Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Half of the women (48%) had hypertension at the age of menopause and the majority of hypertension was
uncontrolled. For hipertensive patients, behavioral factors (knowledge, attitude and practice) and
environment related to the prevention and control of blood pressure. This study explored further from the
research data " The Dynamics of Change in Body Mass Index and Blood Pressure in Postmenopausal
Women in Bogor on 2011-2014, focus on knowledge, attitude and practice of preventing and controlling
hypertension in Bogor City. Data collection was carried out with indepth interviews on key informants
responsible for health program and Focus Group Discussion (FGD) for 4 groups of hypertensive and
normotensive informants, respectively. The qualitiative data analyzed using theme analysis, triangulation
was carried out for data validation. Analysis of drinking water quality data was done by independent t test.
The majority of postmenopausal women were 55 years old and senior high school education. Most of them
already have good knowledge and attitudes in the prevention and control of blood pressure, but are still
lacking in practice. Aluminum and lead (Pb) contamination in drinking water has exceeded the standard
value and has the potential to increase blood pressure. For hypertensive patient, health workers should
have a strategy to increase the motivation to practice the prevention and control of blood pressure with
various counseling methods that are more innovative and applicative to specific local potential and routine
monitoring of drinking water sources to maintain good drinking water quality.
ABSTRAK
Separuh wanita (48%) mengalami hipertensi saat memasuki usia menopause dan mayoritas hipertensi tidak
terkontrol. Bagi penderita hipertensi, faktor perilaku dan lingkungan berhubungan dengan pencegahan dan
pengontrolan tekanan darah. Penelitian ini adalah eskplorasi lebih lanjut dari data penelitian “Dinamika
Perubahan Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Darah pada Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor, tahun
2011-2014 tentang Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) dan lingkungan wanita pasca menopause dalam
mencegah dan mengendalikan hipertensi. Pengumpulan data PSP dilakukan dengan wawancara mendalam
terhadap informan kunci penanggung jawab program kesehatan, dan Diskusi Kelompok Terpadu (DKT)
pada 4 kelompok informan hipertensi dan 4 kelompok normotensi. Pengumpulan data lingkungan fisik
dilakukan dengan observasi dan mengukur kualitas air dengan pemeriksaan parameter kimiawi air minum.
Analisis data kualitatif menggunakan analisis tematik, sedangkan analisis data kualitas air minum dengan
uji beda mean (independent t test). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas wanita pasca menopause yang
normotensi dan hipertensi berumur 55 tahun dan pendidikan SMA, sebagian besar sudah memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik dalam pencegahan dan pengontrolan tekanan darah, tetapi masih kurang
dalam prakteknya. Cemaran aluminium dan timbal (Pb) dalam air minum sudah melebihi nilai baku mutu
dan berpotensi meningkatkan tekanan darah. Disarankan bagi petugas kesehatan sebaiknya mempunyai
strategi peningkatan motivasi praktek pencegahan dan pengontrolan tekanan darah dengan berbagai metode
konseling yang lebih inovatif dan aplikatif berbasis potensi lokal spesifik dan monitoring rutin sumber air
minum untuk menjaga kualitas air minum tetap baik.
184
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)
untuk paramater kualitas kimiawi yang lain Pengetahuan adalah hasil tahu
seperti kesadahan (CaCO3), seng (zink), seseorang terhadap obyek melalui indra yang
deterjen, mangan, tembaga (Cu), NO2 dan dimilikinya. Pengetahuan meliputi konsep
Chlorine masih dibawah nilai baku sehingga tentang sehat sakit, pengetahuan tentang
aman untuk dikonsumsi. penyakit hipertensi dan konsep pencegahan
hipertensi bagi normotensi dan pengontrolan
tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Profil Karakteristik Sosiodemografi Mayoritas wanita menopause pada diskusi
Karakteristik sosiodemografi adalah terarah (DKT) sudah mempunyai
karakteristik wanita pasca menopause pengetahuan baik tentang konsep sehat dan
meliputi umur, pendidikan, status pekerjaan, sakit, meskipun sebagian besar pengetahuan
suku (asli/Sunda atau pendatang) dan agama. sehat dan sakit masih berdasarkan konsep
Sebagian besar wanita pasca menopause baik secara fisik yaitu kondisi fisik yang dirasakan
yang normotensi, penderita hipertensi oleh informan. Hanya sedikit yang menjawab
terkontrol maupun yang tidak terkontrol faktor psikis masuk dalam konsep sehat sakit.
mempunyai umur rata-rata diatas 50 tahun. Sumber informasi tentang konsep sehat dan
Rata-rata umur untuk penderita hipertensi sakit sebagian besar berdasarkan pada
tidak terkontrol justru yang paling muda pengalaman saat periksa atau ada keluarga
dibandingkan hipertensi terkontrol dan sakit hipertensi, dari penyuluhan, buku, ikut
normotensi. seminar atau terlibat dalam penelitian.
Mayoritas informan normotensi menyatakan,
Mayoritas wanita pasca menopause akhir-akhir ini dalam kondisi yang sehat dan
mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu beberapa mengalami sakit flu. Informan
lulus SD untuk normotensi dan hipertensi penderita hipertensi menyatakan dalam
tidak terkontrol sedangkan pada penderita kondisi sehat tetapi ada keluhan kaki
hipertensi terkontrol lebih tinggi yaitu tamat sendi(kaki/lutut lemas), vertigo dan sering
SMA. Menurut status pekerjaan, sebagian pusing.
besar wanita pasca menopause yang
hipertensi tidak terkontrol adalah ibu rumah “ saya katakan sehat. karena saya
tangga (tidak bekerja) sedangkan pada melakukan aktivitas juga dengan semangat
normotensi dan hipertensi terkontrol tampak ya. jadi, tidak mengeluh walaupun capek,
seimbang antara status bekerja atau tidak yang penting kan pikiran ya. pikiran tenang,
tidak bekerja (IRT). Hampir semua informan kemudian hati kita juga tentram. jadi,
mempunyai suku asli yaitu Sunda, baik pada melakukan apa saja walaupun kita capek,
normotensi, penderita hipertensi terkontrol gak ada mengeluh gitu. jadi, dikatakan
dan tidak terkontrol, hanya ada suku menurut saya, saya ini lagi sehat pokoknya
pendatang 1 orang untuk hipertensi terkontrol gitu” (DKT normotensi)
dan 3 orang pendatang di normotensi. “sehat itu mahal sekali sehat itu...
Mayoritas informan memeluk agama Islam tapi saya punya hipertensi, darah tinggi...
hanya 5 orang beragama Kristen. kaki ada? yang dirasa lemas ...tapi
Karakteristik sosiodemografi pada alhamdulillah masih bisa kerja” (DKT
key informan adalah karakteristik yang hipertensi tidak terkontrol)
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan Mayoritas informan normotensi dan
lama menduduki jabatan. Key informan penderita hipertensi (terkontrol dan tidak
mempunyai umur berkisar antara 29 - 52 terkontrol) sudah mempunyai pengetahuan
tahun, berlatar belakang pendidikan paling yang baik tentang penyakit hipertensi.
rendah SMA dan tertinggi S2. Sedangkan Sumber informasi sebagian besar diperoleh
lama memegang jabatan sekitar 3 - 20 tahun. dari dokter, perawat atau kader pada saat
melakukan pemeriksaan tekanan darah
(posbindu atau puskesmas) dan pengalaman
Pengetahuan Masyarakat tentang keluarga yang menderita hipertensi.
Hipertensi: Penyebab, Mencegah Pengetahuan tentang faktor penyebab
Hipertensi dan Mengontrol Tekanan hipertensi sudah baik yaitu dari faktor pola
Darah makan tidak sehat (makan asin,
186
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)
minum kopi dan hanya 1 orang informan sebagai bentuk olahraga sehingga sebagai
yang biasa minum susu. salah satu alasan tidak perlu olahraga lagi.
…setiap hari itu pisang, pepaya, …terus itu aktifitas olahraga atau
fisik yang lain bu..olahraga apa bu?..ngepel
pisang papaya (DKT hipertensi)
nyapu..(DKT hipertens tidak terkontrol)
..buahnya pepaya, kalau ibu suka
pepaya. kalau pepaya itu ya tiap hari, tiap
hari pasti ada pepaya ama pisang itu (DKT aktifitas fisiknya bu? ibu ngapain
normotensi) aja? paling di rumah bangunan kerja bolak
balik itu .. kan saya jualan gitu ya kan capek
Perbedaan kebiasaan makan pada
hehehe… iya wira-wiri ya ..enggak ikut
normotensi dan hipertensi baik yang
senam (DKT hipertensi terkontrol)
terkontrol maupun tidak terkontrol terletak
pada frekuensi makanan berisiko (makanan Kebiasaan jalan kaki pada
gorengan, ikan asin). Penderita hipertensi normotensi dilakukan berdasarkan kesadaran
baik yang terkontrol dan tidak terkontrol dan niat dengan sengaja jalan agar tubuh
tampak frekuensinya lebih sering sehat (menjaga kesehatan). Frekuensi dan
dibandingkan normotensi. Contoh penderita jarak jangkauan untuk jalan kaki pada
hipertensi lebih sering sarapan nasi goreng normotensi lebih sering dan lebih jauh
sedangkan normotensi lebih sering makan dibandingkan pada penderita hipertensi.
dikukus atau direbus. Sebagian besar normotensi mempunyai
kebiasaan jalan kaki setiap hari dengan jarak
..jam 7 makan bu nasi goreng..
0,5 – 3 km. Kebiasaan jalan jauh pada
ada lauknya lagi? enggak ada nasi hipertensi hanya dilakukan 1 kali tiap
goreng aja.. sama krupuk (DKT hipertensi minggu.
tidak terkontrol)
Olahraga yang sering diikuti oleh
…kalau pagi itu tapi saya suka ini informan adalah senam bersama yang
sendiri, bikin sendiri kukusan-kukusan bu. dilakukan di beberapa tempat yaitu di
seperti ubi dikukus, pisang dikukus, singkong puskesmas, rumah sakit, kelurahan, wilayah
diurap. itu saya seneng. kalau gorengan RT/RW, mall dan tempat kerja. Jenis senam
malah kurang itu. (DKT normotensi) adalah senam prolanis, senam diabetes,
Penderita hipertensi masih suka senam aerobik dan senam kreasi yang lain.
makan ikan asin dibandingkan normotensi. Frekuensi masing-masing senam 1 kali
Kebiasaan makan buah paling sering pada seminggu dan dilakukan khusus dihari-hari
normotensi dibandingkan pada hipertensi, tertentu. Kegiatan olahraga bersama juga
sedangkan pada hipertensi tidak terkontrol dilakukan dalam kegiatan car free day yang
sebagian besar jarang makan buah bahkan dipusatkan di daerah pancuran Sempur.
tidak suka makan buah. Wanita pasca menopause yang normotensi
dan hipertensi terkontrol mengikuti senam
“ .... buah mah kadang-kadang gitu bersama dengan frekuensi lebih sering
banyak yang enggak sukanya saya mah.. iya dibandingkan pada penderita hipertensi tidak
(DKT hipertensi tidak terkontrol) terkontrol. Bahkan sebagian besar penderita
Definisi operasional aktifitas fisik hipertensi tidak terkontrol mengatakan tidak
dalam penelitian ini adalah aktifitas bergerak olahraga sama sekali atau ikut olahraga
yang terkait dengan kesehatan yaitu hanya jika diajak oleh temen atau kader.
melakukan gerakan fisik secara teratur dan “....saya enggak ada senam enggak
rutin. Aktifitas rutin yang dilakukan sehari- ada apa... enggak ada keluar-keluar gitu..
hari baik pada wanita pasca menopause enggak paling jalan ke warung” (DKT
normotensi dan penderita hipertensi hipertensi tidak terkontrol)
(terkontrol dan tidak terkontrol) adalah
pekerjaan rutin ibu rumah tangga dan jalan Pada wanita normotensi yang tidak
kaki dan olahraga (senam). Bagi informan ikut olahraga senam massal, tetap melakukan
yang tidak rutin berolahraga mempunyai aktifitas olahraga sendiri antara lain
persepsi pekerjaan rutin rumah tangga menggerakkan badan (sit up) tiap pagi
189
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196
selama 10 menit setelah bangun tidur pagi, biasanya konsultasikan ke gizi, jadi ada
push up dan senam sendiri di rumah. konseling gizi, seperti itu..”(WM, kepala
puskesmas Merdeka)
saya suka stel radio terus senam..kan
senam.... digerak-gerakin gitu rutin bu
setiap..walaupun saya lelah bu tapi karena
Implementasi Program Pencegahan dan
saya senang lagu..senang gerak beginian
Pengendalian Hipertensi di Kota Bogor
jadi diri sendiri.. (DKT normotensi)
Menurut dari Kepala Program
Pengobatan hipertensi secara
Penyakit Tidak menular di Dinas Kesehatan
konvensional adalah pengobatan
Bogor dan Penanggungjawab program
farmakologis dengan obat antihipertensi.
Posbindu di 3 Puskesmas (Merdeka, Belong,
Hasil kualitatif menggambarkan jenis obat
Sempur), implementasi pengontrolan tekanan
yang dikonsumsi informan adalah
darah bagi penderita hipertensi di tingkat
Amplodipin yang diperoleh dari puskesmas.
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Posbindu di
Sebagian besar wanita pasca menopause
wilayah masing-masing sudah berjalan.
yang sudah terdiagnosis hipertensi baik yang
Mayoritas pelaksanaan program
terkontrol dan tidak terkontrol masih
pengendalian hipertensi sudah sesuai seperti
menggambarkan perilaku kepatuhan
yang telah dicanangkan dari tingkat pusat
pengobatan yang masih rendah.
sampai ke daerah. Hasil eksplorasi data
..berhenti dulu.. nanti kalau udah kualitatif terhadap Kepala Program Penyakit
ada pemeriksaan lagi kok tinggi baru saya Tidak menular di Dinas Kesehatan Bogor,
hehehe (DKT hipertensi tidak terkontrol) beberapa implementasi program yang sudah
dilaksanakan yang merupakan upaya
Obat antihipertensi hanya
pencegahan dan pengontrolan PTM termasuk
dikonsumsi pada saat tekanan darah dalam
hipertensi diwujudkan dalam bentuk kegiatan
keadaan tinggi saja dan setelah tekanan darah
seperti deteksi dini faktor risiko PTM
dianggap normal maka minum obatnya
(termasuk hipertensi) dalam bentuk mobil
diberhentikan. Ada perbedaan persepsi,
“curhat”, deteksi di tempat kerja dan sekolah,
pengakuan mayoritas informan mengatakan
sosialisasi melalui media siaran radio (dialog
obat diberhentikan saat tekanan darah sudah
interaktif dengan masyarakat 1-2 kali tiap
normal (informasi berasal dari tenaga
bulan), membuat acara pada hari-hari besar
kesehatan), tetapi informasi bahwa obat harus
(senam bersama, deteksi dini faktor risiko
diminum secara terus tidak putus meskipun
PTM, edukasi/penyuluhan kesehatan).
tekanan darah normal sudah disampaikan dan
Implementasi program juga dalam bentuk
disosialisasikan ke masyarakat pada saat
kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu)
penyuluhan tentang keteraturan dan
yang sebelumnya diawali dengan posbindu
kepatuhan minum obat anti hipertensi.
lansia (sasaran hanya untuk lansia) yang
“..kalau saya untuk pengobatan dari sudah berganti nama menjadi posbindu PTM
kedokteran setiap hari minum... .kalau (sasaran mulai umur 15 tahun keatas).
obatnya udah habis ibu..berhenti dulu.. nanti Implementasi program di posbindu melalui
kalau udah ada pemeriksaan lagi kok tinggi kegiatan deteksi faktor risiko PTM (termasuk
baru saya hehehe... takutnya ngedrop hipertensi) secara rutin setiap bulan, senam
gitu..tapi alhamdulillahnya stabil ..jarang lansia 1 kali setiap minggu, senam prolanis
diatasnya..pengobatan dari kedokteran juga, (terkait dengan program BPJS) yang
soal makanan juga kita bisa makan jus dilakukan di Puskesmas dan di kelurahan,
belimbing ..” (DKT hipertensi terkontrol) sosialisasi dalam bentuk
“...nah kalau yang hipertesi, sama edukasi/penyuluhan/konseling khususnya
seperti yang tadi kegiatan-kegiatannya. nah, tentang gizi
biasanya kita lebih mengedukasi, selain “...kemudian sosialisasi itu pasti,
memberikan, kita tidak lagi memberikan sosialisasi itu kita ada yang namanya mobil
penyuluhan, tapi edukasi untuk lebih rutin curhat, yang keliling, keliling untuk promotif
dalam rangka meminum obat maupun dan deteksi gitu. kemudian siaran
asupan makanan rendah garam. termasuk radio...”(WM, PJ PTM Dinkes Kota Bogor)
kalau memang beresiko terhadap gizi, kita
190
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)
sehat. Konsumsi lemak jenuh air minum dan limbah domestic. Sumber
meningkatkan resiko aterosklerosis yang timah adalah bensin dan cat rumah, yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan telah diperluas untuk menghasilkan peluru
darah (Martati S 2013). Penelitian di timah, pipa ledeng, wadah timah, baterai dan
Kabupaten Karanganyar menggunakan mainan (Thürmer, Williams and Reutt-
desain case control, kebiasaan sering Robey, 2002). Mekanisme ionik toksisitas
mengonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per timbal terjadi karena kemampuan ion logam
minggu) terbukti merupakan faktor resiko timah untuk menggantikan kation bivalen
hipertensi (p=0,022) (Sugiharto Dkk, 2003). lainnya seperti Ca2 +, Mg2 +, Fe2 + dan
Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kation monovalen seperti Na +, yang pada
yang biasa mengonsumsi lemak jenuh ≤ 3 akhirnya mengganggu metabolisme biologis
kali dalam seminggu sebesar 0,779 sel (Flora, Mittal and Mehta, 2008).
(p=0,032). Kebiasaan mengonsumsi lemak
Pengetahuan dan sikap informan
jenuh > 3 kali dalam seminggu berisiko
terhadap pencegahan hipertensi dan
hipertensi lebih besar (Siringoringo,
pengontrolan tekanan darah bagi penderita
Hiswani and Jemadi, 2013). Kebiasaan sering
hipertensi sudah cukup baik. Sebagian besar
mengkonsumsi makanan gorengan
wanita pasca menopause baik yang
berhubungan dengan insiden hipertensi
normotensi maupun penderita hipertensi
(Sayon-orea et al., 2014). Kualitas air minum
sudah mempunyai pengetahuan dan sikap
yang sebagian besar bersumber pada air
yang baik mengenai apa itu hipertensi dan
PAM atau ledeng ditunjukkan kualitas
dampak buruknya, faktor risiko dan
kurang baik dibuktikan masih tingginya
pencegahan serta pengobatan baik medis atau
kadar Aluminium dan Pb (timbal) melebihi
tradisional. Hasil penelitian di Karachi
nilai baku. Kandungan Aluminium dalam air
Pakistan, pengetahuan tentang hipertensi
minum pada hipertensi lebih tinggi
tidak adekuat pada penderita hipertensi dan
dibandingkan normotensi. Hal ini
rendahnya kewaspadaan dari penderita
diasumsikan ada keterkaitan aluminium
hipertensi untuk mengontrol tekanan darah
dalam air minum dengan peningkatan
(Almas et al., 2012). Kepedulian terhadap
tekanan darah. Jalur metabolisme dalam
kondisi berisiko dan pengobatan hipertensi
organisme yang melibatkan kalsium, fluor,
masih rendah. Penderita hipertensi lebih suka
fosfor dan besi dipengaruhi oleh aliminium.
mendiskusikan kondisi lain (diabetes, alergi,
Aluminium telah terbutkti sangat berbahaya
proses operasi) dibandingkan focus pada
pada sel syaraf, tulang dan hemopoetik
pengalaman mengalami hipertensi dan
(Barabasz et al., 2002). Pada manusia,
mengganggap kondisi hipertensi
perubahan syaraf oleh aluminium sama
seiawankurang penting (Legido-Quigley et
dengan lesi degeneratif pada pasien
al., 2015). Pengetahuan dan sikap
Alzeimer. Komplikasi terbesar dari
pencegahan dan pengontrolan hipertensi hasil
keracunan aluminium adalah efek
penelitian lebih baik dikarenakan kader di
neurotoksik seperti atropi neuronal pada
wilayah lokasi penelitian mempunyai kinerja
locus ceruleus, substantia nigra dan striatum
yang bagus dalam menyampaikan materi
(Jaishankar et al., 2014).
penyuluhan dan edukasi ke masyarakat.
Kandungan logam berat dipengaruhi
Praktek pencegahan dan
oleh masuknya buangan yang mengandung
pengendalian hipertensi masih kurang jika
logam berat seperti limbah industri, limbah
dibandingkan dengan tingkat pengetahuan
domestik dan limbah pertanian (Darmono,
dan sikap. Khususnya pada penderita
1995). Hasil pengukuran nilai dari kadar Pb
hipertensi, praktek pengendalian tekanan
rata-rata air minum 0,03 mg/l melebihi nilai
darah agar terkontrol masih sangat rendah.
baku 0,01 mg/l. Kondisi ini dapat
Hasil penelitian melaporkan persentase
disebabkan karena letak sumber air minum
hipertensi yang terkontrol pada penduduk
berada dekat dengan daerah yang banyak
umur 15 tahun ke atas hanya sekitar 3%
dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan
(Kemenkes RI, 2014), pada wanita pasca
cemaran emisi gas buang kendaraan
menopause sekitar 21-23% (Riyadina, 2017)
bermotor. Sumber pajanan timbal terutama
dan pada penderita hipertensi umur 25-65
dari proses industri, makanan dan merokok,
192
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)
tahun di Kota Bogor sebesar 23,7% tekanan darah pada responden disebabkan
(Pradono, Riyadina and Kristanti, 2018). tidak melakukan pola diet yang baik,
Penelitian di China, prevalensi hipertensi kebanyakan dari responden tidak bisa
terkontrol lebih tinggi yaitu 44.6%, dan menghindari kebiasaan mengkonsumsi lemak
pengobatan hipertensi mayoritas jenuh, karena mereka sudah terbiasa dengan
menggunakan kombinasi obat antihipertensi makanan yang mengandung lemak jenuh.
dalam jangka waktu yang lama sebesar Kebiasaan konsumsi gorengan, santan yang
68.57% (Yang L et al., 2014). Hipertensi pekat, daging sapi, otak, jeroan mempunyai
terkontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor. faktor resiko terbukti berhubungan dengan
Beberapa determinan atau faktor hipertensi kejadian hipertensi. Kebiasaan sering
mampu terkontrol meliputi variabel risiko mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya
gaya hidup, pengobatan hipertensi, prediktor dengan peningkatan berat badan yang
menurunkan dan mengontrol tekanan darah, berisiko terjadinya hipertensi. Juga
kepatuhan pengobatan, umur muda, wanita, responden tidak menyadari bahwa kebiasaan
tingkat pendidikan tinggi, tidak mengkonsumsi garam atau mengkonsumsi
mengkonsumsi alcohol, pelayanan kesehatan asin merupakan faktor risiko terjadinya
swasta (privat) (Dennison et al., 2007). hipertensi (Sartika, 2014).
Mayoritas wanita pasca menopause Hasil eksplorasi, pengobatan untuk
yang normotensi menunjukkan praktek penderita hipertensi bisa dikelompokkan
pencegahan hipertensi lebih baik kedalam pengobatan farmakologi dan non
dibandingkan dengan penderita hipertensi. farmakologi. Pengobatan farmakologi untuk
Beberapa praktek pencegahan lebih banyak penderita hipertensi lebih kepada pengobatan
dilakukan oleh normotensi dibanding medis dan tradisional (pemakaian herbal).
penderita hipertensi, salah satu alasan Pengobatan secara non farmakologis
dikarenakan kondisi sakit yang membuat diantaranya dengan mengatasi kegemukan
keterbatasan informan tidak bisa atau tidak atau menurunkan kelebihan berat badan,
mampu melakukan aktifitas seperti pada mengurangi asupan garam berlebihan,
normotensi. Salah satu contoh bagi penderita menurunkan stres dengan menciptakan
hipertensi, keterbatasan dalam melakukan keadaan rileks, berbagai cara relaksasi
aktifitas fisik atau olahraga dikarenakan (seperti meditasi, yoga, atau hypnosis),
kondisi kepala pusing, dampak hipertensi melakukan olahraga (seperti senam dan jalan
terhadap kekuatan fisik berkurang (merasa cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
lemas) dan cepat lelah. Berolahraga dengan seminggu), berhenti merokok dan
terkontrolnya tekanan darah pada penderita mengurangi konsumsi alkohol yang
hipertensi diperoleh nilai p< 0,05 yang berlebihan dapat mengontrol sistem syaraf
berarti ada hubungan yang bermakna antara yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
kebiasaan berolahraga dengan terkontrolnya darah (Setiawan & dkk, 2008). Hasil
tekanan darah pada penderita hipertensi. penelitian pada penderita hipertensi lansia,
Penelitian dengan pedometer, peningkatan meditasi dapat menurunkan tekanan sistolik
aktifitas fisik jalan kaki 10.000 langkah tiap (p=0,000) dan diastolik (p=0,004)
hari, bermakna menurunkan tekanan darah (Hermanto, 2014).
secara linier (Soroush et al., 2013). Hasil
Beberapa hasil penelitian telah
meta-analisis penelitian intervensi, sebagian
banyak dilaporkan baik tentang pengobatan
besar normotensi memperlihatkan bermakna
konvensional (medis) dan pengobatan
jalan kaki penurunan tekanan darah sistolik
tradisional atau herbal (bahan alam). WHO
dan diastolik sebesar 3,8 mmHg dan 0,3
memperkirakan sebesar 80% penduduk dunia
mmHg (Bravata et al., 2007)
masih bergantung pada pengobatan
Kebiasaan makan atau diet makanan tradisional termasuk penggunaan obat yang
sehat menunjukkan lebih baik pada informan berasal dari tanaman (Radji, 2005).
yang normotensi dan hipertensi yang Penggunaan terapi kombinasi obat
terkontrol dibandingkan pada hipertensi tidak konvensional dengan herbal sebesar 30%,
terkontrol. Hasil penelitian Sartika tahun dan sebagian besar tidak menginformasikan
2014 melaporkan, tidak terkontrolnya kepada dokter (Clement et al, 2007). Variasi
193
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196
bahan alam dianggap dapat menurunkan orang Bogor dalam mencegah dan
tekanan darah. Penurunan tekanan darah mengontrol hipertensi meliputi sikap
diastolik pada kelompok terapi kombinasi ikhlas/legowo, religious, memanfaatkan
konvensional-bahan alam lebih baik herbal (binahong, pandan, salam), rutin
dibandingan kelompok terapi konvensional, aktifitas fisik (jalan kaki minimal 3 km setiap
tidak untuk sistolik (p<0,05)(Gusmira, 2012). hari) dan aktif bersosialisasi.
Pendekatan dari sisi sosial dan
budaya, penyakit dipandang sebagai
Saran
pengakuan sosial, dimana seseorang yang
mengidap penyakit tertentu tidak bisa Bagi penderita hipertensi, petugas
menjalankan peran normalnya secara wajar, kesehatan sebaiknya mempunyai strategi
dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap peningkatan motivasi praktek pencegahan
situasi tersebut (Depkes, 2003). Penelitian dan pengontrolan tekanan darah dengan
mengindikasikan, kondisi sendirian dan berbagai metode konseling yang lebih
terisolasi secara sosial meningkatkan odd inovatif dan aplikatif berbasis potensi lokal
hipertensi diantara laki-laki dan perempuan. spesifik.
Hasil mendukung bahwa terisolasi secara
sosial khususnya pada wanita berhubungan
dengan kenaikan odd hipertensi yang belum
terdiagnosis dan hipertensi tidak terkontrol UCAPAN TERIMAKASIH
(Coyle, 2014). Interaksi yang tidak baik
dengan pasangan, anak, keluarga atau teman Penelitian kualitatif ini melibatkan
berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis
hipertensi, khususnya pada wanita dan umur menyampaikan ucapan terima kasih kepada
lansia (Sneed and Cohen, 2014). Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan,
Keterbatasan penelitian ini meliputi Kepala Balitbangkes, Kepala Puslitbang
hanya terbatas pada kelompok wanita umur Upaya Kesehatan Masyarakat, Dekan dan
menopause dari 5 kelurahan di Kecamatan Kepala Prodi Epidemiologi FKM UI yang
Bogor Tengah Kota Bogor. Observasi hanya telah memberikan ijin penelitian, Kepala
dilakukan pada kondisi fisik lingkungan PPSDM Kesehatan yang telah memberikan
rumah, tidak ada observasi terhadap dana penelitian, laboratorium IPB tempat uji
kebiasaan sehari-hari informan baik yang kualitas air, key informan dan informan yang
normotensi ataupun penderita hipertensi. berperan aktif memberikan data serta semua
pihak yang telah ikut membantu kelancaran
penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mayoritas wanita pasca menopause
yang normotensi dan hipertensi berumur 55 Almas, A., Godil, S. S., Lalani, S., Samani, Z. A. and
Khan, A. H. (2012) „Good knowledge about
tahun dan pendidikan SMA. Sebagian besar hypertension is linked to better control of
sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang hypertension; A multicentre cross sectional
baik dalam pencegahan dan pengontrolan study in Karachi, Pakistan‟, BMC Res Notes,
tekanan darah, tetapi masih kurang dalam 5(1), p. 579. Available at:
prakteknya. Konsumsi air minum yang baik http://www.biomedcentral.com/1756-
0500/5/579.
mendukung perilaku dalam mencegah Ammar, T. (2015) „Effects of aerobic exercise on blood
hipertensi, adanya cemaran aluminium dan pressure and lipids in overweight
timbal (Pb) perlu monitoring rutin sumber air hypertensive postmenopausal women‟,
untuk menjaga kualitas air minum tetap baik. Journal of Exercise Rehabilitation, 11(3), pp.
145–150.
Berbagai program sudah tersedia melalui Armilawaty, Amalia, H. and Amiruddin, R. (2007)
konseling di puskesmas dan posbindu. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam
Untuk praktek pencegahan hipertensi yang Kajian Epidemiolog. Available at:
baik adalah kelompok normotensi, hipertensi http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/in
terkontrol dan tidak terkontrol. Praktek khas dex.php?option=com_content&task=view&id
194
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)
196