Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pada ruas jalan Lintas Pantai Timur Sumatera (Sukadana-Menggala) Provinsi Lampung,
kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut terkadang tidak sesuai dengan beban angkut
maksimum yang diizinkan. Meskipun dengan adanya Pos Pemeriksaan Terpadu (PPT) di
daerah tersebut pelanggaran berupa beban berlebih masing sering terjadi. Hal ini dapat
secara langsung mempengaruhi umur rencana suatu ruas jalan yang telah direncanakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak beban berlebih kendaraan dan derajat
kerusakan pada struktur perkerasan jalan. Pada perhitungan ini digunakan data kendaraan
yang didapatkan oleh PU Bina Marga dan data beban kendaraan overloading yang terdapat
pada pos pemeriksaan terpadu (PPT). Adapun metode yang digunakan yaitu menggunakan
rumus umur sisa perkerasan yang direncanakan dan seberapa pengaruhnya terhadap
derajat kerusakan jalan menggunakan rumus empiris tergantung dari kelas jalan yang
digunakan. Menganalisis umur rencana perkerasan berdasarkan hasil kumulatif ESAL
pada masing-masing perubahan berat beban kendaraan. Berdasarkan hasil perhitungan
evaluasi yang diperoleh, perhitungan diawali dengan mengasumsikan kendaraan tersebut
tidak mengalami kelebihan atau dengan kata lain beban dalam keadaan normal, dan
kemudian dibandingkan dengan perhitungan beban kendaraan sebenarnya berdasarkan data
dari PPT. Dari analisa pengaruh beban kendaraan terhadap penurunan umur sisa jalan
pada PPT Simpang Pematang diketahui bahwa pada beban keadaan normal sisa umur
perkerasan yang didapat yakni sebesar 4 4 , 9 2 %, kemudian setelah dilakukan perhitungan
1
2 Nency Dwi Kusanti, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 01, Nomor 1, Oktober 2018
menggunakan data lapangan yang sebenarnya didapatkan hasil sisa umur perkerasan yakni
44,75%.
Kesimpulan yang didapat adalah terjadinya pengurangan persentase umur sisa jalan yang
disebabkan oleh kelebihan muatan kendaraan (overloading) di lapangan sehingga dapat
mempercepat kerusakan jalan raya dan tentunya mengurangi umur sisa dari perencanaan
Kata kunci: beban berlebih, umur sisa
jalan, derajat kerusakan jalan. jalan itu sendiri.
damage factor sebesar 1001,92%. Salah satu penyebab lalu lintas ke tanah dasar yang dipadatkan melalui
muatan berlebih masih terjadi adalah karena lemahnya beberapa lapisan sebagai berikut :
penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran muatan a) Lapisan permukaan
berlebih, sedangkan peningkatan kerusakan jalan yang b) Lapisan pondasi atas
terjadi lebih besar dari kemampuan pendanaan yang c) Lapisan pondasi bawah
tersedia untuk penanganan jalan (Firdaus, 1999).
d) Lapisan tanah dasar
Muatan berlebih (overloading) merupakan
penyebab kerusakan perkerasan struktur jalan, yang
Perencanaan perkerasan kaku metode AASHTO
dibuktikan dengan adanya daerah lebar alur lebih besar
(1993)
dari 60% dari total kerusakan struktural per km, akibat
adanya kendaraan dengan beban gandar maksimum Persamaan untuk menentukan tebal pelat (ASTO,
(Max Axle Load) lebih besar dari standar beban gandar 1993), sebagai berikut :
yang diijinkan untuk masing-masing kelas jalan
(Mulyono, 2011). −
4,5 − 1,5
Muatan berlebih akan meningkatkan kerusakan = + 7,35 ( + 1) − 0,06 +
1,624 × 10
jalan dan memperpendek umur layanan jalan sehingga 1+
( + 1) ,
perlu pengendalian terhadap muatan berlebih berupa
+ 4,22 − 0,32
pengendalian terhadap muatan sumbu terberat (MST).
× × [ , − 1,132]
×
, 18,42
Penurunan Umur Rencana 215,63 × × −
( : ) ,
Volume lalu lintas dan kapasitas muatan sangat
berpengaruh langsung terhadap penurunan umur Dengan :
rencana jalan, terutama pada kendaraan yang : Traffic design, Equivalent Single Axcle Load
mempunyai muatan melebihi kapasitas muatan izin (ESAL)
sebesar 8,16 ton.
Penurunan umur rencana jalan berpengaruh pada
kinerja jalan yang lebih dominan disebabkan pengaruh
faktor eksternal seperti repetisi beban gandar kendaraan = × × × × 36
dan disfungsi sistem drainase spasial terhadap drainase
jalan (Mulyono, 2011).
ZR : Standar normal deviasi
Perkerasan Jalan So : Standar deviasi
Jalan merupakan suatu infrastruktur yang D : Tebal pelat (inchi)
digunakan sebagai penghubung asal tujan dari satu ΔPSI : Serviceability loss (po – pt)
tempat ke tempat yang lain. Sedangkan perkerasan itu po : Initial serviceability
sendiri dapat didefinisikan sebagai lapisan yang pt : Terminal serviceability index
mempunyai struktur keras yang berada di antar lapisan Sc’ : Modulus of rupture (psi)
tanah dan roda kendaraan (Sukirman, 1999). Cd : Drainage coefficient
Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri : J : Load transfer corfficient
a) Perkerasan lentur Ec : Modulus elastisitas tanah (psi)
b) Perkerasan kaku K : Modulus reaksi tanah (pci)
c) Perkerasan Komposit
3
4 Nency Dwi Kusanti, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 01, Nomor 1, Oktober 2018
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan Tabel 1. Kelas Jalan Berdasarkan MST
pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan Terberat
transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan I > 10
mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing- Arteri II 10
masing moda, perkembangan teknologi kendaraan IIIA 8
bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor IIIA
Kolektor 8
serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut IIIB
muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
(Sumber: Klasifikasi menurut kelas jalan dan
(Bina Marga, 1997)
ketentuannya dalam Pasal 11, PP. No.43/1993)
1) Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Volume dan Pertumbuhan Lalu Lintas
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
Volume lalu lintas dapat didefinisikan sebagai
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang pada
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu suatu ruas jalan tertentu yang dihitung dalam satuan
terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang waktu. Sedangkan volume lalu lintas rata-rata adalah
saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun dimana jumlah kendaraan rata- rata dihitung menurut satu
sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju satuan waktu.
seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu Pertumbuhan lalu lintas adalah pertambahan atau
perkembangan lalu lintas dari tahun ke tahun selama umur
terberat sebesar 13 ton;
rencana. Berikut rumus yang dapat digunakan untuk
2) menghitung pertumbuhan lalu lintas jalan raya :
3) Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran LHRn = LHR1 x ( 1 + i )n
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
i =
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini Keterangan
i : Faktor Pertumbuhan
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti
n : Tahun ke-n
kemas; LHR0 : LHR tahun awal
4) Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor LHRn : LHR tahun ke-n
yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (Hendarsin Shirley L, 2000)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan Angka Ekivalen Sumbu
8 ton; Konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu
5) Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat lintas yang dilimpahkan dari roda-roda kendaraan.
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan Besarannya beban yang dilimpahkan beban tersebut
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran tergantung dari berat total berat kendaraan, konfigurasi
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu, bidang kontak antara roda dan perkerasan,
kecepatan kendaraan, dan lain-lain. Sehingga efek tiap
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;
kendaraan terhadap kerusakan berbeda-beda oleh karna
6) Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan itu perlu adanya beban standar sehingga semua beban
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor lainnya dapat disertakan dengan beban standar tersebut
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi yang merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda
2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 seberat 18.000 lbs atau setara dnegan 8,16 ton.
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan Bina Marga memberikan rumus ekivalen beban sumbu
sebagai berikut :
8 ton.
( )
E sumbu tunggal =
( )
E sumbu ganda = 0,086
=
8,16
Keterangan :
VDF : Vehicle Damaging Factor (faktor kerusakan
akibat beban sumbu)
k : faktor sumbu.
k : 1 untuk sumbu tunggal.
k : 0,86 untuk sumbu ganda.
RL = 100 −
,
Keterangan :
RL : Remaining Life (%)
Np : Total traffic yang telah melewati perkerasan
(ESAL)
N1,5 : Total traffic pada kondisi perkerasan berakhir
(failure) (ESAL)
5
6 Nency Dwi Kusanti, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 01, Nomor 1, Oktober 2018
Pengumpulan Data
Data Primer
Prosedur Menghitung Nilai Derajad Kerusakan
Data primer terdiri atas data volume lalu lintas Jalan dari beban Overloading pada Jalan
harian rata-rata (LHR), data kemiringan melintang
permukaan jalan dan data tipe dan jumlah kerusakan Berikut ini adalah prosedur perhitungan nilai derajat
jalan. Data LHR didapatkan dengan melakukan survei kerusakan jalan dari beban overloading pada jalan :
pencacahan lalu lintas secara manual pada ruas jalan 1) Mencari beban truk yang akan dihitung
Lintas Timur Pantai Sumatera. Data LHR tersebut 2) Menghitung pembagian beban pada masing-
merupakan data Tahun ke-5 dari masa layan masing sumbu kendaraan
perkerasan. 3) Menghitung nilai derajat kerusakan jalan
Data primer juga dapat diperoleh dari hasil menggunakan rumus, yaitu :
pengamatan atau responden secara langsung dengan
petugas di area Pos Pemeriksaan Terpadu. =
Pengumpulan data primer dapat menggunakan 8,16
metode wawancara dan pengumpulan foto-foto. 4) Dari hasil perhitungan kemudian ditarik
kesimpulan.
Data Sekunder
Data sekunder yang dilakukan dalam penelitian
ini dengan cara mencari data-data yang telah tersedia 4. Hasil dan Pembahasan
di lembaga atau instansi yang terkait, dalam
penelitian ini didapat data berat kendaraan masing- Data Perhitungan dan Asumsi Perencanaan
masing dari Pos Pemeriksaan Terpadu (PPT) oleh
Dinas Perhubungan Provinsi Lampung dan Lalu- Analisa evaluasi dilakukan dengan waktu desain
lintas Harian Rata-rata (LHR) dari Dinas Pekerjaan lalu lintas 10 tahun untuk perhitungan Equivalent Single
Umum Bina Marga, serta kajian pustaka sebagai Axle Load (ESAL) pada ruas jalan PPT. Simpang
referensi dalam penulisan tugas akhir. Penawar serta volume lalu lintas merupakan hasil data
dari PU Bina Marga. Pada perhitungan ini diasumsikan
semua kendaraan dianggap mempunyai beban sumbu
Prosedur Perhitungan Sisa UmurPerkerasan yang sama dengan standar ditambah dengan kelebihan
muatan yang terdapat pada PPT Simpang Penawar.
Adapun langkah perhitungannya yaitu :
Kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan beban
1) Mencari angka ekivalen masing-masing jenis kendaraan pada keadaan normal, keadaan normal yaitu
kendaraan.
dimana beban kendaraan yang lewat tidak mengalami
2) Menghitung nilai ESAL dengan menggunakan overloading.
angka ekivalen masing-masing jenis kendaraan Asumsi pertama, semua beban kendaraan diangga
dengan menggunakan rumus : tidak memiliki kelebihan muatan atau dengan kata lain
Traffic design, Equivalent Single Axcle Load kendaraan dalam keadaan standart. Kondisi ini
(ESAL) yang nantinya sebagai pembanding anatar asumsi
pertama dan asumsi kedua. Untuk asumsi kedua,
= × × × × 36 kelebihan muatan yang terdapat pada PPT mempunyai
beberapa golongan kendaraan yang berbeda, kemudian
3) Mencari nilai sisa umur jalan dengan dihitung nilai ESAL untuk masing-masing daerah pada
menggunakan rumus : tahun ke-0 (awal umur rencana), sampai ke-10 (akhir
umur rencana) selanjutnya didapatkan sisa umur
RL = 100 1 − rencana.
,
7
8 Nency Dwi Kusanti, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 01, Nomor 1, Oktober 2018
Volume Lalu Lintas Harian Rata- Rata Angka Ekivalen Beban Sumbu Kendaraan
Volume lalu lintas didapat dengan meminta data Nilai ekivalen kendaraan pada analisis perhitungan
LHR langsung dari PU Bina Marga dan meminta data ini akan dibagai menjadi dua bagian yaitu, nilai angka
jumlah kendaraan yang melewati jembatan timbang ekivalen dari data PU Bina Marga dan ditambahkan
di PPT Simpang Penawar. Untuk data rincian lalu dengan data beban kendaraan yang melewati PPT, serta
lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) didapat dari nilai angka ekivalen seluruh kendaraan dari PU Bina
seluruh total kendaraan yang memasuki PPT pada ruas Marga yang diasumsikan memiliki beban normal. Untuk
jalan beserta dengan berat beban nya. nilai pada jalan Soekarno-Hatta, Mataram Marga,
Sukadana, Lampung Timur sampai dengan Jl. Lintas
Tabel 2. Data LHR kendaraan tahun 2017 dan 2018 Pantai Timur Sumatera, Ujung Gunung, Menggala,
DATA LHR Kabupaten Tulang Bawang, pada jalan tersebut
Golongan 2017 1018 didapatkan beberapa golongan kendaraan.
Golongan 2 755 863
Golongan 3 1146 1311
Golongan 4 894 1020 Tabel 5. Angka Ekivalen Standart dengan Penambahan
Beban Overload Dari PPT Simpang Pematang
Golongan 5 244 455
Golongan 6 956 957
Golongan 7 150 490
LHR 4145 5090
(Sumber : Data LHR Bina Marga)
Angka Pertumbuhan Volume Lalu Lintas Tabel 6. Nilai ESAL Komulatif PPT. Simpang
Pematang
Besarnya angka pertumbuhan volume lalu lintas
pada ruas jalan eksisting dari tahun 2017 – 2018.
Tabel 4. Angka Pertumbuhan LHR
LHR Angka
Ruas Jalan
2017 2018 Pertumbuhan
Jalan Lintas Pantai Timur
Sumatera 4145 5090 0,19
(Sukadana-Menggala)
,
, VDF Roda Depan = = 0,2258
,
RL = 100 x 1 − = 44,92%
,
,
Pada kasus PPT. Simpang Pematang, sisa umur VDF Roda Belakang = = 18,29
,
erkerasan selama 10 tahun kedepan yaitu 44,92%.
Jumlah = 0,2258 + 18,29 = 18,5158
Tabel 7. Nilai ESAL Komulatif PPT. Simpang Dari perhitungan didapat niali VDF pada roda depan
Pematang kurang dari 1, maka dapat disimpulkan bahawa pada
roda depan dikategorikan aman, sedangkan roda bagian
belakang kelebihan 17,5158 sehingga keadaan tersbut
menjadi tidak aman. Jadi truk tersebut mempunyai 2 as
namun hampir sama 3 – 4 as tunggal yang lewat, berarti
truk 2 as yang memiliki beban > 20 ton tersebut
overloading.
,
RL = 100 x 1 − = 44,75% 37,5 ton
,
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengamatan dan penelitian pada ruas
jalan Lintas Timur Pantai Sumatera (Sukadana-
Menggala) Provinsi Lampung maka diperoleh :
1. Kerusakan jalan yang terjadi di ruas jalan Lintas 4. Perlunya tindakan tegas terhadap produsen
Pantai Timur Sumatera salah satunya disebabkan kendaraan agar membuat truk dengan MST sesuai
oleh faktor adanya kendaraan yang memiliki berat dengan kapasitas jalan.
beban berlebih (Overload) yang melintas di ruas
jalan tersebut. Daftar Pustaka
2. Dari analisa perhitungan untuk pengaruh besarnya
beban kendaraan terhadap penurunan umur [1] AASHTO.1993.Guide For Design Of Pavement
diketahui bahwa pada beban keadaan normal sisa Structures.Washington DC.
umur perkerasan yakni sebesar 4 4 , 9 2 % pada [2] Anas Ali, M., 2000, Modul Kursus Singkat
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
PPT. Simpang Penawar, kemudian setelah
Bina Marga. 2007. Jakarta.
dilakukan perhitungan menggunakan data lapangan [3] Departemen Pekerjaan Umum.1987.Petunjuk
yang sebenarnya didapatkan hasil sisa umur Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
perkerasan yakni 44,75%. Dengan Metode Analisa Komponen, (SKBI-
3. Dari hasil analisis perhitungan nilai derajat 2.3.26).Jakarta.
kerusakan jalan akibat sumbu (VDF) pada [4] Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara
kendaraan overloading didapatkan bahwa truk 2 Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No.038/T/BM/1997.Badan Penerbit Pekerjaan
sumbu yang memliki beban > 20 ton hampir
Umum.Jakarta.
sama 3 – 4 as tunggal yang lewat, sedangkan [5] FHWA., 2006. Long-Term Pavement Performence
utuk truk 3 sumbu yang memliki beban > 30 ton Program Manual for Falling Weight Deflectometer
hampir sama dengan 21 - 22 as tunggal yang lewat. Measurements. Georgetoen Pike: FHWA
4. Dari semua hasil evaluasi maka didapat bahwa [6] Hendarsin, Shirley L.2000.Perencanaan Teknik Jalan
jalan yang dilewati kendaraan dengan muatan Raya Jurusan TeknikSipil–Politeknik Negeri
berlebih (Overloading) akan mempercepat Bandung.Bandung.
[7] Idris, M.2009.Kriteria Lajur Sepeda Motor untuk Ruas
kerusakan jalan dan tentunya mengurangi umur
Jalan Arteri Sekunder,Puslitbang Jalan dan
sisa dari jalan itu sendiri. Jembatan.Bandung.
[8] Manual Pemeliharaan Jalan. 2009. Lalu Lintas
Saran dan Angkutan Jalan Nomor 12. Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Saran yang dapat saya sampaikan dari hasil pembahasan [9] Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk
Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Jakarta.
adalah sebagai berikut :
[10] Mulyono, A.T., dan Riyanto, B.2005.Telaah Teknis
terhadap Kinerja MutuPerkerasan Jalan Nasional dan
1. Perlunya kerjasama yang baik antara Propinsi, Forum Teknik ISSN:0216-7565,Volume: 29
pendistribusian, perhubungan dan perdagangan Nomor:2, Hal: 79-90, FTUGM.Yogyakarta.
untuk mematuhi MST pada jalan agar tidak [11] Novitasari, Dian. 2014. Analisa Beban Kendaraan
menimbulkan kerusakan pada jalan lebih cepat Terhadap Derajat Kerusakan Jalan Dan Umur Sisa.
dibandingkan umur rencananya. Sumatera Selatan.
2. Diperlukan kesadaran dari pemakai jalan
[12] Pardosi, R. 2010. Studi Pengaruh Beban Berlebih
untuk memenuhi peraturan berat muatan maksimum (Overload) terhadap pengurangan umur rencana
kendaraan yang dapat melintas pada suatu jalan raya perkerasan jalan, Tugas Akhir, Universitas Sumatra
dan diupayankan dapat dilakukan pengawasan yang Utara.
optimal terhadap pemeliharaan jalan dan berat [13] Prasetyo, Agung. 2012. Analisa Pengaruh Beban
muatan kendaraan yang melintas agar jalan tersebut Berlebih (Overload) Terhadap Umur Rencana
dapat mencapai umur rencan jalan yang diharapkan. Perkerasan Jalan Menggunakan Nottingham Design
3. Lebih telitinya pengawasan pada kendaraan yang Method. Surakarta.
[14] Sentosa, Leo. Meutia, Wita. 2013. Evaluasi Struktur
bermuatan agar tidak teradi pelanggaran muatan
Perkerasan Jalan Menggunakan Data Berat Beban
beban kendaraan yang lebih besar yang tentunya Kendaraan dari Jembatan Timbang. Pekanbaru.
akan merugikan kita semua sebagai pengguna
jalan.
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume 01, Nomor 1, Oktober 2018