You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328334081

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENENTUKAN


HARGA JUAL (STUDI KASUS PADA PT DELIMAJAYA KAROSERI)

Conference Paper · November 2015

CITATIONS READS

0 3,246

2 authors, including:

Muanas Muanas
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
24 PUBLICATIONS   87 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Accounting Research View project

All content following this page was uploaded by Muanas Muanas on 17 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM
MENENTUKAN HARGA JUAL
(STUDI KASUS PADA PT DELIMAJAYA KAROSERI)

PATRICK
MUANAS
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

ABSTRACT

Determining the selling price of improper often fatal in the company's financial problems.
Consumer tastes, the number of competitors who entered the market, and the price is determined
competitor, are examples of factors that influence the formation of the selling price. The only factor that
affects the formation of the selling price with relatively high certainty is cost. In the manufacturing
company, the production process involves the flow of costs, including the cost of direct materials, direct
labor costs, and factory overhead costs.
The purpose of this study was to determine how the calculation of cost of production in
determining the price at a company. The author conducted research at PT Delimajaya Karoseri, which is a
company engaged in the field in making the Karoseri of the car.
The research method used by writer is descriptive quantitative analysis. The method to
determine and analyze the relationship and influence between the variables under study authors.
Results of research at PT Delimajaya Karoseri concluded that the cost of production and selling
prices have a strong relationship. The selling price in the PT Delimajaya affected than the cost of
production, the pricing of the secretary of the board of directors or to negotiations between sales
marketing to the customer. Cost of production in the PT Delimajaya not have the value of inventories of
goods in process, because PT Delimajaya only accept orders in the form of a car frame. The cost of
production consists of raw material costs (raw material plate, paint raw materials, and trimming raw
materials), the cost of direct labor and factory overhead costs. The production process is done in PT
Delimajaya is good enough, but the PT Delimajaya ladi should be more effective in determining the policy
on manufacturing overhead obtained by 10% of the selling price.

Keywords: Cost of Production and Pricing

PENDAHULUAN
Semakin ketatnya persaingan, membuat perusahaan manufaktur harus mengembangkan
berbagai keunggulan kompetitif guna menciptakan daya saing dengan produk-produk sejenis lainnya. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh strategi-strategi dan kebijakan–kebijakan yang diambil oleh suatu
perusahaan, salah satunya dalam hal penentuan harga jual.
Penentuan harga jual yang tidak tepat sering berakibat fatal pada masalah keuangan
perusahaan. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan resiko pada perusahaan, misalnya kerugian
yang terus menerus dari operasi atau penimbunan persediaan di gudang karena kesulitan untuk menjual
produk tersebut. Setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat. Pada hakekatnya,
dalam menjual produknya perusahaan harus mencapai laba/keuntungan yang diharapkan. Unsur laba
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penentuan harga jual.
Umumnya harga jual produk dan jasa ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran
di pasar. Selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan
pesaing, merupakan contoh faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga jual. Namun, hal-hal
ini adalah hal yang sulit untuk diramalkan. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi pembentukan harga
jual dengan kepastian relatif tinggi adalah biaya. Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga
jual yang harus ditentukan. Harga jual di bawah batas bawah ini akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan. Kerugianterus-menerus akibat harga jual di bawah harga pokok produksi dalam suatu
periode waktu dapat mengakibatkan perusahaan akan berhenti sebagai going concern atau dampak
lainnya akan mengganggu pertumbuhan perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur, proses produksi mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.
Proses ini melibatkan aliran biaya-biaya, diantaranya biaya bahan baku langsung (direct material), biaya
tenaga kerja langsung (direct labor), dan overhead pabrik (factory overhead). Biaya produksi/manufaktur
didefinisikan oleh tiga elemen biaya ini.

1
Manajemen perusahaan harus mempunyai perencanaan yang yang tepat mengenai
pengalokasian biaya produksi. Klasifikasi biaya secara tepat juga meningkatkan keakuratan perhitungan
harga pokok produksi dari suatu produk yang dijual. Bila pengalokasian biaya terlalu besar, maka yang
terjadi adalah harga pada pokok penjualannya akan semakin tinggi untuk dipasarkan, dan
mengakibatkan harga yang dijual akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga pesaing. Namun apabila
pengalokasian biaya terlalu rendah, maka harga pokok produksi yang dihasilkan menjadi lebih kecil,
akibatnya harga jual produk yang dipasarkan menjadi relatif lebih murah, sehingga perusahaan tidak
dapat mencapai laba yang optimal.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka penulis ingin
mengidentifikasikan masalah untuk dianalisis dalam bab pembahasan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana PT Delimajaya dalam memperhitungkan harga pokok produksi?
2. Bagaimana PT Delimajaya menentukan harga jual berdasarkan harga pokok produksi?

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap agar dapat
dijadikan kajian dalam penulisan skripsi ini dan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi di Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor.
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi di PT Delimajaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana PT Delimajaya menentukan harga jual berdasarkan harga pokok
produksi.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang
dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dari nilai keluarnya, sehingga tidak
memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau sisa hasil usaha yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan atau mempertahankan eksistensi perusahaannya.
Begitu juga tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan
berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber.
Menurut Dunia dan Abdullah (2009 : 22) mengatakan bahwa biaya (cost) adalah
pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang
berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode
akuntansi tahunan.
Menurut Warren, Carl dan Fees (2005 : 740) mendefinisikan “a cost is a payment of
cash or its equivalent or the commitment to pay cash in the future for the purpose of
generating revenues”.
Menurut Hansen dan Mowen (2006 : 40) mengemukakan bahwa : “Biaya adalah kas
atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa
keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi.”
Pengertian biaya secara khusus merupakan pengertian yang operasional, terutama
karena memberi petunjuk tentang jenis pemakaian barang-barang, banyaknya pemakaian,
kaitan pemakaian dan hasil serta dasar-dasar penilaiannya, sesuai dengan kekhususan
masing-masing biaya yang bersangkutan.
Mulyadi (2005 : 8) mengemukakan bahwa dalam artian luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur daka satuan uang, yang telah terjadi untuk tujuan
tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Dalam dunia bisnis, semua aktivitas dapat diukur dengan satuan uang yang lazim
disebut biaya. Aktivitas itu merupakan pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran, material
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Oleh
karena itu setiap aktivitas harus diperhitungkan secara benefit cost ratio (perhitungan
keunutngan dan pengorbanan).
2
Mulyadi (2005 : 13) mengemukakan bahwa biaya dapat digolongkan menjadi :
1. Objek pengeluarkan .
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5. Jangka waktu manfaatnya.
Berdasarkan penggolongan biaya diatas makan dapat diuraikan satu-persatu sebagai
berikut :
1. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran,
dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya
dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok :
a. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya,secara garis
besar biaya produksi ini dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan pemasaran produk.
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu biayai dapat berupa produk atau apartemen. Dalam hubungan dengan sesuatu
yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi da golongan:
a. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yaitu penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka
biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung tersebut akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri
dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen
adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory
overhead costs)
4. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi :
a. Biaya variable
Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
b. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya semi variable mengandung unsure biaya tetap dan unsur biaya
variable.
c. Biaya semifixed

3
Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapet dibagi menjadi dua :
a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal
ini pada saat terjadinya dibebankan segai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam
tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau
dideplesi.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempuyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang
diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
Menurut Garrison, dkk (2006 : 51) “ Biaya produksi dibagi ke dalam tiga ketegori
besar, yaitu: bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya
overhead pabrik (manufacturing overhead)”.
Pengertian harga pokok produksi menurut Mulyadi (2007 : 10) antara lain, “harga
pokok produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh
penghasilan”.
Ada dua unsur biaya yang membentuk harga pokok produksi, antara lain Biaya Produksi dan
Biaya Non-produksi. Selanjutnya, akan kita bahas lebih rinci.
1. Biaya Produksi
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan atau
aktivitas produksinya. Menurut Miller dalam bukunya “Teori Mikroekonomi Intermediate” (2008
: 295) mengatakan bahwa “ Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan saat perusahaan
memproduksi suatu komodoti”.
Perusahaan manufaktur membagi biaya ini kedalam tiga kategori, yaitu:
a. Biaya Bahan Baku (Material Cost)
b. Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost)
c. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead).
2. Biaya non-produksi
Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar dari kegiatan operasi perusahaan.
Umumnya, biaya produksi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Biaya pemasaran atau penjualan
b. Biaya administrasi
Menurut Kotler dan Keller (2007 : 77), Harga merupakan salah satu dari unsur bauran
pemasaran (marketing mix) yang dapat menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur yang
lainnya menghasilkan pendapatan, maka harga mempengaruhi banyak aspek diantaranya
tingkat penjualan, tingkat keuntungan, serta market share yang dapat dicapai perusahaan
dalam penentuan harga jual.
Ray H. Garrison, (2006 : 532) menyatakan bahwa “Harga jual merupakan
penyeimbang yang sensitive dimana keuntungan dari pendapatan per unit yang lebih tinggi
dilakukan dengan mengorbankan volume yang lebih rendah karena membebankan harga yang
lebih tinggi”.
Menurut Charles T. Horngren (2005 : 494) mengatakan bahwa keputusan penentuan
harga jual adalah keputusan manajemen tentang apa yang harus dibebankan kepada produk
dan jasa. Ini merupakan keputusan strategis yang mempengaruhi kuantitas yang diproduksi
dan dijual dan, karenanya, pendapatan dan biaya. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi,
perusahaan harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari setiap unit
4
tambahan melebihi biaya produksinya. Namun, produk biaya dihitung dengan cara yang
berbeda untuk masa waktu yang berlaku dan konteks yang berbeda.
Dalam hubungannya dengan penetapan harga jual, tujuan dan sasaran dari penetapan
harga atau tarif adalah:
1. Untuk mencapai target dalam pengambilan keputusan.
2. Untuk mencegah persaingan.
3. Untuk mendapatkan laba maksimum.
4. Untuk menstabilkan harga
5. Untuk mempertahankan atau memperbaiki market share.
Pengaruh laba yang diinginkan terhadap harga jual adalah bahwa setiap kenaikan laba
yang diinginkan akan diikuti oleh kenaikan harga jual dan penurunan laba yang diinginkan
juga akan diikuti oleh penurunan harga jual. Jadi, dengan kata lain, jika perusahaan ingin
mencapai laba yang diinginkan dipengaruhi oleh harga jual yang diajukan perusahaan
terhadap konsumen, dan harga jual tersebut dipengaruhi juga oleh harga dan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan atau membuat suatu produk yang akan siap
diproduksi.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan teori
dan pemecahan masalah melalui analisa yang sistematis. Metode ini dipakai bertujuan untuk
menjawab pertanyaan mengenai Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam
Menentukan Harga Jual Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka metode penelitian yang
dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis didalam penulisan proposal skripsi
ini adalah :
1. Data Primer
Data ini diperoleh langsung dari objek penelitian berupa gambaran umum perusahaan,
sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, peraturan, dan kebijakan manajemen
yang dilakukan dengan wawancara dan observasi.
2. Data sekunder
Data ini diperoleh dengan cara penelusuran kepustakaan dan literature yang berkaitan
dengan topic penelitian yaitu perencanaaan perhitungan harga pokok produksi dan biaya
produksi dalam menentukan harga jual.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1. Studi kepustakaan
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen,
atau literature yang ada kaitannya dengan masalah objek penelitian.
2. Internet Browsing
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mencari data melalui internet untuk
melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis.
Metode analisis yang digunakanan oleh penulis untuk memperoleh dan menganalisis
adalah metode deskriptif (kuantitatif). Metode deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode dalam
meneliti suatu kasus status sekelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
atau suatu peristiwa pada masa sekarang serta mengolah dan menguraikannya untuk diambil
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Di PT Delimajaya, bahan baku yang digunakan dari berbagai macam dimulai dari alat
berat hingga menggunakan alat ringan dari berbagai gudang. PT Delimajaya memiliki 3
macam bahan baku untuk memproses produk tersebut yaitu Bahan baku plate, Bahan baku
cat, dan yang terakhir adalah Bahan baku trimming.
Penulis akan membahas mengenai bahan baku yang ada pada masing-masing mobil,
yaitu mobil Minibus Quatro Isuzu, Ambulance Cold L300, dan Minibus Quatro Hino untuk
digunakan untuk proses produksi, mulai dari bahan baku plate, bahan baku cat, dan bahan
baku trimming.
5
1. Bahan Baku K03A.002/I Minibus Quatro
Dari 3 tabel di atas, diketahui bahwa dalam pembuatan K03A.002/I Minibus Quatro
/ Minibus Quatro ISUZU dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 8.481.687,86 dari
bahan baku plate, sebesar Rp 6.445.304,96 dari Bahan baku cat, dan sebesar Rp
27.113.529,72 dari Bahan baku trimming. Jadi total biaya bahan yang dikeluarkan
untuk membuat K03A.002/I Minibus Quatro / Minibus Quatro ISUZU adalah sebesar Rp
42.040.522,54. Data 3 tabel tersebut terdapat juga rinciannya dalam data yang penulis
lampirkan dalam skripsi. Berikut rincian dalam tabel mengenai bahan baku yang
digunakan untuk membuat Minibus Quatro ISUZU.
TABEL 4.4
BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN K03A.002/I MINIBUS QUATRO ISUZU
NO JENIS TOTAL

1 PLATE 8,481,687.86
2 CAT 6,445,304.96
3 TRIMMING 27,113,529.72
TOTAL 42,040,522.54

2. Bahan Baku K11B.013/CL Ambulance


Dari 3 tabel di atas, diketahui bahwa dalam pembuatan K11B.013/C Ambulance /
Ambulance Cold L300 dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 5.524.103,24 dari
Bahan baku plate, sebesar Rp 3.109.373,91 dari Bahan baku cat, dan sebesar Rp
5.324.832,19 dari Bahan baku trimming. Jadi total biaya bahan yang dikeluarkan untuk
membuat K11B.013/C Ambulance / Ambulance Cold L300 adalah sebesar Rp
13.958.309,34. Data 3 tabel tersebut terdapat juga rinciannya dalam data yang penulis
lampirankan dalam skripsi ini. Berikut rincian dalam tabel mengenai bahan baku yang
digunakan untuk membuat Ambulance Cold L300.
TABEL 4.8
BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN K11B.013/CL Ambulance
NO JENIS TOTAL

1 PLATE 5,524,103.24
2 CAT 3,109,373.91
3 TRIMMING 5,324,832.19
TOTAL 13,958,309.34

3. Bahan Baku K02A.010/HN Minibus Quarto HINO


Dari 3 tabel di atas, diketahui bahwa dalam pembuatan K02A.010/HN Minibus
Quarto / Minibus Quarto HINO dibutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp 18.981.317,37
dari Bahan baku plate, sebesar Rp 6.248.843,08 dari Bahan baku cat, dan sebesar Rp
23.238.356,38 dari Bahan baku trimming. Jadi total biaya bahan yang dikeluarkan
untuk membuat K02A.010/HN Minibus Quarto / Minibus Quarto HINO adalah sebesar Rp
48.468.516,82. Data 3 tabel tersebut terdapat juga rinciannya dalam data yang penulis
lampirankan dalam skripsi. Berikut rincian dalam tabel mengenai bahan baku yang
digunakan untuk membuat Minibus Quatro HINO.

6
TABEL 4.12
BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN K02A.010/HN Minibus Quarto HINO

NO JENIS TOTAL

1 PLATE 18,981,317.37
2 CAT 6,248,843.08
3 TRIMMING 23,238,356.38
TOTAL 48,468,516.82

1. Tenaga Kerja Langsung untuk K02A.010/HN Minibus Quarto / Minibus Quarto HINO
Dari data bahan yang penulis dapat mengetahui jumlah tenaga kerja langsung yang
digunakan untuk membuat mobil Minibus Quarto. Jumlah tenaga kerja langsung yang
digunakan dalam membuat Minibus Quarto HINO senilai Rp 8.202.500,-.
PT Delimajaya mempunyai kebijakan mengenai biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan perusahaan, yaitu biaya overhead pabrik yang dikeluarkan berhubungan dengan
harga jual yang ditetapkan oleh PT Delimajaya kepada customer, biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan sebesar 10% dari harga jual yang ditetapkan PT Delimajaya kepada customer.
Berikut pengelompokkan Biaya Overhead Pabrik berdasarkan masing-masing mobil yaitu
Minibus Quatro ISUZU, Ambulance Cold L300, dan Minibus Quatro HINO :
1. Biaya Overhead Pabrik K03A.002/I Minibus Quatro / Minibus Quatro ISUZU
Biaya Overhead yang ditetapkan sebesar 10% dari harga jual Minibus Quatro ISUZU,
sedangkan harga jual Minibus Quatro ISUZU adalah senilai Rp 102.500.000,- sehingga
biaya overhead pabrik untuk Minibus Quatro ISUZU adalah sebesar Rp 10.250.000,-.
Berikut rincian biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk Minibus Quatro ISUZU:
- Biaya Upah tak langsung = 3.902.400
- Biaya Listrik Pabrik = 2.541.900
- Biaya Air = 380.400
- Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik = 1.389.000
- Biaya rupa-rupa overhead pabrik = 2.036.300
2. Biaya Overhead Pabrik K11B.013/C Ambulance / Ambulance Cold L300
Biaya Overhead yang ditetapkan sebesar 10% dari harga jual Ambulance Cold L300,
sedangkan harga jual Ambulance Cold L300 adalah senilai Rp 36.000.000,- sehingga biaya
overhead pabrik untuk Ambulance Cold L300 adalah sebesar Rp 3.600.000,-. Berikut rincian
biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk Ambulance Cold L300:
- Biaya Upah tak langsung = 1.371.100
- Biaya Listrik Pabrik = 893.800
- Biaya Air = 134.600
- Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik = 488.000
- Biaya rupa-rupa overhead pabrik = 712.500
3. Biaya Overhead Pabrik K02A.010/HN Minibus Quarto / Minibus Quarto HINO
Biaya Overhead yang ditetapkan sebesar 10% dari harga jual Minibus Quatro HINO,
sedangkan harga jual Minibus Quatro HINO adalah senilai Rp 90.000.000,- sehingga biaya
overhead pabrik untuk Minibus Quatro HINO adalah sebesar Rp 9.000.000,-. Berikut rincian
biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk Minibus Quatro HINO:
- Biaya Upah tak langsung = 3.427.700
- Biaya Listrik Pabrik = 2.231.900
- Biaya Air = 334.100
- Biaya pemeliharaan dan perbaikan pabrik = 1.220.000
- Biaya rupa-rupa overhead pabrik = 1.786.300

7
Karena ada kebijakan dari perusahaan PT Delimajaya mengenai biaya overhead pabrik
sebesar 10% dari harga jual yang ditentukan PT Delimajaya untuk customer, maka biaya
overhead pabrik dari setiap mobil akan memiliki nilai yang berbeda-beda. Jadi, dari harga jual
yang telah ditentukan dan dinegosiasikan antara PT Delimajaya dengan customer, PT
Delimajaya secara langsung menyisihkan 10% dari harga jual untuk dipakai sebagai biaya
overhead pabrik dalam memproduksi suatu produk dari chasis sampai menjadi sebuah mobil.
Dengan data-data biaya yang telah penulis dapatkan mengenai biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, penulis akan mengolah biaya-biaya
yang telah dikeluarkan tersebut menjadi suatu laporan harga pokok produksi. Berikut laporan
harga pokok produksi tersebut pada PT Delimajaya dari masing-masing mobil yaitu
K03A.002/I Minibus Quatro / Minibus Quatro ISUZU, K11B.013/C Ambulance / Ambulance Cold
L300, dan K02A.010/HN Minibus Quarto / Minibus Quarto HINO :
1. Laporan Harga Pokok Produksi Minibus Quatro Isuzu
bahwa harga pokok produksi dari mobil K03A-002/I atau yang lebih dikenal mobil Minibus
Quatro ISUZU adalah senilai Rp 60.276.022,54.
2. Laporan Harga Pokok Produksi Ambulance Cold L300
harga pokok produksi dari mobil K11B-013/CL atau yang lebih dikenal mobil Ambulance Cold
L300 adalah senilai Rp 22.094.809,34.
3. Laporan Harga Pokok Produksi Minibus Quatro Hino
harga pokok produksi dari mobil K02A-010/HN atau yang lebih dikenal mobil Minibus Quatro
HINO adalah senilai Rp 65.671.016,82.
Wewenang-wewenang mengenai penentuan itu sebagai berikut:
1. Adanya negosiasi antara sales marketing dengan customer
2. Jika negosiasi gagal atau kedua belah pihak berbeda pendapat dibagian penentuan
harga jual maka harga jual di tentukan oleh sekertaris direksi
3. Jika ada penambahan dibagian produksi maka bagian PT Delimajaya akan menghubungi
pihak customer untuk meminta waktu untuk bernegosiasi kembali
4. Dalam penentuan harga jual, harga tersebut harus disetujui sekertaris direktur
Dalam menentukan harga jual, PT Delimajaya menggunakan dua pendekatan yaitu
dengan menggunakan pendekatan penetapan harga berbasis biaya dan yang kedua adalah
menggunakan pendekatan dengan menentukan harga berdasarkan pelanggan. Pendekatan
penetapan harga berbasis biaya ini dengan mempertimbangkan harga produk ditambahkan
dengan keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan
atau oleh direktur utama PT Delimajaya. Kemudian, yang kedua adalah pendekatan dengan
menentukan harga berdasarkan pelanggan, pendekatan ini dimaksudkan adalah dengan cara
mempertimbangkan harga yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan dengan sedikit
penekanan pada biaya produk atau jasa. Hal ini didasarkan pada nilai yang diberikan oleh
konsumen pada produk.
Sedangkan dalam menetapkan harga jual di PT Delimajaya juga menggunakan
penetapan harga berdasarkan permintaan yaitu yang memiliki proses penetapan harga yang
didasari persepsi konsumen terhadap nilai yang diterima, sensitivitas harga dan
memperhatikan kualitas dari suatu produk yang akan diproduksi dan kemudian jual. PT
Delimajaya akan membuat suatu produk berupa mobil dari chasis yang diberikan konsumen
kepada PT Delimajaya, konsumen pun mengatakan menginginkan modifikasi mobil seperti apa
dari chasis yang diberikan tersebut. Jadi, dengan adanya hal tersebut PT Delimajaya
dinyatakan menggunakan penetapan harga berdasarkan permintaan konsumen.
Mekanisme penetapan harga jual PT Delimajaya ditentukan dari negosiasi yang
dilakukan antara sales marketing dengan customer. Namun, harga jual yang ditetapkan antara
kedua belah pihak belum bersifat final, karena pihak PT Delimajaya juga akan
memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan dalam membuat suatu produk. Sebagai bahan
referensi, PT Delimajaya melihat biaya standar untuk membuat produk yang diinginkan
customer, sehingga dapat memperhitungkan harga jual yang pantas untuk setiap unitnya. Jika
customer telah beberapa kali melakukan transaksi dengan PT Delimajaya, maka PT Delimajaya
akan memperhitungkan harga jual dengan persetujuan sekertaris direksi.

8
Laporan Harga Jual

Nama Harga Pokok Keuntungan KEUNTUNGAN


Harga Jual
Mobil Produksi Penjualan (dalam %)

K03A-002/I Rp 60,276,022.54 Rp 102,500,000.00 Rp 42,223,977.46 41%

K11B-013/CL Rp 22,094,809.34 Rp 36,000,000.00 Rp 13,905,190.66 39%

K02A-010/HN Rp 65,671,016.82 Rp 90,000,000.00 Rp 24,328,983.18 27%

Dari tabel laporan harga jual di atas, diketahui bahwa harga pokok produksi dari
setiap masing-masing berbeda-beda nilainya. Adanya perbedaan harga pokok produksi
dipengaruhi oleh permintaan konsumen ingin mobil seperti apa dari chasis yang diberikan
kepada PT Delimajaya. Adapula faktor tersebut membuat PT Delimajaya ingin mendapatkan
keuntungan yang berbeda-beda sesuai tingkat kualitas, faktor biaya yang dikeluarkan, dan
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi PT Delimajaya untuk mengambil keuntungan.

SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dalam
menentukan harga jual yang bergerak dalam bidang karoseri, yaitu pada PT Delimajaya dalam
tiga jenis mobil yang sudah pernah diproduksi. Dari hasil penelitian, dalam bab ini penulis akan
menarik beberapa kesimpulan berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya, yaitu
sebagai berikut:

1. Perhitungan Harga Pokok Produksi


Perhitungan harga pokok produksi PT Delimajaya tidak mempunyai nilai persediaan
barang dalam proses baik yang awal maupun yang akhir karena PT Delimajaya setiap
melakukan produksi menerima kerangka mobil (chasis) dari customer. Bahan baku yang ada
di PT Delimajaya juga mempunyai persediaan awal dan PT Delimajaya juga membeli bahan
baku sebagai stok persediaan untuk proses produksi mobil jenis yang lainnya.
Selain biaya bahan baku diketahui pula biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik dari masing-masing mobil. Data biaya tenaga kerja langsung yang diberikan
PT Delimajaya kepada penulis merupakan data biaya tenaga kerja langsung yang dibayar
sesuai tenaga kerja tersebut kerjakan, misalnya tenaga kerja tersebut mengerjakan
component plate, berarti tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja langsung untuk
mengerjakan bahan baku plate. Biaya overhead pabrik yang ada di PT Delimajaya memiliki
kebijakan sendiri, yaitu biaya overhead pabrik yang dikeluarkan adalah 10% dari harga jual.
Dengan adanya data-data yang diperoleh oleh penulis, maka penulis mengolah data-data
tersebut menjadi sebuah laporan harga pokok produksi.
Adapun perbedaan nilai harga pokok produksi tersebut dikarenakan permintaan
customer yang berbeda-beda pula, kemudian akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan
untuk setiap komponen, seperti biaya bahan baku untuk membuat suatu mobil akan berubah
jika permintaan dari customer berbeda.

2. Penentuan Harga Jual Berdasarkan Harga Pokok Produksi


Hubungan antara harga jual dengan harga pokok produksi sangat bervariasi dan
berpengaruh satu dengan yang lainnya. Jika biaya harga pokok produksi terlalu mahal maka
perusahaan akan mempertimbangkan harga jual yang akan ditawarkan.
Adanya perbedaan penentuan harga jual juga ditentukan dari faktor negosiasi antara
sales marketing dengan customer, atau harga jual bisa ditentukan oleh sekretaris direksi.

9
Penentuan harga jual menggunakan pendekatan berbasis biaya, atau berapa biaya yang
dikeluarkan perusahaan akan memperhitungkan harga jual yang tinggi atau standar. Dan
pendekatan dengan menentukan harga berdasarkan pelanggan, dalam hal ini customer
dengan PT Delimajaya sudah mempunyai hubungan kerjasama sehingga harga jual bisa
dinegosiasikan dengan baik antara kedua belah pihak.

SARAN
Pada data biaya tenaga kerja langsung PT Delimajaya seharusnya dapat
menggunakan gaji upah per jam pada buruh yang langsung bekerja, agar dapat menekan
biaya tenaga kerja langsung supaya lebih efisien. Pembebanan biaya overhead pabrik PT
Delimajaya didapat dari harga jual yang telah ditentukan dan dinegosiasikan antara PT
Delimajaya dengan customer, PT Delimajaya secara langsung menyisihkan 10% dari harga
jual untuk dipakai sebagai biaya overhead pabrik dalam memproduksi suatu produk dari chasis
sampai menjadi sebuah mobil. Untuk meningkatkan laba perusahaan perusahaan seharusnya
tidak membuat kebijakan tersebut dari harga jual tetapi perusahaan menghitung berapa bahan
baku tidak langsungnya, tenaga kerja tidak langsungnya, biaya-biaya lain yang termasuk pada
biaya overhead pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kamaruddin. 2007. Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengendalian
Keputusan. Edisi revisi ke 5, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2010. Manajemen Biaya. Penerjemah
Susty Ambrarriani. Salemba Empat, Jakarta.
Carter dan Matz. 2006. Akuntansi Biaya. Penerjemah: Krista, Buku 1. Edisi 14. Salemba 4 ,
Jakarta.
Carter, and Usry, Milton F. 2004. Akuntansi Biaya: buku 2. Edisi 13. Alih Bahasa: Krista,
Salemba Empat, Jakarta.
Daljono. 2004. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Edisi 2, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. salemba empat,
Jakarta.
Garrison, Noreen, Brewer. 2006. Managerial Accounting. Salemba Empat, Jakarta.
Garrison, Ray H. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hansen, Don R., dan Marryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi 7, Salemba 4,
Jakarta.
Hongren, Charles T. Srikant M. Datar. George Foster. 2005. Akuntansi Biaya.”Penekanan
Manajerial”. Alih bahasa: Desi Adhariani. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Horngren, Charles T, Srikant M. Datar dan George Foster. 2008. Akuntansi Biaya, Penekanan
Manajerial, Jidil 1. Edisi 11, PT Indeks, Jakarta
Kotler dan Keller. 2007. Marketing Mix. Prenhallindo, Jakarta.
Iriyadi and Gurd, B., 1998. Cultural effects of budgetary participation: Indonesian evidence.
Asian Review of Accounting, 6(2), pp.71-100.
Machfoedz, Mas’ud. 2005. Akuntansi Manajemen. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Miller, Roger LeRoy dan Roger E. Meiners. 2008. Teori Mikroekonomi Intermediate,
Penerjemah Haris Munandar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. BPFE-UGM, Yogyakarta.
10
Mulyadi.2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta.
Sugianto, Catur. 2005. Ekonomi Mikro: Ringkasan Teori, Soal, Trik dan Jawaban. Edisi 1. BPFE,
Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2005. Dasar Akuntansi: Pengertian Harga. Grasindo, Jakarta.
Warren. Carl’s, James M. Reeve, Philip E. Fees. 2005. Accounting. South Western, Thomson
Corporation.
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-produksi-luas-menurut-para.html
Pamungkas, B., 2004. Kajian Anggaran Kas Kaitannya Dengan Pengendalian Tahunan Studi
Kasus Pada PT. Enseval Putra Megatrading Tbk. Cabang Bogor. Jurnal Ilmiah
Ranggagading (JIR), 4(1), pp.1-6.
Effendy, M., Hidayat, L. and Sumardimansyah, A., 2014. PENGARUH HUTANG JANGKA
PANJANG TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DI SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN
MINUMAN. Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan, 2(3).
Pamungkas, B., and Yusuf, E. S., 2007. Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan dalam
Mendukung Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP): Penerapan pada Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor. Jurnal Ilmiah Ranggagading
(JIR), 7(1), pp.8-13.
Djanegara, H.M.S. and Kurniawan, K., 2006. Evaluasi atas Ketaatan Laporan Keuangan
Koperasi dalam Kaitannya dengan PSAK No. 27 pada Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor.
Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 6(2), pp.63-68.
Nuruzzaman, M. and Djanegara, M.S., 2008. PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DAN
IMPLEMENTASI K3. Jurnal Ilmiah Ranggagading, 8(2).
Iriyadi, I., 2004. Peranan Internal Auditor dalam Menunjang Efetifitas Sistem Pengendalian
Intern Penggajian Pada PT. Organ Jaya. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 4(2), pp.67-
72.
Purba, J.H.V., 2008. Dampak Liberalisasi Finansial terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi
Komparasi Indonesia dan Korea Selatan. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 8(2),
pp.144-154.
Purba, J.H.V., 2006. Analisis Kinerja Keuangan Emiten Sebelum dan Sesudah Masuk Bursa:
Studi Kasus Pada PT X. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 6(1), pp.31-35.
Muktiadji, N. and Hidayat, L., 2006. Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku dalam
Menunjang Efektivitas Proses Produksi: Studi Kasus pada PT X. Jurnal Ilmiah
Ranggagading (JIR), 6(2), pp.114-117.
Muktiadji, N. and Triandi, T., 2008. Kajian Peningkatan Kualitas Kerja Melalui Pelatihan Kerja
(Training). Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 8(2), pp.115-123.
Supriadi, Y., 2010. Pengaruh Wacc Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk dan PT Gudang Garam Tbk). Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR),
10(1), pp.38-44.
Tbk, S.K.P.K.F., 2009. Peranan Modal Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan. Jurnal
Ilmiah Ranggagading, 9(2).

11

View publication stats

You might also like