Professional Documents
Culture Documents
6630-Article Text-12424-1-10-20180412
6630-Article Text-12424-1-10-20180412
2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
Ni Luh Putri
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Manado
E-mail: Nluhputri@gmail.com
Abstract
This study aims to develop a learning model of Self-Care skills for mentally retarded early age children in
North Sulawesi. The research was conducted in five exceptional schools in North Sulawesi which includes
10 teachers and 22 mentally retarded early age children. This study used a qualitative approach while
methods of research include research and development (R&D) procedures. This Self-Building learning
model were developed in four phases, which are (1) requirements analysis, (2) designing model based on
the results of requirements analysis, (3) implementation of the learning model, and (4) assess the
effectiveness of learning models in accordance with the teaching process. The evaluation process consist
of expert matters validation, which are early age education and mentally retarded children experts, and
making revision. Validation was implemented by the teachers of mentally retarded exceptional schools
before making a revise, first field trials, second field trials and field tests. The trial results used to revise
the product. This research resulted in RPP (Learning Implementation Plan) and a handbook for teachers.
Conclusions from the study were: Implementation of the resulting learning model was effective to improve
the mastery of skills to take off and put on shoes, socks, a shirt, t-shirt, short, skirt for the mentally retarded
early age; The substance of the content and design flexibility of the structure of the model are included in
the category of effective and the application of teaching learning model will be able to facilitate the
teachers of mentally retarded exceptional School Learning Implementation Plan, carry outa learningand
undertake an evaluation of learning.
Keywords: Models of learning, Self-care skills, mentally retarded early age children
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran keterampilan bina diri untuk
keterbelakangan mandiri pada anak usia dini di Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah luar
biasa di Sulawesi Utara dengan melibatkan 10 orang guru dan 22 anak usia dini dengan keterbelakangan
mental. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Research and Development
(RnD). Model pembelajaran dilakukan dalam empat asa, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) mendisain model
pembelajaran berdasarkan hasil analisis kebutuhan, (3) menerapkan model pembelajaran, dan (4) menilai
keefektifan model pembelajaran sesuai dengan proses mengajar. Proses evaluasi berisi validasi meteri oleh
ahli, oleh pendidik anak usia dini dan ahli keterbelakangan mental pada anak, dan membuat revisi. Validasi
diterapkan oleh guru keterbelakangan mental di sekolah luar biasa sebelum membuat perbaikan, uji coba
lapangan pertama, uji coba lapangan kedua, dan uji lapangan. Uji tersebut digunakan untuk memperbaik
produk. Penelitian ini menghasilkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan handbook untuk guru.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah: penerapan menghasilkan model pembelajaran yang efektif untuk
menghasilkan keterampilan dalam melepaskan dan memakai sepatu, kaus kaki, baju, kaus, dan senda untuk
anak keterbelakangan mental. Substansi dari isi dan fleksibilitas desain dari struktur model termasuk
didalamnnya kategori efektivitas dan penerapan model pembelajaran dan pengajaran akan mampu
memfasilitasi guru di sekolah luar biasa dalam menerapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Kata Kunci: model pembelajaran, keterampilan bina diri, anak usia dini tunagrahita
73
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
74
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
hambatan dalam mengurus diri sendiri dan tunagrahita belum sesuai dengan tujuan yang
hambatan dalam menyesuaikan dengan diharapkan yaitu anak tunagrahita
lingkungan. Oleh sebab itu anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam melepas dan
harus belajar keterampilan dasar itu secara mengenakan sepatu, kaus kaki, kemeja, kaus
khusus dan sistematis. Hambatan belajar dalam, celana dan rok, dalam pengertian
yang dialami anak tunagrahita merupakan anak tunagrahita belum mandiri dan masih
akibat rendahnya kemampuan inteletual dan ketergantungan kepada orang lain terutama
juga kelainan fisik yang dialami anak keluarga.
tunagrahita. Upaya penerapan behaviorisme Berdasarkan latar belakang masalah,
dalam pem-belajaran keterampilan bina diri maka rumusan masalah dalam penelitian ini
diarahkan untuk menggali dan adalah: (1) Bagaimanakah pembelajaran
mengembangkan potensi mereka secara keterampilan melepas dan mengenakan
optimal. sepatu, kaus kaki, kemeja tangan pendek,
Untuk membantu mengembangkan kaus dalam, celana pendek dan rok yang
potensi yang dimiliki dan mengurangi dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa
hambatan yang dialami oleh anak Tunagrahita? (2) Bagaimanakah merancang
tunagrahita, maka diperlukan upaya konkrit, pembelajaran yang dapat meningkatkan
sitematis, terstruktur dan individual yaitu penguasaan keterampilan melepas dan
salah satunya penerapan pendekatan mengenakan sepatu, kaus kaki, kemeja
behaviorisme dalam pembelajaran anak tangan pendek, kaus dalam celana pendek
tunagrahita. Behaviorisme memberi peletak dan rok anak usia dini tunagrahita? (3)
dasar bagi model pembelajaran yang Apakah penerapan model pembelajaran
mengarah pada modifikasi perilaku. Sesuai keterampilan bina diri yang dihasilkan,
dengan kondisi pembelajaran keterampilan berdampak pada peningkatan kualitas dalam
bina diri diperlukan upaya menemukan menyusun RPP, melaksanakan
model pembelajaran yang dapat pembelajaran, dan melaksana-kan evaluasi
memecahkan masalah pembelajaran. hasil belajar? (4) Apakah model
Pencapaian suatu tujuan pembelajar- pembelajaran yang dihasilkan efektif
an turut ditentukan oleh ketepatan pengguna- meningkatkan hasil pembelajaran?
an model pembelajaran, karena model
pembelajaran yang dipilih oleh guru sangat Deskripsi Konseptual Bina Diri
diharapkan dapat mengoptimalkan aktifitas Pengertian Bina Diri
belajar anak usia dini tunagrahita. Agar Ada beberapa istilah Bina diri , istilah
pembelajaran anak tunagrahita menjadi tersebut antara lain adalah activities of daily
efektif, sehingga anak dapat berkembang living yang disingkat dengan ADL,
diperlukan upaya mengajak para guru untuk mengurus diri atau merawat diri (self-care),
melakukan perubahan dalam pembelajaran dan menolong diri (self-help). Kirk
anak tunagrahita dengan mengembangkan mengemuka-kan bahwa self care
model pembelajaranketerampilan bina diri. dimaksudkan sebagai keterampilan awal
Mengingat berbagai keterbatasan, baik yang diajarkan orang tua kepada kehidupan
tenaga, dana dan waktu dari pihak peneliti, anak sedini mungkin, sebagai usaha
maka masalah penelitian ini dibatasi pada memandirikan mereka. Keterampilan ini
model pembelajaran keterampilan bina diri termasuk, makan, mobilitas, perilaku toilet
anak usia dini tunagrahita sedang kelas Dasar dan membasuh/ mencuci serta berpakaian
1 (D1) untuk materi keterampilan melepas (1986: 136)
dan mengenakan sepatu, kaus kaki, kemeja Menolong diri sendiri atau mengurus
tangan pendek, kaus dalam, celana pendek, diri sendiri menurut Astiti (1995:21-22)
dan rok di mana tingkat penguasaan stategi dalam bahasa Inggeris dikenal dengan istilah
pembelajaran oleh guru belum memadai, self helf atau self care. Menolong diri sendiri
sehingga hasil belajar anak usia dini tidak langsung diwariskan dari alam,
75
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
melainkan anak tunagrahita sedang dan berat psikologi yang disebut behaviorisme.
harus mempelajarinya dengan usaha yang Jamaris, mengemukakan behaviorisme
keras, dan dilakukan berulang-ulang serta merupakan salah satu pendekatan di dalam
terprogram. Kemampuan menolong diri psikologi pendidikan yang didasari
sendiri meliputi: makan dan minum, keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai
kebersihan dri, berpakaian dan rias diri, dengan apa yang diinginkan oleh orang yang
keselamatan diri dan orientasi ruang. membentuknya. Oleh sebab itu, apakah anak
Buchwal merinci ADL (activities of daily akan menjadi pelukis, menjadi guru, sangat
living) sebagai beriku: berpakaian, makan, ditentukan oleh lingkungannya, yaitu orang-
kebersihan, penampilan, dan kebelakang. orang yang mendidik dan mengarahkan
Self-help skills Menurut Wallin dan perkembangan anak sesuai tujuan yang
Harbor adalah keterampilan yang diinginkannya (2010:153). Behaviorisme
deperuntuk-kan untuk mencapai atau berkeyakinan bahwa semua perilaku
mendapatkan kemandirian dalam banyak diperoleh individu setelah berinteraksi
aspek kehidupan. Mengajarkan kemampuan dengan lingkungan yang telah dikondisikan.
ini akan mem-bantu anak agar tidak Aliran behaviorisme menurut
tergantung kepada orang yang ada di Rocyadi dan Alimin dikembangkan
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan asumsi bahwa tingkah laku
(2004: 1) Lebih lanjut Wallin dan Harbor manusia dapat dibentuk, diubah dan
menguraikan keterampilan menolong diri dihilangkah. Oleh karena itu tingkah laku
sendiri adalah Berpakaian. Melepas atau individu akan bergantung kepada stimulus
memakai kaus kaki, melepas atau memakai yang datang dari lingkungan. Berdasarkan
baju, melepas atau memakai celana, melepas asumsi yang dianutnya aliran behaviorisme
atau memakai sepatu, melepaskan atau menekankan bahwa tingkah laku yang
memasang kancing, menaik-kan atau diobservasi merupakan dasar dari psikologi
menurunkan resleting, dan mengikat tali yang bersifat ilmiah. Maka dari itu kaum
sepatu. Self-help skills menurut Yuli dan behavioris tidak mempedulikan aspek-aspek
Carr adalah kemampuan menolong diri kesadaran, ber-pikir, ide-ide atau ego yang
sendiri yang diajarkan kepada anak tuna- merupakan konstruk yang berhubungan
grahita antara lain adalah: kebersihan, dengan psikologi. Jika sebuah proses tidak
menggosok gigi, makan, berpakaian dan dapat diobservasi secara langsung, maka
menggunakan toilet. Mengajarkan kemam- tidak dapat dipelajari secara ilmiah dan oleh
puan menolong diri sendiri kepada anak karena itu tidak menjadi perhatian kaum
tunagrahita membutuhkan waktu dan usaha behaviorisme.
(1980:116). Hergenhahn dan Olson mengemuka-
Ketiga istilah yang telah dipaparkan, kan poin utama behavioris adalah bahwa
ketiga-tiganya hampir sama dan perbedaan perilakulah yang seharusnya dipelajari
penekanannyapun jika dilihat dari tujuan karena perilaku dapat dikaji secara langsung
akhir yang ingin dicapai juga sama yaitu agar (2008: 211).Teori belajar behavioristik
anak tunagrahita dapat melakukan kegiatan menjelaskan tentang peranan faktor
sehari-hari tanpa bantuan orang lan. eksternal dan dampak nya terhadap
Mengingat terdapat kesamaan materi, perubahan perilaku seseo rang. Menurut
kegiatan dan tujuan, maka lebih tepat penulis penganut teori belajar behavioristik, belajar
menggunakan istilah bina diri. adalah pemberian tanggapan atau respon
tehadap stimulus yang dihadirkan. Belajar
Pembelajaran Keterampilan Bina Diri dapat dianggap efektif apabila individu
Melalui Pendekatan Behaviorisme mampu memperlihatkan sebuah peri-laku
Pendekatan behaviorisme dalam baru sesuai dengan tujuan pembelajaran
proses pembelajaran diambil dari aliran yang telah ditetapkan sebelumnya.
76
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
78
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
Teknik analisis data yang digunakan jumlah sesi pada kondisi bersangkutan, (3)
dalam penelitian ini menggunakan pendekat- Menentukan batas = mean level + batas garis
an: (1) Analisis isi, (2) Analisis deskripsi. trend, (4) Menentukan batas bawah = mean
Analisis isi dilakukan dalam membahas RPP level – batas garis trend (5) Stabilitas trend =
buatan guru, analisis deskriptif digunakan jumlah titik data di dalam batas–batas garis
untuk menilai proses pembelajaran, dan trend (Sunanto, Takeuchi dan Nakata, 2005:
tanggapan guru terhadap model, dan untuk 108-113).
mengetahui efektifitas model dalam
pelaksanaan tugas guru dan hasil belajar 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Pengujian keefektifan model Bina Diri
terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian
selama enam kali pengujian. Desain yang pendahu-luan terhadap rencana pelaksanaan
digunakan dalam penelitian ini adalah desain pembela-jaran guru diperoleh informasi
eksperimen subyek tunggal (single-subject bahwa:
design) dengan desain A-B (Sukmadinata, a. Guru belum memperhatikan kemampuan,
2009:211). Goll dan Borg mengemukakan kesulitan dan kebutuhan siswa
Desain eksperimen kasus tunggal dengan A- tunagrahita, karena berdasarkan
B, A adalah lambang dari data garis dasar pengamatan peneliti, anak tunagrahita,
(baseline data), B adalah untuk data tidak memiliki motivasi belajar,, cepat
perlakuan atau treatment data (Gall, Gall dan bosan dalam belajar, saat latihan
Borg, 2007: 432). menangis tanpa sebab, tidak mau belajar
Pengukuran data dasar hanya banyak alasan yang dikatakannya Guru
dilakukan 3 kali berturut-turut sampai belum melakukan prinsip-prinsip
diperoleh data tersebut stabil. Setelah data membantu siswa Guru belum melatih
dasar stabil kemudian dilaksanakan siswa tahap demi tahap, dan setiap tahap
intervensi selama 6 kali pertemuan sampai belum dilakukan secara berulang-ulang
diperoleh hasil yang diharapkan atau kriteria sampai siswa benar-benar dapat
yang ditargetkan dan terakhir melaksanakan melakukannya sendiri tanpa bantuan
tindak lanjut. Data jumlah langkah yang b. Guru belum melakukan kegiatan
dapat dilakukan siswa selama 3 kali pembelajaran secara individu, sehingga
pertemuan, didudukkan sebagai kemampuan sulit bagi guru untuk mengawasi siswa,
awal (baseline kemudian dilakukan analisis karena siswa memiliki karakteristik yang
visual. Sunanto, Takeuchi, dan Nakata berbeda-beda. Latihan pembelajaran kete-
mengemuka-kan analisis grafik secara visual rampilan melepas dan mengenakan pa-
meliputi perubahan level atau tingkat kaian, seharusnya diberikan secara indi-
stabilitas trend. Anaisis visual dalam kondisi vidu sesuai dengan kondisi siswa. Tujuan
yang meliputi 1) panjang kondisi, 2) estimasi pembelajaran tidak terkait langsung
kecenderungan arah, 3) kecenderungan dengan prosedur evaluasi. Kondisi
stabilitas, 4) jejak data, 5) level stabilitas, dan pembelajaran masih perlu perbaikan
rentang, 6) level perubahan (2005:104 Lebih mulai dari penguasaan materi pelajaran,
lanjut Sunanto, Takeuchi dan Nakata untuk pendekatan dan strategi pembelajaran,
menentukan stabilitas dalam hal ini diperlukan adanya penggunaan alat
menggunakan kriteria stabilitas 15% maka evaluasi. Oleh karena itu penelitian ini
perhitungannya adalah skor tertinggi x dapat ditindaklanjuti dengan analisis
kriteria stabilitas = rentang stabilitas., yaitu kompetensi yang dibutuhkan yang
(1)Menentukan garis trend– nilai tertinggi x menggambarkan kemampuan yang perlu
kriteria 0,15, (2) Menentukan rata-rata (mean diwujudkan sebagai hasil belajar mata
level) = jumlah frekwensi pada satu kondisi: pelajaran keterampilan bina diri.
80
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
82
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
84
Jurnal Parameter Volume 25 No. 2 Tahun 2014
DOI : doi.org/10.21009/parameter.252.03
P-ISSN : 0216-261X
85