Professional Documents
Culture Documents
Penyelesaian Sengketa Dalam Kewarisan Adat Dalam Perspektif Hukum Islam
Penyelesaian Sengketa Dalam Kewarisan Adat Dalam Perspektif Hukum Islam
Abstract: This paper describes the customary inheritance dispute resolution in the
perspective of Islamic law. The analytical method used is descriptive qualitative analysis,
which include: 1) inductive method, 2) Method deductive, and 3) The comparative
method. Discussion of the results obtained by the understanding that: Based on the
results of data analysis and discussion of results of qualitative descriptive research for
one month, then it can be summed up as follows; System inheritance garden in the
District Maiwa Enrekang is basically deliberation, in consultation division two, the
system of inheritance heir died before and after heir dies. The process of inheritance to
the heir was still alive at the time Maiwa society can be implemented in a way instructed
or intestate. Inheritance Heir Dies After implemented in two ways such a calculation fiqhi
Islamic inheritance, which in this division of the boys doubles and girls the same way
PD EDJH PDQD¶ IODW VKDUH ZKHUH WKH ER\V DQG ZRPHQ V HTXDO DQG EDODQFHG 7KLV Ls
done because according to the District Maiwa Enrekang that this system is a way to get
justice among all heirs. In the perspective of Islamic law such a way that does not conflict
with the nature and objectives of Islamic law which is to create peace and tranquility, as
described in the verses of the Quran and the Hadith of the Prophet.
anak laki-laki dua kali lipat anak Indonesia yang dalam hal ini adalah
perempuan. Cara ini juga dilakukan Kompilasi Hukum Islam. Persamaan
dengan dasar bahwa laki-laki lebih kuat tersebut terutama terletak pada sistem
kerja dibanding perempuan, hal ini kekerabatan dan asas kewarisan yang
dikenal dengan istilah PDOOHPED¶L WR digunakan dan melekat pada keduanya.
tumDQH PD¶MXMXQJQJL WR WXEDLQH, Kewarisan adat Maiwa maupun
artinya laki-laki memikul, perempuan kewarisan dalam Kompilasi Hukum
menjunjung, laki-laki lebih berat Islam sama-sama menggunakan sistem
bebannya dibanding perempuan. kekerabatan bilateral atau parental,
Kedua, dengan cara PD¶EDJH VDPD UDWD dimana pada sistem kekerabatan ini
(bagi sama rata), dimana bagian anak tidak berlaku penarikan garis keturunan
laki-laki dan perempuan sama dan dari jalur ayah atau jalur ibu. Akan
seimbang.3 tetapi, penarikan garis keturunan pada
Sebagai contoh pembagian waris sistem bilateral atau parental diambil
secara berimbang antara laki-laki dan dari kedua orang tua (bapak dan ibu).
perempuan adalah sebagai berikut: Hal ini berakibat dalam masalah
Dahlan bertempat tinggal di Desa kewarisan, dimana ahli waris tidak
Limbuang, Kec. Maiwa, Kabupaten didominasi oleh anggota keluarga garis
Enrekang, meninggal dunia dengan keturunan bapak atau ibu, tetapi oleh
meninggalkan dua orang anak lelaki kedua-duanya, perempuan mempunyai
dan tiga orang anak perempuan. kesempatan yang sama dengan laki-
Kelima anak tersebut, dua yang telah laki.
kawin dan tiga orang yang belum Mengenai asas kewarisannya pun,
kawin. Warisan yang berwujud tanah mempunyai kesamaan, yaitu sama-
kebun dibagi lima. Harta lain tidak sama menggunakan asas kewarisan
dibagi karena telah dipakai untuk individual. Artinya, harta warisan tidak
membiayai penguburan, PD¶EDFD dikuasai hanya oleh anggota keluarga
doang dan sebagian menjadi milik tertentu dan tidak pula digunakan
bersama untuk keperluan sehari-hari secara bersama-sama dengan hanya
seperti rumah dan pekarangannya. mengambil manfaatnya. Akan tetapi,
Pembagian itu adalah seperti berikut: harta warisan tersebut dibagi-bagi
1) Anak perempuan tertua men- kepada masing-masing ahli waris
dapatkan sebidang tanah perkebunan di menurut bagiannya masing-masing dan
daerah pangallo, 2) Anak laki-laki setiap ahli waris berhak memiliki dan
kedua mendapatkan sebidang tanah menguasainya, karena harta pada asas
perkebunan di daerah salutarra, 3) Anak kewarisan individual bersifat bisa
perempuan ketiga mendapatkan sebi- dibagi-bagi.
dang tanah perkebunan di daerah Sistem kewarisan adat Maiwa
pikung, 4) Anak laki-laki keempat dengan Kompilasi Hukum Islam juga
mendapatkan sebidang tanah per- mempunyai perbedaan-perbedaan yang
kebunan di daerah pangallo, 5) Anak cukup signifikan. Perbedaan tersebut
perempuan kelima mendapatkan terutama terletak pada proses pewarisa-
sebidang tanah di daerah pangallo. nya, ahli waris, dan cara pembagian
Secara umum, sistem kewarisan hartanya. Adapun secara singkat akan
yang biasa digunakan di dalam dijelaskan sebagai berikut:
masyarakat adat Maiwa banyak 1) Mengenai Proses Pewarisan
mempunyai kesamaan dengan sistem
kewarisan dalam hukum Islam di Proses pewarisan dalam sistem adat
Maiwa dan Kompilasi Hukum Islam
119 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
sangat berbeda. Perbedaan ini akibat diberikan setelah wafatnya, anak ang-
adanya perbedaan salah satu asas kat tersebut akan kalah dengan anak
kewarisannya. Selain asas individual, kandung.
dalam waris sistem KHI juga menganut Yang kedua mengenai ahli waris
asas kematian semata, sehingga ahli utama. Di dalam sistem kewarisan adat
waris baru bisa mendapatkan harta Maiwa, dikenal dengan adanya ahli
warisan ketika pewaris meninggal. waris utama, yaitu orang-orang yang
Demikian juga pewaris, baru bisa dibesarkan dalam keluarga pewaris
mewariskan hartanya kepada para ahli (anak kandung atau anak angkat). Hal
warisnya ketika ia sudah meninggal. ini mengakibatkan yang akan men-
Berbeda dengan sistem kewarisan dapatkan harta waris pertama kali
adat Maiwa yang tidak menganut asas adalah ahli waris utama. Karena adat
kematian semata. Sehingga hal ini Maiwa menganut sistem pembagian
mengakibatkan harta warisan bisa di- bertingkat, yaitu apabila ahli waris
wariskan ketika pewaris masih hidup. utama tidak ada maka warisan akan
Dengan kata lain, pada kewarisan adat diberikan kepada orang tua pewaris,
Maiwa, harta warisan selain diwaris dan jika tidak ada kepada saudara
setelah pewaris meninggal, juga bisa kandung pewaris dan begitu seterus-
diwariskan pada saat pewaris masih nya. Namun apabila ada ahli waris
hidup. Cara yang biasa ditempuh ada utama, maka gugurlah kesempatan
tiga macam, yaitu dengan cara anggota keluarga yang lain untuk
penerusan atau pengalihan, penunjuk- mendapatkan warisan.
kan, dan pappaseng (berpesan, ber- Berbeda dengan KHI yang tidak
wasiat). menganut adanya ahli waris utama.
2) Mengenai ahli waris dan cara Harta warisan dibagikan kepada para
pembagian ahli waris yang memang tidak ter-
halang untuk mewaris (karena mahjub
Dalam hal ahli waris kedua sistem atau sebab lain). Sehingga setiap ahli
tersebut juga mempunyai perbedaan waris mempunyai kesempatan yang
yang sangat mencolok. Yang pertama, sama untuk mendapatkan harta warisan
mengenai ahli waris anak angkat. sesuai bagiannya masing-masing.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, yang Selanjutnya dalam hal pembagian,
menjadi ahli waris adalah orang-orang sistem kewarisan adat Maiwa tidak
yang mempunyai hubungan darah atau berdasarkan perhitungan matematis
hubungan perkawinan dengan pewaris. seperti dalam sistem KHI. Perhitungan-
Dengan demikian, anak angkat bukan nya dilakukan secara sama rata, yaitu
merupakan ahli waris dari pewaris harta warisan dibagi sama antara para
karena tidak mempunyai hubungan ahli waris baik laki-laki dan perem-
darah dengan pewaris. Sedangkan puan. Hal ini didasarkan pada suatu
dalam sistem kewarisan adat Maiwa, perkiraan dan iktikad baik bahwa
anak angkat merupakan ahli waris dari dengan pembagian yang seperti itu
pewaris. Bahkan, kedudukannya sangat keadilan dan keseimbangan antara para
isimewa dan bisa saja mengalahkan ahli waris dapat tercapai.
anak kandung. Biasanya, anak angkat
akan mendapatkan warisan sebelum B. Penyelesaian Sengketa Kewarisan
orang tua angkatnya meninggal dengan KebunDi Kec. Maiwa Kab. Enrekang
cara pengalihan atau penerusan. Hal itu Ada berbagai cara yang bisa
dikarenakan adanya kekhawatiran ditempuh dalam menyelesaikan sengketa
orang tua angkat, apabila warisan
120 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
ini, baik yang bersifat yuridis maupun arbitrase yang dibuat secara tertulis
bersifat non yuridis. Yang dimaksud oleh para pihak yang bersangkutan.
dengan penyelasaian sengketa yang ber- UU RI No. 30 Tahun 1999 Tentang
sifat yuridis adalah apabila melibatkan Arbitrase dan Alternative
pihak ketiga dan penyelesaian yang Penyelasaian Sengeta Umum BAB I
bersifat non yuridis apabila tidak melibat- Ketentuan Umum Pasal 1
kan pihak ketiga.4 b. Proses Konsessus (Consessus Processes)
Lebih lanjut oleh Sudiarto dan Zaeni
1. Ombudsman adalah sebutan sesuatu
Asyhadie mengklasifikasikan sengketa
badan atau instansi yang tugasnya
menjadi:
menginvestigasi keberatan dan
a. Penyelasaian yang bersifat yuridis mencegah terjadinya sengketa para
dapat dibagi menjadi dua yakni: pihak atau menfesilitasi pemecahan
1. Penyelasaian melalui pengadilan masalahsnya.
2. Penyelasaian yang tidak melalui 2. Pencari Fakta Bersifat Netral (Netral
pengadilan yang dapat berbentuk Feat Finding)
arbitrase, mediasi dan konsilidasi 3. Negosiasi adalah proses konsessus
b. Penyelasaian yang bersifat non yuridis yang digunakan para pihak untuk
terdiri dari beberapa bentuk: memperoleh kesepakatan diantara
1. Negosiasi mereka
2. Penyelasaian secara sepihak 4. Mediasi adalah proses negosasi
3. Penyelasaian secara kekerasan.5 pemecahan masalah dimana pihak
Dari pendapat diatas, maka dapat luar yang tidak memihak (Impartial)
disimpulkan bahwa penyelesaian sengketa bekerja sama dengan pihak yang
yang bersifat yuridis pada dasarnya bersangkutan untuk membantu
mengarah kepada kebaikan dan menuntas- memperoleh kesepakatan perjanjian
kan sesuai dengan yang diinginkan, dengan memuaskan.
sedangkan penyelasaian sengketa secara 5. Konsiliasi adalah apabila pihak yang
non yuridis justru lebih merugikan pihak bersengketa tidak mampu merumus-
yang bersengkata. kan sesuatu kesepakatan dan pihak
Di lain hal, Suyud Margono ketiga mengajukan usulan jalan
mengemukakan berbagai model penye- keluar dari sengketa.
lesaian sengketa (Disfute Resolution) baik c. Proses Adjudikasi Semu
formal maupun non formal dapat dijadi- 1. Mediasi-Arbitrase (Met-Arb) adalah
kan acuan untuk menjawab sengketa yang proses penyelasaian sengkera cam-
mungkin timbul antara lain6: puran yang dilakukan setelah porses
a. Poses adjudikasi(Adjudicative Processes) kemudian tidak berhasil.
1. Litigasi (Litigation) adalah proses 2. Persidangan mini
gugatan atas sesuatu konflik yang 3. Evaluasi netral secara dini
diritualisasikan untuk mengantikan Penyelesaian yang banyak terjadi di
konflik sesungguhnya, dimana para masyarakat Kecamatan Maiwa Kabupaten
pihak memberikan kepada seseorang Enrekang adalah musyawarah. Penye-
pengambil keputusan dua pilihan lesaian sengketa melalui jalur musya-
yang bertentangan. warah mufakat ini merupakan jalur paling
2. Arbitrase (Arbitrase) adalah cara awal yang dilalui oleh pihak yang
penyelasaian sesuatu sengketa bersengketa sebelum akhirnya masuk pada
perdata diluar peradilan umum yang jalur hukum atau pengadilan. Dengan
didasarkan kepada perjanjian adanya jalur ini, diharapkan para pihak
121 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
Peran lembaga adat sebagai waris lainnya, hal itu akan diserahkan
mediator di sini menjadi sangat penting sepenuhnya kepada pihak keluarga.
untuk menyelesaikan berbagai hal ter- Adapula penyelesaian kasus warisan
utama persoalan kewarisan kebun. dimana harta warisan pada akhirnya
Persoalan warisan kebun yang muncul dikuasai dan dimanfaatkan oleh seorang
bukan hanya terkait dengan harta yang ahli waris saja. Hal ini bisa saja terjadi,
ditinggalkan, tetapi juga terkait dengan sebut Amiruddin Dalle, Kepala Desa
para ahli waris. Namun semua persoalan Tapong, jika ahli waris yang lain tidak
ini masih bisa ditangani dengan baik. mau lagi mengurus atau tidak mem-
Kepala Desa Tuncung, Muh. Aras perdulikan warisan yang dipermasalahkan,
mengungkapkan bahwa setiap persoalan sedangkan ada satu di antara ahli waris
yang muncul dan diminta untuk yang diamanatkan untuk mengurus seng-
diselesaikan di tingkat kampong akan keta tersebut, maka orang yang mengurus
diselesaikan dengan baik melalui proses tersebut yang akan mendapatkan warisan.
musyawarah. Di Kecamatan Maiwa hal ini lebih dikenal
Tahapan yang dilalui dalam proses dengan istilah PDQD¶ LNRGRQJ, artinya
ini adalah tokoh masyarakat akan upaya yang dilakukan oleh seseorang ahli
mengumpulkan semua ahli waris dan waris untuk mendapatkan harta warisan.
kemudian mengumpulkan para saksi. Harta warisan yang dikuasai oleh orang
Setelah itu semua persoalan akan diutara- tersebut akan dikelola dan dimanfaatkan
kan di hadapan forum musyawarah, yang untuk dirinya sendiri, tanpa ada campur
terdiri dari lembaga desa, yakni Kepala tangan dari ahli waris lain.13
Desa, Kepala Dusun dan Tokoh Masya- Keputusan-keputusan itu selalu di-
rakat itu sendiri. Pembahasan persoalan ambil dalam musyawarah kampong, yang
warisan ini biasanya dilakukan di rumah melibatkan seluruh pemerintah kampong
tokoh masyarakat (To Matua) atau rumah dan tokoh masyarakat setempat. Dengan
Kepala Desa. demikian tidak ada penyelesaian masalah
Pembahasan masalah kewarisan bisa warisan di Kecamatan Maiwa Kabupaten
memakan waktu lebih dari satu hari, Enrekang berujung di pengadilan.
seperti yang disebutkan oleh M. Sayadi, Walaupun sengketa yang menyangkut
Kepala Desa Puncak Harapan, Kecamatan warisan termasuk dalam yurisdiksi
Maiwa, Kabupaten Enrekang. Menurut M. mahkamah syariah, ada ketentuan yang
Sayadi, biasanya pihak keluarga yang jelas dalam peraturan perundang-
ingin menyelesaikan persoalan warisan undangan agar para pihak yang terlibat
menyerahkan sepenuhnya upaya penye- dalam sengketa harus terlebih dahulu
lesaian pada tim musyawarah kampong, mencoba untuk menyelesaiakan secara
terutama pada To Matua atau tokoh musyawarah.
masyarakat yang ada di daerah tersebut.
C. Perspektif Hukum Islam Terhadap
Persoalan warisan ini tentunya diselesai-
Penyelesaian Sengketa Kewarisan
kan sesuai aturan yang berlaku.12
Kebun Di Kecamatan Maiwa
Pembagian warisan boleh saja
Kabupaten Enrekang
didasarkan pada keinginan sang ahli
waris, namun untuk tahap pertama, Dalam Al-Quran banyak diajarkan
pembagian warisan tetap didasarkan pada ayat-ayat suci yang hakikatnya menekan-
aturan agama Islam. Walaupun demikian, kan prinsip penyelesaian sengketa atau
jika sesudahnya ada pihak-pihak yang konflik melalui upaya perdamaian seperti
ingin membagi lagi haknya kepada ahli antara lain tercantum dalam Al-Quran
surah Al-Hujurat ayat 9:
125 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu 3. Sesungguhnya perkara yang sangat
telah membulatkan tekad, maka ber- besar dikalangan kaum Muslim seperti
tawakalah kepada Allah.´ PDVDODK NHZDULVDQ 6\DUL¶DW ,VODP WHODK
Syura pernah terjadi pada masa memberikan hanya kepada orang ter-
Rasul, dan beliau bertindak selaku tentu saja seluruh wewenang pen-
pemimpin kaum Muslim. Allah telah tarjihan suatu hukum atas hukum
menetapkan perkara tersebut pada beliau lainnya dalam rangka pengadopsian
setelah melakukan musyawarah, melak- berbagai hukum. Penentuan kebijakan-
sanakan apa yang diputuskannya, dan apa nya berdasarkan kekuatan dalil, dan
yang dipandangnya sebagai pendapat yang telah diberikan baginya hak dalam
benar. Maka keberadaannya adalah pentarjihan aspek yang benar. Hanya
sebagai murajjih (orang yang mengu- dia orang tertentu yang memiliki hak
tamakan) pendapat yang benar. Demikian memutuskan menyelesaikan suatu per-
juga halnya dengan seluruh pemimpin kara yang terjadi, perjanjian damai, dan
suatu kaum. Sebab, musyawarah ini bukan lain-lain yang bias merusak hubungan
dikhususkan bagi Rasul saja, melainkan sosial masyarakat.
berlaku umum bagi seluruh kaum Muslim Jelaslah bahwa dalam Islam suara
termasuk masyarakat yang adatnya masih mayoritas hanya menjadi rujukan dalam
kental. Karena seruan (khithab) bagi Rasul kasus pendapat yang mengarah kepada
adalah seruan bagi umatnya, selama tidak suatu aktivitas diantara berbagai aktivitas
ada dalil yang mengkhususkanya. Dalam untuk dilaksanakan, tidak bernilai sama
perkara ini tidak ada dalil yang meng- sekali jika dikaitkan dengan hukum atas
khususkannya hanya untuk Rasul. Jadi, suatu perbuatan maupun definisi atas
keberadaannya berbentuk umum. suatu fakta atau perkara yang mem-
Yang harus menentukan aspek yang butuhkan keahlian khusus.
benar (tepat) itu hanya orang khusus saja, Tidak pernah para sahabat mengajak
sebabnya: Rasulullah saw untuk musyawarah ketika
1. Allah menjadikan pengambil keputusan turun perintah (wahyu) dari Allah swt,
hanya untuk satu orang dengan mereka tidak mengatakan: Rasulullah saw
mengatakan •«ô öˆôÓ ô–ãø ô°Ëô (jika kamu telah sebaiknya kita mengundurkan dulu
membulatkan tekad) bukan •«ô ö ˆôÓ âõ˜ãø °ô Ëô kewajiban menutup aurat ini karena secara
(jika kalian telah membulatkan tekad) mental masyarakat Madinah belum siap,
2. Bahwa realita aspek yang benar wajib disamping itu mereka belum punya uang
menjadikan pentarjih hanya orang membeli pakaian untuk menutup aurat
tertentu saja, karena jika dibiarkan pen- mereka Tetapi para sahabat segera
tarjihan itu dilakukan oleh sembarang melaksanakan kewajiban segera setelah
orang, memungkinkan terjadi per- ayat turun, hal ini sebagai wXMXG NHWD¶DWDQ
bedaan pendapat. Dan perbedaan pen- mereka kepada Allah swt dan rasul-Nya
dapat mereka akan memaksa untuk (taqwa).
kembali pada masalah tahkim. Apabila Namun ada juga masalah yang
mereka bertahkim kepada banyak memang harus diselesaikan dengan harus
orang, maka tetap saja masih terjadi mendengarkan pendapat orang, seperti
silang pendapat diantara mereka yang berkaitan dengan penyelesaian
sehingga proses tahkim kembali kepada sengketa terutama sengketa kewarisan
salah satu dari semuanyanya. Dengan kebun. Penyelesaian yang banyak terjadi
demikian tahkim akhirnya tetap kem- di masyarakat Kecamatan Maiwa
bali kepada orang tertentu saja. Kabupaten Enrekang adalah musyawarah.
Seperti yang terjadi di Desa Limbuang,
128 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
ada sepetak kebun warisan yang di- selesai, maka persengketaan ini akan
perebutkan antara Marasani dan Darmia. dibawa ke jalur paling akhir yang harus
Kebun tersebut memiliki luas sekitar 1 ha ditempuh adalah jalur Pengadilan.
dengan batas-batas sebagai berikut: Dari pemaparan tersebut jika
sebelah utara berbatasan dengan sungai, dikaitkan dengan proses penyelesaian
sebelah timur berbatasan dengan jalan, sengketa kewarisan kebun yang telah
sebelah selatan berbatasan dengan kebun diteliti di Kecamatan Maiwa Kabupaten
Mannassa, dan sebelah barat berbatasan Enrekang, dimana proses penyelesaiannya
dengan sungai. Pada mulanya kebun melalui lembaga nonformal dengan cara
tersebut digarap oleh Marasani, tiba-tiba musyawarah. Dalam proses pembagian
Darmia merasa resah dan mengatakan harta warisan yang banyak dilakukan
bahwa kebun tersebut milik orang tuanya. adalah bagi sama rata ke ahli waris, ini
Akibat perkataan Darmia tersebut, dilakukan karena kemauan dari ahli waris
Marasani keberatan dan melaporkan ke sendiri, dalam Islam pun menganjurkan
Tomatua untuk diselesaikan per- untuk mengikuti kemauan ahli waris
masalahannya. Dalam proses penye- selama tujuannya untuk mencari nilai-nilai
lesaiannya, semua keluarga dipanggil keadilan. Begitupun ketika terjadi seng-
untuk dimintai keterangan, setelah keta maka tokoh masyarakat memutuskan
dimintai keterangan, semua keluarga siapa yang berhak memiliki dengan
mengatakan kebun tersebut memang melihat garis keturunan, dalam Islam juga
warisan dari ibu Marasani yang didapat memutuskan dengan melihat garis
dari neneknya, sedangkan Marasani keturunan sebagai ahli waris.
keluarga dengan Darmia dari garis
Dari keputusan tersebut maka dapat
keturunan kakek. Akhirnya diputuskan
dikatakan bahwa proses yang telah
secara adat bahwa yang berhak memiliki
ditempuh masyarakat Kecamatan Maiwa
kebun tersebut adalah Marasani dan sama
Kabupaten Enrekang sesuai dengan
sekali tidak ada hak Darmia untuk
hukum Islam. Walaupun proses yang
memilikinya karena Darmia bukan ahli
ditempuh selama ini tidak persis dengan
waris. Dalam bahasa adat dikatakan anggi
yang diajarkan dalam Al-Quran namun
goro anu liu, teppo anu mallalang artinya
pada hakikat tujuannya sama yaitu untuk
jangan mengambil sesuatu yang bukan
menciptakan kedamaian dan ketentraman,
milik kamu dan pertahankanlah jika ada
begitupun dengan ajaran Islam yang juga
yang mau mengambil milikmu. Keputusan
sangat mencintai perdamaian dan
ini pun akhirnya diterima oleh Darmia
ketentraman sebagaimana dijelaskan
tanpa ada lagi permasalahan.18 Penye-
dalam ayat Al-Quran yang sudah
lesaian sengketa melalui jalur musya-
dipaparkan sebelumnya.
warah mufakat ini merupakan jalur paling
awal yang dilalui oleh pihak yang Adapun musyawarah sekarang yang
bersengketa sebelum akhirnya diselesai- dilakukan menghasilkan hukum-hukum
kan di pemerintah desa. yang bertentangan dengan ketentuan Allah
swt. Riba dihalalkan melalui bunga bank,
Dengan adanya jalur ini, diharapkan
khamr dihalalkan dan hanya dibatasi
para pihak yang bersengketa dapat
distribusinya, zina dibolehkan dan hanya
menyelesaikan masalahnya dengan cara
dilokalisir, kepemilikan umum di berikan
yang baik-baik (musyawarah) sehingga
kepada asing, dll, kemudian penguasa
sampai pada perdamaian (mufakat) karena
menerapkan hasil musyawarah tersebut.
ajaran agama Islam sendiri sangat
mencintai perdamaian. Tetapi ketika
melalui jalur ini persengketaan tidak juga
129 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 9, Nomor 2, Juli 2011, hlm 113-131
8
Syahar, Shaidur, Asas-Asas Hukum Islam, A. Asruddin, (Lurah Bangkala),
Bandung: Alumni, 1986 Wawancara, tertanggal 5 Oktober 2010
9
Drs. M. Sauli, (Kepala Desa Kaluppang),
Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam: Muamalah, Wawancara, tertanggal 26 September 2010
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 10
Darjat, SE, (Kepala Desa Batu Mila),
1993
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
11
Catatan Akhir: Laujung, (Kepala Desa Mangkawani),
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
1
Departemen Agama, Alquran Dan 12
M. Sayadi, (Kepala Desa Puncak
Terjemahan, (Bandung: Lubuk Agung, 1989), h. Harapan), Wawancara, tertanggal 20 September
784 2010
2
Muh. Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu 13
Amiruddin Dalle, (Kepala Desa Tapong),
Studi Tentang Prinsip-Prinsip Dilihat Dari Segi
Wawancara, tertanggal 20 September 2010
Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode
14
Negara Madinah Dan Masa Kini, (Jakarta: Al-Quran dan Terjemah.op.cit. h., 846
Kencana, 2003), h.73 15
Abdullah, BA, (Tokoh Masyarakat
3
Muh. Rais, (Kepala Desa Tuncung), Limbuang), Wawancara, tertanggal 17 September
Wawancara, tertanggal 17 September 2010 2010
4 16
Sudiarto dan Zaeni Asyhadie. op.cit, h. 56 Al-quran dan Terjemah. op.cit. 789
5 17
Ibid, h., 58 Ibid, h. 103
6 18
Suyud Margono. op.cit. h. 23 Abdullah, BA, (Tokoh Masyarakat
7 Limbuang), Wawancara, tertanggal 29 september
Muh. Said, (Kepala Desa Limbuang),
2010
Wawancara, tertanggal 17 September 2010