Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) Dari Hasil Proses Delignifikasi

You might also like

You are on page 1of 9

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950

Desember 2013

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi

Fitriani1, Syaiful Bahri2, dan Nurhaeni2

1
Lab. Penelitian Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako

ABSTRACT
The research about “The Production of Bioetanol in Corn cob waste (Zea Mays) of Resulting
The Delignation Process”. The aim of this research is to find out the highest weight of
cellulose which contained in the corn cob waste. Then Cellulose which has been obtained, it
was done on delignification process by using NaOH in variety of soaking time. To achieve
the goal, then the application of the treatment effect of soaking time on corn cob waste
powder on weight of cellulose was done. On the effect of soaking time on the powder of corn
cob waste was applied the six levels each 12 hours, 16 hours, 20 hours, 2 hours, 28 hours
and 32 hours. Based on the result, it showed that the weight of cellulose is 5,729 g at 28 hours
on soaking time. The use of soaking time which was applied for delignification process
NaOH on the yield of cellulose. Cellulose of hydrolysis corn cob waste powder with H2SO4
10% and the result of fermentation of hydrolysis yeast cells immobilized. The level of
glukosa is 43 % and 6 % for etanol. The result of sugar fermentation is done at the room
temperature for 48 hours.

Keywords : corn cobs, delignification, weight, bioethanol

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang “Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari
Hasil Proses Delignifikasi”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh berat selulosa
tertinggi yang terdapat pada tongkol jagung. Selulosa yang diperoleh dilakukan proses
delignifikasi dengan NaOH dalam berbagai waktu perendaman. Pencapaian tujuan dilakukan
melalui penerapan perlakuan pengaruh waktu perendaman terhadap tepung tongkol jagung
terhadap berat selulosa. Pada pengaruh waktu perendaman terhadap tepung tepung tongkol
jagung diterapkan enam tingkatan masing-masing 12 jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam, 28 jam,
dan 32 jam. Dari hasil penelitian diperoleh berat selulosa sebesar 5,729 g pada waktu
perendaman 28 jam. Penggunaan waktu perendaman yang baik diterapkan untuk proses
delignifikasi NaOH terhadap berat selulosa. Hidrolisis selulosa tepung tongkol jagung dengan
H2SO4 10% dan fermentasi hasil hidrolisis sel ragi amobil. Kadar glukosa sebesar 43% dan
kadar etanol 6%. Fermentasi gula hasil hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 48 jam.

Kata Kunci : Tongkol jagung, Delignifikasi, Berat, Bioetanol

66
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

I. PENDAHULUAN tersebut menjadikan tongkol jagung dapat


Kebutuhan akan bahan bakar digunakan sebagai sumber bahan baku
minyak (BBM) saat ini semakin meningkat penghasil bioetanol, bahan pakan ternak
karena BBM sudah merupakan kebutuhan dan sebagai sumber karbon bagi
vital bagi manusia. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mikroorganisme.
kuantitas minyak bumi pada lapisan bumi Salah satu proses konversi bahan
terus menipis akibat eksploitasi yang terus- lignoselulosa yang banyak diteliti adalah
menerus. Satu kelemahan dari minyak proses konversi lignoselulosa menjadi
bumi adalah sifatnya yang tidak mudah etanol yang dapat digunakan untuk
diperbaharui, sehingga mendorong mensubstitusi bahan bakar bensin untuk
masyarakat untuk mencari sumber energi keperluan transportasi (Hermiati,dkk,
baru alternatif, salah satunya adalah 2010).
bioetanol (Simamora, 2008).
Bioetanol memiliki kelebihan
dibanding dengan BBM, diantaranya
memiliki kandungan oksigen yang lebih
tinggi (35%) dan BBM (18,66%) sehingga
terbakar lebih sempurna, angka oktannya
tinggi (118) dan BBM (88), dan
mengandung emisi gas CO lebih rendah
0,89% dan BBM 2,5% sehingga lebih
ramah lingkungan (Bustaman, 2008).
Saat ini yang banyak digunakan
untuk bahan baku alternatif dari sektor
pangan mengandung selulosa yang
memiliki potensi untuk menghasilkan
bioetanol, salah satu contohnya adalah
jagung. Jumlah limbah dari hasil produksi Tabel 1. Kandungan selulosa, hemiselulosa, dan

dapat dikatakan sangat banyak dan akan lignin pada beberapalimbah pertanian
dan hasil hutan
menjadi sangat potensial jika dapat
Selulosa adalah polimer glukosa
dimanfaatkan secara tepat. Tongkol jagung
yang membentuk rantai linier dan
mengandung selulosa (45%), hemiselulosa
dihubungkan oleh ikatan 𝛽-1,4glikosidik.
(35%) dan lignin (15%). Komposisi kimia
Selulosa tidak mudah didegradasi secara

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
67
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

kimia maupun mekanis. Di alam, biasanya mengandung komponen pati, gula, atau
selulosa berikatan dengan polisakarida lain serat selulosa (Hambali dkk, 2007).
seperti hemiselulosa atau lignin Khamir yang sering digunakan pada
membentuk kerangka utama dinding sel proses fermentasi etanol secara industri
tumbuhan (Holtzapple, 1993). adalah Saccharomyces cerevisiae, S.
Lignin adalah salah satu komponen uvarium, Schizosaccharomyces sp., dan
dalam kayu dan biomassa yang jumlah Kluyveromyces sp. Khamir ini mampu
selulosanya pada kayu berkisar 25-30% mengubah berbagai substrat gula menjadi
dan pada bagas berkisar 20-30%. Lignin bioetanol, tergantung spesies yang
merupakan jaringan polimer fenolik yang digunakan. Secara umum, mikroorganisme
berfungsi merekatkan serat selulosa ini dapat tumbuh dan memfermentasi gula
sehingga menjadi sangat kuat. Kekuatan menjadi etanol secara efisien pada pH 3,5-
ikatan lignin merupakan salah satu 6,0 dan suhu 28-35 0C (Ratledge, 1991).
penghalang pada proses pulping kimia dan Fermentasi alkohol pada dasarnya
proses pemutihan pada pembuatan kertas adalah suatu cara produksi alkohol (etanol)
yang pada akhirnya diterapkan metode menggunakan bantuan mikroorganisme.
bleaching untuk menghilangkan lignin Alkohol yang dihasilkan sering disebut
tanpa mengurangi serat selusosa secara sebagai bioetanol. Dalam
signifikan. Pada proses konversi biomassa perkembangannya produksi alkohol yang
menjadi etanol dengan proses hidrolisis paling banyak digunakan adalah metode
dan fermentasi kekuatan ikatan lignin juga fermentasi dan destilasi (Tata Chemiawan,
menjadi penghalang dalam proses 2007).
hidrolisisnya (Brunow, 1995). Proses hidrolisis senyawa selulosa
Etanol atau etil-alkohol, C2H5OH, pada tongkol jagung memiliki beberapa
merupakan suatu senyawa organik yang cara yaitu secara kimia maupun enzimatis.
tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen Hambatan proses hidrolisis selulosa baik
dan oksigen (Martin, dkk, 1983). Etanol secara asam maupun enzimatis adalah
ini dapat diperoleh dari bahan baku nabati karena strukturnya berbentuk kristalin dan
dengan cara fermentasi sehingga lebih lignin yang berfungsi sebagai pelindung
dikenal dengan nama bioetanol. Bioetanol selulosa (Judoamidjojo et al., 1989).
adalah etanol yang diperoleh dari hasil Masalah tersebut dapat diatasi dengan
olahan fermentasi bahan-bahan yang pemberian perlakuan pendahuluan
terhadap bahan yang akan dihidrolisis.

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
68
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

Salah satu metodenya adalah perlakuan II. METODOLOGI PENELITIAN


delignifikasi menggunakan basa.
2.1 Waktu dan Tempat
Delignfikasi dilakukan dengan larutan
Penelitian ini berlangsung pada
NaOH,selain itu dapat juga digunakan
bulan Januari sampai bulan juli 2013.
larutan NaOCl, karena larutan ini dapat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
merusak struktur lignin sehingga
Penelitian Kimia Jurusan Kimia, Fakultas
membebaskan sellulosa yang terdapat pada
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
jaringan, serta bagian kristalin dan amorf,
Universitas Tadulako.
memisahkan sebagian lignin dan
hemiselulosa serta menyebabkan 2.2 Alat Dan Bahan
penggembungan struktur selulosa (Enari, Alat yang digunakan adalah talang,
1983; Marsden dan Grey, 1986; Gunam baskom plastik, neraca analitik (adventure
dan Antara 1999). Sellulosa hasil ohaus), blender (panasonic), ayakan 60
delignifikasi akan mudah dihidrolisis mesh, kertas saring, pH meter digital,
dengan asam dan menghasilkan glukosa injector, sakarometer, alkoholmeter,
dalam jumlah maksimal. autoclave (hiclave HTV 50), dan alat-alat
Widodo,dkk (2012), menyatakan gelas (pyrex) yang umum digunakan
bahwa proses delignifikasi yang dilakukan dalam laboratorium kimia. Bahan-bahan
pada ubi kayu, diperoleh pada konsentrasi yang digunakan adalah limbah tongkol
NaOH terbaik adalah 25% pada suhu jagung, asam sulfat, natrium hidroksida,
1280C dengan waktu delignifikasi selama ragi roti, aquadest, alginat, dan kalsium
60 menit. Hasil penelitian Ikbal (2010), klorida.
bahwa proses delignifikasi pada jerami
2.3 Rancangan Penelitian
padi, terjadi pada kondisi operasi terbaik
Penelitian ini dirancang
konsentrasi NaOH 10 % pada suhu 1000C
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
dengan waktu delignifikasi selama 24 jam.
(RAL) yang terdiri variabel bebas yaitu
Berdasarkan uraian diatas maka perlu
variasi waktu deliginfikasi terhadap
dikaji, pengaruh delignifikasi limbah
rendemen selulosa, masing–masing
tongkol jagung untuk produksi bioetanol.
variabel terdiri dari 6 taraf dan diulang
sebanyak 2 kali, sehingga terdapat 12 unit
percobaan dan parameter yang diamati
sebagai variabel terikat yaitu waktu
delignifikasi dari tongkol jagung.

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
69
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

2.4 Tahapan Cara Kerja Penelitian kemudian diaduk dengan rata sampai
Penelitian ini terdiri atas beberapa merendam serbuk tongkol jagung.
tahap kerja, yaitu tahap persiapan bahan Perendaman dilakukan selama 12, 16, 20,
baku, tahap perlakuan delignifikasi, tahap 24, 28, dan 32 jam. Setelah itu, disaring
produksi gula, imobilisasi sel mikroba, dan dengan menggunakan kain saring.
tahap produksi bioetanol. Endapan dicuci dengan air sampai pH 7
selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan
2.4.1 Persiapan Bahan Baku
petri, dikeringkan pada suhu ruang.
Perlakuan awal terhadap tongkol
jagung meliputi pencucian, pengeringan, 2.4.3 Produksi Gula (Ikbal, 2010)
dan pengayakan. Pencucian dilakukan Perlakuan hasil delignifikasi waktu
untuk menghilangkan bahan-bahan yang dan konsentrasi terbaik dilakukan pada
terikut dalam tongkol seperti tanah, proses hidrolisis. Menimbang serbuk
cangkang dan kotoran lain. Pengeringan tongkol jagung yang telah didelignifikasi
dilakukan dengan menggunakan sinar sebanyak 5 gram, dimasukkan ke dalam
matahari langsung. Pengeringan dilakukan erlenmeyer. Ditambahkan larutan asam
untuk memudahkan dalam proses sulfat 10% sebanyak 75 ml. Proses
penggilingan serat tongkol jagung, karena hidrolisis dilakukan pada suhu 1000C
pada keadaan lembab tongkol jagung sukar selama 210 menit. Produk hasil hidrolisis
untuk dihancurkan. Tahap penghancuran disaring dan ditambahkan dengan natrium
bertujuan untuk memperkecil ukuran hidroksida sampai pH 4,5. Selanjutnya
tongkol jagung. Alat yang digunakan ditambahkan larutan kalsium klorida jenuh
adalah blender. Tongkol yang sudah untuk menghilangkan sulfat pada
dihancurkan kemudian diayak hidrolisat. Parameter yang diamati adalah
menggunakan ayakan 60 mesh. kadar glukosa. Pengukuran kadar glukosa
dengan menggunakan sakarometer.
2.4.2 Proses Delignifikasi (Ikbal, 2010)
Setelah dilakukan proses hidrolisis
Menimbang serbuk tongkol jagung
selanjutnya akan dilakukan proses
sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan
netralisasi menggunakan natrium
ke dalam gelas kimia. Larutan natrium
hidroksida untuk mempertahankan pH
hidroksida dengan konsentrasi 10%.
optimum, yaitu pH 4,5-5. Selanjutnya,
Parameter yang diamati adalah rendemen
larutan hasil netralisasi ditambahkan
selulosa tongkol jagung. Sebanyak 100 ml
kalsium klorida untuk menghilangkan sisa
NaOH ditambahkan ke dalam gelas kimia
sulfat yang ada pada larutan.
yang berisi serbuk tongkol jagung,
Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
70
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

2.4.4 Produksi Bioetanol bioetanol, maka dalam penelitian ini


(Mappiratu,dkk, 1993)
proses delignifikasi dilakukan dengan
Tahapan kerja produksi bioetanol
metode perendaman menggunakan pelarut
dengan menggunakan sel amobil, diawali
NaOH dengan berbagai variasi waktu 12
dengan tahapan kerja imobilisasi sel. Sel
jam, 16 jam, 20 jam, 24 jam, 28 jam, dan
amobil yang dibuat selanjutnya digunakan
32 jam. Tujuan dilakukannya variasi waktu
untuk produksi bioetanol.
adalah untuk melihat kemampuan dari
2.4.4.1 Imobilisasi Sel NaOH dalam melarutkan senyawa lignin.
Sel yang digunakan dalam Seperti yang dilakukan peneliti
imobilisasi adalah sel khamir sebelumnya, semakin lama interaksi antara
Sacharomises cereviceae, sedangkan lignin dan NaOH tersebut akan semakin
bahan pengimobilsasi digunakan larutan banyak senyawa yang terlarut.
alginate 2%. Pembuatan natrium alginate 2 7
6
berat selulosa (g)
% adalah natrium alginat 2 gram
5
ditambahkan 100 ml akuades dan 4
3
dipanaskan hingga alginat larut. Campuran 2
ditutup dengan kapas dan disterilkan 1
0
selama 15 menit. Larutan alginat yang
0 10 20 30 40
telah dingin, dicampur dengan suspensi waktu perendaman (jam)
ragi roti (10 gram ragi ditambahkan
akuades 30 ml, diaduk hingga membentuk Gambar 1 Kurva hasil pengukuran berat
selulosa terhadap waktu perendaman
larutan suspensi). Campuran dimasukkan
ke dalam injektor, kemudian diteteskan ke Hasil yang diperoleh (Gambar 1)

dalam larutan kalsium klorida 1M sambil menunjukkan berat selulosa terendah

diaduk. Setelah itu amobil telah siap untuk diperoleh pada waktu perendaman 12 jam

digunakan pada proses fermentasi yaitu 2,452 g dan yang tertinggi pada

(Mappiratu,dkk. 1993). waktu 28 jam yaitu 5,729 g. Grafik antara


waktu perendaman dan rendemen selulosa
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan pola perubahan dengan

3.1 Pengaruh Rasio Waktu waktu perendaman bahwa semua


Perendaman Terhadap Tepung perlakuan pada waktu perendaman
Tongkol Jagung
optimum adalah 28 jam. Hal ini diduga
Untuk mengetahui pengaruh disebabkan terjadi interaksi antara
delignifikasi pada proses produksi senyawa lignin dan pelarut NaOH yang
Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
71
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

digunakan. Waktu perendaman yang Hidrolisat yang dihasilkan dari


semakin lama, maka interaksi antar proses hidrolisis selulosa tongkol jagung
senyawa dan pelarut juga akan yaitu glukosa sebesar 43%. Larutan
menghasilkan berat selulosa yang besar. glukosa hasil hidrolisis selanjutnya
Pada penelitian ini, terjadi penurunan berat dinetralkan dengan NaOH 50% hingga
selulosa pada waktu perendaman 32 jam pH-nya berkisar 4,5.
yaitu 3,170 g. Hal ini diduga disebabkan Proses fermentasi pada penelitian
pada waktu perendaman 32 jam selulosa ini menggunakan sel amobil (sel
tongkol jagung telah habis terdelignifikasi. immobilisasi). Khamir yang akan
digunakan ditumbuhkan pada media agar
3.2 Kadar Etanol Hidrolisis Pada
Proses Fermentasi Menggunakan menggunakan alginat, kemudian dicetak
S. cereviceae Amobil dengan menggunakan spoit yang
Proses hidrolisis selulosa dapat diteteskan pada larutan CaCl2. Larutan
dilakukan dengan beberapa metode, salah CaCl2 berfungsi untuk merekatkan bagian
satunya dengan hidrolisis asam. Penelitian luar manik-manik agar tidak mudah pecah.
ini, proses hidrolisis terhadap selulosa Hal ini sesuai dengan penelitian yang
tongkol jagung menggunakan larutan asam dilakukan oleh Ikbal dkk, (2010), bahwa
sulfat 10%. campuran media nutrisi (gel alginat)
Taherzadeh dan Kartini (2007), dicetak ke dalam larutan CaCl2 dalam
menyatakan bahwa glukosa dari bahan pembuatan sel amobil. Gel yang terbentuk
lignoselulosa dapat menggunakan asam berupa manik-manik disaring dan
sulfat. Penggunaa asam sulfat pekat dapat dimasukkan ke dalam larutan hidrolisat
menghasilkan gula yang cukup tinggi, tongkol jagung.
akan tetapi dapat memberikan efek negatif Proses fermentasi ini bersifat
pada peralatan yang digunakan. anaerob dengan pH substrat 4,5. Hal ini
Penggunaan asam kuat pada konsentrasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan
tinggi dan waktu lama pada proses oleh bebebrapa peneliti dalam proses
hidrolisis membutuhkan biaya tinggi dan fermentasi, pH substrat dipertahankan
berbahaya terhadap kerusakan alat pada pH 4,5 – 5,0 (Okunowo, 2007;
sehingga diusahakan pemakaian asam Prasetyaningsih, 2007).
encer dengan pemanasan pada suhu sekitar Usaha yang dilakukan dalam
100-120oC (Gultom,dkk, 2002). proses fermentasi adalah memperpanjang
waktu fermentasi, yakni fermentasinya

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
72
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

berlangsung selama 48 jam (relative sama NMR Spectroscopy. J. Chem.


dengan fermentasi sel ragi bebas). Hasil Crystallogr. 25. 110.
yang diperoleh menunjukkan terdapat Chemiawan, T. 2007. Membangun
alkohol dalam produk fermentasi sebesar Industri Bioetanol Berbasis
6,0 %. sagu di Maluku. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan
IV. PENUTUP
Teknologi Pertanian. Bogor.
4.1 Kesimpulan 7(2) : 65-79.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Elevri, P.A. dan Putra, S.R. 2006.
disimpulkan: “Produksi Etanol
1. Hasil proses delignifikasi terbaik dari Menggunakan Saccharomyces
proses selulosa tongkol jagung pada cerevisiae yang Diamobilisasi
waktu selama 28 jam dengan berat dengan Agar Batang”. Akta
selulosa 5,729 g. Kimia Indonesia Vol. 1 No. 2
2. Fermentasi hidrolisat glukosa hasil April 2006: 105-114. Jurusan
hidrolisis selulosa menghasilkan Kimia FMIPA ITS. Surabaya.
bioetanol 6% dengan waktu 48 jam. Hambali, E., S. Mujdalipah., A. H.
4.2 Saran Tambunan., A. W. Pratiwi., dan
Disarankan melakukan penelitian R. Hendrok. 2007. Teknologi
lanjut dengan menentukan kadar selulosa Bioenergi. PT. Agro Media
dalam produk delignifikasi. Pustaka. Jakarta.
Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti,
DAFTAR PUSTAKA
T.C., Suparno, O., dan Prasetya,
Bustaman, S. 2008. Strategi
B., 2010. “Pemanfaatan
Pengembangan Bioetanol
Biomassa Lignoselulosa Ampas
Berbasis Sagu di Maluku. Balai
Tebu untuk Produksi
Besar Pengkajian dan
Bioetanol”. UPT BPP
pengembangan Teknologi
Biomaterial – LIPI, Institut
Pertanian Bogor. 7 (2) : 65-79.
Pertanian Bogor, dan Pusat
Brunow, G., P. Karhunen., K. Lundquist.,
Penelitian Bioteknologi – LIPI.
S. Olson., dan R. Stomberg.,
Bandung.
1995. Investigation of Lignin
Models of the Biphenyl Type by
XRay Crystallography dan

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
73
Online Jurnal of Natural Science, Vol 2 (3) : 66-74 ISSN: 2338-0950
Desember 2013

Holtzapple M.T. 1993. Cellulose. In: Cereviceae”.Universitas


Encyclopedia of Food Science., Diponegoro. Semarang.
Food Taherzadeh, M.J. dan Karimi, K. 2007.
Technology and Nutrition, 2: “Acid-Based Hydrolysis
2731-2738. Academic Press. Processes For Ethanol From
London. Lignosellulosic Materials:A
Ikbal, Moh. 2010. Produksi Bioetanol Review”. BioResource. 2, 707-
Dari Jerami padi (Oryza sativa) 738.
Secara Fermentasi
Menggunakan Inokulum Ragi
Roti Amobil. Skripsi.
Universitas Tadulako. Palu.
Mappiratu, N. Alam., dan Muhardi. 1993.
“Alkohol dan Obat Nyamuk Koil
dari Limbah Serbuk Gergaji”.
Universitas Tadulako. Palu.
Ratledge, C. 1991. Yeast Physiology a
Microsynopsis.Bioprocess
Engineering 6:195-203.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. ITB.
Bandung.
Simamora. 2008. Investor dan Produksi
Bioetanol.
(http://www.energibio.blogspot.
com diakses 2 juli 2012).
Susilowati. 2011. “Laporan Tugas
Akhir:Pemanfaatan Tongkol
Jagung Sebagai Bahan Baku
Bioetanol dengan Proses
Hidrolisis H2SO4 Fermentasi
Saccharomyces

Produksi Bioetanol Tongkol Jagung (Zea Mays) dari Hasil Proses Delignifikasi
(Fitriani et al.)
74

You might also like