You are on page 1of 19

113 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KEWARISAN ADAT


DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus pada Kengketa Kewarisan Kebun di Kecamatan Maiwa
Kabupaten Enrekang)

Rukiah & Herman

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


rukiahstain@yahoo.co.id

Abstract: This paper describes the customary inheritance dispute resolution in the
perspective of Islamic law. The analytical method used is descriptive qualitative analysis,
which include: 1) inductive method, 2) Method deductive, and 3) The comparative
method. Discussion of the results obtained by the understanding that: Based on the
results of data analysis and discussion of results of qualitative descriptive research for
one month, then it can be summed up as follows; System inheritance garden in the
District Maiwa Enrekang is basically deliberation, in consultation division two, the
system of inheritance heir died before and after heir dies. The process of inheritance to
the heir was still alive at the time Maiwa society can be implemented in a way instructed
or intestate. Inheritance Heir Dies After implemented in two ways such a calculation fiqhi
Islamic inheritance, which in this division of the boys doubles and girls the same way
PD EDJH PDQD¶ IODW VKDUH ZKHUH WKH ER\V DQG ZRPHQ V HTXDO DQG EDODQFHG 7KLV Ls
done because according to the District Maiwa Enrekang that this system is a way to get
justice among all heirs. In the perspective of Islamic law such a way that does not conflict
with the nature and objectives of Islamic law which is to create peace and tranquility, as
described in the verses of the Quran and the Hadith of the Prophet.

Kata Kunci: Penyelesaian sengketa, kewarisan Adat, Hukum Islam.

I. PENDAHULUAN ciptanya, akan dikatakan taat apabila ia


Al-Quran sebagai pedoman hidup melaksanakan ajaran Tuhannya secara
bagi umat Islam di dalamnya berisi keseluruhan dan utuh. Oleh karena itu,
kaidah-kaidah dan norma-norma yang kepatuhan sebagaimana yang dijelaskan
mengatur keseluruhan aspek hidup dalam Al-Quran, Sunnah, dan hasil Ijma
manusia termasuk hukum kewarisan. para Ulama, merupakan manifestasi rasa
keimanan seseorang umat pada Tuhannya.
Kaidah-kaidah dan norma-norma tersebut
tersusun secara sistimatis dalam suatu Salah satu ketentuan dalam Al-Quran
totalitas, sehingga mempunyi hubungan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam
secara fungsional dalam rangka meng- adalah menyelesaikan perselisihan-per-
arahkan manusia kepada pembentukan selisihan atau sengketa dengan mengem-
dirinya menjadi manusia yang sempurna. balikan kepada Allah, sebagaimana firman
Manusia sebagai makhluk Tuhan Allah swt dalam surah Asy-Syura: 10
mempunyai kepercayaan terhadap pen- yang berbunyi:
114 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

rQ ¯ àœÈOÀ-Ö ÀUVÙ ÄÔ³[‹ C°% °Oj°Ù Ø/ÅÊÙÝQ W*Ø\


terjadi yang bisa berbuntut kekerasan dan
• W%XT
merugikan pihak yang bersengketa.
Oleh karena itu, sengketa kewarisan
§ª©¨ ½ j°5Ê °OÙkV ¯ XT Á0Ú € XSV" °OÙkQ Wà r¯P Xq Œ Ä1Å ° šVl kebun merupakan salah satu masalah yang
Terjemahan: harus diselesaikan secara hati-hati. Proses
Tentang suatu apapun kamu ber- penyelesaian sengketa ini harus sesuai
selisih, maka putusannya (terserah) dengan aturan sehingga akhirnya tidak ada
kepada Allah. (yang mempunyai sifat- yang merasa dirugikan dan nilai-nilai
sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. keadilan dapat diterapkan.
Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan Agar nilai-nilai keadilan dalam
kepada-Nyalah aku kembali.1 proses penyelesaian sengketa dapat
Ayat tersebut menjelaskan bahwa diterapkan maka solusi terbaik adalah
segala sesuatu yang menyebabkan per- penyelesaiannya melalui lembaga hukum
selisihan harus diselesaikan sesuai dengan yang sifatnya formal seperti Pengadilan
kaidah yang diatur dalam Al-Quran dalam Agama dan sebagainya. Lembaga yang
hal ini harus sesuai dengan kaidah hukum otomatis memberikan pemahaman dan
Islam. Kaidah hukum Islam yang penerapan tentang hukum Islam yang
disampaikan kepada Nabi melalui kitab terdapat di dalamnya masalah kewarisan.
Allah diturunkan secara evolusi antara Meskipun demikian, masih banyak
lain untuk menghindari kegoncangan yang tidak menyadari hal tersebut, yang
dalam masyarakat dan sekaligus pula pada akhirnya tak jarang masyarakat
bertujuan untuk mendidik manusia agar Islam sendiri mengalami banyak problem
mampu merubah pola hidup dengan dalam rangka menyelesaikan masalah
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk kewarisan melalui lembaga hukum formal
dan menggantikannya dengan nilai-nilai atau aturan hukum Islam itu sendiri. Salah
yang baru. satu penyebabnya adalah kebiasaan
Proses perubahan dari meninggalkan masyarakat yang masih menganut sistem
kebiasaan-kebiasaan buruk dan meng- kekeluargaan khususnya di Kecamatan
gantikannya dengan nilai-nilai yang baru Maiwa Kabupaten Enrekang.
merupakan pengaplikasian dari hukum Kenyataan ini sesuai observasi awal
islam itu sendiri. Hukum Islam mengan- yang telah penulis laksanakan di
dung dua aspek sebagaimana diungkapkan masyarakat Kecamatan Maiwa Kabupaten
Muh.Tahir Azhary yang terdiri dari aspek Enrekang bahwa sebagian besar penye-
hukum duniawi yaitu untuk kepentingan lesaian sengketa jarang dilakukan melalui
kesejahteraan manusia selama hidup di lembaga hukum formal, seperti kepolisian
dunia dan aspek hukum ukhrawi yang dan pengadilan. Banyak perselisihan dan
merupakan tujuan terakhir dari perjalanan sengketa diselesaikan secara musyawarah.
hidup manusia.2 Seperti halnya dalam pembagian harta
Aspek hukum duniawi, sebagai warisan dan penyelesaian berbagai per-
wujud perkembangan hukum Islam dapat soalan atau sengketa selalu dilaksanakan
dilihat pada problematika kewarisan Islam melalui musyawarah terutama masalah
terutama yang menyangkut kewarisan sengketa kewarisan kebun. Kalau terjadi
kebun. Kebun merupakan aset yang suatu sengketa, maka tokoh masyarakat
memiliki nilai jual yang hampir tidak yang ada di daerah tersebut akan berusaha
pernah turun karena nilai jualnya tinggi untuk menyelesaikan persoalan itu melalui
sering memunculkan persoalan antar musyawarah atau konsultasi.
keluarga dalam kasus harta warisan. Berkenaan dengan timbulnya per-
Kasus sengketa kebun warisan juga sering masalahan dalam penyelesaian sengketa
115 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

kewarisan di Kecamatan Maiwa III. PEMBAHASAN


Kabupaten Enrekang tersebut, maka
A. Sistem Pembagian Warisan Di
penulis merasa perlu mengadakan
Kecamatan Maiwa Kabupaten
penelitian untuk mengetahui sistem
Enrekang
pembagian warisan dan bentuk
penyelesaian sengketa kewarisan guna Proses pewarisan merupakan suatu
mengungkapkan secara jelas serta cara bagaimana seorang pewaris berbuat
meninjau permasalahan tersebut dari segi untuk meneruskan atau mengalihkan harta
hukum Islam. kekayaan yang akan ditinggalkannya
Berdasarkan dengan latar belakang kepada para ahli waris ketika pewaris
masalah di atas maka yang menjadi focus masih hidup serta bagaimana cara warisan
pembahasan dalam tulisan ini adalah tersebut diteruskan penguasaan dan pema-
penyelesaian sengketa kewarisan kebun kaiannya. Selain itu juga tentang bagai-
menurut hukum Islam di Kecamatan mana pelaksanaan pembagian warisan
Maiwa Kabupaten Enrekang. Adapun kepada para ahli waris setelah pewaris
tujuan yang ingin dicapai adalah: 1) Untuk wafat.
memperoleh gambaran pembagian Dalam masyarakat adat, tak ter-
warisan dalam hukum Islam dan hukum kecuali masyarakat Maiwa, proses
adat, 2) Untuk mengetahui bentuk pewarisan terbagi dua, yaitu proses
penyelasaian sengketa warisan kebun di pewarisan sebelum pewaris meninggal
Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, dan setelah pewaris meninggal. Proses
3) Untuk mengetahui perspektif hukum pewarisan pada saat pewaris masih hidup
Islam terhadap penyelasaian sengkata pada masyarakat Maiwa dapat dilaksana-
kewarisan kebun di Kecamatan Maiwa kan dengan cara berpesan atau berwasiat.
Kabupaten Enrekang. Pada bagian ini yang akan lebih
banyak dibahas adalah mengenai proses
II. METODOLOGI pewarisan ketika pewaris masih hidup,
Jenis penelitian ini adalah penelitian sedangkan pewarisan setelah pewaris
kualitatif yang bersifat deskriptif. Lokasi wafat tidak akan banyak dibahas karena
Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. banyak kesamaan dengan hukum konven-
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sional.
dibagi kepada dua, yaitu; 1) Data primer,
1. Pewarisan Sebelum Pewaris
merupakan data yang diperoleh secara
Meninggal
langsung dari responden dan informan
melalui wawancara dan observasi Seperti telah disinggung di muka,
langsung di lapangan. Responden adalah proses pewarisan sebelum pewaris
orang yang dikategorikan sebagai sampel meninggal ada berbagai jenis yang
dalam penelitian, dan 2) Data sekunder, masing- masing berbeda namun secara
merupakan jenis data yang bersumber dari substansi tetap sama. Adapun lebih rinci
instansi terkait. Adapun teknik pengum- akan dijelaskan sebagai berikut.
pulan data yang dipergunakan adalah; a. Penerusan atau Pengalihan
wawancara, Observasi, dan Dokumentasi.
Ketika pewaris masih hidup,
Adapun metode analisis yang digunakan
adakalanya telah melakukan penerusan
adalah analisis deskriptif kualitatif, yang
atau pengalihan kedudukan atau
meliputi; 1) Metode induktif, 2) Metode
jabatan adat, hak dan kewajiban dan
dedukti, dan 3) Metode komparatif.
harta kekayaan kepada ahli waris.
Akibat dari penerusan atau pengalihan
ini adalah harta pewaris berpindah
116 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

pemilikan dan penguasaannya kepada menguasai harta yang ditunjukkan itu,


ahli waris sejak penerusan atau peng- tetapi pengurusan dan pemanfaatan,
alihan diucapkan. serta penikmatan hasilnya sudah ada
Termasuk dalam arti penerusan atau pada ahli waris yang i jillo (ditunjuk).
pengalihan harta kekayaan pada saat Kemudian apabila dalam keadaan
pewaris masih hidup adalah diberi- yang mendesak disebabkan adanya
kannya harta kekayaan tertentu sebagai kebutuhan mendadak yang harus di-
dasar kebendaan sebagai bekal untuk selesaikan, pewaris masih bisa me-
melanjutkan hidup bagi anak-anak rubah maksudnya tersebut. Atau
yang akan kawin mendirikan rumah dengan kata lain, pewaris masih bisa
tangga baru. menarik kembali atau mentransaksikan
Biasanya anak laki-laki atau perem- harta tersebut kepada orang lain. Dan
puan yang akan kawin dibekali tanah tentunya hal itu harus ada musyawarah
pertanian, pekarangan dengan rumah- dengan ahli waris yang sudah ditunjuk.
nya atau ternak. Benda-benda tersebut Penunjukan tersebut bukan hanya
merupakan bagiannya dalam harta berlaku untuk barang- barang bergerak
keluarga yang akan diperhitungkan saja, tetapi juga berlaku pada barang-
pada pembagian harta waris sesudah barang yang tidak bergerak seperti
orang tuanya meninggal. tanah ladang, sawah, atau kebun. Pada
Selain untuk anak kandung, masyarakat Maiwa hal itu lebih dikenal
penerusan atau pengalihan ini juga dengan istilah ijillokangngi angge
biasa diberikan kepada anak angkat, (ditunjukkan batas), karena pewaris
karena telah banyak mengabdi, menunjuk garis batas tanah yang
memberikan jasa-jasa baiknya untuk diberikan kepada ahli waris. Sebagai
kehidupan rumah tangga. Pewarisan contoh, misalnya pewaris menyatakan,
secara penerusan ini dilakukan karena tanah dari pohon aren sampai pohon
adanya kekhawatiran dari pewaris nangka itu adalah untuk si A,
kalau anak angkat tersebut tersingkir sedangkan dari pohon nangka sampai
oleh anak kandungnya apabila pem- tepi sungai adalah untuk si B.
bagiannya dilakukan setelah wafatnya. Dikalangan orang Maiwa, adakala-
Sebagai contoh pewarisan dengan nya setelah bidang-bidang tanah
cara penerusan adalah keluarga yang pertanian ditunjukkan atau diteruskan
terdiri dari dua anak laki-laki dan dua pengusaannya kepada anak lelaki atau
anak perempuan. Karena anak laki-laki perempuan yang telah berpisah dan
tertua telah dewasa dan kuat kerja, hidup mandiri diharuskan memberi
maka ayahnya memberikan sebidang tunjangan. Cara itu berlaku juga meski-
tanah. Anak kedua perempuan, pada pun telah diteruskan atau dioperkan.
saat dinikahkan ia diberi sebuah rumah. Sebagian dari tanah itu masih ada yang
b. Penunjukan (ijillokang) dikuasai dan dikerjakan oleh orang tua
untuk kepentingan orang tua. Baru
Berbeda dengan penerusan atau setelah orang tua wafat, akan sepenuh-
pengalihan, pewarisan secara penunju- nya menjadi milik ahli waris.
kan oleh pewaris kepada ahli warisnya
membawa akibat hukum, yaitu berpin- c. Pesan atau Wasiat (pappasang)
dahnya hak pemilikan dan penguasaan Pappasang (pesan) ini biasanya
harta baru berlaku sepenuhnya kepada dilakukan pada saat pewaris sakit yang
ahli waris setelah pewaris meninggal. tidak bisa diharapkan kesembuhannya,
Adapun sebelum pewaris meninggal, atau ketika akan bepergian jauh seperti
pewaris masih berhak dan berwenang naik haji. Cara ini baru berlaku setelah
117 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

pewaris tidak pulang atau benar-benar waktu-waktu tertentu setelah mening-


meninggal. Jika pewaris masih pulang galnya seseorang. Misalnya, bongi
atau belum meninggal, pesan ini bisa pitunna (setelah tujuh hari pasca
dicabut kembali. meninggalnya seseorang), bongi
Tujuan dilakukan pewarisan SDWD¶pulo (setelah 40 hari), bongi
secara pappasang ini pada dasarnya saratu (setelah seratus hari).
adalah untuk mewajibkan kepada para Namun, kebanyakan pembagian
ahli waris untuk membagi-bagi harta warisan dilaksanakan pada waktu bongi
warisan dengan cara yang layak SDWD¶SXOR atau bersamaan dengan
menurut anggapan pewaris. Selain itu PD¶EDFD GRDQJ. Karena pada hari itu
juga supaya tidak terjadi perselisihan. diharapkan semua anggota keluarga
Dan tujuan ketiga, pewaris menyatakan dan ahli waris berkumpul di tempat
secara mengikat sifat-sifat barang/harta pewaris almarhum. Dengan demikian,
yang ditingggalkannya. ketika semua pewaris telah berkumpul
akan lebih memudahkan pembagian
2. Pewarisan Setelah Pewaris Meninggal
harta waris dan sosialisainya kepada
Secara umum pewarisan setelah seluruh anggota keluarga.
pewaris meninggal dunia sama dengan Adapun mengenai juru bagi juga
pewarisan pada hukum konvensional. tidak ada ketentuan pasti. Akan tetapi,
Pada masyarakat adat Maiwa yang sistem yang dapat menjadi juru bagi adalah
kekerabatannnya parental atau bilateral sebagai berikut:
dan menganut asas pewarisan individual, 1) Orang tua yang masih hidup (janda
maka harta warisan tidak dikuasai oleh atau duda pewaris),
anggota keluarga tertentu atau tetua adat, 2) Anak tertua lelaki atau perempuan,
tetapi dibagi kepada para ahli waris yang 3) Anggota keluarga tertua yang
ada. dipandang jujur, adil, dan bijaksana,
Adapun yang lebih menonjol pada 4) Anggota kerabat tetangga, pemuka
pewarisan setelah pewaris meninggal masyarakat adat atau pemuka agama
yaitu mengenai bagaimana cara pem- yang diminta, ditunjuk atau dipilih
bagian warisan tersebut kepada ahli oleh para ahli waris.
warisnya, dan kapan waktu pembagian- b. Cara Pembagian
nya.
Hukum adat dalam tata cara
3. Pembagian Warisan pembagian warisan tidaklah mengenal
Pembagian harta warisan setelah pembagian secara matematis. Tetapi
pewaris meninggal dan juga bagaimana pembagian pada masyarakat adat selalu
cara pembagiannya. didasarkan atas pertimbangan wujud
benda dan kebutuhan ahli waris yang
a. Waktu Pembagian dan Juru Bagi
bersangkutan. Jadi meskipun dikenal
Pada umumnya hukum adat tidak adanya persamaan hak dan keseim-
mengatur secara baku kapan waktu bangan, tidak berarti setiap ahli waris
pembagian warisan harus dilakukan. mendapatkan bagian yang sama,
Begitu juga mengenai juru bagi juga dengan nilai harga yang sama atau
tidak ada ketentuan. menurut banyaknya bagian tertentu.
Pada masyarakat Maiwa pembagian Pada masyarakat adat Maiwa
warisan tersebut dapat dilaksanakan mengenal dua cara pembagian harta
setelah PD¶EDFD GRDQJ (membaca warisan, yaitu dengan cara seperti
doa). 0D¶EDFD GRDQJ itu sendiri ada perhitungan fiqhi kewarisan Islam,
berbagai macam dan dilaksanakan pada dimana pada cara pembagian ini bagian
118 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

anak laki-laki dua kali lipat anak Indonesia yang dalam hal ini adalah
perempuan. Cara ini juga dilakukan Kompilasi Hukum Islam. Persamaan
dengan dasar bahwa laki-laki lebih kuat tersebut terutama terletak pada sistem
kerja dibanding perempuan, hal ini kekerabatan dan asas kewarisan yang
dikenal dengan istilah PDOOHPED¶L WR digunakan dan melekat pada keduanya.
tumDQH PD¶MXMXQJQJL WR WXEDLQH, Kewarisan adat Maiwa maupun
artinya laki-laki memikul, perempuan kewarisan dalam Kompilasi Hukum
menjunjung, laki-laki lebih berat Islam sama-sama menggunakan sistem
bebannya dibanding perempuan. kekerabatan bilateral atau parental,
Kedua, dengan cara PD¶EDJH VDPD UDWD dimana pada sistem kekerabatan ini
(bagi sama rata), dimana bagian anak tidak berlaku penarikan garis keturunan
laki-laki dan perempuan sama dan dari jalur ayah atau jalur ibu. Akan
seimbang.3 tetapi, penarikan garis keturunan pada
Sebagai contoh pembagian waris sistem bilateral atau parental diambil
secara berimbang antara laki-laki dan dari kedua orang tua (bapak dan ibu).
perempuan adalah sebagai berikut: Hal ini berakibat dalam masalah
Dahlan bertempat tinggal di Desa kewarisan, dimana ahli waris tidak
Limbuang, Kec. Maiwa, Kabupaten didominasi oleh anggota keluarga garis
Enrekang, meninggal dunia dengan keturunan bapak atau ibu, tetapi oleh
meninggalkan dua orang anak lelaki kedua-duanya, perempuan mempunyai
dan tiga orang anak perempuan. kesempatan yang sama dengan laki-
Kelima anak tersebut, dua yang telah laki.
kawin dan tiga orang yang belum Mengenai asas kewarisannya pun,
kawin. Warisan yang berwujud tanah mempunyai kesamaan, yaitu sama-
kebun dibagi lima. Harta lain tidak sama menggunakan asas kewarisan
dibagi karena telah dipakai untuk individual. Artinya, harta warisan tidak
membiayai penguburan, PD¶EDFD dikuasai hanya oleh anggota keluarga
doang dan sebagian menjadi milik tertentu dan tidak pula digunakan
bersama untuk keperluan sehari-hari secara bersama-sama dengan hanya
seperti rumah dan pekarangannya. mengambil manfaatnya. Akan tetapi,
Pembagian itu adalah seperti berikut: harta warisan tersebut dibagi-bagi
1) Anak perempuan tertua men- kepada masing-masing ahli waris
dapatkan sebidang tanah perkebunan di menurut bagiannya masing-masing dan
daerah pangallo, 2) Anak laki-laki setiap ahli waris berhak memiliki dan
kedua mendapatkan sebidang tanah menguasainya, karena harta pada asas
perkebunan di daerah salutarra, 3) Anak kewarisan individual bersifat bisa
perempuan ketiga mendapatkan sebi- dibagi-bagi.
dang tanah perkebunan di daerah Sistem kewarisan adat Maiwa
pikung, 4) Anak laki-laki keempat dengan Kompilasi Hukum Islam juga
mendapatkan sebidang tanah per- mempunyai perbedaan-perbedaan yang
kebunan di daerah pangallo, 5) Anak cukup signifikan. Perbedaan tersebut
perempuan kelima mendapatkan terutama terletak pada proses pewarisa-
sebidang tanah di daerah pangallo. nya, ahli waris, dan cara pembagian
Secara umum, sistem kewarisan hartanya. Adapun secara singkat akan
yang biasa digunakan di dalam dijelaskan sebagai berikut:
masyarakat adat Maiwa banyak 1) Mengenai Proses Pewarisan
mempunyai kesamaan dengan sistem
kewarisan dalam hukum Islam di Proses pewarisan dalam sistem adat
Maiwa dan Kompilasi Hukum Islam
119 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

sangat berbeda. Perbedaan ini akibat diberikan setelah wafatnya, anak ang-
adanya perbedaan salah satu asas kat tersebut akan kalah dengan anak
kewarisannya. Selain asas individual, kandung.
dalam waris sistem KHI juga menganut Yang kedua mengenai ahli waris
asas kematian semata, sehingga ahli utama. Di dalam sistem kewarisan adat
waris baru bisa mendapatkan harta Maiwa, dikenal dengan adanya ahli
warisan ketika pewaris meninggal. waris utama, yaitu orang-orang yang
Demikian juga pewaris, baru bisa dibesarkan dalam keluarga pewaris
mewariskan hartanya kepada para ahli (anak kandung atau anak angkat). Hal
warisnya ketika ia sudah meninggal. ini mengakibatkan yang akan men-
Berbeda dengan sistem kewarisan dapatkan harta waris pertama kali
adat Maiwa yang tidak menganut asas adalah ahli waris utama. Karena adat
kematian semata. Sehingga hal ini Maiwa menganut sistem pembagian
mengakibatkan harta warisan bisa di- bertingkat, yaitu apabila ahli waris
wariskan ketika pewaris masih hidup. utama tidak ada maka warisan akan
Dengan kata lain, pada kewarisan adat diberikan kepada orang tua pewaris,
Maiwa, harta warisan selain diwaris dan jika tidak ada kepada saudara
setelah pewaris meninggal, juga bisa kandung pewaris dan begitu seterus-
diwariskan pada saat pewaris masih nya. Namun apabila ada ahli waris
hidup. Cara yang biasa ditempuh ada utama, maka gugurlah kesempatan
tiga macam, yaitu dengan cara anggota keluarga yang lain untuk
penerusan atau pengalihan, penunjuk- mendapatkan warisan.
kan, dan pappaseng (berpesan, ber- Berbeda dengan KHI yang tidak
wasiat). menganut adanya ahli waris utama.
2) Mengenai ahli waris dan cara Harta warisan dibagikan kepada para
pembagian ahli waris yang memang tidak ter-
halang untuk mewaris (karena mahjub
Dalam hal ahli waris kedua sistem atau sebab lain). Sehingga setiap ahli
tersebut juga mempunyai perbedaan waris mempunyai kesempatan yang
yang sangat mencolok. Yang pertama, sama untuk mendapatkan harta warisan
mengenai ahli waris anak angkat. sesuai bagiannya masing-masing.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, yang Selanjutnya dalam hal pembagian,
menjadi ahli waris adalah orang-orang sistem kewarisan adat Maiwa tidak
yang mempunyai hubungan darah atau berdasarkan perhitungan matematis
hubungan perkawinan dengan pewaris. seperti dalam sistem KHI. Perhitungan-
Dengan demikian, anak angkat bukan nya dilakukan secara sama rata, yaitu
merupakan ahli waris dari pewaris harta warisan dibagi sama antara para
karena tidak mempunyai hubungan ahli waris baik laki-laki dan perem-
darah dengan pewaris. Sedangkan puan. Hal ini didasarkan pada suatu
dalam sistem kewarisan adat Maiwa, perkiraan dan iktikad baik bahwa
anak angkat merupakan ahli waris dari dengan pembagian yang seperti itu
pewaris. Bahkan, kedudukannya sangat keadilan dan keseimbangan antara para
isimewa dan bisa saja mengalahkan ahli waris dapat tercapai.
anak kandung. Biasanya, anak angkat
akan mendapatkan warisan sebelum B. Penyelesaian Sengketa Kewarisan
orang tua angkatnya meninggal dengan KebunDi Kec. Maiwa Kab. Enrekang
cara pengalihan atau penerusan. Hal itu Ada berbagai cara yang bisa
dikarenakan adanya kekhawatiran ditempuh dalam menyelesaikan sengketa
orang tua angkat, apabila warisan
120 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

ini, baik yang bersifat yuridis maupun arbitrase yang dibuat secara tertulis
bersifat non yuridis. Yang dimaksud oleh para pihak yang bersangkutan.
dengan penyelasaian sengketa yang ber- UU RI No. 30 Tahun 1999 Tentang
sifat yuridis adalah apabila melibatkan Arbitrase dan Alternative
pihak ketiga dan penyelesaian yang Penyelasaian Sengeta Umum BAB I
bersifat non yuridis apabila tidak melibat- Ketentuan Umum Pasal 1
kan pihak ketiga.4 b. Proses Konsessus (Consessus Processes)
Lebih lanjut oleh Sudiarto dan Zaeni
1. Ombudsman adalah sebutan sesuatu
Asyhadie mengklasifikasikan sengketa
badan atau instansi yang tugasnya
menjadi:
menginvestigasi keberatan dan
a. Penyelasaian yang bersifat yuridis mencegah terjadinya sengketa para
dapat dibagi menjadi dua yakni: pihak atau menfesilitasi pemecahan
1. Penyelasaian melalui pengadilan masalahsnya.
2. Penyelasaian yang tidak melalui 2. Pencari Fakta Bersifat Netral (Netral
pengadilan yang dapat berbentuk Feat Finding)
arbitrase, mediasi dan konsilidasi 3. Negosiasi adalah proses konsessus
b. Penyelasaian yang bersifat non yuridis yang digunakan para pihak untuk
terdiri dari beberapa bentuk: memperoleh kesepakatan diantara
1. Negosiasi mereka
2. Penyelasaian secara sepihak 4. Mediasi adalah proses negosasi
3. Penyelasaian secara kekerasan.5 pemecahan masalah dimana pihak
Dari pendapat diatas, maka dapat luar yang tidak memihak (Impartial)
disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa bekerja sama dengan pihak yang
yang bersifat yuridis pada dasarnya bersangkutan untuk membantu
mengarah kepada kebaikan dan menuntas- memperoleh kesepakatan perjanjian
kan sesuai dengan yang diinginkan, dengan memuaskan.
sedangkan penyelasaian sengketa secara 5. Konsiliasi adalah apabila pihak yang
non yuridis justru lebih merugikan pihak bersengketa tidak mampu merumus-
yang bersengkata. kan sesuatu kesepakatan dan pihak
Di lain hal, Suyud Margono ketiga mengajukan usulan jalan
mengemukakan berbagai model penye- keluar dari sengketa.
lesaian sengketa (Disfute Resolution) baik c. Proses Adjudikasi Semu
formal maupun non formal dapat dijadi- 1. Mediasi-Arbitrase (Met-Arb) adalah
kan acuan untuk menjawab sengketa yang proses penyelasaian sengkera cam-
mungkin timbul antara lain6: puran yang dilakukan setelah porses
a. Poses adjudikasi(Adjudicative Processes) kemudian tidak berhasil.
1. Litigasi (Litigation) adalah proses 2. Persidangan mini
gugatan atas sesuatu konflik yang 3. Evaluasi netral secara dini
diritualisasikan untuk mengantikan Penyelesaian yang banyak terjadi di
konflik sesungguhnya, dimana para masyarakat Kecamatan Maiwa Kabupaten
pihak memberikan kepada seseorang Enrekang adalah musyawarah. Penye-
pengambil keputusan dua pilihan lesaian sengketa melalui jalur musya-
yang bertentangan. warah mufakat ini merupakan jalur paling
2. Arbitrase (Arbitrase) adalah cara awal yang dilalui oleh pihak yang
penyelasaian sesuatu sengketa bersengketa sebelum akhirnya masuk pada
perdata diluar peradilan umum yang jalur hukum atau pengadilan. Dengan
didasarkan kepada perjanjian adanya jalur ini, diharapkan para pihak
121 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

yang bersengketa dapat menyelesaikan Enrekang perlu bersyukur dengan diakui-


masalahnya dengan cara yang baik-baik nya hukum adat di dalam struktur
(musyawarah) sehingga sampai pada pemerintahan. Walaupun lembaga adat
perdamaian (mufakat). yang diakui tidak berperan penuh dalam
Berikut ini langkah-langkah dalam suatu perkara.
penyelesaian sengketa melalui jalur Misalnya saja penyelesaian suatu
musyawarah mufakat, yaitu: perkara pidana, yang kemungkinan besar
a. Mengembalikan pada butir-butir akad tidak dapat diselesaikan secara adat.
yang telah ada sebelumnya Karena tidak semuanya dapat diselesaikan
b. Para pihak kembali duduk bersama dan dengan cara hukum adat. Dan keter-
fokus kepada masalah yang diperseng- batasan dari pada waktu penyelesaian
ketakan terhadap suatu perkara.
c. Mengedepankan musyawarah dan ke- Hukum adat sama dengan hukum
keluargaan, hal ini sangat dianjurkan lainnya yang hidup dan berkembang di
untuk menyelesaikan sengketa dalam masyarakat. Hukum adat merupa-
d. Tercapainya perdamaian antara pihak kan panutan dan implementasi sikap atau
yang bersengketa watak dari praktek sehari-hari dalam
Berdasarkan langkah-langkah penye- tatanan kehidupan masyarakat yang lebih
lesaian sengketa melalui jalur musya- bersifat etnis atau kelompok masyarakat
warah mufakat ini, maka sangat diharap- dalam suatu negara. Sifat dan bentuknya
kan terciptanya perdamaian karena ajaran bernuansa tradisional dan pada dasarnya
agama Islam sendiri sangat mencintai tidak tertulis serta bersumber dari adat
perdamaian. Tetapi ketika melalui jalur ini istiadat atau kebiasaan mereka sendiri.
persengketaan tidak juga selesai, maka Seperti halnya hukum adat yang
persengketaan ini akan dibawa ke jalur berlaku di seluruh Indonesia khususnya
paling akhir yang harus ditempuh adalah Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.
jalur Pengadilan. Hukum tersebut berkembang di dalam
Ada beberapa hal yang perlu tatanan kehidupan orang Maiwa, yang
pengkajian ulang dalam sistem hukum tentunya berbeda adat istiadatnya dengan
Indonesia. Misalnya saja dalam hal hukum adat yang berada di wilayah
penyelesaian perkara yang kadang-kadang Indonesia yang lain. Hukum adat di
tidak efektif bagi masyarakat sekitar. Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang
Selalu saja ada kendala yang dihadapi telah menampakkan perkembangan walau-
oleh masyarakat. Mulai dari ketidaktahuan pun dalam prakteknya dalam kehidupan
mereka terhadap hukum positif juga sehari-hari masih sangat tidak sesuai
karena rumitnya prosedur dan banyak dengan yang diharapkan. Namun,
biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang
itu sendiri sehingga tidak efektif dan telah mempunyai wewenang dalam
fleksibelnya suatu pelaksanaan hukum. konstitusi artinya hukum adat yang
Dengan berbagai alasan di atas telah berlaku di Kecamatan Maiwa telah
membuat masyarakat berpaling kepada mendapat pengakuan dari pemerintah.
hukum yang menjadi kebiasaan mereka Walaupun letak hukum adat Maiwa tidak
dalam menyelesaiakan perkara mereka setara dengan hukum positif, akan tetapi
yakni hukum adat yang mereka kenal. Maiwa diberikan kesempatan kepada
Apalagi sekarang telah adanya undang- aparatur hukum adat untuk menyelesaikan
undang yang mengatur tentang lembaga perkara.
adat dan penyelesaian secara adat. Sebagai Hukum adat merupakan alternatif
warga Kecamatan Maiwa Kabupaten yang sangat efektif bagi masyarakat
122 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

setempat terutama masyarakat Maiwa. Proses penyelesaian sengketa secara


Ada tiga penyebab utama diper- adat yaitu:
gunakannya cara non-litigasi dalam 1. Menghadirkan pihak-pihak yang ber-
penyelesaian sengketa terutama penye- sengketa
lesaian di luar pengadilan dengan cara 2. Menghadirkan tokoh masyarakat,
perdamaian. Pertama, di Indonesia tata keluarga dekat, dan pemerintah desa
cara penyelesaian sengketa damai telah setempat
lama dan biasa dipakai oleh masyarakat 3. Memberikan kata-kata nasehat
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 4. Bermaaf-maafan/ berjabat tangan pihak
hukum adat yang menempatkan tokoh sengketa
masyarakat sebagai penengah dan 5. Membuat surat keputusan/ perdamaian
memberi putusan bagi sengketa di antara Penyelesaian terhadap suatu perkara
warga. Kedua, adanya ketidakpuasan atas dalam hukum adat merupakan penye-
penyelesaian perkara melalui pengadilan, lesaian perkara yang sangat efektif jika
seperti mahalnya ongkos perkara, lamanya ditinjau secara sosial. Artinya, kemung-
waktu dan rumitnya beracara, maka ber- kinan untuk selesai dalam suatu perkara
bagai negara di dunia termasuk Indonesia sangatlah besar. Hal ini karena masyarakat
mulai berpaling kepada penyelesaian kita sudah terbiasa dengan hukum adat
perkara secara non ligitimasi di luar yang berlaku dibandingkan dengan hukum
pengadilan. Ketiga, pada masyarakat positif. Selain biaya murah juga tidak
Indonesia (Maiwa Enrekang) terdapat merepotkan. Artinya tidak perlu memikir-
kecenderungan menyelesaiakan sengketa kan prosedur yang sangat membingung-
dengan cara adat sebagai sarana kan.
penyelesaian sengketa hukum non-litigasi Dalam pelaksanaan penyelesaian
sampai saat ini masih efektif, walaupun perkara ada beberapa tingkatan-tingkatan
tidak sepenuhnya baik dalam aspek atau tahap-tahap dalam proses penye-
perdata maupun aspek pidana. lesaiannya sebagaimana yang diungkap-
Ada beberapa metode dan pola kan Muh. Said, Kepala Desa Limbuang.
penyelesaian sengketa yang dilakukan Misalnya penyelesaian secara pribadi oleh
dalam penyelesaian setiap perkara yang pihak yang bersengketa, kemudian di
terjadi didalam masyarakat Kecamatan tingkat keluarga, kemudian tingkat
Maiwa Kabupaten Enrekang, antara lain kampung yang diselesaikan tokoh masya-
yaitu: rakat atau tokoh adat, pemerintah desa,
1. Penyelesaian secara personal, yaitu kemudian pemerintah kecamatan.7
penyelesaian yang dilaksanakan secara Salah satu kebiasaan dalam kehidu-
pribadi oleh tokoh masyarakat ber- pan bermasyarakat di Kecamatan Maiwa
dasarkan kepercayaan para pihak tanpa Kabupaten Enrekang adalah selalu menye-
melibatkan komponen lain. lesaian berbagai persoalan dan sengketa
2. Penyelesaian melalui pihak keluarga, melalui musyawarah kampong, baik
yaitu penyelesaian yang dilakukan berupa persoalan kecil seperti perkelahian
dengan pendekatan pihak keluarga dari anak hingga persoalan pembagian
pihak yang bersengketa yang biasanya warisan. Seperti diketahui, persoalan
mempunyai hubungan yang masih tentang harta warisan menjadi persoalan
dekat. utama di kalangan masyarakat sekarang.
3. Penyelesaian melalui tokoh masyara- Hal ini terjadi karena kehidupan
kat, keluarga, dan pemerintah desa masyarakat yang semakin berkembang
setempat. dan lebih cenderung kepada harta
kekayaan, namun masyarakat juga tidak
123 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

terlepas dari kehidupan adat. Adat Kabupaten Enrekang. Dalam pemahaman


merupakan sumber hukum yang terlebih masyarakat Maiwa Enrekang, kalau suatu
dahulu diterapkan di Kecamatan Maiwa masalah diselesaikan melalui peradilan
Kabupaten Enrekang. Meskipun jarang umum (Pengadilan Negeri), pada dasarnya
terdapat hasil peraturan yang tertulis, akan merugikan para pihak bersengketa.
pelaksanaan adat di Kecamatan Maiwa Ada beberapa keuntungan yang sering
Kabupaten Enrekang selalu beriringan muncul dalam sebuah upaya sengketa
dengan prinsip syariat Islam. Pada tingkat secara adat, yaitu sifat kesukarelaan dalam
kampong, pelaksanaan adat biasanya proses, prosedur yang tepat, keputusan
merupakan tanggung jawab tokoh masya- non-yudisial, proses rahasia, fleksibilitas
rakat atau tokoh adat dan pemerintah desa dalam merancang syarat-syarat penye-
setempat. Tokoh masyarakat atau tokoh lesaian masalah, hemat waktu, hemat
adat yang dimaksud dalam masyarakat biaya, pemeliharaan hubungan, tinggi
Kecamatan Maiwa adalah Tomatua. kemungkinan untuk melaksanakan kesepa-
Tomatua adalah orang tua yang dipilih katan, kontrol dan lebih mudah-hasil dan
sesuai garis keturunan dan memiliki keputusan bertahan sepanjang waktu.9
peranan penting dalam kehidupan Di samping itu, proses penerapan
masyarakat. Selain dari itu Tomatua juga sanksi adat terhadap berbagai sengketa
diangkat dan dipilih karena dalam dan pelanggaran adat bersifat tegas dan
masyarakat dia dipandang macca (pintar) pasti karena menyangkut kepentingan
dan mengetahui seluk beluk kampung. publik secara luas. Ketegasan atau sanksi-
Oleh karena itu, apabila terjadi suatu sanksi adat berupa anda nasengai tau
sengketa, para tokoh masyarakat tersebut (tidak dihormati oleh masyarakat), anda
akan berusaha untuk menyelesaikan na ipajaji akkattana (tidak dikabulkan
persoalan itu dengan musyawarah atau kemauaannya atau kegiatan yang ingin dia
konsultasi, namun apabila tidak berhasil lakukan tidak dikabulkan), anda na ibali i
diselesaikan maka perkaranya dapat ke ede na jama (tidak dibantu oleh
dibawa ke pemerintah desa. Pemerintah masyarakat ketika ada yang dilakukan)10.
desa yang dimaksud disini adalah kepala Ketegasan tersebut diperlukan untuk
desa yang terjun langsung menyelesaikan memelihara kepentingan pihak lain dan
perkara.8 tidak terganggunya sistem sosial yang
Dalam proses tersebut seorang telah dipraktekkan secara bersama-sama.
tokoh masyarakat akan membantu para Sanksi adat juga tidak bersifat baku, ia
pihak untuk mencapai kesepakatan ber- sesuai dengan kondisi suatu daerah ter-
sama, dimana kedua belah pihak akan tentu karena merupakan suatu kesepakatan
mencari jalan keluar yang dihasilkan yang dijalani bersama. Sifat ini menanda-
lewat perdamaian. Perlu diketahui, kan bahwa hukum adat sangat fleksibel
sebagian besar sengketa di Kecamatan dan tidak sebagaimana halnya hukum
Maiwa Kabupaten Enrekang penye- formal.
lesaiannya jarang dilakukan melalui Tokoh masyarakat yang juga Kepala
lembaga hukum formal, seperti kepolisian Desa Mangkawani Kecamatan Maiwa,
dan pengadilan, banyak perselisihan dan Kabupaten Enrekang, Laujung, mengata-
sengketa itu diselesaikan secara adat di kan bahwa keunggulan hidup masyarakat
kampong. di kampong adalah kebersamaan menye-
Penyelesaian sengketa secara adat lesaikan masalah. Setiap persengketaan
mempunyai daya tarik tersendiri karena selalu diselesaikan secara musya-warah,
keserasiannya dengan sistem sosial dan baik secara kekeluargaan maupun secara
budaya masyarakat Kecamatan Maiwa kelembagaan kampong.11
124 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

Peran lembaga adat sebagai waris lainnya, hal itu akan diserahkan
mediator di sini menjadi sangat penting sepenuhnya kepada pihak keluarga.
untuk menyelesaikan berbagai hal ter- Adapula penyelesaian kasus warisan
utama persoalan kewarisan kebun. dimana harta warisan pada akhirnya
Persoalan warisan kebun yang muncul dikuasai dan dimanfaatkan oleh seorang
bukan hanya terkait dengan harta yang ahli waris saja. Hal ini bisa saja terjadi,
ditinggalkan, tetapi juga terkait dengan sebut Amiruddin Dalle, Kepala Desa
para ahli waris. Namun semua persoalan Tapong, jika ahli waris yang lain tidak
ini masih bisa ditangani dengan baik. mau lagi mengurus atau tidak mem-
Kepala Desa Tuncung, Muh. Aras perdulikan warisan yang dipermasalahkan,
mengungkapkan bahwa setiap persoalan sedangkan ada satu di antara ahli waris
yang muncul dan diminta untuk yang diamanatkan untuk mengurus seng-
diselesaikan di tingkat kampong akan keta tersebut, maka orang yang mengurus
diselesaikan dengan baik melalui proses tersebut yang akan mendapatkan warisan.
musyawarah. Di Kecamatan Maiwa hal ini lebih dikenal
Tahapan yang dilalui dalam proses dengan istilah PDQD¶ LNRGRQJ, artinya
ini adalah tokoh masyarakat akan upaya yang dilakukan oleh seseorang ahli
mengumpulkan semua ahli waris dan waris untuk mendapatkan harta warisan.
kemudian mengumpulkan para saksi. Harta warisan yang dikuasai oleh orang
Setelah itu semua persoalan akan diutara- tersebut akan dikelola dan dimanfaatkan
kan di hadapan forum musyawarah, yang untuk dirinya sendiri, tanpa ada campur
terdiri dari lembaga desa, yakni Kepala tangan dari ahli waris lain.13
Desa, Kepala Dusun dan Tokoh Masya- Keputusan-keputusan itu selalu di-
rakat itu sendiri. Pembahasan persoalan ambil dalam musyawarah kampong, yang
warisan ini biasanya dilakukan di rumah melibatkan seluruh pemerintah kampong
tokoh masyarakat (To Matua) atau rumah dan tokoh masyarakat setempat. Dengan
Kepala Desa. demikian tidak ada penyelesaian masalah
Pembahasan masalah kewarisan bisa warisan di Kecamatan Maiwa Kabupaten
memakan waktu lebih dari satu hari, Enrekang berujung di pengadilan.
seperti yang disebutkan oleh M. Sayadi, Walaupun sengketa yang menyangkut
Kepala Desa Puncak Harapan, Kecamatan warisan termasuk dalam yurisdiksi
Maiwa, Kabupaten Enrekang. Menurut M. mahkamah syariah, ada ketentuan yang
Sayadi, biasanya pihak keluarga yang jelas dalam peraturan perundang-
ingin menyelesaikan persoalan warisan undangan agar para pihak yang terlibat
menyerahkan sepenuhnya upaya penye- dalam sengketa harus terlebih dahulu
lesaian pada tim musyawarah kampong, mencoba untuk menyelesaiakan secara
terutama pada To Matua atau tokoh musyawarah.
masyarakat yang ada di daerah tersebut.
C. Perspektif Hukum Islam Terhadap
Persoalan warisan ini tentunya diselesai-
Penyelesaian Sengketa Kewarisan
kan sesuai aturan yang berlaku.12
Kebun Di Kecamatan Maiwa
Pembagian warisan boleh saja
Kabupaten Enrekang
didasarkan pada keinginan sang ahli
waris, namun untuk tahap pertama, Dalam Al-Quran banyak diajarkan
pembagian warisan tetap didasarkan pada ayat-ayat suci yang hakikatnya menekan-
aturan agama Islam. Walaupun demikian, kan prinsip penyelesaian sengketa atau
jika sesudahnya ada pihak-pihak yang konflik melalui upaya perdamaian seperti
ingin membagi lagi haknya kepada ahli antara lain tercantum dalam Al-Quran
surah Al-Hujurat ayat 9:
125 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

SÉ W*W*Ù WÛÜ°=°%ØUÀ-Ù ]C°% ©D W*[Ý®Œ V» D¯ XT memerlukan bantuan pengadilan, karena


sengketa yang tidak ada titik temunya atau

penyelesaian sendiri yang menghasilkan


\-ÀI \iØP¯ Õ0WÓW D¯ VÙ \-ÆMV@ØoW SÀU¯ Õ™U VÙ kesepakatan merupakan keputusan ter-
tinggi. Dalam istilah adat luka tarinaang

³•/\O ³©Ö× V" ³ª/Š SÉ °*›V VÙ sWmØ\:] rQ"WÃ


WDOOXND WDUR DGD¶ OXND WDUR DGD¶ WDOOXND
tari ale, artinya keputusan yang dikeluar-
kan adat akan gugur dengan sendirinya
SÀU¯ Õ™U VÙ Õ1XÄ VÙ D¯ VÙ • -mÙ%U rQ ¯ XÄßr¦ V" disebabkan kesepakatan dari diri sendiri.15
Kompilasi Hukum Islam sebagai
pengembangan hukum kewarisan Islam
p °VÅf ‹ ‰D¯ ßSż¦•Ù U XT ª$Õi\ÈÙ ¯ \-ÆMV@ØoW telah membuka pintu pilihan yang diper-
gunakan dalam pembagian warisan dalam
§²¨ |ÚÜ°¼¦•Ù À-Ù
mempertimbangkan kemaslahatan ahli
waris, hukum Islam membuka pintu ahli
waris untuk berdamai, dalam rangka
Terjemahan: menentukan perolehan masing-masing
Dan jika ada dua golongan dan berdasarkan kerelaan, keikhlasan dan
orang-orang yang mukmin ber- kekeluargaan, setelah masing-masing
perang, maka damaikankanlah menyadari bagiannya. Dasar hukum
antara keduanya jika salah satu dari menyelesaikan sengketa warisan atas
kedua golongan itu berbuat aniaya dasar kesepakatan itu adalah Pasal 183
terhadap golongan yang lain, maka .+, ³3DUD DKOL ZDULV GDSDW EHUVHSDNDW
perangilah golongan yang telah melakukan perdamaian dalam pembagian
berbuat aniaya itu sehingga kembali harta warisan, setelah masing-masing
kepada perintah Allah dan jika PHQ\DGDUL EDJLDQQ\D´ %DQ\DN XPDW
Islam salah kaprah menyelesaikan
mereka telah kembali kepada
perintah Allah maka damaikanlah senggketa warisan disebabkan kurangnya
antara keduanya dengan adil dan pengetahuan tentang ilmu waris ini.
berlaku adillah, sesungguhnya Allah Banyak terjadi hubungan keluarga yang
menyukai orang-orang yang berlaku retak atau bahkan saling membunuh,
adil.14 disebabkan persoalan pembagian waris
Ayat tersebut jika dikaitkan dengan yang tidak didasari pengetahuan yang
keperdataan hukum kewarisan itu pada memadai. Yang kini terjadi kebanyakan
prinsipnya umat Islam lebih baik memilih kaum Muslim adalah perkara-perkara apa
menyelesaikan sengketa warisan melalui yang diputuskan melalui musyawarah.
jalur kekeluargaan. Hal itu disebabkan Apakah wajib mengambil pendapat
dari beberapa lembaga yang ada, seperti mayoritas tanpa melihat lagi benar atau
pengadilan tidak jarang secara prosedural salahnya? atau wajib mengambil pendapat
kurang akomodatif dan persuasif dalam yang benar tanpa memandang lagi
menyelesaikan sengketa warisan baik mayoritas atau minoritas?
dipandang dari sisi keadilan, kemanfaatan, Untuk mengetahui jawaban perkara-
kepastian dan penerapan asas peradilan perkara tadi diperlukan pemahaman
yang cepat, sederhana dan biaya murah. terhadap realita tentang pendapat, dilihat
Menurut Abdullah dalam menyelesaikan dari sisi keberadaannya sebagai pendapat.
kewarisan kebun dapat dilaksanakan Apa sebenarnya pendapat itu? Kemudian
sendiri oleh para pihak (ahli waris yang diperlukan pemahaman tentang dalil-dalil
bersangkutan), kecuali apabila terjadi V\DUD¶ \DQJ ULQFL \DQJ PHQJXSDV WHQWDQJ
126 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

r¯Û ×1ÉF×q®T [‰XT ×1ÈNP ×m°ÝÙÓW*Ôy XT ×1ÆMØ@WÃ À ÕÃ VÙ


pengambilan pendapat. Selanjutnya
penerapan dalil-dalil tersebut terhadap
realita tentang pendapat dengan penerapan
\DQJ EHUVLIDW WDV\UL¶L\ 3HQGDSDW \DQJ ada ‰D¯ • rQ"WÃ ×#Š XSW*VÙ _0Ù%]uWÃ Vl¯ VÙ ®p×')]
di dunia ini bisa digolongkan dalam empat

§ª®²¨ WÛ ¯ °L XSW*À-Ù p °VÅf ‹


jenis, yakni:
1. Hukum syara.
2. Definisi (terminologi) suatu perkara
dari sekian banyak perkara. Baik Terjemahan:
GHILQLVL V\DU¶L DWDX GHILQLVL WHQWDQJ Maka disebabkan rahmat dari
suatu fakta/realita. Allah-lah kamu berlaku lemah
3. Pemikiran mengenai suatu topik, atau Lembut terhadap mereka. sekiranya
perkara yang bersifat seni/teknik, yang kamu bersikap keras lagi berhati
dipahami orang yang ahli dan spesialis kasar, tentulah mereka menjauhkan
(pakarnya). diri dari sekelilingmu. Karena itu
4. Pendapat yang mengarah kepada suatu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
aktivitas diantara berbagai aktivitas ampun bagi mereka, dan bermusya-
untuk dilaksanakan. warahlah dengan mereka dalam
Al-Quran menunjukkan bahwa pen- urusan itu. Kemudian apabila kamu
dapat yang terkait dengan seluruh Telah membulatkan tekad, Maka
pendapat yang ada dijelaskan dalam Al- bertawakkallah kepada Allah.
Quran surah Asy-Syura (42) ayat 38: Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal
QQSQ ƒ¡ SÄ% V U XT ×1®M®J Wm° SÈ \HW*Ôy WÛÏ° Š XT
kepada-Nya.17
Kalimatnya disini berbentuk umum,
kata amruhum berarti perkara kaum
×1ÀI›X=Ù \wXq „-°%XT ×1ÇJX=ØoW sXqSʼn ×1ÉFÄmÙ%U XT Muslim, mencakup seluruh perkara.
Sedangkan kata al-amru, alif lam disini
untuk jenis, maksudnya jenis perkara.
§¬±¨ WDSÁ °Ý=Äc Bentuk umum tetap berlaku umum selama
tidak ada dalil yang mengkhususkannya.
Terjemahan: Dalam hal ini tidak ada dalil yang
Dan (bagi) orang-orang yang mengkhususkan syura dalam perkara
menerima (mematuhi) seruan apapun, sehingga syura bersifat umum
Tuhannya dan mendirikan shalat, mencakup seluruh pendapat.
sedang urusan mereka (diputus- Tinggal satu masalah lagi yaitu,
kan) dengan musyawarat antara siapa yang berhak menjelaskan hal yang
mereka; dan mereka menafkahkan lebih tepat (benar) sehingga pendapatnya
sebagian dari rezki yang kami adalah pendapat yang kuat? Jawaban atas
berikan kepada mereka.16 hal ini bahwa yang mentarjih pendapat
yang benar adalah orang yang memiliki
Di lain ayat dijelaskan dalam Al- wewenang dalam masalah tersebut, yakni
quran Surah Ali Imran (3) ayat 159: Amir al-qaum, maksud-nya pemimpin
_0<Å ×SV XT ×1ÀIV _0=° • ]C°K% R\-ÕOXq \-¯ VÙ suatu kaum atau orang yang dipercaya
oleh masyarakat. Dialah yang bermusya-
ZDUDK GHQJDQ MDPD¶DK 'DOLOQ\D GL GDODP
\ ° ×S\O ÕC°% Sr²[Ý5@Y ª Ú V Ù [Ák¯ [Î iÀVÙ Al-quran surah Al-Imran (3) ayat 159:
³Dan bermusyawarahlah dengan mereka
127 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu 3. Sesungguhnya perkara yang sangat
telah membulatkan tekad, maka ber- besar dikalangan kaum Muslim seperti
tawakalah kepada Allah.´ PDVDODK NHZDULVDQ 6\DUL¶DW ,VODP WHODK
Syura pernah terjadi pada masa memberikan hanya kepada orang ter-
Rasul, dan beliau bertindak selaku tentu saja seluruh wewenang pen-
pemimpin kaum Muslim. Allah telah tarjihan suatu hukum atas hukum
menetapkan perkara tersebut pada beliau lainnya dalam rangka pengadopsian
setelah melakukan musyawarah, melak- berbagai hukum. Penentuan kebijakan-
sanakan apa yang diputuskannya, dan apa nya berdasarkan kekuatan dalil, dan
yang dipandangnya sebagai pendapat yang telah diberikan baginya hak dalam
benar. Maka keberadaannya adalah pentarjihan aspek yang benar. Hanya
sebagai murajjih (orang yang mengu- dia orang tertentu yang memiliki hak
tamakan) pendapat yang benar. Demikian memutuskan menyelesaikan suatu per-
juga halnya dengan seluruh pemimpin kara yang terjadi, perjanjian damai, dan
suatu kaum. Sebab, musyawarah ini bukan lain-lain yang bias merusak hubungan
dikhususkan bagi Rasul saja, melainkan sosial masyarakat.
berlaku umum bagi seluruh kaum Muslim Jelaslah bahwa dalam Islam suara
termasuk masyarakat yang adatnya masih mayoritas hanya menjadi rujukan dalam
kental. Karena seruan (khithab) bagi Rasul kasus pendapat yang mengarah kepada
adalah seruan bagi umatnya, selama tidak suatu aktivitas diantara berbagai aktivitas
ada dalil yang mengkhususkanya. Dalam untuk dilaksanakan, tidak bernilai sama
perkara ini tidak ada dalil yang meng- sekali jika dikaitkan dengan hukum atas
khususkannya hanya untuk Rasul. Jadi, suatu perbuatan maupun definisi atas
keberadaannya berbentuk umum. suatu fakta atau perkara yang mem-
Yang harus menentukan aspek yang butuhkan keahlian khusus.
benar (tepat) itu hanya orang khusus saja, Tidak pernah para sahabat mengajak
sebabnya: Rasulullah saw untuk musyawarah ketika
1. Allah menjadikan pengambil keputusan turun perintah (wahyu) dari Allah swt,
hanya untuk satu orang dengan mereka tidak mengatakan: Rasulullah saw
mengatakan •«ô öˆôÓ ô–ãø ô°Ëô (jika kamu telah sebaiknya kita mengundurkan dulu
membulatkan tekad) bukan •«ô ö ˆôÓ âõ˜ãø °ô Ëô kewajiban menutup aurat ini karena secara
(jika kalian telah membulatkan tekad) mental masyarakat Madinah belum siap,
2. Bahwa realita aspek yang benar wajib disamping itu mereka belum punya uang
menjadikan pentarjih hanya orang membeli pakaian untuk menutup aurat
tertentu saja, karena jika dibiarkan pen- mereka Tetapi para sahabat segera
tarjihan itu dilakukan oleh sembarang melaksanakan kewajiban segera setelah
orang, memungkinkan terjadi per- ayat turun, hal ini sebagai wXMXG NHWD¶DWDQ
bedaan pendapat. Dan perbedaan pen- mereka kepada Allah swt dan rasul-Nya
dapat mereka akan memaksa untuk (taqwa).
kembali pada masalah tahkim. Apabila Namun ada juga masalah yang
mereka bertahkim kepada banyak memang harus diselesaikan dengan harus
orang, maka tetap saja masih terjadi mendengarkan pendapat orang, seperti
silang pendapat diantara mereka yang berkaitan dengan penyelesaian
sehingga proses tahkim kembali kepada sengketa terutama sengketa kewarisan
salah satu dari semuanyanya. Dengan kebun. Penyelesaian yang banyak terjadi
demikian tahkim akhirnya tetap kem- di masyarakat Kecamatan Maiwa
bali kepada orang tertentu saja. Kabupaten Enrekang adalah musyawarah.
Seperti yang terjadi di Desa Limbuang,
128 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

ada sepetak kebun warisan yang di- selesai, maka persengketaan ini akan
perebutkan antara Marasani dan Darmia. dibawa ke jalur paling akhir yang harus
Kebun tersebut memiliki luas sekitar 1 ha ditempuh adalah jalur Pengadilan.
dengan batas-batas sebagai berikut: Dari pemaparan tersebut jika
sebelah utara berbatasan dengan sungai, dikaitkan dengan proses penyelesaian
sebelah timur berbatasan dengan jalan, sengketa kewarisan kebun yang telah
sebelah selatan berbatasan dengan kebun diteliti di Kecamatan Maiwa Kabupaten
Mannassa, dan sebelah barat berbatasan Enrekang, dimana proses penyelesaiannya
dengan sungai. Pada mulanya kebun melalui lembaga nonformal dengan cara
tersebut digarap oleh Marasani, tiba-tiba musyawarah. Dalam proses pembagian
Darmia merasa resah dan mengatakan harta warisan yang banyak dilakukan
bahwa kebun tersebut milik orang tuanya. adalah bagi sama rata ke ahli waris, ini
Akibat perkataan Darmia tersebut, dilakukan karena kemauan dari ahli waris
Marasani keberatan dan melaporkan ke sendiri, dalam Islam pun menganjurkan
Tomatua untuk diselesaikan per- untuk mengikuti kemauan ahli waris
masalahannya. Dalam proses penye- selama tujuannya untuk mencari nilai-nilai
lesaiannya, semua keluarga dipanggil keadilan. Begitupun ketika terjadi seng-
untuk dimintai keterangan, setelah keta maka tokoh masyarakat memutuskan
dimintai keterangan, semua keluarga siapa yang berhak memiliki dengan
mengatakan kebun tersebut memang melihat garis keturunan, dalam Islam juga
warisan dari ibu Marasani yang didapat memutuskan dengan melihat garis
dari neneknya, sedangkan Marasani keturunan sebagai ahli waris.
keluarga dengan Darmia dari garis
Dari keputusan tersebut maka dapat
keturunan kakek. Akhirnya diputuskan
dikatakan bahwa proses yang telah
secara adat bahwa yang berhak memiliki
ditempuh masyarakat Kecamatan Maiwa
kebun tersebut adalah Marasani dan sama
Kabupaten Enrekang sesuai dengan
sekali tidak ada hak Darmia untuk
hukum Islam. Walaupun proses yang
memilikinya karena Darmia bukan ahli
ditempuh selama ini tidak persis dengan
waris. Dalam bahasa adat dikatakan anggi
yang diajarkan dalam Al-Quran namun
goro anu liu, teppo anu mallalang artinya
pada hakikat tujuannya sama yaitu untuk
jangan mengambil sesuatu yang bukan
menciptakan kedamaian dan ketentraman,
milik kamu dan pertahankanlah jika ada
begitupun dengan ajaran Islam yang juga
yang mau mengambil milikmu. Keputusan
sangat mencintai perdamaian dan
ini pun akhirnya diterima oleh Darmia
ketentraman sebagaimana dijelaskan
tanpa ada lagi permasalahan.18 Penye-
dalam ayat Al-Quran yang sudah
lesaian sengketa melalui jalur musya-
dipaparkan sebelumnya.
warah mufakat ini merupakan jalur paling
awal yang dilalui oleh pihak yang Adapun musyawarah sekarang yang
bersengketa sebelum akhirnya diselesai- dilakukan menghasilkan hukum-hukum
kan di pemerintah desa. yang bertentangan dengan ketentuan Allah
swt. Riba dihalalkan melalui bunga bank,
Dengan adanya jalur ini, diharapkan
khamr dihalalkan dan hanya dibatasi
para pihak yang bersengketa dapat
distribusinya, zina dibolehkan dan hanya
menyelesaikan masalahnya dengan cara
dilokalisir, kepemilikan umum di berikan
yang baik-baik (musyawarah) sehingga
kepada asing, dll, kemudian penguasa
sampai pada perdamaian (mufakat) karena
menerapkan hasil musyawarah tersebut.
ajaran agama Islam sendiri sangat
mencintai perdamaian. Tetapi ketika
melalui jalur ini persengketaan tidak juga
129 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

IV. PENUTUP secara pribadi oleh tokoh masya-


rakat berdasarkan kepercayaan para
A. Kesimpulan
pihak tanpa melibatkan komponen
Berdasarkan hasil analisa data dan lain.
pembahasan hasil penelitian deskriptif b. Penyelesaian melalui pihak
kualitatif selama satu bulan, maka dapa keluarga, yaitu penyelesaian yang
disimpulkan sebagai berikut: dilakukan dengan pendekatan pihak
1. Sistem pembagian warisan kebun keluarga dari pihak yang berseng-
dalam hukum Islam sudah diatur secara keta yang biasanya mempunyai
jelas dalam al-Quran sebagaimana yang hubungan yang masih dekat.
telah diuraikan sebelumnya, dimana c. Penyelesaian melalui tokoh masya-
bagian laki-laki lebih banyak dibanding rakat, keluarga, dan pemerintah desa
perempuan. Sistem pembagian ini setempat.
dilakukan untuk mendapatkan keadilan 3. Perspektif hukum Islam terhadap
bagi semua ahli waris. Dan sistem penyelesaian sengketa kewarisan kebun
pembagian warisan kebun di di Kecamatan Maiwa Kabupaten
Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang melalui jalur musyawarah
Enrekang pada dasarnya adalah untuk melahirkan mufakat ini merupa-
musyawarah, dalam musyawarah kan jalur yang dilalui oleh pihak yang
pembagian terbagi dua, yaitu sistem bersengketa menurut penulis sudah
pembagian warisan sebelum pewaris sesuai dengan hukum Islam sesuai
meninggal dan setelah pewaris dengan dalil dalam Al-Quran surah An-
meninggal. Proses pewarisan pada saat Nisa. Karena pada hakikat tujuannya
pewaris masih hidup pada masyarakat sama yaitu untuk menciptakan
Maiwa dapat dilaksanakan dengan cara kedamaian dan ketentraman, begitupun
berpesan atau berwasiat. Pewarisan dengan ajaran Islam yang juga sangat
Setelah Pewaris Meninggal dilaksana- mencintai perdamaian dan ketentraman
kan dengan dua cara yaitu seperti sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-
perhitungan fiqhi kewarisan Islam, quran yang sudah dipaparkan
dimana pada cara pembagian ini bagian sebelumnya.
anak laki-laki dua kali lipat anak
perempuan dan dengan cara PD¶EDJH B. Saran-saran
sama rata (membagi rata), dimana Bertitik tolak dari kesimpulan
bagian anak laki-laki dan perempuan tersebut, maka ada beberapa saran yang
sama dan seimbang. Hal ini dilakukan diajukan kepada:
karena menurut masyarakat Kecamatan 1. Pemerintah
Maiwa Kabupaten Enrekang bahwa
sistem ini adalah cara untuk Diharapkan kepada pemerintah untuk
mendapatkan keadilan diantara semua dapat mewujudkan komitmen dalam
ahli waris. mendukung dan mengembangkan kinerja
2. Ada beberapa metode dan pola lembaga adat yang professional dalam
penyelesaian sengketa yang dilakukan menyelesaikan berbagai permasalahan di
dalam penyelesaian setiap perkara yang masyarakat untuk mencapai masyarakat
terjadi didalam masyarakat Kecamatan yang aman, damai, tenteram sesuai yang
Maiwa Kabupaten Enrekang, antara diinginkan. Hal ini dapat dimulai dengan
lain yaitu: mensponsori studi akademis generasi
a. Penyelesaian secara personal, yaitu muda ke jenjang yang lebih tinggi dan
penyelesaian yang dilaksanakan spesifik guna menghasilkan sumber daya
insan handal yang mumpumi.
130 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

2. Lembaga masyarakat Haq, Hamka, Filsafat Ushul Fiqhi,


Diharapkan agar pengelolaan dan Makassar: Yayasan Al-Ahkam,
penyelesaian perkara terutama masalah 2003
kewarisan kebun dapat ditingkatkan, agar Margono, Suyud, ADR Alternative
masyarakat semakin percara bahwa Dispute Resolution Dan Arbitrase
penyelesaian perkara melalui lembaga Proses Pelembagaan Dan Aspek
nonformal adalah paling tepat. Hal ini Hukum, Bojongkerta: Ghalia
dapat dicapai jika peningkatan kapasitas Indonesia,2004
dan integritas masyarakat mampu
diimplementasikan dengan tanggung Muh.Syah, Ismail, Filsafat Hukum Islam,
jawab sebagai pengelola perkara. Jakarta: Bumi Aksara, 1999
3. Masyarakat Nawawi, Hadari, Metode Penelitian
Agar memberikan suasana kondusif Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadja
bagi penyelesaian setiap sengketa yang Mada University.1995
damai dan mendukung lembaga Parman, Ali, Kewarisan Dalam Alquran:
masyarakat sebagai tempat penyelesaian Suatu Kajian Hukum Dengan
perkara terutama perkara kewarisan, tanpa Pendekatan Tafsir Tematik,
harus bersikap apriori bahwa ke lembaga Jakarta: Raja Grafindo
masyarakat berarti mau memutuskan tali Persada,1995
silaturahim, padahal upaya lembaga
Rafiq, Ahmad, Fiqh Mawaris,Jakarta:
masyarakat untuk menyelesaikan perkara
Raja Grafindo Persada, 1995
dan mendamaikan kedua belah pihak yang
berperkara tersebut. Ramulyo, Idris, Perbandingan
Pelaksanaan Hukum Kewarisan
Islam Dengan Kewarisan
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Kitab UU Hukum
Ali, Daud, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Perdata (BW), Jakarta: Sinar
Hukum Dan Tata Hukum Islam Grafika, 1994
Di Indonesia, Jakarta: Raja Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Cet.
Grafindo Persada, 1998 XXVII; Bandung: Sinar Baru,
Ash-Shabuni, Ali, Pembagian Waris 1986
Menurut Islam, Jakarta: Gema Soekanto, Soerjono, Sosiologi Hukum
Insani Press, 1995 Terhadap Masyarakat, Jakarta:
Ash-Shiddieqy, Hasbi, TM, Filsafat Rajawali Press, 1986
Hukum Islam, Semarang: Pustaka Soetomo, Kamus Bahasa Indonesia
Rizki Putra, 2001 Lengkap, Surabaya: Mitra Pelajar,
Azhary, Tahir, Negara Hukum: Suatu 2005
Studi Tentang Prinsip-Prinsip Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta:
Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Rineka Cipta, 1999
Implementasinya Pada Periode
Sudiarto, Zaeni Asyhadie, Mengenal
Negara Madinah Dan Masa Kini,
Arbitrase: Salah Satu Alternatif
Jakarta: Kencana, 2003
Penyelesaian Sengketa,
Departemen Agama, Alquran Dan Jakarta:Raja Grafindo Persada,
Terjemahan, Bandung: Lubuk 2004
Agung, 1989
131 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131

8
Syahar, Shaidur, Asas-Asas Hukum Islam, A. Asruddin, (Lurah Bangkala),
Bandung: Alumni, 1986 Wawancara, tertanggal 5 Oktober 2010
9
Drs. M. Sauli, (Kepala Desa Kaluppang),
Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam: Muamalah, Wawancara, tertanggal 26 September 2010
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 10
Darjat, SE, (Kepala Desa Batu Mila),
1993
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
11
Catatan Akhir: Laujung, (Kepala Desa Mangkawani),
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
1
Departemen Agama, Alquran Dan 12
M. Sayadi, (Kepala Desa Puncak
Terjemahan, (Bandung: Lubuk Agung, 1989), h. Harapan), Wawancara, tertanggal 20 September
784 2010
2
Muh. Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu 13
Amiruddin Dalle, (Kepala Desa Tapong),
Studi Tentang Prinsip-Prinsip Dilihat Dari Segi
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode
14
Negara Madinah Dan Masa Kini, (Jakarta: Al-Quran dan Terjemah.op.cit. h., 846
Kencana, 2003), h.73 15
Abdullah, BA, (Tokoh Masyarakat
3
Muh. Rais, (Kepala Desa Tuncung), Limbuang), Wawancara, tertanggal 17 September
Wawancara, tertanggal 17 September 2010 2010
4 16
Sudiarto dan Zaeni Asyhadie. op.cit, h. 56 Al-quran dan Terjemah. op.cit. 789
5 17
Ibid, h., 58 Ibid, h. 103
6 18
Suyud Margono. op.cit. h. 23 Abdullah, BA, (Tokoh Masyarakat
7 Limbuang), Wawancara, tertanggal 29 september
Muh. Said, (Kepala Desa Limbuang),
2010
Wawancara, tertanggal 17 September 2010

You might also like