You are on page 1of 11

ANALISIS USAHA GALIAN PASIR DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

(Studi Empiris di Desa Kalukubula Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi)

Nuryadin Adil1, Anhulaila M. Palampanga, dan Mohamad Ichwan2


Nuryadinadil@gmail.com.
1
Mahasiswa Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study aims to: (1) To determine the household income and expenditure of the families
that involve in sand excavation business in the Kalukubula Village, District of Biromaru, Sigi
Regency; and (2) To determine the level of family welfare that involve in sand excavation sector in
the Kalukubula Villagewith based on the criteria of Cental Beareu Statistics (BPS), The National
Population and Family Planning (BKKBN), and the World Bank. This research is categorised as a
descriptive study with a survey approach. There were 58 families selected in this study by
proportionate stratified random sampling. Data were analyzed using analysis of income and family
welfare level analysis. The results show that the level of the average monthly income of households
as follow, Rp.4.083.824 for machine owner, Rp.2.794.118 for operator, the shovel workers and
truck owners haveaverage monthly income with Rp.3.372.407 and Rp.2.400.000 respectively.
Meanwhile,this study found that the average monthly expenditureas as follow, Rp.2.470.882 for
machine owner, Rp.1.886.765 for operator, shovel workers and truck owners have Rp.2.263.333
and Rp.1.424.952 respectively. Furthermore, the average proportion of expenditure for food is
greater than the non-food. There are several criteria of family welfare based onBPS criteria
measured by the property line indicator, for example, 1 people (5.88%) of households operators
and 3 people(14.29%) of domestic shovel workers. They are categorised as non proper families
while others are categorised as prosper family. In addition, according to the BKKN criteria,this
research found that there are 4 people (9.52%) as categorised as a prosperous family in the Phase
of I, 49 people (79.31%) are notify as the prosperous family in the phase of II and as many as 6
people (29.41%) are categorised as the prosperous family in phase of III, while there are no
families are living in the underprivileged criteria and families welfare in the Phase of III plus.
According to the criteria of the World Bank, the results depict that there are several respondents
have family income with less than $2 US dollars per day, such as, there are 5 people (29.41%) for
the owner of the machine, 13 people (76.47%) for operators, 13 people (61.90%) forshovel
workers and 1 people (33.33%) for trucks owners.
Keywords: Analysis, Business, Excavation, Sand, Welfare, Family.

Kegiatan eksplorasi sumberdaya Salah satu desa di Kecamatan Sigi


mineral atau bahan galian seperti pasir Biromaru Kabupaten Sigi yang memiliki
merupakan salah satu pendukung sektor potensi tambang adalah Desa Kalukubula.
pembangunan baik secara fisik, ekonomi Desa Kalukubula memiliki potensi bahan
maupun sosial. Kebutuhan akan bahan galian mineral bukan logam dan batuan, salah
seperti pasir tampak semakin meningkat satunya pasir sungai yang memberikan
seiring dengan semakin berkembangnya peluang kepada masyarakat untuk
pembangunan berbagai sarana maupun menambang. Adanya peluang dikarenakan
prasarana fisik diberbagai daerah di potensi yang ada dapat menjadi sumber mata
Indonesia. pencaharian sehari-hari.

48
49 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 48-58 ISSN: 2302-2019

Desa Kalukubula memiliki potensi pertambangan untuk membeli pasir, diukur


sumberdaya alam berupa sungai yang dengan banyaknya karcis yang keluar dari
terkandung material pasir cukup melimpah petugas pos pengawasan Dinas Energi dan
dengan ukuran dalam setiap harinya terdapat Sumber Daya Mineral Kabupaten Sigi yang
sebanyak 100 mobil dum truck mengadakan bertugas memungut retribusi.
aktivitas pengangkutan pasir dengan rata-rata Hasil pengamatan lapangan di atas,
kapasitas muatan setiap mobil 5-6 M3 perhari menggambarkan sebuah realita bahwa
(Sumber: Kantor Desa Kalukubula, 2015). pembelian pasir sungai dari para penambang
Keberadaan sungai memberikan peluang di Desa Kalukubula sangat prospektif
pemanfaatan sumberdaya bagi masyarakat, didalam menopang kehidupan ekonomi dan
yang dapat berperan dalam peningkatan sosial para penambang dan keluarganya. Hal
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di ini dibuktikan dengan tingginya mobilisasi
sekitarnya. mobil truck perharinya yang keluar masuk
Pengelolaan penambangan pasir sungai lokasi pertambangan untuk membeli pasir.
di Desa Kalukubula yang terjadi selama ini Sehingga usaha galian pasir di Desa
adalah penambangan rakyat karena Kalukubula merupakan pekerjaan alternatif
masyarakat lokal sendiri yang melakukan yang menjanjikan untuk ditekuni karena
penambangan. Pertambangan pasir sungai ini cepat dan mudah dalam menghasilkan uang.
dilakukan sebagai mata pencaharian sehari- Oleh sebab itu, sebagian masyarakat
hari masyarakat setempat untuk menghidupi setempat menggantungkan hidupnya dari
keluarganya. Usaha penambangan rakyat di sektor usaha pertambangan pasir sungai yang
Desa Kalukubula harus mendapatkan Izin ada di Desa Kalukubula baik sebagai mata
Pertambangan Rakyat (IPR) dari pemerintah pencaharian utama maupun sebagai mata
daerah setempat. Namun yang terjadi di Desa pencaharian tambahan.
Kalukubula pelaku penambang pasir sungai Tingginya kebutuhan masyarakat akan
tidak memiliki Izin Pertambangan Rakyat pasir dari para penambang pasir yang ada di
(IPR) yang dipersyaratkan dalam UU Desa Kalukubula dengan indikasi terlihat
Minerba. pada mobilisasi keluar masuknya mobil dum
Seiring dengan semakin pesatnya truck ke lokasi pertambangan untuk
pembangunan di Kabupaten Sigi dan mengangkut pasir yang dibutuhkan
sekitarnya seperti pembangunan perumahan, masyarakat hingga mencapai kurang lebih
ruko serta bangunan perkantoran baik 100 mobil perhari dengan rata-rata setiap
pemerintah maupun swasta, kebutuhan akan mobil memuat 5-6 kubik pasir dengan harga
bahan baku yang berasal dari bahan galian C jual pasir dari lokasi penambangan sebesar
terutama pasir sungai semakin besar. Pasir Rp.120.000,- per truk, tentunya akan
sungai digunakan untuk bahan material memberikan pengaruh pada pendapatan yang
bangunan dan bahan baku industri. Usaha diperoleh dari para pelaku usaha
galian pasir mampu beradaptasi dengan penambangan pasir yang ada di Desa
permintaan tersebut dengan mengubah dalam Kalukubuka.
teknik pengambilan pasir dengan Pelaku usaha penambangan pasir
menggunakan mesin penyedot pasir. Awal sungai yang ada di Desa Kalukubula terdiri
tahun 2000 usaha galian pasir sudah mulai dari pemilik mesin, operator, buruh sekop
menggunakan mesin diesel untuk menyedot dan pemilik truk yang biasanya membeli
pasir dari sungai. pasir untuk selanjutnya dijual kembali ke
Berdasarkan hasil pengamatan konsumen. Perbedaan karakteristik pekerjaan
lapangan (Agustus 2014), dalam seharinya dari para pelaku usaha penambangan pasir ini
kurang lebih 100 mobil keluar masuk lokasi tentunya memberikan dampak secara sosial
Nuryadin Adil, dkk, Analisis Usaha Galian Pasir dan Kesejahteraan Keluarga ……………………………………50

ekonomi bagi kehidupanya. Hal ini (Bungin, 2004:45). Sehingga dengan


disebabkan karena pendapatan yang demikian, penelitian ini menonjolkan potret
diperoleh dari sektor usaha penambangan keseluruhan populasi karena individu telah
pasir sungai yang dikelola akan berbeda-beda larut dalam populasi yang diwakilinya.
diantara satu dengan lainnya, dimana Artinya, penelitian ini memaparkan secara
perbedaan tersebut memberikan implikasi deskriptif analisis usaha galian pasir terhadap
pada kehidupan sosial ekonominya dalam kesejahteraan keluarga di Desa Kalukubula
kehidupan bermasyarakat. Selain warga yang Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi,
berdomisili di Desa Kalukubula pelaku usaha sebagai potret keseluruhan populasi
yang bekerja di usaha galian pasir juga ada penambang pasir di Desa Kalukubula.
yang berasal dari luar Desa Kalukubula. Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan pada uraian ini, maka kepala keluarga yang berdomisili di Desa
penulis dapat merumuskan beberapa Kalukubula yang mencurahkan waktu pada
pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam usaha galian pasir, mereka terdiri atas
penelitian ini sebagai berikut: pemilik mesin sebanyak 42 orang, operator
1. Berapakah pendapatan dan pengeluaran sebanyak 40 orang, buruh sekop sebanyak 50
rumah tangga pelaku usaha pertambangan dan pemilik truk sebanyak 8 orang, sehingga
galian pasir di Desa Kalukubula populasi penelitian ini sebanyak 140 KK
Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten (Sumber: Kantor Desa Kalukubula, 2014).
Sigi? Berdasarkan 140 KK rumah tangga
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan keluarga pelaku usaha galian pasir, maka ditentukan
pelaku usaha pertambangan galian pasir di sampel penelitian dengan menggunakan
Desa Kalukubula Kecamatan Sigi teorema Slovin (Umar, 2000:146) dengan
Biromaru Kabupaten Sigi yang diukur rumus sebagai berikut:
dengan kriteria BPS, BKKBN dan World N
Bank? n =
1 + N(e)2
METODE Dimana:
Jenis penelitian ini adalah penelitian n= Ukuran sampel
deskriptif digunakan untuk menggambarkan N= Ukuran populasi
dan menganalisis fakta sosial yang ada yaitu e= Nilai kritis (batas ketelitian) yang
untuk mengetahui pendapatan dan tingkat diinginkan
kesejahteraan keluarga pelaku usaha yang Sesuai dengan rumus Slovin diatas,
bekerja pada usaha galian pasir di Desa maka berdasarkan data yang diperoleh,
Kalukubula Kecamatan Sigi. penulis mengambil persentase kelonggaran
Adapun pendekatan yang digunakan karena ketidak telitian 10% dan memperoleh
adalah pendekatan survei. Menurut Bungin sampel penelitian sebanyak 58 KK.
(2004:44), penelitian survei adalah suatu Mengingat populasi dari pelaku usaha
bentuk pendekatan penelitian yang galian pasir terdiri atas empat kelompok
memungkinkan peneliti menggeneralisasi (pemilik mesin, operator, buruh sekop dan
suatu gejala sosial atau variabel sosial pemilik truk), maka jumlah sampel yang
tertentu kepada gejala sosial atau variabel diambil berdasarkan masing-masing
sosial dengan populasi yang lebih besar. kelompok tersebut ditentukan dengan rumus
Pada penelitian dengan pendekatan alokasi proportional (Riduwan, 2004:) yaitu:
survei ini peneliti menetapkan sampel
sebagai bagian dari populasi dan merupakan Dimana:
bagian yang utuh dari objek penelitian = Jumlah sampel menurut strata
51 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 48-58 ISSN: 2302-2019

= Jumlah sampel seluruhnya Dimana:


= Jumlah populasi menurut strata TR= Total Revenue/total penerimaan
= Jumlah populasi seluruhnya P = Price/harga pasir
Berdasarkan rumus tersebut di atas, Q= Quantity/jumlah pasir yang dihasilkan
maka data ukuran sampel untuk keempat Pendapatan bersih rumah tangga pelaku
kelompok pelaku usaha galian pasir di usaha galian pasir di Desa Kalukubula
wilayah penelitian, dapat diketahui dengan diperoleh dengan bentuk formulasi
hasil perhitungan sebagai berikut: pendapatan bersih yang ditawarkan oleh
1. Sampel jumlah pelaku usaha galian pasir Adiwilaga (2005:107) sebagai berikut:
untuk kelompok pemilik mesin:
42 Π = TR – TC
ni = X 58 = 17,4 = 17 KK Dimana:
140 Π= Pendapatan Bersih
2. Sampel jumlah pelaku usaha galian pasir TR=Total Penerimaan (produksi dikali
untuk kelompok operator: dengan harga)
40 TC=Total Biaya (biaya tetap ditambah
ni = X 58 = 16,5 = 17 KK biaya variabel)
140 Kemudian untuk mengetahui biaya
3. Sampel jumlah pelaku usaha galian pasir total (TC) digunakan bentuk formulasi
untuk kelompok buruh sekop: biaya total (TC) yang ditawarkan oleh
50 Adiwilaga (2005:107) sebagai berikut:
ni = X 58 = 20,7 = 21 KK TC = TFC + TVC
140 Dimana:
4. Sampel jumlah pelaku usaha galian pasir TC = Total biaya/Total cost
untuk kelompok pemilik truk: TFC = Total biaya tetap/Total fixed cost
8 TVC= Total biaya tidak tetap/Total
ni = X 58 = 3,3 = 3 KK Variable Cost
140 Untuk mengetahui pendapatan total
Keseluruhan sampel dalam penelitian rumah tangga diperoleh dengan cara
ini dipilih dengan menggunakan teknik menjumlahkan pendapatan keluarga yang
pengambilan sampel secara proportionate berasal dari usaha galian pasir maupun
stratified random sampling, yaitu usaha non galian pasir ditambah
pengambilan sampel dengan cara membagi penghasilan anggota keluarga lainnya.
populasi ke dalam kelompok - kelompok 2. Analisis tingkat kesejahteraan keluarga
yang homogen yang disebut strata, dan a. Badan Pusat Statistik (BPS)
kemudian sampel diambil secara acak dari Berdasarkan Kriteria Badan Pusat
tiap strata tersebut (Sugiyono, 2008:82). Statistik dalam Survei Sosial Ekonomi
Data penelitian dianalisis melalui dua Nasional (BPS Kabupaten Sigi, tahun
teknik yang disesuaikan dengan 2014), pengeluaran rumah tangga
permasalahan penelitan sebagai berikut: merupakan salah satu indikator yang
1. Analisis Pendapatan rumah tangga usaha memberikan gambaran kesejahteraan
galian pasir penduduk. Tingkat kesejahteraan
Pendapatan rumah tangga dari usaha keluarga yang diukur dengan
galian pasir di Desa Kalukubula didekati menggunakan indikator kemiskinan
dengan persamaan sebagai berikut menurut BPS melihat pada garis
(Adiwilaga, 2005:107): kecukupan pangan dan non pangan,
TR = P X Q dimana kemiskinan dipandang sebagai
Nuryadin Adil, dkk, Analisis Usaha Galian Pasir dan Kesejahteraan Keluarga ……………………………………52

ketidakmampuan dari sisi ekonomi sebesar Rp.864.706,- dan dari pendapatan


untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga lainnya sebesar
pangan dan non pangan yang diukur Rp.652.941,-. Hal ini menunjukkan bahwa
dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk proporsi pendapatan rumah tangga yang
miskin (belum sejahtera) adalah diterima oleh pemilik mesin sebagian besar
penduduk yang memiliki rata-rata bersumber dari usaha galian pasir yaitu
pengeluaran perkapita perbulan 62,84% dari rata-rata total pendapatan
dibawah garis kemiskinan (BPS sebesar Rp.4.083.823,-.
Kabupaten Sigi, tahun 2014). b. Operator
b. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Besarnya pendapatan rumah tangga
(BKKBN) rata-rata yang diterima oleh operator dalam
Berdasarkan kriteria BKKBN sebulan dari usaha galian pasir adalah sebesar
kesejahteraan keluarga diukur dengan Rp.2.205.882,-, usaha non galian pasir adalah
21 indikator. Berdasarkan jawaban sebesar Rp.252.941,- dan dari pendapatan
responden, kemudian hasilnya anggota keluarga lainnya adalah sebesar
dikelompokkan kedalam 5 kategori Rp.335.294,-. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk mengetahui apakah termasuk proporsi pendapatan rumah tangga yang
dalam keluarga prasejahtera, keluarga diterima oleh operator sebagian besar
sejahtera tahap I, keluarga sejahtera bersumber dari usaha galian pasir yaitu
tahap II, keluarga sejahtera tahap III, 78,95% dari rata-rata total pendapatan
atau keluarga sejahtera tahap III Plus. sebesar Rp.2.794.117,-.
BKKBN mengukur tingkat c. Buruh Sekop
kesejahteraan dengan Besarnya pendapatan rumah tangga
mengklasifikasikan keluarga rata-rata yang diterima oleh buruh sekop
prasejahtera dan sejahtera tahap I dalam sebulan dari usaha galian pasir adalah
sebagai keluarga miskin (belum sebesar Rp.2.061.905,-, usaha non galian
sejahtera). pasir adalah sebesar Rp.164.286,- dan dari
c. World Bank (Bank Dunia) pendapatan anggota keluarga lainnya adalah
Tingkat kesejahteraan keluarga sebesar Rp.173.810,-. Hal ini menunjukkan
diukur dengan menggunakan indikator bahwa proporsi pendapatan rumah tangga
kemiskinan menurut World Bank yang diterima oleh buruh sekop sebagian
adalah apabila memiliki pendapatan besar bersumber dari usaha galian pasir yaitu
US$ 1 per hari dan US$ 2 per hari. 85,91% dari rata-rata total pendapatan sebesar
Rp.2.400.001,-.
HASIL DAN PEMBAHASAN d. Pemilik Truk
Besarnya pendapatan rumah tangga
Pendapatan dan pengeluaran rumah rata-rata yang diterima oleh pemilik truk
tangga pelaku usaha pertambangan galian dalam sebulan dari usaha galian pasir adalah
pasir di Desa Kalukubula Kecamatan Sigi sebesar Rp.1.955.741,-, dan dari usaha non
Biromaru Kabupaten Sigi galian pasir sebesar Rp.1.416.667,-. Hal ini
menunjukkan bahwa proporsi pendapatan
Pendapatan Rumah Tangga rumah tangga yang diterima oleh pemilik truk
a. Pemilik Mesin bersumber dari usaha galian pasir yaitu
Besarnya pendapatan rumah tangga 57,99% dari rata-rata total pendapatan sebesar
rata-rata yang diterima oleh pemilik mesin Rp.3.372.408,-.
dalam sebulan dari usaha galian pasir sebesar
Rp.2.566.176,-, usaha non galian pasir
53 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 48-58 ISSN: 2302-2019

Pengeluaran Rumah Tangga Pelaku Usaha d. Pemilik Truk


Galian Pasir Pengeluaran rumah tangga pemilik truk
a. Pemilik Mesin untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih
Pengeluaran rumah tangga pemilik besar dibandingkan dengan pengeluaran
mesin untuk kebutuhan pangan lebih kecil untuk memenuhi kebutuhan non pangan.
dibandingkan dengan pengeluaran non Pada pola pengeluaran rumah tangga pemilik
pangan. Dilihat dari pola pengeluarannya truk terlihat bahwa proporsi pengeluaran
tampak proporsi pengeluaran pangan terhadap pangan terhadap total pengeluaran adalah
total pengeluaran sebesar 38,97% sedangkan sebesar 56,41% sedangkan proporsi
proporsi pengeluaran untuk non pangan pengeluaran untuk non pangan sebesar
sebesar 61,03%. Pengeluaran terbesar adalah 43,59%. Pengeluaran kebutuhan pangan dari
pengeluaran konsumsi non pangan yakni rumah tangga pemilik truk yang terbesar
kebutuhan lain-lain (24,12%). Kebutuhan adalah biaya untuk membeli rokok yakni
lain-lain ini pada rumah tangga pemilik mesin 24,33% dari total pengeluaran rumah tangga.
mencakup kebutuhan untuk sumbangan sosial Bila dilihat dari segi pola pengeluaran
jika ada keluarga meninggal atau mengadakan rumah tangga dari para pelaku usaha galian
pesta pernikahan, pengeluaran untuk pasir di Desa Kalukubula Kecamatan Sigi
membayar cicilan motor maupun ciicilan Biromaru Kabupaten Sigi sesuai dengan hasil
rumah serta pengeluaran untuk angsuran pemaparan di atas, nampak bahwa hanya
kredit untuk PNS maupun pensiunan. pelaku usaha galian pasir dari kelompok
b. Operator pemilik mesin saja yang kesejahteraan rumah
Pengeluaran rumah tangga operator tangganya termasuk dalam kategori tinggi
untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih karena memiliki proporsi pengeluaran non
besar dibandingkan dengan pengeluaran pangan dari total pengeluaran yang lebih
untuk memenuhi kebutuhan non pangan. besar dibandingkan proporsi pengeluaran
Terlihat dari pola pengeluarannya tampak pangannya.
bahwa proporsi pengeluaran pangan terhadap Realitas ini menggambarkan bahwa
total pengeluaran sebesar 54,26% sedangkan kehidupan ekonomi para pelaku usaha galian
proporsi pengeluaran untuk non pangan pasir di Desa Kalukubula untuk kelompok
sebesar 45,74%. Pengeluaran untuk operator, buruh sekop dan pemilik truk bila
kebutuhan pangan terbesar adalah biaya yang dilihat dari pola pengeluaran rumah
dikeluarkan untuk membeli rokok yang tangganya termasuk dalam kategori rumah
berkisar Rp.150.000-Rp.650.000,- dengan tangga yang memiliki tingkat kesejahteraan
pengeluaran rata-rata perbulan Rp.387.059. rendah. Hal ini disebabkan karena proporsi
c. Buruh Sekop pengeluaran rumah tangga operator, buruh
Pengeluaran rumah tangga buruh sekop sekop dan pemilik truk untuk kebutuhan
untuk pangan lebih besar dibandingkan pangan lebih besar dibandingkan dengan
dengan pengeluaran untuk kebutuhan non proporsi pengeluaran rumah tangga untuk
pangan. Nampak pada pola pengeluarannya kebutuhan non pangan. Hal ini sejalan
bahwa proporsi pengeluaran pangan terhadap dengan hukum Engel yang menyatakan
total pengeluaran adalah sebesar 57,22% bahwa semakin tinggi pendapatan (semakin
sedangkan proporsi pengeluaran untuk non sejahtera) maka proporsi pendapatan yang
pangan sebesar 42,78%. Pengeluaran rumah dialokasikan untuk pangan semakin
tangga buruh sekop untuk kebutuhan pangan berkurang atau dengan kata lain semakin
terbesar adalah biaya untuk kebutuhan rokok besar proporsi pengeluaran pangan terhadap
sebesar 20,62% dari total pengeluaran. total pengeluaran rumah tangga berarti
Nuryadin Adil, dkk, Analisis Usaha Galian Pasir dan Kesejahteraan Keluarga ……………………………………54

kesejahteraan semakin menurun (Nicholson, terlihat bahwa rumah tangga dari 17 orang
2002). pemilik mesin berada dalam kategori
Berdasarkan pada keseluruhan hasil sejahtera dengan pendapatan rumah tangga
pemaparan di atas, terlihat bahwa pendapatan berkisar Rp.2.450.000,- s/d Rp.8.325.000,-
yang diperoleh pelaku usaha galian pasir di per bulan dan pendapatan per kapita berada
Desa Kalukubula yang berasal dari usaha pada kisaran Rp.408.333,- s/d Rp.2.775.000,-
galian pasir dan usaha non galian pasir b. Operator
ditambah dengan pendapatan anggota rumah Berdasarkan indikator garis kemiskinan
tangga telah mampu memenuhi kebutuhan BPS dilihat dari segi pengeluaran per kapita
hidup pelaku usaha galian pasir dan anggota perbulan, maka terlihat proporsi keluarga
keluarganya sehari-hari. Hal ini dikarenakan operator yang hidup di bawah garis
besarnya pendapatan yang diperoleh dalam kemiskinan (5,88%) lebih rendah dari
setiap bulan melebihi besarnya pengeluaran proporsi keluarga operator yang hidup di atas
rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan garis kemiskinan (94,12%). Artinya,
hidup dalam kurun waktu tertentu, baik sebagian besar operator memiliki rumah
pengeluaran untuk kebutuhan pangan tangga berada dalam kategori sejahtera.
maupun non pangan. Bila dilihat dari sisi pendapatan rumah
Realita ini sejalan dengan hasil tangga dan pendapatan per kapita operator
penelitian Suhadi (2012) yang menemukan dikaitkan dengan UMP (Upah Minimum
hasil bahwa pendapatan yang diperoleh Propinsi) untuk Provinsi Sulawesi Tengah
penambang pasir yang berada pada daerah tahun 2015 yaitu Rp.1.500.000,- per bulan
lokus penelitian (Desa Krompeng Kecamatan dan garis kemiskinan pedesaan untuk
Talun Kabupaten Pekalongan) dapat Kabupaten Sigi tahun 2015 yaitu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Rp.235.599,- per kapita per bulan, maka
Penelitian ini menjadi rujukan penelitian terlihat bahwa rumah tangga dari 17 orang
penulis dalam menganalisis usaha galian operator berada dalam kategori sejahtera
pasir terhahap kesejahteraan keluarga di Desa dengan pendapatan rumah tangga berkisar
Kalukubula Kecamatan Sigi Biromaru antara Rp.1.500.000,- s/d Rp.4.900.000,- per
Kabupaten Sigi. bulan dan pendapatan per kapita berada pada
kisaran Rp.320.000,- s/d Rp.1.125.000,-.
Tingkat kesejahteraan rumah tangga c. Buruh Sekop
pelaku usaha pertambangan galian pasir Berdasarkan indikator garis kemiskinan
di Desa Kalukubula Kecamatan Sigi BPS dilihat dari segi pengeluaran per kapita
Biromaru Kabupaten Sigi yang diukur perbulan, maka terlihat bahwa proporsi
dengan kriteria BPS, BKKBN dan World keluarga buruh sekop yang hidup di bawah
Bank garis kemiskinan adalah sebesar 14,29%
sedangkan proporsi keluarga buruh sekop
Indikator Badan Pusat Statistik yang hidup di atas garis kemiskinan adalah
a. Pemilik Mesin sebesar 85,71%. Hal ini memberikan arti
Bila dilihat dari sisi pendapatan rumah bahwa proporsi rumah tangga buruh sekop
tangga dan pendapatan per kapita pemilik yang hidup di bawah garis kemiskinan lebih
mesin dikaitkan dengan UMP (Upah rendah dibandingkan dengan proporsi
Minimum Propinsi) untuk Provinsi Sulawesi keluarga buruh sekop yang hidup di atas
Tengah tahun 2015 yaitu Rp.1.500.000,- per garis kemiskinan sehingga sebagian besar
bulan dan garis kemiskinan pedesaan untuk buruh sekop memiliki rumah tangga berada
Kabupaten Sigi tahun 2015 yaitu dalam kategori sejahtera.
Rp.235.599,- per kapita per bulan, maka
55 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 48-58 ISSN: 2302-2019

Bila dilihat dari sisi pendapatan rumah realita dari hasil penelitian penulis
tangga dan pendapatan per kapita buruh memberikan dukungan pada hasil penelitian
sekop per bulan dikaitkan dengan UMP Kakisina (2011) yang menemukan hasil
(Upah Minimum Propinsi) sebesar bahwa jika dilihat dari pendapatan yang
Rp.1.500.000,- per bulan untuk Provinsi diperoleh sebagian besar masyarakat yang
Sulawesi Tengah tahun 2014 dan garis berada dalam daerah lokus penelitian (Desa
kemiskinan pedesaan untuk Kabupaten Sigi Waihatu Kecamatan Kairatu Kabupaten
sebesar Rp.235.599,- per kapita per bulan, Seram Bagian Barat Provinsi Maluku) berada
maka terlihat bahwa rumah tangga dari 21 dalam kategori memiliki kehidupan keluarga
orang buruh sekop berada dalam kategori yang sejahtera diukur dari kriteria BPS. Juga
sejahtera dengan pendapatan rumah tangga memberikan dukungan pada hasil penelitian
berkisar antara Rp.1.500.000,- s/d Siswati dan Nizar (2014) yang menemukan
Rp.3.700.000,- per bulan dan pendapatan per hasil bahwa jika dilihat dari pendapatan per
kapita berada pada kisaran Rp.360.000,- s/d kapita yang diperoleh sebagian besar petani
Rp.1.150.000,-. pola pertanian terpadu tanaman Hortukultura
d. Pemilik Truk dan Ternak yang berada dalam daerah lokus
Berdasarkan indikator garis kemiskinan penelitian berada dalam kategori memiliki
BPS dilihat dari segi pengeluaran per kapita kehidupan rumah tangga yang sejahtera
perbulan, maka terlihat bahwa keluarga diukur dari indikator garis kemiskinan
pemilik truk semuanya termasuk dalam berdasarkan kriteria BPS.
kategori sejahtera karena memiliki rata-rata
pengeluaran rumah tangga per kapita per Indikator Badan Koordinasi Keluarga
bulan di atas dari garis kemiskinan yaitu Berencana Nasional
sebesar Rp.235.599,- per kapita per bulan Hasil pemaparan penelitian
(BPS Kabupaten Sigi tahun 2014). menggambarkan bahwa bila dilihat dari
Bila dilihat dari sisi pendapatan rumah indikator Badan Koordinasi Keluarga
tangga dan pendapatan per kapita pemilik Berencana (BKKBN) nampak bahwa
truk per bulan dikaitkan dengan UMP (Upah kehidupan rumah tangga dari para kelompok
Minimum Propinsi) sebesar Rp.1.500.000,- pelaku usaha galian pasir di Desa Kalukubula
per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tengah tidak ada yang berada dalam kategori
tahun 2015 dan garis kemiskinan pedesaan keluarga pra sejahtera dan sejahtera tahap III
untuk Kabupaten Sigi sebesar Rp.235.599,- plus. Kehidupan rumah tangga para
per kapita per bulan, maka terlihat bahwa kelompok pelaku usaha galian pasir di Desa
rumah tangga dari 3 orang pemilik truk Kalukubula dikatakan tidak ada yang berada
berada dalam kategori sejahtera dengan dalam kategori keluarga pra sejahtera,
pendapatan rumah tangga berkisar antara disebabkan karena seluruh kebutuhan dasar
Rp.3.099.074,- s/d Rp.3.619.074,- per bulan dalam kehidupan rumah tangga penampang
dan pendapatan per kapita berada pada pasir terpenuhi dengan baik seperti
kisaran Rp.679.815,- s/d Rp.1.033.025,-. kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Realita dari hasil penelitian penulis di Termasuk pula kebutuhan kesehatan dan
atas memberikan gambaran jika pendidikan. Sedangkan kehidupan rumah
kesejahteraan di ukur dengan ukuran tangga para kelompok pelaku usaha galian
ekonomi (pendapatan dan pengeluaran), pasir di Desa Kalukubula dikatakan tidak ada
maka rumah tangga dari para pelaku usaha yang berada dalam kategori sejahtera plus III,
galian pasir (pemilik mesin, operator, buruh disebabkan karena tidak semua dari 21
sekop dan pemilik truk) di Desa Kalukubula indikator kesejahteraan yang menjadi tolak
berada dalam kategori sejahtera. Disisi lain, ukur dari kriteria penilaian BKKBN dapat
Nuryadin Adil, dkk, Analisis Usaha Galian Pasir dan Kesejahteraan Keluarga ……………………………………56

terpenuhi dengan baik dan memadai dalam keluarga yang sejahtera diukur dari kriteria
kehidupan rumah tangga para penambang BKKBN dan BPS.
pasir di Desa Kalukubula.
Dengan demikian, sesuai dengan Indikator World Bank
keseluruhan pemaparan di atas, dapat Hasil penelitian menggambarkan
dikemukakan bahwa tingkat kesejahteraan bahwa berdasarkan indikator World Bank
rumah tangga pelaku usaha yang bekerja (Bank Dunia) yang menetapkan garis
pada usaha galian pasir di Desa Kalukubula kemiskinan dengan menggunakan ukuran
berdasarkan kriteria BKKBN (1997) berada pendapatan per kapita US$ 2 per hari, terlihat
dalam kategori memiliki kehidupan rumah bahwa sebagian besar rumah tangga dari para
tangga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pelaku usaha galian pasir (pemilik mesin,
berada dalam kategori keluarga sejahtera operator, buruh sekop dan pemilik truk) di
tahap I, keluarga sejahtera tahap II dan Desa Kalukubula Kabupaten Sigi Biromaru
keluarga sejahtera tahap III, dilihat dari 21 Kabupaten Sigi masuk dalam kategori tidak
indikator pengukuran. Kehidupan rumah sejahtera.
tangga penampang pasir di Desa Kalukubula Berdasarkan pada kriteria bank dunia
dengan tingkat kesejahteraan keluarga berada (world bank) di atas, maka penulis
dalam kategori keluarga sejahtera tahap I memperkirakan lebih banyak rumah tangga
dapat memenuhi kebutuhan keluarga pelaku usaha galian pasir di Desa Kalukubula
terhadap empat indikator kebutuhan hidup masuk dalam kriteria tidak sejahtera
minimal yaitu pangan, sandang, papan dan disebabkan karena adanya pengaruh faktor
kesehatan. Sedangkan kehidupan rumah permintaan dan faktor alam (cuaca) yang
tangga penampang pasir di Desa Kalukubula merupakan faktor utama menentukan besar
dengan tingkat kesejahteraan keluarga berada kecilnya (banyaknya) jumlah pendapatan
dalam kategori keluarga sejahtera tahap II yang akan diperoleh para pelaku usaha yang
dapat memenuhi kebutuhan keluarga bekerja di galian pasir guna memenuhi
terhadap kebutuhan dasar minimumnya dan kebutuhan rumah tangga keluarganya.
dapat pula memenuhi kebutuhan
pengembangannya. Sedangkan kehidupan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
rumah tangga penampang pasir di Desa
Kalukubula dengan tingkat kesejahteraan Kesimpulan
keluarga berada dalam kategori keluarga 1. Besarnya pendapatan rata - rata perbulan
sejahtera tahap III dapat memenuhi rumah tangga pelaku usaha galian pasir,
kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan dasar untuk pemilik mesin Rp.4.083.824,
minimum, kebutuhan sosial psikologis dan operator Rp.2.794.118, buruh sekop
kebutuhan pengembangannya namun Rp.2.400.000 dan pemilik truk
penampang pasir belum aktif dalam usaha Rp.3.372.407. Pengeluaran rata - rata
kemasyarakatan dalam lingkungan desa atau perbulan, untuk pemilik mesin
wilayahnya. Rp.2.470.882, operator Rp.1.886.765,
Realita dari hasil penelitian penulis buruh sekop Rp.1.424.952 dan pemilik
memberikan dukungan pada hasil penelitian truk Rp.2.263.333. Proporsi pengeluaran
Iskandar (2007) yang menemukan hasil rata-rata untuk kebutuhan pangan lebih
bahwa sebagian besar masyarakat yang besar daripada kebutuhan non pangan.
berada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor 2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga
yang merupakan daerah lokus penelitian pelaku usaha galian pasir di Desa
berada dalam kategori memiliki kehidupan Kalukubula menurut kriteria BPS dari 58
responden terdiri atas pemilik mesin,
57 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 48-58 ISSN: 2302-2019

operator, buruh sekop serta pemilik truk UCAPAN TERIMA KASIH


sebanyak 1 orang rumah tangga operator
dan 3 orang rumah tangga buruh sekop Dalam kesempatan ini, penulis ingin
termasuk dalam kriteria keluarga tidak mengaturkan banyak terima kasih yang
sejahtera sedangkan yang lainnya setinggi-tingginya dan setulus - tulusnya
termasuk dalam keluarga sejahtera. kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr.
Menurut kriteria BKKN sebanyak 4 Anhulaila M. Palampanga, S.E., M.S., dan
responden (9,52%) termasuk dalam Bapak Dr. Mohamad Ichwan, S.E., M.Kes.,
tingkat keserejahteraan keluarga tahap I, yang telah banyak mencurahkan perhatian,
49 responden (79,31%) termasuk dalam bimbingan dan arahan kepada penulis
tingkat kesejahteraan keluarga tahap II sehingga artikel ini dapat diselesaikan..
dan sebanyak 6 responden (29,41%)
termasuk dalam tingkat kesejahteraan DAFTAR RUJUKAN
keluarga tahap III. Tidak terdapat keluarga
prasejahtera dan keluarga sejahtera tahap Adiwilaga, 2005. Ilmu Usahatani, Alumni,
III plus. Menurut kriteria Bank Dunia Bandung.
(World Bank) sebanyak 5 orang pemilik Badan Pusat Statistik, 2014. Kabupaten Sigi
mesin, 13 orang operator dan buruh sekop dalam Angka, 2014, BPS. Kabupaten
serta sebanyak 1 orang pemilik truk Sigi.
memiliki rumah tangga termasuk dalam Bungin, Burhan, 2004. Metode Penelitian
kriteria keluarga tidak sejahtera karena Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, dan
mempunyai pendapatan per hari kurang Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu
dari 2 dollarAS. Sosial Lainnya, Edisi Kedua, Kencana,
Surabaya.
Rekomendasi BKKBN, 1997. Petunjuk Teknis Pendataan
1. Perlunya adanya intervensi pemerintah Keluarga Sejahtera, Kantor Menteri
daerah Kabupaten Sigi dalam pengelolaan Negara Kependudukan/Badan
usaha galian pasir di Desa Kalukubula Koordinasi Keluarga Berencana
dengan membuat peraturan tentang Nasional. Jakarta.
batasan wilayah yang boleh untuk BKKBN, 2007. Pedoman Tata Cara
dilakukan usaha pertambangan agar Pencatatan dan Pelaporan Pendapatan
kelestarian lingkungan di daerah tambang Keluarga, Badan Koordinasi Keluarga
tetap terjaga. Berencana Nasional, Jakarta.
2. Perlu adanya penelitian kuantitatif terkait Iskandar, 2007. Faktor-Faktor Yang
dengan analisis tingkat kesejahteraan Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga
rumah tangga dan faktor-faktor yang di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor,
mempengaruhi tingkat kesejahteraan Disertasi tidak diterbitkan, Sekolah
rumah tangga pelaku usaha yang bekerja Pascasarjana IPB.
pada usaha galian pasir untuk mendukung Kakisina, Leonard O., 2011. Tingkat
penelitian ini dengan menggunakan Pendapatan Rumah Tangga dan
pengukuran selain dari indikator yang Kemiskinan di Daerah Transmigrasi
merujuk pada kriteria BKKN (1997) dan (Kasus di Desa Waihatu Kecamatan
kriteria BPS dalam Survei Sosial Ekonomi Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat
Nasional (SUSENAS, tahun 2007). Provinsi Maluku), Jurnal Budidaya
Pertanian, Vol. 7. No 2, Halaman 65-
71.
Nuryadin Adil, dkk, Analisis Usaha Galian Pasir dan Kesejahteraan Keluarga ……………………………………58

Nicholson, W., 2002. Mikro Ekonomi Suhadi, 2012. Kajian Ekonomi Pekerja
Intermediate dan Penerapannya, Jilid Tambang Sirtu di Desa Krompeng
1, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kecamatan Talun Kabupaten
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Pekalongan, Jurnal Penelitian dan
Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung. Pengembangan Kesejahteraan Sosial,
Siswati, Latifa dan Rini Nizar, 2014. Vol.11 No.01 Januari – April 2012.
Kesejahteraan Petani Pola Pertanian Sugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian,
Terpadu Tanaman Hortikultura dan Alfabeta, Bandung.
Ternak, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Umar, Husein, 2000. Riset Pemasaran;
Peternakan, Vol. XVII No.1 Mei 2014. Analisis Perilaku Konsumen, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You might also like