You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 1, Januari 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT


KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI (Studi Pada Pasien
Hipertensi Essential di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo
Kota Semarang)
Relationship of knowledge factors with the Level of Antihipertension
Drug Compliance (Study of Essential Hypertension Patients in the
Working Area of Bandarharjo Health Center in Semarang City)

Realita Nurhanani, Henry Setyawan Susanto, Ari Udiyono


Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: realitanurhanania321@gmail.com

ABSTRACT
Compliance is the patient's behavior by following the doctor's advice in carrying
out the therapy process. In 2017, the Bandarharjo Public Health Center is highest
number of cases of hypertension were 7.935 cases with 28% treatment
coverage. It has not known for certain the individual and social factors which are
the main predictors of the low coverage of treatment at the Bandarharjo Health
Center so that research needs to be done. The purpose of this study is to analyze
the factors associated with the level of adherence to take antihypertensive drug in
patients with essential hypertension in the working area of the Bandarharjo Public
Health Center in Semarang. The method used in this research is a quantitative
method with cross sectional study design with 148 research subjects. Bivariate
results using chi-square test with a significance level of 5% stated age (p=
0.007), employment status (p= 0.040), level of knowledge of taking
antihypertensive drug (p value= 0.001), level of health workers support (p= 0,000)
associated to the level of adherence to take antihypertensive drug. It was
concluded that age, occupational status, level of knowledge to take
antihypertensive drug, level of health workers support, and hypertension control
practices were related to levels of adherence to take antihypertensive drug.
Advise given are to health workers to modify information provided to patients,
other researchers to measure more deeply the other factors that shape
respondents' perceptions of antihypertensive drug consumption.

Keyword: compliance, hypertension, antihypertensive drug

PENDAHULUAN hipertensi merupakan hipertensi


Hipertensi*esensial, yaitu essential3. Apabila tidak segera
peningkatan tekanan darah arteri ditangani dapat menyebabkan
dengan penyebab etiologisnya tidak berbagai penyakit komplikasi seperti
diketahui secara pasti1. serangan jantung, stroke, diabetes
Meningkatnya tekanan darah mellitus, gagal ginjal dan penyakit
diketahui melalui pengukuran lainnya yang berujung pada
berulang dengan hasil tekanan kematian4.
darah sistolik diatas 140 mmHg dan Menurut WHO saat ini
tekanan darah diastolik diatas 90 diperkirakan 1 milyar penduduk
mmHg.2 Lebih dari 90% kasus dunia menderita hipertensi*dengan
114
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

prevalensi 26,4%5. Riset Kesehatan sebelumnya mendapatkan hasil


Dasar tahun 2018 yang yang cenderung berbeda utamanya
diselenggarakan oleh Kementerian pada faktor pengetahuan. Hasil
Kesehatan menyatakan bahwa berbeda pada variabel tingkat
prevalensi hipertensi di Indonesia pengetahuan dikarenakan
mencapai 34,1% lebih tinggi pengetahuan responden
dibandingkan tahun 2013 sebanyak mengenai*hipertensi, tata
25,8%6. Prevalensi hipertensi untuk laksana*hipertensi, dan
umur 18 tahun keatas di Jawa terapi*hipertensi* diukur dalam
Tengah yaitu 37,57%7. Sedangkan variabel yang sama sehingga belum
hipertensi di kota Semarang diketahui secara pasti faktor
merupakan penyakit yang menjadi pengetahuan mengenai apa yang
prioritas utama Rumah Sakit dan menyebabkan tingkat kepatuhan
Puskesmas. minum obat antihipertensi rendah
Di Indonesia kontrol tekanan pada pasien. Berdasarkan
darah yang dilakukan oleh pasien penjelasan tersebut, peneliti tertarik
hipertensi < 50%8. Hal itu berkaitan untuk mengetahui faktor
dengan konsumsi obat pengetahuan apa sajakah yang
antihipertensi. Kepatuhan mium obat berhubungan dengan tingkat
adalah faktor kunci dalam mencapai kepatuhan minum obat antihipertensi
tekanan darah untuk hipertensi yang pada pasien hipertensi essential di
resisten namun modifikasi gaya wilayah kerja Puskesmas
hidup mungkin diperlukan untuk Bandarharjo kota Semarang.
mengobati bentuk hipertensi*yang
lebih ringan5, 9.. METODE
Berbagai upaya telah Jenis Penelitian ini adalah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan penelitian observasional analitik
Kota Semarang hingga pada tahun dengan desain studi cross sectional.
2017 kasus hipertensi mengalami Total sampling merupakan teknik
penurunan sebanyak 4583 kasus. yang digunakan peneliti dalam
Namun, komplikasi penyakit lain mengambil sampel. Objek dalam
akibat hipertensi belum dapat penelitian ini yaitu seluruh pasien
terkendali. Pada tahun 2017, dengan hipertensi essential yang
Puskesmas Bandarharjo menjadi memeriksakan diri ke Puskesmas
fasyankes yang memiliki jumlah Bandarharjo sesuai kriteria inklusi
kasus*hipertensi* terbanyak yaitu dan eksklusi. Kriteria inklusi meliputi:
7.93510. Cakupan pengobatan hanya terdaftar sebagai pasien hipertensi
mencapai 28%. Hal ini terjadi karena essential di Puskesmas
kepatuhan berobat yang rendah Bandarharjo, memiliki alamat
pada pasien hipertensi esensial. lengkap, dan bersedia menjadi
Kepatuhan sulit dicapai pada pasien responden. Sedangkan untuk kriteria
karena pemahaman yang kurang, eksklusi meliputi: memiliki penyakit
munculnya efek samping penyerta seperti diabetes mellitus,
penggunaan obat, harga obat yang jantung koroner, ginjal, dan penyakit
kurang terjangkau pasien, lainnya, meninggal dunia, serta telah
penggunaan obat komplementer, pindah di luar wilayah kerja
dan akses ke pelayanan kesehatan11 Puskesmas Bandarharjo kota
Peneltian mengenai tingkat Semarang. Teknik analisis data
*kepatuhan* minum obat dimulai dari analisis univariat lalu
antihipertensi yang telah dilakukan

115
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dilanjutkan dengan analisis bivariat pengetahuan baik mengenai


menggunakan chi-square test. pengendalian hipertensi, 62,8%
memiliki pengetahuan baik
HASIL DAN PEMBAHASAN mengenai minum obat antihipertensi,
Berdasarkan hasil 51,4% mendapat dukungan dari
wawancara dengan 148 responden, petugas kesehatan yang tinggi, dan
diperoleh gambaran umum 51,4% responden memiliki tingkat
karakteristik responden 56,8% kepatuhan minum obat antihipertensi
berusia > 60 tahun, 63,5% tidak yang tinggi. (Tabel 1)
bekerja, 57,4% memiliki
pengetahuan baik mengenai
hipertensi, 67,6% memiliki
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
No Variabel n %
1. Usia
> 60 tahun 84 56,8
≤ 60 tahun 64 43,2
2. Status Pekerjaan
Bekerja 54 36,5
Tidak bekerja 94 63,5
3. Tingkat Pengetahuan Mengenai
Hipertensi
Kurang Baik 63 42,6
Baik 85 57,4
4. Tingkat Pengetahuan Mengenai
Pengendalian Hipertensi
Kurang Baik 48 32,4
Baik 100 67,6

No Variabel n %
5. Tingkat Pengetahuan Mengenai Minum
Obat Antihipertensi
Kurang Baik 55 37,2
Baik 93 62,8
6. Tingkat Dukungan Petugas Kesehatan
Rendah 72 48,6
Tinggi 76 51,4
7. Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi
Rendah 72 48,6
Tinggi 76 51,4

116
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Alasan farmakologis tidak rutin minum obat dan tidak


mengkonsumsi obat
Jawaban
No Pernyataan
n %
1. Lebih memilih membeli obat di 12 8,1
apotek saat obat habis
2. Lupa minum obat karena sibuk 10 6,8
bekerja
3. Lupa minum obat karena tidak ada 12 8,1
yang mengingatkan
4.. Tidak mengkonsumsi obat karena 24 16,2
takut berdampak buruk pada ginjal
5. Tidak mengkonsumsi obat karena 14 9,5
tidak ada manfaat yang dirasakan
6. Tidak mengkonsumsi obat karena 8 5,4
takut ketergantungan obat
7. Merasa sehat 47 31,8
8. Sulit mendapatkan obat di fasyankes 5 3,5

Tabel 3. Analisis Hubungan Variabel Penelitian dengan Tingkat Kepatuhan


Minum Obat Antihipertensi
Tingkat Kepatuhan
Karakteristik Kategori Rendah Nilai p
Tinggi (%)
(%)
Usia >60 tahun 40,5 59,5
0,031
≤60 tahun 59,4 40,6
Status Pekerjaan Bekerja 60,0 40,0
0,041
Tidak bekerja 41,9 58,1
Pengetahuan Kurang baik 52,4 47,6
0,507
Hipertensi Baik 45,9 54,1
Pengetahuan Kurang baik 60,4 24,6
Pengendalian Baik 43,0 57,0 0,055
Hipertensi
Pengetahuan Minum Kurang baik 67,3 32,7
0,001
Obat Antihipertensi Baik 37,6 62,4
Dukungan Petugas Rendah 65,3 34,7
0,000
Kesehatan Tinggi 32,9 67,1

Farmakologi kepatuhan minum sehingga dosis, jenis obat, frekuensi


obat antihipertensi keharusan minum obat dalam sehari
Kepatuhan minum obat akan berbeda.
diukur melalui perilaku minum obat Keteraturan pasien untuk
antihipertensi pada individu, perilaku minum obat setiap harinya
diet, olahraga, dan keikutsertaan memperlihatkan bahwa masih ada
posbindu/prolanis, dan kunjungan ke pasien yang teratur minum obat
Puskesmas untuk kontrol rutin. mengikuti anjuran dokter meskipun
Konsumsi obat antihipertensi mereka tidak paham mengenai
sesuai anjuran dokter yaitu kondisi penyakitnya, namun mereka
tergantung tingkat hipertensinya percaya dengan tenaga medis.
117
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedangkan ketidakpatuhan pasien sehingga seharusnya mereka akan


terlihat dari perilaku responden yang datang ke Puskesmas tiap bulan
lebih memilih apotek sebagai tempat untuk mengambil obat dengan
untuk pembelian obat karena lebih gratis. Namun yang terjadi hampir
praktis melihat alasan lupa minum sebagian penderita hanya datang
obat salah satunya karena untuk mengambil obat tetapi tidak
kesibukan bekerja sehingga mereka mau melakukan kontrol tekanan
tidak memiliki waktu untuk darah. Sebanyak 41,2% responden
mengambil obat dan kontrol rutin ke tidak mengambil obat ke Puskesmas
Puskesmas. saat obat habis dan tidak melakukan
Perilaku ketidakpatuhan juga kontrol rutin tiap bulan sebanyak
dapat dinilai melalui perilaku diet dan 42,6%.
olahraga yang dilakukan responden. Keputusan untuk patuh dan
Diketahui sebagian besar responden tidak patuh sepenuhnya berada
tidak membatasi makanan yang pada pasien. Lingkungan sekitar
berminyak. Selain itu sebagian dari seperti petugas kesehatan, keluarga,
mereka tidak rutin melakukan dan akses pelayanan kesehatan
olahraga setiap hari. Terbentuknya yang positif hanya mendorong
perilaku ketidakpatuhan dapat terjadinya perilaku. Kondisi yang
disebabkan karena tidak ada yang berubah-ubah pada pasien ini
mengingatkan mengenai pentingnya merupakan suatu bentuk refleksi
menjaga pola makan dan olahraga belum adanya kesadaran pribadi
(8,1%) dari penderita untuk melaksanakan
Keikutsertaan posyandu ajuran medis. Ada masanya
lansia atau pos pembinaan terpadu penderita merasakan gejala sakit
digunakan untuk melihat partisipasi sehingga merasa rentan namun
aktif masyarakat dalam upaya pada waktu tertentu penderita tidak
pengendalian tekanan darah serta merasa rentan12. Kondisi lain
media kontrol petugas kesehatan ke misalnya penderita merasa rentan
pasien mengenai perilaku minum namun ia tidak merasa kondisi
obat sehari-hari12. Di Puskesmas penyakitnya harus diperhatikan
sendiri memiliki program serius saat itu terhalang oleh
pengendalian penyakit kronis untuk kesibukan sehari-hari. Saat merasa
pasien dengan BPJS13. Setiap pusing dan tekanan darah ternyata
bulannya, pasien naik melalui pengukuran, maka
dengan*hipertensi*di Puskesmas pasien akan mengkonsumsi obat
Bandarharjo cenderung hanya antihipertensi. Ini terlihat dari
mengambil obat di Puskesmas sebanyak 43,2% penderita tidak
namun tidak melakukan kontrol minum obat antihipertensi saat
tekanan darah. Hal ini disebabkan kondisi membaik.
karena pasien merasa sehat
(31,8%), tidak merasakan gejala Faktor pengetahuan
sakit seperti pusing, berat pada menghasilkan Perilaku
tengkuk kepala, sulit tidur dan lain Kepatuhan Minum Obat
sebagainya.sehingga kontrol Antihipertensi
tekanan darah tidak menjadi upaya Untuk terbentuknya niat kuat
serius saat itu untuk dilakukan. perilaku kepatuhan minum obat
Seluruh responden pada pasien, dibutuhkan
merupakan pasien yang terdaftar pengetahuan yang diikuti
memiliki kartu BPJS dan KIS ketrampilan14. Ketrampilan

118
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

disebutkan sebagai kemampuan penyakit dirasakan pasien.


pasien dalam mengikuti anjuran Hipertensi sendiri disebut silent killer
dokter. Pengetahuan pasien karena termasuk yang mematikan
mengenai penyakitnya, tatalaksana, tanpa disertai dengan gejala-
dan terapi obat menjadi sangat gejalanya terlebih dahulu sebagai
penting untuk terbentuknya suatu peringatan bagi korbannya18.
tindakan kepatuhan15. Pengetahuan pasien akan
Hasil penelitian menunjukkan memungkinkan perilaku kepatuhan
jika reponden memahami mengenai yang diharapkan juga akan
aturan minum obat, namun mereka meningkat19. Diketahui pengetahuan
cenderung tidak memahami kondisi kurang baik mengenai pengendalian
tubuhnya. Hal ini menggambarkan hipertensi pada pasien karena
kurangnya informasi yang kurangnya pemahaman mengenai
didapatkan oleh penderita saat modifikasi gaya hidup untuk
kontrol rutin16. Setiap bulan, mereka menstabilkan tekanan darah dan
mendapatkan informasi tentang obat kurangnya pemahaman mengenai
antihipertensi karena mengambil frekuensi yang baik dalam mengukur
obat di Puskesmas namun tekanan darah untuk penderita
sayangnya informasi untuk hipertensi.
pengendalian hidup serta kondisi
penyakitnya tidak didapatkan. Pemberian Informasi yang
Akibatnya masih ada responden menarik oleh petugas kesehatan
yang memiliki persepsi bahwa untuk meningkatkan tingkat
mengkonsumsi obat antihipertensi kepatuhan minum obat
secara teratur dapat menyebabkan antihipertensi
gangguan ginal (16,2%) Peran petugas dalam
Pengetahuan dari seluruh kepatuhan minum obat antihipertensi
aspek secara bersama-sama akan pada pasien sangat kuat. Peran
mempengaruhi tingkat kepatuhan petugas diimplementasikan dalam
berobat. Apabila pengetahuan bentuk pemberian informasi yang
responden mengenai penyakitnya mudah diterima kepada pasien
dan pengendalian penyakitnya mengenai penyakitnya, memberikan
ditingkatkan bersamaan dengan dukungan kepada pasien untuk
pengetahuan mengenai obat sembuh, dan komunikasi
antihipertensinya maka kepatuhan interpersonal sehingga
minum obat antihipertensi akan menghasilkan perilaku pelayanan
meningkat17. Namun berdasarkan yang baik. Hasil penelitian
hasil analisis univariat menunjukkan menunjukkan jika frekuensi
jika pengetahuan responden yang kurangnya informasi yang dierima
kurang baik salah satunya karena penderita hipertensi dari petugas
responden tidak mengetahui definisi kesehatan yaitu sebanyak 41,2%
penyakit hipertensi. Definisi penderita mendapatkan informasi
hipertensi akan terkait komplikasi mengenai kesehatannya lebih dari 1
penyakit apabila tidak segera bulan. Dalam komunikasi kesehatan,
ditangani. Dengan pengetahuan tidak cukup untuk mendefinisikan
yang kurang baik mengenai perilaku yang direkomendasikan
hipertensi ini akhirnya responden sebagai perilaku yang sehat
tidak merasa rentan, mereka tidak sehingga menyelamatkan hidup.
mengetahui jika kematian menjadi Namun dibutuhkan bukti agar
ancaman serius apabila komplikasi

119
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menghasilkan perilaku yang obat antihipertensi yang tinggi


14
permanen (51,4%)
Pengetahuan dan perubahan 2. Variabel yang berhubungan
sikap juga dipengaruhi oleh cara dengan tingkat kepatuhan minum
informasi disajikan. Membangun obat antihipertensi diantaraya:
komunikasi yang terbuka dan saling usia (nilai p=0,031), status
percaya antara pasien dan petugas pekerjaan (nilai p=0,041), tingkat
kesehatan merupakan langkah pengetahuan mengenai minum
pertama dalam menciptakan obat antihipertensi (nilai p=0,001),
lingkungan reseptif di mana dan tingkat dukungan petugas
informasi dianggap dapat diandalkan kesehatan (nilai p=0,000).
dan layak dipertimbangkan. Semua 3. Variabel yang tidak berhubungan
komunikasi dan interaksi yang dengan tingkat kepatuhan minum
berhasil biasanya membutuhkan obat antihipertensi diantaranya:
pemahaman yang cukup baik tingkat pengetahuan mengenai
tentang sudut pandang orang lain20. hipertensi (nilai p=0,507) dan
Kurangnya responden tingkat pengetahuan mengenai
memahami penjelasan dari petugas pengendalian hipertensi (nilai
kesehatan memberikan gambaran p=0,055)
bahwa kurang menariknya informasi
yang disajikan. Informasi dapat SARAN
disajikan secara tertulis maupun 1. Kelurga
visual (gambar, video). Keluarga penderita hipertensi
Banyaknya responden usia sebaiknya terlibat langsung
lanjut yang tidak mendapat dalam upaya terapi obat dengan
pendampingan dari keluarga saat mengikuti proses konseling
konseling memungkinkan petugas 2. Petugas Kesehatan
kesehatan untuk memberikan a. Petugas kesehatan hendaknya
informasi tertulis yang nantinya memberikan rekomendasi
dapat dibaca oleh anggota kepada pasien hipertensi
keluarganya. Mengingat keluarga essential yang bekerja untuk
merupakan unit terkecil masyarakat. memilih petugas minum obat
Sehingga untuk mencapai perilaku (PMO) dari lingkungan kerjanya.
sehat masyarakat, maka harus b. Petugas kesehatan lebih
dimulai pada masing-masing tatanan memperhatikan bentuk dan cara
keluarga. Keluarga sebaiknya informasi yang diberikan kepada
memberikan dukungan baik material pasien agar dapat diterima
maupun moral dalam upaya misalnya dengan membuat
kesehatan anggota keluarganya. modul yang baik dan
Dukungan yang diberikan adalah memberikan informasi tertulis
sebuah konstruksi yang agar dapat diketahui oleh
menggambarkan struktur lingkungan anggota keluarga pasien
sosial seseorang dan sumber daya c. Petugas kesehatan hendaknya
berwujud, instrumental, dan memberikan informasi yang
emosional yang disediakan lengkap mengenai kondisi
lingkungan sosial21,21. pasien, pengendalian hipertensi,
dan aturan minum obat
KESIMPULAN antihipertensi saat konseling.
1. Sebagian besar responden d. Melibatkan anggota keluarga
memiliki tingkat kepatuhan minum saat konseling atau

120
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pengambilan obat sehingga practices on hypertension on


informasi akan lebih mudah compliance with
diterima antihypertensive drugs in a
3. Peneliti lain resource poor setting.”
Melakukan pengukuran 2010;9(2):87–92.
variabel yang lebih detail untuk 12. Kementerian Kesehatan RI.
menggambarkan persepsi Petunjuk teknis pos pembinaan
pasien terhadap perilaku minum penyakit tidak menular. 2012;
obat 13. Kesejahteraan lanjut usia. In:
UU No 13 Tahun 1998. Presider
DAFTAR RUJUKAN Republik Indonesia; 1998. 3 p.
1. Liu L, Wang JG, Gong L, Liu G 14. Wiley J. Health behavior and
SJ. Hipertension in elderly. health education. Glanz, Karen
Prisant M, editor. Humana Rimer, Barbara. K V, editor.
Press; 2005. 11. Jossey Bass; 2008. 100 p.
2. Staessen JA, Wang J, Bianchi 15. Ottawa: National advisory
G, Birkenhäger WH. Essential council on aging. Canada; 2006.
hypertension. 2003;361:1631–2. 16. Gama IK, Sarmadi IW, Harini I.
3. Bolívar JJ. Essential Faktor penyebab
Hypertension : an approach to ketidakpatuhan kontrol
its etiology and neurogenic penderita hipertensi. 2009;2.
pathophysiology. 2013;15. 17. Barreto S, Marcon SS.
4. Acelajado MC. Optimal Knowledge about hypertension
management of hypertension in and factors associated with the
elderly patients. 2010;145–53. non adherence to drug therapy.
5. Chinnakali, Palanivel et al. 2014;22(3):495.
Hypertension in the elderly: 18. Tanto C, Liwang F, Hanifati S.
prevalence and health seeking Kapita selekta kedokteran :
behavior. N Am J Med Sci. essentials of medicine Buku 1
2012;78. Ed.IV. Media Aesculapius; 2014.
6. Kesehatan K. Hasil utama 540.
riskesdas 2018. 2018; 19. Saepudin, Padmasari S,
7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Hidayanti P, Ningsih ES.
Tengah. Profil Kesehatan Kepatuhan penggunaan obat
Provinsi Jawa Tengah Tahun pada pasien hipertensi di
2017. Semarang; 2017. 243 p. puskesmas. J Farm Indones.
8. Profil kesehatan Indonesia. 2013;6(4):249.
Kementerian Kesehatan 20. Gradman AH, Kad R. Renin
Indonesia; 2014. inhibition in hypertension.
9. Aronow WS, Fleg JL, Pepine 2008;51(5):12–11.
CJ, Artinian NT, Bakris G, 21. Notoatmodjo S. Promosi
Brown AS, et al. Expert kesehatan dan ilmu perilaku.
consensus document on Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
hypertension in the elderly. 140-142 p.
2011;123:2040.
10. Profil kesehatan kota
Semarang. 2017.
11. Gelirli A, Hipertansiyon T, Etkisi
U. Impact of
patients“knowledge, attitude and

121

You might also like