You are on page 1of 16

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.

2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Stabilisasi Tanah Ekspansif Dengan Campuran Abu Batu Bara Dan Abu
Terbang Batu Karang Dengan Aplikasi Timbunan Tipe Urugan Tanah
Fergy A.E Sompie 1, Fabian J Manoppo 2, Oktovian B.A Sompie 3

1)
Mahasiswa Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
2),3)
Staf Pengajar Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
e-mail :

ABSTRACT
The expansive soil is a soil which clay content has a potential for shrinkage due to changes in water content,
causing changes in the volume of soil. The expansive soil is a problematic type of soil in a construction project,
especially for the construction of a base ground of a building because it contains montmorillonite minerals with
the largest surface area and is very easy to absorb water. The ground with high shrinkage value, the water
becomes very influential to the behavior physical and mechanical soils. Therefore, in conducting the
construction planning, investigation or soil investigation must be conducted in order to know the physical and
mechanical properties of the soil if the soil contains clay mineral that is expansive so that we are able to stabilize
to increase the strength and carrying capacity of the soil. Stabilization is done by using fly ash (fly ash) coal and
rocks.
The objective of this research is to obtain the shear parameter value after mixing coal fly ash and coral as
well as to know the application on landfill type by using 2D plaxis program to know the value of decrease,
excess pore water pressure and safety factor. The composition of the mixture used for obtaining shear parameter
values is coal fly ash + ash, soil + rock fly ash and soil + coal fly ash and coral reefs of 2%, 4%, 6%, 8%
respectively. For applications on the design of embankment type of soil type taken mixture composition is soil +
coal fly ash, soil + fly ash rock and soil + fly ash coal and coral reef 2% and 8% respectively. The sample of the
soil is taken in Warembungan Village, Pineleng District. Investigation of physical and mechanical properties of
the soil is also carried out such as filter and hydrometer analysis, moisture content, specific gravity, atterberg
test, consolidation test to determine the development (swelling) and CBR Laboratory.
The results showed that the addition of fly ash coal, rock and coal + corals showed the variation of cohesion
values and shear angle in the increasing percentage of fly ash coal, coal and coral + coal. The original soil
cohesion value is 1.72 t / m2 and the inner shear angle is 11.8 °. In mixing between expansive soil + fly ash coal
maximum cohesion value was found at 8% addition which was 1.90 t / m2 while the shear angle value rose to
17,93 ° at 6% addition. In mixing of expansive soil + fly ash of rock the maximum cohesion value is in 2%
addition which is 1.48 t / m2 while the shear angle value rises to 30,10 °. In mixing of expansive soil + fly ash
coal + coral maximum cohesion value is in 2% addition which is 0,58 t / m2 whereas shear angle value rose to
38,80 °. For embankment applications with 0% or no mixture of decreasing values, excess pore water and safety
factors are 0.312 m, 2.34 kN / m2, and 1.18, respectively. In mixing between expansive soil + fly ash coal
decreased slightly on 8% variation where the value of decrease, excess pore water and safety factor were 0.35 m
respectively; 0.565 kN / m2, and 1.117. In mixing between expansive soil + fly ash rocks, the decreasing value,
excess pore water and safety factor increased in 2% variation respectively to 0.188 m; 0.777 kN / m2, and 1,253.
In mixing of expansive soil + fly ash coal + coral, decreasing value, excess pore water and safety factor
increased in 2% variation to 0.267 m respectively; 0.657 kN / m2, and 1.245.The addition of fly ash to coral
reefs is more effective and efficient than coal in raising the value of soil shear strength parameter but in landfill
application will be more effective if it is done the addition of both fly ash coal + coral to get smaller decrease
value and safety factor greater than. It is recommended to first base soil stabilization and use better material
selection for embankment to further increase the safety factor and minimize the decrease value.

Keywords: expansive soil, high shrinkage, stabilization, fly ash coal, coral reef ash, safety factor

1092
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

PENDAHULUAN gradasi yang sangat uniform dan termasuk


pozzolanic material karena mengandung bahan
Latar Belakang pozzolan seperti Silika (SiO2), Besi oksida
Tanah ekspansif adalah tanah yang (Fe2O3), Aluminium Oksida (Al2O3), Kalsium
kandungan lempungnya memiliki potensi oksida (CaO), Magnesium oksida (MgO) dan
kembang-susut akibat perubahan kadar air Sulfat (SO4). Dengan mencampur fly ash pada
sehingga menyebabkan perubahan volume tanah ekspansif akan terbentuk reaksi antara
tanah. Tanah ekspansif merupakan jenis tanah kalsium yang terdapat pada fly ash dengan
yang bermasalah dalam suatu proyek konstruksi alumina dan silikat pada tanah sehingga
khususnya untuk pekerjaan timbunan tanah memperkaya kandungan alumina dan silika
dasar suatu bangunan karena mengandung pada tanah. Pemanfaatan limbah pembakaran
mineral montmorillonite dengan luas batu bara inilah yang sangat menguntungkan
permukaan yang paling besar dan sangat mudah karena limbah tersebut yang dihasilkan oleh
menyerap air. Tanah dengan nilai kembang industri tidak dibuang ke lingkungan sekitar
susut yang tinggi, air menjadi sangat sehingga menimbulkan polusi namun
berpengaruh sekali terhadap perilaku fisis dan dimanfaatkan kembali sebagai bahan stabilisasi
mekanis tanah (Das, 1994).Sebagai material tanah lempung ekspansif. Tidak memerlukan
yang sangat penting dan berhubungan dengan biaya yang besar seperti penggunaan semen,
teknologi konstruksi teknik sipil, maka tetapi mengambil bahan atau media di alam
pembangunan konstruksi di atas tanah ekspansif sekitar yang harusnya dibuang atau tidak
akan memiliki pengaruh yang besar, mengingat diperlukan lagi. Oleh sebab itu, abu terbang
daya dukungnya yang rendah dan memiliki (fly ash) batubara dapat digunakan sebagai
resiko keruntuhan yang cukup besar sehingga bahan kimiawi yang selain bermanfaat bagi
kurang mampu menanggung beban konstruksi lingkungan juga dapat dipakai untuk keperluan
yang ada di atasnya. Apabila terjadi kerusakan teknik sipil yaitu sebagai bahan campuran untuk
struktur bangunan sipil akibat pembangunan di menstabilisasi tanah lempung ekspansif.
atas tanah yang bersifat ekspansif maka akan Bahan lain yang dipertimbangkan untuk
diperlukan biaya yang besar untuk melakukan dipakai dalam proses stabilisasi adalah abu
perbaikan konstruksi tersebut. Oleh karena itu terbang batu karang. Batu karang umumnya
dalam melakukan perencanaan konstruksi, berupa batu kapur sehingga agregat yang
harus dilakukan investigasi atau penyelidikan berasal dari batuan ini memiliki kandungan
tanah agar dapat mengetahui sifat fisis dan kimia berupa kalsium oksida (CaO) yang paling
mekanis tanah dasar apabila tanah tersebut besar sehingga masuk dalam kelompok batuan
mengandung mineral lempung yang bersifat kapur. Penambahan kapur sebagai bahan
ekspansif sehingga kita mampu melakukan additive digunakan untuk stabilisasi tanah
stabilisasi untuk menambah kekuatan dan daya karena adanya reaksi kimiawi antara kapur dan
dukung tanah. silica yang terdapat pada tanah, sebagai usaha
Produksi abu terbang di Indonesia berkisar untuk memberikan perbaikan pada tanah
antara 400.000-500.000 ton/tahun (Priyatma tersebut. Abu terbang didapat dari
dan Tri Utomo,1996).Di Sulawesi Utara sudah penghancuran batu karang hingga mencapai
banyak dilakukan stabilisasi tanah dengan abu ukuran filler. Pemanfaatan batu karang yang
terbang batubara (fly ash). Pemanfaatan abu dimaksud adalah batu karang yang sudah mati
terbang batu bara sudah banyak dilakukan yang dapat diambil di pinggiran pantai oleh
karena terbukti dapat memperbaiki gradasi serta masyarakat khususnya yang tinggal menetap di
meningkatkan kekuatan tanah. Penggunaan batu daerah kepulauan yang sulit memperoleh bahan
bara sebagai sumber energi akan menghasilkan untuk membangun konstruksi sipil. Sebagai
abu yaitu berupa abu terbang (fly ash) maupun contoh, di Pulau Siladen, Sulawesi Utara,
abu dasar (bottom ash). Abu terbang (fly ash) masyarakat disana sulit memperoleh batu
batu bara adalah limbah industri yang pondasi untuk keperluan pembangunan talud,
dihasilkan dari pembakaran batubara dengan dengan adanya batu karang yang telah mati dan
1093
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

banyak terdapat di pinggiran pantai oleh karena dinyatakan dengan istilah padat, sedang dan
terbawa arus air laut, maka masyarakat sekitar lepas. Sedangkan untuk lempung (clay)
memanfaatkan batu karang tersebut untuk dipergunakan istilah keras, kaku sedang dan
keperluan konstruksi, yaitu sebagai batu lunak.
pondasi dan pembuatan talud.
Oleh karena akses yang terbatas sehingga Sifat – sifat Tanah
diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk Sifat – sifat tanah terdiri dari sifat – sifat fisik
membeli batu pondasi di tempat lain. Dengan (physical properties) dan sifat – sifat teknis
pemanfaatan batu karang, masyarakat yang (engineering properties). Sifat – sifat fisik
tinggal di pinggiran pantai atau di daerah antara lain mengenai berat spesifik, distribusi
kepulauan memperoleh kemudahan untuk ukuran butiran, analisis hidrometer dan batas –
menjadikan bahan tersebut sebagai bahan batas konsistensi tanah. Sedangkan, sifat – sifat
kosntruksi tanpa mengeluarkan biaya yang teknis antara lain diperoleh dari, pengujian
mahal karena telah terbukti kekuatannya dalam UCS, CBR, konsolidasi, dan triaksial (kondisi
mengganti material yang lain. Kandungan kapur Uncosolidated – Undrained).
yang terkandung pada batu karang dapat
mereduksiplastisitas tanah, meningkatkan Sifat – sifat Fisik
kekuatan tanah, mengurangi penyerapan air
danpengembangan (swelling) yang diakibatkan Berat Spesifik (Specific Gravity, Gs)
oleh air (Hurnaeni, 2007). Oleh sebab itu, abu Harga berat spesifik dari butiran tanah
terbang batu karang digunakan dalam penelitian (bagian padat) sering dibutuhkan dalam
ini sebagai bahan untuk stabilisasi tanah bermacam – macam keperluan perhitungan
lempung ekspansif. dalam mekanika tanah. Harga – harga itu dapat
ditentukan secara akurat di laboratorium. Tabel
TINJAUAN PUSTAKA 2 menunjukkan harga – harga berat spesifik
Dalam pengertian teknik se cara umum, tanah beberapa mineral yang umum terdapat pada
didefinisikan sebagai material yang terdiri dari tanah. Sebagian besar dari mineral – mineral
agregat (butiran) mineral – mineral padat yang tersebut mempunyai berat spesifik berkisar
tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu antara 2,6 sampai dengan 2,9. Berat spesifik
sama lain dan dari bahan – bahan organik yang dari bagian padat tanah pasir yang berwarna
telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai terang, umumnya sebagian besar terdiri dari
dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang – quartz, dapat diperkirakan sebesar 2,65; untuk
ruang kosong di antara partikel – partikel padat tanah berlempung atau berlanau, harga tersebut
tersebut. berkisar antara 2,6 sampai 2,9.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di Tabel 1. Berat Spesifik Mineral – Mineral
samping itu tanah berfungsi juga sebagai Penting (Das, 1991)
pendukung pondasi dan bangunan (Das, 1991).
Berdasarkan asal mula pembentukannya, tanah
dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok besar
yaitu sebagai hasil pelapukan, baik secara fisika
maupun secara kimiawi dan yang lainnya
berasal dari bahan organis. Jika hasil pelapukan
masih berada di tempat asalnya, disebut tanah
residual dan apabila telah berpindah tempat
disebut tanah angkutan. Tanah merupakan
campuran dari partikel – partikel yang terdiri
dari salah satu atau semua jenis material berikut
yaitu kerikil, pasir, lanau dan lempung. Secara
kualitatif sifat – sifat agregat kerikil dan pasir
1094
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Tabel 2. Berat Spesifik Jenis Tanah Analisis Hidrometer


(Hardiyatmo, 1992) Analisis hidrometer didasarkan pada prinsip
sedimentasi (pengendapan) butir – butir tanah
dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan
dalam air, partikel – partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda –
beda tergantung pada bentuk, ukuran, dan
beratnya. Untuk mudahnya, dapat dianggap
bahwa semua partikel tanah itu berbentuk bola
(bulat) dan kecepatan mengendap dari partikel –
partikel tersebut dapat dinyatakan dalam hukum
Stokes (Das, 1991) yaitu,
𝛾𝑠 −𝛾𝑤
𝑣= 𝐷2 (1)
18𝜂

𝑣 = kecepatan mengendap
𝛾𝑠 = berat volume partikel tanah
Analisis Distribusi Ukuran Butiran
𝛾𝑤 = berat volume air
Analisis distribusi ukuran butiran disebut juga
analisis saringan atau ayakan yang termasuk 𝜂 = kekentalan air
analisis mekanis tanah. Analisis mekanis tanah 𝐷 = diameter partikel tanah
adalah penentuan variasi ukuran partikel –
partikel yang ada pada tanah. Variasi tersebut Jadi, dari persamaan (1)
dinyatakan dalam persentase dari berat kering
total. Sebenarnya ada dua cara yang umum 18𝜂𝑣 18𝜂 𝐿
𝐷= √ =√ =√ (2)
𝛾 −𝛾 𝛾 −𝛾 𝑡
untuk mendapatkan distribusi ukuran – ukuran 𝑠 𝑤 𝑠 𝑤

partikel tanah, yaitu analisis saringan, untuk


ukuran partikel – partikel berdiameter lebih
besar dari 0,075 mm, dan analisis hidrometer, Dimana:
untuk ukuran partikel – partikel berdiameter
jarak 𝐿
lebih kecil dari 0,075 mm. 𝑣= = ; (3)
waktu 𝑇
Untuk analisis saringan, pada
prinsipnya adalah mengayak dan menggetarkan
contoh tanah melalui satu set ayakan dimana perhatikan bahwa 𝛾𝑠 = 𝐺𝑠 𝛾𝑤
lubang – lubang ayakan tersebut makin kecil
secara berurutan. Jadi, dengan mengkombinasikan
persamaan – persamaan (1) dan (2) maka :
Tabel 3. Ukuran – Ukuran Saringan
Standard di Amerika Serikat (Das, 2010) 18𝜂 𝐿
𝐷 = √(𝐺 √ (4)
𝑠 −1)𝛾𝑤 𝑡

Bila satuan η adalah gram detik/cm2, 𝛾𝑤 dalam


gram/cm3, L dalam cm, t dalam menit, dan D
dalam mm, didapat:

𝐷(𝑚𝑚) 18𝜂[(g . det)/cm2 ] 𝐿 (cm)


√ √
10 3
(𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤 (g/cm ) 𝑡(men) x 60

1095
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Atau dalam gambar 4. Grafik distribusi ukuran


butiran merupakan kombinasi dari hasil analisis
saringan dan hasil analisis hidrometer untuk
30𝜂 𝐿
𝐷=√ √ fraksi halusnya. Bilamana hasil dari analisis
(𝐺𝑠 − 1)𝛾𝑤 𝑡 saringan dan analisis hidrometer digabung,
diskontinuitas (discountinuity) umumnya
Dengan menganggap bahwa 𝛾𝑤 kira – kira 1 timbul dalam rentang dimana kedua grafik
gram/cm3, didapat: saling bertumpangan.
Hal ini disebabkan karena pada
𝐿(𝑐𝑚) kenyataannya butiran tanah pada umumnya
𝐷(𝑚𝑚) = 𝐾√ (5) mempunyai bentuk yang tidak rata. Analisis
𝑡(𝑚𝑒𝑛)
saringan memberikan ukuran butiran secara
Dimana: langsung, sedangkan analisis hidrometer
memberikan diameter dari bulatan (sphere)
30𝜂
yang mengendap pada kecepatan yang sama
𝐾 = √(𝐺 (6) sebagai butiran tanah. Persentase dari kerikil,
𝑠 −1)
pasir, lanau, dan butiran berukuran lempung
yang dikandung oleh tanah dapat ditentukan
Harus dicatat bahwa harga 𝐾 merupakan fungsi
dari grafik distribusi ukuran butiran.
dari 𝐺𝑠 dan 𝜂, yang tergantung pada temperatur
uji. Pada tabel 5 diberikan harga 𝐾 menurut
temperature uji dan harga berat jenis (𝐺𝑠 ) dari
Ukuran Efektif, Koefisien Keseragaman, dan
butiran tanah.
Koefisien Gradasi
Di dalam laboratorium, pengujian hidrometer
Kurva distribusi ukuran butiran dapat
dilakukan dalam silinder pengendap yang
digunakan untuk membandingkan beberapa
terbuat dari gelas dan memakai 50 gram contoh
jenis tanah yang berbeda – beda. Selain itu ada
tanah yang kering oven (dikeringkan dalam
tiga parameter dasar yang dapat ditentukan
oven). Silinder pengendap tersebut mempunyai
kurva tersebut, dan parameter – parameter
tinggi 18 inci (=457,2 mm) dan diameter 2,5
tersebut dapat digunakan untuk
inci (63,5 mm). Silinder tersebut diberi tanda
mengklasifikasikan tanah berbutir kasar.
yang menunjukkan volume sebesar 1000 ml.
Parameter – parameter tersebut adalah:
Campuran Calgon (natrium
hexametaphosphate) biasanya digunakan
Ukuran efektif (effective size),
sebagai bahan pendispersi (dispersing agent).
Koefisien keseragaman (uniformity coefficient),
Total volume dari larutan air + calgon + tanah
Koefisien gradasi (coefficient of gradation).
yang terdispersi dibuat menjadi 1000 ml dengan
Diameter dalam kurva distribusi ukuran butiran
menambahkan air suling. Pada gambar 2
yang bersesuaian dengan 10% yang lebih halus
ditunjukkan sebuah alat hidrometer tipe ASTM
(lolos saringan) didefinisikan sebagai ukuran
152 H.
efektif atau D10. Koefisien keseragaman
Kurva Distribusi Ukuran Butiran diberikan dengan hubungan :
Hasil dari analisis mekanik (analisis 𝐷60
saringan dan hidrometer) umumnya 𝐶𝑢 = (7)
𝐷10
digambarkan dalam kertas semilogaritmik yang
dikenal sebagai kurva distribusi ukuran – Dimana:
butiran (particle size distribution curve).
Diameter partikel (butiran) digambarkan dalam 𝐶𝑢 = koefisien keseragaman
skala logaritmik, dan persentase dari butiran 𝐷60 = diameter yang bersesuaian dengan
yang lolos ayakan digambarkan dalam skala 60% lolos saringan yang ditentukan dari kurva
hitung biasa. Sebagai contoh, grafik distribusi distribusi ukuran butiran
ukuran butiran dari dua tanah ditunjukkan
1096
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Koefisien gradasi dinyatakan sebagai, Kadar air dari peralihan keadaan padat ke
semi padat dapat disebut batas susut (shrinkage
𝐷30 2
𝐶𝑐 = (8) limit, SL), keadaan semi padat ke plastis disebut
𝐷60 x𝐷10
batas plastis (plastis limit, PL) dan dari keadaan
Dimana: plastis ke cair disebut batas cair (liquid limit,
𝐶𝑐 = koefisien gradasi LL). Batas – batas ini dikenal juga sebagai batas
𝐷30 = diameter yang bersesuaian dengan – batas Atterberg (Atterberg Limits).
30% lolos saringan Suatu rentang antara batas plastis dan batas cair
di atas dikenal sebagai indeks plastis (index
Kurva distribusi ukuran butiran – butiran tidak plasticity, IP) dapat dilihat bahwa indeks
hanya menunjukkan rentang (range) dari ukuran plastisitas merupakan suatu interval yang
butir yang dikandung di dalam tanah saja, tetapi menunjukkan tanah masih bersifat plastis.
juga menunjukkan tipe dari kurva distribusi. Berdasarkan penjelasan di atas maka besarnya
indeks plastisitas ditentukan sebagai berikut :
Batas – batas Konsistensi Tanah
Massa butiran tanah dikatakan bersifat IP = LL – PL (9)
kohesif apabila untuk memisahkan ikatan
/lekatan butiran – butiran tanah itu pada kondisi Aktivitas
kering udara diperlukan suatu gaya tertentu, Ketebalan air mengelilingi butiran tanah
tanah berbutir halus dalam hal ini lempung lempung tergantung dari macam mineralnya.
(clay) dan lanau (silt), dapat memperlihatkan Jadi, dapat diharapkan plastisitas tanah lempung
sifat kohesif. tergantung dari :
Partikel tanah lempung umumnya berbentuk - Sifat mineral lempung yang ada pada butiran
pelat (pipih) dan biasanya bersifat mampu - Jumlah mineral
menyerap lapisan air (absorbed water) pada Parameter menurut Skemton 1953 yang disebut
permukaannya. Sifat mampu menyerap air pada aktivitas dalam rumus sebagai berikut :
lempung dan lanau menjadikan material –
𝑃𝐼
material ini bersifat plastis. Plastisitas adalah Activity (A) = (17)
𝐶−10
suatu sifat tanah berbutir halus yang
terdeformasi tanpa adanya retakkan atau Keterangan ;
perubahan volume yang cukup berarti. PI = Indeks Plastisitas
Platisisitas tanah kohesif terutama C = persentase lempung lolos saringan 0.002
disumbangkan oleh kandungan mineral mm
lempung, antara lain monmorilonit, kaolinit,
klorit, dan sebagainya. Beberapa mineral Dari rumus tersebut kategori tanah terbagi
(misalnya kuarsa) dapat saja memiliki ukuran dalam tiga golongan, yaitu :
lempung < 0,002 mm, namun material ini tidak
dapat berprilaku plastis meskipun ukuran A < 0,75 ( tidak aktif)
butirannya halus dan pada permukaannya 0,75 < A < 1,25 (normal)
terkandung air. A > 1,25 (aktif)
Batasan konsistensi diperlukan untuk
mengklasifikasikan kondisi fisik tanah berbutir Karakteristik Tanah Lempung
halus dalam hal ini kadar air. Karakteristik Umum Lempung
Terdapat empat konsistensi tanah berdasarkan Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari
kadar air, yakni : partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak
1. Cair dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan
2. Plastis mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan
3. Semi Padat – lempengan pipih dan merupakan partikel –
4. Padat partikel dari mika, mineral – mineral lempung
(clay minerals), dan mineral – mineral yang
1097
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

sangat halus lainnya. Pada tabel 1, lempung unit silika tetrahedra tersebut membentuk
didefinisikan sebagai golongan partikel yang lembaran silika (silica sheet, Gambar ). Tiga
berukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron). atom oksigen pada dasar setiap tetrahedra
Namun demikian, di beberapa kasus, partikel tersebut dipakai bersama oleh tetrahedra –
berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm tetrahedra yang bersebelahan. Unit – unit
juga masih digolongkan sebagai partikel oktahedra (bersisi delapan) terdiri dari enam
lempung (lihat ASTM D-653). Di sini tanah gugus ion hidroksil (OH) yang mengelilingi
diklasifikasikan sebagai lempung (hanya sebuah atom aluminium (Gambar ) , dan
berdasarkan pada ukurannya saja). Belum tentu kombinasi dari unit – unit hidroksi aluminium
tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut berbentuk oktahedra itu membentuk lembaran
juga mengandung mineral – mineral lempung oktahedra. Lembaran ini disebut juga
(clay minerals). lembaran gibbsite – Gambar ). Kadang –
Dari segi mineral (bukan ukurannya), yang kadang atom magnesium menggantikan
disebut tanah lempung (dan mineral lempung) kedudukan atom aluminium pada unit – unit
ialah yang mempunyai partikel – partikel oktahedra; bila demikian adanya, lembaran
mineral tertentu yang “menghasilkan sifat – oktahedra tersebut disebut lembaran brucite.
sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan Pada sebuah lembaran silika, setiap atom
air” (Grim, 1953). Jadi dari segi mineral, tanah silikon yang bermuatan positif dan bervalensi
dapat juga disebut sebagai tanah bukan empat dihubungkan dengan empat atom
lempung (non-clay soils) meskipun terdiri dari oksigen yang bermuatan negatif dengan
partikel – partikel yang sangat kecil (partikel – valensi total delapan. Tetapi setiap atom
partikel quartz, feldspar, dan mika dapat oksigen pada dasar tetrahedra itu dihubungkan
berukuran submikroskopis, tetapi umumnya dengan dua atom silikon lainnya. Ini berarti
mereka tidak dapat menyebabkan terjadinya bahwa atom – atom oksigen di sebelah atas
sifat plastis dari tanah). Dari segi ukuran, dari unit – unit tetrahedral mempunyai
partikel – partikel tersebut memang dapat kelebihan valensi (negatif) sebesar satu dan
digolongkan sebagai partikel lempung. Untuk harus diseimbangkan. Bila lembaran silika itu
itu, akan lebih tepat bila partikel – partikel ditumpuk di atas lembaran oktahedra seperti
tanah yang berukuran lebih kecil dari 2 mikron terlihat pada gambar , atom – atom oksigen
(= 2 ) , atau < 5 mikron menurut sistem tersebut akan menggantikan posisi ion
klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai hidroksil untuk memenuhi keseimbangan
partikel berukuran lempung daripada disebut muatan mereka.
sebagai lempung saja. Partikel – partikel dari Mineral kaoliniteterdiri dari tumpukan
mineral lempung umumnya berukuran koloid (< lapisan – lapisan dasar lembaran – lembaran
1 𝜇 ) dan ukuran 2 𝜇 merupakan batas atas kombinasi silika-gibbsite seperti terlihat pada
(paling besar) dari ukuran partikel mineral gambar dan . Setiap lapisan dasar itu
lempung. mempunyai tebal kira – kira 7,2 Å ( 1 Å =
10−10 m). Tumbukan lapisan – lapisan
Struktur Mineral Lempung tersebut diikat oleh ikatan hidrogen (hydrogen
Mineral lempung merupakan senyawa bonding). Mineral kaolinite berwujud seperti
aluminium silikat yang kompleks dibentuk lempengan – lempengan tipis, masing –
oleh mineral pembentuk utama masing dengan diameter kira – kira 1000 Å dan
Montmorillonite, Illite dan Kaolinite terdiri 20.000 Å dan ketebalan dari 100 Å sampai
dari satu atau dua unit dasar yaitu (1) silika 1000 Å. Luas permukaan partikel kaolinite per
tetrahedra dan (2) aluminium
unit massa adalah kira – kira 15 𝑚2 /gram.
oktahedramembentuk kristal Hidro
Luas permukaan per unit massa ini
Aluminium Silikat (Al2 O3 n Si O2 kH2O) .
didefinisikan sebagai luasan spesifik (specific
Setiap unit tetrahedral (bersisi empat) terdiri
surface). Rumus kimia kaolinite adalah Al
dari empat atom oksigen mengelilingi satu
Mg(Si4O10)(OH)2.kH2O
atom silikon (Gambar ). Kombinasi dari unit –
1098
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Illite terdiri dari dari sebuah lembaran tanah pecah – pecah di permukaannya. Tanah
gibbsite yang diapit oleh dua lembaran silica ekspansif merupakan jenis tanah yang
seperti pada gambar . Illite ini kadang – bermasalah dalam suatu proyek konstruksi
kadang juga disebut mika lempung. Lapisan – khusunya untuk pekerjaan timbunan tanah dasar
lapisan illite terikat satu sama lain oleh ion – suatu bangunan. Dengan perubahan volume
ion kalium (= K = ion potassium). Muatan tanah akibat kadar air yang rendah dapat
negatif yang diperlukan untuk mengikat ion – mengakibatkan penurunan pada bangunan di
ion kalium tersebut didapat dengan adanya atasnya (Settlement) terlebih jika penurunannya
penggantian (substitusi) sebagian atom silikon tidak seragam (Non-uniform Settlement).
pada lembaran tetrahedra oleh atom – atom Penurunan tersebut dapat terjadi pada masa
aluminium. Substitusi dari sebuah elemen oleh konstruksi maupun selama operasional
lainnya tanpa mengubah bentuk kristal bangunan tersebut. Selain penurunan, akibat
utamanya disebut sebagai substitusi isomorf kadar air yang tinggi dalam tanah dapat pula
(isomorphous susbstitution). Partikel – partikel mengakibatkan tanah mengembang sehingga
illite pada umumnya mempunyai dimensi dapat menyebabkan bangunan terangkat
mendatar berkisar antara 1000 Å sampai (Uplift). Untuk konstruksi seperti jalan raya,
5000 Å (juga umumnya berbentuk lempengan kondisi ini akan sangat menimbulkan masalah,
– lempengan tipis) dan ketebalan dari 50 Å perkerasan akan retak, turun, bergelombang,
sampai 500 Å . Luasan spesifik dari partikel bahkan bisa sampai patah jika perkerasannya
adalah sekitar 80 m2/ gram. Rumus kimia kaku (rigid pavement).
mineral Illite adalah KyAl2(FeMg2Mg3)(Si4-
yAlyO10(OH)2.
Mineral–mineral montmorrillonite mempunyai
mempunyai bentuk struktur yang sama dengan
illite yaitu satu lembaran gibbsite diapit oleh
dua lembaran silica (Gambar dan ). Pada
montmorrillonite terjadi sustitusi isomorf antara
atom – atom magnesium dan besi mengg
antikan sebagian atom – atom ion kalium
seperti pada illite, dan sejumlah besar molekul
tertarik kepada ruangan di antara lapisan –
lapisan tersebut. Partikel montmorillonite
mempunyai dimensi mendatar dari 1000 Å
sampai 5000 Å dan ketebalan 10 Å sampai 50 Å.
Luasan spesifiknya adalah sekitar 800 m2/gram.
Rumus kimia montmorillonite adalah
Al2Si2O5(OH)4.

Tanah Lempung Ekspansif Gambar 39. Ilustrasi perubahan volume


Tanah Akibat Perubahan Kadar Air
Lempung ekspansif (expansive soil) adalah (Sumber: Penanganan Tanah Ekspansif
tanah yang mempunyai sifat kembang susut Untuk Konstruksi Jalan
yang besar, sifat kembang susut ini sangat
dipengaruhi oleh kandungan air yang ada di
dalam tanah tersebut. Jika kandungan airnya Di Indonesia, ditinjau dari kejadian
banyak maka tanah tersebut akan mengembang tanahnya, hampir 65% tanah yang ada di
(swelling) dan kekuatan daya dukungnya akan Indonesia merupakan tanah laterit, tanah ini
berkurang demikian sebaliknya jika kadar merupakan tanah ekspansif yang mempunyai
airnya berkurang atau kering maka tanah itu kembang susut yang besar (Tuti dan Sularno,
akan menyusut (shrinkage) dan mengakibatkan 1985). Mochtar (2000) dan Sudjianto (2007)
1099
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

menyatakan , tanah lempung ekspansif hamper Abu Terbang (fly ash) Batu Bara
terdapat di seluruh Indonesia, mulai dari Batubara adalah suatu lapisan yang padat,
Nangroeh Aceh Darusalam (NAD) sampai ke yang pembentukannya atau penyebarannya
papua. Kerugian yang diakibatkan oleh tanah secara horizontal dan vertikal, dan merupakan
ekspansif diantaranya adalah : suatu lapisan yang bersifat heterogen. Karena
a. Pengembangan (heave) dan retak (cracking) sifat batubara yang heterogen maka pada
pada permukaan jalan raya (eksplorasi pemborannya) Recovery harus
b. Kelebihan tegangan lateral pada dinding memenuhi syarat maksimal 90% yang diambil,
penahan tanah bila kurang dari 90% maka tidak Refresentatif
c. Heave dan buckling pada slab lantai dan penyebaran batubara menunjukkan
d. Heave dan buckling pada dinding penahan perbedaan kwalitas maka penyebaran batubara
e. Berkurangnya daya dukung dan kuat geser sangat mempengaruhi kwalitas. Berdasar proses
tanah terjadinya batubara terbagi menjadi dua yaitu :
a.Proses biokimia yakni proses penghancuran
Stabilisasi Tanah oleh bakteri-bakteri “anaerobic” terhadap kayu-
Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah kayuan (sisa tumbuhan) senhingga terbentuk
dengan bahan tertentu guna memperbaiki sifat gel atau biasa disebut gelly. Bakteri anaerobic
sifat teknis tanah.Stabilisasi tanah meliputi bakteri yang hidup pada tempat (air) yang
pencampuran tanah dengan tanah lain untuk kurang mengandung oksigen padaair kotor,
memperoleh gradasi yang diinginkan, atau contohnya pada daerah rawa-rawa.
pencampuran tanah dengan bahan - bahan b.Proses termodinamika yakni prosesperubahan
buatan pabrik sehingga sifat teknis tanah beat menjadi lapisan batu bara oleh adanya
menjadi lebih baik.Guna merubah sifat sifat panas dan tekanan, juga proses dari luar seperti
teknis tanah seperti kapasitas dukung, proses geologi (perlipatan dll) Penggunaan
kompressibilitas, permeabilitas, kemudahan batubara sebagai sumber energi akan
dikerjakan, potensi pengembangan dan menghasilkan abu yaitu berupa abu terbang (fly
sensitifitas terhadap perubahan kadar air, maka ash) maupun abu dasar (bottom ash).
dapat dilakukan dengan cara penanganan dari Kandungan abu terbang sebesar 84 % dari total
yang paling mudah seperti pemadatan sampai abu batubara. Produksi abu terbang batubara
teknik yang lebih mahal seperti mencampur dunia yang diperkirakan tidak kurang dari 500
tanah dengan semen atau pasir, abu terbang, juta ton per tahun dan ini diperkirakan akan
injeksi semen (grouting), pemanasan, dll. bertambah. Hanya 15 % dari produksi abu
Dalam pekerjaan sipil, stabilisasi tanah terbang yang digunakan. Sisa dari abu terbang
didefinisikan sebagai perbaikan material lokal cenderung sebagai reklamasi (Tanaka dkk.,
yang ada dengan cara stabilisasi mekanis atau 2002). Hal ini dapat menimbulkan pengaruh
dengan cara menambahkan suatu bahan tambah yang buruk terhadap lingkungan. Oleh karena
(additive) ke dalam tanah. itu masalah abu terbang batubara harus segera
Usaha stabilisasi yang biasa pada tanah diselesaikan agar tidak terjadi penumpukan
berbutir halus dapat dilakukandengan memberi dalam jumlah yang besar baik di Indonesia
bahan tambah kimia sehingga terjadi suatu maupun di dunia.
reaksi yang dapatmeningkatkan daya
dukungnya. Bahan-bahan yang biasa Batu Karang
dipergunakan antaralain semen, abu batu bara Batu karang termasuk batuan sedimen atau
(fly ash), kapur dan campuran antara abu batu endapan yang terdapat pada umumnya di
bara dankapur (Bowles, 1989). Penelitian ini sekitar kepulauan dan pantai yang mempunyai
menggunakan abu batu bara dan abu batu temperature air laut tinggi sepanjang tahun.
karang untuk meningkatkan daya dukung tanah Batu karang dapat berbentuk massif (batu
sebagaimana yang pernah dilakukan untuk gunung) hingga batu karang terumbu (coral
campuran beraspal oleh Anwar (2011). reef). Batu karang umumnya berupa batu
kapur sehingga agregat yang berasal dari
1100
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

batuan ini memiliki kandungan kimia berupa gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding
CaO yang paling besar sehingga masuk dalam penahan tanah talud jalan.
kelompok batuan kapur. Batu karang yang
berupa batu kapur yang massif secara geologi Bahan timbunan pilihan harus memenuhi
disebut sebagai batuan kapur kristalin. persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Sedangkan batu karang terumbu akan bersifat  Timbunan hanya boleh diklasifikasikan
ambyar bila dipecahkan, oleh sebab itu batuan sebagai “Timbunan Pilihan” bila digunakan
seperti ini disebut sebagai batuan kapur. pada lokasi atau untuk maksud yang telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Timbunan Tipe Urugan Tanah Pengawas.
Timbunan atau urugan dibagi dalam 2  Timbunan yang diklasifikasikan sebagai
macam sesuai dengan maksud penggunaannya timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
yaitu: tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang
1. Timbunan biasa, adalah timbunan atau memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan
urugan yang digunakan untuk pencapaian harus memiliki sifat tertentu tergantung dari
elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam maksud penggunaannya. Dalam segala hal,
gambar perencanaan tanpa maksud khusus seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR
lainnya. Timbunan biasa ini juga digunakan paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai dengan
untuk penggantian material existing subgrade AASHTO T 193.
yang tidak memenuhi syarat.
Program Plaxis
Bahan timbunan biasa harus memenuhi Plaxis adalah paket program finite elemen
persyaratan-persyaratan sebagai berikut : untuk analisa 2 dan 3 dimensi dari deformasi
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai dan stabilitas dalam rekayasa geoteknik.
timbunan biasa harus terdiri dari tanah yang Dengan program ini kita dapat mengetahui
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi faktor keamanan dari suatu lereng. Plaxis mulai
syarat untuk digunakan dalam pekerjaan dikembangkan sekitar tahun 1987 di Technical
permanen. University of Delfy atas inisiatif dari Dutch
 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang Departement of Public Works and Water
plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi Management.
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M Plaxis adalah program elemen hingga untuk
145 atau sebagai CH dalam sistim klasifikasi aplikasi geoteknik dimana digunakan model-
“Unified atau Casagrande”. Sebagai model tanah untuk melakukan simulasi
tambahan, urugan ini harus memiliki CBR terhadap perilaku dari tanah. Program plaxis
yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan dan model-model tanah didalamnya telah
AASHTO T 193. dikembangkan dengan seksama. Walaupun
 Tanah yang pengembangannya tinggi yang pengujian dan validasi telah banyak dilakukan,
memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila tetap tidak dapat dijamin bahwa program plaxis
diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh adalah bebas dari kesalahan. Simulasi
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai permasalahan geoteknik dengan menggunakan
aktif diukur sebagai perbandingan antara metode elemen hingga sendiri telah secara
Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan implisit melibatkan kesalahan pemodelan dan
presentase ukuran lempung (AASHTO T 88). kesalahan numerik yang tidak dapat
2. Timbunan pilihan, adalah timbunan atau dihindarkan. Akurasi dari keadaan sebenarnya
urugan yang digunakan untuk pencapaian yang diperkirakan sangat bergantung pada
elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam keahlian dari pengguna terhadap pemodelan
gambar perencanaan dengan maksud khusus permasalahan, pemahaman terhadap model-
lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal model tanah serta keterbatasannya, penentuan
lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil parameterparameter model, dan kemampuan

1101
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

untuk melakukan interpretasi dari hasil sampel tanah diambil pada kedalaman kira -
komputasi. kira 1,5 meter.

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 59. Foto Lokasi Jalan Warembungan –


Sea, Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
Ekspansif

Data Lokasi Pengambilan Sampel Abu


Terbang (fly ash) Batu Karang
Untuk bahan stabilisasi yang kedua, yaitu
abu terbang (fly ash) batu karang. Dengan
melakukan pengujian analisa distribusi ukuran
butiran, dipakailah abu terbang batu bara yang
lolos saringan no. 200. Untuk mendapatkan abu
terbang ini, diambil batu karang sebagai bahan
bakunya. Adapun batu karang yang dimaksud
adalah batu karang yang sudah mati dan terseret
di pinggir pantai akibat arus air laut di Pulau
Siladen, Sulawesi Utara. Jadi tidak benar jika
dikatakan akan memusnahkan biota laut,
melainkan sangat menolong para penduduk
kepulauan yang tinggal disana untuk
menjadikannya sebagai bahan bangunan karena
batu karang termasuk dalam golongan batu
gamping atau batu kapur. Kandungan kapur
inilah yang membuat batu karang (kalsium
karbonat atau CaCO3) kuat menopang struktur.
Bagan Alir Penelitian Oleh karena akses untuk memperoleh batu
pondasi sebagai bahan bangunan kostruksi yang
sulit sehingga menyebabkan mahalnya harga
HASIL DAN PEMBAHASAN batu pondasi tersebut disana, warga dengan
tingkat perekonomian menengah ke bawah
Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian cenderung memanfaatkan batu karang ini
ini adalah tanah yang diambil di sekitar jalan sebagai batu pondasi atau untuk keperluan
Warembungan – Sea menuju desa pembuatan talud. Peneliti tertarik mengambil
Warembungan Kecamatan Pineleng Propinsi batu karang sebagai bahan penelitian salah
Sulawesi Utara. Titik koordinat pengambilan satunya untuk membuktikan bahwa lautan dapat
sampel N.01º.26’.04” E.124º.48’.59” dan memberikan sumbangsih bagi keperluan
konstruksi. Dan Pulau Siladen menjadi objek
1102
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

penelitian bagi peneliti untuk memperoleh batu bara dengan komposisi campuran 2%, 4%, 6%,
karang tersebut dengan titik koordinat 8% dan 10% dapat dijelaskan bahwa dengan
N.1º.37’.52” E.124º.48’08”. adanya penambahan fly ash batu bara pada
sampel tanah ekspansif Desa Warembungan
Kecamatan Pineleng berpengaruh pada naiknya
berat isi kering tanah yang pada awalnya
sebesar 1,54 gr/cm3 menjadi 1,73 gr/cm3.
Sedangkan kadar air cenderung menurun
menjadi 18,2% pada penambahan fly ash batu
bara 4% walaupun di level 6% terjadi
peningkatan nilai kadar air, namun pada level
8% dan 10% berturut – turut kembali menurun
Gambar 63. Lokasi Tempat Pengambilan sebesar 20,4% dan 19,9%. Besaran nilai kadar
Sampel Batu Karang di Pulau Siladen, Sulawesi air yang cenderung masih agak tinggi
Utara (google earth, 2017) dibandingkan dengan tanah asli walaupun
sudah pada penambahan 10% fly ash diduga
Pengaruh Pencampuran Tanah Ekspansif
akibat reaksi kimia montmorrilonite yang lebih
dan Abu Terbang (fly ash) Batu Bara
cepat bereaksi dengan fly ash itu sendiri
Terhadap Pemadatan
dibandingkan kaolinite dan halloysite
Pengaruh Pencampuran Tanah Ekspansif
Hasil percobaan pemadatan tanah lempung
dan Abu Terbang (fly ash) Batu Bara
ekspansif dengan penambahan abu terbang (fly
Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah (Uji
ash) batu bara terhadap nilai kadar air optimum
Triaksial – UU)
dan berat isi kering maksimum dapat dilihat
Hasil percobaan pemadatan tanah lempung
pada tabel 26, gambar 54 dan 55.
ekspansif dengan penambahan abu terbang (fly
ash) batu bara terhadap nilai parameter kuat
Tabel 26. Hasil Uji Pemadatan dengan
geser tanah yaitu kohesi ( 𝑐 ) dan ( 𝜑 ) dapat
Penambahan Abu Terbang (fly ash) Batu Bara
dilihat pada tabel 27, gambar 56 dan 57.
Terhadap Berat Isi Kering dan Kadar Air
Optimum
Tabel 27. Hasil Uji Triaksial – Kondisi
Unconsolidated Undrained dengan Penambahan
Fly Ash Batu Bara

Gambar 66. Pengaruh Penambahan Fly Ash


Batu Bara Pada Tanah Ekspansif Terhadap
Gambar 68. Pengaruh Penambahan Fly Ash
Hasil pemadatan tanah ekspansif yang Batu Bara Pada Tanah Ekspansif Terhadap
dicampur dengan abu terbang (fly ash) batu Nilai Kohesi Tanah
1103
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Hasil uji kuat geser tanah ekspansif


tanah Desa Warembungan Kecamatan Pineleng
dengan penambahan fly ash batu bara
komposisi campuran 2%, 4%, 6%, 8%
menggunakan uji triaksial kondisi
unconsolidated – undrained (tidak
terkonsolidasi- tidak teraliri) berpengaruh pada
nilai kohesi tanah. Nilai kohesi pada tanah Gambar 80. Kondisi dan Arah Runtuhnya
ekspansif asli sebesar 1,72 t/m2 mengalami Timbunan dengan Total Displacement 0,312 m
kenaikan yang signifikan pada penambahan fly
ash batu bara 8% sebesar 1,90 t/m2. Ini
membuktikan penambahan fly ash batu bara
dapat menaikkan gaya tarik – menarik antar
partikel tanah ekspansif sehingga lebih
meningkatkan kekuatan tanah. Sedangkan pada
nilai sudut geser dalam naik pada penambahan
fly ash 6% menjadi 17,93°.

Stabilisasi Tanah Ekspansif pada Aplikasi


Timbunan Tipe Urugan Tanah
Setelah dilakukan penelitian pencampuran Gambar 81. Gambaran Kondisi Kelebihan Air Pori
Pada Kondisi 0% Setelah Konsolidasi
fly ash batu bara dan karang terhadap tanah
ekspansif, dilakukan aplikasi pada perencanaan
tipe urugan tanah dengan desain tinggi lapisan
tanah dasar yang merupakan lapisan tanah asli
atau tanah ekspansif 10 m, tinggi timbunan 10
m dan untuk perencanaan muka air tanah
diambil 5 m dapat dilihat dari gambar di bawah
ini.

Gambar 82. Kondisi Timbunan yang Mengalami


Deformasi Ditinjau dari Kondisi Phi-C Reduction

Gambar 78. Desain Timbunan Tipe Urugan Tanah


dengan Kondisi Tanpa Campuran atau 0%

Gambar 134.Kondisi Timbunan yang Mengalami


Gambar 79. Kondisi Timbunan yang Mengalami Keruntuhan Akibat Penambahan Fly Ash Batu
Deformasi Bentuk Saat Mengalami Proses Konsolidasi Bara+Karang 8%

1104
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

Gambar 138. Arah Keruntuhan Timbunan yang


Gambar 135.Kondisi dan Arah Runtuhnya Mengalami Deformasi Ditinjau dari Kondisi
Timbunan dengan Total Displacement 1,94 m Phi-C Reduction (+8% Fly Ash Batu
Bara+Karang)

Gambar 139. Grafik Hubungan Displacement –


Gambar 136.Gambaran Kondisi Kelebihan Air Step Pada Fase Konsolidasi Dengan
Pori Pada Penambahan Fly Ash Batu Penambahan Fly Ash Batu Bara+Karang 8%
Bara+Karang 8% Setelah Konsolidasi

Gambar 137.Kondisi Timbunan yang


Mengalami Deformasi Ditinjau dari Kondisi Gambar 140. Grafik Hubungan Displacement –
Phi-C Reduction Pada Penambahan Fly Ash Time Pada Fase Konsolidasi Dengan
Batu Bara+Karang 8% Penambahan Fly Ash Batu Bara+Karang 8%

1105
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

1. Penambahan fly ash batu bara, batu karang


serta batu bara + batu karang menunjukkan
terjadinya variasi nilai kohesi dan sudut geser
dalam seiring bertambahnya persentasi fly ash
batu bara, karang serta batu bara + karang.
Nilai kohesi tanah asli sebesar 1,72 t/m2 dan
sudut geser dalam sebesar 11,8°. Pada
pencampuran antara tanah ekspansif + fly
Gambar 141. Grafik Hubungan Safety Factor – ash batu bara nilai kohesi maksimum terdapat
Displacement Dengan Penambahan Fly Ash pada penambahan 8% yaitu 1,90 t/m2
Batu Bara+Karang 8% sedangkan nilai sudut geser naik menjadi
17,93° pada penambahan 6%. Pada
pencampuran antara tanah ekspansif + fly
ash batu karang nilai kohesi maksimum
terdapat pada penambahan 2% yaitu 1,48 t/m 2
sedangkan nilai sudut geser naik menjadi
30,10°. Pada pencampuran antara tanah
ekspansif + fly ash batu bara + karang nilai
kohesi maksimum terdapat pada penambahan
2% yaitu 0,58 t/m2 sedangkan nilai sudut
geser naik menjadi 38,80°. Dari data ini dapat
diambil kesimpulan bahwa penambahan fly
ash karang lebih memberikan nilai kekuatan
Gambar 142. Grafik Hubungan Excess Pore geser yang lebih besar dibandingkan variasi
Pressure – Time Pada Fase Konsolidasi Dengan campuran fly ash batu bara dan batu bara +
Penambahan Fly Ash Batu Bara+Karang 8% karang.
2. Penambahan fly ash batu bara, batu karang
serta batu bara + batu karang menunjukkan
Dapat dilihat pada gambar grafik di atas, terjadinya variasi nilai penurunan, kelebihan
untuk desain timbunan dengan penambahan air pori dan faktor keamanan. Untuk aplikasi
8% abu terbang batu bara dan karang terhadap timbunan dengan kondisi 0% atau tanpa
hubungan displacement – step dengan titik A campuran nilai penurunan, kelebihan air pori
sebagai tinjauan, pada step ke 13 terjadi dan faktor keamanan berturut – turut adalah
keruntuhan sebesar 0,23 m sedangkan pada 0,312 m, 2,34 kN/m2, dan 1,18. Pada
hubungan grafik displacement – time pencampuran antara tanah ekspansif + fly
menunjukkan keruntuhan hampir mencapai ash batu bara menurun tipis pada variasi 8%
0,53 m pada hari ke 500. Sedangkan untuk dimana nilai penurunan, kelebihan air pori
nilai faktor keamanan didapat sebesar 1,25 dan dan faktor keamanan berturut – turut sebesar
hubungan grafik excess pore pressure – time 0,35 m; 0,565 kN/m2, dan 1,117. Pada
memperlihatkan di titik D mengalami kelebihan pencampuran antara tanah ekspansif + fly
tekanan air pori paling ekstrim mencapai 11 ash batu karang, nilai penurunan, kelebihan
kN/m2 (tanda negative). air pori dan faktor keamanan mengalami
kenaikan pada variasi 2% berturut – turut
menjadi 0,188 m; 0,777 kN/m2, dan 1,253.
KESIMPULAN DAN SARAN Sedangkan Pada pencampuran antara tanah
ekspansif + fly ash batu bara+karang, nilai
Kesimpulan penurunan, kelebihan air pori dan faktor
Berdasarkan hasil pengujian dan kajian yang keamanan mengalami kenaikan pada variasi
digambarkan dalam tesis ini penulis dapat 2% berturut – turut menjadi 0,267 m; 0,657
menyimpulkan bahwa: kN/m2, dan 1,245. Dari data ini dapat diambil
1106
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (1092-1107) ISSN: 2087-9334

kesimpulan bahwa penambahan fly ash batu Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika
bara + karang dapat lebih memberikan nilai Tanah 1, Penerbit Gramedia Pustaka
penurunan yang lebih kecil dengan faktor Utama, Jakarta, 2014
keamanan yang lebih besar dibandingkan
variasi campuran fly ash batu bara dan batu Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika
bara + karang. Tanah 2, Penerbit Gramedia Pustaka
3. Penambahan fly ash batu karang lebih efektif Utama, Jakarta, 2014
dan efisien dibandingkan batu bara dalam
menaikkan nilai parameter kuat geser tanah Joseph E Bowles, Johan K Hainim, Sifat –
tetapi pada aplikasi timbunan urugan tanah sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah
akan lebih efektif jika dilakukan penambahan (Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Penerbit
keduanya yaitu fly ash batu bara + karang Erlangga, Jakarta, 1989.
untuk mendapatkan nilai penurunan yang
lebih kecil dan factor keamanan yang lebih L.D Wesley, Mekanika Tanah, Badan
besar. Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1977.

Saran O. B. A. Sompie, Rekayasa Geoteknik


1. Disarankan untuk melakukan stabilisasi tanah Pada Tahapan Konstruksi Perkerasan
dasar terlebih dahulu dan menggunakan Urugan Tanah, Manado, 2010.
material pilihan yang lebih baik untuk Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
timbunan agar dapat lebih menaikkan faktor Fakultas Teknik Universitas Sam
keamanan dan memperkecil nilai penurunan. Ratulangi Manado
2. Analisa mineralogy lempung dengan
pengujian difraksi sinar – X disarankan untuk Plaxis 2D Version 9.0 - 2 Tutorial Manual.
dilakukan terlebih dahulu agar lebih tepat Pdf
dalam menentukan variasi campuran.
Plaxis 2D Version 9.0 – 5 Scientific Manual.
DAFTAR PUSTAKA Pdf

Braja M Das, Mekanika Tanah (Prinsip – R.F Craig, Mekanika Tanah, Edisi
prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid1, Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991.
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.
Braja M Das, Principles Of Geotechnical
Braja M Das, Mekanika Tanah (Prinsip – Engineering 7th Edition, Cengage
prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid2, Learning, USA, 2010.
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.
Oktovian B. A. Sompie, Improvement Of Soil
Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika Consolidation Test And Inclusion Of
Tanah 1, Penerbit Gramedia Pustaka Secondary Compression On Hydraulic
Utama, Jakarta, 1992 Structure Design, PPLH-SDA Unsrat
Press, Manado, 2010.

1107

You might also like