You are on page 1of 8

Balance Vol. XV No.

1 | Januari 2018

TANTANGAN EKSPORTIR FURNITUR DI YOGYAKARTA


STUDI KASUS CV. DBEST FURNITURE
1
Dian Kurniawati , Ani Rohmah Yanti2
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Universitas Ahmad Dahlan
Jalan kapas No.9, Semaki Yogyakarta 55166

ABSTRACT
One of the leading exports in Indonesia from the manufacturing industry is furniture. One of the
areas with the largest furniture export in Indonesia, namely Yogyakarta. CV. Dbest Furniture is one
of the exporters of furniture exporting recycle teak to 22 countries. However, for long-term
business development the company owners face the challenge of high level of furniture sales
competition in the global market. Therefore, this study explores the exporter's efforts in the
furniture industry in developing its business in the midst of global competition. The method used in
this research is qualitative approach based on case study. Data collection is done by in-depth
interview to company owner CV. Dbest Furniture. In addition to interviews, data collection through
field observation, recording, record and documentation. From the results of the study CV company.
Dbest Furniture, business and export processes work with local partners to supply wood raw
materials from timber companies in Jepara, East Java, and with overseas partners in Singapore to
run the promotion and ordering of products and payment processes. Excellence CV. Dbest
Furniture is using used wood as the main raw material and has SVLK license (Timber Legal
Verification System) which become the attraction for foreign consumer. Company CV. Dbest
Furniture has good business development potential in the international market. However, the
company faces challenges with new companies entering the furniture industry market by offering
lower prices. The company's strategy for long-term business development continues to improve the
quality of environmentally-based products to maintain the trust of customers and consumers.
Therefore through this case study answer the challenge of furniture exporters to survive in the
global market competition in the long term.

Keywords : export, furniture industry, global challenges.


Correspondence to : diankrn.dk@gmail.com, dnirohmah977@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu ekspor unggulan di Indonesia dari industri manufaktur adalah furnitur. Salah
satu wilayah dengan ekspor furniture terbesar di Indonesia, yaitu Yogyakarta. CV. Dbest Furnitur
merupakan salah satu eksportir furnitur yang mengekspor jati recycle ke 22 negara. Namun, untuk
pengembangan usaha dalam jangka panjang pemilik perusahaan menghadapi tantangan tingginya
tingkat persaingan penjualan furniture di pasar global. Oleh karenanya, penelitian ini
mengeksplorasi upaya eksportir pada industri furnitur dalam mengembangkan usahanya di tengah
persaingan global. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
berbasis studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang mendalam kepada

72
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

pemilik perusahaan CV. Dbest Furniture. Selain melakukan wawancara, pengumpulan data melalui
observasi hasil lapangan, merekam, membut catatan dan dokumentasi. Dari hasil kajian perusahaan
CV. Dbest Furniture, proses bisnis dan ekspor bekerjasama dengan mitra lokal untuk suplai bahan
baku kayu dari pengusaha kayu di Jepara,Jawa Timur, dan dengan mitra luar negeri di Singapura
untuk menjalankan promosi dan pemesanan produk serta proses pembayaran. Keunggulan CV.
Dbest Furniture adalah menggunakan kayu bekas sebagai bahan baku utama dan memiliki izin
SVLK (Sistem Verifikasi Legal Kayu) yang menjadi daya tarik bagi konsumen mancanegara.
Perusahaan CV. Dbest Furniture memiliki potensi pengembangan usaha yang baik di pasar
internasional. Akan tetapi perusahaan menghadapi tantangan dengan adanya perusahaan baru yang
masuk kedalam pasar industri furnitur dengan menawarkan harga yang lebih murah.Strategi
perusahaan untuk pengembangan usaha jangka panjang dengan terus meningkatkan kualitas produk
berbasis ramah lingkungan untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan konsumennya. Oleh
karenanya melalui studi kasus ini menjawab tantangan eksportir furnitur untuk bertahan pada
persaingan pasar global di jangka panjang.

Kata kunci : ekspor, industri furnitur, tantangan global.


Korespondensi : diankrn.dk@gmail.com, dnirohmah977@gmail.com

PENDAHULUAN / INTRODUCTION sebagai industri padat karya dan banyak


Era globalisasi yang disertai dengan menyerap tenaga kerja. Pengembangan
pesatnya perkembangan teknologi industri ini diarahkan pada industri yang
meningkatkan integritas kerjasama menghasilkan produk bernilai tambah tinggi,
ekonomiIndonesia dengan berbagai berdaya saing global dan berwawasan
negara,khususnya pada perdagangan lingkungan. Sampai saat ini, industri furniture
internasional. Kegiatan perdagangan kayu masih merupakan industri yang banyak
internasional meliputi transaksi ekspor dan menarik minat para pengusaha baik lokal,
impor yang mana terus meningkat selama maupun internasional untuk terus
lima tahun terakhir. Berdasarkan data BPS memproduksinya karena nilai produknya
(2017) nilai ekspor Indonesai meningkat yang cukup menjanjikan dan melihat adanya
sebesar 6,37 persen per April 2017. peluang produksi yang semakin hari semakin
Terbukanya perdagangan internasional yang bertambah.
cukup luas membuat jumlah permintaan Industri furnitur kayu di Indonesia
barang dalam kegaiatan ekspor bertambah, tersebar di banyak wilayah seperti di Jepara,
sehingga eksportir harus menambah jumlah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan
produksi. Kenaikan tingkat produksi ini akan daerah lainnya.Yogyakarta merupakan salah
memperluas kesempatan kerja bagi satu daerah yang memiliki perkembangan
masyarakat Indonesia.Ekspor industri Industri funitur yang pesat dan menjadi pasar
manufaktur memiliki peranan yang besar ekspor mebel terbesar di Indonesia.Badan
terhadap penerimaan devisa maupun Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta tahun 2016
peningkatan produksi yang mendorong mencatat pertumbuhan produksi industri
pertumbuhan ekonomi. manufaktur besar dan sedang (IBS) menglami
Industri manufaktur khusunya peningkatan. Peluang ini ditunjang oleh
industri furniture kayu telah lama diakui integrasi ekonomi kawasan ASEAN melalui

73
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

implementasi Masyarakat Ekonomi Asean yang lebih tinggi. Industri furniture di


yang membuka peluang besar bagi pasar Indonesia tersebar hampir di seluruh provinsi,
ekspor furniture khusunya di Yogyakata. dengan sentra-sentra yang cukup besar
Salah satu pengekspor furnitur yang terletak di Jepara, Cirebon, Sukoharjo,
ada di Yogyakarta adalah CV. Dbest Surakarta, Klaten, Pasuruan, Gresik, Sidoarjo,
Furniture di wilayah Bantul. Perusahaan ini Jabodetabek, dan lain-lain. Industri
merupakan perusahaan ekspor yang begerak pengolahan kayu dibagi menjadi dua
di bidang produksi dan penjualan furniture kelompok antara lain kelompok industri
jati recycle. Perusahaan ini sudah beroperasi pengolahan kayu hulu dan kelompok industri
selama 8 tahun yang memiliki cakupan pengolahan kayu hilir. Kelompok industri
wilayah cakupan ekspor ke 22 negara. pengolahan kayu hulu merupakan industri
Namun, dalam upaya pengembangan usaha pengolahan kayu primer yaitu industri yang
jangka panjang CV. Dbest Furniture masih mengolah kayu bulat/log menjadi berbagai
menghadapi tantangan seperti persaingan sortimen kayu. Kelompok industri
perdagangan yang semakin ketat. Oleh pengolahan kayu hilir merupakan industri
karenanya, penelitian ini mengeksplorasi yang menghasilkan produkproduk kayu
upaya eksportir pada industri furnitur, CV. diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela,
Dbest Furniture, dalam mengembangkan wood-flooring, dan sejenisnya (Kementrian
usahanya di tengah persaingan global. Perindustrian, 2011).
Tulus Tambunan (2005; hal 1),
KAJIAN PUSTAKA menjelaskan bahwa globalisasi dari sisi
Ekspor seringkali disebut engine of ekonomi adalah suatu perubahan didalam
development. Manfaatnya dapat dirasakan perekonomian dunia yang bersifat mendasar
secara langsung (direct effect) maupun tidak atau struktural dan akan terus berlangsung
langsung (indirect effect).Manfaat langsung mengikuti kemajuan teknologi yang
berperan penting dalam mendinamisasikan kenyataannya terus berkembang dengan
kegiatan ekonomi secara keseluruhan. pesat. Kondisi ini disatu sisi akan
Menurut Suhadi (2001) manfaat langsung meningkatkan kadar saling ketergantungan
yang diperoleh dari kegiatan ekspor: antar Negara, dan disisi lainnya menyebabkan
peningkatan pendapatan, baik bagi produsen timbulnya persaingan antar negara dalam
maupun eksportir, membuka kesempatan memperebutkan peningkatan porsi
kerja dalam produksi produk ekspor maupun perdagangan internasional serta mendorong
dalam sektor pendukung perdagangan kegiatan investasi, keuangan dan
internasionalnya. Sebaliknya, manfaat tidak produksi.Sebagaimana dikatakan oleh Joseph
langsung: berkembangnya ekspor akan E. Stiglitz (2003); Globalisasi membuka jalan
meningkatkan cadangan devisa yang bisa keperdagangan internasional yang telah
digunakan untuk meng-akselerasi membantu banyak Negara untuk berkembang
pertumbuhan ekonomi dan memperkecil lebih pesat dari apa yang telah mereka capai
keperluan untuk mendapatkan bantuan luar sebelumnya. Disamping, mengurangi
negeri. perasaan isolasi yang dirasakan oleh banyak
Industri Furnitur adalah industri yang Negara berkembang, sekaligus membuka
mengolah bahan baku atau bahan setengah akses bagi masyarakat-nya akan berbagai
jadi dari kayu, rotan, dan bahan baku alami ilmu pengetahuan.
lainnya menjadi produk barang jadi furnitur
yang mempunyai nilai tambah dan manfaat
74
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

METODE PENELITIAN / METHODS kegiatan ekspor.Perusahaan ini berdiri dilatar


Studi ini merupakan penelitian belakangi setelah terjadi gempa di
kualitatif dengan menggunakan pendekatan Yogyakarta pada saat itu, pemilik melihat
studi kasus. Data yang di peroleh dari hasil banyak kayu terbuang yang menurutnya
wawancara yang mendalam dengan pemilik masih bisa dipakai. Sebagian kayu yang
CV. Dbest Furniture yang bernama Bapak untuh mungkin bisa digunakan untuk
Wiratno. Proses pengambilan data dengan bangunan dan sebagian lainnya yang sudah
wawancara dilakukan dua kali, yaitu pada dimakan rayap menurutnya masih memiliki
tanggal 3 Juni 2017 dan 2 November 2017 di nilai tambah yang masih bisa meningkat
kantor CV. Dbest Furniture. Pada wawancara tajam, karena bagian dalam dari kayu tersebut
pertama memperoleh informasi, yaitu sejarah masih bagus. Berawal dari hal tersebut
perusahaan, jenis produk yang di ekspor, dan pemilik mempunyai sologan “Merubah Kayu
proses ekspor.Untuk kelengkapan informasi Bakar menjadi Dolar”.
yang terkait tentang bisnis eksportir CV. Modal awal yang digunakan pemilik
Dbest furniture , pada wawancara ke-dua sebesar Rp.25.000.000. Modal tersebut
memperoleh informasi, antara lain: modal digunakan untuk membeli mesin sebesar
dan omset, kerjasama dengan mitra dagang Rp.14.000.000. Karena modal yang terbatas
dari Negara singapura, jumlah tenaga kerja pemilik membeli mesin dari pengrajin atau
dan kendala menjadi eksportir furnitur. pabrik kecil yang sudah tutup dan sisa modal
Dalam proses wawancara kami tersebut digunakan untuk biaya operasional.
melakukan perekaman hasil wwancara, Sedangkan untuk bahan baku sendiri pemilik
menulis catatan, melakukan observasi serta mendapatkannya dari suplier dengan cara
pengambilan gambar atau dokumentasi. hutang. Perusahaan ini sekarang memiliki
Proses ini kami jalankan untuk validasi omset 90 ribu US dolarper bulan dengan
keakuratan informasi atau data, sehingga target 4-15 kontainer keluar per bulan dengan
hasil analisis ini dapat di pertanggung 22 negara tujuan.
jawabkan keakuratannya.Pengembangan Sampai saat ini perusahan masih
analisis menggunakan pendekatan studi kasus konsisten untuk menyediakan furniture dari
di tunjukkan untuk eksplorasi tantangan kayu daur ulang. Furniture ini dirancang
proses ekspor yang dihadapi oleh eksportir secara khusus dan artistik serta mempunyai
furnitur di Indonesia, khususnya di kualitas yang tinggi. Bahan baku yang
Yogyakarta. Melalui kajian dari CV. Dbest digunakan adalah scrap dan sisa kayu. Bahan
Furniture kami mengangkat kasus pengusaha baku tersebut mereka peroleh dari Jawa
furniture kelas kecil-menengah yang fokus Timur. Scrap dan sisa kayu yang membuat
mengekspor hasil produksinya di bandingkan furniture lebih artsik dan unik. Konsep yang
menjual di pasar dalam negeri. digunakan dianggap sebagai “aksi hijau”
karena berupa daur ulang dan menggunakan
HASIL OBSERVASI kembali kayu yang sudah tidak terpakai. Jenis
Sejarah CV. Dbest Furniture scrap dan sisa kayu yang digunakan adalah
CV. Dbest Furniture terletak di Jl. jenis kayu jati.
Imogiri Barat KM.9,Bantul, DI Yogyakarta, Proses pembuatan furniture
Indonesia. Perusahaan ini merupakan menggunakan mesin manual yang
perusahaan ekspor yang begerak di bidang dioperasikan oleh tenaga kerja
furniture sejak tahun 2009. Pendapatan yang berpengalaman serta dipadukan dengan unsur
dihasilkan perusahaan sepenuhnya dari seni. CV. Dbest Furniture memiliki 40 tenaga
75
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

kerja yang berasal dari daerah sekitar CV. Dbest Furniture merupakan
perusahaan mereka berada. Mereka juga perusahaan padat karya yang berkaitan
memiliki Sub-kontrak tenaga kerja diluar dengan Teori Keunggulan Komparatif (theory
untuk membantu produksi barang mereka. of comparative advantage) merupakan teori
CV. Dbest Furniture telah yang dikemukakan oleh David Ricardo. Hal
mendapatkan sertifikasi “label hijau” atau ini bisa dilihat dengan jumlah karyawan yang
SVLK (Sistem Verivikasi Legalitas Kayu) banyak mereka dapat menghasilkan furnitur
dari pemerintah Kehutanan Indonesia dengan yang relatif unik dengan kualitas yang baik,
jumlah 059-LVLK-009-IDN. SVLK sendiri selain itu mereka memiliki keunggulan
adalah sebuah sistem di Indonesia yang komperatif terhadap perusahan furniture yang
didesain untuk menverifikasi legalitas ada di Indonesia dengan mendaur ulang kayu
produk-produk kayunya. Jadi tidak heran jika bekas menjadi produk yang memiliki kualitas
perusahaan ini sudah melakukan kegiatan , nilai seni, dan harga yang tinggi.
ekspor di berbagai negara seperti Amerika,
Eropa, Australia, Afrika, Jerman, dan Prancis.

Kegiatan Ekspor CV. Dbest Furniture

2.Input produksi 3.CV.Dbest 4.Distributor 9.Buyer


furniture

1.Pengusaha kayu 5.Promosi dan 6.Pengiriman


menjual

7. Izin 8.Barang
sampai
kepada
konsumen
Bagan 1: Alur Bisnis dan Ekspor CV. Dbest Furniture

Keterangan :
1. CV. Dbest furniture mendapatkan kayu dari pengusaha kayu yang ada di kota jepara
2. Input produksi merupakan tenaga kerja dan bahan baku
3. CV.Dbest furniture memproduksi barang
4. CV.Dbest furniture mengirimkan hasil produksi nya kepada distributor yang berada di singapura
5. Pihak distributor mempromosikan dan menjual produk CV.Dbest furniture kepada buyer
6. Distributor mengirimkan barang kepada buyer
7. Pengurusan izin pengiriman di lakukan oleh distributor yang ada di singapura
8. Barang sampai kepada buyer
9. Buyer bisa langsung membayar kepada CV.Dbest furniture

76
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

CV. Dbest Furniture memiliki langsung melakukan ekspor. Furniture yang


kerjasama dengan pihak pemasaran diekspor berupa furnitur perlengkapan rumah
Singapura dalam melakukan kegiatan tangga dan kamar tidur. Mereka menerima
ekspornya. Kerjasama ini dilakukan CV. pesanan berdasarkan pemesanana
Dbest Furniture untuk meminimalisir dana dikarenakan perusahaan tersebut perushanan
yang keluar untuk proses pemasaran. made by order mereka tidak menyediakan
Perusahaan ini hanya fokus pada produksi stok di perusahaannya.
sedangkan proses manajemennya diatur oleh Mereka biasa mengekspor barangnya
Singapura.Mitra dagang Singapura ke wilayah Amerika, Eropa, Australia,
melakukan layanan promosi, pemesanan dan Afrika, Jerman, dan Prancis, mereka jarang
pembayaran atas produk yang sudah mengekspor ke wilayah Asia dikarenakan
diproduksi dan di ekspor oleh CV. Dbest spesifikasi kayu yang mereka miliki kurang
Furnitur. Pembeli biasanya order lewat diminati oleh warga Asia. Ekspor terbesar
Singapura setelah diadakannya pameran, berasal dari negara Eropa, barang yang
selanjutnya mitra dagang Singapura mereka beli biasanya berupa meja. CV. Dbest
melakukan pemesanan pada pihak Furniture bisa dikatakan sebagai supplier
perusahaan dan pihak perusahaan karena sebagian besar pembelinya akan
memproduksi, kemudian barang produksi menjual kembali barang tersebut.
langsung dikirimkan ke pembeli. Perkembangan ekspor CV. Dbest
Selain itu untuk sistem pembayaran Furniture mengalami fluktuasi. Mereka
perusahan bekerja sama dengan Singapura, mengalami peningkatan jumlah permintaan
dikarenakan pasar luar negeri masih kurang pada bulan Juni-Juli, selanjutnya pada bulan
percaya kepada Indonesia, jadi pembeli Desember-Januari mereka mengalami
melakukan sistem pembayaran kepada pihak penurunan permintaan dikarenakan
Singapura kemudian dari Singapura bertepatan dengan hari Natal dan tahun baru.
memberikan pembayaran kepada pihak Hal itu mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan.Singapura memperoleh fee perusahan karena mereka masih harus
sebesar 8%. membayar upah karyawan yang bekerja pada
Pembayaran oleh pembeli bisa bulan-bulan tersebut, tetapi penerima
dilakukan dengan DP terlebih dahulu, pemesanan turun. Dalam mengatasi
selanjutnya ketika perusahaan sudah permasalahan tersebut, perusahan selalu
memiliki berkas ekspor copy B/L (Bill of memiliki biaya darurat untuk itu.
Lading), perusahaan dapat kekurangan bayar Untuk tarif ekspor sendiri dikenakan
kepada pembeli. Proses promosi dilakuan kepada pembeli, perusahaan ini
oleh Singapura yang memiliki kerjasama menggunakan metode FOB (freight on
yang baik dengan negara-negara lain board) shipping point dimana biaya
sehingga memudahkan mereka untuk perjalanan dari pabrik ke pelabuahan
melakukan promosi.Mereka juga ditanggung perusahaan, ketika sudah naik
memberikansampel untuk pembuatan furnitur kapal, berlayar dan sampai ke negara tujuan
setiap tahunnya. biaya ditanggung pembeli. Selanjutnya
Proses ekspor sendiri dimulai dari barang yang sudah sampai diterima oleh
pembeli menurunkan PO (purchasing order) forwader. Forwader yang ada di Indonesia
selanjutnya mereka mengajukan schedule dengan forwader dinegara tujuan memiliki
(jadwal) pengiriman ke pelayaran, dan hubungan kerja sama.
setelah melalui proses tersebut perusahan
77
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

Produksi furniture di CV. Dbest barang yang nantinya diberlakukan nomor


Furniture masih membatasi produksinya seri terhadap barang ekspor dan berkaitan
karena mereka bukan menggunakan dengan pajak. Peraturan tersebut dianggap
teknologi yang canggih tetapi masih manual. menghambat proses bisnis dan ekspor
Bahan baku yang mereka dapatkan sedikit perusahaan.
sulit untuk diolah. Sebelum proses produksi
dilakukan, perusahaan menanyakan PEMBAHASAN / DISCUSSION
kemampuan tenaga kerjanya mengenai Dari hasil observasi dan wawancara
jumlah produksi dan jangka waktu yang dilakukan, perusahaan CV. Dbest
pembuatannya. Perusahan tersebut juga Furniture memiliki potensi pengembangan
memiliki jangka waktu pemesananan 55 hari usaha yang baik di pasar internasional.
dengan pembeli. Mereka memilik target Dengan menjalin kerja sama dengan mitra
produksi 6 kontainer setiap bulannya. lokal dan luar negeri, perusahaan mampu
mengekspor produk furnitur untuk
KENDALA EKSPOR kelengakapan rumah tangga ke-22 negara,
Kendala ekspor yang pertama yang pada umumnya negara di wilayah
mengenai bahan baku. Hampir 95% kendala Eropa. Pengembangan usaha inimembuka
dikuasai oleh bahan baku. Tingkat peluang kerja untuk warga sekitar dengan
kekeringan kayu membuat dilema para total pegawai mencapai 100 orang. Hal ini
pengusaha furnitur. Seiring berjalan waktu dapat dilihat dari tenaga kerja mereka yang
pengusaha-pengusaha baru muncul dan semuanya berasal dari daerah sekitar
mendobrak pasar ekspor yang sudah perusahaan berada. Produk yang dihasilkan
dijalankan oleh pengusaha lama, hal ini tentu sangat menarik. Keunggulan perusahaan
saja dapat menurunkan jumlah ekspor dari dengan melakukan produksi furnitur dari
seiap perusahaan. Semakin banyak perushaan kayu didaur ulang, mampu menghasilkan
furniture yang membuat barang produksi produk akhir denganjual yang tinggi di pasar
serupa. Dulu pada saat pameran hanya 10% internasional. Konsumen mancanegara
perusahaan yang memilii barang yag sama merasa puas dengan kualitas produk dan
tetapi sekarang hampir 70% semua proses produksi yang ramah lingkungan.
mempunyai barang seperti itu Namun, perusahaan tetap mencermati
danmenggunakan bahan itu. Hal itu tentu saja tantangan pengembangan usaha karena terus
bedampak pada bahan baku yang ada, bahan meningkatnya persaingan usaha dan
baku akan semakin berkurang bahkan habis kompetisi harga di pasar. Dalam menghadapi
nantinya. Namun yang disayangkan, adanya tantangan tersebut, perusahaan memiliki
persaingan yang tidak sehat di dalamnya. strategi utama untuk terus menjaga kepuasan
Beberapa perusahaan menjual barang pelanggan dengan cara menjaga dan
produksinya dengan harga yang lebih rendah meningkatkan kualitas produknya dengan
dan dibawah standar yang jelas akan sistem produksi yang ramah lingkungan.
merugikan perusahaan lain.
Pemerintah mempunyai tujuan bagus REKOMENDASI
untuk SVLK (Sertivikat Verifikasi Legal Dari hasil observasi yang dilakukan,
Kayu). Namun meskipun CV. Dbest perusahaan CV. Dbest Furniture diharapkan
Furniture sudah memperoleh SVLK dari membuka perdagangan di dalam negeri dan
pemerintah, mereka masih keberatan dengan mengenalkan produk kayu daur ulangnya
kebijkan pemerintah tentang penggolongan kepada masyarakat Indonesia. Selain itu
78
Jurnal Balance
Balance Vol. XV No. 1 | Januari 2018

perlunya sistem yang baik yang diberikan Stiglitz, Joseph E. 2003. Globalisasi dan
pemerintah untuk mengatasi persaingan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan
Internasional. Editor Adi Susilo, SE,
harga yang tidak sehat. MM. Jakarta; PT. Ina Publikatama.
Badan Pusat Statistik, (2016), diakses dari
DAFTAR PUSTAKA https://yogyakarta.bps.go.id/website/brs_
ind/brsInd-20160201115102.pdf
Hutabarat, Roselyne. 1997. Transaksi Export Menteri Perindustrian. 2011. Peraturan Menteri
Import. Jakarta: Erlangga Perindustrian Republik Indonesia No:
Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld. Ekonomi 90/M-IND/PER/11/2011 Tentang
Internasional. Jakarta Barat: Indeks Perubahan Atas Peraturan Menteri
Soepriyono Andhibroto. 1992. Letter of Credit: Perindustrian Nomor 119/M-
Dalam Teori dan Praktek. Semarang: IND/PER/10/2009 Tentang Peta Panduan
Dahara Prize (Road Map) Pengembangan Klaster
Ambunan, Tulus T.H. 2005. Implikasi dari Industri Furniture. Jakarta. diakses dari
Globalisasi/Perdagangan Bebas Dunia http://www.kemenperin.go.id
Terhadap Ekonomi Nasional (sebuah
makalah).

LAMPIRAN

79
Jurnal Balance

You might also like