Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
ABSTRACT
Inclusion education is an educational service concept that is held for children with
special needs with the process of teaching and learning activities in regular
schools along with other regular children. The goal is to eliminate discrimination
between children with special needs and regular children. In the legislation it is
explained that every child who is in the age of study is entitled to get the right to
education, including here the child with special needs. The purpose of this
research is to see how the learning process that takes place in inclusion school,
SMP 10 Kota Pekalongan using 3 main indicators according to Bridgman and
Davis are input indicators, process indicators and output indicators.
The method used in this research is descriptive qualitative type method using
informants from the manager of inclusive education, staff of Education Office of
Pekalongan City; the organizers of inclusive education, SMP 10 Kota Pekalongan;
the beneficiary (target group) of the parents of the child with special needs.
The result of the research shows that in the process of teaching and learning
activities that take place in inclusion school, SMP 10 Kota Pekalongan, there are
problems related to the absence of modification curriculum, GPK with special
education base, at least teachers who have followed technical guidance and
upgrading, which is limited and limited by the children with special needs
received at the inclusive school of SMP 10 Kota Pekalongan, that is only from
one kind of disability that is mentally disabled only.
This research will look at the impact of the policy by looking at individual
impacts, organizational impacts and impacts on society
kepada mereka anak-anak yang memiliki pendidikan termasuk bagi mereka yang
kebutuhan khusus, dan atau bakat memiliki potensi kecerdasan dan bakat
sebuah upaya reformasi dalam bidang pendidikan khusus dan UUD RI tahun
pendidikan yang secara stimultan, semua 1945 menjamin warga negara indonesia
enistomologis dan taktis dari analisis Sistem pendidikan yang diberikan bagi
kelemahan pendidikan yang terkait dengan anak berkebutuhan khusus dalam suatu
kelas, gender, seksualitas, etnisitas dan kelas reguler atau yang biasanya disebut
kiranya dapat memberikan manfaat yaitu, sekarang ini sudah mulai dilaksanakan.
antara budaya sekolah dengan budaya menyediakan basis pendidikan bagi anak
diskriminasi pada anak tehadap sesama. sekolah bagi anak-anak yang berkebutuhan
Ketiga, menjadi solusi atas praktik dari khusus ada dengan berlandaskan pada
Pada dasarnya, pendidikan bagi Anak Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009 Bakat Istimewa. Dalam pasal dua
tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009
Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Bakat Istimewa. Selain itu sebagai warga Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
2
Bakat Istimewa, dijelaskan bahwa 3 SD Negeri Jl. Kusuma 0285-
Panjang Wetan 03 Bangsa 10. 429531
pendidikan inklusi bertujuan : (1)
Pekalongan Panjang
memberikan kesempatan seluas-luasnya Wetan
kepada semua peserta didik yang memiliki Pekalongan
3
pendidikan inklusif jenjang SMP di membuat sebuah kehidupan bersama
Kota Pekalongan tampil
3. Evaluasi Kebijakan Publik
2. Untuk mengidentifikasi kendala apa
Subarsono (2012:119) memberikan
saja yang dialami dalam
pengertian tentang evaluasi kebijakan
penyelenggaraan pendidikan
sebagai kegiatan untuk menilai tingkat
inklusif jenjang SMP di Kota
kinerja suatu kebijakan.
Pekalongan
4. Evaluasi Dampak Kebijakan
C. Teori a. Dampak Individual
4
kebijakan publik secara umum D. Metode Penelitian
mengacu pada empat indikator pokok 1. Desain Penelitian
yaitu: Desain penelitian yang digunakan dalam
a. Indikator Input penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif.
Apakah sumberdaya pendukung dan Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan
bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai
untuk melaksanakan kebijakan? latar dan interaksi yang kompleks dari
Berapakah sumberdaya manusia, uang partisipan serta fenomena-fenomena
atau infrastruktur pendukung lain yang menurut pandangan dan definisi partisipan.
diperlukan? Penelitian kualitatif deskriptif merupakan
b. Indikator Proses penelitian yang dimaksudkan untuk
Bagaimanakah sebuah kebijakan mengumpulkan informasi mengenai status
ditranformasikan dalam bentuk fenomena, gejala atau keadaan yang ada,
pelayanan langsung kepada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
masyarakat? pada saat penelitian dilaksanakan2. Situs
Bagaimanakah efektivitas dan efisiensi Penelitian
dari metode atau cara yang dipakai 2. Situs Penelitian
untuk melaksanakan kebijakan oublik Situs penelitian menetapkan tempat atau
tersebut? wilayah dimana penelitian akan
c. Indikator Output dilaksanakan. Lokus atau wilayah/tempat
Apakah hasil atau produk yang yang diambil adalah SMP Negeri 10 Kota
dihasilkan sebuah kebijakan publik? Pekalongan Jalan Seruni Timur
Berapa orang yang berhasil mengikuti 3. Subjek Penelitian
program/kebijakan tersebut? Penulis memiliki pertimbangan untuk
d. Indikator Outcomes memilih informan mana yang akan
Apakah dampak yang diterima oleh dimintai keterangan untuk penelitian di
masyarakat luas atau pihak yang lapangan, yaitu sebagai berikut:
terkena kebijakan? 1. Kepala seksi bagian SMP Dinas
Berapa banyak dampak positif yang Pendidikan Kota Pekalongan
dihasilkan? 2. Guru yang menangani anak inklusi di
Adakah dampak negatifnya? Seberapa SMP Negeri 10 Kota Pekalongan
seriuskah? 3. Anak Berkebutuhan Khusus
5
4. Orang Tua Murid Anak Berkebutuhan yang berhubungan dengan fokus
Khusus permasalahan. Selain mengacu pada
4. Sumber Data pedoman wawancara, peneliti juga
Penelitian tentang Evaluasi Dampak mengembangkan pertanyaan secara
Kebijakan Sistem Penyelenggaraan spontan, sehingga data-data yang
Pendidikan Inklusif jenjang SMP di Kota dibutuhkan dalam penelitian dapat
Pekalongan menggunakan jenis data: terkumpul secara maksimal.
yang diajukan oleh peneliti kepada penelitian dan hal-hal lain yang
6
studinya sama seperti anak reguler 3. Dampak terhadap Masyarakat
pada umumnya Masyarakat sudah mau untuk menerima
b. Dampak Psikis kehadiran dari anak berkbutuhan
Terjadinya perubahan perilaku yang khusus sebagai bagian dari masyarakat
dialami peserta didik anak dan bukan merupakan anak cacat.
berkebutuhan khusus seperti contoh Adanya perubahan pola pikir dari
dari yang semula tidak bisa masyarakat akan anggapan dari anak
berinteraksi sosial dan cenderung berkebutuhan khusus dan mau untuk
menutup diri, sekarang dapat melibatkan anak berkebutuhan khusus
berinteraksi, merawat diri dan mulai dalam setiap kegiatan masyarakat.
bisa mencari informasi Selain itu, anak berkebutuhan khusus
2. Dampak Organisasional juga dapat melanjutkan studinya
a. Dampak Langsung ataupun berjualan yang mana hal
Tercapainya tujuan pendidikan untuk tersebut akan berdampak bagi proses
memberikan pendidikan kepada penerimaan masyarakat itu sendiri.
setiap warga negara Indonesia yang B. Kendala yang dihadapi dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
sedang dalam usia belajar.
jenjang SMP di Kota Pekalongan
Terpenuhinya kewajiban dari Dinas
1. Input
Pendidikan sesuai dengan amanat
a. Kurikulum
Permendiknas No 70 Tahun 2009
Kurangnya kurikulum modifikasi
untuk menyelenggarakan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus
inklusi jenjang SMP. Adanya
dimana anak berkebutuhan khusus
peningkatan kualitas bagi sekolah
memerlukan hal tersebut karena
penyelenggaraa pendidikan inklusi
memang tidak semua anak
yaitu SMP 10 Kota Pekalongan
berkebutuhan khusus dapat
karena ditunjuk untuk
menerima segala proses
menyelenggarakan pendidikan
pembelajaran reguler seperti anak
inklusi.
pada umumnya
b. Dampak Tidak Langsung
b. Pendidik dan tenaga kependidikan
Peningkatan semangat kerja dan
Masih membutuhkan adanya GPK
perubahan pola mengajar bagi guru-
karena GPK yang tersedia masih
guru reguler dalam sekolah inklusi
belum dari basis pendidikan khusus
dan masih merupakan guru-guru
7
wiyata bakti yang dianggap sekolah dari pendidikan khusus. Sedangkan
mampu menangani anak proses kerjasama dengan psikolog
berkebutuhan khusus. Kalaupun yaitu untuk melakukan assesment
untuk mendatangkan GPK dengan terhadap peserta didik baru untuk
basis pendidikan khusus dari SLB melihat jenis ketunaan yang dimiliki
juga mengalami keterbatasan oleh anak berkebutuhan khusus
anggaran. Beban kinerja yang tersebut.
ditambahkan juga dirasa kurang 3. Output
sesuai dengan upah gaji yang a. Peserta Didik
diberikan. Dalam proses penerimaan peserta
8
melanjutkan sekolah di SLB namun bisa proses kegiatan belajar mengajar bagi
di sekolah inklusif; terjadinya pola anak berkebutuhan khusus yang tidak
perubahan dalam proses interaksi yang intens; perlu memperhatikan modifikasi
dialami oleh anak berkebutuhan khusus. kurikulum bagi anak berkebutuhan
b. Dampak Organisasional : khusus agar anak berkebutuhan khusus
Tercapainya tujuan dari UU yang juga dapat mengikuti; ketersediaan sarana
menjadi pedoman bagi Dinas dan prasarana yang kurang.
Pendidikan Kota Pekalongan dalam b. Aspek proses : kurangnya bimtek
menyelenggarakan pendidikan inklusif bagi guru-guru reguler yang mengajar di
untuk jenjang SMP; perubahan cara sekolah inklusif; diperlukan GPK
mengajar dari guru-guru yang mengajar sendiri dari sekolah karena jika terus
anak berkbutuhan khusus; tercapainya mengandalkan dari SLB akan
visi dan misi pendidikan inklusif yang menyulitkan proses pembelajaran bagi
terdapat di SMP 10 Kota Pekalongan anak berkebutuhan khusus tersebut,
c. Dampak terhadap Masyarakat : karena memang dijelaskan
Perubahan pola pikir dari masyarakat bahwasannya setiap sekolah inklusif
bahwasannya anak berkebutuhan khusus wajib memiliki minimal 1 orang GPK.
bukanlah anak cacat; anak berkebutuhan c. Aspek Output : keterbatasan jenis
khusus mulai bisa diterima ketunaan dari peserta didik yang
keberadaannya dalam lingkungan diterima, yaitu hanya tunagrahita saja,
masyarakat; memudahkan masyarakat, sedangkan anak berkebutuhan khusus
khususnya mereka yang memiliki anak tidak hanya tunagrahita saja.
berkebutuhan khusus sehingga dapat B. Saran
menyekolahkan anak mereka di sekolah 1. Dalam aspek pendidik dan tenaga
inklusif yang tentu biayanya berbeda kependidikan, untuk GPK yang memang
jika dibandingkan dengan dalam Permendiknas setiap sekolah
menyekolahkan anak berkebutuhan diwajibkan memiliki 1 orang GPK,
khusus ke SLB. alangkah baiknya jika jumlah GPK
2. Kendala yang dihadapi dalam dalam suatu sekolah inklusi dapat
penyelenggaraan pendidikan inklusif ditingkatkan lagi, mengingat jika hanya
jenjang SMP di Kota Pekalongan ada 1 orang GPK saja pasti akan sulit
a. Aspek input : kurangnya untuk dapat menangani anak
ketersediaan GPK yang berdampak pada berkebutuhan khusus dalam suatu
9
sekolah inklusi. Diperlukan juga adanya peserta didik khusus. Sehingga ketika
GPK yang memiliki basis pendidikan pemerintah menunjuk suatu sekolah
khusus. Sehingga diharapkan untuk inklusi harus diikuti dengan konsistensi
kedepannya, sekolah dapat dan komitmen untuk dapat
mendatangkan GPK dengan basis menyelenggarakannya.
pendidikan khusus yang mengerti 4. Sekolah seharusnya dapat
kebutuhan dari anak berkebutuhan menerima anak berkebutuhan khusus
khusus. dengan jenis ketunaan yang lainnya,
2. Untuk sarana dan prasarana karena karena dalam Permendiknas dijelaskan
memang hanya terdapat anak bahwa sekolah penyelenggara
berkebutuhan khusus dengan jenis pendidikan inklusi wajib menerima anak
ketunaan tunagrahita saja, perlu berkebutuhan khusus dengan jenis
diperhatikan mengenai Permendiknas ketunaannya masing-masing tanpa ada
yang mengatur perihal mengenai peserta diskriminasi.
didik, dimana sekolah inklusi juga wajib 5. Dampak individual yang dirasakan
menerima dan menyediakan sarana bagi oleh peserta didik merupakan suatu
anak berkebutuhan khusus dengan jenis dampak yang posisitf dimana mereka
ketunaan yang lainnya, tidak hanya dapat mengikuti proses kegiatan belajar
tunagrahita saja. mengajar dengan baik dan
3. Proses pembinaan bagi guru-guru menyelesaikan studi sesuai dengan masa
reguler yang mengajar di sekolah inklusi waktunya. Kontribusi dari masyarakat
dapat lebih diperhatikan kembali, bagi anak berkebutuhan khusus juga
mengingat guru-guru reguler juga merupakan suatu dampak dimana pada
membutuhkan pembinaan seperti diklat kenyataannya anak berkebutuhan
dan bimtek untuk setidaknya khusus tidak lagi merasa tersingkirkan
mengetahui kebutuhan dari peserta didik sehingga sekiranya masyarakat dapat
berkebutuhan khusus, karena memang menghilangkan adanya stigma negatif
baru beberapa guru saja yang sudah yang sedari dulu mereka berikan bagi
menerima proses pembinaan. anak berkebutuhan khusus bahwasannya
Pemerintah seharusnya dapat menaruh mereka bukan anak cacat, namun
perhatian yang lebih bagi sekolah mereka merupakan anak dengan
penyelenggara pendidikan inklusi, kemampuan/bakat istimewa nya
karena disekolah tersebut memiliki masing-masing. Mereka sama seperti
10
anak umum lainnya, namun dengan Munib, Achmad. 2006. Pengantar Ilmu
keterbatasannya mereka berusaha Pendidikan. Semarang: UPT MKK
mengembangkan potensi yang ada UNNES
dalam diri mereka. Dengan adanya hasil Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan
dari anak berkebutuhan khusus, dimana Publik (Konsep, Teori, dan
diantara dari mereka terdapat anak Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka
berkebutuhan khusus yang telah Pelajar
menyelesaikan studinya dan bekerja
juga dapat memberikan motivasi bagi Sumber lain:
pihak pengelola pendidikan inklusif Balai pengembangan Pendidikan Khusus
agar lebih memperhatikan kembali dalam www.bpdiksus.org diakses pada
perkembangan pendidikan inklusif tangggal 14 Desember 2015
terutama di Kota Pekalongan. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
dalam http://jip.pdkjateng.go.id/ diakses
DAFTAR PUSTAKA
pada tanggal 14 Desember 2015
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy.
Kota pekalongan dalam pekalongankota.go.id
Jakarta: PT. Elex Media
diakses pada tanggal 13 Desember 2015
Komputindo Kelompok Gramedia.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik
dalam dindikpora.pekalongankota.go.id
(Formulasi, Implementasi, dan
diakses pada tanggal 13 Desember 2015
Evaluasi). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Dokumen
Suwitri, Sri. 2009. Konsep Dasar
Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Kebijakan Publik. Semarang: Badan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Nasional
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Administrasi Publik. Jakarta: PT
No. 70 Tahun 2009
Rineka Cipta.
Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 9
Thoha, Miftah. 2011. Ilmu Administrasi
Tahun 2009
Publik Kontemporer. Jakarta:
Rencana Penggunaan Anggaran Program
Kencana Prenada Media Group
Pengembangan Sekolah Inklusi (Bantuan
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik
APBD II) SMP Negeri 10 Kota
(Teori dan Proses). Yogyakarta:
Pekalongan Tahun Anggaran 2016
Medpress.
11