuk mendukung aktor
instrumen kekuatan lain yang bersifat utama. Menurut Nye, soft power suatu
soft power sehingga pada tataran negara bertumpu pada tiga sumber: (1)
tertentu, perjuangan bersenjata yang budaya, (2) nilai-nilai politik; (3)
dilakukan dalam serangan kilat tersebut kebijakan luar negeri (Nye, 1990).
mampu dalam mendukung perjuangan Selanjutnya dalam konteks smart
diplomasi. power, Nye juga menegaskan bahwa
strategi ini menekankan pentingnya

7
militer yang kuat, pentingnya aliansi, 3.2. Serangan Umum 1 Maret 1949
kemitraan dan institusional di berbagai sebagai Implementasi Smart
level untuk mendukung pengaruh dan Power
legitimasi suatu aktor (Armitage dan Elemen kejut yang ditimbulkan
Nye, 2007). Serangan Umum 1 Maret 1949 telah
Untuk itulah pengaturan agenda menjadi daya gebrak tersendiri hingga
dalam rangka menarik perhatian pihak menjadikan Serangan Umum sebagai
lain dalam politik dunia sangat vital masterpiece atau mahakarya bagi TNI
dilakukan. Karena dengan cara tersebut, yang kekuatan persenjataannya terbatas
seorang aktor bukan hanya mampu untuk (Lembaga Analisis Informasi, 2000).
memaksa pihak lain berubah bukan Serangan Umum 1 Maret 1949 telah
hanya dengan ancaman kekuatan militer, menjelma sebagai jalinan keterpaduan
tetapi juga soft power. dengan instrument kekuatan lainnya,
Mantan Deputi Duta Besar AS yang terbukti saling mendukung antara
untuk PBB, Suzanne Nossel juga satu dengan lainnya. Serangan Umum 1
menyampaikan pemikiran yang senada Maret sebagai hard power dengan wujud
dengan Nye. Menurut Nossel, smart strategi perang gerilya mampu bergerak
power dapat dipahami sebagai cara harmonis dengan soft power yang
cerdas untuk memilah dan memilih termanifestasi dalam kekuatan politik
penggunaan power (Nossel, 2004). dan diplomasi, sosial-budaya dan
Adapun tujuan akhir pengerahan pemanfaatan komunikasi massa.
segala sumber daya dan kekuatan dalam
konsep smart power bukan hanya 3.2.1. Hard Power dengan Perlawanan
pencapaian pemenuhan kepentingan Gerilya
tetapi juga untuk mempertahankan dan Setelah mendengar berita bahwa
meningkatkan pengaruh, legitimasi Belanda mulai menyerang Yogyakarta,
negara yang bersangkutan di tataran Panglima Besar Soedirman segera
politik internasional (Armyn Gita, 2012). merilis perintah kilat No. 1/PB/D/1948
yang disiarkan pada tanggal 19
Desember 1948. Perintah ini berisikan

8
informasi tentang penyerangan Belanda kemudian menghilang dengan cepat (hit
terhadap ibukota Yogyakarta yang and run).
merupakan cerminan pembatalan Strategi ini tentu dipandang sesuai
sepihak Belanda terhadap persetujuan dengan kondisi Indonesia yang secara
gencatan senjata. persenjataan, kemampuan militer dan
Untuk itu seluruh Angkatan Perang pengalaman, tidak sebanding dengan
diminta menjalankan rencana yang telah tentara Belanda. Akan tetapi, untuk
ditetapkan untuk menghadapi serangan mengimbangi kekuatan besar tersebut,
Belanda (Hutagalung, 2016). Rencana Indonesia juga memiliki sumber
tersebut diantaranya merupakan bagian kekuatan yang tak bisa dianggap remeh,
dari Perintah Siasat No.1 yang yaitu semangat kemerdekaan dan
diterbitkan terlebih dulu oleh Markas perjuangan rakyat. Dalam konteks ini
Besar Komando Djawa (MBKD) pada Belanda tidak hanya berperang melawan
tanggal 1 Mei 1948. Perintah Siasat No. negara atau tentara melawan tentara,
1 antara lain mengamanatkan tugas tetapi juga berperang melawan segenap
untuk membentuk kantong-kantong di kekuatan rakyat yang rela bahu-
tiap distrik militer yang mempunyai membahu membantu perlawanan.
pemerintahan gerilya (wehrkreise) Dukungan rakyat tidak hanya dartikan
sehingga seluruh pulau Jawa akan turut terjun ke medan perang, tetapi juga
menjadi satu medan gerilya yang besar dalam hal penyediaan logistik,
(Nasution, 1958). pemberian informasi tentang musuh,
Gerilya yang berarti perang kecil penggagalan propaganda dan lain
jika ditinjau dari asal bahasanya, sebagainya. Disinilah aspek kesemestaan
Spanyol (gurrilla), juga dimaknai diwujudkan.
sebagai siasat untuk memaksa musuh Sementara itu, Sri Sultan
tersebar kemana-mana, menjadi Hamengku Buwono IX yang telah
immobile sebanyak-banyaknya dan melepas jabatannya sebagai Raja
terpaksa mengadakan stelsel Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
perbentengan yang tetap (Nasution, berinisiatif menyusun rencana serangan
1983). Serangan gerilya bersifat tiba-tiba yang dikomunikasikan terlebih dahulu

9
kepada Panglima Besar Soedirman yang dimiliki AURI dan Koordinator
sudah terusir dari Yogyakarta. Pesan Pemerintah Pusat (Hutagalung, 2016).
yang disampaikan lewat kurir tersebut Yogyakarta dipilih sebagai lokus
disetujui oleh Soedirman dan untuk utama serangan dengan beberapa alasan
selanjutnya Sri Sultan Hamengku sebagai berikut: (1) Yogyakarta sebagai
Buwono IX berkoordinasi dengan Letkol ibukota RI, sehingga akan lebih cepat
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai menjadi centre of attention apabila
Komandan Brigade 10/Wehrkriese III dilakukan serangan meskipun hanya
yang membawahi wilayah Yogyakarta. beberapa jam; (2) masih banyaknya
Pertemuan tersebut menghasilkan wartawan asing di Hotel Merdeka
keputusan untuk mengadakan Serangan Yogyakarta karena keberadaan delegasi
Umum 1 Maret 1949 Komisi Tiga Negara (KTN0 yang
(www.nationalgeographic.grid.id, 1 sebelumnya merupakan United Nation
Maret 2016). Commission for Indonesia (UNCI); (3)
Tokoh sentral lainnya yang Yogyakarta berada di bawah Divisi III
memiliki andil besar dalam menyusun sehingga tidak perlu persetujuan dari
rencana Serangan Umum 1 Maret 1949 Panglima atau Gubernur Militer lain
adalah Kolonel Bambang Sugeng yang untuk segera melancarkan serangan.
menjadi komandan Divisi III/Gubernur Pada tanggal 1 Maret 1949, tepat
Militer III. Sesuai perintah Panglima pukul 06.00 pagi bersamaan dengan
Besar, Kolonel Bambang Sugeng sirine penanda berakhirnya jam malam,
bersama Letkol W. Hutagalung serangan pun dimulai. TNI dan
membahas grand design serangan yang gerilyawan yang beberapa jam
intinya adalah mengerahkan seluruh sebelumnya sudah memasuki
potensi militer dan sipil dengan Yogyakarta dari segala penjuru segera
mengadakan serangan spektakuler mengeksekusi rencana serangan.
terhadap satu kota di bawah Divisi III. Serangan dilancarkan oleh
Serangan tersebut harus mendapat Wehrkreise III dipimpin Letkol
perhatian internasional sehingga perlu Soeharto. Serangan pasukan gerilya dari
didukung dengan pemancar radio yang berbagai arah berhasil mengepun

10
Yogyakarta dan mengakibatkan Belanda Penahanan dan pengasingan para
kocar kacir karena kurang persiapan. pemimpin dan pejabat tinggi negara
Perlawanan Belanda seolah tidak berarti hingga ke Bangka telah
sehingga mereka terdesak mundur melatarbelakangi pembentukan
meninggalkan pos-pos militer. Pukul Pemerintahan Darurat Republik
12.00, Letkol Soeharto mengistruksikan Indonesia (PDRI) yang diketuai oleh
pengosongan kota berdasarkan rencana Syafruddin Prawiranegara yang
sehingga tidak memberikan kesempatan merupakan Menteri Kemakmuran dan
Belanda untuk menerima bala bantuan sedang berada di Bukit Tinggi.
dari pasukan di wilayah lainnya. Mandat pendirian pemerintahan
Serangan yang hanya berlangsung darurat disampaikan melalui sebuah
sekitar 6 jam ini memberikan efek kejut kawat pada menit-menit terakhir
yang luar biasa dan berdampak sebelum Soekarno-Hatta ditawan.
signifikan terhadap citra Indonesia di Mandat yang berisikan instruksi
mata internasional. Selain itu pembentukan PDRI ini berbunyi sebagai
kemenangan yang diraih untuk berikut:
menguasai Yogyakarta juga langsung “Kami Presiden RI
memberitahukan bahwa
memberikan ekses positif dari sisi
pada hari Minggu tanggal
psikologi dan politik, yaitu untuk 19 Desember 1948 jam
06:00 pagi, Beland telah
mengangkat moral rakyat dan TNI serta
mulai serangannya atas Ibu
membantu upaya diplomasi yang sedang Kota Djogjakarta. Djika
dalam keadaan Pmerintah
diperjuangkan di DK PBB.
tidak dapat menjalankan
kewadjibannya lagi, kami
mengusahakan pada Mr.
3.2.2. Soft Power melalui Kekuatan
Sjfruddin Prawiranegara,
Politik, Diplomasi, Sosial- Menteri Kemakmuran RI
untuk membentuk
Budaya dan Pemanfaatan
Pemerintahan Darurat di
Komunikasi Massa Sumatra”(Suryanegara,
2010).
Pepatah “patah tumbuh hilang
berganti” menjadi spirit yang mampu Selain itu, untuk mengantisipasi

diaktualisasikan dalam kekuatan politik. apabila Syafruddin tidak berhasil

11
mendirikan pemerintahan darurat, Bung dikenal vokal menyuarakan aspirasi
Hatta selaku Wakil Presiden juga Indonesia. Beberapa pernyataan
menyiapkan surat untuk Duta Besar RI agitatifnya dipublikasikan oleh banyak
di India, dr. Soedarsono, Menteri media di berbagai penjuru dunia. Palar
Keuangan A.A Maramis dan diplomat pernah menyebutkan bahwa agresi
yang menjadi perwakilan Indonesia militer Belanda merupakan Pearl
untuk PBB, L.N Palar yang berada di Harbour kedua dan sebuah serangan
New Delhi. Surat tersebut berisi kuasa pengecut. Belanda dikatakan sengaja
untuk membentuk Exile Governement of menunda negosiasi karena membutuhkan
the Republic of Indonesia apabila PDRI waktu untuk melakukan kebijakan yang
gagal dibentuk. mencekik Indonesia (www.validnews.id,
Langkah politik juga terus 31 Desember 2018).
diupayakan di ranah diplomasi. Dalam Kabar mengenai Serangan Umum
hal diplomasi pada masa revolusi, 1 Maret 1949 yang tersampaikan pula
kontribusi diplomat Indonesia, L.N hingga ke perwakilan Indonesia di PBB
Palar, tidak dapat disangsikan lagi. Palar membuat legitimasi diplomasi Indonesia
yang bertugas menjadi perwakilan yang dipimpin Palar semakin kuat.
Indonesia di PBB sejak 1947 terus Keberhasilan tersebut memberikan
bergerilya melakukan lobbying atau modal untuk semakin menggaungkan
pendekatan dari negara ke negara di saat aspirasi agar dunia internasional
kondisi darurat terjadi pada tahun 1949. mendukung penegakan kedaulatan
Sebagaimana diketahui, DK PBB telah Indonesia. Siaran pers yang diterbitkan
mengeluarkan Resolusi No.67 tanggal 28 Press Officer Perwakilan RI di PBB
Januari 1949 sebagai seruan kepada mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949
Belanda untuk menghentikan agresinya bahkan menjadi dasar PBB untuk
terhadap Indonesia. Namun resolusi mendesak Belanda kembali ke meja
tersebut tidak digubris. perundingan untuk menyelesaikan
Hal tersebut membuat Palar terus pertikaian dengan Indonesia (Salim,
bergerak menggalang dukungan demi 1995).
tegaknya Republik Indonesia. Palar

12
Beredarnya informasi mengenai mematahkan propaganda Belanda yang
Serangan Umum 1 Maret 1949 secara sekaligus mampu mendongkrak
beranting dari daerah ke daerah hingga semangat para pejuang adalah poster.
terpancar ke luar negeri juga tidak Poster sebagai karya seniman yang
terlepas dari strategi pemanfaatan banyak terkonsentrasi di Yogyakarta
komunikasi massa. Selain memanfaatkan juga memiliki andil tersendiri. Poster-
keberadaan wartawan asing yang berada poster perjuangan yang dihasilkan dapat
di Yogyakarta yang berpotensi dikatakan menemukan peran strategisnya
mempublikasikan peristiwa serangan, pada masa Agresi Militer II. Hal ini
Indonesia juga memanfaatkan saluran dapat dilihat dari banyaknya poster
komunikasi massa yang berperan perjuangan yang diproduksi pada masa
penting saat itu, yaitu radio. itu (Tashadi, 1996). Poster menjadi salah
Pemanfaatan radio, khususnya dari satu media perjuangan untuk
stasiun pemancar AURI di Playen, berkomunikasi secara massal
Gunungkidul, memang menjadi bagian melengkapi radio dan surat kabar yang
dari strategi Serangan Umum 1 Maret operasionalnya kadang dihambat oleh
1949. Gelegar Serangan Umum 1 Maret Belanda. (Limah, Utomo dan Suryadi,
segera disiarkan melalui radio AURI, 2018).
kemudian ditangkap dan disiarkan oleh Pada akhirnya, segala daya upaya
Stasiun Bidaralam, Sumatera Barat, yang menjadi keterpaduan soft power
diteruskan melalui relay ke Aceh, pada Serangan Umum 1 Maret 1949 ini
berlanjut ke Burma (Myanmar), New dapat dikatakan memiliki efek
Delhi (India) hingga dalam waktu pengganda (multiplier effect). Upaya
singkat juga terdengar hingga lokasi penegakan kedaulatan yang terus dirintis
sidang PBB di AS Indonesia sejak masa revolusi dimulai
(www.regional.kompas.com, 1 Maret telah menemukan titik temunya pada
2016). peristiwa Serangan Umum 1 Maret
Selain saluran media cetak dan 1949.
media elektronik seperti radio, ada pula
dukungan poster yang menjadi alat untuk4. Kesimpulan

13
Serangan Umum 1 Maret 1949 Sinergi perlawanan bersenjata dan
akhirnya mampu membuktikan bahwa perjuangan diplomasi yang menjadi
rakyat Indonesia memang pantang kunci keberhasilan Serangan Umum 1
menyerah dan rela berjuang sampai titik Maret 1949 juga ditopang instrumen
darah penghabisan. Seluruh daya upaya strategi lainnya, yaitu pemanfaatan
dikerahkan untuk sebuah kedaulatan saluran komunikasi massa. Optimalisasi
yang harus ditegakkan. peran radio dalam memancarluaskan
Serangan Umum 1 Maret 1949 informasi tentang Serangan Umum 1
juga telah mampu memanfaatkan Maret 1949 dan dukungan moral rakyat
momentum emas ketika perjuangan luas, seperti yang dilakukan oleh
diplomasi Indonesia tengah dilakukan di seniman dalam memanfaatkan poster
DK PBB. Dengan melancarkan serangan sebagai alat perjuangan cukup efektif
secara mengejutkan dan membuat melipatgandakan nilai perjuangan yang
pasukan Belanda mundur, semakin dikemas dalam strategi smart power.
memberikan bukti pada dunia Pada akhirnya, Serangan Umum 1
internasional tentang keberadaan TNI Maret 1949 secara tidak langsung telah
sebagai unsur RI yang masih andal. Hal mampu mendesak Belanda kembali ke
ini tentu makin memperkuat posisi tawar meja perundingan. Fase Perundingan
Indonesia di meja perundingan. Roem-Royen pada April 1949 yang
Demikian pula sebaliknya, diikuti dengan pertemuan lainnya
perjuangan diplomasi di markas DK akhirnya bermuara pada Konferensi
PBB yang dikawal oleh L.N Palar juga Meja Bundar yang memutuskan
mendapatkan asistensi signifikan dari pemberian kedaulatan Indonesia. Secara
keberhasilan Serangan Umum 1 Maret resmi, Belanda telah menyerahkan
1949. Palar semakin lantang kedaulatan pada tanggal 27 Desember
menyuarakan aspirasi untuk kedaulatan 1949 yang sekaligus menandai akhir dari
Indonesia dan semakin mudah masa revolusi nasional. Untuk itulah,
mendapatkan simpati untuk menggalang tidak berlebihan rasanya apabila pada
dukungan internasional. peringatannya yang memasuki dekade
ke-7 tahun di tahun 2019, Serangan

14
Umum 1 Maret 1949 diusulkan untuk Daftar Pustaka
dapat diperingati sebagai hari nasional.
Salah satu opsi nama peringatan yang BUKU
diusulkan adalah sebagai Hari Hartoto, Edi. 2012. Panglima Bambang:
Penegakan Kedaulatan. Panglima Komando Pertempuran
Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949
dan Seorang Diplomat. Jakarta:
Kompas.

Hutagalung, R. Batara. 2016.Serangan


Umum 1 Maret 1949 : Perjuangan TNI,
Diplomasi, dan Rakyat . Yogyakarta:
Matapadi Pressindo

Kahin, George McTurnan. 1952.


Nationalism and Revolution in
Indonesia. New York: Cornell
University Press

Koesnodiprodjo, Himpunan Undang-


Undang, Peraturan-Peraturan,
Penetapan-Penetapan, Pemerintah
Republik Indonesia 1945, 1951, Jakarta,
S.K. Seno

Lembaga Analisis Informasi. 2000.


Kontroversi Serangan Umum 1 Maret.
Yogyakarta: Media Pressindo

Muhaimin, Yahya A. 1982.


Perkembangan Militer Dalam
Politik Indonesia 1945-1966.
Yogyakarta :Gadjah Mada University
Press.

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini.


1993. Penelitian Terapan. Gajah
Mada Pers : Yogyakarta

Nasution, A.H. 1958. Tentara Nasional


Indonesia II. Jakarta: Seruling Masa.

15
-----.1984. Pokok-pokok Gerilya dan Hutri Limah, Cahyo Budi Utomo, Andy
Pertahanan Republik Indonesia di Suryadi. 2018. Poster dan Upaya
Masa Lalu dan Yang Akan Datang. Memepertahankan Kemerdekaan
Bandung: Angkasa. Indonesia di Yogyakarta Tahun 1945-
1949. Journal of Indonesia History 7 (1)
Nye, Joseph S. 2007. Soft Power: The
Means to Success in World Politics. New Kartodirdjo, Sartono. 1981. Wajah
York: Public Affairs Revolusi Indonesia Dipandang Dari
Perspektivisme Struktural. Prisma. No.
Poeze, Harry A. 2008. Di Negeri 8. Tahun ke X. Agustus. Jakarta:
Penjajah : Orang Indonesia di Negeri LP3ES. hal: 3-13
Belanda. Kepustakaan Populer
Gramedia Nossel, S. 2004. Smart Power.
Foreign Affairs, Volume 83, No.2
Salim, Islam. 1995. Terobosan PDRI
dan Peranan TNI. Jakarta: Pustaka Sinar Nye, Joseph.S. 1990. ‘Soft Power’,
Harapan dalam Foreign Policy, Twentieth
Anniversary, No. 80
Seskoad. 1993. Serangan Umum 1
Maret 1949 di Yogyakarta Latar Simatupang, T.B. 1980. Menelaah
Belakang dan Pengaruhnya. Jakarta: Kembali Peranan TNI: Refleksi
Citra Lamtoro Gung Persada Kesejarahan dan Perspektif Masa
Depan. Prisma. No. 12. Tahun IX.
Surakhmad, Winarno. 1982. Desember. Jakarta: LP3ES. hal: 12-26
Pengantar Penelitian Ilmiah.
Bandung: Tarsito SITUS WEB/INTERNET

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2010. Api


Sejarah-2. Bandung: Salamadani https://historia.id/politik/articles/tak-ada-
Pustaka nama-panglima-6aqn7 1 Maret 2018,
diakses pada 27 April 2019
Tashadi, dkk. 1996. Partisipasi
Seniman dalam Perjuangan https://www.validnews.id/LN-Palar--
Kemerdekaan Daerah Istimewa Duri-Bagi-Diplomasi-Belanda-bYI,
Yogyakarta. Jakarta: Departemen diakses pada 27 April 2019
Pendidikan dan Kebudayaan.
https://tirto.id/aksi-diplomasi-kemenlu-
TESIS DAN ARTIKEL ri-sejak-zaman-revolusi-cRgK, diakses
pada 27 April 2019
Armyn Gita, I Gde. 2012. Analisis Smart https://regional.kompas.com/read/2016/0
Power dalam Strategi Militer AS 3/01/09391781/Dari.Gunungkidul.Seran
Melawan Al-Qaeda (2009-2012). FISIP- gan.Umum.1.Maret.1949.Mendunia?
UI page=all, diakses pada 28 April 2019

16
17

You might also like