You are on page 1of 14

Artikel asli

KORELASI ANTARA KADAR MAGNESIUM DENGAN RESISTENSI INSULIN


PADA PENDUDUK SUKU BALI DI DESA PEDAWA KABUPATEN BULELENG
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
Email: Luhgedesriyennya@yahoo.com

ABSTRACT

Magnesium is one of microminerals playing pivotal role in glucose homeostasis and insulin activities. Magnesium plays
a very important role in phosphorylation of insulin receptor. This is an analytical cross-sectional study to determine
the prevalence of hypomagnesium and correlation between magnesium level with insulin resistance, performed in
Pedawa Village Bali at February 2010. Subjects for this study were comprised of 111 people, 45 males (40.5%) and 66
females (59.5%). Prevalence of hypomagnesium is 17.12%. The prevalence of hypomagnesium is higher in geriatric
subjects compare with non geriatric subjects (38.48% vs 10.98%, p = 0.004), is higher in diabetes subjects compare with
non diabetes (60% vs 15.1%, p = 0.035), and higher in subject with metabolic syndrome compare with non metabolic
syndrome (34.78% vs 12.5%, p = 0.025). Because lack on sensitivity of insulin measurement, 87 subjects (78.38%) that
have insulin level < 2 IU/ml can not measured by machine so the level of HOMA-IR of this subjects can not calculated,
and just 24 subjects (21.62%) have insulin level > 2 IU/ml which can measured. From this 24 subjects, there is no
signiÞcant correlation between magnesium level and insulin resistance (HOMA-IR) (r = -0.1, p = 0.642). In this study,
we found a high prevalence of hypomagnesium in residents of Pedawa Village. The prevalence of hypomagnesium is
higher in geriatrics, diabetes mellitus, and metabolic syndrome subjects. There is no signiÞcant correlation between
magnesium and insulin resistance (HOMA-IR), may be because lack of subject in this study. Thus further studies with
higher sensitivity of insulin measurement and enough sample of diabetic or metabolic syndrome patients in hospital
settingare needed to determine correlation between magnesium level and insulin resistance.

Keywords: Magnesium, insulin resistance, HOMA-IR

PENDAHULUAN Magnesium (Mg) merupakan kation keempat


yang paling banyak dalam tubuh manusia, dan
Mikronutrien merupakan zat yang di-
merupakan kation intraselular terbanyak kedua
butuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil untuk
setelah kalium. Magnesium memegang peranan
menjalankan fungsi tubuh yang spesiÞk. Terdiri
penting sebagai kofaktor pada lebih dari 300 reaksi
dari vitamin dan mineral yang memegang berbagai
enzimatik yang melibatkan metabolisme energi dan
macam peranan penting dalam tubuh. Sebagian
sistesis asam nukleat.3-7
besar mikronutrien berfungsi sebagai koenzim dan
Magnesium merupakan salah satu
kofaktor yang spesiÞk untuk dasar reaksi seluler dan
mikromineral yang memegang peranan penting
metabolisme dalam memelihara produksi energi.
pada homeostasis glukosa dan kerja insulin.8
DeÞsiensi mikronutrien, walaupun hanya pada
Magnesium merupakan kofaktor untuk berbagai
tingkat yang sedang dapat mengakibatkan berbagai
enzim yang melibatkan metabolisme glukosa
penyakit yang serius.1,2

Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 155
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
khususnya yang menggunakan ikatan phosfat mineral yang larut dalam air dan dengan mudah
berenergi tinggi. Penelitian invitro menunjukkan menuju lapisan tanah yang lebih rendah, dimana
bahwa magnesium memiliki peranan penting air laut mengandung 0,13% Mg, dan merupakan
dalam aksi insulin. Magnesium sangat penting sumber Mg yang tidak terbatas.11,12
sebagai kofaktor pada semua reaksi transfer ATP. Di Bali belum pernah dilakukan penelitian
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Mg memiliki mengenai hubungan antara kadar Mg dengan
peranan sangat penting dalam phosphorilasi reseptor resistensi insulin. Oleh karena itu kami mengangkat
insulin, dimana suatu deplesi Mg intraseluler dapat topik tersebut sebagai tema penelitian, yang
menyebabkan defek fungsi tirosin kinase pada dilaksanakan pada populasi Bali asli di Desa Pedawa
reseptor insulin, dan berhubungan dengan penurunan yang secara geograÞs kemungkinan memiliki risiko
kemampuan insulin untuk menstimulasi ambilan mengalami deÞsiensi Mg.
glukosa pada jaringan yang sensitif insulin.9 Hal
BAHAN DAN CARA
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya resistensi
insulin, dan bila terjadi terus menerus dan kronis Penelitian ini merupakan penelitian potong
dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus lintang analitik yang bertujuan untuk untuk
serta berkembangnya komplikasi makro dan mengetahui prevalensi hipomagnesium dan korelasi
mikrovaskular diabetes mellitus.8 antara kadar magnesium dengan resistensi insulin.
Penatalaksanaan pasien dengan resistensi Penelitian ini dilakukan di Desa Pedawa
insulin atau diabetes mellitus memerlukan Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Propinsi
pendekatan yang multidisiplin, dimana setiap faktor Bali pada Bulan Februari 2010. Sampel yang
yang potensial sebagai penyebab harus dimonitor diambil adalah penduduk Desa Pedawa yang
dan diterapi dengan tepat. Walaupun telah banyak memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk dalam
penelitian yang menunjukkan hubungan antara kriteria eksklusi yang diambil dengan stratified
hipomagnesemia dengan resistensi insulin dan random sampl ing. Kriteria inklusi dalam hal ini
diabetes mellitus, namun seringkali ion ini diabaikan adalahpenduduk suku Bali yang berusia sama atau
dan tidak mendapatkan terapi. Sampai saat ini fungsi diatas 18 tahun dan bersedia ikut dalam penelitian
Mg dalam proses biologi seringkali diabaikan, ini secara sukarela yang dinyatakan dengan
dan sampai dengan suatu titik dimana Mg disebut informed consent. Sedangkan kriteria eksklusi
sebagai ion yang terlupakan.3,5 adalah penduduk dengan diare kronis, penyakit
Desa Pedawa merupakan suatu desa yang ginjal kronik, alkoholisme, wanita hamil dan
terletak di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng anak-anak dalam masa pertumbuhan, penduduk
Propinsi Bali. Masyarakat di Desa Pedawa yang sedang menggunakan obat-obatan (diuretik,
merupakan salah satu kelompok masyarakat Bali aminoglikosida, ampoterisin, siklosporin, dan
Aga yang ada di Pulau Bali, yang memiliki struktur cisplatin), serta penduduk yang sedang memakai
kebudayaan tersendiri dan lebih homogeny.10Kondisi obat-obatan antagonis insulin (kortikosteroid).
geograÞs desa Pedawa yang terletak di dataran tinggi Penelitian ini merupakan uji korelasi,
atau pegunungan kemungkinan dapat memberikan sehingga perkiraan besar sampel pada penelitian
risiko yang lebih besar terhadap kekurangan Mg ini dihitung dengan rumus dari Sastroasmoro.13
dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan risiko Sehingga didapatkan jumlah sampel minimal
terjadinya deÞsiensi Mg pada masyarakatnya. Hal yang diperlukan adalah sebesar 97.86 sampel dan
ini diakibatkan karena magnesium merupakan dibulatkan menjadi 98 sampel.
156 JPeny Dal
am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
Hipomagnesium pada penelitian ini berdistribusi normal.Analisis statistik menggunakan
dideÞnisikan sebagai kadar magnesium serum nilai p < 0,05 sebagai batas kemaknaan.13
> 1 di bawah Standar Deviasi (SD) populasi umum,
HASIL
dimana Mg diukur dengan alat modular dengan
metode kalorimetri. Sedangkan resistensi insulin Dari penelitian yang dilakukan berhasil
diketahui dengan pemeriksaan Homeostasis Model didapatkan subjek penelitian sebanyak 111 orang
Assessement (HOMA), yang diukur dengan rumus: yang terdiri dari 45 orang laki-laki dan 66 orang
RI = (Insulin x Glukosa)/22,5. Adapun insulin perempuan, dengan usia antara 27 – 100 tahun,
sendiri diukur dengan alat immulite 2000 melalui perokok 17 orang dan bukan perokok 94 orang,
metode immuno-chemiluminescent. lingkar perut 54 – 105 cm, tekanan darah sisitolik
Data dianalisis dengan perangkat lunak 80 – 170 mmHg, tekanan darah diastolik 50 – 140
komputer. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov mmHg, gula darah puasa 80 – 532, kadar HDL 27
digunakan untuk menguji apakah data penelitian –90 mg/dl, trigliserida 44 –352 mg/dl, magnesium
berdistribusi normal atau tidak. Analisis Pearson 1,62 – 2,51 mg/dl, BMI 14,15 – 33,13 kg/m2 dan
digunakan untuk menilai korelasi apabila data yang serum kreatinin 0,5 –1,2 mg/dl. Karakteristik subjek
dihasilkan berdistribusi normal, atau digunakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
analisis korelasi Spearman bila data tidak
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=111)

Variabel Rerata ±SB atau median Uji Kolmogorov-Smirnov


(minimun –maksimum)
Jenis kelamin
• Laki-laki 45 (40,5%)
• Perempuan 66 (59,5%)
Umur (tahun) 49 (27 –100) P = 0,015*
Lingkar perut (cm) 74 (54 –105) P = 0,018*
BMI (kg/m2) 21,96 ±4,04 P = 0,200
Tekanan darah (mmHg)
• sistolik 120 (84 –170) P = 0,000*
• diastolik 80 (50 –140) P = 0,000*
Gula darah Puasa (mg/dl) 99 (80 –532) P = 0,000*
Insulin ( IU/ml)
•< 2 87 (78,38%)
•> 2 24 (21,62%)
HDL (mg/dl) 53,70 ±11,54 P = 0,200
Trigliserida (mg/dl) 115 (44 –357) P = 0,000*
Magnesium (mg/dl) 2,02 ±0,15 P = 0,091
Kreatinin serum (mg/dl) 0,8 (0,5 –1,2) P = 0,000*
Status merokok
• ya 17 (15,3%)
• tidak 94 (84,7%)

Keterangan: *distribusi data tidak normal;IMT, Indek Massa Tubuh;SB, Standar Baku

Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 157
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
Dengan deÞnisi hipomagnesemia yaitu Berdasarkan umur, subjek dengan umur < 60
konsentrasi magnesium serum > 1 dibawah standar tahun adalah 82 orang (73,9%), sedangkan subjek
deviasi rerata populasi, maka didapatkan deÞnisi dengan umur ! 60 tahun adalah 29 orang (26,1%).
hipomagnesium pada penelitian ini adalah < 1,87 Prevalensi hipomagnesium pada subjek dengan
mg/dl, maka secara keseluruhan didapatkan subjek umur < 60 tahun adalah 10,98% (9 dari 82 subjek),
dengan hipomagnesium tercatat sejumlah 19 orang sedangkan prevalensi hipomagnesemia pada subjek
(17,12%). yang berumur ! 60 tahun adalah 34,48% (10 dari
29 subjek). Berdasarkan uji Chi-Square untuk
variabel katagorik tidak berpasangan, didapatkan
perbedaan yang bermakna antara kelompok umur
terhadap kejadian hipomagnesium (p = 0,004), dan
didapatkan odd rasio prevalensi sebesar 4.26 dengan
interval kepercayaan (IK) 95% 1,52 –11,98.
Dalam hubungannya dengan hipomagnesemia
juga dicari prevalensi DM di Desa Pedawa. Dimana
didapatkan 5 orang dari 111 orang menderita
DM dengan prevalensi sebesar 4,5%, sedangkan
subjek yang non diabetes sebanyak 106 orang atau
95,5%. Pada subjek diabetes, didapatkan prevalensi
Gambar 1 histogram dan kurva distribusi normal kadar hipomagnesemia sebesar 60% (3 dari 5 orang subjek
magnesium pada penduduk Suku Bali di Desa Pedawa
diabetes). Sedangkan pada subjek yang non diabetes
Berdasarkan jenis kelamin, subjek laki-laki didapatkan prevalensi hipomagnesemia 15,1% (16
tercatat 45 orang dan subjek perempuan tercatat 66 dari 106 orang subjek non diabetes). Berdasarkan
orang. Hipomagnesemia didapatkan pada 8 orang uji Fisher didapatkan perbedaan yang bermakna
subjek laki-laki dan 11 subjek perempuan, dengan antara kelompok diabetes dan non diabetes
prevalensi hipomagnesemia didapatkan sedikit terhadap kejadian hipomagnesium (p = 0,035). Juga
lebih tinggi pada laki-laki (17,78 %) dibandingkan didapatkan odd rasio prevalensi sebesar 8,43 dengan
dengan perempuan (16,67%).Berdasarkan analisa IK 95% 1,30 –54,55.
Chi-Square, ternyata tidak didapatkan perbedaan Berdasarkan tekanan darah didapatkan
yang bermakna antara jenis kelamin dan kejadian subjek dengan tekanan darah yang normal sejumlah
hipomagnesium (p = 0,879). 77 orang (69,37%), sedangkan subjek dengan
hipertensi sejumlah 34 subjek (30,63%). Prevalensi
Tabel 2. Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan jenis
kelamin hipomagnesium pada subjek dengan tekanan
darah normal adalah 12,98% (10 dari 77 subjek),
Pearson sedangkan pada subjek dengan hipertensi adalah
Jenis Hipomagnesium Total Chi-Square
kelamin 26,47% (9 dari 34 subjek). Berdasarkan uji Chi-
Tidak Ya P = 0,879
Square, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
Laki-laki 37 8 45
(82,22%) (17,78%) (100%) antara kelompok tekanan darah terhadap kejadian
Perempuan 55 11 66 hipomagnesium (p = 0,082).
(83,33%) (16,67%) (100%)
Total 92 19 111

158 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
Tabel 3 Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan umur

Umur Hipomagnesium Total Pearson Risk 95% CI


(tahun) Chi-Square estimate
Tidak Ya P = 0,004 4,26 1,52 –11,98
< 60 73 (89,02%) 9 (10,98%) 82 (100%)
! 60 19 (65,52%) 10 (34,48%) 29 (100%)
Total 92 19 111

Tabel 4. Prevalensi hipomagnesemia pada subjek diabetes dan non diabetes

Hipomagnesium Total Fisher’s Risk 95% CI


Exact Test estimate
Tidak Ya P = 0,035 8,43 1,30 –54,55
Non DM 90 (84,9%) 16 (15,1%) 106 (100%)
DM 2 (40%) 3 (60%) 5 (100%)
Total 92 19 111

Tabel 5. Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan tekanan Tabel 6. Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan


darah kolesterol HDL

Pearson Fisher’s
Hipomagnesium Total Hipomagnesium Total exact test
Chi-Square
Hipertensi Tidak Ya P = 0,082 HDL Tidak Ya P = 0,082
Laki-laki 67 10 77 Normal 80 13 93
(87,02%) (12,98%) (100%) (86,02%) (13,98%) (100%)
Perempuan 92 9 34 Dislipidemia 12 6 18
(73,53%) (26,47%) (100%) HDL (66,67%) (33,33%) (100%)
Total 92 19 111 Total 92 19 111

Berdasarkan kolesterol HDL didapatkan Berdasarkan atas kadar trigliserida didapatkan


subjek dengan dislipidemia sebanyak 18 subjek subjek dengan hipertrigliserida sebanyak 29 orang
(16,2%) dan subjek dengan kadar HDL normal (26,1%), dan subjek dengan kadar trigliserida
didapatkan sejumlah 93 subjek (83,8%). Prevalensi yang normal sebanyak 82 orang (73,9%).
hipomagnesemia pada subjek dengan dislipidemia Prevalensi hipomagnesemia pada subjek dengan
HDL adalah 33,33% (6 dari 18 subjek) dan prevalensi hipertrigliserida adalah 24,14% (7 dari 29 subjek),
hipomagnesemia pada subjek dengan kadar HDL sedangkan pada subjek dengan kadar trigliserida
yang normal adalah 13,98% (13 dari 93 subjek). yang normal adalah 14,63% (12 dari 82 subjek).
Berdasarkan uji Fisher tidak didapatkan perbedaan Berdasarkan analisis Chi-Square, tidak didapatkan
bermakna antara kelompok HDL terhadap kejadian perbedaan bermakna antara kelompok trigliserida
hipomagnesium (p = 0,080). terhadap kejadian hipomagnesium (p = 0,260).

Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 159
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
Tabel 7. Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan kadar Berdasarkan kriteria IDF tahun 2006,
trigliserida
prevalensi sindroma metabolik pada penduduk Suku
Pearson Bali di Desa Pedawa sejumlah 23 orang (20,72%),
Trigli- Hipomagnesium Total
Chi-Square sedangkan subjek tanpa sindroma metabolik adalah
serida
Tidak Ya P = 0,260 88 orang (79,28%). Prevalensi hipomagnesium pada
Normal 70 12 82 subjek dengan sindroma metabolik adalah 34,78% (8
(85,37%) (14,63%) (100%) dari 23 orang) sedangkan prevalensi hipomagnesium
Hipertrig- 22 7 29 pada subjek tanpa sindroma metabolik adalah
liserida (75,86%) (24,14%) (100%)
Total 92 19 111
12,5% (11 dari 88 subjek). Berdasarkan uji Fisher’ s
exact test didapatkan hubungan bermakna antara
Berdasarkan lingkar pinggang, didapatkan hipomagnesium dengan sindroma metabolik (p =
subjek dengan obesitas sentral (lingkar pinggang 0,025), dengan odd rasio prevalensi sebesar 3,7 IK
! 80 cm pada perempuan dan ! 90 cm pada laki- 95% 1,28 –10,83.
laki) adalah 29 orang (26,13%) dan subjek yang Dalam penelitian ini ternyata didapatkan
normal adalah 82 orang (73,87%). Prevalensi keterbatasan sensitiÞtas alat pemeriksaan insulin,
hipomagnesemia pada subjek dengan obesitas dimana kadar insulin yang kurang dari 2 IU/
sentral adalah 6,9 % (2 dari 29 subjek) dan pada ml tidak dapat diukur oleh alat. Dari 111 subjek
subjek yang normal adalah 20,73 % (17 dari 82 penelitian yang didapatkan ternyata subjek yang
subjek). Berdasarkan uji Fisher, tidak didapatkan memiliki kadar insulin < 2 IU/ml adalah 87 orang
perbedaan yang bermakna antara lingkat pinggang (78,38%), sedangkan subjek dengan kadar insulin
dengan hipomagnesium (p = 0,149). > 2 IU/ml hanya 24 orang (21,62%).
Dengan keterbatasan tersebut maka subjek
Tabel 8. Prevalensi hipomagnesemia berdasarkan lingkar
pinggang dengan kadar insulin < 2 IU/ml tidak dapat
dimasukkan dalam analisa karena tidak diketahui
Fisher,s nilai kadar insulin secara pasti sehingga nilai HOMA
Lingkar Hipomagnesium Total exact test
pinggang tidak dapat ditentukan. Untuk itu hanya 24 subjek
Tidak Ya P = 0,149
saja yang dapat dianalisa untuk mengetahui korelasi
Normal 65 17 82
(79,27%) (20,73%) (100%) antara kadar Mg dengan resistensi insulin.
Obesitas 27 2 29 Berdasarkan analisis bivariat Spearman’ s
sentral (93,10%) (6,90%) (100%) didapatkan korelasi terbalik antara kadar Mg serum
Total 92 19 111 dengan resistensi insulin, namun secara statistik tidak
signiÞkan (HOMA-IR) (r = -0,10 ;p = 0,642).
Tabel 9. Prevalensi hipomagnesium pada sindroma metabolik

Hipomagnesium Total Fisher,s Risk 95% CI


Sindroma exact test estimate
metabolik
Tidak Ya P = 0,025 3,7 1,28 –10,83
Tidak 77 (87,5%) 11 (12,5%) 88 (100%)
Ya 15(65,22%) 8 (34,78%) 23 (100%)
Total 92 19 111

160 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
terjadinya hipomagnesemia pada masyarakat
adalah multifaktorial. Diantaranya yaitu asupan Mg
yang rendah, absorbsi gastrointestinal yang rendah,
dan peningkatan ekskresi ginjal. Asupan Mg yang
rendah terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi
makanan dan air minum yang mengandung Mg.
Absorbsi gastrointestinal yang rendah dapat terjadi
akibat hilangnya Mg dari traktus gastrointestinal
yang diakibatkan karena diare, mual muntah, atau
penggunaan laksan. Peningkatan ekskresi ginjal
dapat diakibatkan karena adanya defek tubulus ginjal
baik kongenital maupun didapat, DM, alkoholisme,
Gambar 2. Korelasi antara kadar Mg serum dengan
dan akibat pemakaian obat-obatan (diuretik, ACE
resistensi insulin inhibitor, aminoglikosida, ampoterisin, siklosporin
dan cisplatin). Selain hal tersebut diatas terdapat
PEMBAHASAN
faktor lain yang juga berpengaruh yaitu adanya
Dengan deÞnisi hipomagnesium yaitu kadar peningkatan kebutuhan terhadap Mg seperti anak
magnesium serum < 1,87 mg/dl, pada penelitian pada masa pertumbuhan dan kehamilan, serta
ini didapatkan prevalensi hipomagnesemia pada keringat yang berlebihan.4,16
penduduk Suku Bali di Desa Pedawa cukup Pada penelitian ini penyebab hipomanesemia
tinggi yaitu 17,12%. Dari kepustakaan prevalensi karena absorbsi gastrointestinal yang rendah akibat
hipomagnesemia pada populasi umum, dengan hilangnya Mg dari traktus gastrointestinal (diare,
cara pengukuran magnesium yang berbeda dan mual muntah, atau penggunaan laksan), begitu
perbedaan dalam menentukan deÞnisi batas juga peningkatan ekskresi ginjal dapat diakibatkan
bawah dari kadar magnesium serum yang normal, karena adanya defek tubulus ginjal baik kongenital
perkiraan prevalensi hipomagnesium pada populasi maupun didapat, alkoholisme, dan pemakaian obat-
umum berkisar antara 2,5 – 15%. Penelitian pada obatan (diuretik, ACE inhibitor, aminoglikosida,
16.000 subjek di Jerman menemukan prevalensi ampoterisin, siklosporin dan cisplatin), serta anak
hipomagnesemia adalah 14,5%.15 Di Amerika pada masa pertumbuhan dan kehamilan sudah
serikat didapatkan insiden hipomagnesemia pada dapat disingkirkan karena sudah dimasukkan ke
populasi umum adalah 2%. Pada populasi urban dalam keriteria eksklusi. Pada penelitian ini faktor
di Iran, prevalensi hipomagnesemia adalah 4,6%. penyebab utama hipomagnesemia yang belum
Sedangkan pada pasien dengan perawatan di rumah dieksklusi adalah asupan Mg yang kurang, yang
sakit didapatkan insiden yang lebih besar yaitu kemungkinan dapat merupakan penyebab terjadinya
10 –20%, dan 50 –60% pada pasien yang dirawat deÞsiensi Mg pada penduduk Suku Bali di Desa
di ruang ICU. Data lain juga menyebutkan secara Pedawa.
umum deÞsiensi Mg tercatat terjadi pada 7 – 11% Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit penurunan jumlah asupan Mg dapat disebakan
dan ditemukan sampai dengan 40% bersama-sama akibat perubahan gaya makanan dan pemprosesan
dengan gangguan elektrolit yang lain.4 makanan menjadi bentuk lain. Pemprosesan
Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 161
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
makanan menyebabkan penurunan jumlah Mg yaitu penelitian eksperimental tentang suplementasi
yang terkandung dalam makanan sampai hanya Mg, ditemukan kadar Mg eritrosit yang lebih
tinggal 3 – 28% saja.3,4 Selain hal tersebut diatas, rendah (1,86 ± 0,03 vs 2,18 ± 0,04 mmol/l) dan
air minum merupakan sumber asupan Mg yang kadar Mg plasma yang lebih rendah pada subjek tua
sangat penting. Kandungan Mg dalam tanah dapat dibandingkan dengan yang muda (0,79 ± 0,02 vs
berubah secara cepat, khususnya pada keadaan 0,82 ±0,04). Sedangkan penelitian Arinzonab, dkk.19
hujan atau pengairan. Magnesium larut dalam air tahun 2009 tentang prevalensi hipomagnesemia
dan dengan mudah menuju lapisan tanah yang lebih pada setting geriatric long-term care menemukan
rendah. Magnesium dalam tanah sangat mudah bahwa prevalensi hipomagnesemia pada subjek
larut dan sebagian besar menuju ke laut, dimana tersebut adalah 36%.
magnesium komersial secara umum diperoleh dari Umur dikatakan memiliki hubungan dengan
air laut dibandingkan dengan pertambangan karena konsentrasi Mg intraseluler yang rendah. Risiko
lebih murah.17 Air laut mengandung 0,13% Mg, hipomagnesemia pada usia tua bertambah diduga
dan merupakan sumber Mg yang tidak terbatas.11,12 diakibatkan karena asupan diet yang kurang.
Dalam penelitian ini, kondisi geograÞs Desa Pedawa Selain itu penggunaan diuretik, dan koeksistensi
yang terletak di dataran tinggi atau pegunungan dengan deÞsiensi elektrolit lain juga diperkirakan
kemungkinan dapat memberikan risiko terhadap memberikan kontribusi terjadinya hipomagnesemia
kekurangan Mg dalam tanah. pada usia tua.18 Arinzonab, dkk.19 menemukan
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi bahwa penyebab hipomagnesemia pada pasien
hipomagnesium didapatkan sedikit lebih tinggi geriatri adalah multifaktorial, dan serum Mg pada
pada subjek laki-laki (17,78%) dibandingkan pasien geriatri secara signiÞkan berhubungan
dengan subjek perempuan (16,67%), namun setelah dengan serum albumin, calcium, kalium, gagal
dianalisa secara statistik, tidak didapatkan perbedaan jantung kronik, DM, dan penggunaan diuretik.
yang bermakna antara kelompok jenis kelamin Mengetahui penyebab, mengoreksi kadar Mg, dan
dengan kejadian hipomagnesium (p = 0,879). Dari penatalaksanaan yang efektif terhadap penyebab
kepustakaan, insiden hipomagnesemia di Amerika sangat penting untuk prognosis pasien.
Serikat perbandingan antara laki-laki maupun Pada penelitian ini didapatkan prevalensi
perempuan adalah sama. Data lain menunjukkan DM di Desa Pedawa adalah sebesar 4,5%. Dimana
bahwa insiden hipomagnesemia lebih tinggi terjadi prevalensi hipomagnesemia didapatkan lebih besar
pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, dengan pada subjek diabetes yaitu 60% dibandingkan
perbandingan 2 : 1.4-6 dengan subjek non diabetes yaitu 15,1%, (p =
Berdasarkan umur, pada penelitian ini 0,035). Juga didapatkan odd rasio prevalensi
didapatkan prevalensi hipomagnesemia lebih sebesar 8,43 dengan IK 95% 1,30 –54,55. Dengan
besar pada subjek usia ! 60 tahun (34,48%) demikian kemungkinan terjadinya hipomagnesium
dibandingkan dengan subjek < 60 tahun (10,98%), pada subjek diabetes adalah 8 kali dibandingkan
(p = 0,004), dan didapatkan odd rasio prevalensi subjek tanpa diabetes. Dari kepustakaan, pada
sebesar 4,26 dengan interval kepercayaan (IK) subjek diabetesdidapatkan insiden hipomagnesemia
95% 1,52 –11,98. Dengan demikian kemungkinan yang lebih besar dibandingkan dengan insiden
risiko hipomagnesium terjadi pada usia ! 60 tahun hipomagnesemia pada subjek yang non diabetes.
adalah 4 kali dibandingkan usia < 60 tahun. Dari Insiden hipomagnesemia diperkirakan terjadi 13,5
kepustakaan berdasarkan penelitian Paolisso, dkk.18 – 47,7% pada pasien rawat jalan yang menderita

162 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
diabetes, dan 2,5 – 15% pada pasien yang tidak darah sistolik dan diastolik dan rata-rata tekanan
menderita diabetes.4-6 Di Switserland, prevalensi darah adalah lebih tinggi pada subjek dengan
hipomagnesemia pada pasien rawat jalan yang hipomagnesium dan arteri didapatkan lebih kaku
menderita diabetes adalah 38%, di Amerika serikat pada subjek dengan hipomagnesemia. Kawano,
berkisar antara 25 – 39%, dan di Meksiko adalah dkk mengadakan penelitian mengenai efek dari
73,1%.20 Hipomagnesemia merupakan gangguan suplementasi Mg pada pasien hipertensi yang
elektrolit yang paling umum terjadi pada pasien bertujuan untuk mengetahui efek suplementasi
diabetes rawat jalan, dan kemungkinan besar Mg pada subjek hipertensi di rumah, kantor dan
berhubungan dengan komplikasi makro dan poliklinik. Enam puluh pasien hipertensi yang tidak
mikrovaskular diabetes.21,22 diterapi (43 laki-laki dan 26 perempuan, berumur
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya 33 –74 tahun) dengan tekanan darah > 140/90 mm
mekanisme yang bertanggung jawab untuk Hg diberikan suplementasi Mg selama periode 8
terjadinya deÞsiensi Mg pada pasien diabetes minggu pada suatu rancangan randomized crossover.
masih belum sepenuhnya dimengerti. Dari Subjek diberikan 20 mmol/hari Mg dalam bentuk
kepustakaan diperkirakan terdapat 2 faktor utama magnesiumoxide selama periode intervensi. Semua
yaitu faktor gastrointestinal dan faktor renal.Faktor tekanan darah secara signiÞkan lebih rendah pada
gastrointestinal diantaranya adalah adanya neuropati periode suplementasi Mg dibandingkan periode
otonom yang mengakibatkan berkurangnya asupan kontrol (kantor, 3,7 ± 1,3/1,7 ± 0,7mm Hg;rumah,
Mg akibat mual-muntah, diare, dan disfungsi 2,0 ± 0,8/1,4 ± 0,6 mm Hg). Konsentrasi Mg
esophagus. Faktor renal yang mempengaruhi adalah serum dan urin meningkat secara signiÞkan dengan
peningkatan hilangnya Mg melalui urin akibat suplementasi Mg.23
hiperglikemia (osmotik diuresis), ketoasidosis, dan Corica, dkk.24 meneliti tentang kadar serum
hipoalbuminemia;penurunan reabsorbsi Mg akibat ionized Mg dalam hubungannya dengan sindroma
deÞsiensi / resistensi insulin;serta diet yang sedikit metabolik pada pasien DM tipe 2 menemukan bahwa
dengan kualitas yang rendah juga menyumbangkan serum ionized Mg secara signiÞkan lebih rendah pada
hipomagnesemia pada pasien diabetes.2,5 pasien dengan tekanan darah tinggi (0,40 ± 0,08 vs
Berdasarkan tekanan darah, pada penelitian 0,43 ±0,09 mmol/l, p < 0,01). Penelitian Maheri, dkk.
ini, didapatkan prevalensi hipomagnesium yang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
lebih besar pada subjek dengan hipertensi (26,47%) Mg serum dengan tekanan darah pada pasien dengan
dibandingkan dengan subjek tanpa hipertensi hipertensi ringan tanpa komplikasi mendapatkan
(12,98%). Namum setelah dianalisa secara statistik bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara
perbedaan tersebut tidak bermakna (p = 0,082). serum Mg diantara kelompok kontrol (2,94 ±
Penelitian tentang hubungan antara magnesium 0,05 mg/dl) dengan kelompok hipertensi (2,89 ±
dengan tekanan darah masih menunjukkan hasil 0,03 mg/dl), p > 0,5. Penelitian Rinner, dkk. pada
yang bervariasi. Laurant, dkk pada penelitian populasi di Belanda juga gagal membuktikan
eksperimental tentang efek deÞsiensi magnesium hubungan antara Mg serum dengan tekanan darah.
pada tekanan darah pada arteri karotis tikus yang Begitu juga penelitian Hersog pada tahun 1995 juga
bertujuan untuk membedakan efek dari pemberian gagal membuktikan hubungan antara Mg dengan
diet Mg yang kurang (80 mg/kg vs kontrol diet tekanan darah.25 Penelitian Evans, dkk.26 tentang
960 mg/kg) terhadap tekanan darah dan properti efektiÞtas dari diet Mg pada tikus dengan hipertensi
mekanik arteri karotis. Setelah 19 minggu, tekanan menunjukkan bahwa tekanan darah dan histopatologi
Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 163
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
tidak dipengaruhi oleh diet Mg. HDL.27 Namun hubungan antara abnormalitas
Berbagai penelitian tentang hubungan antara lipid dengan hipomagnesium pada manusia belum
magnesium dengan hipertensi menunjukkan hasil sepenuhnya diketahui. Pada penelitian ini tidak
yang bervariasi. Dari kepustakaan didapatkan bahwa didapatkan perbedaan yang signiÞkan antara
magnesium mempengaruhi tekanan darah dan tonus kelompok HDL dengan hipomagnesium yang masih
vaskular. Magnesium merupakan antagonis saluran memerlukan penelitian lebih lanjut.
calcium, dan memstimulasi produksi vasodilator Berdasarkan kadar trigliserida, pada
prostasiklin dan nitric oxide. DeÞsiensi Mg telah penelitian ini, berdasarkan atas kadar trigliserida
diimplikasikan pada pathogenesis hipertensi, dan didapatkan prevalensi hipomagnesemia yang
pada penelitian epidemiologi dan eksperimental lebih tinggi pada subjek dengan hipertrigliserida
menunjukkan korelasi terbalik antara telakan darah (24,14%) dibandingkan dengan subjek dengan
dan kadar Mg serum.27 kadar trigliserida yang normal (14,63%). Namun
Berdasarkan kadar kolesterol HDL, pada setelah dianalisa secara statistik, tidak didapatkan
penelitian ini, berdasarkan kolesterol HDL perbedaan bermakna antara kelompok trigliserida
didapatkan prevalensi hipomagnesemia yang terhadap kejadian hipomagnesium (p = 0,260).
lebih tinggi pada pasien dengan kadar HDL yang Penelitian tentang hubungan antara magnesium
rendah dibandingkan dengan kadar HDL normal. dengan trigliserida masih menunjukkan hasil
Prevalensi hipomagnesemia pada subjek dengan yang bervariasi. Corica, dkk.24 meneliti tentang
dislipidemia HDL adalah 33,33%, sedangkan pada kadar serum ionized Mg dalam hubungannya
subjek dengan kadar HDL yang normal adalah dengan metabolik sindrom pada pasien DM tipe
13,98%. Namun setelah dianalisa secara statistik 2 menemukan bahwa serum ionized Mg secara
tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara signiÞkan lebih rendah pada pasien dengan kadar
kelompok HDL dengan hipomagnesium (p = 0.080). trigliserida yang tinggi (0,37 ± 0,08 vs 0,45 ± 0,08
Penelitian tentang hubungan antara Mg dengan mmol/l, p < 0,001). Ka He, dkk.27 melakukan suatu
kolesterol HDL juga masih menunjukkan hasil yang penelitian cohort pada 4637 subjek selama 15 tahun
bervariasi. Corica, dkk meneliti tentang kadar serum untuk mengetahui asupan Mg dan insiden metabolik
ionized Mg dalam hubungannya dengan metabolik sindom menemukan hubungan yang terbalik antara
sindrom pada pasien DM tipe 2 menemukan bahwa asupan Mg dengan kadar trigliserida antara asupan
serum ionized Mg secara signiÞkan lebih rendah kuartil terendah dan tertinggi (p = 0,01). Sedangkan
pada pasien dengan kadar kolesterol HDL yang penelitian Nasri, dkk.28 tentang hubungan antara
rendah (0,40 ± 0,07 vs 0,44 ± 0,07 mmol/l, p < konsentrasi magnesium serum dengan lipid pada
0,001).24 Sedangkan penelitian Nasri, dkk.28 tentang pasien DM menemukan bahwa tidak didapatkan
hubungan antara konsentrasi magnesium serum hubungan yang bermakna antara kadar magnesium
dengan lipid pada pasien DM menemukan bahwa dengan kadar trigliserida.
tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara Pada percobaan binatang ditemukan serum
kadar magnesium dengan HDL. trigliserida secara signiÞkan lebih tinggi pada
Pada percobaan binatang ditemukan serum deÞsiensi Mg. Hal tersebut kemungkinan karena
HDL secara signiÞkan lebih rendah pada deÞsiensi Mg meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase
Mg. Satu penjelasan yang mungkin adalah karena yang terlibat dalam konversi trigliserida menjadi
Mg meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase yang kolesterol HDL.27 Namun seperti yang telah dibahas
terlibat dalam konversi trigliserida menjadi kolesterol sebelumnya bahwa hubungan antara abnormalitas

164 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
lipid dengan hipomagnesium pada manusia belum dengan sindroma metabolik memiliki prevalensi
sepenuhnya diketahui. Pada penelitian ini tidak hipomagnesium yang lebih tinggi (34,78%)
didapatkan perbedaan yang signiÞkan antara dibandingkan dengan pada subjek tanpa sindroma
hipimagnesium dengan trigliserida yang masih metabolik (12,5%), (p = 0,025). Juga didapatkan odd
memerlukan penelitian lebih lanjut. rasio prevalensi sebesar 3,7 IK 95% 1,28 – 10,83,
Berdasarkan lingkar pinggang, pada penelitian dengan kesimpulan kemungkinan risiko sindroma
ini didapatkan prevalensi hipomagnesemia justru metabolik pada subjek dengan hipomagnesium
didapatkan lebih rendah pada subjek dengan adalah 3,7 kali dibandingkan dengan subjek tanpa
obesitas sentral yaitu 6,9 % dibandingkan dengan hipomagnesium. Ka He, dkk.27 melakukan penelitian
subjek yang normal yaitu 20,73 %. Namun setelah kohort mengenai hubungan antara asupan Mg
dianalisa secara statistik, perbedaan tersebut tidak dengan insiden sindroma metabolik pada 4637 orang
bermakna (p = 0,149). Ka He, dkk.27 melakukan suatu Amerika yang berumur 18 –30 tahun yang bebas dari
penelitian cohort pada 4637 subjek selama 15 tahun sindroma metabolik saat awal penelitian. Dengan
untuk mengetahui asupan Mg dan insiden metabolik melakukan f ollow up selama 15 tahun didapatkan
sindom menemukan hubungan yang terbalik antara insiden sindroma metabolik yang diidentiÞkasi
asupan Mg dengan lingkar pinggang (p < 0,01). dengan kriteria National Cholesterol Education
Corica, dkk.24 meneliti tentang kadar serum ionized Program/ Adult Treatment Panel III sebanyak 608
Mg dalam hubungannya dengan metabolik sindrom kasus. Asupan Mg berhubungan terbalik dengan
pada pasien DM tipe 2 menemukan bahwa serum insiden sindroma metabolik. Dibandingkan dengan
ionized Mg secara signiÞkan lebih rendah pada asupan Mg dengan kwartil terendah, multivariabel-
pasien dengan lingkar pinggang yang tinggi (0,39 ± adj usted hazard ratio sindroma metabolik pada
0,06 vs 0,46 ±0,09 mmol/l, p < 0,001). pastisipan dengan kuartil tertinggi adalah 0,69 (95%
Mekanisme yang mendasari asupan Mg CI, 0,52 –0,91;p < 0,01).
dengan hubungan yang terbalik antara asupan Song, dkk.30 mengadakan penelitian
Mg dengan obesitas sentral masih belum jelas. crossectional pada 11.686 wanita berusia ! 45
Dihipotesis bahwa Mg memiliki efek antiobesitas tahun menemukan bahwa wanita dengan asupan
karena memiliki kemampuan membentuk sabun magnesium pada kuartil tertinggi memiliki 27%
dengan asam lemak pada saluran cerna dan risiko yang lebih rendah mengalami sindroma
menurunkan asupan energi yang masuk melalui metabolik (berdasarkan kriteria National Cholesterol
makanan. Namun bukti bahwa Mg secara langsung Education Program) dibandingkan dengan wanita
mempengaruhi berat badan sangat terbatas.27 Dasar dengan asupan magnesium kuartil terendah (odds
dari terjadinya obesitas sentral adalah adanya ratio 0,73 [95% CI 0,60 –0,88]), p = 0,0008.
ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
energi. Penyebabnya diperkirakan karena kombinasi mekanisme yang menyebabkan hubungan antara
dari faktor genetik dan lingkungan. Banyak faktor Mg dengan resistensi insulin belum sepenuhnya
yang mempengaruhi obesitas sentral disamping diketahui. Magnesium berperan sebagai kofaktor
hipomagnesium seperti genetik, besarnya asupan pada semua reaksi transfer ATP, dimana hal tersebut
energi dari makanan dan aktivitas Þsik yang mengindikasikan bahwa magnesium memiliki
mungkin dapat berpengaruh pada penelitian ini.29 peranan sangat penting dalam phosphorilasi
Berdasarkan prevalensi sindroma meta- reseptor insulin. Suatu deplesi Mg intraseluler
bolik, pada penelitian ini didapatkan subjek dapat menyebabkan defek fungsi tirosin kinase
Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 165
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
pada reseptor insulin, yang berhubungan dengan KESIMPULAN
penurunan kemampuan insulin untuk menstimulasi
Dalam penelitian ini tidak didapatkan korelasi
ambilan glukosa pada jaringan yang sensitif insulin.9
yang bermakna antara kadar magnesium dengan
Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
resistensi insulin, kemungkinan disebabkan karena
resistensi insulin yang berhubungan erat dengan
jumlah sampel minimal yang belum terpenuhi pada
sindroma metabolik.8
penelitian ini.
Dalam penelitian ini ternyata didapatkan
Didapatkan prevalensi hipomagnesium yang
kecenderungan korelasi terbalik antara kadar Mg
cukup tinggi di Desa Pedawa yaitu 17,12%.Prevalensi
serum dengan resistensi insulin (r = -0,10). Namun
hipomagnesium secara signiÞkan didapatkan lebih
setelah dianalisis ternyata korelasi tersebut tidak
banyak pada subjek berusia ! 60 tahun dibandingkan
bermakna secara signiÞkan (p = 0,642).Penelitian
dengan subjek berusia < 60 tahun, lebih banyak
sebelumnya tentang korelasi antara Mg dengan
pada subjek diabetes dibandingkan dengan subjek
resistensi insulin diantaranya yaitu penelitan
tanpa diabetes, danlebih banyak pada subjek dengan
Milutinovic, dkk pada pasien DM mendapatkan
sindroma metabolik dibandingkan dengan subjek
suatu korelasi negatif yang signiÞkan antara Mg
tanpa sindroma metabolik.
serum dengan HOMA-IR (r = -0,280, p = 0,04).14
Sedangkan Lima dkk.31 yang meneliti hubungan DAFTAR RUJUKAN
antara deÞsiensi Mg dengan resistensi insulin pada
pasien DM mendapatkan suatu korelasi negatif 1. Mooradian AD, MorleyJE. Micronutrient
yang tidak signiÞkan antara Mg intraseluler dengan status in diabetes mellitus. Am JClin Nutr
HOMA-IR (r = -0,286, p = 0,17). 1987;45:877-95.
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan 2. O’Connel BS. Select vitamins and minerals
sensitivitas alat pemeriksaan insulin, dimana alat in the management of diabetes. Diabetes
tidak dapat mengukur kadar insulin yang kurang Spectrum 2001; 14(3):133-48.
dari 2 IU/ml. Dari 111 subjek penelitian yang 3. Hans CP, Sialy R, Bansal DD. Magnesium
didapatkan ternyata hanya 24 subjek saja memiliki deÞciency and diabetes mellitus. Current
kadar insulin > 2 IU/ml yang dapat terukur Science 2002; 83(12):1456-63.
sehingga target sampel minimal sejumlah 98 4. Fawcett W J,Haxby M, Male DA. Magnesium:
sampel tidak dapat terpenuhi dalam penelitian ini, physiology and pharmacology. British Journal
yang merupakan kelemahan penelitian.Untuk itu of Anaesthesia 1999;83(2):302-20.
kedepannya diperlukan alat pemeriksaan insulin 5. Pham PCT, Pham PMT, Pham SV, Miller
dengan sensitiÞtas yang lebih baik. Juga diperlukan JM, Pham PTT. Hypomagnesemia in patient
penelitian lanjutan untuk mengetahui korelasi antara with type 2 diabetes. Clin JAm Soc Nephrol
magnesium dengan resistensi insulin dengan jumlah 2007; 2:366-73.
sampel yang cukup dan sebaiknya dikerjakan pada 6. Martin KJ, Gonzales EA, Slatopolsky.
setting subjek diabetes atau sindroma metabolik di Clinical consequences and management
rumah sakit. of hypomagnesemia. J Am Soc Neprol
2008; 19:1-5.

166 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011
7. Arnaud MJ. Update on the assessement of http://www.MgWater.com. Accessed on: 15th
magnesium status. British Journal of Nutrition January 2010.
2008;99(3):524-36. 18. Paolisso G, Sgambato S, Gambardella A, Pizza
8. Sales CH, Pedrosa LDFC. Magnesium and G, Paola T, et al. Daily magnesium suplements
diabetes mellitus: their relation. Clinical improve glucose handling in elderly subjects.
Nutrition 2006;25:554-62. Am JClin Nutr 1992; 55:1161-67.
9. Takaya J, Higashino H, Kobayashi Y. 19. Arizonab Z, Peisakhc A, Schrired S, Bernerae
Intracellular magnesium and insulin resistance. YN. Prevalence of hypomagnesemia
Magnesium Research 2004;17(2):126-36. (HM) in a geriatric long-term care (LTC)
10. Arya G. Selayang pandang desa pedawa, setting. Family Practice Inquiries Network
sejarah/riwayat singkat Desa Pedawa. 2010; 51(1):36-40.
Pemerintah Kabupaten Buleleng. Available 20. Moran MR, Romero FG. Oral magnesium
from: http://www.bulelengkab.go.id /index. suplementation improve insulin sensitivity
php/component/content/article/111-profil- and metabolic control in type-2 diabetic
desa-/383-selayang-pandang-Desa-Pedawa. subjects. Diabetes Care 2003; 26:1147-52.
Accessed on: 12th December 2009. 21. Chambers EC, Heshka S, Gallagher D,
11. Australian Government Geosciences Wang J, Pi-Sunyer FX, Pierson RN. Serum
Australia. Magnesium, fact sheet. Available magnesium ang type-2 diabetes in African
from :www.australianminesatlas.gov.au/ Americans and Hispanics: A New York
education/magnesium.jsp. Accessed on: 15th Cohort. Journal of the American College of
January 2010. Nutrition 2006; 25(6):509-13.
12. Brody JE. Personal health. a dietary mineral 22. Longstreet DA, Heath DL, Panaretto KS,
you need (and probably didn’t know Vinkm R. Correlation sugest low magnesium
it). Availablefrom:http://www.nytimes. may lead to higher rates of type 2 diabetes in
com/2004/05/18/health/nutrition/18brod. indigenous Australians. Available from http://
html.Acesed on: 15th January 2010. www.rrh.org.au. Accessed on: 15th January
13. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar 2010.
metodologi penelitian klinis. 2nd ed. Jakarta: 23. Kawano Y, Matsuoka H, Takishita S, Omae
CV Sagung Seto;2002. T. Effects of magnesium supplementation in
14. Milutinovic ZR, Pekovic GP, Pljexa S, hypertensive patients: assessment by ofÞce,
Dangic A, Libec V, Bokan L, Kadijevic MC. home, and ambulatory blood pressures.
Magnesium deÞsiency in type 2 diabetes. Hypertension 1998; 32:260-5.
Hippokratia 2004;8(4):179-81. 24. Corica F, Corsonello A, Ientile R, Cucinotta
15. Mouw DR, Latessa RA. W hat are the causes D, Benedetto AD, Perticone F, et al. Serum
of hypomagnesemia? Family Practice ionized magnesium levels in relation to
Inquiries Network 2005;54:2-6. metabolic syndrome in type 2 diabetic
16. Agus ZS. Hypomanesemia. Am JSoc Nephrol patients. Journal of the American College of
1999;10:1616-22. Nutrition 2006; 25(3):210-5.
17. Mason P. Calculations of American deaths 25. Maheri W M, Ishaq M, Akhund IA, Sabir
caused by magnesium deÞciency, as projected M. Serum magnesium and hypertension.
from international data. Available from: Professional Med J2011; 18(1):193-41.
Korelasi antara Kadar Magnesium dengan Resistensi Insulin pada Penduduk 167
Suku Bali di Desa Pedawa Kabupaten Buleleng
Luh Gede Sri Yenny, Ketut Suastika
26. Evans HH, Weaver CM, Harrington DD, 29. Meira F. Nutritional factors adversely
Babbs CF. Dietary magnesium does not affect inßuencing the glucose/insulin system.
blood pressure in spontaneously hypertensive Journal of the American College of Nutrition
rats. Clinical and Experimental Hypertension 1998; 17(4):317-21.
1989;11(4):619-32. 30. Song Y, Ridker PM, Manson JE, Cook NR,
27. Ka H, Kian L. Daviglus ML, Morris SJ, Loria Buring JE, Simin L. Magnesium intake,
CM, Horn LV, et al. Magnesium intake and C-Reactive Protein, and the prevalence of
inciden of metabolic syndrome among young metabolic syndrome in middle-aged and older
adults. Circulation 2006;113:1675-82. U.S Women. Diab Care 2005; 28:1438-44.
28. Nasri H, Baradan HR. Lipid in association 31. Lima MPD, Pousada J, Barbosa C, Cruz T.
with serum magnesium in diabetes mellitus Magnesium deÞciency and insulin resistance
patients. Bratisl Lek Listy 2008;109(7): in patients with type 2 diabetes mellitus. Arq
302-6. Bras Endocrinol Metab 2005;49:6-11.

168 JPeny Dal


am, Vol
ume 12Nomor 3September 2011

You might also like