You are on page 1of 11

Evaluasi Dampak Kebijakan Sistem Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif jenjang SMP di Kota Pekalongan


Oleh :
Yosef Hananto, Dyah Lituhayu
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jl. Profesor Haji Sudharto Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7476405
Laman :http//fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Inclusion education is an educational service concept that is held for children with
special needs with the process of teaching and learning activities in regular
schools along with other regular children. The goal is to eliminate discrimination
between children with special needs and regular children. In the legislation it is
explained that every child who is in the age of study is entitled to get the right to
education, including here the child with special needs. The purpose of this
research is to see how the learning process that takes place in inclusion school,
SMP 10 Kota Pekalongan using 3 main indicators according to Bridgman and
Davis are input indicators, process indicators and output indicators.
The method used in this research is descriptive qualitative type method using
informants from the manager of inclusive education, staff of Education Office of
Pekalongan City; the organizers of inclusive education, SMP 10 Kota Pekalongan;
the beneficiary (target group) of the parents of the child with special needs.
The result of the research shows that in the process of teaching and learning
activities that take place in inclusion school, SMP 10 Kota Pekalongan, there are
problems related to the absence of modification curriculum, GPK with special
education base, at least teachers who have followed technical guidance and
upgrading, which is limited and limited by the children with special needs
received at the inclusive school of SMP 10 Kota Pekalongan, that is only from
one kind of disability that is mentally disabled only.
This research will look at the impact of the policy by looking at individual
impacts, organizational impacts and impacts on society

Keywords : Policy, Evaluation, Inclusive education


Evaluasi Dampak Kebijakan Sistem negara indonesia yang menyatakan
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif bahwasannya setiap warga negara
jenjang SMP di Kota Pekalongan indonesia berhak mendapatkan pendidikan

PENDAHULUAN yang dimana hal tersebut diatur dalam UU

A. Latar Belakang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan inklusif menjadi suatu Pendidikan Nasional bahwasannya setiap

alternatif pendidikan yang diberikan warga negara berhak untuk mendapatkan

kepada mereka anak-anak yang memiliki pendidikan termasuk bagi mereka yang

kebutuhan khusus, dan atau bakat memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa. Pendidikan inklusi merupakan istimewa berhak untuk memperoleh

sebuah upaya reformasi dalam bidang pendidikan khusus dan UUD RI tahun

pendidikan yang secara stimultan, semua 1945 menjamin warga negara indonesia

gerakan yang telah menarik pelajaran untuk mendapatkan hak pendidikannya.

enistomologis dan taktis dari analisis Sistem pendidikan yang diberikan bagi

kelemahan pendidikan yang terkait dengan anak berkebutuhan khusus dalam suatu

kelas, gender, seksualitas, etnisitas dan kelas reguler atau yang biasanya disebut

cacat. Dengan adanya pendidikan inklusi sistem pendidikan inklusif di Indonesia

kiranya dapat memberikan manfaat yaitu, sekarang ini sudah mulai dilaksanakan.

pertama, mengurangi keterpisahan anak Keberadaan sekolah-sekolah yang

antara budaya sekolah dengan budaya menyediakan basis pendidikan bagi anak

masyarakat sekitar. Kedua, mewujudkan berkebutuhan khusus di Indonesia tidaklah

kesetaraan dan mengurangi tingkat sebanyak sekolah pada umumnya. Sekolah-

diskriminasi pada anak tehadap sesama. sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan

Ketiga, menjadi solusi atas praktik dari khusus ada dengan berlandaskan pada

pendidikan segresi/SLB yang Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009

menimbulkan eksklusifitas sosial. tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi

Pada dasarnya, pendidikan bagi Anak Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan

Berkebutuhan Khusus (ABK) diatur dalam Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau

Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009 Bakat Istimewa. Dalam pasal dua

tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009

Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan

Bakat Istimewa. Selain itu sebagai warga Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau

2
Bakat Istimewa, dijelaskan bahwa 3 SD Negeri Jl. Kusuma 0285-
Panjang Wetan 03 Bangsa 10. 429531
pendidikan inklusi bertujuan : (1)
Pekalongan Panjang
memberikan kesempatan seluas-luasnya Wetan
kepada semua peserta didik yang memiliki Pekalongan

kelainan fisik, emosional, mental, dan 4 SD Negeri Jl. HOS 0285-


sosial atau memiliki potensi kecerdasa Kuripan Kidul 02 Cokroaminoto 425630
Pekalongan Kuripan
dan/atau bakat isstimewa untuk
Kidul – Kota
memperoleh pendidikan yang bermutu Pekalongan
sesuai kebutuhan dan kemampuannya; (2)
5 SMP Negeri 10 Jl. Seruni 0285-
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan Pekalongan Timur Klego 7911355
yang menghargai keanekaragaman, dan Pekalongan

tidak diskriminatif bagi semua peserta


didik, dengan hasil yang ingin dicapai yaitu
Gambar 1.1 Sekolah Inklusi yang ada di
tumbuhnya generasi sumber daya manusia
Pekalongan
di masa akan datang yang lebih ramah,
Sumber : www.bpdiksus.org
menghargai keberagaman dan anti terhadap
Dari data tersebut hanya terdapat satu
praktik diskriminatif. Selain itu, dalam
sekolah jenjang SMP yang
penyelenggaraannya di Kota Pekalongan
menyelenggarakan pendidikan Inklusi.
sendiri, penyelenggaraan pendidikan
Selain itu, penyelenggaraan pendidikan
inklusi juga disebut didalam Peraturan
inklusi untuk jenjang SMP di Kota
Daerah Kota Pekalongan No. 9 Tahun
Pekalongan sendiri baru dimulai pada
2009. Khusus untuk jenjang SMP sendiri,
tahun 2011 berdasarkan SK Dinas
sistem pendidikan inklusif baru terdapat di
Pendidikan Kota Pekalongan No. 420/2983
1 sekolah menengah di Kota Pekalongan
Tahun 2011 tentang Penetapan Sekolah
dengan rincian sekolah :
Penyelenggara Pendidikan Inklusi jenjang

No. Nama Sekolah Alamat No.


SMP Kota Pekalongan dengan berdasarkan
Sekolah Telepon kepada Prosedur Operasi Standar

1 SD Negeri Poncol Jl. Tondano. 0285-


pendidikan inklusif.
03 Pekalongan 1a 434203
B. Tujuan
2 SD Negeri Jl. 0285-
Bendan 01 Lampobatang 434820
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
Pekalongan No 3
1. Untuk menjelaskan evaluasi
Pekalongan
dampak dari penyelenggaraan

3
pendidikan inklusif jenjang SMP di membuat sebuah kehidupan bersama
Kota Pekalongan tampil
3. Evaluasi Kebijakan Publik
2. Untuk mengidentifikasi kendala apa
Subarsono (2012:119) memberikan
saja yang dialami dalam
pengertian tentang evaluasi kebijakan
penyelenggaraan pendidikan
sebagai kegiatan untuk menilai tingkat
inklusif jenjang SMP di Kota
kinerja suatu kebijakan.
Pekalongan
4. Evaluasi Dampak Kebijakan
C. Teori a. Dampak Individual

1. Administrasi Publik Dampak terhadap Individu dapat


menyentuh aspek-aspek biologis/fisik,
Prajudi Atmosudirjo mendefinisikan
psikis, lingkungan hidup, ekonomi dan
administrasi publik adalah administrasi
sosial serta personal.
dari negara sebagai organisasi, dan
b. Dampak Organisasional
administrasi yang mengejar tercapainya
Suatu kebijakan dapat menimbulkan
tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan
dampak terhadap organisasi atau
(dalam Inu Kencana, 2006:24).
kelompok, baik secara langsung
Sedangkan Arifin Abdulrachman
maupun tidak. Dampak yang langsung
(dalam Inu Kencana, 2006:25)
adalah berupa terganggu atau
mendifinisikan Administrasi Publik
terbantunya organnisasi atau kelompok
adalah ilmu yang mempelajari
dalam mencapai tujuannya. Dampak tak
pelaksanaan dari politik negara. Lain
langsung terhadap organisasi, isanya
halnya dengan Dwight Waldo yang
melalui peningkatan semangat kerja
mengartikan Administrasi Publik
para anggota organisasi.
adalah manajemen dan organisasi dari
c. Dampak terhadap masyarakat
manusia-manusia dan peralatannya
Dampak suatu kebijakan terhadap
guna mencapai tujuan pemerintah
masyarakat menunjuk pada sejauh mana
(dalam Inu Kencana, 2006:25).
kebijakan tersebut mempengaruhi
2. Kebijakan Publik
kapasitas masyarakat dalam melayani
Thomas R. Dye (dalam Riant, 2004:3)
anggotanya.
Kebijakan publik adalah segala sesuatu
5. Indikator Evaluasi Kebijakan
yang dikerjakan pemerintah, mengapa
Menurut Brigman & Davis (Badjuri,
mereka melakukan, dan hasil yang
2002:138), pengukuran evaluasi

4
kebijakan publik secara umum D. Metode Penelitian
mengacu pada empat indikator pokok 1. Desain Penelitian
yaitu: Desain penelitian yang digunakan dalam
a. Indikator Input penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif.
Apakah sumberdaya pendukung dan Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan
bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai
untuk melaksanakan kebijakan? latar dan interaksi yang kompleks dari
Berapakah sumberdaya manusia, uang partisipan serta fenomena-fenomena
atau infrastruktur pendukung lain yang menurut pandangan dan definisi partisipan.
diperlukan? Penelitian kualitatif deskriptif merupakan
b. Indikator Proses penelitian yang dimaksudkan untuk
Bagaimanakah sebuah kebijakan mengumpulkan informasi mengenai status
ditranformasikan dalam bentuk fenomena, gejala atau keadaan yang ada,
pelayanan langsung kepada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
masyarakat? pada saat penelitian dilaksanakan2. Situs
Bagaimanakah efektivitas dan efisiensi Penelitian
dari metode atau cara yang dipakai 2. Situs Penelitian
untuk melaksanakan kebijakan oublik Situs penelitian menetapkan tempat atau
tersebut? wilayah dimana penelitian akan
c. Indikator Output dilaksanakan. Lokus atau wilayah/tempat
Apakah hasil atau produk yang yang diambil adalah SMP Negeri 10 Kota
dihasilkan sebuah kebijakan publik? Pekalongan Jalan Seruni Timur
Berapa orang yang berhasil mengikuti 3. Subjek Penelitian
program/kebijakan tersebut? Penulis memiliki pertimbangan untuk
d. Indikator Outcomes memilih informan mana yang akan
Apakah dampak yang diterima oleh dimintai keterangan untuk penelitian di
masyarakat luas atau pihak yang lapangan, yaitu sebagai berikut:
terkena kebijakan? 1. Kepala seksi bagian SMP Dinas
Berapa banyak dampak positif yang Pendidikan Kota Pekalongan
dihasilkan? 2. Guru yang menangani anak inklusi di
Adakah dampak negatifnya? Seberapa SMP Negeri 10 Kota Pekalongan
seriuskah? 3. Anak Berkebutuhan Khusus

5
4. Orang Tua Murid Anak Berkebutuhan yang berhubungan dengan fokus
Khusus permasalahan. Selain mengacu pada
4. Sumber Data pedoman wawancara, peneliti juga
Penelitian tentang Evaluasi Dampak mengembangkan pertanyaan secara
Kebijakan Sistem Penyelenggaraan spontan, sehingga data-data yang
Pendidikan Inklusif jenjang SMP di Kota dibutuhkan dalam penelitian dapat
Pekalongan menggunakan jenis data: terkumpul secara maksimal.

1. Data primer adalah data yang 3. Observasi

diperoleh langsung dari sumbernya. Observasi dalam hal ini adalah

Data- data yang diperoleh melalui melakukan pengamatan secara

jawaban atas pertanyaan- pertanyaan langsung berkaitan dengan lokasi

yang diajukan oleh peneliti kepada penelitian dan hal-hal lain yang

narasumber dalam wawancara atau berkaitan dengan penelitian.

pengamatan langsung/observasi. 6. Teknik Analisis dan Interpretasi


Data
2. Data Sekunder adalah catatan
Teknik analisis data yang dipergunakan
mengenai kejadian atau peristiwa yang
peneliti dalam penelitian ini adalah teknik
telah terjadi berupa tulisan dari
analisis data kualitatif,
majalah, dokumen, laporan dan
sumber- sumber tulisan lain yang PEMBAHASAN
A. Evaluasi Dampak Kebijakan
berkaitan dengan penelitian.
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
5. Teknik Pengumpulan Data jenjang SMP di Kota Pekalongan
Teknik pengumpulan data yang digunakan 1. Dampak Individual
dalam penelitian ini antara lain: a. Dampak Personal
1. Studi Dokumen Perubahan Pola belajar yang dialami
Data diperoleh dari renstra dinas, arsip- oleh Anak Berkebutuhan Khusus
arsip, peraturan perundang-undamgan, dengan adanya kurikulum modifikasi
dan laporan-laporan dinas yang terkait walaupun menggunakan kurikulum
dengan penelitian ini. 2013yang membedakan dengan SLB.
2. Wawancara mendalam Proses peningkatan semangat belajar
Dalam penelitian ini teknik wawancara dari anak berkebutuhan khusus
yang digunakan adalah wawancara dilihat dari tingkat kelulusan dari
mendalam artinya peneliti mengajukan anak berkebutuhan khusus yang
beberapa pertanyaan secara mendalam ternyata dapat menyelesaikan masa

6
studinya sama seperti anak reguler 3. Dampak terhadap Masyarakat
pada umumnya Masyarakat sudah mau untuk menerima
b. Dampak Psikis kehadiran dari anak berkbutuhan
Terjadinya perubahan perilaku yang khusus sebagai bagian dari masyarakat
dialami peserta didik anak dan bukan merupakan anak cacat.
berkebutuhan khusus seperti contoh Adanya perubahan pola pikir dari
dari yang semula tidak bisa masyarakat akan anggapan dari anak
berinteraksi sosial dan cenderung berkebutuhan khusus dan mau untuk
menutup diri, sekarang dapat melibatkan anak berkebutuhan khusus
berinteraksi, merawat diri dan mulai dalam setiap kegiatan masyarakat.
bisa mencari informasi Selain itu, anak berkebutuhan khusus
2. Dampak Organisasional juga dapat melanjutkan studinya
a. Dampak Langsung ataupun berjualan yang mana hal
Tercapainya tujuan pendidikan untuk tersebut akan berdampak bagi proses
memberikan pendidikan kepada penerimaan masyarakat itu sendiri.
setiap warga negara Indonesia yang B. Kendala yang dihadapi dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
sedang dalam usia belajar.
jenjang SMP di Kota Pekalongan
Terpenuhinya kewajiban dari Dinas
1. Input
Pendidikan sesuai dengan amanat
a. Kurikulum
Permendiknas No 70 Tahun 2009
Kurangnya kurikulum modifikasi
untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus
inklusi jenjang SMP. Adanya
dimana anak berkebutuhan khusus
peningkatan kualitas bagi sekolah
memerlukan hal tersebut karena
penyelenggaraa pendidikan inklusi
memang tidak semua anak
yaitu SMP 10 Kota Pekalongan
berkebutuhan khusus dapat
karena ditunjuk untuk
menerima segala proses
menyelenggarakan pendidikan
pembelajaran reguler seperti anak
inklusi.
pada umumnya
b. Dampak Tidak Langsung
b. Pendidik dan tenaga kependidikan
Peningkatan semangat kerja dan
Masih membutuhkan adanya GPK
perubahan pola mengajar bagi guru-
karena GPK yang tersedia masih
guru reguler dalam sekolah inklusi
belum dari basis pendidikan khusus
dan masih merupakan guru-guru

7
wiyata bakti yang dianggap sekolah dari pendidikan khusus. Sedangkan
mampu menangani anak proses kerjasama dengan psikolog
berkebutuhan khusus. Kalaupun yaitu untuk melakukan assesment
untuk mendatangkan GPK dengan terhadap peserta didik baru untuk
basis pendidikan khusus dari SLB melihat jenis ketunaan yang dimiliki
juga mengalami keterbatasan oleh anak berkebutuhan khusus
anggaran. Beban kinerja yang tersebut.
ditambahkan juga dirasa kurang 3. Output
sesuai dengan upah gaji yang a. Peserta Didik
diberikan. Dalam proses penerimaan peserta

c. Sarana dan Prasarana didik baru, sekolah hanya menerima

Sarana yang tersedia hanya sarana- peserta didik anak berkebutuhan

sarana umum yang sama seperti di khusus dari jenis ketunaan

sekolah reguler pada umumnya. tunagrahita saja dan tidak menerima

Tidak ada sarana khusus yang anak berkebutuhan khusus dengan

spesifik untuk anak berkebutuhan jenis ketunaan yang lainnya dimana

khusus dalam proses belajar hal tersebut tidak sejalan dengan

mengajar. amanat Permendiknas No 70 Tahun

2. Proses 2009 dan prosedur operasi standar

a. Pembinaan dan Pengawasan pendidikan inklusi di Indonesia.

Kendala dalam keterbatasan PENUTUP


A. Kesimpulan
anggaran untuk melakukan proses
1. Evaluasi Dampak kebijakan
pembinaan bagi guru-guru reguler di
penyelenggaraan pendidikan Inklusif
sekolah inklusi. Untuk hal
jenajng SMP di Kota Pekalongan
pengawasan, dilakukan oleh Dinas
a. Dampak Individual : Terjadinya
Pendidikan dengan melakukan
perubahan pola perilaku dari anak
kunjungan ke sekolah inklusi
berkebutuhan khusus; anak
bersama dengan orang tua siswa.
berkebutuhan khusus dapat mengikuti
b. Kerjasama
proses pembelajaran yang bertujuan
Proses kerjasama dilakukan dengan
agar mereka dapat menjadi mandiri;
SLB dan psikolog. Kerjasama
memberikan kesempatan bagi anak
dengan SLB dalam rangka untuk
berkebutuhan khusus agar tidak perlu
mendatangkan GPK dengan basis

8
melanjutkan sekolah di SLB namun bisa proses kegiatan belajar mengajar bagi
di sekolah inklusif; terjadinya pola anak berkebutuhan khusus yang tidak
perubahan dalam proses interaksi yang intens; perlu memperhatikan modifikasi
dialami oleh anak berkebutuhan khusus. kurikulum bagi anak berkebutuhan
b. Dampak Organisasional : khusus agar anak berkebutuhan khusus
Tercapainya tujuan dari UU yang juga dapat mengikuti; ketersediaan sarana
menjadi pedoman bagi Dinas dan prasarana yang kurang.
Pendidikan Kota Pekalongan dalam b. Aspek proses : kurangnya bimtek
menyelenggarakan pendidikan inklusif bagi guru-guru reguler yang mengajar di
untuk jenjang SMP; perubahan cara sekolah inklusif; diperlukan GPK
mengajar dari guru-guru yang mengajar sendiri dari sekolah karena jika terus
anak berkbutuhan khusus; tercapainya mengandalkan dari SLB akan
visi dan misi pendidikan inklusif yang menyulitkan proses pembelajaran bagi
terdapat di SMP 10 Kota Pekalongan anak berkebutuhan khusus tersebut,
c. Dampak terhadap Masyarakat : karena memang dijelaskan
Perubahan pola pikir dari masyarakat bahwasannya setiap sekolah inklusif
bahwasannya anak berkebutuhan khusus wajib memiliki minimal 1 orang GPK.
bukanlah anak cacat; anak berkebutuhan c. Aspek Output : keterbatasan jenis
khusus mulai bisa diterima ketunaan dari peserta didik yang
keberadaannya dalam lingkungan diterima, yaitu hanya tunagrahita saja,
masyarakat; memudahkan masyarakat, sedangkan anak berkebutuhan khusus
khususnya mereka yang memiliki anak tidak hanya tunagrahita saja.
berkebutuhan khusus sehingga dapat B. Saran
menyekolahkan anak mereka di sekolah 1. Dalam aspek pendidik dan tenaga
inklusif yang tentu biayanya berbeda kependidikan, untuk GPK yang memang
jika dibandingkan dengan dalam Permendiknas setiap sekolah
menyekolahkan anak berkebutuhan diwajibkan memiliki 1 orang GPK,
khusus ke SLB. alangkah baiknya jika jumlah GPK
2. Kendala yang dihadapi dalam dalam suatu sekolah inklusi dapat
penyelenggaraan pendidikan inklusif ditingkatkan lagi, mengingat jika hanya
jenjang SMP di Kota Pekalongan ada 1 orang GPK saja pasti akan sulit
a. Aspek input : kurangnya untuk dapat menangani anak
ketersediaan GPK yang berdampak pada berkebutuhan khusus dalam suatu

9
sekolah inklusi. Diperlukan juga adanya peserta didik khusus. Sehingga ketika
GPK yang memiliki basis pendidikan pemerintah menunjuk suatu sekolah
khusus. Sehingga diharapkan untuk inklusi harus diikuti dengan konsistensi
kedepannya, sekolah dapat dan komitmen untuk dapat
mendatangkan GPK dengan basis menyelenggarakannya.
pendidikan khusus yang mengerti 4. Sekolah seharusnya dapat
kebutuhan dari anak berkebutuhan menerima anak berkebutuhan khusus
khusus. dengan jenis ketunaan yang lainnya,
2. Untuk sarana dan prasarana karena karena dalam Permendiknas dijelaskan
memang hanya terdapat anak bahwa sekolah penyelenggara
berkebutuhan khusus dengan jenis pendidikan inklusi wajib menerima anak
ketunaan tunagrahita saja, perlu berkebutuhan khusus dengan jenis
diperhatikan mengenai Permendiknas ketunaannya masing-masing tanpa ada
yang mengatur perihal mengenai peserta diskriminasi.
didik, dimana sekolah inklusi juga wajib 5. Dampak individual yang dirasakan
menerima dan menyediakan sarana bagi oleh peserta didik merupakan suatu
anak berkebutuhan khusus dengan jenis dampak yang posisitf dimana mereka
ketunaan yang lainnya, tidak hanya dapat mengikuti proses kegiatan belajar
tunagrahita saja. mengajar dengan baik dan
3. Proses pembinaan bagi guru-guru menyelesaikan studi sesuai dengan masa
reguler yang mengajar di sekolah inklusi waktunya. Kontribusi dari masyarakat
dapat lebih diperhatikan kembali, bagi anak berkebutuhan khusus juga
mengingat guru-guru reguler juga merupakan suatu dampak dimana pada
membutuhkan pembinaan seperti diklat kenyataannya anak berkebutuhan
dan bimtek untuk setidaknya khusus tidak lagi merasa tersingkirkan
mengetahui kebutuhan dari peserta didik sehingga sekiranya masyarakat dapat
berkebutuhan khusus, karena memang menghilangkan adanya stigma negatif
baru beberapa guru saja yang sudah yang sedari dulu mereka berikan bagi
menerima proses pembinaan. anak berkebutuhan khusus bahwasannya
Pemerintah seharusnya dapat menaruh mereka bukan anak cacat, namun
perhatian yang lebih bagi sekolah mereka merupakan anak dengan
penyelenggara pendidikan inklusi, kemampuan/bakat istimewa nya
karena disekolah tersebut memiliki masing-masing. Mereka sama seperti

10
anak umum lainnya, namun dengan Munib, Achmad. 2006. Pengantar Ilmu
keterbatasannya mereka berusaha Pendidikan. Semarang: UPT MKK
mengembangkan potensi yang ada UNNES
dalam diri mereka. Dengan adanya hasil Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan
dari anak berkebutuhan khusus, dimana Publik (Konsep, Teori, dan
diantara dari mereka terdapat anak Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka
berkebutuhan khusus yang telah Pelajar
menyelesaikan studinya dan bekerja
juga dapat memberikan motivasi bagi Sumber lain:
pihak pengelola pendidikan inklusif Balai pengembangan Pendidikan Khusus
agar lebih memperhatikan kembali dalam www.bpdiksus.org diakses pada
perkembangan pendidikan inklusif tangggal 14 Desember 2015
terutama di Kota Pekalongan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
dalam http://jip.pdkjateng.go.id/ diakses
DAFTAR PUSTAKA
pada tanggal 14 Desember 2015
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy.
Kota pekalongan dalam pekalongankota.go.id
Jakarta: PT. Elex Media
diakses pada tanggal 13 Desember 2015
Komputindo Kelompok Gramedia.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik
dalam dindikpora.pekalongankota.go.id
(Formulasi, Implementasi, dan
diakses pada tanggal 13 Desember 2015
Evaluasi). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Dokumen
Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar
Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Kebijakan Publik. Semarang: Badan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Nasional
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Administrasi Publik. Jakarta: PT
No. 70 Tahun 2009
Rineka Cipta.
Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 9
Thoha, Miftah. 2011. Ilmu Administrasi
Tahun 2009
Publik Kontemporer. Jakarta:
Rencana Penggunaan Anggaran Program
Kencana Prenada Media Group
Pengembangan Sekolah Inklusi (Bantuan
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik
APBD II) SMP Negeri 10 Kota
(Teori dan Proses). Yogyakarta:
Pekalongan Tahun Anggaran 2016
Medpress.

11

You might also like