You are on page 1of 12

PERILAKU TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI

DENGAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR


Adnan Ruziq Ihsan(1), Soewignjo Agus Nugroho(2), Ferry Fatnanta(2)
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos 28293
Email : adnan.ruziq@student.unri.ac.id

ABSTRACT

A Soil is usually as a base of both building construction and road construction, it becomes a
problem if the soil has an inapproriate properties. Materials such as cement, lime, and rice husk
ash can be used as stabilization materials to increase soil strength. This study examines the
behavior of high plastically stabilized clay with cement, lime, and rice husk ash. The increases
of soil performance is seen by CBR test, UCS test, and swelling potential measurements. CBR
and UCS test were carried out with 4 conditions; 28 days ripening, 28 days ripening and 4 days
immersion, tested directly, and 4 days immersion. The examination of swelling potential was
supported by dial on soaked CBR and consolidometer. Soil samples from each varied mixture
were loaded with various loads. The results showed that the CBR value and UCS value increase
with the duration of ripening and decrease with the length of immersion. Then the CBR and UCS
values increase with the addition of lime percentage in the mixture. The highest CBR and UCS
values occurs in cement soil 90% + lime 10% with CBR values of 164.34% and UCS values of
1402.97 kPa in conditions for 28 days without immersion. The lowest CBR and UCS values
occurs in cement soil 90% + rusk husk ash 10% with a value of 1.68% for CBR and 11.21 kPa
for UCS values with conditions soaked for 4 days without immersion. The maximum expansion
rate of each sample was reached at pressure of 3 kPa.

Keywords: CBR, UCS, Lime, Rice Husk Ash, Cement, Clay, Stabilization

I. PENDAHULUAN tersebut sebelum dimulai proses konstruksi


Tanah merupakan dasar dari suatu dengan cara meningkatkan stabilitas tanah itu
struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi sendiri. Kestabilan tanah bisa terjadi secara
bangunan maupun konstruksi jalan, dan alami maupun buatan, bila tanah secara alami
menjadi masalah apabila memiliki sifat-sifat tidak dapat mencapai kestabilan yang
yang buruk pada tanah. Sifat-sifat buruk dari diinginkan maka dilakukan upaya-upaya
tanah dapat mengganggu suatu konstruksi untuk menstabilkan tanah dengan berbagai
sehingga konstruksi dapat mengalami proses, dapat dengan menggunakan proses
kerusakan struktur, hal tersebut sangat tidak mekanik dan kimiawi. Proses tersebut
diinginkan dalam suatu konstruksi. Menurut disesuaikan dengan kondisi di lapangan
Bowles (1991), Tanah lempung merupakan dengan pertimbangan cara mana yang mudah
partikel mineral yang berukuran lebih kecil dan lebih efisien untuk dilakukan. Stabilisasi
dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini tanah secara mekanis bertujuan untuk
merupakan sumber utama dari kohesi di dalam mendapatkan tanah yang bergradasi baik (well
tanah yang kohesif. graded) sedemikian rupa sehingga memenuhi
Sifat tanah lempung diantaranya adalah spesifikasi yang diinginkan. Stabilisasi secara
mempunyai plastisitas yang tinggi, kembang kimiawi dapa dilakukan dengan penambahan
susut yang relatif besar, dan kekuatan geser bahan additive (Sudirja, 2008).
yang rendah. Oleh karena itu diperlukan Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan
upaya untuk memperbaiki kondisi tanah stabilisasi pada tanah lempung dimungkinkan

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 1


karena material ini banyak mengandung unsur air. Bahan dasar semen pada umumnya ada
silikat (SiO2) dan aluminat (Al2O3), sehingga tiga macam yaitu klinker/terak (70% hingga
dikategorikan sebagai pozzolan (Decenal, 95%, merupakan hasil olahan pembakaran
2016). Abu sekam padi dapat memperbaiki batu kapur, pasir silika, pasir besi dan
sifat-sifat tanah lempung dan dapat lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat
meningkatkan daya dukung tanah, tetapi pelambat pengerasan) dan material ketiga
semakin banyak abu sekam digunakan, daya seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan
dukung tanah akan terus menurun, hasil lain-lain. Jika ketiga unsur tersebut tidak lebih
efektif yang dicapai adalah 6% kandungan abu dari sekitar 3% umumnya masih memenuhi
sekam padi dalam tanah lempung (Adha, kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary Portland
2011). Berdasarkan penelitian-penelitian Cement). Namun bila kandungan material
tersebut diatas, waktu pemeraman dapat ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25%
memberikan pengaruh terhadap sifat mekanis maksimum, maka semen tersebut akan
tanah yang telah dicampur dengan bahan abu, berganti tipe menjadi PCC (Portland
terutama nilai CBR tanah. Composite Cement).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku tanah lempung plastisitas Kapur
tinggi yang distabilisasi dengan semen, kapur, Kapur memiliki sifat sebagai bahan ikat
dan abu sekam padi. antara lain : plastis, mudah dan cepat
mengeras, workability baik dan mempunyai
II. TINJAUAN PUSTAKA daya ikat baik untuk batu dan bata (Pinasang,
Tanah 2016). Bahan dasar kapur adalah batu kapur
Menurut Das (1988), struktur tanah atau dolomit, yang mengandung senyawa
didefinisikan sebagai susunan geometrik kalsium karbonat (CaCO3). Pengertian kapur
butiran tanah. diantara faktor-faktor yang sebagai bahan stabilisasi mengacu pada
mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, mineral kapur berupa kalsium hidroksida
ukuran, dan komposisi mineral dari butiran (Ca(OH)2), kalsium oksida (CaO) dan
tanah serta sifat dan komposisi dari tanah. kalsium karbonat (CaCO3).
Secara umum, tanah dapat dimasukkan ke Stabilisasi tanah dengan kapur telah
dalam dua kelompok yaitu tanah tidak kohesif banyak digunakan pada proyek-proyek jalan
(cohesionless soil) dan tanah kohesif dibanyak negara. Untuk hasil optimum kapur
(cohesive soil). Tanah tak kohesif merupakan yang digunakan biasanya antara 3% sampai
butiran-butiran tanah yang terpisah-pisah dan dengan 7% (Thomson, 1968) menemukan
hanya melekat apabila berada dalam kondisi bahwa dengan kadar kapur antara 5% sampai
basah sedangkan tanah kohesif merupakan dengan 7% akan menghasilkan kekuatan yang
butiran-butiran tanah yang menyatu lebih besar dari pada kadar kapur 3%.
sesamanya, dan pada waktu pengeringan
diperlukan suatu gaya untuk memisahkan Abu Sekam Padi
butiran-butiran tanah tersebut dalam keadaan Abu sekam padi merupakan suatu material
kering. Tanah kohesif dapat bersifat tidak yang merupakan limbah dari hasil pengolahan
plastis, plastis, dan dapat bersifat seperti padi menjadi beras pada pabrik penggilingan
cairan tergantung pada nilai kadar air tanah padi, yang tidak digunakan untuk proses
tersebut (Bowles, 1991). Contoh dari tanah lanjutan, sehingga abu sekam padi tersebut
kohesif adalah lempung dan lanau. merupakan limbah yang tidak mengalami
pengolahan kembali. Sebagai material limbah
Semen pengolahan pabrik penggilingan padi, abu
Semen mempunyai unsur utama kalsium sekam padi merupakan salah satu alternative
oksida, silikat dan aluminat yang bersifat bahan additive yang dapat digunakan sebagai
hidrolis (membutuhkan air), akan berubah material lapis pondasi atas atau lapis pondasi
menjadi pasta pengikat ketika bereaksi dengan

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 2


bawah pada struktur perkerasan jalan raya Contoh tanah yang digunakan dalam
(Adha, 2011) pengujian biasanya merupakan sampel tanah
Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan tak terganggu (undisturbed) yang diambil
stabilisasi pada tanah lempung dimungkinkan langsung dari lapangan ataupun sampel
karena material ini banyak mengandung unsur terganggu (disturbed) yang dibuat di
silikat (SiO2) dan aluminat (Al2O3), sehingga laboratorium dengan pemadatan hingga kadar
dikategorikan sebagai pozzolan. air optimum berdasarkan SNI 1744-1989-F.

Stabilisasi Tanah UCS (Unconfined Compression Strength)


Stabilisasi tanah adalah usaha untuk Pada material tanah, parameter yang perlu
memperbaiki daya dukung (mutu) tanah yang ditinjau adalah kekuatan geser tanahnya.
tidak baik dan meningkatkan daya dukung Pengetahuan mengenai kekuatan geser
(mutu) tanah yang sudah tergolong baik. diperlukan untuk menyelesaikan masalah-
Tujuan dari stabilisasi tanah adalah untuk masalah yang berkaitan dengan stabilisasi
meningkatkan kemampuan daya dukung tanah.
tanah dalam menahan beban serta untuk Salah satu pengujian yang digunakan untuk
meningkatkan kestabilan tanah. Usaha mengetahui parameter kuat geser tanah adalah
stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan uji kuat tekan bebas berdasarkan ASTM
pemadatan, mencampur dengan tanah lain, D2166, dimana pengujian ini bertujuan untuk
serta menambahkan bahan pencampur menentukan kekuatan tekan bebas suatu jenis
kimiawi. Stabilisator yang sering digunakan tanah yang berifat kohesif. Yang dimaksud
yakni semen, kapur, abu sekam padi, abu dengan kekuatan tekan bebas adalah besarnya
cangkak sawit, abu ampas tebu, fly ash, beban aksial persatuan luas pada saat benda
bitumen dan bahan-bahan lainnya (Adha, uji mengalami keruntuhan atau pada saat
2011). Kelebihan stabilisasi dengan regangan aksial mencapai 20%. Percobaan
menggunakan bahan tambahan (admixtures) kuat tekan bebas di laboratorium dilakukan
adalah sebagai berikut : pada sampel tanah dalam keadaan asli maupun
a. Meningkatkan kekuatan tanah. buatan (remoulded).
b. Mengurangi deformasi. Tekanan aksial yang terjadi pada tanah dapat
c. Menjaga stabilitas volume. ditulis dalam persamaan berikut :
d. Mengurangi permeabilitas.
e. Meningkatkan durabilitas. Beban
Nilai UCS =
Luas Pemukaan Sampel
CBR (California Bearing Ratio)
CBR dikembangkan oleh California State Potensi Pengembangan (Swelling Potential)
Highway Departement sebagai cara untuk Tanah mengembang mempunyai karakter
menilai kekuatan tanah dasar (subgrade). kembang susut yang besar, mengembang pada
Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi kondisi basah dan mengalami penyusutan saat
dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah kondisi kering. Jenis mineral yang terkandung
dasar atau bahan yang hendak dipakai untuk pada tanah sangat mempengaruhi besar
pembuatan perkerasan jalan. pengembangan tanah (swelling) dan tingkat
CBR adalah nilai yang menyatakan plastisitas tanah.
kualitas tanah dibandingkan dengan bahan Dalam menghadapi tanah mengembang
standar berupa batu pecah yang memiliki nilai perlu diperhitungkan adanya strength
CBR sebesar 100 %. Apabila dirumuskan degradation akibat perubahan kadar air. Besar
dalam persamaan maka berbentuk : kembang susut pada tanah tidak merata pada
semua titik, sehingga menyebabkan
Beban dalam pengujian perbedaan ketinggian permukaan tanah yang
CBR = × 100%
Beban standar dapat menimbulkan kerusakan.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 3


Menurut (Yahya, n.d.) umumnya awal semen-tanah. Sampel tanah untuk
pengembangan tanah terjadi pada keadaan : pengujian UCS dan CBR akan divariasikan
a. Tanah lempung mengandung jenis pada beberapa variabel, sebagaimana pada
mineral montmorillonite, Tabel 1 dan Tabel 2:
b. Plastisitas tinggi, yaitu ; LL > 40% dan
PI > 15%, Tabel 1 Variasi Benda Uji CBR
c. Adanya lapisan tanah di bawah CBR
permukaan tanah merupakan zona aktif, Curing Rendam
dimana cuaca sangat mempengaruhi Simbol Deskripsi 0 28 0 4 Total
perubahan kadar air. hari hari hari hari
( F1) (F2) (G1) (G2)
d. Adanya pergerakan dinamis (heave) A Tanah 2 2 2 2 8
akibat oksidasi dari mineral – mineral Asli
(Clay)
tertentu, misalnya sulfide sulphanes. B SC 90% 2 2 2 2 8
+ RHA
10%
III. METODE PENELITIAN C SC 90% 2 2 2 2 8
Studi penelitian ini dilaksanakan secara + Lime
4% +
eksperimental di Laboratorium Mekanika RHA 6%
Tanah, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, D SC 90% 2 2 2 2 8
+ Lime
Universitas Riau. Pengujian yang dilakukan 6% +
antara lain pengujian karakteristik fisik dan RHA 4%
E SC 90% 2 2 2 2 8
mekanik. Pengujian karakteristik fisik benda + Lime
uji meliputi uji batas konsistensi tanah. 10%
10 10 10 10 40
Sedangkan pengujian karakteristik mekanik
meliputi uji proctor, uji CBR (California
Bearing Ratio), dan uji UCS (Unconfined Tabel 2 Variasi Persiapan Benda Uji UCS
Compression Strength). UCS
Pembuatan benda uji CBR dan UCS Curing Rendam
dilakukan dengan menggunakan kadar air Simbol Deskripsi 0 28 0 4 Total
optimum (optimum moisture content) yang hari hari hari hari
( F1) (F2) (G1) (G2)
didapatkan dari pengujian proctor tanah asli. A Tanah 2 2 2 2 8
Pengujian CBR dan UCS dilakukan pada Asli
(Clay)
kondisi tanpa rendaman (unsoaked) maupun B SC 90% + 2 2 2 2 8
rendaman (soaked). Pengujian tersebut RHA
10%
dilakukan dengan pemeraman benda uji C SC 90% + 2 2 2 2 8
terlebih dahulu dengan tanpa pemeraman dan Lime 4%
+ RHA
dengan masa pemeraman 28 hari untuk benda 6%
uji tanpa rendaman serta 4 hari untuk benda D SC 90% + 2 2 2 2 8
Lime 6%
uji dengan rendaman. + RHA
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, ada 4%
E SC 90% + 2 2 2 2 8
beberapa tahapan yang dilakukan untuk Lime
memperoleh hasil yang diinginkan, 10%
10 10 10 10 40
diantaranya dimulai dengan studi literatur,
survei lokasi, persiapan alat pengujian, Keterangan :
penyiapan benda uji, hingga pengujian di SC = Soil Cement (tanah semen)
laboratorium dan analisis data. RHA = Rice Husk ash (abu sekam padi)

Persiapan Benda Uji Bagan Alir Pengujian


Pencampuran tanah semen dilakukan pada Metodologi penelitian berisi langkah-
kadar air optimum tanah asli, pembuatan langkah jalannya penelitian yang berawal dari
benda uji dilakukan sebelum waktu ikatan studi literatur, persiapan sampel dilokasi

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 4


penelitian, persiapan alat dan bahan,
penginstalan alat pengujian serta analisa data.
Tahap-tahap penelitian secara umum
dituangkan ke dalam diagram alir penelitian,
seperti pada Gambar 1.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data – data yang diperoleh dari penelitian
berasal dari serangkaian pengujian yang
dilaksanakan di laboratorium, kemudian
disajikan secara sistematis dan jelas untuk
dianalisis.

Hasil Pengujian Batas – Batas Konsistensi


Tanah
Berdasarkan hasil pengujian batas cair dan
batas plastis, maka diperoleh nilai batas cair
tanah asli sebesar 68,77% dan nilai plastis
sebesar 31,75%. Untuk nilai indeks plastisitas
yeng merupakan selisih dari batas cair dan
batas plastis, diperoleh nilai sebesar 37,02%.
Apabila nilai yang diperoleh, dimasukkan ke
dalam grafik klasifikasi tanah maka terletak
pada kelompok tanah CH karena berada diatas
garis A. Dapat dilihat pada Gambar 2
70

60
U-line
50 PI = 0.9 (LL
Plasticity Index, PI

CH or OH
40

30 A-line
PI = 0.73 (LL -
20
CL- CL or
10 OL
ML or
MH or OH
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Liquid Limit, LL

Gambar 2 Grafik Plastisitas Cassagrande

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 5


Tanah lempung plastisitas tinggi ini Kadar air optimum tersebut digunakan untuk
kemudian diuji kembali batas konsistensinya pembuatan sampel CBR dan UCS.
dengan penambahan semen, kapur, dan 14
semen. Pencampuran ini untuk melihat 13,70
pengaruh dari penambahan additive terhadap 13,5
nilai konsistensinya.

γd (kN/m3)
13
Tabel 3 Hasil Uji Batas Konsistensi Campuran
No Jenis campuran Batas Atterberg 12,5
LL (%) PL (%) PI (%) OMC 29%
1 Tanah + Semen 5% 63,15 37,92 25,23
12
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
2 Tanah + Kapur 4% 66,64 48,17 18,46
Kadar Air (%)
3 Tanah + Kapur 6% 62,51 42,17 20,34
4 Tanah + Kapur 10% 57,86 41,00 16,86
5 Tanah + Abu Sekam 59,79 41,42 18,73
Gambar 4. Hasil Pemadatan Tanah Asli
Padi 4%
6 Tanah + Abu Sekam 58,93 37,89 21,03
Padi 6%
Pada pemadatan dengan menggunakan
7 Tanah + Abu Sekam 56,72 36,32 20,40 standar proctor, didapatkan nilai kadar air
Padi 10%
8 (SC) 90% + RHA 10% 59,10 35,56 23,54
optimum (OMC) sebesar 29 % dan kepadatan
kering maksimum (MDD) sebesar 13,70
9 (SC) 90% + Lime 4% + 61,02 39,04 21,97
RHA 6% kN/m3
10 (SC) 90% + Lime 6% + 57,85 43,64 14,21
RHA 4%
11 (SC) 90% + Lime 10% 64,04 47,66 16,38 Hasil Pengujian CBR
CBR bertujuan untuk menentukan
kualitas relative tanah dasar (subgrade), lapis
70
pondasi bawah (subbase) dan lapis pondasi
Plasticity Index, PI

60
50 CH or atas (base) dibandingkan dengan beban
U-line OH
40 PI = 0.9 standar berupa batu pecah yang memiliki nilai
(LL - 8)
30 CBR 100%.
CL or A-line
20 OL PI = 0.73 (LL Sampel pengujian CBR ini adalah tanah
CL- ML - 20)
10 MH or OH
asli dan berbagai variasi campuran.
ML or O
0 Pengujian CBR dilakukan dengan 4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 perlakuan, diantaranya:
Liquid Limit, LL 1. Tanpa pemeraman dan tidak direndam
(non curing unsoaked),
2. Tanpa pemeraman dan direndam (non
Gambar 3 Hasil Batas Konsistensi Semua
curing soaked),
Campuran
3. Pemeraman dan tidak direndam (curing
unsoaked),
Dilihat dari Gambar 3 bahwa tanah asli
4. Pemeraman dan direndam (curing
yang merupakan CH atau lempung plastisitas
soaked).
tinggi, jika dicampurkan dengan semen,
kapur, dan abu sekam padi, menyebabkan
Di bawah ini hasil pengujian CBR dari
tanah campuran berubah menjadi MH atau
setiap variasi yang ada. Tabel 4 merupakan
lanau plastisitas tinggi.
hasil rata-rata dari dua sampel pada masing
masing variasi.
Hasil Pemadatan
Pengujian pemadatan dilakukan untuk
menentukan nilai kadar air optimum
(Optimum Moisture Content) kepadatan
kering maksimum (Maximum Dry Density).

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 6


Tabel 4. Hasil CBR Semua Variasi terjadinya pengikatan tanah dengan zat
Nilai CBR (%) lainnya oleh semen. Sedangkan yang tanpa
No
Jenis
Non Curing Curing pemeraman dan diuji langsung belum sempat
Campuran
adanya reaksi kimiawi semen dengan partikel
Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked
tanah, kapur, maupun abu sekam padi.
Tanah Asli
1 1,96 11,88 2,38 16,64
(Clay)
SC 90% +
2
RHA 10%
1,68 12,97 23,20 52,47 Hasil Pengujian UCS
SC 90% + Pengujian UCS dilakukan sama seperti
3 Lime 4% + 8,74 15,85 72,26 104,05
RHA 6% halnya pengujian CBR dengan 4 perlakuan
SC 90% + dan dengan variasi yang sama. Table 5
4 Lime 6% + 8,99 18,48 71,70 123,67
RHA 4% menunjukkan hasil dari pengujian UCS untuk
SC 90% +
5
Lime 10%
13,91 17,99 121,44 164,38 semua variasi campuran dan perlakuan.

200
Tabel 5. Hasil UCS Semua Variasi
Nilai CBR (%)

Nilai UCS (kPa)


Jenis
No Non Curing Curing
Campuran
Soaked Unsoaked Soaked Unsoaked
0 Tanah Asli
1 36,22 182,84 34,44 252,23
Curing Curing Non Curing Non Curing (Clay)
Unsoaked Soaked SC 90% +
2 11,21 362,62 50,00 398,93
RHA 10%
Tanah Asli (Clay) SC 90% +
SC 90% + RHA 10%
SC 90% + Lime 4% + RHA 6% 3 Lime 4% + 93,68 317,94 478,52 620,17
SC 90% + Lime 6% + RHA 4% RHA 6%
SC 90% + Lime 10% SC 90% +
4 Lime 6% + 158,70 269,61 557,08 623,45
Gambar 5. Hasil Uji CBR Untuk Semua RHA 4%
Variasi SC 90% +
5 186,68 343,15 1382,00 1402,97
Lime 10%
Berdasarkan Gambar 5 dapat disimpulkan,
bahwa sampel pada setiap variasi mempunyai Data dari Tabel 5 dimasukkan kedalam
nilai tertinggi pada kondisi yang diperam grafik hubungan nilai UCS dengan semua
dibandingkan dengan yang tanpa pemeraman. kondisi perlakuan yang dapat dilihat pada
Kemudian apabila yang diperam dan Gambar 6.
direndam dibandingkan dengan yang hanya
diperam, maka nilai yang tertinggi terdapat
pada yang diperam saja. Sama halnya dengan 1600
1400
Nilai UCS (%)

yang tidak diperam, sampel yang tidak 1200


diperam maupun direndam memiliki nilai 1000
yang tinggi dibandingkan dengan sampel yang 800
600
tidak diperam tetapi direndam. 400
Apabila dilihat pada perendaman, nilai 200
0
CBR sangat rendah bila sampel direndam Curing Curing Non Non
langsung tanpa adanya pemereman. Karena Unsoaked Curing Curing
waktu ikat semen, kapur, dan abu sekam padi Soaked
Tanah Asli (Clay)
terjadi pada kondisi pemeraman. Jika sampel SC 90% + RHA 10%
tidak diperam langsung diperam maka ikatan SC 90% + Lime 4% + RHA 6%
semen dengan zat yang lain belum terjadi dan SC 90% + Lime 6% + RHA 4%
air yang melebihi kadar air pada saat SC 90% + Lime 10%
campuran mempengaruhi nilai CBR.
Waktu ikat ini juga dapat dilihat Gambar 6. Hasil Uji UCS Untuk Semua
pengaruhnya pada sampel yang diperam dan Variasi Berbeda
tidak diperam. Dimana sampel yang diperam
memiliki nilai yang tinggi akibat telah

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 7


Berdasarkan Gambar 6 dapat disimpulkan dikarenakan pengembangan sampel uji
bahwa sampel pada setiap variasi mempunyai kesegala arah dan semen tidak cukup kuat
nilai tertinggi pada kondisi yang diperam untuk menahan masuknya air rendaman
dibandingkan dengan yang tanpa pemeraman. kedalam sampel uji.
Kemudian apabila yang diperam dan Hal lain yang menjadi penyebab
direndam dibandingkan dengan yang hanya selanjutnya ialah menurut Putra dan Zaika
diperam, maka nilai yang tertinggi terdapat (2016), Abu sekam padi mempunyai
pada yang diperam saja. kandungan silica yang tinggi, namun silika
Sama halnya dengan yang tidak diperam, bersifat menyerap air.
sampel yang tidak diperam maupun direndam
memiliki nilai yang tinggi dibandingkan Pengaruh Kadar Campuran Pada Hasil
dengan sampel yang tidak diperam tetapi CBR dan UCS
direndam. Dari hasil pengujian CBR dan UCS kadar
Apabila dilihat pada perendaman, nilai persentasi campuran terhadap tanah asli
UCS sangat rendah bila sampel direndam mempunyai nilai CBR dan nilai kuat tekan
langsung tanpa adanya pemeraman. Karena bebas yang bervariasi. Tanah asli yang
waktu ikat semen, kapur, dan abu sekam padi merupakan lempung plastisitas tinggi,
terjadi pada kondisi pemeraman. Jika sampel memiliki nilai CBR yang sangat buruk pada
tidak diperam langsung diperam maka ikatan kondisi rendaman karena tidak sesuai dengan
semen dengan zat yang lain belum terjadi dan spesifikasi tanah timbun untuk perkerasan
air yang melebihi kadar air pada saat jalan sebesar 5%, (Hardiyatmo, 2010).
campuran mempengaruhi nilai UCS. Sehingga dirancanglah sebuah campuran
Waktu ikat ini juga dapat dilihat untuk mencapai nilai sesuai spesifikaasi nilai
pengaruhnya pada sampel yang diperam dan yang telah ditetapkan serta untuk mengatasi
tidak diperam. Dimana sampel yang diperam tingginya plastisitas dilapangan yang dapat
memliki nilai yang tinggi akibat telah memungkinkan terhambatnya pekerjaan.
terjadinya pengikatan tanah dengan zat Apabila dilihat dari campuran tanah semen,
lainnya oleh semen. Sedangkan yang tanpa ada nilai atau batas yang menjadi syarat
pemeraman dan diuji langsung belum sempat minimum. Berdasarkan SNI 03 – 6887 – 2012
adanya reaksi kimiawi semen dengan partikel nilai minimum kuat tekan bebas tanah semen
tanah, kapur, maupun abu sekam padi. sebesar 50 kPa, sedangkan berdasarkan
Dilihat dari nilai UCS pada campuran Soil ASTM D 1633 – 00 nilai UCS yang
Cement 90% + Abu sekam padi 10%, nilai diharapkan 35 kPa.
perendam yang telah diperam memiliki nilai Soil cement 90% + kapur 10% memiliki
yang kecil dibandingkan nilai kuat tekan nilai yang paling besar baik dalam nilai CBR
bebas tanpa perendaman dan tanpa yaitu sebesar 164,38% dan nilai kuat tekan
pemeraman. Hal ini disebabkan sampel uji bebas sebesar1402,97 kPa. Nilai tersebut
yang telah diperam pada saaat perendaman didapat berdasarkan kondisi diperam dan
tidak direndam seperti sampel uji UCS. tidak direndam. Harnaeni (2012)
Sehingga ikatan tanah, semen, dan abu sekam menyebutkan bahwa, peningkatan nilai CBR
padi mengembang akibat masuknya air maupun UCS ini terjadi karena sementasi
rendaman yang merusak ikatan antar bahan akibat peningkatan panambahan kapur.
campuran. Sementasi ini menyebabkan penggumpalan
Bila kita lihat pada pengujian UCS sampel sehingga meningkatnya daya ikat antar
uji direndam dengan mould uji serta ditahan butiran, butiran ini tidak mudah hancur atau
dengan beban untuk mencegah berubah bentuk karena pengaruh air.
pengembangan tanah saat perendaman Selanjutnya nilai pemeraman
sedangkan sampel UCS tidak demikian, inilah mempengaruhi pada campuran tanah lempung
yang menyebabkan nilai kuat tekan bebasnya + semen dan kapur 10%, menurut Harnaeni
berkurang walaupun telah diperam (2012) nilai CBR pada waktu pemeraman

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 8


kurang dari waktu 24 jam dibandingkan lebih ini bersifat menyerap air (Putra & Zaika,
dari 24 jam memiliki nilai yang tinggi. 2016.), jadi semakin banyak silica maka
Kemudian semen + lempung plastisitas tinggi semakin banyak air yang diserap. Ini lah yang
menurut (Lesmana et al., 2013) nilai CBR membuat nilai CBR dan nilai qu pada variasi
maksimum pada saat pemeraman selama 28 satu menjadi rendah.
hari.
Soil cement 90% + abu sekam padi 4% + Pengaruh Kadar Air
kapur 6% memiliki nilai 123,67% untuk CBR
dan nilai qu sebesar 623,45 kPa pada kondisi 60

Kadar Air (%)


diperam dan tidak direndam. Nilai tersebut
secara keseluruhan merupakan nilai kedua 40
tertinggi pada semua campuran. Berdasarkan
hasil penelitian (Pinasang, 2016), 20
menjelaskan pertambahahan nilai qu pada
tanah lempung + kapur + abu sekam padi 0
Curing Curing Non CuringNon Curing
berbanding lurus dengan pertambahan Unsoaked Soaked Unsoaked Soaked
persentasi kapur. Tanah Asli (Clay)
Soil cement 90% + abu sekam padi 6 % + SC 90% + RHA 10%
kapur 4% memiliki nilai ketiga tertinggi SC 90% + Lime 4% + RHA 6%
SC 90% + Lime 6% + RHA 4%
dengan nilai CBR yaitu 104,05% dan untuk SC 90% + Lime 10%
nilai qu sebesar 620,17 kPa berdasarkan
kondisi yang diperam dan tidak direndam. Gambar 7 Kadar Air Sampel CBR Setiap
Sebagaimana menurut Adha (2011), Variasi
efektifitas penggunaan abu sekam padi adalah
6% dalam penggunaan campuran untuk Berdasarkan Gambar 7, sampel yang tidak
stabilisasi tanah lempung sebagai pengganti diperam memiliki nilai kadar air yang beda
semen. Tetapi apabila kadar ini saat apabila sampel mengalami perendaman.
digunakan pada saat campuran tanah tidak Sampel yang diuji langsung memiliki kadar
memiliki nilai yang cukup tinggi, disebabkan air yang lebih kecil dibandingkan dengan
perbandingan nilai pengganti semen dengan sampel yang langsung direndam. Pada
abu sekam padi yang berbeda. pengujian langsung terjadi kehilangan kadar
Menurut (Adha, 2011), penggunaan abu air pada setiap variasi dibandingkan dengan
sekam padi dan semen adalah 2 : 1 sedangkan sampel tanah asli, karena pada saaat
pada pengujian ini tidak. Inilah yang pencampuran semua bahan stabilitas kadar air
menyebabkan perbedaan hasil pengujian. yang digunakan adalah kadar air optimum
Campuran tanah soil cement 90% + abu untuk tanah asli. Selanjutnya pada sampel
sekam padi 10%, memiliki nilai terendah yang diperam juga mempunyai nilai kadar air
dibandingkan semua variasi campuran baik yang berbeda, apabila sampel direndam
pada nilai CBR maupun UCS yakni 52,47% setelah pemeraman.
untuk CBR dan 398,93 kPa untuk nilai qu Sampel yang direndam walaupun telah
pada kondisi diperam dan tidak direndam. diperam juga memiliki nilai kadar air yang
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan tinggi. Jika dibandingkan kadar air sampel
semakin banyak abu sekam padi yang yang sama – sama direndam, nilai kadar air
digunakan maka pengikatan air oleh abu yang direndam langsung lebih tinggi
sekam padi semakin besar sehingga tidak dibandingkan yang direndam setelah diperam,
terjadi kondisi kadar air optimum (Adha, dikarenakan sampel yang diperam lebih
2011). mendekati kedap air akibat partikel antar
Abu sekam padi memiliki nilai silica yang campuran sudah saling mengikat satu sama
tinggi jika dicampur dengan semen akan lainnya.
memperkuat campuran tersebut, namun silica Sampel yang hanya diperam memiliki nilai
kadar air yang mendekati pada setiap variasi.
Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 9
Gambar 7 menunjukkan bahwa antar daya 80
dukung tanah dengan kadar air memiliki
60

Kadar Air (%)


hubungan yang berbanding terbalik. Menurut
(Suroso, 2013), pada kondisi rendaman, 40
semakin tinggi kandungan kadar air pada 20
tanah yang dipadatkan maka nilai daya
dukungnya semakin rendah, begitu pula 0
Curing Curing Non Non
sebaliknya. Unsoaked Soaked Curing Curing
Gambar 8 merupakan hasil kadar air Unsoaked Soaked
sampel UCS untuk semua variasi. Apabila Tanah Asli (Clay)
SC 90% + RHA 10%
dibandingkan Kadar Air CBR dan UCS, SC 90% + Lime 4% + RHA 6%
terdapat perbedaaan, karena tingginya kadar SC 90% + Lime 6% + RHA 4%
air pada sampel uji SC 90% + RHA 10% SC 90% + Lime 10%
kondisi curing dan unsoaked akibat Gambar 8 Kadar Air Sampel UCS Untuk
perendaman. Kadar air ini yang menyebabkan Setiap Variasi
berkurangnya nilai kuat tekan bebas pada
varaisi satu, kadar air yang berlebih Pengujian Swelling
mengurangi ikatan antara tanah, semen, dan
3,00
abu sekam padi.
Pengembangan (%)

Menurut Adha (2011), kondisi rendaman


2,00
sifat fisis dan mekanis tanah yang distabilisasi
akan mengalami penurunan, campuran
1,00
persentase kadar abu sekam hanya efektif
sebesar 6%. Dari hasil pengujian yang 0,00
dilakukan semakin besar kadar abu yang 1 kPa 2 kPa 3 kPa 4 kPa 5 kPa
digunakan pada saat perendaman Tekanan
mempengaruhi daya serap air sehingga Tanah Asli (Clay)
SC 90% + RHA 10%
kandungan air pada benda uji semakin tinggi SC 90% + Lime 4% + RHA 6%
SC 90% + Lime 6% + RHA 4%
dan menyebabkan jatuhnya nilai kuat tekan SC 90% + Lime 10%
bebas. Secara umum nilai kadar air untuk
variasi yang lain mempunyai kasus yang sama Gambar 9 Hasil Pengujian Swelling
pada kadar air yang mempengaruhi nilai CBR.
Antara yang diperam, memiliki nilai UCS Gambar 9 menunjukkan bahwa variasi
yang tinggi apabila hanya diperam saja pengembangan yang terjadi pada setiap
dibandingkan yang diperam dan direndam, variasi berbeda beda. Rata–rata
karena dipengaruh dari kadar air pada sampel pengembangan hanya terjadi sampai tekanan
uji. Selanjutnya antara yang tidak diperam, 3 kPa.
akan memiliki nilai UCS yang tinggi Campuran SC 90% + RHA 10% serta SC
dibandingkan dengan sampel yang tidak 90% + Lime 4% + RHA 6% mengembang
diperam tetapi direndam. Karena sesuai lebih besar pada tekanan 1 kPa dibandingkan
dengan yang telah dibahas pada pengaruh yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh
kadar air pada nilai CBR. persentase abu sekam padi. Putra dan Zaika
(2016) mengatakan bahwa abu sekam padi
mempunyai kandungan silika yang tinggi,
namun silika bersifat menyerap air. Putra dan
zaika dalam penelitiannya juga melihatkan
bahwa pengembangan tanah asli + semen +
abu sekam padi memiliki nilai swelling yang
besar jika dibandingkan dengan dua variasi
campuran yang berbeda.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 10


Berdasarkan data diatas jika semua tanah 8. Potensi pengembangan setiap variasi
diberi beban sebesar 3 kPa maka tanah yang campuran hanya berpotensi mengembang
bagus adalah variasi satu yang merupakan SC hingga tekanan 3 kPa.
90% + RHA 10% dan variasi dua SC 90% +
Lime 4% + RHA 6%, karena kedua variasi ini VI. DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan pengembangan yang kecil Adha, I. (2011). Pemanfaatan Abu Sekam Padi
dibandingkan variasi lainnya. Sebagai Pengganti Semen Pada Metode
Stabilisasi Tanah Semen. Jurnal
V. KESIMPULAN Rekayasa, 15(1).
Berdasarkan hasil pengujian dan Bowles, J.E. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan Geoteknik Tanah. Jakarta: Erlangga
sebagai berikut : Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-
1. Berdasarkan ASTM 4318 tentang Prinsip Mekanika Tanah) Jilid 1.
pengujian konsistensi tanah, tanah Jakarta: Erlangga.
lempung yang digunakan adalah tanah Fadilla, N. (2014). Pengujian Kuat Tekan
lempung berplastisitas tinggi dengan Bebas (Unconfined Compression Test)
batas cair (liquid limit) 68,77 %, batas Pada Stabilitas Tanah Lempung Dengan
plastis (plastis limit) 31,75 %, dan indeks Campuran Semen Dan Abu Sekam Padi,
plastisitas (plasticity index) sebesar 37,02 Jurnal Ilmiah, 15(1).
%. Hardiyatmo, H.C. (2012). Mekanika Tanah 1
2. Dari hasil pemadatan proktor pada tanah Edisi ke Enam, Yogyakarta : Gadjah
asli diperoleh kadar air optimum sebesar Mada University Press
29% dan kepadatan kering maksimum . (2010). Stabilisasi Tanah
(MDD) sebesar 13,70 kN/m3. Untuk Perkerasan Jalan Edisi Pertama,
3. Penambahan semen, kapur, dan abu Yogyakarta : Gadjah Mada University
sekam padi meningkatkan nilai CBR serta Press
UCS. Semakin banyak kapur yang Harnaeni, S. R. (2012). Efektifitas Semen
digunakan pada campuran tanah semen, Pada Stabilisasi Lempung Dengan
maka semakin tinggi nilai CBR dan nilai Kapur Akibat Percepatan Waktu Antara
UCS. Campuran Dan Pemadatan. Simposium
4. Penggunaan abu sekam padi tidak Nasional RAPI XI FT UMS, 83–89.
disarankan pada kondisi tanah yang Lesmana, R. I., Nugroho, S. A., Jurusan, M.,
mengalami perendaman, karena dapat Sipil, T., Jurusan, D., Sipil, T., … Riau,
mengurangi nilai CBR dan nilai UCS. U. (2013). Stabilitas Tanah Plastisitas
5. Persentase nilai CBR dan nilai kuat tekan Tinggi Dengan Semen. Jurnal
bebas tertinggi terjadi pada SC 90% + FTEKNIK Vol 3 No.2
Lime 10%, dengan nilai CBR sebesar Pinasang, D. (2016). Analisis Campuran
164,38% dan nilai UCS 1402,97 kPa pada Kapur-Flay Ash Dan Kapur-Abu Sekam
kondisi pemeraman 28 hari. Padi Terhadap Lempung Ekspansif.
6. Pemeraman dan perendaman Jurnal Ilmiah, 14(3).
mempengaruhi nilai CBR dan nilai kuat Putra, A. A., & Zaika, Y. (2016). Pengaruh
tekan bebas pada UCS. Sampel Uji yang Penambahan Semen , Abu Sekam Padi
diperam 28 hari memiliki nilai CBR yang dan Abu Ampas Tebu pada Tanah
tertinggi dan nilai kuat tekan bebas yang Lempung Ekspansif di Bojonegoro
tertinggi. terhadap Nilai CBR , Swelling , dan
7. Kadar air mempengaruhi nilai CBR dan Durabilitas, Jurnal Ilmiah, 7(1).
nilai UCS. Semakin tinggi nilai kadar air Sudirja. (2008),Pengaruh Penambahan Spent
semakin rendah nilai CBR dan nilai UCS. Catalyst Pada Stabilisasi Tanah Semen
Terhadap Kembang Susut Dan Daya
Dukung Tanah Ekspansif Sebagai

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 11


Subgrade Jalan. Tesis Universitas
Diponegoro
Sudjianto, A. T. (2007). Stabilisasi Tanah
Lempung Ekspansif Dengan Garam
Dapur (NaCl). Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil, 8(1), 53-63
Suroso. (2013). Pengaruh Variasi Lama
Perendaman , Energi Pemadatan , Dan
Kadar Air Terhadap Pengembangan,
Jurnal Rekayasa Sipil 7(1), 55–65.
Wiqoyah, Q. (2006). Pengaruh Kadar Kapur,
Waktu Perawatan dan Perendaman
Terhadap Kuat Dukung Tanah
Lempung. Dinamika Teknik Sipil, 6(1),
16–24.
Yahya, R. G. (2014). Akibat Tanah
Mengembang, Jurnal Teknik Sipil
11(1), 63–74.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 12

You might also like