You are on page 1of 11

Vol. 9 No.

1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

LAPORAN PENELITIAN

Daya Hambat Ekstrak Teripang Emas (Stichopus


hermanii) terhadap Bakteri Enterococcus faecalis
(Inhibitory Effect of Gold Sea Cucumber (Stichopus Hermanii)
Extract on Enterococcus faecalis Bacteria)
Roy Tamara, Linda Rochyani*, Paulus Budi Teguh**
*Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
**Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Enterococcus faecalis is one caused bacteria of root canal infections. ChKM is
mostly used as sterilization agent in endodontic treatment. Stichopus hermanii extract has
been reported to have antibacterial effects for gram-negative and gram-positive bacteria, so
could be potentially developed as a root canal sterilization agent. Purpose: The aim of this
study was to determine the inhibitory effect of Stichopus hermanii extract on Enterococcus
faecalis bacteria. Materials and Methods: This study was an experimental study with post
test only control group design and were tested by diffusion methods with 4 groups
concentration of 2,5%, 3%, 3,5%, 4%, and 2 controls groups using DMSO 1% as negative
control, and ChKM as positive control, each group consisted of 7 samples. The inhibition
effect were examined by measure the diameter of the clear zone around the disc. Data were
analyzed by one way ANOVA test and followed by LSD test. Results: Results showed that the
mean of inhibition zone at concentrations of 2,5% (7,3543 mm), 3% (8,1086 mm), 3,5%
(8,7286 mm), 4% (9,4029 mm), DMSO 1% (6,0257 mm) and ChKM (25,49 mm). It had been
proved that . Stichopus hermanii extract could inhibit the growth of Enterococcus faecalis
(p<0,05). The largest diameter of the clear zone was in the concentration of 4%. Conclusion:
Stichopus hermanii extract could inhibit the growth of Enterococcus faecalis and the most
effective inhibitory concentration is 4%.

Keywords: Endodontic treatment, antibacterial, Stichopus hermanii, Enterococcus faecalis

Correspondence: Linda Rochyani, Department of Convservation, Faculty of Dentistry, Hang


Tuah University, Arif Rahman Hakim 150, Surabaya, Phone. 031-5912191, Email:
lindarochyani@yahoo.co.id

1
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

ABSTRAK

Latar belakang: Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi
saluran akar. Perawatan saluran akar terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya yaitu
sterilisasi saluran akar. ChKM merupakan obat yang sering digunakan pada tahapan ini.
Ekstrak Stichopus hermanii diketahui memiliki efek antibakteri terhadap bakteri gram negatif
dan gram positif, sehingga berpotensial dikembangkan sebagai obat sterilisasi saluran akar.
Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan ekstrak Stichopus hermanii dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Bahan dan Metode : Penelitian eksperimental
dengan desain penelitian the post test only control group, serta diuji menggunakan metode
difusi dengan 4 konsentrasi, yaitu 2,5%, 3%, 3,5%, 4%, dan 2 kontrol yaitu kontrol negatif
menggunakan DMSO 1% serta kontrol positif menggunakan ChKM, dimana tiap kelompok
terdiri dari 7 sampel. Daya hambat diperiksa dengan mengukur diameter zona jernih
disekitar kertas saring. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA diikuti dengan uji
LSD. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rerata zona hambat pada konsentrasi 2,5%
(7,3543 mm), 3% (8,1086 mm), 3,5% (8,7286 mm), 4% (9,4029 mm), untuk kontrol negatif
DMSO 1% (6,0257 mm) dan kontrol positif ChKM (25,49 mm). Ini menunjukkan bahwa
ekstrak Stichopus hermanii dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis
(p<0,05). Diameter terbesar dari zona jernih di sekitar kertas saring terdapat pada
konsentrasi 4%. Simpulan : Ekstrak Stichopus hermanii dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Enterococcus faecalis dengan konsentrasi hambat yang paling efektif adalah 4%.

Kata kunci: perawatan endodontik, antibakteri, Stichopus hermanii, Enterococcus faecalis

Korespondensi: Linda Rochyani, Departemen Konsevasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hang Tuah, Arif Rahman Hakim 150, Surabaya, Telepon 031-5912191, Email:
lindarochyani@yahoo.co.id

PENDAHULUAN lagi.2 Salah satu usaha


mempertahankan gigi dengan karies
Kesehatan gigi dan mulut yang parah agar tetap berada dalam
masyarakat Indonesia masih lengkungnya dan berfungsi dengan
merupakan hal yang perlu mendapat baik adalah perawatan saluran akar.3
perhatian serius dari tenaga kesehatan, Perawatan saluran akar dapat
baik dokter maupun perawat gigi, hal mengalami keberhasilan atau
ini terlihat bahwa penyakit gigi dan kegagalan. Perawatan saluran akar
mulut masih diderita oleh 90% dikatakan berhasil jika pasien tidak
penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan merasa sakit saat dilakukan palpasi
mulut yang banyak diderita dan perkusi, tidak ada pembengkakan,
masyarakat di Indonesia adalah terjadi penyembuhan tulang yang
penyakit jaringan penyangga gigi dan sempurna, dan resorpsi akar berhenti.
karies gigi.1 Perawatan saluran akar dikatakan
Survei Nasional Riskesdas 2007 gagal jika pasien sensitif saat
melaporkan bahwa 75% penduduk dilakukan palpasi dan perkusi, terjadi
Indonesia memiliki riwayat karies gigi pembengkakan karena infeksi
dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sekunder.4
sebesar lima gigi setiap orang dan Terdapat bermacam-macam
empat gigi diantaranya sudah dicabut penyebab kegagalan perawatan saluran
karena sudah tidak bisa dipertahankan akar, antara lain preparasi saluran akar
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

yang kurang, pengisian saluran akar lebih tinggi lagi yaitu 67% dari
yang tidak adekuat dan kasus.11 Prevalensi Enterococcus
mikroorganisme. Diantara faktor- faecalis disebabkan antara lain karena
faktor tersebut, mikroorganisme baik Enterococcus faecalis dapat
yang tersisa setelah perawatan saluran beradaptasi pada kondisi yang kurang
akar atau yang timbul setelah menguntungkan seperti
pengisian saluran akar merupakan hiperosmolaritas, panas, ethanol,
faktor utama penyebab kegagalan hidrogen peroksida, asam, dan basa.6
perawatan saluran akar.5 Banyak Enterococcus faecalis dapat
penelitian telah menunjukkan bahwa menginvasi tubulus dentin untuk
mikroorganisme dipertimbangkan perlindungan dari preparasi saluran
sebagai penyebab utama adanya akar kemomekanikal, dan teknik
kelainan pulpo-periapikal yang dressing intrakanal. Selanjutnya jika
persisten sebagai kegagalan ada kesempatan, Enterococcus faecalis
endodontik.6 Mikroogranisme dan dapat terlepas dari tubuli menuju
produknya memiliki peran yang ruangan saluran akar dan menjadi
penting dalam patogenesis infeksi sumber infeksi ulang.12 Beberapa studi
pulpa dan periapikal.7 telah melaporkan rendahnya
Mikroorganisme yang paling sensitifitas Enterococcus faecalis
banyak diisolasi dari saluran akar yang terhadap terhadap obat-obatan
terinfeksi adalah bakteri obligat sterilisasi saluran akar seperti kalsium
anaerob.8 Pada perawatan saluran akar hidroksida karena diperkirakan efek
yang gagal, ditemukan sejumlah basa-nya meningkatkan sifat adesif
bakteri anaerob seperti Enterococcus dari bakteri.13
faecalis (E. faecalis), Streptococcus Eliminasi Enterococcus faecalis
anginosus, Bacteroides gracilis, dan dari akar yang terinfeksi telah menjadi
Fusobacterium nucleatum.9 fokus utama dalam perawatan saluran
Enterococcus faecalis adalah suatu akar karena keberadaan bakteri
bakteri fakultatif gram positif yang tersebut memegang peranan penting
dikenal sebagai spesies yang paling dalam patogenesis penyakit pulpa dan
resisten pada rongga mulut dan paling periradikular serta keberhasilan dari
sering ditemukan pada kasus dengan perawatan saluran akar. Hal yang
kelainan setelah perawatan saluran terpenting dari perawatan endodontik
akar.6 Enterococcus faecalis adalah aktivitas reduksi atau eliminasi
merupakan suatu organisme yang bakteri yang menginfeksi.14,15
mempunyai peran penting sebagai Mengingat anatomi ruang pulpa yang
etiologi dari lesi periradikuler yang sangat rumit serta jauhnya penetrasi
persisten setelah perawatan saluran bakteri ke dalam tubulus dentin, maka
akar.10 tindakan preparasi saluran akar disertai
Enterococcus faecalis ditemukan irigasi tidak dapat membebaskan
sebanyak 20 dari 30 kasus infeksi saluran akar dari bakteri, sehingga
endodontik yang persisten pada gigi diperlukan medikamen saluran akar
yang telah dilakukan perawatan atau sterilisasi saluran akar.16
saluran akar. Spesies ini ditemukan Perawatan saluran akar
pada 18% dari kasus infeksi membutuhkan penggunaan obat
endodontik primer, prevalensinya pada sterilisasi yang mampu mengeliminasi
gigi dengan pengisian saluran akar endotoksin bakteri yang telah melekat

3
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

pada struktur gigi yang tidak menyembuhan luka, digunakan


tereliminasi sempurna saat proses sebagai antikoagulan dan
instrumentasi saluran akar. antitrombotik, menurunkan kadar
Penggunaan obat sterilisasi saluran kolesterol dan lemak darah,
akar selama perawatan endodontik antikanker, antitumor, imunostimulan,
harus dapat mensterilisasi dan antirematik, antimalaria, antivirus,
mengurangi jumlah mikroorganisme antijamur, dan antibakteri.20 Senyawa
patogen dalam saluran.14 Salah satu metabolit sekunder saponin Stichopus
obat sterilisasi saluran akar yang hermanii terbukti mampu menghambat
sering digunakan adalah golongan pertumbuhan bakteri gram positif dan
fenol, seperti ChKM dan Cresophene. bakteri gram negatif seperti Bacillus
Obat sterilisasi golongan fenol ini subtilis, Streptococcus mutans, dan
memiliki beberapa kelemahan yaitu Mixed Periodontopathogen.21,22,23
bau yang menyengat, rasa tidak enak, Ekstrak Stichopus hermanii
dapat terserap oleh tumpatan bersifat tidak toksik pada konsentrasi
sementara, dapat menyebar ke rongga hingga 2,5% terhadap stem sel
mulut sehingga pasien akan fibroblas gingival.24 Konsentrasi
mengeluhkan rasa yang tidak enak dan ekstrak Stichopus hermanii yang
bersifat alergen sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
menyebabkan reaksi imun yang dapat 2,5%, 3%, 3,5% dan 4% dengan
membahayakan pulpa.16,17 asumsi bahwa bakteri Enterococcus
Banyaknya kelemahan dari obat- faecalis memiliki mekanisme
obat sterilisasi saluran akar dan adanya pertahanan yang lebih kuat
bakteri yang resisten terhadap dibandingkan dengan stem sel
antibiotik seperti Enterococcus fibroblas gingival, sehingga diperlukan
faecalis mengakibatkan penggunaan konsentrasi yang lebih tinggi untuk
antibiotik dalam terapi menjadi menghambat pertumbuhan bakteri
terbatas, sehingga para peneliti mulai tersebut. Penelitian tentang daya
mengembangkan terapi non-antibiotik hambat ekstrak Stichopus hermanii
baik sebagai terapi pengobatan terhadap pertumbuhan bakteri
penyakit ataupun sebagai upaya Enterococcus faecalis belum pernah
pencegahan penyakit.18 dilakukan.
Bahan-bahan yang digunakan Penelitian ini dilakukan untuk
sebagai terapi non-antibiotik dapat mengetahui potensi ekstrak teripang
menggunakan bahan-bahan yang emas dalam menghambat pertumbuhan
berasal dari laut Indonesia. Laut Enterococcus faecalis, sehingga hasil
Indonesia memiliki sumber daya penelitian ini dapat dieksplorasi
hayati dan nonhayati yang besar pemanfaatannya bagi pengembangan
jumlahnya. Adapun sumber daya teknologi kedokteran khususnya
hayati diantaranya teripang emas yang ekstrak teripang emas dalam
termasuk salah satu spesies timun menghambat bakteri Enterococcus
terbanyak ditemukan pada perairan faecalis pada infeksi endodontik yang
laut dangkal di wilayah laut persisten pasca perawatan saluran
Indonesia.19 akar.
Teripang (filum Echinodermata)
memiliki kandungan gizi yang telah
dibuktikan oleh peneliti modern dapat
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

MATERI DAN METODE maserasi selama 3 hari dengan pelarut


etanol untuk mendapatkan ekstrak
Jenis penelitian yang dilakukan etanol Stichopus hermanii. Selanjutnya
adalah penelitian true experimental hasil maserasi diuapkan dengan alat
dengan rancangan penelitian the post evaporator suhu 50oC agar zat pelarut
test only control group design. terpisah kemudian hasil penguapan
Besar sampel pada penelitian ini didinginkan sehingga menghasilkan
adalah 42 petridish berisi koloni ekstrak kental (ekstrak etanol teripang
bakteri Enterococcus faecalis yang emas).25
dibagi dalam 6 kelompok. Teknik Persiapan ekstrak Stichopus
pengambilan sampel adalah secara hermanii dengan berbagai konsentrasi
simple random sampling (acak atau di dalam tabung – tabung steril dengan
secara undian). menggunakan pengenceran DMSO
Alat yang digunakan pada 1%.
penelitian ini adalah masker, Bakteri Enterococcus faecalis
handscoun, rak tabung reaksi, tabung biakan murni berupa biakkan dalam
reaksi, petridish (cawan petri), yellow BHI cair yang sudah diinkubasi selama
tip, blue tip, mikro pipet, autoclave, 24 jam dalam suasana anaerob,
inkubator, pinset, excavator, spiritus selanjutnya kekeruhannya disetarakan
brander, korek api, anaerobic jar, dengan standar Mc Farland 0,5.
gaskit, blender, timbangan digital, Daya hambat diuji menggunakan
vacum rotary evaporator, digital metode difusi (metode Kirby – Bauer).
calipers Krisbow dengan ketelitian Pertama, disiapkan 1 tabung reaksi.
0,01 mm, kertas saring berbentuk Tabung reaksi diisi dengan BHI cair
lingkaran Ø 6 mm, lidi kapas steril, yang telah diinokulasikan dengan 1 ml
syringe microporus membrane (mikro suspensi bakteri Enterococcus faecalis
filter) Whatman Ø 0,2 μm. yang setara dengan larutan Mc.
Bahan yang digunakan pada Farland 0,5. Biakan bakteri diusapkan
penelitian ini adalah suspensi bakteri pada seluruh permukaan lempeng BHI
Enterococcus faecalis, ekstrak agar steril dengan menggunakan kapas
Stichopus hermanii dengan konsentrasi lidi steril.
2,5%, 3%, 3,5% dan 4%, ChKM, Siapkan 42 cakram kertas saring.
etanol 96 %, DMSO 1%, larutan Mc 7 cakram kertas saring masing –
Farland 0,5, media BHI cair, media masing dicelupkan ke dalam bahan
BHI agar. antibakteri yaitu ekstrak Stichopus
Ekstrak Stichopus hermanii hermanii 2,5% selama 10 detik. 7
diperoleh melalui metode maserasi cakram kertas saring masing-masing
hasil freeze dried Stichopus hermanii dicelupkan ke dalam bahan antibakteri
dengan pelarut etanol 96%. Stichopus yaitu ekstrak Stichopus hermanii 3%
hermanii segar dibersihkan dari organ selama 10 detik. 7 cakram kertas
bagian dalam dan dicuci bersih dengan saring masing – masing dicelupkan ke
air. Setelah itu diblender dengan dalam bahan antibakteri yaitu ekstrak
aquades dan dikeringkan dengan alat Stichopus hermanii 3,5% selama 10
freeze dryer. Hasil freeze dried detik. 7 cakram kertas saring masing-
Stichopus hermanii di blender untuk masing dicelupkan ke dalam bahan
mendapatkan partikel yang lebih kecil antibakteri yaitu ekstrak Stichopus
dan halus. Setelah itu mulai dilakukan hermanii 4% selama 10 detik. 7

5
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

cakram kertas saring masing – masing HASIL


dicelupkan ke dalam larutan ChKM 1
ml. 7 cakram kertas saring lainnya Data yang diperoleh dari hasil
masing-masing dicelupkan ke dalam penelitian ditabulasi dan dianalisis
DMSO 1% 1 ml. Letakkan seluruh secara deskriptif yang bertujuan untuk
kertas saring tersebut pada media BHI memperoleh gambaran distribusi dan
agar Enterococcus faecalis dengan peringkasan data guna memperjelas
menggunakan pinset steril agak penyajian hasil, kemudian dilakukan
ditekan – tekan. Petri dish dimasukkan uji hipotesis menggunakan statistik
ke dalam inkubator selama 2x24 jam analitik dengan taraf signifikansi 95%
dengan suhu 37° C dalam sungkup (p=0,05) dengan menggunakan
anaerob.Setelah 48 jam, diameter zona program SPSS versi 20.
hambat yang terbentuk berupa area Tabel 1. Rata-rata dan simpangan baku
jernih (clear zone) disekitar kertas diameter zona hambat ekstrak teripang emas
saring diukur dengan menggunakan (Stichopus hermanii) terhadap bakteri
digital calipers (dalam satuan mm). Enterococcus faecalis pada BHI Agar
Pengukuran tersebut dilakukan dengan satuan milimeter
sebanyak tiga kali dari jarak daerah
jernih terpanjang, terpendek, dan 30
media dengan menggunakan digital 25
calipers dalam satuan millimeter (mm)
lalu dibagi 3 sehingga didapatkan 20
rata-ratanya (means). Diameter zona 15
hambat yang timbul menunjukkan 10
adanya daya antibakteri pada masing-
5
masing konsentrasi ekstrak Stichopus
hermanii.26 0
K (-) K (+) P 1 P 2 P 3 P 4

Gambar 2. Rata-rata diameter zona hambat


pada masing-masing kelompok
Kelompok Rerata Standar
(mm) Deviasi
K(-) 6.0257 0.04541
K(+) 25.49 4.84769
P1 7.3543 0.43539
Gambar 1. Pengukuran diameter zona
P2 8.1086 0.70615
hambat pada kelompok kontrol dan ekstrak
P3 8.7286 0.70615
Sticopus hermanii
P4 9.4029 1.18619

Teknik analisa data yang dipakai Sebelum dilakukan uji hipotesis,


untuk membandingkan daya hambat maka setiap kelompok diuji
pemberian ekstrak Stichopus hermanii normalitasnya dengan menggunakan
dengan konsentrasi 2,5%, 3%, 3,5% uji Shapiro-Wilk, karena pada
dan 4% terhadap pertumbuhan bakteri penelitian ini jumlah sampel <50.
Enterococcus faecalis adalah dengan Hasil uji Shapiro-Wilk
uji one way analysis of varians menunjukkan bahwa data berdistribusi
(ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji normal dan hasil uji Levene didapatkan
LSD.27
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

nilai signifikansi 0.123, sehingga dapat dengan kelompok K(+), P1, P2, P3,
disimpulkan bahwa data hasil dan P4. Kelompok K(+) signifikan
penelitian homogen (p>0,05). dibandingkan dengan kelompok P1,
Hasil data di atas diketahui P2, P3, dan P4. Kelompok P1
memiliki distribusi data yang normal signifikan dibandingkan dengan
dan memiliki varians yang homogen. kelompok P2, P3 dan P4. Kelompok
Oleh karena itu, uji dilanjutkan dengan P2 signifikan dibandingkan dengan
menggunakan uji one way ANOVA kelompok P4. Perbedaan yang paling
karena desain/rancangan penelitian ini signifikan terdapat pada kelompok K(-
menggunakan lebih dari 2 kelompok ) dengan kelompok K(+), P1, P2, P3,
yang tidak berpasangan dengan skala P4, antara kelompok K(+) dengan
pengukuran numerik (rasio). Uji one kelompok P1, P2, P3, P4, dan antara
way ANOVA ini digunakan untuk kelompok P1 dengan kelompok P3,
mengetahui adanya perbedaan pada P4.
tiap kelompok baik secara terpisah
maupun bersama-sama.
Pada uji one way ANOVA, PEMBAHASAN
diperoleh nilai p=0.000 (p<0.05) yang
Penelitian ini menggunakan 6
artinya terdapat perbedaan yang
kelompok, yaitu kelompok K(-)
bermakna (signifikan). Selanjutnya,
sebagai kontrol negatif menggunakan
untuk melihat perbedaan daya hambat
DMSO 1%, kelompok K(+) sebagai
masing-masing kelompok perlakuan,
kontrol positif menggunakan ChKM
maka dilakukan pengujian LSD
dan kelompok 1, 2, 3 dan 4 adalah
dengan signifikansi p<0.05.
kelompok perlakuan yang diberi
Tabel 2. Tabel hasil uji LSD ekstrak Stichopus hermanii dengan
Kelo Rata Kelo Rata- Sig. konsentrasi yang berbeda, yaitu 2,5%,
mpo -rata mpo rata 3%, 3,5% dan 4%.
k k Peneliti menggunakan DMSO
K(-) 6.025 K(+) 25.49 0.000* 1% sebagai kontrol negatif karena
7 P1 7.3543 0.000* dapat digunakan sebagai pengencer
P2 8.1086 0.000* bahan alam agar lebih mudah
P3 8.7286 0.000* homogen. DMSO 1% memiliki sifat
P4 9.4029 0.000*
K(+) 25.49 P1 7.3543 0.000*
antibakteri yang kecil sehingga dapat
P2 8.1085 0.000* mempengaruhi daya penghambatan
P3 8.7286 0.000* bakteri.28 Hal ini dapat dilihat dari
P4 9.4029 0.000* rerata zona hambat pada kelompok
P1 7.354 P2 8.1086 0.025* kontrol negatif (DMSO 1%), yaitu
3 P3 8.7286 0.000* 6,0257 mm. Peneliti menggunakan
P4 9.4029 0.000* ChKM sebagai kontrol positif karena
P2 8.108 P3 8.7286 0.098
6 P4 9.4029 0.030*
salah satu mekanisme kerja ChKM
P3 8.728 P4 9.4029 0.130 dalam menghambat bakteri sama
6 dengan mekanisme kerja flavonoid
Keterangan :*p<0.05 yang terkandung dalam ekstrak
Stichopus hermanii yaitu
Dari hasil uji LSD diketahui bahwa mendenaturasi protein sel bakteri.
perbedaan rerata diameter zona hambat pada 29,30,31
Selain itu ChKM merupakan
kelompok K(-) signifikan dibandingkan obat sterilisasi saluran akar yang

7
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

sering digunakan dalam klinik dan Peneliti memilih etanol sebagai


harganya relatif murah.17 pelarut karena etanol merupakan
Ekstrak teripang emas senyawa polar yang bersifat universal
(Stichopus hermanii) yang digunakan yang dapat melarutkan senyawa
di dalam penelitian ini dibuat dengan bersifat polar dan sedikit senyawa non-
metode freeze drying yang kemudian polar. Etanol umumnya dapat
dilarutkan dengan pelarut etanol mengekstrak komponen dari golongan
(polar) dengan metode maserasi. glikosida dan minyak atsiri.35 Hasil uji
Keuntungan menggunakan metode senyawa kandungan triterpene
freeze drying adalah kadar air pada glycoside pada ekstrak etanol lebih
hasil ekstrak lebih rendah besar daripada kandungan triterpene
dibandingkan dengan metode ekstrak glycoside pada ekstrak heksana.36
yang lain. Hal ini disebabkan oleh Triterpene glycoside merupakan
bahan yang akan diekstrak dibekukan sebutan untuk holothurin yang
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan merupakan senyawa saponin pada
dengan pengeringan dengan teripang dan berfungsi sebagai
menggunakan tekanan rendah antibakteri.37 Konsentrasi etanol yang
sehingga kandungan air yang sudah digunakan sebagai pelarut dalam
menjadi es akan langsung menjadi uap penelitian ini adalah konsentrasi 96%
(sublimasi). Tingkat keamanan karena menghasilkan pemisahan
senyawa dalam ekstrak lebih baik kandungan yang lebih mudah.38
karena resiko terjadinya degradasi Maserat yang diperoleh berupa
senyawa dalam ekstrak cukup rendah ekstrak etanol diuapkan dengan alat
karena suhu yang digunakan cukup penguap rotary evaporator. Alasan
rendah.32 Setelah freeze drying selesai penggunaan rotary evaporator sebagai
dilakukan, hasil freeze dry tersebut alat penguap adalah karena pelarut
diekstraksi dengan pelarut etanol dapat menguap di bawah titik didihnya
dengan metode maserasi.33 dengan bantuan penurunan tekanan
Metode maserasi adalah cara sehingga senyawa kimia yang
ekstraksi sederhana yang dilakukan terkandung di dalam pelarut tidak
dengan cara merendam serbuk sampel rusak atau terdekomposisi.34
dalam pelarut organik selama satu hari Penelitian untuk melihat adanya
sebanyak tiga kali perulangan pada daya hambat ekstrak Stichopus
temperatur kamar dan terlindungi dari hermanii terhadap pertumbuhan
cahaya. Maserasi sangat bakteri Enterococcus faecalis
menguntungkan dalam mengekstrak dilakukan dengan metode difusi yang
senyawa bahan alam, karena dengan menggunakan media agar BHI. Agar
perendaman, pelarut akan mempunyai BHI merupakan media agar yang baik
waktu interaksi dengan sampel lebih untuk membiakkan bakteri
lama untuk melakukan pemecahan Enterococcus faecalis karena karena
dinding dan membran sel sampel. Hal media ini dilengkapi dengan hemin
ini terjadi karena adanya perbedaan dan vitamin K1 yang dapat berfungsi
tekanan antara bagian dalam dan luar sebagai faktor pertumbuhan bakteri
sel sehingga senyawa metabolit Enterococcus faecalis.39 Penelitian ini
sekunder yang ada di dalam sitoplasma menggunakan metode difusi karena
akan keluar dan terlarut dalam pelarut karena penelitian tentang daya hambat
organik.34 ekstrak Stichopus hermanii terhadap
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

pertumbuhan bakteri Enterococcus perbandingan antara konsentrasi 3%


faecalis dengan metode difusi belum dan 3,5%, serta konsentrasi 3,5% dan
pernah dilakukan, sehingga dengan 4%. Perbedaan yang paling signifikan
metode ini peneliti dapat melihat ditentukan dengan rerata diameter
tingkat sensitivitas Enterococcus zona hambat yang paling besar, yaitu
faecalis terhadap ekstrak Stichopus ekstrak Stichopus hermanii pada
hermanii secara kualitatif. konsentrasi 4%.
Hasil penelitian yang dilakukan Antibiotik yang memiliki
memperlihatkan bahwa makin besar mekanisme kerja menghambat sintesis
konsentrasi ekstrak Stichopus hermanii protein, mempunyai daya antibakteri
maka makin besar pula diameter zona sangat kuat.41 Hal ini ditunjukkan
hambatnya. Rata-rata zona hambat dengan ukuran zona hambat ChKM
pada konsentrasi 2,5% (7,3543 mm), jauh lebih besar dibanding zona
3% (8,1086 mm), 3,5% (8,7286 mm) hambat yang menggunakan ekstrak
dan 4% (9,4029 mm). Pada penelitian Stichopus hermanii. ChKM sebagai
ini telah dapat disimpulkan bahwa antibiotik non alamiah memiliki
ekstrak Stichopus hermanii dengan beberapa kekurangan seperti yang
konsentrasi 2,5%, 3%, 3,5% dan 4% telah dijelaskan sebelumnya yaitu bau
dapat menghambat pertumbuhan yang menyengat, rasa tidak enak,
bakteri Enterococcus faecalis dengan dapat terserap oleh tumpatan
rata-rata zona hambat terbesar pada sementara, dapat menyebar ke rongga
konsentrasi 4% sebesar 9,4029 mm, mulut sehingga pasien akan
tetapi ChKM yang digunakan sebagai mengeluhkan rasa yang tidak enak dan
kontrol positif pada penelitian ini bersifat alergen sehingga dapat
memiliki zona hambat yang jauh lebih menyebabkan reaksi imun yang dapat
besar yaitu dengan rata-rata sebesar membahayakan pulpa.16 Pemilihan
25,49 mm. Terdapat dua alasan yang ekstrak Stichopus hermanii sebagai
menyebabkan hal tersebut dapat antibakteri alamiah dapat dijadikan
terjadi, yaitu ChKM mempunyai zat alternatif dalam mengeliminasi bakteri
antibakteri chloro-phenol sebesar Enterococcus faecalis yang resisten di
60%. Pada ekstrak teripang emas, dalam saluran akar merupakan pilihan
persentase senyawa antibakterinya yang dapat diaplikasikan.
kecil, yaitu flavonoid 0,04%, alkaloid Berdasarkan hasil penelitian ini,
0,11%, saponin 0,12% dan tanin dapat dipilih dan diaplikasikan ekstrak
0,02%. 30,40 Alasan kedua adalah Stichopus hermanii dengan konsentrasi
adanya kandungan kamfer dalam 4% karena memiliki zona hambat yang
ChKM yang berfungsi memperpanjang lebih besar, sehingga diasumsikan
efek antimikroba, sehingga daya lebih baik dibandingkan dengan
hambat ChKM lebih besar ekstrak Stichopus hermanii dengan
dibandingkan ekstrak Stichopus konsentrasi 2,5%, 3% dan 3,5%.
hermanii.40
Hasil uji LSD yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa SIMPULAN
perbandingan rerata diameter zona
hambat antar semua kelompok ekstrak Ekstrak teripang emas
Stichopus hermanii menunjukkan (Stichopus hermanii) dengan
perbedaan yang bermakna, kecuali konsentrasi sebesar 2,5%, 3%, 3,5%,

9
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

dan 4% dapat menghambat 9. Bodrumlu E and Semiz M. 2006.


Antibacterial Activity of a New
pertumbuhan bakteri Enterococcus Endodontic Sealer Against Enterococcus
faecalis. Konsentrasi ekstrak teripang faecalis. J Can Dent Assoc, 72(7): 637 a-
emas (Stichopus hermanii) 4% c.
memiliki daya hambat terbesar 10. Stuart CH, et al. 2006. Enterococcus
faecalis: Its Role in Root Canal
diantara konsentrasi lainnya, namun Treatment Failure and Current Concepts
daya hambat yang dihasilkan masih in Retreatment. Journal of Endodontics,
lebih kecil dibandingkan dengan Vol 32(2). The University of Texas
ChKM (Chlorophenol Kamfer Health Science Center. Texas: San
Antonio.
Menthol) sebagai kontrol positif. 11. Rocas IN, et al. 2004. Association of
Enterococcus faecalis with different
forms of periradicular diseases. The
DAFTAR PUSTAKA American Association of Endodontics,
30(5): 5-1.
1. Anitasari S dan Rahayu N.E. 2005. 12. Sedgley CM, et al. 2005. Virulence,
Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Phenotype and Genotype Characteristics
dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan of Endodontic Enterococcus spp. Oral
Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Microbiology Immunologi, 20: 10-9.
Kecamatan Palaran Kotamadya 13. Kayaoglu G and Orstavik D. 2004.
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Virulence Factors of Enterococcus
Maj, Kedokteran Gigi (Den. J.), 38 (2): faecalis: Relationship of Endodontic
90-88. Disease. Crit Rev Oral Biol Med, Vol
2. Depkes RI. 2012. Pedoman Paket Dasar 15(5): 308-20.
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di 14. Beatrice dan Lusiana. 2010. Daya
Puskesmas. Kementerian Kesehatan RI. Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Jakarta. Available from: (Phaleria macrocarpa.Scheff (Boerl))
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/ha terhadap Enterococcus faecalis Sebagai
ndle/123456789/1777. Diakses 14 Mei Bahan Medikamen Saluran Akar Secara
2013. In Vitro. Skripsi, Fakultas Kedokteran
3. Yanti N. 2004. Biokompatibilitas Larutan Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Irigasi Saluran Akar. Fakultas H. 3-1.
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera 15. Cogulu D, et al. 2007. Detection of
Utara. Medan. H. 7-1. Enterococcus faecalis in Necrotic Teeth
4. Bergenholtz G, et,al. 2003. Textbook of Root Canals by Culture and Polymerase
Endodontology. 2 nd ed. United Kingdom: Chain Reaction Methods. European
Blackwell Publisihing. Journal of Dentistry.
5. Mulyawati E. 2011. Peran Bahan 16. Walton dan Torabinejad. 2008. Prinsip
Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar. dan Praktik Ilmu Endodontia. Edisi 3.
Majalah Kedokteran Gigi, 18(2): 209- Jakarta: EGC.
205. 17. Grossman, et al. 2010. Endodontics
6. Wardhana DV, dkk. 2008. Daya Practice. 12th ed. New Delhi: Wolters
Antibakteri Kombinasi Metronidazol, Kluwer Health.
Siprofloksasin, dan Minosiklin Terhadap 18. Devine DA and Marsh PD. 2009.
Enterococcus faecalis. Jurnal Ilmu Prospects for The Development of
Konservasi Gigi, Vol 1 (1). Fakultas Prosbiotics and Prebiotics For Oral
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Applications. Journal of Oral
Surabaya. Microbiol, 1: 10.3402/jom.v1i0.1949.
7. Souza et al. 2005. Endodontic Therapy 19. Purwati. dkk. 2008. Katalog Timun Laut
Associated with Calcium Hydroxide as Anggota Ordo Aspidochirotida
an Intracanal Dressing: Microbiologic (Echinodermata, Holothuroidea). Pusat
Evaluation by the Checkerboard DNA- Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta.
DNA Hybridization Technique. Journal 20. Farouk AE, et al. 2007. New Bacterial
of Endodontic, 3(2): 83-79. Species Isolated from Malaysian Sea
8. Squiera JF and Rocas IN. 2008. Cucumber with Optimized Secreted
Endodontic Microbiology in : Endodontic Antibacterial Activity. American Journal
Principles and Practice 4th ed. Michigan: of Biochemistry and Biotechnology,
Saunders. P. 46-38. 3(20): 65-60.
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

21. Brilliantin A. 2011. Daya Hambat terhadap Pertumbuhan Bakteri


Ekstrak Teripang Emas (Stichopus Escherichia coli. Journal of Marine and
hermanii) terhadap Streptococcus Coastal Science, 1(1): 60-53.
mutans. Skripsi, Fakultas Kedokteran 32. Sembiring BB. 2009. Pengaruh
Gigi Universitas Hang Tuah. Surabaya. Konsentrasi Bahan Pengisi dan Cara
22. Muttaqien W. 2011. Daya Hambat Pengeringan terhadap Mutu Ekstrak
Ekstrak Teripang Emas (Stichopus Kering Sambiloto. Bul. Littro, 20(2):
hermanii) terhadap Mixed 181-173.
periodontopathogen. Skripsi, Fakultas 33. Mamahit L. 2009. Satu Senyawa Steroid
Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah, dari Daun Gedi (Abelmoschus manihot L.
Surabaya. Medik) Asal Sulawesi Utara. Ejurnal
23. Wawolumaya JT. 2012. Potensi Universitas Sam Ratulangi, Vol 2(1): 38-
Antibakteri pada Beberapa Jenis Teripang 33.
(Stichopus spp.) yang Berasal dari 34. Budi FS, dkk. 2011. Uji Aktivitas
Perairan Lampung Selatan. Fakultas Antioksidan Ekstrak Buah Asam
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Kalimbawan (Sarcotheca diversifolia
Padjadjaran. (Miq) Hallier F) terhadap DPPH.
24. Revianti S dan Parisihni K. 2012. Kajian Available from
Bioaktivitas Antijamur Ekstrak Teripang http://beliebet.wordpress.com/2011/07/12
pada Kandidiasis Oral. Penelitian Hibah /uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-buah-
Fundamental. asam-kalimbawan-sarcotheca-
25. Harjanti RS. 2008. Pemungutan diversifolia-miq-hallier-f-terhadap-dpph/.
Kurkumin dari Kunyit (Curcuma Diakses 12 November 2013.
domestica val.) dan Pemakaiannya 35. Murhadi, 2007. Aktivitas Antibakteri
sebagai Indikator Analisis Volumetri. Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanta)
Jurnal Rekayasa Proses, 2(2): 49-54 dan Daun Pandan (Pandanus
26. Kumala S dan Indriani D. 2008. Efek amaryllifolius). Jurnal Teknologi dan
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Industri Pangan, p 7-24
Cengkeh (Eugenia aromatic L). Jurnal 36. Saleh MR. 2013. Perbandingan Kadar
Farmasi Indonesia, 4(2): 87-82. Glikosaminoglikan dan Triterpene
27. Dahlan S. 2012. Statistik untuk Glycoside pada Ekstrak Teripang Emas
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: (Stichopus hermanii) dengan Pelarut
Salemba Medika. H. 87 Etanol (Polar) dan Heksana (Non polar).
28. Patel, dkk. 2009. Evaluation of some Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi
medicinal plants used in traditional Universitas Hang Tuah, Surabaya.
wound healing preparations for 37. Bordbar S. 2011. High-Value
antibacterial property against some Components and Bioactives from Sea
pathogenic bacteria. Journal of Clinical Cucumbers for Functional Foods – A
Immunology and Immunopathology Review. Marine Drugs. P. 1805-1761.
Research, 1 (1): 012-007. 38. Marnoto T. 2012. Ekstraksi Tannin
29. Laila AN. 2012. Pengaruh Konsentrasi sebagai Bahan Pewarna Alami dari
dan Lama Perendaman Infusa Daun Sirih Tanaman Putrimalu (Mimosa pudica)
(Piper betle Linn.) terhadap Total Bakteri Menggunakan Pelarut Organik. Reaktor,
dan Sifat Organoleptik pada Ikan Bawal 14(1). P. 45-39.
(Formio niger). Fakultas Kesehatan 39. Acumedia. 2011. Brain-Heart Infusion
Masyarakat Universitas Muhammadiyah. Agar (7115). PI 7115 Rev 4.
Semarang. 40. Osswald R. 2005. The Problem of
30. Rizal MB. 2012. Komposisi Senyawa Endodontitis and Managing It Through
Organik dan Anorganik Ekstrak Teripang Conservative Dentistry. P. 144-134.
Pasir dan Teripang Emas yang 41. Rinawati DW. 2011. Daya Hambat
Biokompatibel terhadap Jaringan Pulpa. Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujute
Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi L.) terhadap Bakteri Vibrio
Universitas Hang Tuah. Surabaya. alginolycticus. Skripsi Institut Teknologi
31. Bachtiar SY, dkk. 2012. Pengaruh Sepuluh November Surabaya. Jawa
Ekstrak Alga Cokelat (Sargassum sp.) Timur.

11

You might also like