You are on page 1of 13

Vol. 14 No.

1 / Januari – Maret 2021

TRADISI EHA’A DALAM AKTIVITAS PERTANIAN MASYARAKAT


KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
( STUDI KASUS MASYARAKAT DESA BAMBUNG )

Oleh
Lucky Winston Ulalu1
Jetty E. Mawara2 Djefry Deeng3

ABSTRACT

Talaud Islands Regency, the majority as coconut farmers, or commonly known


as Copra. In the collo daily language Talaud people pronounce the term
Mako'e or copra management process is a form of the result of harvesting
coconut fruit. The other work they do is fishermen but thus the Talaud
community especially the people of Bambung village work more as coconut
farmers (copra). The people of Bambung Village there is a tradition called
Eha'a, thi stradition that regulates the people of Bambung village how to
harvest coconut plants at a time that has been determined by the Eha'a
tradition. There are several things that are the belief of the people of Bambung
village, among others; The belief of the Bambung villagers in the tradition of
Eha'a towards the people who take other people's coconuts for example, the
community was given sanctions in the form of being ordered to shout along
the village with shouts such as an apology to the indigenous government and
to all residents in the village, as well as other sanctions such as ordered, paying
fines that had been agreed by the customary rules. Harvest activities carried
out by the People of Bambung Village are based on the principle of life that is
closely related to social and spiritual values that contain a very deep meaning,
namely about the relationship between human beings, nature (environment),
and God.

Keywords: Eha'a, coconut farmers, tradition

1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing KTIS I
3
Pembimbing KTIS II

1
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Pendahuluan istilah Mako’e atau proses


pengelolaan Kopra itu merupakan
Pertanian merupakan salah satu
bentuk hasil dari memanen buah
sektor yang sangat dominan dalam
kelapa. Adapun pekerjaan lainnya
pendapatan masyarakat Indonesia
yang mereka lakukan ialah nelayan
karena mayoritas penduduk
namun dengan demikian masya-
Indonesia bekerja sebagai petani.
rakat Talaud terlebih khususnya
Namun produktivitas pertanian
masyarakat desa Bambung lebih
masih jauh dari harapan. Salah satu
banyak bekerja sebagai petani
faktor penyebab kurangnya pro-
kelapa (kopra). Masyarakat Desa
duktivitas pertanian adalah sumber
Bambung ada sebuah tradisi yang
daya manusia yang masih rendah
dinamakan Eha’a, tradisi inilah
dalam mengolah lahan pertanian
yang mengatur masyarakat desa
dan hasilnya. Mayoritas petani di
Bambung bagaimana memanen
Indonesia masih menggunakan
tanaman kelapa pada waktu yang
sistem manual dalam pengolahan
sudah ditentukan oleh tradisi Eha’a
lahan pertanian.
tersebut. Terdapat beberapa hal
Provinsi Sulawesi Utara dikenal
yang menjadi kepercayaan masya-
dengan daerah nyiur melambai, hal
rakat desa Bambung antara lain;
ini erat kaitannya dengan komoditi
Kepercayaan masyarakat desa
kelapa sebagai primadona pada
Bambung dalam tradisi Eha’a ter-
masa sebelum perang dunia kedua.
hadap masyarakat yang me-
Penduduk Sulawesi Utara pada
ngambil buah kelapa orang lain
umumnya hidup dari Sektor Per-
misalnya, masyarakat itu diberi
tanian, di mana sebagian masya-
sangsi berupa diperintah berteriak
rakat di sana adalah Petani, se-
di sepanjang desa dengan teriakan
hingga sektor Pertanian sangat
seperti kata permohonan maaf
penting dalam menunjang kehi-
terhadap pemerintah adat dan
dupan petani yang ada di Sulawesi
kepada seluruh warga yang ada di
Utara
desa tersebut, dan juga sangsi
Kabupaten Kepulauan Talaud, lainnya seperti diperintah, mem-
mayoritas sebagai petani kelapa, bayar denda yang sudah disepakati
atau yang biasa dikenal dengan oleh aturan adat tersebut.
Kopra. Dalam bahasa sehari-hari
masyarakat Talaud mengucapkan

2
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

Upacara tradisi Eha’a dalam Pengertian Eha’a


masa panen, dilakukan satu tahun Nilai budaya Eha’a adalah suatu
4 (empat) kali, dilakukan setiap tiga tradisi yang mengelola dan me-
bulannya satu kali dalam kuartal- ngendalikan pemanfaatan sumber
nya, karena itu sudah menjadi daya alam agar tidak eksploitasi
kepercayaan masyarakat desa dan tidak merusak sehingga bisa
Bambung sebagai salah satu dimanfaatkan oleh anak cucu me-
aturan yang harus dilakukan dan reka di kemudian hari. Eha’a
ditaati oleh semua masyarakat menjadi sebuah mekanisme kon-
desa Bambung maupun desa servasi karena melakukan pe-
lainnya, tetapi jika ada masyarakat larangan sementara waktu pada
yang melanggar aturan tersebut lokasi-lokasi penangkapan ikan
akan mendapatkan masalah ketika
dan perkebunan rakyat, dan ada
proses panen berlangsung. Seperti saatnya untuk panen bersama.
kurang nya buah, kelapa akan
Pengertian Petani
cepat mati, dan lain-lain.
Menurut Mubyarto (1995),
Tradisi Eha’a di percaya oleh
pertanian dalam arti luas
masyarakat desa Bambung sebagai
mencakup pertanian rakyat atau
salah satu aturan yang harus ditaati
pertanian dalam arti sempit
oleh semua masyarakat dikarena-
disebut perkebunan (termasuk di
kan sudah menjadi kepercayaan
dalamnya perkebunan rakyat dan
secara turun-temurun dari nenek
perkebunan besar), kehutanan,
moyang. Oleh karena itu tradisi
peternakan, dan perikanan (dalam
Eha’a masih tetap ada dan
perikanan dikenal pembagian lebih
dipercayai oleh masyarakat Desa
lanjut yaitu perikanan darat dan
Bambung.
perikanan laut). Indonesia masih
Eha’a merupakan salah satu merupakan negara pertanian,
hukum tidak tertulis masyarakat artinya pertanian memegang
Kakorotan untuk melestarikan peranan penting dari keseluruhan
alam dengan melarang masyarakat perekonomian nasional. Hal ini
untuk mengambil hasil alam, baik dapat ditunjukkan dari banyaknya
di darat maupun di laut sampai penduduk yang hidup atau bekerja
batas waktu tertentu sesuai
pada sektor pertanian atau dari
kesepakatan bersama. produk nasional yang berasal dari

3
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

pertanian. Kerisauan umat manusia Kontribusi sektor pertanian ter-


mengenai ketersediaan bahan hadap produk domestik bruto
pangan dan ledakan jumlah pen- adalah sekitar 20 % dan menyerap
duduk dunia serta ketersediaan 50 % lebih tenaga kerja di
sumber daya alam yang terbatas pedesaan. Kedua, agrobisnis dan
melahirkan ajaran Malthusianisme agroindustri memiliki peranan
dan Neomalthusianisme serta yang sangat vital dalam men-
tumbuhnya kesadaran pada peles- dukung pembangunan sektor
tarian fungsi lingkungan dan sum- lainnya. Ketiga, pembangunan
ber daya alam sehingga me- pertanian berkelanjutan menjadi
lahirkan pemikiran baru pem- keharusan agar sumber daya alam
bangunan berwawasan lingkungan yang ada sekarang ini dapat terus
dan konsep pembangunan dimanfaatkan untuk waktu yang
berkelanjutan (Herry, 2006). relatif lama. Sektor pertanian tetap
menduduki peran vital yang
Menurut Nasution (1995) dalam
mendukung kelangsungan kehi-
Salikin (2003), pertanian
dupan bangsa Indonesia.
berkelanjutan merupakan kegiatan
pertanian yang berupaya untuk Konsep Tradisi
memaksimalkan manfaat sosial Definisi Tradisi Upaya manusia
dari pengelolaan sumber daya dalam rangka memenuhi kebu-
biologis dengan syarat memelihara tuhan hidupnya tentu dengan
produktivitas dan efisiensi pro- mengandalkan kemampuan manu-
duksi komoditas pertanian, sia sendiri untuk menjadikan alam
memelihara kualitas lingkungan sebagai obyek yang dapat dikelola
hidup dan produktivitas sumber
untuk memenuhi kebutuhan
daya sepanjang masa. Menurut hidupnya. Jadi dapat dikatakan
Soekartawi (1995) dalam Salikin bahwa kebudayaan tersebut lahir
(2003), terdapat tiga alasan sesungguhnya diakibatkan oleh
mengapa pembangunan pertanian keinginan manusia untuk me-
Indonesia harus berkelanjutan menuhi kebutuhan hidupnya,
yaitu: sebagai negara agraris, pe- dalam bentuk tingkah laku, pola
ranan sektor pertanian Indonesia hidup, perekonomian, pertanian,
dalam sistem perekonomian sistem kekerabatan, stratifikasi
nasional 12 masih dominan. sosial, religi, mitos, dan sebagai-

4
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

nya. Kesemua aspek tersebut yang bersifat duniawi maupun terhadap


kemudian harus dipenuhi oleh hal yang gaib atau keagamaan.
manusia akan melahirkan kebu- Konsep Kebudayaan
dayaan atau tradisi.
Menurut Antropologi, kebu-
Tradisi adalah kesamaan benda dayaan adalah keseluruhan sistem
material dan gagasan yang berasal gagasan tindakan dan hasil karya
dari masa lalu namun masih ada manusia dengan belajar. Tiap-tiap
hingga kini dan belum dihancurkan
kebudayaan universal sudah tentu
atau dirusak. Namun demikian juga menjelma dalam ketiga wujud
tradisi yang terjadi berulang-ulang kebudayaan yaitu wujudnya yang
bukanlah dilakukan secara kebe- berupa sistem budaya, sistem
tulan atau disengaja. Dari pe- sosial dan unsur-unsur kebu-
mahaman tersebut maka apapun dayaan fisik. Disebutkan bahwa
yang dilakukan Piotr Sztompka, ada tujuh unsur kebudayaan yang
Sosiologi Perubahan Sosial, (2007), dapat ditemukan pada semua
oleh manusia secara turun temurun bangsa, ketujuh unsur kebudayaan
dari setiap aspek kehidupannya disebutkan adalah: 1) Bahasa, 2)
yang merupakan upaya untuk sistem pengetahuan 3) sistem
meringankan hidup manusia dapat organisasi sosial, 4) sistem
dikatakan sebagai “tradisi” yang peralatan hidup dan teknologi,
berarti bahwa hal tersebut adalah 5)sistem mata pencaharian hidup,
menjadi bagian dari kebudayaan. 6) sistem religi 7) kesenian
Secara terminologi perkataan (Koentjaraningrat, 2002).
tradisi mengandung suatu pe-
Menurut Robert H Lowie
ngertian yang tersembunyi tentang
Kebudayaan adalah segala sesuatu
adanya kaitan masa lalu dengan
yang diperoleh individu dari
masa kini. Ia menunjuk kepada
masyarakat, mencakup keper-
sesuatu yang diwariskan oleh masa
cayaan, adat istiadat, norma-
lalu tetapi masih berwujud dan
norma artistik, kebiasaan makan,
berfungsi pada masa sekarang.
keahlian yang diperoleh bukan dari
Tradisi memperlihatkan bagaimana
kreativitasnya sendiri melainkan
anggota masyarakat bertingkah
merupakan warisan masa lampau
laku, baik dalam kehidupan yang
yang didapat melalui pendidikan
formal atau informal.

5
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Tradisi Eha’a Dalam Aktivitas beraktivitas di perkebunan itu.


Pertanian Kabarnya, sejak bulan Januari,
patok Eha’a telah ditancapkan. Tak
Pada Pagi hari para tetua adat
seorang pun berani beraktivitas di
Desa Bambung berkumpul di
sana. Jika ketahuan, pelanggar
kebun kelapa Masyarakat untuk
hukum adat akan dikenai denda
melaksanakan tradisi Eha’a, Banyak
maupun sanksi menabuh gendang
di antara mereka menggunakan
sambil berkeliling kampung,
jubah berwarna ungu. Hanya
sebagai wujud penyesalan.
Ratumbanua (ketua adat), yang
mengenakan jubah warna kuning. Tak lama kemudian, datang
Di sana, mereka berdiri di sekitaran seorang yang ditugaskan me-
patok dari batang pohon Kelapa ngambil patok Eha’a dari lokasi
yang pada bagian ujungnya lain. Setelah kedua patok diper-
dilingkari kain berwarna merah. temukan, tetua adat Desa
Salah seorang di antara tetua adat Bambung berkumpul dan mem-
mengatakan, mereka masih bacakan doa dalam bahasa lokal.
menantikan satu patok lagi Sehabis pembacaan doa, barulah
sebelum memanjatkan doa. masyarakat memulai pekerjaannya.

Sejak beberapa bulan lalu, Dikson Mewo, Ratumbanua


mereka telah menancapkan dua Desa Bambung menceritakan,
patok di lokasi terpisah. Sebelum Eha’a merupakan tahapan dari
kedua patok dipertemukan, tak ada tradisi panen kelapa yang dikenal
seorang pun yang boleh melintasi dengan sebutan mako’e (Kuartal).
wilayah terlarang, yang sebelum- Katanya, dahulu kala sebelum
nya sudah ditetapkan dan ada mako’e, karena jumlah pen-
disepakati bersama. Dua patok duduk Desa Bambung terbilang
kayu itu adalah pertanda Eha’a. sedikit, panen buah kelapa hanya
Dalam tradisi masyarakat di dilakukan orang per orang atau
Kepulauan Talaud, Eha’a dikenal yang disebut manarada. Tapi
sebagai hukum penghentian se- ternyata jumlah buah kelapa yang
mentara aktivitas di darat maupun didapat tak seberapa. Setelah
di laut. Di sekitar lokasi patok, jumlah penduduk bertambah
masyarakat dilarang mengambil banyak, mereka mulai bersekutu
buah kelapa, melintasi maupun untuk memanen buah kelapa

6
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

Bersama-sama. “mako’e itu artinya melakukan pelarangan sementara


memanen buah kelapa dalam waktu pada lokasi-lokasi per-
jumlah banyak,” kata Dikson kebunan rakyat, dan ada saatnya
Mewo. untuk panen bersama. Pemimpin
adat mengendalikan proses Eha’a,
Lokasi Pelaksanaan Tradisi Eha’a
mulai dari musyawarah adat,
Lokasi pelaksanaan tradisi Eha’a
pengumuman oleh tukang plakat,
dilakukan di Desa Bambung,
Eha’a dikunci, pengawasan oleh
Kecamatan Gemeh, Kabupaten Ke-
petugas adat mangang Eha’a,
pulauan Talaud, Provinsi Sulawesi
sangsi adat bagi yang melanggar,
Utara Indonesia. Tradisi Eha’a
dan masa panen.
sendiri mulai dikenal dari tahun
Dalam hal ini tujuan pelak-
1961 sampai dengan sekarang.
sanaan tradisi Eha’a antara lain,
Ketika pelaksanaan tradisi Eha’a
untuk membuat larangan kepada
masyarakat bergotong-royong
masyarakat Desa Bambung atau
membangun sebuah tenda di
bagaimana ketika dalam masa
lokasi yang akan berlangsungnya
panen buah kelapa itu sesuai
tradisi. Eha’a sangat dituruti oleh
dengan aturan adat tradisi yang
masyarakat Desa Bambung di-
sudah disepakati bersama. Hubu-
karenakan sudah menjadi tradisi
ngan sosial yang baik dan saling
turun temurun yang diwariskan
bekerja sama antar petani sangat
oleh leluhur dan masih belaku
sampai saat ini. tergambarkan dalam tradisi Eha’a,
khususnya di tanah Porodisa.
Tujuan Pelaksanaan Tradisi
Kebiasaan baik ini masih bisa
Eha’a
ditemukan di Desa Bambung.
Untuk melestarikan nilai-nilai
Namun pelaksanaannya terkadang
Budaya. Budaya Eha’a adalah suatu
dipengaruhi oleh kebutuhan petani
tradisi yang mengelola dan
akan uang, sehingga makna yang
mengendalikan pemanfaatan sum-
sebenarnya dari Eha’a semakin
ber daya alam agar tidak
bergeser. Dalam hal ini, ada nilai
dieksploitasi dan tidak merusak
keikhlasan dan ketulusan yang
sehingga bisa dimanfaatkan oleh
seharusnya menjadi landasan bagi
anak cucu mereka di kemudian
petani untuk menerapkan Eha’a.
hari. Eha’a menjadi sebuah
Dalam Eha’a ada hubungan timbal
mekanisme konservasi karena

7
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

balik dan saling menguntungkan mbanua ude wariadi musiba su


antar petani, bukan dalam konteks waktu pamanaraan tude pia
materi, namun saling meringankan halangan’na.
beban pekerjaan satu sama lain. yang artinya adalah sebuah
yaitu kelompok petani Bersama- kepercayaan yang sudah lama ada
sama membersihkan kelapa, ke- di masyarakat Desa Bambung.
giatan ini dilakukan oleh semua Eha’a atau larangan saat panen
petani yang terlibat tanpa kelapa sangat dipercaya oleh saya,
memungut bayaran. karena se- jika saya tinggal mengikuti tradisi
bagian petani lebih memilih untuk Eha’a maka akan terjadi kesialan-
membantu petani lainnya. Eha’a kesialan di kebun saya. Seperti
atau larangan selalu diterapkan Ketika saya panen buah yang
dan berusaha dilestarikan oleh
dihasilkan oleh kelapa tidak sesuai
ketua Adat setempat bersama harapan saya (sedikit). Atau juga
masyarakat petani yang ada di pohon kelapa saya banyak yang
Desa Bambung. Masyarakat ini mati. Oleh karena itu saya meyakini
meyakini bahwa panen buah dengan adanya tradisi Eha’a
kelapa yang disiapkan dengan cara sangatlah membantu kami
Eha’a akan menjadi tanggung masyarkat Desa Bambung, agar
jawab bersama karena dibangun Ketika panen buah kelapa kami
dengan landasan kebersamaan mendapatkan hasil yang banyak.
dan kepercayaan yang secara turun Dan juga pohon kelapa kami tidak
temurun dipercayai oleh masya- rusak (mati).
rakat setempat.
Menurut bapak Hendra (48)
Menurut bapak Rudi (51) tradisi
Menurut bapak Hendra(29) tude
Eha’a yaitu ereude wuru pan’dun Eha’a ude niola tude mene
pangimanan u wanua sambua tude mangato’ u masarakat u Bambun
wanuau arangange bambun. Eha’a ude anase I’maitou masikae caran
tude larangana su pa’koetan tude mah’manen ude wuan niu anase
malaran manganu wuan niu ude waktu ni pamanemanga ude twuan
anawe awu tala madaringi u niu talah marimba. Tude ude pandu
larangan ude wua niola u timade tim’made ndrone na ola’a tradisi
mbanua, awu tala nagiman ude u’a, anaude nabarite tradisi wuru
larangan yang wua niola u timade

8
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

pangimanan u masarakat su Yang artinya adalah, tujuan dari


wanua ude. tradisi Eha’a ialah untuk mengatur
petani kelapa ketika melakukan
Yang artinya adalah, Eha’a yaitu
panen buah kelapa. Agar kelapa
untuk mengatur masyarakat Desa
tidak muda mati, atau pohon
bambung Ketika melaksanakan
kelapa dapat bertahan lebih lama.
panen buah kelapa. Agar supaya
Dengan adanya tradisi Eha’a
buah kelapa yang di panen itu jauh
masyarakat lebih teratur lagi dalam
lebih banyak dari pada panen
mengambil buah kelapa di-
biasa. Ketika saya tidak mengikuti
karenakan dalam tradisi Eha’a
aturan tradisi Eha’a, maka saat
masyarakat hanya dapat me-
saya panen buah kelapa tidak
ngambil buah kelapa setiap tiga
mendapatkan hasil yang banyak.
bulan sekali dan jika masyarakat
Oleh karena itu saya selalu
ada yang melanggar aturan tradisi
mengikuti tradisi Eha’a karena
ini akan mendapat kesialan-
tradisi tersebut sudah menjadi
kesialan ataupun sangsi dari tokoh
tradisi turun temurun dari keluarga
adat.
saya.
Menurut bapak Sony (38)tujuan
Menurut bapak Anton (47) Tude
dari pelaksanaan tradisi Eha’a
pandu ati a’dah Eha’a idi mene
adalah untuk mengatur masya-
mangato ude nai manga makakoe
rakat saat panen buah kelapa.
niu ude sesuai tempone. Anasewe
ude niu tala marareo, awu ude alu Tradisi Eha’a sendiri merupakan
tradisi turun temurun yang di
niu ude maran’nu mate. Tude
wariskan oleh nenek moyang
pan’dune niola idi trade aratane
kepada kami sampai saat ini, jadi
adah Eha’a idi maola ude wuan niu
mabari marang’gi karna masaraka kami juga tetap melaksanakan
tradisi ini jika kami melanggar
ma’ola awu mangiman ude tradisi
maka kami akan mendapatkan
idi. Bazrani awu niasikatan pia
sangsi dari tokoh adat ataupun
masaraka awu na’melanggar udeh
akan mendapatkan kesialan saat
aturan udeh buah niolah su a’dah
kami memanen buah kelapa. Oleh
idi ude akan anggilan u’hukumange
karena itu kami harus tetap
ere udeh I’ pawazro su soah
mengikuti aturan dari tradisi Eha’a,
m’banua sambau.
karena itu sudah menjadi

9
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

kepercayaan bagi kami secara masyarakat yang ada Didesa


turun temurun. Bambung. Tradisi Eha’a sendiri
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
Dengan demikian Eha’a sangat-
oleh tokoh adat. Karena, itu sudah
lah diperlukan oleh masyarakat
menjadi aturan dalam tradisi
Desa Bambung, dikarenakan Eha’a
tersebut. Pelaksanaan tradisi Eha’a
mengatur petani dalam masa
dilakukan di kebun warga yang
panen sehingga menghasilkan
sudah diberikan tanda larangan
keuntungan dan kemakmuran bagi
oleh tokoh adat, dalam proses
petani dan juga dapat melestarikan
pelaksanaan tradisi Eha’a pertama-
tradisi kepercayaan masyarakat
tama sebelum masa panen pada
yang ada di Desa Bambung.
bulan April tanda larangan harus
Siapa saja Yang Terlibat Dalam
sudah diikatkan pada pohon kelapa
Pelaksanaan Tradisi Eha’a
di bulan januari. Pohon kelapa
Orang-orang yang terlibat diikatkan oleh tanda tradisi Eha’a,
dalam pelaksanaan tradisi Eha’a berupa kain merah. Lalu setelah
ialah orang-orang yang tinggal Di pada masa panen bulan April
desa Bambung. Ataupun saudara- tanda tradisi Eha’a itu dikumpulkan
saudara dari luar Desa yang ingin dan para tokoh-tokoh adat
membantu saat panen, itu juga berkumpul untuk melakukan doa
harus mengikuti aturan tradisi (ritual) Bersama-sama. Ketika doa
tersebut. Dikson mewo selaku selesai diucapkan oleh saya selaku
pimpinan tokoh adat (ratum ketua adat Didesa Bambung .
banua), selaku pimpinan tradisi barulah warga yang ingin
Eha’a yang mengatur jalannya memanen buah kelapa bisa
tradisi ini tentu saja bapak Dikson memulaikan pekerjaannya.
Mewo mempunyai peranan yang
Menurut Yan Lobbu (56), salah
sangat besar untuk berlangsung-
satu tokoh adat mengatakan
nya acara ini.
orang-orang yang terlibat dalam
Menurut Bpk Dikson Mewo (67) tradisi Eha’a adalah orang-orang
yang sekarang ini adalah sebagai yang percaya akan tradisi tersebut.
Ratunbanua (raja) Desa Bambung. Namun kebanyakan orang yang
Orang-orang yang terlibat saat tinggal di Desa Bambung
tradisi Eha’a ialah seluruh percayaan akan tradisi Eha’a,

10
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

dalam pelaksanaan tradisi Eha’a tradisi tersebut. Akan tetapi dalam


melibatkan semua elemen masya- proses pelaksanaan tradisi Eha’a
rakat yang ada di Desa Bambung masyarakat belum bisa melak-
baik itu dari segi agama, sanaan pekerjaannya, namun harus
pemerintah, tokoh adat, dan menunggu samapai pelaksanaan
masyarakat. Pelaksana tradisi Eha’a tradisi Eha’a selesai. Dalam
dilakukan setiap 3 bulan sekali atau persiapan tradisi Eha’a tokoh adat
dalam setahun tradisi Eha’a hanya menggunakan jubah adat pada
di lakukan 3 kali. Sebelum tradisi badannya, setelah itu tokoh adat
Eha’a dimulai para tokoh-tokoh memulai ritual tradisi Eha’a.
adat melakukan persiapan seperti Menurut bapak Marnis (55),
menggunakan jubah adat, dan orang-orang yang terlibat dalam
melihat lokasi tempat pelaksanaan.
tradisi Eha’a adalah orang-orang
Setelah itu barulah pelaksanaan yang akan melakukan panen buah
tradisi Eha’a dimulai. kelapa, ataupun orang-orang yang
Menurut bapak Lantaa (65) tude diundang secara khusus seperti
sambau tim’made mbanua waktu Saudara-saudara yang berada di
idi yang pia ati pangka’nge su luar Desa Bambung. Akan tetapi
wanua, sambau tim’made ude Ketika pelaksanaan tradisi Eha’a
waktu idi mente mangiko tradisi Tokoh adat, Pemerintah Desa
Eha’a.awe masalane masaraka’u Bambung, Toko Agama, dan
tempo idi taan maola ati manara seluruh Masyarakat Desa Bambung
anawe mente marau manga juga ikut terlibat dalam tradisi ini.
mao’man waktu tradisi Eha’a Tradisi Eha’a dipimpin oleh kepala
ola’an. Su kesiapange awu mana tokoh adat/ (Ranbannua), Ketika
panata’ange ola’ake ude tradisi ude dimulai tradisi ini para tokoh-tokoh
tim’made mbanua I papake’e ude adat peran aktif sampai pada akhir
juba maituan su wadang’e tude dari tradisi ini.
manata’e ritual u tradisi Eha’a. Bahwa semua kegiatan diawali
Artinya seorang tokoh adat dengan doa kepada Tuhan Yang
mengatakan bahwa orang yang Maha Esa, untuk memohon karunia
terlibat dalam tradisi Eha’a ialah dan rahmatNya. Rangkaian dan
tokoh adat, pemerintah desa, dan penentuan waktu Eha’a sudah di
masyarakat yang akan mengikuti sepakati bersama oleh ketua adat,

11
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

pemerintah dan agama. Kesepa- pengalaman yang diturunkan


katan bersama antara adat, dari generasi ke generasi
pemerintah dan agama, dari berikutnya, seperti penge-
masyarakat lokal untuk melak- tahuan dalam melakukan
sanakan suatu kegiatan yang kegiatan pemanenan buah
merupakan akhir dari suatu proses kelapa. Masyarakat Desa
hukum adat, yang disebut Eha’a. Bambung menggunakan alat
panjat kelapa yang seadanya
Eha’a artinya teguran dan
yang sangat unik yaitu kain dan
larangan. Agar jangan berbuat
parang.
sesuatu atau mengambil sesuatu
yang ada di daratan maupun di 2). Kegiatan panen yang dilakukan
laut. Eha’a darat seperti penutupan oleh Masyarakat Desa
musim panen atau pengambilan Bambung berpatokan pada
sumber daya alam, berupa buah prinsip kehidupan yang erat
kelapa, buah pala, buah pisang dan dengan nilai-nilai sosial dan
hasil bumi lainnya. spiritual yang mengandung
makna yang sangat dalam, yaitu
Kesimpulan
tentang hubungan antara
1). Sistem pengetahuan Petani
sesama manusia, alam
Kelapa Tradisional di Desa
(lingkungan), dan Tuhannya.
Bambung bersumber dari

12
Vol. 14 No. 1 / Januari – Maret 2021

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo

Elizabeth, R. 2007. Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja


Terkait Strategi danKebijakan Pembangunan Pertanian

Herry. 2006. Balanced Scorecard Untuk Organisasi Pemerintah.

Koentjraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta

Maleong. 2005. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung. PT Remaja


Rosdakarya.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Edisi Ke tiga LP3S

Nasution .1995. Dikdaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi aksara

Ni Kadek Sandriani, 2013. Analisis Komparatif Usaha Kopra 1 Di Desa Puntari


Makmur Kecamatan Witaponda. J. Agrotekbis. Vol. 2. No.3 Vol
2. Hal. 199- 204.

Pedesaan. J. SOCA. Vol. 7 (3). Hal.1-25.Fatmawati M. Lumintang, 2013.Jurnal


AnalisisPendapatan Kopra di Desa Teep Kecamatan Langowan
Timur. Vol. 8. No.2 Hal. 991-998.

Ridwan. 2005. Metode dan Teknik PenyusunanTesis. Bandung: Alfabeta.

Robert H Lowie. 1937. The history of Ethnological Theory. New York: Reinhart

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar ManajemenHasil-hasil Pertanian. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Supriyati. 2011. Metodologi penelitian. Bandung: Labkat press

Umar, H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi 3Revisi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

13

You might also like