You are on page 1of 9

I Kt. Sardiana : Strategi Transisi dari PertanianKonvensional Ke Sistem Organik pada Pertanian.....

STRATEGI TRANSISI DARI PERTANIAN KONVENSIONAL


KE SISTEM ORGANIK PADA PERTANIAN SAYURAN
DI KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN, BALI.
I Ketut Sardiana
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Jl. PB Sudirman Denpasar. Surel : ksardiana@yahoo.co.id

Abstract

Increased consumer awareness of safe vegetable products free of chemical residues and
environmentally friendly has encouraged the development of organic farming. However,
significant reduction in crop yields in the early phase of the application of organic farming has
hindered the development of the system.This study aims to determine the combination of
manure and NPK fertilizer that provides vegetables yields no different from conventional
farming in order to determine the strategy of transition from conventional farming to organic
systems..The study was conducted in Bangli village, Baturiti district, Tabanan regency, Bali.
A randomized completely block design was used in this experiment with six treatments of
combination manurewith NPK fertilyzer and three replications. As an indicator plant is
caisim(Brassica Chinensis L). The results showed that the application of manure 20 tons ha-
1
(organic farming)resulted in the growth and yields of caisim are significantly lower than
conventional systems(100 % of NPK dosage). Meanwhile, theapplication of 10 tons ha-1
manure combined with a 50% of NPK fertilizer dosage to produce caisin are not significantly
differentwith conventional farming, and soil properties such as organic C, total-N, available P,
and exchangeable K no different with an organic farming system.Thus, this treatment can be
used as a transition strategy from conventional farming to organic systems

Key word: transitionstrategy, convensional and organic farming, manure and NPK fertilizers

Abstrak

Peningkatan kesadaran konsumen akan produk sayuran yang aman bebas residu kimia
dan ramah lingkungan telah mendorong berkembangnya pertanian organik. Namun demikian
penurunan hasil tanaman yang signifikan pada fase awal penerapan pertanian organik telah
menghambat perkembangan sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kombinasi pupuk kandang dan kimia (NPK) yang memberikan hasil sayuran yang tidak berbeda
dengan pertanian konvensional dalam rangka menentukan strategi transisi dari pertanian
konvensional menuju ke sistem organik. Penelitian dilakukan di Desa Bangli, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam
perlakuan dan empat ulangan. Sebagai tanaman indikator adalah caisin (Brassica Chinensis
L). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian 20 ton ha -1 pupuk kandang (pertanian
organik) menghasilkan caisin yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan sistem
konvensional (100% dosis pupuk NPK). Pemberian 10 ton ha-1 pupuk kandang dikombinasikan
dengan 50% dosis pupuk NPK menghasilkan caisin yang tidak berbeda nyata dengan pertanian
konvensional, dan sifat-sifat tanah seperti C-organik, N-total, P tersedia, dan Kdapat
dipertukarkan yang tidak berbeda dengan pertanian sistem organik. Dengan demikian,
perlakuan tersebut dapat dijadikan strategi transisi dari pertanian konvensional menuju ke
sistem organik.

Kata kunci : strategi transisi, pertanian konvensional dan organik, pupuk kandang dan, NPK.

49
Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 1, Pebruari 2017, hlm. 49-57

1. Pendahuluan Seufertet al., 2012). Penurunan tersebut disebabkan


Kecamatan Baturiti merupakan sentra penghasil oleh pengurangan secara drastis pupuk kimia dan
sayuran dataran tinggi utama di Bali. Wilayah ini pestisida sintetis yang memicu keterbatasan hara
menghasilkan sayuran mencapai 43.673 ton pada khususnya nitrogen, serangan hama, dan tekanan
tahun 2010 atau sekitar 35,80% dari total hasil sayuran gulma (Cong Tu et al., 2006; Reganol, 2004).
di Bali (BPS, 2010).Budidaya sayuran yang umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dijumpai di Kecamatan Baturiti adalah sistem kombinasi pupuk kandang dan kimia (NPK) yang
pertanian konvensional (Sardiana et al., 2014). Sistem memberikan hasil sayuran yang tidak berbeda
konvensional adalah sistem pertanian yang ditujukan dengan pertanian konvensional dalam rangka
untuk memperoleh produksi pertanian maksimal menentukan strategi transisi dari pertanian
dengan memanfaatkan tenologi moderen seperti konvensional menuju ke sistem organik.
pupuk dan pestisida kimia sintetis dosis tinggi
dengan tanpa atau sedikit input pupuk organik 2. Metode Penelitian
(Seufertet al., 2012; Reijntjeset al., 1999). Aplikasi Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian
sistem konvensional telah dilakukan di wilayah ini sayuran di Desa Bangli, Kecamatan Baturiti,
sejak tahun 1980-an.Pertanian sayuran konvensional Kabupaten Tabanan, Bali (Gambar 1), pada bulan
adalah salah satu aplikasisistem pertanian yang Maret hingga Juni 2013. Analisis tanah dilakukan di
berpotensi menurunkan kadar C-organik tanah Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman
(Reijntjeset al., 1999; Shukla et al., 2004), mendorong Sayuran, Lembang Bandung.
kehancuran struktur tanah, penurunan kesuburan Penelitian ini dilakukan dalam rancangan acak
tanah, dan hilangnya pupuk serta unsur kimia lainnya kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan kombinasi
akibat erosi dan leaching(Liuet al., 2006; Shukla et pupuk organik dengan pupuk NPK, yaitu:O0K0 :
al., 2004; Reijntjeset al., 1999). Dalamjangka panjang kontrol (tanpa pemupukan); O4K0 : 100% dosis pupuk
dampak tersebut dapat menurunkan kualitas dan kandang (sistem organik); O3K1 : 75% dosis pupuk
produktivitas tanah karena degradasi tanah. kandang+ 25% dosis pupuk NPK; O2K2 : 50% dosis
Peningkatan kesadaran konsumen akan produk pupuk kandang+ 50% dosis pupuk NPK; O1K3 : 25%
sayuran yang aman bebas residu kimia dan ramah dosis pupuk kandang+ 75% dosis pupuk NPK; O0K4
lingkungan telah mendorong permintaan produk : 100% dosis pupuk NPK (sistem konvensional).
sayuran organik meningkat dengan harga yang lebih Setiap perakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh 24
mahal. Beberapa petani sayuran telah beralih kepada unit percobaan.
sistem pertanian organik. Pertanian organik adalah Lahan percobaan dibuat petak-petak berukuran
sistem pertanian yang menggunakan input alami 1 m x 2 m, antara perlakuan berjarak 0,3 m dan antar
untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tidak kelompok 0,5 m. Pengolahan tanah dilakukan dengan
memanfaatkan pupuk dan pestisida kimia (Seufertet cangkul pada kedalaman 20 cm. Pupuk kandang
al., 2012). Sistem pertanian ini menyediakan berbagai diberikan sehari sebelum tanam sesuai dosis
kemungkinan bagi mitigasi dampak negatif dari perlakuan. Pemberian pupuk kandang dicampur
pertanian konvensional sehingga berperansecara merata pada kedalaman 20 cm. Pupuk SP-36 dan KCl
luas bagi sistem pertanian berkelanjutan(Reijntjes et diberikan sekaligus pada saat tanam, sedangkan
al.,1999). Menurut Hsieh (2005; Komatsuzaki dan pupuk urea diberikan dua tahap, yaitu setengah dosis
Syuaib, 2010) sistem pertanian organik membawa diberikan saat tanam dan sisanya diberikan dua
banyak keuntungan bagi sistem pertanian sebab minggu setelah tanam. Dosis pupuk kandang pada
dapat meningkatkan kualitas tanah dan keamanan perlakuan organik penuh adalah 20 ton ha -1,
pangan, serta meningkatkan kandungan C-organik sedangkan dosis pupuk kimia penuh adalah Urea
di dalam tanah.Namun demikian, sistem ini belum (400 kg ha-1), SP-36 (200 kg ha-1), dan KCl (100 kg ha-
1
diadopsi secara luas oleh petani karena penurunan ).Komposisi hara pupuk kandang terdiri dari :C
hasil yang sangat signifikan yaitu mencapai 50 persen (17,36%), N(1,16%), P (0,53%), dan K (0,14%). Hasil
pada fase awal transisi dari pertanian konvensional analisis tanah percobaan sebelum percobaan
menjadi sistem organik (Sardiana et al., 2014; disajikan pada tabel 1.

50
I Kt. Sardiana : Strategi Transisi dari PertanianKonvensional Ke Sistem Organik pada Pertanian.....

Gambar 1. Peta lokasi percobaan lapangan

Tabel 1. Hasil analisis sifat-sifat tanah sebelum Tanaman sayuran sebagai indikator dalam
percobaan penelitian ini adalah caisin(Brassica ChinensisL.).
Bibit caisin ditanam setelah berumur tiga minggu di
No Sifat Tanah Satuan Nilai pesemaian, dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm
sebanyak satu tanaman per lubang. Selesai
1. pH 6,99 penanaman, areal tanam segera disiram hingga cukup
2. C organik % 2,22 lebab.Penyulaman dilakukan pada tujuh hari setelah
3. N % 0,28 tanam.Penyiangan dilakukan satu kali bersamaan
4. C/N 7,25 dengan pemberian pupuk susulan, yaitu dua minggu
5. P- tersedia ppm 124,3 setelah tanam.Panen dilakukan setelah tanaman
6. K-dapat dipertukarkan ppm 257,5 berumur 28 hari, dengan memotong bagian tajuk
7. KTK me/g 10,20 tanaman.Hasil panen segera dicuci bersih, ditiriskan
8. KB % 103,21 di tempat yang teduh, lalu ditimbang untuk data hasil
9. Bobot isi (g/cm3) 0,95 per petak. Data berat basah tajuk per petak
10. Porositas (%) 31,3 selanjutnya dikonversi menjadi hasil per hektar.
11. Kadar Air (%) 22,3 Peubah yang diamati terhadap 10 tanaman
12. tekstur lempung berpasir contoh meliputi ; tinggi tanaman, jumlah daun, berat
Pasir (%) 57,16 basah dan berat kering oven tajuk tanaman,
Debu (%) 28,79 sertahasil. Data hasilcaisin diperoleh dari ubinan
Liat (%) 14,06 berukuran 1 m x 2 m, selanjutnya dikonversi menjadi
hasil tanaman per hektar. Serapan hara tanaman
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium ditentukan dengan menganalisis kadarN, P, dan K

51
Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 1, Pebruari 2017, hlm. 49-57

tajuk tanaman. Tajuk tanaman yang telah dioven dengan uji jarak berganda Duncan(Duncan Multiple
selanjutnya diekstrak dan ditetapkan kadar N, P, dan Range Test = DMRT) pada taraf signifikansi 5%.
K sesuai prosedur analisis di laboratorium. Serapan
hara tanaman dihitung dengan mengalikan kadar hara 3. Hasil Dan Pembahasan
tajuk dengan berat kering tajuk tanaman.Setelah
panen diambil sampel tanah pada masing-masing 3.1. Hasil Penelitian
petak untuk menentukan beberapa sifat tanah.yaitu
C-organik, N total, P-tersedia, dan K-dapat 3.1.1. Komponen pertumbuhan dan hasil caisin
dipertukarkan. Komponen pertumbuhan tanaman yang diukur
Data pertumbuhan dan hasil sayuran, serapan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman dan jumlah
hara (N,P, dan K) tanaman, serta kadar C-organik daun, sedangkan hasil tanaman adalah berat basah
dan hara (N, P, dan K) tanah setelah panen tajuk dan berat kering oven tajuk (ton ha-1) yang
selanjutnya dianalisis dengan analisis sidik dikonversi dari hasil panen ubinan berukuran 1 m x 2
ragam(ANOVA) untuk mengetahui pengaruh m. Hasil penelitian kombinasi pupuk kandang
perlakuan. Apabila analisis varian menunjukkan danNPK terhadap komponen pertumbuhan dan hasil
pengaruh nyata, maka dilakukan analisis lanjutan caisin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh kombinasi pupuk kandang dan NPK terhadap parameter pertumbuhan dan hasil caisin

Parameter
No Perlakuan
Tinggi tanaman Jumlah daun Berat basah tajuk Berat kering tajuk
(cm) (helai) ……….. ton ha-1…………

1 O0K0 33,89d 6,98c 12,34c 0,55c


2 O4K0 38.82cd 7.43cb 15,69cb 0,76bc
3 O3K1 40.34cb 8,10b 22,97b 0,76bc
4 O2K2 44.26ba 8,68ba 27,47ba 0,86ba
5 O1K3 44.91ba 8,83ba 28,44ba 0,88a
6 O0K4 48.50a 9,20a 29,78a 0,87ba

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama adalah tidak berbeda
nyata pada taraf 5 % DMRT

Gambar 2. Tajuk tanaman caisin pada perlakuan kombinasi pupuk organik dan NPK.

52
I Kt. Sardiana : Strategi Transisi dari PertanianKonvensional Ke Sistem Organik pada Pertanian.....

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk diikuti oleh 25% dosis dan 50% dosis pupuk
organik 20 ton ha-1 memberikan tinggi tanaman yang kandang. Kombinasi 50% dosis dan 75% dosis
tidak berbeda (p>0,05) dengan tanpa pemupukan. pupuk NPK dengan 50% dosis dan 25% dosis pupuk
Sebaliknya pemupukan 100% dosis pupuk NPK organik memberikan jumlah daun yang tidak berbeda
memberikan nilai yang berbeda (p<0,05), atau dengan 100% dosis pupuk NPK.
meningkat sebesar 43,11% dari pada tanpa Pemupukan 20 ton ha -1 pupuk kandang
pemupukan. Selanjutnya menurun dengan menghasilkan berat basah tajuk yang tidak berbeda
berkurangnya jumlah pupuk NPK menjadi 75% dosis (p>0,05) dengan tanpa pemupukan. Sebaliknya
dan 50% dosis diikuti 50% dosis dan 25% dosis pemupukan pupuk NPK memberikan berat basah
pupuk kandang, yaitu nyata lebih tinggi sebesar tajuk yang berbeda (p<0,05) dari pada tanpa
30,60% dan 32,52% dari pada tanpa pemupukan. pemupukan. Nilai tertinggi dicapai pada pemupukan
Kombinasi 50% dan 75% dosis pupuk NPK dengan 100% dosis pupuk NPK yaitu meningkat nyata
50% dan 25% pupuk kandangmemberikan nilai yang sebesar 141,33% dari pada tanpa pemupukan.
tidak berbeda (p>0,05) dengan pemupukan 100% Selanjutnya diikuti oleh pemupukan 75% dosis dan
dosis pupuk NPK (konvensional). 50% dosis pupuk NPK disertai 25% dosis dan 50%
Jumlah daun tanaman,pada pemupukan 20 ton dosis pupuk kandang, yaitu meningkat nyata
ha-1 pupuk organik menunjukkan nilai yang tidak berturut-turut sebesar 130,47% dan 122,61% dari pada
berbeda (p>0,05) dengan tanpa pemupukan. tanpa pemupukan. Kombinasi 50% dan 75% dosis
Pemupukan 100% dosis pupuk NPK nyata pupuk NPK dengan 50% dan 25% dosis pupuk
meningkatkan jumlah daun tanaman sebesar 31,81% kandangmemberikan berat masah tajuk yang tidak
dari padatanpa pemupukan. Selanjutnya menurun berbeda dengan 100% dosis pupuk NPK
dengan semakin berkurangnya dosis pupuk NPK, (konvensional).
yaitu nyata lebih tinggi berturut-turut sebesar 24,36% Berat kering tajuk menunjukkan nilai tertinggi
dan 26,50% dari pada tanpa pemupukan pada pada kombinasi 75% pupuk NPK dengan 25% pupuk
pemupukan 75% dosis dan 75% dosis pupuk NPK kandang, meningkat nyata sebesar 60,00%

Keterangan : Histogram dengan huruf yang berbedaadalah berbeda nyata pada taraf 5 % DMRT
Gambar 3. Pengaruh perlakuan kombinasi pupuk kandang dan NPK terhadap berat basah (a) dan berat
kering tajuk (b)

53
Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 1, Pebruari 2017, hlm. 49-57

dibandingkan tanpa pemupukan. Selanjutnya diikuti 3.1.2. Serapan hara (N, P, dan K) tanaman
oleh 100% dosis pupuk NPK dan kombinasi 50% Analisis terhadap jaringan tanaman
dosis pupuk NPK dengan 50% dosis pupuk menunjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan
kandang(10ton ha-1), yaitu meningkat nyata berturut- NPK tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap
turut sebesar 58,18% dan 56,36% dari pada tanpa serapan N, P, dan K tanaman (Tabel 3).
pemupukan. Pemupukan 20tonha-1 pupuk organik Pemupukan 20 ton ha-1 pupuk organik dan 100%
menghasilkan berat kering tajuk yang tidak berbeda dosis pupuk NPK memberikan serapan hara (N,P,K)
(p>0,05) dengan tanpa pemupukan. yang tidak berbeda dengan tanpa pemupukan.
Pemupukan NPK yang semakin bertambah
memberikan serapan hara N, P, dan K tanaman yang
Tabel 3. Pengaruh kombinasi pupuk kandang dan cenderung semakin meningkat. Serapan hara N, P,
NPK terhadap serapan hara (N,P, dan K) dan K tertinggi dicapai pada pemberian 75% dosis
tanaman pupuk NPK diikuti 25% dosis pupuk organik (20 ton
ha-1), yaitu meningkat berturut-turut sebesar 21,06%
Parameter (N), 13,36% (P), dan 18,50% (K) dibandingkan dengan
No Perlakuan tanpa pemupukan.
N total P-tersedia K-tersedia
……………… mg kg-1………… 3.1.3. Kadar C-organik, dan hara (N, P, K) tanah
setelah panen.
1 O0K0 10,87a 2,92 a 28,15 a Pemupukan pupuk organik dan NPK
2 O4K0 11,15a 3,12 a 29,21 a memberikan variabel sifat kimia tanah seperti kadar
3 O3K1 11,38a 3,19 a 31,39 a C-organik, dan hara (N, P dan K) tanahsetelah panen
4 O2K2 11,86a 3,19 a 31,28 a yang tidak berbeda (p>0,05) dengan tanpa
5 O1K3 13,16a 3,31 a 33,36 a pemupukan, kecuali kadar N total tanah yang
6 O0K4 12,55a 3,27 a 31,26 a menunjukkan nilai berbeda nyata (Tabel 4).
Karbon organik tanah tertinggi dicapai pada
Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang pemberian pupuk organik 100% (dosis 20ton ha-
sama pada kolom yang sama 1
),yaitumeningkatkan besar 11,95% dari tanpa
menunjukkan tidak berbeda nyata pemupukan. Karbon labiltanah mencapai nilai
pada taraf 5 % DMRT. tertinggi pada kombinasi 75% dosis pupuk NPK

Table 4. Pengaruh kombinasi pupuk NPK dan organik terhadap C-organikdan hara (N,P,K) tanah setelah
panen

Parameter
No Perlakuan
C-organik N total P-tersedia K-tersedia
( %) (% ) ……. ppm …...

1 O0K0 2,51a 0,33b 178,15a 257,0a


2 O4K0 2,81a 0,35b 197,39a 221,7a
3 O3K1 2,60a 0,38ab 219,36a 278,1a
4 O2K2 2,63a 0,41a 215,46a 292,8a
5 O1K3 2,63a 0,41a 196,24a 312,2a
6 O0K4 2,49a 0,42a 217,89a 319,3 a

Keterangan : huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT

54
I Kt. Sardiana : Strategi Transisi dari PertanianKonvensional Ke Sistem Organik pada Pertanian.....

dengan 25% dosis pupuk organik, ataucenderung yang tidak berbeda dengan tanpa pemupukan.
meningkat sebesar 28,12% daritanpa pemupukan. Sebaliknya, pemupukan 100% dosis pupuk NPK
Selanjutnya untuk variabel P-tersedia dan K-tersedia memberikan pertumbuhan dan hasil caisin serta N
tanah, nilai tertinggi dicapai pada pemberian 100% tanah setelah panen yang berbeda dengan tanpa
dosis pupuk NPK, atau cenderung meningkat pemupukan. Kombinasi 50% dosis dan 75% dosis
berturut-turut sebesar 10,79% dan 21,48% pupuk NPK dengan 50% dosis dan 25% dosis pupuk
dibandingkan dengan tanpa pemupukan. kandang memberikan pertumbuhan dan hasil caisin,
Pemupukan 20 ton ha -1 pupuk organik serapan hara (N,P,K) dan sifat tanah (C-organik,
memberikan kadar N tanah yang tidak berbeda N,P,dan K) setelah panen yang tidak berbeda dengan
(p>0,05) dengan tanpa pemupukan. Sebaliknya, 100% dosis pupuk NPK (sistem konvensional).
pemupukan NPK memberikan N tanah yang berbeda Hasil penelitian tahap kedua tersebut
nyata dengan tanpa pemupukan dan semakin mendukung hasil penelitian pada tahap pertama
meningkat dengan bertambahnya dosis.Kadar N bahwa pertanian organik (pemberian pupuk organik
tertinggi diperoleh pada pada pemupukan 100% dosis penuh) memberikan C-organik dan kualitas tanah
pupuk NPK, yaitu meningkat nyata sebesar 27,27% yang tidak berbeda dengan pertanian konvensional
dibandingkan dengan tanpa pemupukan. Kombinasi dibawah lima tahun aplikasi. Hal tersebut
75% dan 50% dosis pupuk NPK diikuti pemberian berhubungan dengan dekomposisi bahan organik
25% dan 50% dosis pupuk organik (dosis 20ton ha- belum berjalan intensif sehingga tidak berpengaruh
1
), yaitu meningkat berturut-turut sebesar 24,24% dan terhadap kadar C-organik tanah dan sifat-sifat tanah
23,93% dari tanpa pemupukan, tetapi tidak berbeda parameter kualitas tanah lainnya. Menurut Cresser
dengan 100% dosis pupuk NPK. et al. (1993), sisa-sisa tanaman yang mudah
terdekomposisi telah hancur apabila telah
3.2. Pembahasan berlangsung dalam satu tahun. Selain itu, nilai yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak berbeda pada sebagai besar variabel tersebut
pemupukan 20 ton ha-1 pupuk organik (sistem diduga terkait dengan residu hara yang masih tersisa
organik) memberikan pertumbuhan dan hasil caisin, di dalam tanah dan belum seluruhnya diserap oleh
serapan hara (NPK) serta sifat tanah setelah panen tanaman pada pertanaman sebelumnya sehingga

Keterangan :notasi sama pada grafik yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji t taraf 5% (p<0,05)
Gambar 5. Berat basah tajuk caisin dan kadar C-organik pada perlakuan kombinasi pupuk NPK dan
organik

55
Jurnal Bumi Lestari, Volume 17 No. 1, Pebruari 2017, hlm. 49-57

kadar hara tersebut masih tinggi di dalam tanah. pupuk organik (10 ton ha -1 ) dapat dijadikan
Begitu pula dengan kadar N tanah yang nyata lebih rekomendasi strategi transisi dari pertanian
tinggi pada pemupukan 100% dosis pupuk NPK konvensional ke sistem organik.
karena N mudah tersedia dan belum sepenuhnya
diserap oleh tanaman. Penelitian tahap kedua tersebut 4.2. Saran
juga membuktikan bahwa terjadi penurunan hasil Peralihan dari pertanian konvensional menjadi
caisin yang signifikan pada fase awal aplikasi sistem organik penting bagi peningkatan kadar C
pertanian organik. Penurunan hasil tersebut dapat tanah tanah, agar tidak terjadi penurunan produksi
dikurangi dan C-organik di dalam tanah dapat yang drastis pada peralihan sistem pertanian tersebut
ditingkatkan melalui pengurangan pupuk NPK diikuti maka dapat disarankan bahwa dalam pengembangan
penambahan organik secara bertahap. pertanian organik perlu dilakukan secara bertahap
Memperhatikan data pada Tabel 3 dan 5, melalui kombinasi pupuk anorganik dengan organik
pengurangan 50% dosis NPK diikuti dengan agar tetap mampu memberikan keuntungan bagi
penambahan 50% dari dosis pupuk organik (10 ton petani..
ha-1) memberikan pertumbuhan dan hasil caisin serta
beberapa parameter tanah seperti: C-organik, N, P Daftar Pustaka
dan K yang tidak berbeda dengan 100% NPK, tetapi
meningkat nyata dari tanpa pemupukan. Sebaliknya BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Bali dalam Angka.
kadar C-organik tanah cendrung meningkat pada Badan Pusat Statistik Propinsi Bali.
penambahan 50% dosis pupuk kandang (10 ton ha-
1
Cresser, M. Killham, K. and Edwards, T. 1993. Soil
) diikuti pengurangan menjadi 50% dosis pupuk
Chemistry and Its Applications. Cambridge,
NPK tetapi tidak berbeda dengan 100% dosis pupuk
Cambridge University Press.
kandang (20 ton ha -1 ). Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa kombinasi 50% dosis pupuk Cong Tu, C. Louws, F.J. Nancy, G. Creamer, J. Mueller,
NPK dengan 50% dosis pupuk organik (10 ton ha-1) P. Brownie, C. Fager, K. Bell, M. and Shuijin, H.
memberikan pertumbuhan dan hasil caisin yang tidak 2006. Responses of soil microbial biomass and
berbeda dengan sistem konvensional, serta kadar C- N availability to transition strategies from
organik tanah yang tidak berbeda dengan sistem conventional to organic farming systems.
organik (Gambar 5). Dengan demikian, kombinasi 50% Agriculture, Ecosystems and Environment 113
dosis pupuk NPK dengan 50% pupuk kandang (10 : 206–215.
ton ha-1) dapat dijadikan rekomendasi strategi transisi Hsieh, S.C. 2005. Organic Farming for Sustainable
dari pertanian konvensional ke sistem organik. Agriculture in Asia with Special Reference to
Taiwan experience. Available online: http://
4. Simpulan dan Saran www.agnet.org/library/eb/ 558/ (accessed on 31
January 2010).
4.1. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Komatsuzaki, M. and Syuaib, M.F. 2010. Comparison
bahwa pertanian organik (pupuk kandang 20 tonha- of the Farming System and Carbon
1
) memberikan hasil caisin yang nyata lebih rendah Sequestration between Conventional and
dibandingkan dengan pertanian konvensional (100% Organic Rice Production in West Java,
dosis pupuk NPK). Hasil tertinggi dihasilkan oleh Indonesia. Sustainability 2 (8): 33-43
pertanian konvensional, tetapi memberikan kadar C- Komatsuzaki, M. dan Ohta, H. 2007. Soil management
organik tanah yang paling rendah. Kombinasi 50% practice for sustainable agroecosystem.
dosis pupuk NPK dengan 50% dosis pupuk kandang Sustainable Science. 2: 103–120.
(10 ton ha-1) memberikan pertumbuhan dan hasil
caisin yang tidak berbedadengan sistem Liu, X.S. Herbert, A.M. Hashemi, X. and Zhang, G.
konvensional, serta kadar C-organik tanah yang tidak 2006. Effects of Agricultural Management on
berbeda dengan sistem organik. Dengan demikian, Soil Organic Matter and Carbon Transformation
kombinasi 50% dosis pupuk NPK dengan 50% – a review. Plant Soil Environ 52 (12): 531–543

56
I Kt. Sardiana : Strategi Transisi dari PertanianKonvensional Ke Sistem Organik pada Pertanian.....

Putra-Manuaba, IB. 2008. Cemaran Pestisida Fosfat Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk
Organik di Air Danau Buyan Buleleng Bali. Kandang terhadap SifatTanah dan Pertum-
Jurnal Kimia 2 (1) : 7-14. buhan serta Produksi Tanaman Caisin (Brassica
Chinensis). Jurnal Tanah Tropika 14 ( 3): 211-
Reganold, J.P. 2004. Soil carbon sequestration
219.
impacts on global climate change and food
security. Soil Science 30 (4 ): 1623–1627. Seufert, V. Ramankutty, V. and Foley, J.A. 2012.
Comparing the yields of organic and
Reijntjes, B. Haverkort and Waters-Bayer. 1999.
conventional agriculture. Nature 48 (5): 229–
Pertanian Masa Depan Pengantar untuk
232.
Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar
Rendah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Shukla, M.K.Lal, R. and Ebinger, M. 2004. Soil quality
indicators for the Northern Appalachian
Sardiana, IK. Adnyana, IM. Putra Manuaba, IB. and
experimental watersheds in Coshocton Ohio.
Mas Sri Agung, IGA. 2014. Soil Organic Carbon,
Soil Science 169 (3) :195-205.
Labile Carbon and Organic Carbon Storage
under Organic and Conventional Systems of Syukur, A. 2005. Pengaruh pemberian bahan organik
Chinese Cabbage in Baturiti, Bali Indonesia. terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan
Journal of Biology, Agriculture and caisin di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah
Healthcare 4 (12): 63-67. dan Lingkungan 5 (1): 30-38.

57

You might also like