You are on page 1of 15

PERILAKU PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI :

STUDI PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU (PSP) DAN KESEHATAN


LINGKUNGAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE DI KOTA BOGOR

BEHAVIOR OF PREVENTION AND CONTROL ON HYPERTENSION :


Study of Knowledge, Attitude, Behavior and healthty environment at
Post Menopausal Women in Bogor City

Woro Riyadina1, Evi Martha2


1
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok
Email: w_riyadina@yahoo.co.id

Diterima: 30 Oktober 2018; Direvisi: 3 Januari 2019; Disetujui: 18 Februari 2019

ABSTRACT

Half of the women (48%) had hypertension at the age of menopause and the majority of hypertension was
uncontrolled. For hipertensive patients, behavioral factors (knowledge, attitude and practice) and
environment related to the prevention and control of blood pressure. This study explored further from the
research data " The Dynamics of Change in Body Mass Index and Blood Pressure in Postmenopausal
Women in Bogor on 2011-2014, focus on knowledge, attitude and practice of preventing and controlling
hypertension in Bogor City. Data collection was carried out with indepth interviews on key informants
responsible for health program and Focus Group Discussion (FGD) for 4 groups of hypertensive and
normotensive informants, respectively. The qualitiative data analyzed using theme analysis, triangulation
was carried out for data validation. Analysis of drinking water quality data was done by independent t test.
The majority of postmenopausal women were 55 years old and senior high school education. Most of them
already have good knowledge and attitudes in the prevention and control of blood pressure, but are still
lacking in practice. Aluminum and lead (Pb) contamination in drinking water has exceeded the standard
value and has the potential to increase blood pressure. For hypertensive patient, health workers should
have a strategy to increase the motivation to practice the prevention and control of blood pressure with
various counseling methods that are more innovative and applicative to specific local potential and routine
monitoring of drinking water sources to maintain good drinking water quality.

Keywords: Hypertension, menopause, behavioral factors, control of blood pressure

ABSTRAK

Separuh wanita (48%) mengalami hipertensi saat memasuki usia menopause dan mayoritas hipertensi tidak
terkontrol. Bagi penderita hipertensi, faktor perilaku dan lingkungan berhubungan dengan pencegahan dan
pengontrolan tekanan darah. Penelitian ini adalah eskplorasi lebih lanjut dari data penelitian “Dinamika
Perubahan Indeks Massa Tubuh dan Tekanan Darah pada Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor, tahun
2011-2014 tentang Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) dan lingkungan wanita pasca menopause dalam
mencegah dan mengendalikan hipertensi. Pengumpulan data PSP dilakukan dengan wawancara mendalam
terhadap informan kunci penanggung jawab program kesehatan, dan Diskusi Kelompok Terpadu (DKT)
pada 4 kelompok informan hipertensi dan 4 kelompok normotensi. Pengumpulan data lingkungan fisik
dilakukan dengan observasi dan mengukur kualitas air dengan pemeriksaan parameter kimiawi air minum.
Analisis data kualitatif menggunakan analisis tematik, sedangkan analisis data kualitas air minum dengan
uji beda mean (independent t test). Hasil menunjukkan bahwa mayoritas wanita pasca menopause yang
normotensi dan hipertensi berumur 55 tahun dan pendidikan SMA, sebagian besar sudah memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik dalam pencegahan dan pengontrolan tekanan darah, tetapi masih kurang
dalam prakteknya. Cemaran aluminium dan timbal (Pb) dalam air minum sudah melebihi nilai baku mutu
dan berpotensi meningkatkan tekanan darah. Disarankan bagi petugas kesehatan sebaiknya mempunyai
strategi peningkatan motivasi praktek pencegahan dan pengontrolan tekanan darah dengan berbagai metode
konseling yang lebih inovatif dan aplikatif berbasis potensi lokal spesifik dan monitoring rutin sumber air
minum untuk menjaga kualitas air minum tetap baik.

Kata kunci: Hipertensi, menopause, faktor perilaku, pengontrolan tekanan darah


182
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

PENDAHULUAN 2013, masyarakat yang mengetahui


menderita hipertensi sebesar 35,84% tetapi
Menopause merupakan fase biologis,
yang diobati hanya sebesar 3,01%
periode signifikan penuaan perempuan yang
(Kemenkes RI, 2014). Hasil kohor prospektif
ditandai dengan hipoestrogenisme yang
di kota Bogor, prevalensi hipertensi
secara fisiologis progresif berakhir pada
terkontrol sekitar 21-33% (Riyadina, 2014)
penghentian siklus menstruasi secara
dan sekitar 23% (Pradono, Riyadina and
permanen (Prawirohardjo, 2008). Pada
Kristanti, 2018). Hasil penelitian di
perempuan berumur 40 sampai 50 tahun,
kabupaten Bogor, kontrol tekanan darah
terjadi proses peningkatan berat badan,
rendah karena kurangnya pengetahuan
terutama akumulasi berlebihan lemak perut
tentang faktor risiko terjadinya hipertensi
(Ventura et al., 2014), cenderung menderita
serta akibat yang ditimbulkan menyebabkan
penyakit akibat gaya hidup seperti hipertensi
tingkat kepedulian rendah untuk melakukan
dan diabetes, dan sering mempunyai masalah
pengobatan (Pradono, Indrawati and
penyakit endokrin dan gangguan kesehatan
Murnawan, 2013).
pasca menopause (Chung et al., 2011).
Faktor perilaku kesehatan penting
Prevalensi rate hipertensi pada
dalam pencegahan hipertensi. Faktor perilaku
penduduk umur 50 tahun ke atas di negara
kesehatan meliputi faktor personal dan faktor
berkembang adalah 52,9%, prevalensi
situasional. Faktor personal meliputi faktor
terendah sebesar 32,3% di India dan tertinggi
biologis dan faktor sosio psikologis,
di Afrika selatan sebesar 77,9% (Lloyd-
sedangkan faktor situasional meliputi faktor
Sherlock et al., 2014). Di Asia, hipertensi
ekologis, lingkungan rumah, temporal
pada umur 50-60 tahun didominasi oleh
(suasana), teknologi dan sosial budaya
hipertensi sistolik (Park, Kario and Wang,
(Notoatmodjo, 2010). Faktor ekologis dan
2015). Riskesdas melaporkan prevalensi
lingkungan rumah termasuk lingkungan
hipertensi wanita usia 50 ke atas pada tahun
sosial, fisik dan biologi, termasuk kualitas air
2007 yaitu 53,7% (Kemenkes RI, 2008) dan
minum. Hasil penelitian menunjukkan
45,9% di tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).
hubungan faktor personal dan situasional
Hipertensi pada lansia (usia lanjut) 35-40%
yang berasosiasi dengan risiko hipertensi.
dan pada wanita menopause 48,9% (Titi,
Hasil penelitan mengindikasikan pada laki-
2014) dan 66% pada wanita pasca
laki dan perempuan pada kondisi hidup
menopause (Riyadina, 2014). Adapun insiden
sendiri dan terisolasi secara sosial
kumulatif hipertensi periode 1 tahun pada
meningkatkan risiko hipertensi. Pada wanita,
umur 25 tahun ke atas sebesar 16,8% (Sirait
terisolasi secara sosial berhubungan dengan
and Riyadina, 2013).
peningkatan risiko hipertensi yang belum
Di Indonesia, program pencegahan terdiagnosis dan hipertensi tidak terkontrol
dan pengendalian tekanan darah bagi (Coyle, 2014). Hasil penelitian pada
penderita hipertensi sudah dicanangkan dan masyarakat yang beragama Islam, religius
diimplementasikan secara nasional dan lokal. sebagai faktor pencegah (OR 0,68 95% CI:
Kebijakan dan strategi nasional pengendalian 0,28 – 1,70) (Bharmal, 2012). Laporan
tekanan darah bagi penderita hipertensi penelitian pada lansia wanita, interaksi yang
terdiri dari 3 komponen yaitu surveilans dan tidak baik dengan pasangan, anak, keluarga
monitoring, pencegahan dan pengontrolan atau teman berhubungan dengan peningkatan
faktor risiko, deteksi dini serta pengobatan risiko hipertensi (Sneed & Cohen, 2014).
yang tepat dan berkesinambungan Penelitian di Taiwan melaporkan, hipertensi
(Kemenkes RI, 2015). Meskipun program berhubungan bermakna dengan kualitas air
sudah diimplementasikan, prevalensi minum yaitu nitrit, sulfat, kesadahan dan pH.
hipertensi tidak terdiagnosis masih tinggi Rasio odd (OR) untuk masing-masing
yaitu 76% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, parameter adalah nitrit 0,99 (95% CI 0,99 to
2014). Prevalensi hipertensi terkontrol masih 1.00), OR sulfat 1,01 (95% CI 1,00 to 1,01),
kecil hanya sekitar 2,64% - 4% (Kemenkes OR kesadahan 1,00 (95% CI 1,00 to 1,00),
RI, 2014; Armilawaty, Amalia and dan OR pH 2,04 (1.34 to 3,11) (Chan et al.,
Amiruddin, 2007). Hasil Riskesdas tahun 2007)
183
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

Tujuan penelitian kualitatif adalah Penelitian kualitatif diawali dengan


mengeksplorasi secara mendalam gambaran penelitian pendahuluan (preliminary study)
perilaku pencegahan dan pengontrolan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
tekanan darah bagi penderita hipertensi dan informan dan kondisi tempat tinggal.
secara kuantitatif menilai kualitas air minum Gambaran karakteristik informan meliputi
yang dikonsumsi oleh wanita pasca profil informan, perilaku makan dan aktifitas,
menopause di Kota Bogor. Manfaat hubungan sosial, religi dan budaya setempat,
penelitian diharapkan memberikan masukan perilaku lain yang mendukung terhadap
solusi untuk intervensi tepat guna melalui pencegahan, pengontrolan dan pengobatan
pendekatan konsep biopsikososial dalam hipertensi. Kondisi tempat tinggal meliputi
mencegah dan mengendalikan hipertensi kondisi lingkungan tempat tinggal, akses, dan
secara mandiri oleh masyarakat sesuai faktor kondisi geografis. Kualitas kimiawi air
dengan perilaku dan budaya masyarakat minum termasuk salah satu faktor yang
setempat. berhubungan dengan hipertensi. Informasi
pada pengumpulan data kualitatif didasarkan
pada kesesuaian (appropriatness) dan
BAHAN DAN CARA kecukupan (adequacy) dari informan sebagai
Penelitian ini merupakan analisis sumber informasi. Informan kelompok DKT
kualitatif lebih mendalam pada data dipilih purposive berdasarkan kriteria yang
penelitian ”Dinamika Perubahan Indeks sudah ditentukan yang diambil dari 5
Massa Tubuh dan Tekanan Darah pada kelurahan (Kebon Kalapa, Babakan Pasar,
Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor, Babakan, Ciwaringin dan Panaragan) di Kota
tahun 2011-2014” dengan disain RAP (Rapid Bogor. Untuk peserta DKT dikategorikan
Assessment Procedure) dilengkapi dengan berdasarkan status normotensi dan hipertensi
data kuantitatif untuk kualitas air minum. dan status bekerja (bekerja atau tidak
Informan penelitian diambil dari 5 kelurahan bekerja), dengan alasan mempertimbangkan
(Kebon Kalapa, Babakan Pasar, Babakan, ada perbedaan perilaku dari informan yang
Ciwaringin dan Penaragan), Kecamatan sudah sakit (hipertensi) dengan yang belum
Bogor Tengah Kota Bogor. Informan sakit (normotensi) serta perbedaan status
penelitian ini terdiri dari; penanggung jawab pekerjaan. Untuk masing-masing kategori
program PTM di Dinkes Kota Bogor dan 3 terdiri dari 2 kelompok sehingga jumlah
Kepala Puskesmas (Merdeka, Belong dan keseluruhan ada 8 kelompok. Kualitas air
Sempur). Pengumpulan data dilakukan minum diperiksa dari sampel air minum
menggunakan dua metode yaitu diskusi rumah tangga terpilih secara acak baik dari
kelompok terarah (DKT) untuk informan informan normotensi dan hipertensi
hipertensi dan bukan hipertensi (normotensi) disesuaikan dengan sumber air minum.
dan wawancara mendalam (WM) untuk key Wawancara mendalam dilakukan
informan pemegang dan pelaksana program pada key informan yaitu Kepala bagian
pengendalian Penyakit Tidak Menular PTM). program Penyakit Tidak Menular Dinas
Materi yang dieksplorasi secara mendalam Kesehatan Kota Bogor dan Kepala
meliputi konsep sehat dan sakit; pengetahuan Puskesmas, Penanggung jawab pelaksana
tentang penyakit (hipertensi) dan faktor program, Kader dan Tokoh (masyarakat).
penyebabnya, konsep pencegahan dan Sumber informan dan metode pengumpulan
pengontrolan, sikap dan praktek terhadap data kualitatif yang digunakan pada
pencegahan, pengontrolan dan pengobatan penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1. Data
penyakit hipertensi, faktor personal dan kuantitatif untuk kualitas air minum yang
situasional (lingkungan, sosial budaya) yang dicurigai berhubungan dengan hipertensi
mendukung perilaku pencegahan, adalah parameter kimiawi air minum sesuai
pengontrolan dan pengobatan hipertensi dan Permenkes 492 tahun 2010. Parameter
kebiasaan unik (kebiasaan makan, sosial, kimiawi yang diperiksa meliputi Aluminium,
budaya) terkait dengan pencegahan, CaC03/kesadahan, Mangan, Zink/seng,
pengontrolan dan pengobatan tekanan darah Cu/tembaga, Pb, Deterjen, pH, NO2, dan
tinggi (hipertensi). Clorine.

184
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

Pengolahan data kualitatif diawali hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol.


dengan melakukan transkrip data dari Penderita hipertensi terkontrol adalah jika
rekaman suara (memindahkan data suara ke tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan
dalam data bentuk tulisan). Proses berikutnya sistolik < 90 mmHg, sedangkan hipertensi
adalah melakukan cleaning data dengan cara tidak terkontrol apabila tekanan darah sistolik
memeriksa hasil transkrip dan data catatan ≥140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg
dengan tujuan untuk melihat kesesuaian selama periode pengamatan selama 6 tahun
(akurasi) antara transkrip dengan rekaman (2 Oktober 2011 – 30 September 2017).
suara secara. Validasi data secara trangulasi
dan analisis secara tematik. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data Profil Lingkungan Fisik Rumah Tempat
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar Tinggal dan Kualitas Air Minum
data itu untuk keperluan pengecekan atau Pola tempat tinggal dan lingkungan
sebagai pembanding dari data itu (Moleong, informan normotensi dan penderita hipertensi
2012). Analisis tema terdiri dari 3 alur yang kondisinya yang hampir sama. Sebagian
terjadi secara bersamaan membentuk suatu besar kondisi rumah tidak luas (rata-rata
proses siklus interaktif yaitu reduksi data, berukuran 3 x 4 meter) seperti ”rumah
penyajian data dan penarikan kesimpulan petakan.” Posisi rumah berdekatan satu
(verifikasi) (Emzir, 2014). Analisis data dengan yang lain atau berdempetan satu
perbedaan kualitas air minum pada informan rumah dengan rumah sebelahnya. Kondisi
normotensi dan hipertensi menggunakan uji fisik jalan sempit dan hanya dapat dilalui
beda mean (indenpendent t test). oleh kendaraan sepeda motor. Sebagian
Penelitian ini melibatkan informan rumah berada di lokasi dataran yang naik
masyarakat baik yang sehat maupun turun (jalanan bertangga) sehingga
penderita hipertensi dan key informan para membutuhkan aktifitas fisik atau jalan kaki
stakeholder di Dinas Kesehatan Kota Bogor, untuk akses ke rumah tersebut. Lingkungan
telah mendapat persetujuan etik dari Komisi rumah juga berdekatan dengan warung sayur
Etik Fakultas Kesehatan Masyarakat dan warung makanan siap saji (masakan
Universitas Indonesia dengan nomor matang) seperti sayur, lauk pauk dan jajanan
16/UN2.F10/PPM.00.02/2016 dan secara yang sebagian besar dengan cara masak
sukarela sudah memberikan tanda tangan digoreng. Kondisi fisik lingkungan rumah
persetujuan infomed consent. yang berdekatan, merupakan salah satu
alasan informan tidak ada tempat terbuka
yang lapang untuk melakukan aktiftas
HASIL olahraga, meskipun ada beberapa responden
yang mengaku naik turun tangga merupakan
Informan adalah masyarakat
aktifitas olahraga.
penderita hipertensi dan bukan penderita
(normotensi) dan key informan adalah Sumber air minum baik pada
penanggungjawab program pengendalian informan normotensi dan hipertensi dari
penyakit tidak menular (PTM) di tingkat rumah tangga terpilih sebagai sampel (84%)
Dinas Kesehatan dan Puskemas. mayoritas menggunakan air PAM (ledeng)
sebesar 61,7 persen, diikuti air isi ulang
Jumlah informan hipertensi dan
sebesar 10,2 persen dan air kemasan sebesar
normotensi yang terlibat dalam penelitian ini
5,6 persen (Tabel 2). Kualitas kimiawi air
sebanyak 64 orang (32 informan hiperternsi
minum disajikan pada Tabel 3. Paramater
dan 32 informan normotensi) dan 11 orang
kimiawi kualitas air minum yang sudah
key informan dari wilayah 3 puskesmas
melebihi nilai baku Permenkes 492 tahun
(Merdeka, Belong dan Sempur) dan 5
2010 adalah kadar Aluminium lebih dari 0,2
kelurahan (Kebon Kalapa, Babakan Pasar,
dan kadar Pb (timbal) melebihi 0,01. Hasil
Babakan, Ciwaringin dan Panaragan).
uji t antara normotensi dan hipertensi
Kelompok informan adalah wanita
ternyata kadar Aluminium lebih tinggi pada
menopause yang dibagi menjadi kelompok
hipertensi dibandingkan normotensi,
yang sehat (tekanan darah normal) yang
sedangkan untuk kadar Pb sama. Adapun
disebut normotensi dan kelompok penderita
185
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

untuk paramater kualitas kimiawi yang lain Pengetahuan adalah hasil tahu
seperti kesadahan (CaCO3), seng (zink), seseorang terhadap obyek melalui indra yang
deterjen, mangan, tembaga (Cu), NO2 dan dimilikinya. Pengetahuan meliputi konsep
Chlorine masih dibawah nilai baku sehingga tentang sehat sakit, pengetahuan tentang
aman untuk dikonsumsi. penyakit hipertensi dan konsep pencegahan
hipertensi bagi normotensi dan pengontrolan
tekanan darah bagi penderita hipertensi.
Profil Karakteristik Sosiodemografi Mayoritas wanita menopause pada diskusi
Karakteristik sosiodemografi adalah terarah (DKT) sudah mempunyai
karakteristik wanita pasca menopause pengetahuan baik tentang konsep sehat dan
meliputi umur, pendidikan, status pekerjaan, sakit, meskipun sebagian besar pengetahuan
suku (asli/Sunda atau pendatang) dan agama. sehat dan sakit masih berdasarkan konsep
Sebagian besar wanita pasca menopause baik secara fisik yaitu kondisi fisik yang dirasakan
yang normotensi, penderita hipertensi oleh informan. Hanya sedikit yang menjawab
terkontrol maupun yang tidak terkontrol faktor psikis masuk dalam konsep sehat sakit.
mempunyai umur rata-rata diatas 50 tahun. Sumber informasi tentang konsep sehat dan
Rata-rata umur untuk penderita hipertensi sakit sebagian besar berdasarkan pada
tidak terkontrol justru yang paling muda pengalaman saat periksa atau ada keluarga
dibandingkan hipertensi terkontrol dan sakit hipertensi, dari penyuluhan, buku, ikut
normotensi. seminar atau terlibat dalam penelitian.
Mayoritas informan normotensi menyatakan,
Mayoritas wanita pasca menopause akhir-akhir ini dalam kondisi yang sehat dan
mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu beberapa mengalami sakit flu. Informan
lulus SD untuk normotensi dan hipertensi penderita hipertensi menyatakan dalam
tidak terkontrol sedangkan pada penderita kondisi sehat tetapi ada keluhan kaki
hipertensi terkontrol lebih tinggi yaitu tamat sendi(kaki/lutut lemas), vertigo dan sering
SMA. Menurut status pekerjaan, sebagian pusing.
besar wanita pasca menopause yang
hipertensi tidak terkontrol adalah ibu rumah “ saya katakan sehat. karena saya
tangga (tidak bekerja) sedangkan pada melakukan aktivitas juga dengan semangat
normotensi dan hipertensi terkontrol tampak ya. jadi, tidak mengeluh walaupun capek,
seimbang antara status bekerja atau tidak yang penting kan pikiran ya. pikiran tenang,
tidak bekerja (IRT). Hampir semua informan kemudian hati kita juga tentram. jadi,
mempunyai suku asli yaitu Sunda, baik pada melakukan apa saja walaupun kita capek,
normotensi, penderita hipertensi terkontrol gak ada mengeluh gitu. jadi, dikatakan
dan tidak terkontrol, hanya ada suku menurut saya, saya ini lagi sehat pokoknya
pendatang 1 orang untuk hipertensi terkontrol gitu” (DKT normotensi)
dan 3 orang pendatang di normotensi. “sehat itu mahal sekali sehat itu...
Mayoritas informan memeluk agama Islam tapi saya punya hipertensi, darah tinggi...
hanya 5 orang beragama Kristen. kaki ada? yang dirasa lemas ...tapi
Karakteristik sosiodemografi pada alhamdulillah masih bisa kerja” (DKT
key informan adalah karakteristik yang hipertensi tidak terkontrol)
meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan Mayoritas informan normotensi dan
lama menduduki jabatan. Key informan penderita hipertensi (terkontrol dan tidak
mempunyai umur berkisar antara 29 - 52 terkontrol) sudah mempunyai pengetahuan
tahun, berlatar belakang pendidikan paling yang baik tentang penyakit hipertensi.
rendah SMA dan tertinggi S2. Sedangkan Sumber informasi sebagian besar diperoleh
lama memegang jabatan sekitar 3 - 20 tahun. dari dokter, perawat atau kader pada saat
melakukan pemeriksaan tekanan darah
(posbindu atau puskesmas) dan pengalaman
Pengetahuan Masyarakat tentang keluarga yang menderita hipertensi.
Hipertensi: Penyebab, Mencegah Pengetahuan tentang faktor penyebab
Hipertensi dan Mengontrol Tekanan hipertensi sudah baik yaitu dari faktor pola
Darah makan tidak sehat (makan asin,
186
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

lemak/gorengan, santan/jerohan, kurang buah ”... sehat itu segala sesuatunya


sayur), faktor umur, faktor keturunan dan dinikmati dengan nyaman ya .. kita
faktor aktifitas fisik (terlalu capek, kurang beraktifitas kemanapun seberat apapun
tidur) dan faktor psikis (pikiran, emosi, dilakukannya dengan ikhlas saya rasa itu
galau), faktor hormonal (pil KB, menopause). sehat itu ya.. beraktifitas berat, ringan terus
Ada beberapa informan yang percaya jenis kita makan pokoknya kesehariannya itu
makanan tertentu sebagai penyebab dilakukan dengan ikhlas itu saya rasa itu
hipertensi diantaranya adalah daging yang namanya sehat...”.(DKT normotensi)
kambing, daging bebek, daun singkong, tape,
Penderita hipertensi baik yang
dan duren dan MSG. Salah satunya
terkontrol maupun tidak terkontrol sebagian
mengatakan:
besar memiliki pengetahuan baik tentang
” kalau darah tingginya tadi? cara pengontrolan tekanan darah. Informan
maksudnya hipertensi adalah darah tinggi, penderita hipertensi menyatakan beberapa
iya. itu sebabnya tadi ya? sayuran juga daun cara untuk mengendalikan tekanan darah
singkong gitu cepet naiknya. apalagi ikan meliputi menjaga pola makan (kurangi
asin..apalagi daging..” (DKT hipertensi tak asin/gorengan, minum susu, makanan
terkontroli) direbus, makan buah sayur, banyak minum
air putih), olah raga (senam/jalan kaki), rutin
Umumnya informan sudah
periksa tekanan darah, melakukan
mempunyai pengetahuan baik tentang
pengobatan (minum obat
dampak atau akibat hipertensi dari ketiga
antihipertensi/herbal), mengkondisikan
kelompok normotensi, hipertensi terkontrol
pikiran tenang (introspeksi diri,
dan tidak terkontrol. Hampir semua informan
menyemangati sendiri). Hasil eksplorasi
dapat menjawab tentang bahaya hipertensi
kualitatif mendukung hal tersebut.
seperti penyakit stroke dan jantung. Sebagian
lagi ada yang menjawab hipertensi ”... kalau saya untuk pengobatan
menyebabkan gangguan penglihatan, gigi dari kedokteran setiap hari minum.....(DKT
patah, vertigo dan kesemutan. Hasil hipertensi terkontrol)
wawancara dibuktikan sebagai berikut:
…iya darah tinggi jadi sekarang
Sikap Masyarakat dalam Mencegah
matannya kurang jelas tapi saya mah ngalah
Hipertensi dan Mengontrol Tekanan
terus kalau dia marah itu tiap hari marah
Darah
aja….giginya juga sekarang ompong..kena
gigi patah (DKT normotensi) Sikap adalah ungkapan perasaan
emosional seseorang baik secara positif atau
…terus waktu itu berarti tensinya
negatif, dalam bentuk dukungan. Pada
tinggi maksudnya? tinggi itu.. udah gitu
penelitian ini sikap dapat digambarkan
harus gimana gitu sampai ke vertigo.. ..ya itu
sebagai kecenderungan subyek merespon
bisa kena jantung juga, stroke juga,
suka atau tidak suka terhadap suatu obyek.
kesemutan.. (DKT hipertensi terkontrol)
Wanita menopause yang normotensi dan
Wanita menopause yang masih sehat penderita hipertensi (terkontrol dan tidak
(normotensi) mempunyai pengetahuan baik terkontrol) mempunyai sikap positif yang
tentang pencegahan hipertensi. sama terhadap pencegahan dan pengontrolan
tekanan darah. Alasan mempunyai sikap
Selanjutnya dijelaskan beberapa
positif bagi penderita hipertensi adalah
pengetahuan untuk mencegah tekanan darah
pengontrolan tekanan darah bermanfaat
tinggi (hipertensi) antara lain melalui pola
untuk menjaga kesehatan tubuh sehingga
makan teratur dan sehat dengan cara
merasa enak atau nyaman.
mengurangi konsumsi jeroan/ kolesterol/
asin/ garam/ kopi/penyedap, cara masak .. itu aja banyakin aja rebus itu sama
dikukus, banyak konsumsi buah sayur, daun apa tuh yang menurunkan darah
istirahat cukup, olahraga, semangat (tidak tinggi..kan ada tuh..(DKT hipertensi)
malas), ikhlas dan rileks serta kontrol/periksa
..iya kalau saya setiap 2 minggu 1
tekanan darah secara rutin.
kali kalau ini cek darah di rumah ada kan..
187
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

di cek di rumah jadi alhamdulillah terkontrol “..makanya tuh sambel, lalap


…sehat itu enak bu.. enak.. makan enak, jengkol..petai..ibu itu seneng gitu enak
minum enak, main enak, dipakai ngaji pokoknya kalau makan sama itu..ikan asin
enak..(DKT hipertensi) kek tongkol ... udah gitu jadi tinggi enggak
karuan gitu.. tapi pikir-pikir emang ibu suka
Sebagian besar wanita menopause
bandel gitu ah..gimana ibu aja yang penting
normotensi juga mempunyai sikap positif
enak..begitu sadar ya.. begitu ..” (DKT
dalam mencegah hipertensi. Respon positif
hipertensi tidak terkontrol)
dapat diketahui ketika pencegahan melalui
faktor risiko hipertensi seperti makanan
rendah lemak, rendah garam dan makan buah
Praktek Pencegahan dan Pengontrolan
serta sayur.
Tekanan Darah
Mayoritas informan normotensi
Praktek pencegahan dan
mempunyai sikap jika ikan asin
pengontrolan dalam penelitian ini adalah
menyebabkan hipertensi, tetapi mereka
aktifitas rutin dalam kehidupan sehari-hari
belum mampu menghilangkan kebiasaan ini,
yang sudah menjadi kebiasaan wanita pasca
karena merasa enak makan asin dan merasa
menopause berkaitan dengan berbagai upaya
cocok dengan sayur asem maka mereka
agar tetap sehat dan menjaga tekanan darah
seneng ikan asin/teri.
tetap normal (normotensi). Penderita
..ibu itu seneng gitu enak pokoknya hipertensi yang melakukan praktek
kalau makan sama itu..ikan asin kek tongkol pengontrolan tekanan darah adalah kebiasaan
(DKT hipertensi terkontrol) yang berkaitan dengan berbagai upaya agar
tekanan darah tidak meningkat atau tekanan
kadang masak sayur asem gitu..
darah terkontrol. Praktek pencegahan
terusnya ikannya ikan asin..dikasih sambel
hipertensi lebih kepada mempertahankan
gitu hehehe (DKT hipertensi tidak terkontrol)
agar tekanan darah tetap normal bagi wanita
Informan baru bisa melakukan menopause yang normotensi atau masih
pengaturan jumlah dan frekuensi ikan asin sehat. Praktek pencegahan dan pengontrolan
secukupnya dan tidak berlebihan, hanya tekanan darah meliputi kebiasaan sehari-hari
untuk memenuhi keinginan saja. seperti kebiasaan makan (jenis
“..alhamdulillah sih ya, kalau saya makanan/minuman, camilan, cara
sih gak pakai makan apa2 gak sama ikan pengolahan/masak), aktifitas fisik, olahraga,
asin .... pakai sambel aja udah. jadi saya pengobatan atau terapi (jenis obat/herbal,
kalau misalnya pengen makan ikan asin juga, kepatuhan pengobatan).
saya suka minta aja ke kakak makan bareng- Kebiasaan makan pada wanita pasca
bareng gitu..” (DKT normotensi) menopause yang normotensi, hipertensi
Penderita hipertensi mempunyai terkontrol dan tidak terkontrol hampir sama
sikap bahwa pengontrolan terhadap tekanan yaitu sebagian besar makan nasi/bubur/bihun
darah perlu dilakukan melalui beberapa goreng/buras dengan lauk
upaya seperti mengontrol makanan berisiko (tempe/tahu/telor/ayam/ikan) dimasak
hipertensi seperti ikan asin (tinggi garam), digoreng dan jarang makan daging (1 kali
tinggi lemak (jeroan, makanan gorengan) sebulan), sayur sop atau bening atau sayur
yang dianggap merupakan penyebab tekanan ditumis.
darah meningkat atau tinggi. Kebiasaan Kebiasaan makanan selingan adalah
makan buah dan sayur, rendah lemak dan bakso, mie ayam, keripik asin/ manis
rendah garam dipercaya dapat menurunkan (singkong/pisang), dan gorengan (pisang,
tekanan darah tinggi atau mengendalikan tempe, “bala-bala”) dan biskuit. Buah yang
hipertensi. Penderita hipertensi berpendapat, sering dikonsumsi adalah buah pisang,
jika konsumsi makanan berlemak dan pepaya dengan alasan murah meriah dan
makanan gorengan menyebabkan tekanan selalu tersedia tidak tergantung musim.
darah tinggi, tetapi kebiasaan konsumsi Sebagian besar informan (normotensi dan
tersebut diakui sulit ditinggalkan atau penderita hipertensi) mempunyai kebiasaan
dikurangi.
188
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

minum kopi dan hanya 1 orang informan sebagai bentuk olahraga sehingga sebagai
yang biasa minum susu. salah satu alasan tidak perlu olahraga lagi.
…setiap hari itu pisang, pepaya, …terus itu aktifitas olahraga atau
fisik yang lain bu..olahraga apa bu?..ngepel
pisang papaya (DKT hipertensi)
nyapu..(DKT hipertens tidak terkontrol)
..buahnya pepaya, kalau ibu suka
pepaya. kalau pepaya itu ya tiap hari, tiap
hari pasti ada pepaya ama pisang itu (DKT aktifitas fisiknya bu? ibu ngapain
normotensi) aja? paling di rumah bangunan kerja bolak
balik itu .. kan saya jualan gitu ya kan capek
Perbedaan kebiasaan makan pada
hehehe… iya wira-wiri ya ..enggak ikut
normotensi dan hipertensi baik yang
senam (DKT hipertensi terkontrol)
terkontrol maupun tidak terkontrol terletak
pada frekuensi makanan berisiko (makanan Kebiasaan jalan kaki pada
gorengan, ikan asin). Penderita hipertensi normotensi dilakukan berdasarkan kesadaran
baik yang terkontrol dan tidak terkontrol dan niat dengan sengaja jalan agar tubuh
tampak frekuensinya lebih sering sehat (menjaga kesehatan). Frekuensi dan
dibandingkan normotensi. Contoh penderita jarak jangkauan untuk jalan kaki pada
hipertensi lebih sering sarapan nasi goreng normotensi lebih sering dan lebih jauh
sedangkan normotensi lebih sering makan dibandingkan pada penderita hipertensi.
dikukus atau direbus. Sebagian besar normotensi mempunyai
kebiasaan jalan kaki setiap hari dengan jarak
..jam 7 makan bu nasi goreng..
0,5 – 3 km. Kebiasaan jalan jauh pada
ada lauknya lagi? enggak ada nasi hipertensi hanya dilakukan 1 kali tiap
goreng aja.. sama krupuk (DKT hipertensi minggu.
tidak terkontrol)
Olahraga yang sering diikuti oleh
…kalau pagi itu tapi saya suka ini informan adalah senam bersama yang
sendiri, bikin sendiri kukusan-kukusan bu. dilakukan di beberapa tempat yaitu di
seperti ubi dikukus, pisang dikukus, singkong puskesmas, rumah sakit, kelurahan, wilayah
diurap. itu saya seneng. kalau gorengan RT/RW, mall dan tempat kerja. Jenis senam
malah kurang itu. (DKT normotensi) adalah senam prolanis, senam diabetes,
Penderita hipertensi masih suka senam aerobik dan senam kreasi yang lain.
makan ikan asin dibandingkan normotensi. Frekuensi masing-masing senam 1 kali
Kebiasaan makan buah paling sering pada seminggu dan dilakukan khusus dihari-hari
normotensi dibandingkan pada hipertensi, tertentu. Kegiatan olahraga bersama juga
sedangkan pada hipertensi tidak terkontrol dilakukan dalam kegiatan car free day yang
sebagian besar jarang makan buah bahkan dipusatkan di daerah pancuran Sempur.
tidak suka makan buah. Wanita pasca menopause yang normotensi
dan hipertensi terkontrol mengikuti senam
“ .... buah mah kadang-kadang gitu bersama dengan frekuensi lebih sering
banyak yang enggak sukanya saya mah.. iya dibandingkan pada penderita hipertensi tidak
(DKT hipertensi tidak terkontrol) terkontrol. Bahkan sebagian besar penderita
Definisi operasional aktifitas fisik hipertensi tidak terkontrol mengatakan tidak
dalam penelitian ini adalah aktifitas bergerak olahraga sama sekali atau ikut olahraga
yang terkait dengan kesehatan yaitu hanya jika diajak oleh temen atau kader.
melakukan gerakan fisik secara teratur dan “....saya enggak ada senam enggak
rutin. Aktifitas rutin yang dilakukan sehari- ada apa... enggak ada keluar-keluar gitu..
hari baik pada wanita pasca menopause enggak paling jalan ke warung” (DKT
normotensi dan penderita hipertensi hipertensi tidak terkontrol)
(terkontrol dan tidak terkontrol) adalah
pekerjaan rutin ibu rumah tangga dan jalan Pada wanita normotensi yang tidak
kaki dan olahraga (senam). Bagi informan ikut olahraga senam massal, tetap melakukan
yang tidak rutin berolahraga mempunyai aktifitas olahraga sendiri antara lain
persepsi pekerjaan rutin rumah tangga menggerakkan badan (sit up) tiap pagi
189
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

selama 10 menit setelah bangun tidur pagi, biasanya konsultasikan ke gizi, jadi ada
push up dan senam sendiri di rumah. konseling gizi, seperti itu..”(WM, kepala
puskesmas Merdeka)
saya suka stel radio terus senam..kan
senam.... digerak-gerakin gitu rutin bu
setiap..walaupun saya lelah bu tapi karena
Implementasi Program Pencegahan dan
saya senang lagu..senang gerak beginian
Pengendalian Hipertensi di Kota Bogor
jadi diri sendiri.. (DKT normotensi)
Menurut dari Kepala Program
Pengobatan hipertensi secara
Penyakit Tidak menular di Dinas Kesehatan
konvensional adalah pengobatan
Bogor dan Penanggungjawab program
farmakologis dengan obat antihipertensi.
Posbindu di 3 Puskesmas (Merdeka, Belong,
Hasil kualitatif menggambarkan jenis obat
Sempur), implementasi pengontrolan tekanan
yang dikonsumsi informan adalah
darah bagi penderita hipertensi di tingkat
Amplodipin yang diperoleh dari puskesmas.
Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Posbindu di
Sebagian besar wanita pasca menopause
wilayah masing-masing sudah berjalan.
yang sudah terdiagnosis hipertensi baik yang
Mayoritas pelaksanaan program
terkontrol dan tidak terkontrol masih
pengendalian hipertensi sudah sesuai seperti
menggambarkan perilaku kepatuhan
yang telah dicanangkan dari tingkat pusat
pengobatan yang masih rendah.
sampai ke daerah. Hasil eksplorasi data
..berhenti dulu.. nanti kalau udah kualitatif terhadap Kepala Program Penyakit
ada pemeriksaan lagi kok tinggi baru saya Tidak menular di Dinas Kesehatan Bogor,
hehehe (DKT hipertensi tidak terkontrol) beberapa implementasi program yang sudah
dilaksanakan yang merupakan upaya
Obat antihipertensi hanya
pencegahan dan pengontrolan PTM termasuk
dikonsumsi pada saat tekanan darah dalam
hipertensi diwujudkan dalam bentuk kegiatan
keadaan tinggi saja dan setelah tekanan darah
seperti deteksi dini faktor risiko PTM
dianggap normal maka minum obatnya
(termasuk hipertensi) dalam bentuk mobil
diberhentikan. Ada perbedaan persepsi,
“curhat”, deteksi di tempat kerja dan sekolah,
pengakuan mayoritas informan mengatakan
sosialisasi melalui media siaran radio (dialog
obat diberhentikan saat tekanan darah sudah
interaktif dengan masyarakat 1-2 kali tiap
normal (informasi berasal dari tenaga
bulan), membuat acara pada hari-hari besar
kesehatan), tetapi informasi bahwa obat harus
(senam bersama, deteksi dini faktor risiko
diminum secara terus tidak putus meskipun
PTM, edukasi/penyuluhan kesehatan).
tekanan darah normal sudah disampaikan dan
Implementasi program juga dalam bentuk
disosialisasikan ke masyarakat pada saat
kegiatan posbindu (pos pembinaan terpadu)
penyuluhan tentang keteraturan dan
yang sebelumnya diawali dengan posbindu
kepatuhan minum obat anti hipertensi.
lansia (sasaran hanya untuk lansia) yang
“..kalau saya untuk pengobatan dari sudah berganti nama menjadi posbindu PTM
kedokteran setiap hari minum... .kalau (sasaran mulai umur 15 tahun keatas).
obatnya udah habis ibu..berhenti dulu.. nanti Implementasi program di posbindu melalui
kalau udah ada pemeriksaan lagi kok tinggi kegiatan deteksi faktor risiko PTM (termasuk
baru saya hehehe... takutnya ngedrop hipertensi) secara rutin setiap bulan, senam
gitu..tapi alhamdulillahnya stabil ..jarang lansia 1 kali setiap minggu, senam prolanis
diatasnya..pengobatan dari kedokteran juga, (terkait dengan program BPJS) yang
soal makanan juga kita bisa makan jus dilakukan di Puskesmas dan di kelurahan,
belimbing ..” (DKT hipertensi terkontrol) sosialisasi dalam bentuk
“...nah kalau yang hipertesi, sama edukasi/penyuluhan/konseling khususnya
seperti yang tadi kegiatan-kegiatannya. nah, tentang gizi
biasanya kita lebih mengedukasi, selain “...kemudian sosialisasi itu pasti,
memberikan, kita tidak lagi memberikan sosialisasi itu kita ada yang namanya mobil
penyuluhan, tapi edukasi untuk lebih rutin curhat, yang keliling, keliling untuk promotif
dalam rangka meminum obat maupun dan deteksi gitu. kemudian siaran
asupan makanan rendah garam. termasuk radio...”(WM, PJ PTM Dinkes Kota Bogor)
kalau memang beresiko terhadap gizi, kita
190
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

“....secara konsisten melakukan, Penderita yang terdiagnosis hipertensi baru


kegiatan klub prolanis. jadi mendukung dari langsung dilakukan pengobatan dan
kegiatan bpjs. meskipun memang ini program konseling serta dimonitor tekanan darah dan
bpjs, tapi kita tidak menutup hanya, ke komplikasi. Apabila tidak ada perubahan
pesertanya yang, peserta bpjs. tapi peserta perbaikan terhadap kondisi kesehatan
umum pun kita, terima. dilaksanakan sih penderita akan dirujuk ke pelayanan
setiap hari jumat. senam prolanis. klub kesehatan tingkat lebih atas (Rumah Sakit).
prolanis..” (WM, kepala puskesmas Konseling ditujukan khusus untuk
Merdeka) masyarakat yang sudah berisiko antara lain
edukasi dan penyuluhan untuk mengurangi
Program pengontrolan dan
makanan berisiko (tinggi garam, gula dan
pencegahan hipertensi di tingkat Puskesmas
lemak), minum obat antihipertensi secara
hampir sama kegiatannya, hanya terdapat
rutin dan melakukan aktifitas fisik seperti
perbedaan pada program pengobatan.
olahraga atau jalan kaki.
Implementasi program pengontrolan tekanan
darah bagi penderita hipertensi meliputi
kegiatan pelatihan petugas mengenai tata
PEMBAHASAN
laksana pengobatan dengan nara sumber
dokter spesialis penyakit dalam. Temuan Pada umumnya tempat tinggal para
kasus baru hipertensi di Puskesmas langsung informan wanita berada pada lingkungan
dirujuk, diberikan obat antihipertensi, yang sempit, saling berdekatan, kondisi
edukasi perorangan dan monitoring untuk geografis yang naik turun dan akses
pengontrolan tekanan darah. Materi edukasi merupakan gang sempit hanya bisa dilalui
meliputi penyuluhan minum obat oleh kendaraan sepeda motor atau sepeda.
antihipertensi secara tepat dan teratur serta Kondisi fisik seperti tersebut sebagai alasan
konseling gizi (asupan rendah garam). mereka sudah melakukan aktifitas fisik jalan
dan sebagian merasa menggunakan sepeda
“..kita sudah melakukan pelatihan
motor (gojek) untuk mempercepat waktu
petugas untuk petatalaksanaan hipertensi ini,
beraktifitas. Adanya moda transportasi
dokter, perawat itu sudah kita latih. jadi
sepeda motor sampai ke tujuan dan sampai
udah ada dua lini sekarang kalau di
ke depan rumah menyebabkan masyarakat
puskesmas itu, jadi udah ada dua dokter, dan
enggan untuk jalan kaki. Kondisi fisik sempit
udah ada dua perawat yang dilatih untuk
tidak tersedia tanah lapang merupakan alasan
program PTM itu, ada dipilih nama-
lain tidak ada tempat untuk berolahraga.
namanya. jadi tatalaksanaan hipertensi,
narasumbernya dari penyakit dalam itu, Hasil penelitian tentang olahraga
patatalaksanaan hipertensi...”(WM PJ PTM dengan intensitas sedang (40-50% maksimal
Dinkes Bogor) konsumsi oksigen) berhubungan bermakna
menurunkan tekanan darah pada penderita
“...nah kalau yang hipertesi, sama
hipertensi, normotensi, overweight dan berat
seperti yang tadi kegiatan-kegiatannya. nah,
badan normal (Ammar, 2015). Hasil
biasanya kita lebih mengedukasi, selain
penelitian pada wanita pasca menopause,
memberikan, kita tidak lagi memberikan
intervensi olahraga selama 12 minggu
penyuluhan, tapi edukasi untuk lebih rutin
bermakna menurunkan tekanan darah sistolik
dalam rangka meminum obat maupun
dari 142 ± 3 mmHg menjadi 132 ± 2mmHg
asupan makanan rendah garam. termasuk
(KL et al., 2001).
kalau memang beresiko terhadap gizi, kita
biasanya konsultasikan ke gizi, jadi ada Di sekitar lingkungan rumah tinggal
konseling gizi, seperti itu..”.(WM, kepala para informan banyak warung yang menjual
puskesmas Merdeka) masakan siap saji dan jajanan gorengan,
disamping beberapa warung menjual sayur
mayur mentah. Kondisi lingkungan yang
Implementasi program pengendalian memudahkan informan membeli masakan
hipertensi dalam bentuk tata laksana yang siap saji atau jajanan gorengan
penanganan penderita hipertensi sudah menyebabkan informan berpotensi untuk
diterapkan oleh petugas puskesmas. mengkonsumsi makanan berlemak dan tidak
191
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

sehat. Konsumsi lemak jenuh air minum dan limbah domestic. Sumber
meningkatkan resiko aterosklerosis yang timah adalah bensin dan cat rumah, yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan telah diperluas untuk menghasilkan peluru
darah (Martati S 2013). Penelitian di timah, pipa ledeng, wadah timah, baterai dan
Kabupaten Karanganyar menggunakan mainan (Thürmer, Williams and Reutt-
desain case control, kebiasaan sering Robey, 2002). Mekanisme ionik toksisitas
mengonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per timbal terjadi karena kemampuan ion logam
minggu) terbukti merupakan faktor resiko timah untuk menggantikan kation bivalen
hipertensi (p=0,022) (Sugiharto Dkk, 2003). lainnya seperti Ca2 +, Mg2 +, Fe2 + dan
Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kation monovalen seperti Na +, yang pada
yang biasa mengonsumsi lemak jenuh ≤ 3 akhirnya mengganggu metabolisme biologis
kali dalam seminggu sebesar 0,779 sel (Flora, Mittal and Mehta, 2008).
(p=0,032). Kebiasaan mengonsumsi lemak
Pengetahuan dan sikap informan
jenuh > 3 kali dalam seminggu berisiko
terhadap pencegahan hipertensi dan
hipertensi lebih besar (Siringoringo,
pengontrolan tekanan darah bagi penderita
Hiswani and Jemadi, 2013). Kebiasaan sering
hipertensi sudah cukup baik. Sebagian besar
mengkonsumsi makanan gorengan
wanita pasca menopause baik yang
berhubungan dengan insiden hipertensi
normotensi maupun penderita hipertensi
(Sayon-orea et al., 2014). Kualitas air minum
sudah mempunyai pengetahuan dan sikap
yang sebagian besar bersumber pada air
yang baik mengenai apa itu hipertensi dan
PAM atau ledeng ditunjukkan kualitas
dampak buruknya, faktor risiko dan
kurang baik dibuktikan masih tingginya
pencegahan serta pengobatan baik medis atau
kadar Aluminium dan Pb (timbal) melebihi
tradisional. Hasil penelitian di Karachi
nilai baku. Kandungan Aluminium dalam air
Pakistan, pengetahuan tentang hipertensi
minum pada hipertensi lebih tinggi
tidak adekuat pada penderita hipertensi dan
dibandingkan normotensi. Hal ini
rendahnya kewaspadaan dari penderita
diasumsikan ada keterkaitan aluminium
hipertensi untuk mengontrol tekanan darah
dalam air minum dengan peningkatan
(Almas et al., 2012). Kepedulian terhadap
tekanan darah. Jalur metabolisme dalam
kondisi berisiko dan pengobatan hipertensi
organisme yang melibatkan kalsium, fluor,
masih rendah. Penderita hipertensi lebih suka
fosfor dan besi dipengaruhi oleh aliminium.
mendiskusikan kondisi lain (diabetes, alergi,
Aluminium telah terbutkti sangat berbahaya
proses operasi) dibandingkan focus pada
pada sel syaraf, tulang dan hemopoetik
pengalaman mengalami hipertensi dan
(Barabasz et al., 2002). Pada manusia,
mengganggap kondisi hipertensi
perubahan syaraf oleh aluminium sama
seiawankurang penting (Legido-Quigley et
dengan lesi degeneratif pada pasien
al., 2015). Pengetahuan dan sikap
Alzeimer. Komplikasi terbesar dari
pencegahan dan pengontrolan hipertensi hasil
keracunan aluminium adalah efek
penelitian lebih baik dikarenakan kader di
neurotoksik seperti atropi neuronal pada
wilayah lokasi penelitian mempunyai kinerja
locus ceruleus, substantia nigra dan striatum
yang bagus dalam menyampaikan materi
(Jaishankar et al., 2014).
penyuluhan dan edukasi ke masyarakat.
Kandungan logam berat dipengaruhi
Praktek pencegahan dan
oleh masuknya buangan yang mengandung
pengendalian hipertensi masih kurang jika
logam berat seperti limbah industri, limbah
dibandingkan dengan tingkat pengetahuan
domestik dan limbah pertanian (Darmono,
dan sikap. Khususnya pada penderita
1995). Hasil pengukuran nilai dari kadar Pb
hipertensi, praktek pengendalian tekanan
rata-rata air minum 0,03 mg/l melebihi nilai
darah agar terkontrol masih sangat rendah.
baku 0,01 mg/l. Kondisi ini dapat
Hasil penelitian melaporkan persentase
disebabkan karena letak sumber air minum
hipertensi yang terkontrol pada penduduk
berada dekat dengan daerah yang banyak
umur 15 tahun ke atas hanya sekitar 3%
dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan
(Kemenkes RI, 2014), pada wanita pasca
cemaran emisi gas buang kendaraan
menopause sekitar 21-23% (Riyadina, 2017)
bermotor. Sumber pajanan timbal terutama
dan pada penderita hipertensi umur 25-65
dari proses industri, makanan dan merokok,
192
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

tahun di Kota Bogor sebesar 23,7% tekanan darah pada responden disebabkan
(Pradono, Riyadina and Kristanti, 2018). tidak melakukan pola diet yang baik,
Penelitian di China, prevalensi hipertensi kebanyakan dari responden tidak bisa
terkontrol lebih tinggi yaitu 44.6%, dan menghindari kebiasaan mengkonsumsi lemak
pengobatan hipertensi mayoritas jenuh, karena mereka sudah terbiasa dengan
menggunakan kombinasi obat antihipertensi makanan yang mengandung lemak jenuh.
dalam jangka waktu yang lama sebesar Kebiasaan konsumsi gorengan, santan yang
68.57% (Yang L et al., 2014). Hipertensi pekat, daging sapi, otak, jeroan mempunyai
terkontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor. faktor resiko terbukti berhubungan dengan
Beberapa determinan atau faktor hipertensi kejadian hipertensi. Kebiasaan sering
mampu terkontrol meliputi variabel risiko mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya
gaya hidup, pengobatan hipertensi, prediktor dengan peningkatan berat badan yang
menurunkan dan mengontrol tekanan darah, berisiko terjadinya hipertensi. Juga
kepatuhan pengobatan, umur muda, wanita, responden tidak menyadari bahwa kebiasaan
tingkat pendidikan tinggi, tidak mengkonsumsi garam atau mengkonsumsi
mengkonsumsi alcohol, pelayanan kesehatan asin merupakan faktor risiko terjadinya
swasta (privat) (Dennison et al., 2007). hipertensi (Sartika, 2014).
Mayoritas wanita pasca menopause Hasil eksplorasi, pengobatan untuk
yang normotensi menunjukkan praktek penderita hipertensi bisa dikelompokkan
pencegahan hipertensi lebih baik kedalam pengobatan farmakologi dan non
dibandingkan dengan penderita hipertensi. farmakologi. Pengobatan farmakologi untuk
Beberapa praktek pencegahan lebih banyak penderita hipertensi lebih kepada pengobatan
dilakukan oleh normotensi dibanding medis dan tradisional (pemakaian herbal).
penderita hipertensi, salah satu alasan Pengobatan secara non farmakologis
dikarenakan kondisi sakit yang membuat diantaranya dengan mengatasi kegemukan
keterbatasan informan tidak bisa atau tidak atau menurunkan kelebihan berat badan,
mampu melakukan aktifitas seperti pada mengurangi asupan garam berlebihan,
normotensi. Salah satu contoh bagi penderita menurunkan stres dengan menciptakan
hipertensi, keterbatasan dalam melakukan keadaan rileks, berbagai cara relaksasi
aktifitas fisik atau olahraga dikarenakan (seperti meditasi, yoga, atau hypnosis),
kondisi kepala pusing, dampak hipertensi melakukan olahraga (seperti senam dan jalan
terhadap kekuatan fisik berkurang (merasa cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
lemas) dan cepat lelah. Berolahraga dengan seminggu), berhenti merokok dan
terkontrolnya tekanan darah pada penderita mengurangi konsumsi alkohol yang
hipertensi diperoleh nilai p< 0,05 yang berlebihan dapat mengontrol sistem syaraf
berarti ada hubungan yang bermakna antara yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
kebiasaan berolahraga dengan terkontrolnya darah (Setiawan & dkk, 2008). Hasil
tekanan darah pada penderita hipertensi. penelitian pada penderita hipertensi lansia,
Penelitian dengan pedometer, peningkatan meditasi dapat menurunkan tekanan sistolik
aktifitas fisik jalan kaki 10.000 langkah tiap (p=0,000) dan diastolik (p=0,004)
hari, bermakna menurunkan tekanan darah (Hermanto, 2014).
secara linier (Soroush et al., 2013). Hasil
Beberapa hasil penelitian telah
meta-analisis penelitian intervensi, sebagian
banyak dilaporkan baik tentang pengobatan
besar normotensi memperlihatkan bermakna
konvensional (medis) dan pengobatan
jalan kaki penurunan tekanan darah sistolik
tradisional atau herbal (bahan alam). WHO
dan diastolik sebesar 3,8 mmHg dan 0,3
memperkirakan sebesar 80% penduduk dunia
mmHg (Bravata et al., 2007)
masih bergantung pada pengobatan
Kebiasaan makan atau diet makanan tradisional termasuk penggunaan obat yang
sehat menunjukkan lebih baik pada informan berasal dari tanaman (Radji, 2005).
yang normotensi dan hipertensi yang Penggunaan terapi kombinasi obat
terkontrol dibandingkan pada hipertensi tidak konvensional dengan herbal sebesar 30%,
terkontrol. Hasil penelitian Sartika tahun dan sebagian besar tidak menginformasikan
2014 melaporkan, tidak terkontrolnya kepada dokter (Clement et al, 2007). Variasi

193
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

bahan alam dianggap dapat menurunkan orang Bogor dalam mencegah dan
tekanan darah. Penurunan tekanan darah mengontrol hipertensi meliputi sikap
diastolik pada kelompok terapi kombinasi ikhlas/legowo, religious, memanfaatkan
konvensional-bahan alam lebih baik herbal (binahong, pandan, salam), rutin
dibandingan kelompok terapi konvensional, aktifitas fisik (jalan kaki minimal 3 km setiap
tidak untuk sistolik (p<0,05)(Gusmira, 2012). hari) dan aktif bersosialisasi.
Pendekatan dari sisi sosial dan
budaya, penyakit dipandang sebagai
Saran
pengakuan sosial, dimana seseorang yang
mengidap penyakit tertentu tidak bisa Bagi penderita hipertensi, petugas
menjalankan peran normalnya secara wajar, kesehatan sebaiknya mempunyai strategi
dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap peningkatan motivasi praktek pencegahan
situasi tersebut (Depkes, 2003). Penelitian dan pengontrolan tekanan darah dengan
mengindikasikan, kondisi sendirian dan berbagai metode konseling yang lebih
terisolasi secara sosial meningkatkan odd inovatif dan aplikatif berbasis potensi lokal
hipertensi diantara laki-laki dan perempuan. spesifik.
Hasil mendukung bahwa terisolasi secara
sosial khususnya pada wanita berhubungan
dengan kenaikan odd hipertensi yang belum
terdiagnosis dan hipertensi tidak terkontrol UCAPAN TERIMAKASIH
(Coyle, 2014). Interaksi yang tidak baik
dengan pasangan, anak, keluarga atau teman Penelitian kualitatif ini melibatkan
berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis
hipertensi, khususnya pada wanita dan umur menyampaikan ucapan terima kasih kepada
lansia (Sneed and Cohen, 2014). Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan,
Keterbatasan penelitian ini meliputi Kepala Balitbangkes, Kepala Puslitbang
hanya terbatas pada kelompok wanita umur Upaya Kesehatan Masyarakat, Dekan dan
menopause dari 5 kelurahan di Kecamatan Kepala Prodi Epidemiologi FKM UI yang
Bogor Tengah Kota Bogor. Observasi hanya telah memberikan ijin penelitian, Kepala
dilakukan pada kondisi fisik lingkungan PPSDM Kesehatan yang telah memberikan
rumah, tidak ada observasi terhadap dana penelitian, laboratorium IPB tempat uji
kebiasaan sehari-hari informan baik yang kualitas air, key informan dan informan yang
normotensi ataupun penderita hipertensi. berperan aktif memberikan data serta semua
pihak yang telah ikut membantu kelancaran
penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mayoritas wanita pasca menopause
yang normotensi dan hipertensi berumur 55 Almas, A., Godil, S. S., Lalani, S., Samani, Z. A. and
Khan, A. H. (2012) „Good knowledge about
tahun dan pendidikan SMA. Sebagian besar hypertension is linked to better control of
sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang hypertension; A multicentre cross sectional
baik dalam pencegahan dan pengontrolan study in Karachi, Pakistan‟, BMC Res Notes,
tekanan darah, tetapi masih kurang dalam 5(1), p. 579. Available at:
prakteknya. Konsumsi air minum yang baik http://www.biomedcentral.com/1756-
0500/5/579.
mendukung perilaku dalam mencegah Ammar, T. (2015) „Effects of aerobic exercise on blood
hipertensi, adanya cemaran aluminium dan pressure and lipids in overweight
timbal (Pb) perlu monitoring rutin sumber air hypertensive postmenopausal women‟,
untuk menjaga kualitas air minum tetap baik. Journal of Exercise Rehabilitation, 11(3), pp.
145–150.
Berbagai program sudah tersedia melalui Armilawaty, Amalia, H. and Amiruddin, R. (2007)
konseling di puskesmas dan posbindu. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam
Untuk praktek pencegahan hipertensi yang Kajian Epidemiolog. Available at:
baik adalah kelompok normotensi, hipertensi http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/in
terkontrol dan tidak terkontrol. Praktek khas dex.php?option=com_content&task=view&id

194
Perilaku Pecegahan dan Pengendalia Hipertensi...(Woro R, Evi M)

=38&Itemid=12). . metals‟, Interdiscip Toxicol, 7(2), pp. 60–72.


Barabasz, W., Albinska, D., Jaskowska, M. and Lipiec, doi: Doi:10.2478/intox-2014-0009.
J. (2002) „Ecotoxicology of Aluminium‟, Kemenkes RI (2008) Laporan Nasional Riset
Polish Journal Environmentak Studies, 11(3), Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta: Badan
pp. 199–203. Peneliian dan Pengembangan Kesehatan.
Bharmal, N. Ha. (2012) „Acculturation and religiosity Kemenkes RI (2014) Laporan Nasional Riset
as moderators of Cardiovascular disease risk Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan
factors among south asian in the united Peneliian dan Pengembangan Kesehatan.
states‟, dissertasion, XXXIII(2), pp. 81–87. Kemenkes RI (2015) „Rencana Aksi Program
doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Bravata, D., Smith-Spangler, C., Sundaram, V., Lingkungan Tahun 2015-2019‟. Jakarta:
Gienger, A., Lin, N. and R Lewis, et al Direktorat Jenderal Pengendlaian Penyakit
(2007) „Using pedometers to increase dan Penyehatan Lingkungan.
physical activity and improve health: a KL, M., R, D., J, L., C, M., ET, H., Jr, B. D. and DL, T.
systematic review‟, JAMA, 298, p. 2296–304 (2001) „Increasing daily walking lowers
[PubMed: 18029834]. blood pressure in postmenopausal women‟,
Chan, C. C., Yang, H. J., Chen, T. H., Chiu and Al, Y. Medicine & Science in Sports & Exercise,
H. (2007) „Association Between 33(11), pp. 1825–31.
Hypertension and Drinking WSater Quality‟, Legido-Quigley, H., Lopez, P. A. C., Balabanova, D.,
Epidemiology, 18(5). Perel, P., Lopez-Jaramillo, P., Nieuwlaat, R.,
Chung, K. H., Shin, K. O., Yoon, J. a. and Choi, K. S. Schwalm, J. D., McCready, T., Yusuf, S. and
(2011) „Study on the obesity and nutrition McKee, M. (2015) „Patients‟ knowledge,
status of housewives in Seoul and Kyunggi attitudes, behaviour and health care
area‟, Nutrition Research and Practice, 5(2), experiences on the prevention, detection,
pp. 140–149. doi: 10.4162/nrp.2011.5.2.140. management and control of hypertension in
Clement, Y. (2007) „Perceived efficacy of herbal Colombia: A qualitative study‟, PLoS ONE,
remedies by users accesing primary 10(4), pp. 1–16. doi:
healthcare in Trinidad‟, BMC Complementary 10.1371/journal.pone.0122112.
and Alternative Medicine, February. Lloyd-Sherlock, P., Beard, J., Minicuci, N., Ebrahim,
Available at: S. and Chatterji, S. (2014) „Hypertension
http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1 among older adults in low- and middle-
472-6882-7-4.pdf. income countries: prevalence, awareness and
Coyle, caitlin e (2014) „The Effects of Loneliness and control.‟, International Journal of
Social Isolation on Hypertention in Later Life Epidemiology, 43(1), pp. 116–28. doi:
: Including Risk, Diagnosis and Management 10.1093/ije/dyt215.
of The Chronic Condition. T Dissertation Martati S, H. dan J. (2013) „Faktor-faktor yang
Presented by CAITLIN E . COYLE Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia
Submitted to the Office of Graduate Studies , di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir
University of Mas‟, dissertasion, (June). tahun 2013‟, 1(4), pp. 1453–1461.
Darmono, S. (1995) Logam Dalam Sistem Biologi Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan.
Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dennison, C. R., Peer, N., Steyn, K., Levitt, N. S. and Park, J. B., Kario, K. and Wang, J.-G. (2015) „Systolic
Hill, M. N. (2007) „Determinants of hypertension: an increasing clinical challenge
hypertension care and control among peri- in Asia‟, Hypertension Research. Nature
urban Black South Africans: The HIHI Publishing Group, 38(4), pp. 227–236. doi:
study‟, Ethnicity and Disease, 17(3), pp. 484– 10.1038/hr.2014.169.
491. Pradono, J., Indrawati, L. and Murnawan, T. (2013)
Depkes (2003) „Kebijakan dan Strategi Nasional „Permasalahan dan Faktor Risiko yang
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi
Tidak Menular‟. di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat‟,
Flora, S., Mittal, M. and Mehta, A. (2008) „Heavy Buletin Penelitian Kesehatan, 41(2), pp. 61–
metal induced oxidative stress & its possible 71.
reversal by chelation therapy‟, Indian J Med Pradono, J., Riyadina, W. and Kristanti, D. (2018)
Res 128: 501–523., 128, pp. 501–523. Uncontrolled Hypertension: A Prospective
Gusmira, S. (2012) „Evaluasi penggunaan Cohort Study on Risk Factor of Non-
antihipertensi konvensional dan kombinasi Communicable Diseases in Bogor
konvensional-bahan alam pada pasien (Unpublished).
hipertensi di puskesmas wilayah depok‟, Prawirohardjo, S. (2008) Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Makara, Kesehatan, 16(2), pp. 77–83. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Hermanto, J. (2014) „Pengaruh Pemberian Meditasi Prawirohardjo.
terhadap Perununan Tekanan Darah Pada Radji, M. (2005) „Peranan bioteknologi dan mikroba
Lansia dengan Hipertensi di Unit Sosial endofit dalam pengembangan obat herbal‟,
Rehabilitasi Pucang Gading Semarang‟, Majalah Ilmu Kefarmasian, 2(3), pp. 113–
Jurnal Keperawatan, 1(9). 126.
Jaishankar, M., Tseten, T., Anbalagan, N. and Blessy Riyadina, W. (2014) Dinamika Perubahan Indeks
B. Mathew, K. N. B. (2014) „Toxicity, Massa Tubuh dan Tekanan Darah pada
mechanism and health effects of some heavy Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor,
195
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 17 No 3, Desember 2018 : 182-196

Tahun 2100-2014. Universitas Indonesia. „Effects of a 6- Month Walking Study on


Riyadina, W. (2017) Dinamika Perubahan Indeks Blood Pressure and Cardiorespiratory Fitness
Massa Tubuh dan Tekanan Darah pada in U.S. and Swedish Adults: ASUKI Step
Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor, Study‟, Asian J Sports Med, 4, pp. 114–24.
Tahun 2100-2014. Universitas Indonesia. Sugiharto, A. and Dkk (2003) Faktor-faktor Resiko
Sartika, H. dan W. (2014) „Terkontrolnya Tekanan Hipertensi Grade II Pada Masyarakat (Studi
Darah Penderita Hipertensi Berdasarkan Pola Kasus di Kabupaten Karang Anyar).
Diet Dan Kebiasaan Olah Raga di Padang Available at: http://www.eprints.undip.ac.id.
tahun 2011‟, 8(1), pp. 8–14. (Accessed: 20 January 2006).
Sayon-orea, C., Bes-rastrollo, M., Gea, A., Zazpe, I., Thürmer, K., Williams, E. and Reutt-Robey, J. (2002)
Martinez-gonzalez, M. A. and Sofia, H. R. „Autocatalytic oxidation of lead crystallite
(2014) „Paper No . BJN-2014-020983 Title : surfaces‟, Science, 297(5589), pp. 2033–
Reported Fried Food Cosumption and The 2035.
Incidence of Hypertention in a Spanish Titi (2014) Hubungan antara kegemukan dengan
Cohort. Setiawan & dkk (2008) Care Your hipertensi pada wanita post menopause di
Self, Hipertensi. Cetakan I. Jakarta: Penerbit kelurahan Kebon Kalapa Bogor. Baseline
Penebar Plus. data studi kohor faktor risiko penyakit tidak
Sirait, A. M. and Riyadina, W. (2013) „DI menular. Universitas Indonesia.
KELURAHAN KEBON KALAPA BOGOR Ventura, D. D. A., Fonseca, V. D. M., Ramos, E. G.,
( Hipertension Incidence in Prospective Marinheiro, L. P. F., Souza, R. A. G. De,
Cohort Study in Kebon Kalapa Village Bogor Chaves, C. R. M. D. M. and Peixoto, M. V.
City )‟, pp. 99–107. M. (2014) „Association between quality of
Siringoringo, M., Hiswani and Jemadi (2013) „Faktor- the diet and cardiometabolic risk factors in
faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi postmenopausal women.‟, Nutrition journal,
pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon 13(1), p. 121. doi: 10.1186/1475-2891-13-
Kabupaten Samosir tahun 2013‟, Jurnal USU, 121.
2(6). Yang L, X, X., J, Y., W, Y., X, T. and Wu H, et al
Sneed, R. S. and Cohen, S. (2014) „Negative social (2014) „Analysis on associated factors of
interactions and incident hypertension among uncontrolled hypertension among elderly
older adults.‟, Health psychology : official hypertensive patients in Southern China: a
journal of the Division of Health Psychology, community-based, cross-sectional survey‟,
American Psychological Association, 33(6), BMC Public Health [Internet], 14(903).
pp. 554–65. doi: 10.1037/hea0000057.
Soroush, A., Ananian, C. Der, Ainsworth, B., Belyea,
M., Poortvliet, E. and Swan PD, et al (2013)

196

You might also like