You are on page 1of 14

PERENCANAAN SUMP DAN SEDIMENT POND DALAM MENUNJANG

PENYALIRAN TAMBANG BUKIT 13 UNTUK MEMINIMALISIR


DAMPAK MASUKNYA AIR LIMPASAN KE LINGKUNGAN WARGA DI
PT. ANTAM TBK UBP BAUKSIT TAYAN, KALIMANTAN BARAT

JURNAL

FERALDO SANDRIO
17080024

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

PERENCANAAN SUMP DAN SEDIMENT POND DALAM MENUNJANG


PENYALIRAN TAMBANG BUKIT 13 UNTUK MEMINIMALISIR
DAMPAK MASUKNYA AIR LIMPASAN KE LINGKUNGAN WARGA DI
PT. ANTAM TBK UBP BAUKSIT TAYAN, KALIMANTAN

Jurnal ini dibuat berdasarkan Proyek Akhir:


Nama : Feraldo Sandrio
NIM/TM : 17080024/2017
Konsentrasi : Tambang Umum
Program Studi : D3 Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik

Padang, Agustus 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing

Ansosry, S.T., M.T.


NIP. 19730520 200012 1 001
ISSN: Jurnal Bina Tambang, Vol. , No.

Perencanaan Sump dan Sediment Pond Dalam Menunjang


Penyaliran Tambang Bukit 13 Untuk Meminimalisir Dampak
Masuknya Air Limpasan ke Lingkungan Warga di PT. Antam Tbk
UBP Bauksit Tayan, Kalimantan Barat
Feraldo Sandrio*, Ansosry1**
1Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

*feraldosandrio@outlook.com
**osh5161@ft.unp.ac.id

Abstract. 2020 is the seventh year of the Unit Bisnis Pertambangan Bauksit (UBPB), West
Kalimantan operating as a business unit. Bauxite mining system used at PT. ANTAM Tbk. UBP
Bayanit Tayan, West Kalimantan, Open Cast. This year the target of the operation is mining 13 hills,
of which hill 13 is a virgin hill (mining activities have not yet been carried out). There is no study of
drainage system planning for hill 13. Based on field observations, it can be seen that there are
residents around the hill. The location of the hill 13 between the Beganjing Swamp and Lake
Segelam. The two neighborhoods are one of the local people's livelihoods, which means that in
supporting mining on hill 13, a drainage that is not disruptive from the community's environment
must be made, therefore the author is interested in studying this.The planned drainage system on
Hill 13 PT. Antam Tbk UBP Bauxite is a combination of mine drainage and mine dewatering
methods, which are efforts to prevent, dry and drain water entering the mining area. The mine
drainage system plan was designed based on a topographic map, also with the realization of the
Planning OB Stripping on Hill 13. Based on the analysis of rainfall data for 2014-2019, obtained
rainfall plan was 151,844 mm / day, with high rainfall intensity varying in each catchment area with
a rainfall return period of 5 years and hydrological risk 67.23%. In the hill 13 mine drainage system
plan there are four catchment areas / catchment areas with surface runoff discharge entering the
mine openings. There are 3 sumps, namely in Catchment Areas 1, 3 and 4, as well as a sediment
pond in Catchment 2. The planned sump is trapezoidal with a slope of 60 ° (based on the slope of
hill 13). The sedimentation pond is designed in the form of a zig zag rectangle with 4 compartments,
in the hope that solids entering through the inlet will be retained in the insulator of each compartment
so that the water that comes out of the outlet is clean water. Recovery or control of mud in sumps
and sedimentation ponds using Zaxis L210 Excavator. Pipes used in PVC type sumps and for
sedimentation ponds use aramco culverts with 10-15 inch diameter

Keywords: Rainfall, hgghcatchment area, excavator, trench, sump, and sediment pond

1 Pendahuluan yaitu terletak pada Bukit 13. Di Bukit 13 belum adanya


kajian penyaliran tambang untuk lokasi tersebut, yang
Kegiatan penambangan bauksit pada PT. Antam UBP nantinya dapat berdampak buruk bagi pencapaian
Tayan menggunakan sistem tambang terbuka dengan produksi tinggi yang telah ditetapkan perusahaan. Dengan
Metode Open Cast sehingga seluruh rangkaian kerja tidak terkontrolnya debit air yang masuk dan keluar dari
penambangan akan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca tambang dapat mengakibatkan berbagai masalah seperti
secara langsung. tergenangnya front loading, jalan tambang yang rusak dan
Pada tahun 2020 PT. ANTAM Tbk. UBPB Tayan, licin, masuknya air limpasan ke lingkungan warga,
Kalimantan Barat terdapat target operasional selanjutnya
1
efisiensi kerja menurun serta nantinya dapat mengancam akhirnya mengalir kelaut. Air yang meresap ke dalam
keselamatan dan kesehatan kerja. tanah sebagian mengalir kedalam tanah (perkolasi)
Dalam menunjang jalannya aktivitas penambangan mengisi air tanah yang kemudian ke luar sebagai mata air
atau mengalir ke sungai.
dibutuhkan suatu sistem penyaliran tambang yang efektif
Akhirnya aliran air di sungai akan sampai ke laut. Proses
dan efisien, ditandai dengan tidak adanya air di front tersebut berlangsung terus menerus yang disebut dengan
penambangan sehingga perlu dilakukan pemulihan pada siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008)
sistem penyaliran tersebut.
Bukti 13 diapit dengan lingkungan warga, yaitu rawa
beganjing dan danau segelam. Danau segelam merupakan
tempat mata pencaharian masyarakat sekitar sehingga hal
ini lah yang harus diperhatikan dalam pembuatan
penyaliran yang benar. Harapannya dari penyaliran
tersebut air limpasan tidak masuk ke lingkungan warga

2 Lokasi Penelitian
Secara administrasi, wilayah IUP Operasi Produksi
No. 02/2010/SGU berada di tepi Sungai Kapuas yang
terletak ± 80 km jarak lurus dari sebelah Timur Kota
Pontianak. Adapun secara geografis wilayah tersebut
terletak di antara 109,9º BT - 110,1º BT dan 0,06º LS – Gambar 2. Siklus Hidrologi
0,1º LS. Lokasi penambangan ini secara geografis
berbatasan dengan: 3.2 Metode Penyaliran Tambang
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sungai
Ambawang Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Meliau dapat dibedakan menjadi:
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Balai 1. Mine Drainage merupakan upaya untuk
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Toba mencegahmasuknya air ke daerah penambangan. Hal
Peta lokasi kesampaian daerah tersebut dapat dilihat ini umumnya dilakukan untuk penanganan airtanah
pada Gambar 1. dan air yang berasal dari sumber air permukaan.
2. Mine Dewaterring merupakan upaya untuk
mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani
air yang berasal dari air hujan.

3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sistem


Penyaliran

3.3.1 Curah Hujan


Gambar 1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah merupakan data utama dalam perencanaan kegiatan
penirisan tambang terbuka, karena besar kecilnya curah
hujan pada suatu daerah tambang akan mempengaruhi
3 Kajian Teori besar kecilnya air tambang yang harus ditanggulangi.
Menentukan curah hujan rencana dapat menggunakan
3.1 Siklus Hidrologi “Distribusi Gumbel” yaitu penentuan curah hujan rencana
yang dilakukan dengan cara parsial. Cara ini dilakukan
Proses siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dengan menentukan ambang batas curah hujan
dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian maksimum. Perhitungan dilakukan terhadap curah hujan
kembali ke bumi lagi. Uap air akan bergerak dan adalah sebagai berikut:
SD
memasuki atmosfer, yang kemudian mengalami Xt = X + ̅
X+ (Yt − Yn) (1)
kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang Sn
berbentuk awan. Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh Keterangan:
sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang Xt = Curah hujan rencana, mm/hari
jatuh sebagian ke permukaan tanah, sebagian air hujan 𝑋̅ = Curah hujan rata-rata, mm/hari.
yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam SD = Standard Deviation
tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas Sn = Reduced Standard Deviation
permukaan tanah (aliran permukaan atau surface run off) Yt = Reduced Variate
mengisi cekungan tanah, danau dan masuk ke sungai dan Yn = Reduced Mean

2
planimeter, millimeter block, atau dengan bantuan
Nilai Reduced Mean (Yn) dan Reduced Variate (Yt) dapat software
dicari dengan rumus sebagai berikut:
𝑛+1−𝑚 3.3.5 Air Limpasan
Yn = − ln [− 𝑙𝑛 { }] (2)
𝑛+1
Keterangan: Air limpasan berlangsung ketika jumlah curah hujan
n = Jumlah Sampel melebihi laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelah laju
m = Urutan Sampel infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan-cekungan
𝑇−1 pada permukaan tanah. Setelah pengisian air pada
Yt = − ln [− 𝑙𝑛 { }] (3)
𝑇 cekungan tersebut selesai, air kemudian dapat mengalir di
Keterangan: atas permukaan tanah dengan bebas.
T = Periode Ulang Hujan, Tahun Q = 0,278 x C x I x A (7)
Keterangan:
Sedangkan nilai dari Reduced Standart Deviation (Sn) Q = Debit Air (m3/detik)
dan Standart Deviation (SD) ditentukan dengan rumus: C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2 A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (Km2)
SD = √ (4)
𝑛−1
̅̅̅̅)2
∑(𝑌𝑛− 𝑌𝑛
3.3.6 Koefisen Limpasan
Sn = √ (5)
𝑛−1
Koefisien limpasan merupakan suatu konstanta yang
Keterangan: menggambarkan dampak proses infiltrasi, penguapan,
Xi = Curah hujan periode ulang T tahun (mm) tata guna lahan, serta kemiringan lahan. Koefisien
𝑋̅ = Curah hujan rata-rata, mm/hari. limpasan dipengaruhi oleh faktor tanah penutup dan
̅̅̅̅ = Reduced Variate Mean
Yn kemiringan, intensitas dan lamanya hujan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi koefisien limpasan dijelaskan
3.3.2 Periode Ulang pada tabel 1 beirkut:

Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan Tabel 1. Koefisien Limpasan


menyesuaikan data dan keperluan pemakaian saluran No Kemiringan Jenis Lahan Koefisien
yang berkaitan dengan umur tambang serta tetap Limpasan
memperhitungkan resiko hidrologi. 1 <3% •Sawah, rawa 0,2
1 𝑇𝑟 •Hutan, perkebunan 0,3
Pr = {1 − (1 − ) } × 100% (6)
𝑇𝐿 •Perumahan dengan 0,4
Keterangan: kebun
Pr = Resiko Hidrologi 2 3-15% •Hutan, perkebunan 0,4
Tr = Periode Ulang Hujan •Perumahan 0,5
TL = Lama Sistem Penyaliran akan bekerja (tahun) •Tumbuhan yang 0,6
jarang
3.3.3 Intensitas Hujan •Tanpa tumbuhan, 0,7
daerah timbunan
Nilai intensitas hujan tergantung lama curah hujan dan 3 >15% •Hutan 0,6
frekuensi hujan dan waktu konsentrasi. Dalam •Perumahan, kebun 0,7
menentukan intensitas curah hujan dapat dicari dengan •Tumbuhan yang 0,8
rumus berikut (Gautama dan Prahastini, 2012). jarang
𝑅 24 2 •Tanpa tumbuhan, 0,9
I= × ( 𝑡 )3 (7)
24 daerah tambang
Keterangan:
I = Intensitas Hujan (mm/jam) 3.3.7 Air Tanah
R = Curah Hujan Rancangan (mm/hari)
t = Lamanya Hujan(jam) Air tanah menyusun suatu bagian dari sistem sirkulasi air
di bumi yang disebut siklus hidrologi. Formasi yang
3.3.4 Daerah Tangkapan (Catchment Area) menyimpan air dari kerak bumi bertindak sebagai jalur
pergerakan dan penyimpanan air. Air masuk dalam
Penentuan catchment area pada suatu area penambangan formasi ini dari permukaan tanah kemudian bergerak
dapat ditentukan dengan menganalisis peta topografi dan perlahan dengan jarak yang bervariasi sampai akhirnya
peta kemajuan penambangan. Catchment area didapat muncul kembali kepermukaan tanah karena aliran
dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi pada peta alamiah, atau disebabkan oleh tumbuhan atau aktivitas
dengan memperhatikan arah aliran air di daerah tersebut manusia (Todd, 1980). Siklus hidrogeologi tersebut
hingga didapatkan sebuah polygon tertutup. Luas dari merupakan pergerakan air dari air permukaan, air tanah
polygon tersebut dapat dihitung dengan menggunakan

3
dan dari vegetasi ke atmosfer dan kembali ke tanah 2. Sistem Penyaliran Tidak Memusat, Sistem ini
melalui hujan. dapat dilakukan bila kedalaman tambang relatif
dangkal dengan keadaan geografis daerah luar
3.3.8 Rancangan Penambangan tambang memungkinkan untuk mengalirkan air
langsung dari sump keluar tambang. Untuk
Sistem penyaliran yang diterapkan harus disesuaikan menentukan volume sump yang akan dipakai,
dengan rancangan penambangan, sehingga sistem digunakan rumus sebagai berikut:
penyaliran tersebut dapat mendukung kegiatan 𝐿1+𝐿2
penambangan yang dilakukan. V= ×ℎ (11)
2
Keterangan:
3.4 Sump V = Volume Sump (m3)
L1 = Luas Penampang Atas (m2)
L2 = Luas Penampang Bawah (m2)
Sump pada tambang berfungsi sebagai tempat
h = Kedalaman (m)
penampungan air sementara dan lumpur sebelum
dipompa ke luar tambang. Berdasarkan fungsi dan
penempatannya, Sump tambang dibedakan menjadi dua 3.6 Perhitungan Persentase Pengendapan
macam, yaitu sump tambang permanen (main sump),
transit sump dan sementara (temporary sump) . Main Perhitungan Persentase pengendapan ini bertujuan untuk
sump adalah sump yang berfungsi selama penambangan mengetahui apakah kolam pengendapan yang akan dibuat
berlangsung, dan umumnya tidak berpindah tempat. dapat berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan
Transit sump adalah sump yang dibuat secara terencana yang terkandung dalam air limpasan tambang.
dalam pemilihan lokasi maupun volumenya,
penempatannya pada jenjang tambang dan biasanya di
bagian lereng tepi tambang dan berfungsi sebagai untuk
limpahan air akibat keterbatasan pompa. Temporary sump
adalah sump sementara berfungsi dalam rentang waktu
tertentu dan sering berpindah tempat, sump ini biasanya
untuk menampung rembesan-rembesan air tanah dari
lapisan tanah yang sedang digali dan letaknya terlalu jauh
dari sump permanen yang sudah ada (Hermawan, 2011).
Dimensi sump tambang tergantung pada kuantitas volume
air limpasan, kapasitas pompa dan waktu pemompaan
(volume pemompaan), kondisi lapangan seperti kondisi
penggalian terutama pada lantai tambang (floor) dan Gambar 3. Aliran Air Di Sediment Pond
lapisan batubara serta jenis tanah atau batuan di bukaan Waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mengendap
tambang. Volume sump ditentukan dengan dengan kecepatan vt (m/s) sejauh h (m) adalah (Gambar
menggabungkan grafik intensitas hujan versus waktu, dan 3):
grafik volume pemompaan versus waktu serta volume ℎ
limpasan versus waktu. Penentuan dimensi sump tv = (12)
𝑣𝑡
ditentukan dengan melihat volume sisa terbesar. tv = Waktu pengendapan partikel (detik)
Vol Air mmasuk = Vol Total Inflow – Vol. Pompa (8) vt = Kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
Vol. Total Inflow = Vol. Limpasan + Vol Air Tanah (9) h = Kedalaman kolam (m)
𝐶 . 𝑅24 . 𝐴 Jika:
Vol. Limpasan = (10)
1000 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan: vh = (13)
Vol Total Inflow = (m3/day) 𝐴
Keterangan:
Vol Pemompaan = (m3/day)
Vh = Kecepatan mendatar partikel (m/deitk)
C = Koefisien Limpasan
Qtotal = Debit aliran yang masuk ke KPL/sump
R24 = Curah Hujan Harian Rencana (mm)
(m3/detik)
A = Luas Catchment Area (m2)
A = Luas permukaan KPL (m2)

3.5 Tata Letak Sump


3.7 Jadwal Pengerukan
Ada dua jenis tata letak sistem penyaliran tambang yaitu:
Waktu pengerukan sump sangat penting dalam hasil
1. Sistem Penyalilran Memusat, sistem ini sump akan
pengendapan material padatan dari tambang sebelum
ditempatkan di setiap jenjang tambang, dengan
dibuang ke sungai. Apabila dilakukan pengerukan yang
sistem pengalirannya dari jenjang paling atas menuju
rutin, maka persentase pengendapan material padatan dari
jenjang dibawahnya sehingga akhirnya air dipusatkan
tambang dapat terjaga. Perhitungan waktu pengerukan
di main sump untuk kemudian dipompa keluar
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
tambang

4
kapasitas kompartemen awal penelitian, untuk mengidentifikasi masalah dan
T= (14)
Volume total padatan yang berhasil diendapkan penentuan lokasi pengambilan data.

Dimana. T = jadwal pengerukan (hari) 4.2.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data langsung dilapangan meliputi


3.4 Bentuk Kolam Pengendapan
1. Data Primer
Pada penelitian ini dibutuhkan data primer berupa
Syarat teknis yang harus dipenuhi agar bentuk Kolam
Kesediaan pompa atau alat gali dan pipa serta
Pengendapan Lumpur berfungsi efektif, yaitu:
kondisinya. Juga harus memerhatikan kondisi lahan
1. Sebaiknya bentuk kolam berkelok-kelok (zig-zag).
bukaan tambang dikarenakan kondisi lahan
2. Geometri kolam pengendapan harus sesuai dengan
merupakan korelasi antara koefisien limpasan.
ukuran alat gali muat.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yaitu data curah
hujan, peta topografi Bukit 13, Peta contour Bukit 13,
Spesifikasi dan performa alat gali Excavator Long
Arm Zaxis L210, dan uji pengukuran TSS.

4.2.4 Pengolahan Data


Data-data yang diperoleh nantinya dijadikan acuan dalam
menganalisis dimensi sump dan sediment pond juga
bentuk penyaliran di bukit 13.
Gambar 4. KPL yang Memenuhi Syarat Teknis
4.2.5 Pembahasan

4 Metode Penelitian Hasil pengolahan data berupa perhitungan kebutuhan alat


keserasian kerja alat, ketercapaian target produksi alat,
waktu efektif baru setelah dilakukan analisis.
4.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode 4.2.6 Penyusunan Laporan


penelitian kuantitatif. Hal itu dikarenakan dalam
Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan penelitian
penelitian nantinya, akan menggunakan data-data berupa
angka-angka. Menpenelitian kuantitatif adalah suatu dengan melakukan penyusunan laporan berdasarkan data-
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data data yang telah diperoleh dari pengamatan, pengukuran,
berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan dan percobaan.
mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian ini juga
termasuk dalam metode penelitian terapan (applied 4.3 Teknik Analisis Data
research).
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
4.2 Teknik Pengumpulan Data yaitu dengan menggabungkan antara teori dengan data-
data lapangan, sehingga dari keduanya di dapat
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah pendekatan penyelesaian masalah. Setelah mendapatkan
teknik observasi dan sebagian besar data yang dipakai data-data yang diperlukan penulis menggunakan rumus-
rumus melalui literatur yang ada untuk menganalisis data.
adalah data sekunder yang didapatkan dari perusahaan.
Analisis data yang dilakukan antara lain:
1. Menganalisis luas catchment area yang dibagi dalam
4.2.1 Studi Literatur beberapa catchment pada bukit, tergantung pada
kondisi bukit tersebut dengan berdasarkan realisasi
Studi literatur merupakan pencarian bahan pustaka OB Stripping pada bukit 13.
terhadap masalah yang akan dibahas meliputi studi 2. Menganalisis curah hujan rencana dengan metode
tentang analisis mengenai produksi penambangan melalui Gumbel.
berbagai percobaan, buku–buku, jurnal atau laporan studi 3. Menganalisis intensitas hujan dengan rumus
yang sudah ada. Mononobe.
4. Menganalisis debit limpasan permukaan pada tiap
4.2.2 Pengamatan Langsung di Lapangan catchment area.
5. Menganailisis bentuk cebakan penyaliran bukit 13
Pengamatan langsung dilapangan meliputi orientasi berdasarkan tata letak sump tiap catchment area.
lapangan bersama karyawan perusahaan untuk langkah 6. Menghitung besar dimensi sump dan Sediment Pond.

5
7. Menganalisis lama pengendapan material pada III 0,103790763
Sediment Pond. IV 0,026364466
8. Menganalisis berapa lama sump dan Sediment Pond
dapat dipulihkan.

5 Hasil dan Pembahasan


5.1 Data

5.1.1 Curah Hujan dan Durasi Hujan

Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan


dilakukan untuk mendapatkan besarnya nilai curah hujan
rencana dan intensitas curah hujan dalam satu jam. Hujan
rencana ini ditentukan dari hasil analisis frekuensi data
curah hujan yang tersedia dengan menggunakan metode
Distribusi Gumbel, yaitu dengan mengambil/mencatat
Gambar 5. Catchment Area Drone View
curah hujan maksimum periode 2014–2019 dengan
mengabaikan waktu kejadian hujan.

Tabel 2. Curah Hujan Tayan Hilir 2014-2019

Tabel 3. Durasi Hujan Tayan Hilir 2014-2019

Gambar 6. Catchment Area Berdasarkan tangkapan air


hujan

5.2 Analisis dan Pembahasan


5.2.1 Curah Hujan Rencana
5.1.2 Catchment Area Berdasarkan data curah hujan, diperoleh data curah hujan
Dalam pembagian daerah tangkapan hujan dilakukan curah hujan maksimum rata – rata sebesar 110,1667
dengan pengamatan langsung di lapangan dan mm/hari dan curah hujan rencana sebesar 151,844
pengamatan pada peta topografi bukit 13. Pengamatan mm/hari.
langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui arah
aliran limpasan air dan koefisien limpasan yang cocok Tabel 4. Curah Hujan Maksimum
digunakan pada setiap catchment area, sehingga nantinya Tahun Curah Hujan Max
dapat di desain suatu sistem penyaliran yang dapat (mm)
mengatasi permasalahan yang ada. Pengamatan pada peta 2014 155
topografi bukit 13 untuk menentukan area yang lebih 2015 82
tinggi dan memiliki kemungkinan untuk menampung air 2016 112
hujan dan mengalirkannya ke lokasi tambang. Luas 2017 127
catchment area pada penelitian ini diperoleh dengan 2018 120
menggunakan software Surpac Geovia 6.6.2. Luas 2019 65
masing – masing catchment area bukit 13 PT. Antam Tbk
UBP Bauksit Tayan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Luas Catchment Area


Catchment Area Luas (km2)
I 0,123515537
II (Sediment Pond) 0,099467704

6
Tabel 5. Analisis Data Curah Hujan Harian Maksimum penambangan tidak terlalu berpengaruh terharap aktivitas
penambangan.

5.2.3 Debit Air Limpasan

Air yang masuk ke dalam bukit 13 merupakan air yang


berasal dari limpasan hujan. Jumlah debit limpasan yang
masuk ke sump dan sediment pond dihitung
menggunakan parameter waktu rata-rata lama hujan
selama 6 tahun, intensitas curah hujan, koefisien aliran
5.2.2 Resiko HIdrologi dan luasan catchment area.

Pemilihan periode ulang hujan 5 tahun dipilih dengan 1) Durasi Waktu Rata-Rata Hujan (t)
pertimbangan:
1. Curah hujan rencana pada periode ulang hujan 5 Tabel 7. Rata-rata durasi hujan
tahun sebesar 151,844 mm lebih besar dari pada Tahun Durasi Hujan Rata-rata
curah hujan rata-rata harian maksimum sebesar (jam)
110,1667 mm. 2014 2,277
2. Periode ulang hujan tidak lebih besar dari umur 2015 2,56
tambang. Umur tambang diasumsikan lebih besar 2016 2,3784
dari 5 tahun. 2017 2,567
3. Semakin besar periode ulang hujan, maka nilai curah 2018 3,275933
hujan rencana akan semakin besar. Hal ini 2019 2,1
berpengaruh terhadap efisiensi dalam merancang 2,5264
sistem penyaliran seperti paritan, sump.
4. Semakin besar nilai resiko hidrologi, kemungkinan 2) Intensitas Curah Hujan (I)
terjadinya curah hujan maksimum dalam satu periode Intensitas hujan rencana dihitung berdasarkan nilai
ulang akan semakin besar. Resiko hidrologi sebesar curah hujan rencana pada periode ulang 5 tahun
67,23%. dengan persamaan Mononobe. Berdasarkan
perhitungan telah ditentukan besarnya curah hujan
Tabel 6. Resiko Hidrologi rencana pada periode ulang 5 tahun adalah sebesar
151,844 mm/hari dengan rata rata durasi hujan per
tahunnya adalah 2,5264 jam

= 28,38 mm/jam
Maka dapat diketahui bahwa dari durasi hujan selama
5 tahun dengan periode ulang 5 tahun curah hujan
perjamnya adalah 28,38 mm/jam.

3) Koefisien Limpasan (C)


5.2.2 Debit Air Tanah
Tabel 8. Rata-rata durasi hujan
Studi hidrogeologi pada daerah penambangan di PT
Antam UBP Bauksit Tayan belum pernah dilakukan,
sehingga dilakukan tinjauan langsung terhadap pengaruh
air tanah pada bukit 13. Hasil tinjauan lapangan
menunjukkan pada lereng-lereng jenjang di lokasi
penelitian tidak memperlihatkan adanya rembesan air
tanah meskipun pada musim hujan. Lapisan batupasir dan
batulempung menunjukkan sifat permeabilitas yang kecil.
Pengamatan terhadap peta geologi daerah penelitian
Sehingga debit air hujan rencana dalam suatu daerah
menunjukkan bahwa daerah penelitian termasuk dalam
tangkapan hujan yang diperkirakan akan masuk ke
Formasi Balikpapan dan Formasi Ingar terdiri dari batu
dalam lokasi tambang bukit 13 dapat dilihat di tabel
lempung gamping dengan perselingan batupasir tipis,
9.
dengan sisipan batubara. Dengan melihat hal tesebut
dapat diasumsikan bahwa air tanah yang ada didaerah

7
−18,476±√341,362576+100098,50112
Tabel 9. Perhitungan Debit Limpasan Y =
8
−18,476+320,0623
Y =
8
301,5863
Y =
8
Y = 37,7 ≈ 38
X = 4,619 + 37,7= 42,319 ≈ 43
Maka untuk menampung volume air yang masuk
sebesar 6423,826752 m3, perlu membuat dimensi
5.2.4 Perencanaan Sump sump sebagai berikut:
a. Panjang permukaan sump = 43 m
1) Penentuan Volume Air Masuk b. Lebar permukaan sump = 43 m
Volume air total merupakan debit air total (debit air c. Panjang dasar sump = 38 m
permukaan dan air tanah) dikali dengan 3 jam. Durasi d. Lebar dasar sump = 38 m
hujan dianggap 3 jam sebab dilihat dari rainfall e. Kedalaman =4m
history Kalimantan barat, piasak tayan dari tahun Volume maksimum yang dapat ditampung oleh sump
2014-2019 durasi hujan hanya 2,5264 jam, sehingga, dengan dimensi di atas adalah:
Vol. Air Total = Vol. Limpasan + Vol. Air Tanah (Luas Permukaan Sump+Luas Dasar Sump)
= (2104,92 m3/jam x 3 jam) + 0 Vol= xh
2
= 6423,826752 m3/hari ((43×43)+(38×38))
Hasil perhitungan berikutnya dapat dilihat pada tabel = x4
2
3
10. = 6586 m
Volume maksimum yang dapat ditampung oleh sump
Tabel 10. Volume Air Masuk dengan dimensi di atas adalah: 6586 m3. (Hasil
perhitungan dimensi sump untuk posisi dan tahun
berikutnya dapat dilihat pada Tabel 11).

Tabel 11. Analisis Dimensi Sump

2) Analisis Dimensi Sump


Bentuk dari sump adalah bentuk trapesium, sehingga
untuk menampung volume total digunakan rumus
sebagai berikut:
(Luas Atas+Luas Bawah)
Volume = x kedalaman
2 5.2.5 Perencanaan Kolam Pengendapan
4
W = = 2,3095
tan 60° 1) Perhitungan Persen Solid dan Persen Air
X = 2 (2,3095) + Y Sebelum menentukan ukuran kolam pengendapan,
X = 4,619 + Y terlebih dahulu harus diketahui persen pengendapan
Diketahui Volume Trapesium: yang terkandung di dalam air tambang yang akan
(X2 +Y2 ) dialirkan menuju kolam pengendapan. Dari hasil
V = xZ
2 pengambilan sampel pada uji kualitas, diperoleh nilai
((4,619+𝑌)2 +𝑌 2 ) TSS (total suspended solid/total residu tersuspensi)
V = x2
2 pada sebuah paritan adalah sebesar 583,33 mg/liter.
= (21,3352+4,619Y +4,619Y+Y2+Y2) × 2 Diketahui debit yang masuk ke kolam pengendapan
= (21,3352+9,238Y+2Y2) x 2 lumpur adalah 0,99865 m3/detik.
= (42,6704 +18,476Y +4Y2) Residu tersuspensi = 583,33 gr/m3 x 0,99865
Untuk mencari nilai Y dapat digunakan rumus m3/detik
persamaan kuadrat sebagai berikut: = 582.5425045 gr/detik
−b±√b2 −4ac (Hasil perhitungan selanjutnya pada tabel 17)
Y =
2a
dimana: Tabel 12. Analisis Residu Tersuspensi
a =4
b = 18,476
c = 42,6704
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas maka dapat
dicari ukuran dimensi sump. Dari persamaan:
−18,476±√18,4762 −4.4.(−6381,15632) m
Y = 𝜌=
2.4 v

8
Diketahui ρ partikel padatan adalah 1730 kg/m3
(engineeringtoolbox.com) maka volume padatan
yang masuk pada sediment pond adalah:
582,5425045 gr/detik
Vol Padatan Masuk =
1730000 gr/m3
= 0,00033673 m3/detik

Tabel 13. Analisis Residu Tersuspensi

Dari hasil sampel tss bahwa perbandingan persen air


dengan padatan adalah 60:40. Maka untuk persen Gambar 6. Layout Kolam Pengendapan
padatan yang kurang dari 40% digunakan persamaan
“stokes”: 3) Analisis Persentase Pengendapan
g × D2 ×(ρρ − ρα ) Waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap
V = (15) (tv) adalah:
18μ
h
Keterangan: tv =
Vt
V = Kecepatan Pengendapan Partikel 5m
(m/detik) =
0,001938 𝑚⁄𝑠
g = Percepatan Gravitasi (9,8 m/detik2) = 2580 detik = 43 menit
ρρ = Berat Jenis Partikel Padatan (1730 Waktu yang dibutuhkan material untuk keluar dari
kg/m3) kolam pengendapan (th). Partikel-partikel padatan
ρα = Berat Jenis Air (1000 kg/m3) dapat mengendap dengan baik jika tv < th. Kecepatan
μ = Kekentalan Dinamik Air (0,801 x 10-3 air dalam kolam adalah (Vh):
𝑄
kg/m.detik) Vh =
𝐴
D = Diameter Partikel Padatan adalah Q = debit yang akan ditangani
(0,0625 mm atau 0,0000625 m L1+L2
Wentworth). A = ×h
2
Maka kecepatan pengendapan partikel (Vt) adalah: Q 0,99865𝑚3 ⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= L1+L2 = = 0,00425 m/s
g × D2 ×(ρρ − ρα ) ×h
62+52
𝑥5 𝑚2
2 2
Vt =
18μ Sehingga th (waktu yang dibutuhkan air dan material
9,8 × 0,00006252 ×(1730 − 1000) tersuspensi keluar dari kolam pengendapan) dapat
Vt =
18 ×0,000801 dicari dengan rumus :
= 0,001938 m/detik th = P/Vh (detik)
= 1,938 x 10-3 m/detik P = Panjang aliran air dalam kolam pengendapan.
Dimana panjang aliran dianggap sama dengan sisi
2) Analisis Perencanaan Kolam Pengendapan lebar kolam ditambah dengan lebar sekat. Nilai P
Kolam pengendapan yang akan dibuat harus untuk setiap kompartemennya berbeda sehingga
memiliki dimensi tertentu agar mampu waktu yang dibutuhkan material untuk keluar dari
mengendapkan material sedimen dengan baik. kolam pengendapan berbeda pula. KPL/Sediment
Penentuan dimensi kolam pengendapan digunakan Pond rencana memiliki 4 kompartemen dengan
persamaan sebagai berikut: ukuran dimensinya 42 m x 52 m x 5 m. Berikut adalah
V =PxLxT (16) nilai P untuk setiap kompartemen: dari
=XxYxZ KPL/Sediment Pond (th) sejauh Ptotal adalah :
Dapat direncanakan dimensi kolam Pkompartemen 1 = 42 m
pengendapan/sediment pond yang dapat menampung Pkompartemen 2 = (42 + 14 + 42) m = 98 m
air sebesar 10785,42 m3 sebagai berikut: Pkompartemen 3 = (42 + 14 + 42 + 14 + 42) m = 154
m
Tabel 14. Dimensi Sediment Pond Pkompartemen 4 = (42 + 14 + 42 + 14 + 42 + 14 +
42) m = 210 m
Maka waktu yang dibutuh material endapan untuk
keluar dari KPL/Settling Pond (th) sejauh Ptotal
adalah:
Pn
Thn =
Vh
42 m
Th1 = = 9,882.353 detik = 2,745
0,00425m⁄s
jam

9
98 m 6 Kesimpulan dan Saran
Th2 = = 23,058.82353 detik = 6.40
0,00425m⁄s
jam
154 m 6.1 Kesimpulan
Th3 = = 36,235.294 detik =
0,00425 m⁄s
10,065 jam Dari penelitian yang dilakukan mengenai Perencanaan
210 m Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit 13 PT. Antam Tbk
Th4 = = 49,411.76470 detik =
0,00425 m⁄s UBP Bauksit Tayan, maka dapat disimpulkan sebagai
13.7255 jam berikut:
digunakan rumus berikut untuk mengetahui 1. Luas Catchment Area Bukit 13. Catchment area
persentase pengendapan, yaitu: terbagi menjadi 4. Catchment Area ditentukan dari
Th dominan besarnya tangkapan air pada suatu daerah,
%Pengendapan = x 100%
(Th+Tv) luas catchment area tersebut berbeda-beda, luas
2,745 jam catchment area I = 12,352 Ha, II = 9,95 Ha, III =
%Pengendapan K1 = x 100%
(2,745+0,71667)jam 10,38 Ha, dan IV = 2,64 Ha.
= 79,3% 2. Curah hujan rencana sebesar 151,844 mm/hari
6,4 jam dengan periode ulang hujan 5 tahun. Intensitas hujan
%Pengendapan K2 = x (100-
(6,4+0,71667)jam pada masing-masing catchment adalah sama yaitu
79,3)% 28,38 mm/jam.
= 18,6155% 3. Debit limpasan air permukaan yang masuk ke bukaan
10,065 jam tambang pada sump 1 (Catchment Area 1) sebesar
%Pengendapan K3 = (100-
(10,065+0,71667)am 2104,92 m3/jam, Sump 3 (Catchment Area 3)
79,3-18,6155)% 1769,04 m3/jam, Sump 4 (Catchment Area 4) 673,92
= 1,95% m3/jam, dan Kolam Pengendapan/Sediment Pond
(Catchment Area 2) sebesar 3595,14 m3/jam.
5.2.6 Upaya Perawatan Sediment Pond 4. Air tanah pada daerah penelitian diabaikan
dikarnakan air tanah tidak ditemukan di seluruh area
Untuk menjaga supaya kolam pengendapan tetap PT Antam Tbk. hal ini dibuktikan dengan kegiatan
berfungsi sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan ekplorasi yang dilakukan dengan menggunakan test
perawatan secara teratur yaitu dengan melakukan pit (sumur uji). Ekplorasi dengan metode test pit
pengerukan terhadap kolam pengendapan. dilakukan karena kondisi endapan mineral yang
10920m3 dangkal.
Waktu pengerukan kolam = 5. Dari hasil ekplorasi detail yang dilakukan pembuatan
363,62m3 /hari
= 30 hari test pit untuk setiap 25 m tidak ditemukannya air
Berbeda waktu pengerukan pada sump seperti pada tabel tanah. Dalam hal ini dikatakan bahwa area yang
16. ditambang tidak memotong lapisan muka air tanah
sehingga menjadi dasar bahwa debit air tanah
Tabel 8. Upaya Pemulihan Sump diabaikan.
6. Analisis Dimensi
1) Sump 1
Berbentuk trapesium dengan panjang dan lebar
permukaan 42 m, panjang dan lebar dasar 38 m,
kedalaman 4 m dengan kemiringan 60°. Sump 1
5.1.5 Sistem Penyaliran Bukit 13 terletak pada Area Catchment 1. Kapasitas Sump
dapat menampung sebesar 6416 m3.
Sistem pada penyaliran bukit 13 dirancang oleh penulis 2) Sump 3
adanya penggabungan antara metode mine dewatering Berbentuk trapesium dengan panjang dan lebar
dengan mine drainage. Ketika air masuk pada elevasi titik permukaan 39 m, panjang dan lebar dasar 35 m,
tertinggi pada bukit 13 terdapat 4 arah tangkapan air hujan kedalaman 4 m dengan kemiringan 60°. Sump 3
yang bertolak arah sehingga perlunya tempat terletak pada Area Catchment 3. Kapasitas Sump
penampungan pada tiap catchment. dapat menampung sebesar 5492 m3.
Pada catchment 1 air akan masuk menuju sump 1 melalui 3) Sump 4
paritan, sehingga air yang tertampung pada catchment Berbentuk trapesium dengan panjang dan lebar
tertampung. Pada sump 1 terhubung dengan 1 buah pipa permukaan 28 m, panjang dan lebar dasar 25 m,
pvc yang terletak pada 1/2 dari kedalaman sump 1, kedalaman 3 m dengan kemiringan 60°. Sump 3
sehingga ketika intensitas hujan melebihi tingkat terletak pada Area Catchment 3. Kapasitas Sump
maksimal air tersebut tidak langsung melimpas ke dapat menampung sebesar 2113,5 m3.
lingkungan warga, yang mana langsung terhubung ke 4) Kolam Pengendapan/Sediment Pond
paritan catchment 2 menuju ke inlet kolam pengendapan Kolam Pengendapan/Sediment Pond pada Bukit
lalu mengalir menuju outlet dan padatan akan tertahan 13 direncanakan berbentuk persegi panjang zig-
oleh sekat tiap kompartemen. zag 4 kompartemen dengan kapasitas masing-

10
masing kompartemen sebesar 2100 m3. Berikut Antam Tbk UBP Bauksit Tayan adalah pohon yang
dimensi kolam pengendapan/sediment pond: materialnya kuat, dan tidak mudah lapuk.
Panjang dan Lebar Permukaan Kolam = 60 meter 7. Sistem pada penyaliran bukit 13 dirancang oleh
Panjang dan Lebar Dasar Kolam =54,23 meter penulis adanya penggabungan antara metode mine
Lebar Penyekat = 4 meter dewatering dengan mine drainage. Bahwa ketika air
Panjang Penyekat =10,77 meter masuk pada elevasi titik tertinggi pada bukit 13
Banyak kompartemen =4 terdapat 4 arah tangkapan air hujan yang bertolak
Lebar masing-masing kompartemen = 10 meter arah sehingga perlunya tempat penampungan pada
Banyak penyekat =3 tiap catchment.
Kedalaman kolam = 5 meter 8. Perlunya penambahan redaksi pada SOP Land
7. Padatan material yang berhasil masuk setiap kali Clearing PT. Antam tbk UBP Bauksit Tayan, dengan
hujan per harinya pada sump 1 212,92416 m 3, sump menambahkan buffer zone beserta jarak yang
3 178,956 m3, sump 4 717,2496 m3, dan pada kolam ditentukan seperti misalnya jarak pembebasan lahan
pengendapan sebesar 363,62 m3 dengan badan jalan front, jarak antara sump dengan
8. Waktu pemulihan yang dilakukan pada sump 1, 3, badan jalan front, jarak peletakkan sump dengan
dan kolam pengendapan adalah 30 hari, berbeda lingkungan warga. Ketentuan jarak ini sangat penting
dengan sump 4 yang dilakukan setiap 7 hari. karena buffer zone adalah salah satu strategi
pencegahan ketika air tersebut suatu waktu meluap
sehingga air tersebut dapat terserap dengan tanah
6.2 Saran
yang diberi jarak tersebut..
1. Perlunya perbaikan pada paritan menuju kolam
pengendapan yang berada pada CatchmentArea 2. Daftar Pustaka
Pada paritan yang dibuat terdapat air di tengah
paritan, tergenang akibat air hujan. Hal itu [1] Anonim. (2020). Mine Operation Mining
dikarenakan elevasi pada paritan tidak sesuai. Department PT. ANTAM Tbk. UBP Bauksit Tayan,
2. Pipa yang terletak pada ½ dari kedalaman sump 1 Kalimantan Barat. Pontianak: PT. ANTAM Tbk.
terhubung ke paritan kolam pengendapan. UBP Bauksit Tayan, Kalimantan Barat.
Penggunaan pipa menggunakan pipa yang biasa [2] Gautama, R.S. (2012). “Pengelolaan Lingkungan
digunakan oleh perusahaan yaitu 1 buah pipa jenis pada Kegiatan Pertambangan”. Bandung: Teknik
pvc diameter 5 inch. Begitu juga dengan Sump 4 yang Pertambangan ITB.
terhubung dengan area pembuangan air bersih, [3] Gautama, R.S. (1999). Sistem Penyaliran Tambang.
berbeda dengan sump 1, peletakan pipa pada sump 4 Institut Teknologi Bandung.
terletak di permukaan sump, sehingga air yang dapat [4] Gautama, R. S & Prahastini, S. D. (2012).
terbuang hanya air bersih. Perancangan Aplikasi Untuk Sistem Penyaliran
3. Pada kolam pengendapan diberi satu buah pipa jenis Tambang Terbuka Jakarta. Institut Teknologi
aramco yang berdiameter 10-15 inch. Dapat dilihat Bandung
pada gambar 21. [5] Thamrin, & Meinarni. (2016 Design Kolam
4. Berbeda dengan sump 3, diberi 2 buah jenis pipa pvc Pengendapan(Sediment Pond). Universitas
diameter 5 inch. Perlunya treatment tambahan pada Hasanuddin.
sump 3, seperti penambahan zat kimia(flokulan) agar [6] Anonim. (2020). Health, Safety, and Environment
zat-zat lumpur dapat terikat dengan cepat, dan Department PT. ANTAM Tbk. UBP Bauksit Tayan,
pemurninan PH, ini dikarenakan pembuangan pada Kalimantan Barat. Pontianak: PT. ANTAM Tbk.
air yang tertampung pada sump 3 akan dialirkan UBP Bauksit Tayan, Kalimantan Barat.
menuju Rawa Beganjing, sehingga harapannya air [7] Ardya, P. P. A, Syahrudin & Yoga, H. (2015).
yang dikeluarkan sudah sesuai dengan baku mutu air Evaluasi Kapasitas Kolam Pengendapan Unit
limbah. Pipa pada sump 3 bersifat buka tutup. Pencucian Bauksit Pada Washing Plant Cabing KM
5. Perlunya penambahan tanggul pada sisi Sump dan 23 PT. Dinamika Sejahtera Mandiri Site Teraju
Kolam Pengendapan yang berdekatan dengan Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Jurnal
Lingkungan Warga, hal ini merupakan pencegahan Penelitian, 1-6.
hal tak terduga, ketika sewaktu-waktu intensitas [8] Arief, R. K., Tamrin, K., & Yunasril. (2018). Kajian
hujan lebih besar, dan durasi hujan lebih besar Teknis Sistem Penyaliran Tambang pada Tambang
sehingga air tidak melimpas langsung. Pada sump Terbuka Batubara PT. Nusa Alam Lestari,
yang berjauhan dengan lingkungan warga diberi Kenagarian Sinamar, Kecamatan Asam Jujuhan,
dengan buffer zone(zona penyangga) artinya Kabupaten Dharmasraya. Bina Tambang, 3(3),
memberikan jarak antara letak sump dengan 1202-1212.
lingkungan warga. [9] Pipin, R., S., Maulana, Y., & Hartini, I. (2019).
6. Material yang digunakan dalam sekat kolam Kajian Teknis Sistem Pengelolaan Air Pada Kolam
pengendapan adalah pohon hasil land clearing, Pengendapan Di Settling Pond North 3 Untuk
karena menurut penulis, penulis mengamati bahwa Memenuhi Standar Pertaturan Gubernur Kalsel
pohon yang berada pada wilayah penambangan PT. Nomor 36 Tahun 2008. Bina Tambang, 3(1) 1-9.

11
[10] Stella, P., P., Thamrin, K., & Hartini, I. (2019).
Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara
Bawah Tanah Seam C1 Blok Timur Site Sapan
Dalam PT Nusa Alam Lestari Desa Salak, Sapan
Dalam, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Bina
Tambang, 4(1) 1-10.
[11] Syaifullah, A., & Tamrin, K. (2019). Evaluasi
Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit
Block B Di PT. Minemex Indonesia Kabupaten
Sarolangun, Jambi. Bina Tambang, 4(1), 1-12.
[12] Lidayul, D. (2016). Perencanaan Sumuran (Sump)
Pada Sistem penyaliran Tambang Terbuka Di PIT
IV Tambang Batubara PT. Bara Energi Lestari,
Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Tugas
Akhir:Universitas Syiah Kuala.
[13] Raflesia, C. (2016). Perencanaan Sistem Penyaliran
Di Blok B Rawa Seribu Tambang Batubara PT.
Mandala Karya Prima Job Site PT. Mandiri
Intiperkasa Kalimantan Utara. Skripsi:Universitas
Negeri Padang.
[14] Rika. (2019). Produktivitas Alat Di PT. Antam
UBPB Tayan, Kalimantan barat. Skripsi:Universitas
Negeri Padang.

12

You might also like