You are on page 1of 13

KONSENTRASI GULA DAN SARI BUAH TERHADAP

KUALITAS SIRUP BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)


SUGAR CONCENTRATION AND FRUIT EXTRACT OF THE QUALITY
OF FRUIT SYRUP (Averrhoa bilimbi L.)

Elpida Fitri1, Noviar Harun2 and Vonny Setiaries Johan2


Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru
Jl. Bina Widya No. 30 Km. 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru (28293)
Email : elpidafitri88@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to obtain the best concentration of sugar
and the amount of fruit extracts in making Averrhoa bilimbi L. syrup based on the
quality of physical, chemical and organoleptic results test produced syrup. This
research was conducted using a completely randomized design (CRD) with five
treatments and three replications. The treatment in this study were GB1 : 50%
sugar with 50% fruit ectracts (w/v), GB2 : 55% sugar with 45% fruit extracts
(w/v), GB3 : 60% sugar with 40% fruit extracts (w/v), GB4 : 65% sugar with 35%
fruit ectracts (w/v) and GB5 : 70% sugar with 30% fruit extracts (w/v). Data
obtained were treated by the analysis analysis of variance (ANOVA) followed by
Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) the level 5%. Based on the
research can be concluded that comparison Averrhoa bilimbi L. extract and sugar
significantly affect on the value of pH, sucrose concentration, viscosity, color,
aroma, taste descriptively but no significant effect on the color, aroma, taste and
overall assessment basis hedonic. The best treatment that has fulfilled SNI syrup
is GB5 with a ratio of sugar and Averrhoa bilimbi L. Extract 70% : 30%. The
result of syrup has a pH value of 4.32, sucrose concentration 67.42%, viscosity
1708.33 cP with description color is brownish yellow, rather flavorful Averrhoa
bilimbi L., sweet taste slightly sour and panelists favored overall.

Keywords: syrup, sugar and Averrhoa bilimbi L.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengenceran dilakukan karena kadar
Sirup adalah sejenis minuman gula dalam sirup yang terlalu tinggi
berupa larutan yang kental dengan yaitu antara 55-65% (Satuhu, 2004).
citarasa yang beranekaragam. Sirup Belimbing wuluh merupakan
buah adalah sirup yang dibuat dari salah satu bahan yang dapat diolah
bahan baku buah-buahan. Berbeda menjadi sirup. Agustin dan Putri
dengan sari buah penggunaan sirup (2014) menyatakan bahwa buah yang
tidak langsung diminum tapi harus sudah matang harus cepat dipanen
diencerkan terlebih dahulu. karena buah belimbing wuluh mudah
1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 1


sekali gugur dari pohonnya dan karakteristik sirup yaitu warna, rasa
mudah busuk, hal ini karena dan aroma sirup buah.
belimbing wuluh memiliki kadar air Berdasarkan hasil penelitian
yang cukup tinggi (± 93%) maka sebelumnya pada sirup jambu biji
dapat menyebabkan daya simpan merah (Psidium gujava Linn.)
buah relatif singkat (4-5 hari) dan menunjukkan konsentrasi gula
mudah rusak, oleh karena itu optimum yang ditambahkan pada
diperlukan pengolahan terhadap buah pembuatan sirup jambu biji merah
belimbing wuluh agar diperoleh (Psidium gujava Linn.) adalah 70%
produk olahan yang memiliki umur (Dewi dkk., 2006), sedangkan
simpan lebih lama dan rasa yang Hadiwijaya (2013) melakukan
lebih enak tanpa mengurangi penelitian mengenai pengaruh
manfaat yang terdapat pada buah perbedaan penambahan gula
belimbing wuluh. terhadap karakteristik sirup buah
Prahasta (2009) menjelaskan naga merah dengan rasio konsentrasi
bahwa pada buah belimbing wuluh penambahan gula sebesar 50, 55, 60
mengandung senyawa oksalat, fenol, dan 65%. Sirup buah naga yang
flavonoid dan pektin. Agustin dan dihasilkan dari perlakuan
Putri (2014) menjelaskan bahwa penambahan gula 50% telah
dalam 100 g belimbing wuluh memenuhi standar mutu SNI 3544 :
mengandung vitamin C 25 mg, 2013 yaitu diperoleh kadar gula
kalsium 10 mg dan fosfor 10 mg. sebesar 65,65% . Berdasarkan hal ini
Kemampuan belimbing wuluh yang maka dilakukan penelitian
berbuah sepanjang tahun tersebut Konsentrasi Gula dan Sari Buah
tidak diimbangi dengan terhadap Kualitas Sirup Belimbing
pemanfaatannya secara optimal, Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Tujuan
sehingga buah ini sering terbuang dari penelitian ini adalah untuk
begitu saja. memperoleh konsentrasi gula dan
Rasa belimbing wuluh yang sari buah dalam pembuatan sirup
sangat masam maka perlu belimbing wuluh terhadap mutu
dilakukannya penambahan gula yang sirup yang dihasilkan baik secara
tepat dalam pembuatan sirup analisis kimia dan uji sensori sirup
belimbing wuluh dengan tujuan yang tepat sesuai SNI.
dapat mengurangi rasa masam pada
sirup yang akan dihasilkan. BAHAN DAN METODE
Gula memegang peranan dan Tempat dan Waktu Penelitian
fungsi yang sangat besar dalam Penelitian ini telah
industri minuman. Sularjo (2010) dilaksanakan di Laboratorium
menjelaskan bahwa gula dapat Pengolahan Hasil Pertanian dan
berfungsi sebagai sumber nutrisi, Laboratorium Analisis Hasil
sebagai pembentuk tekstur dan Pertanian Fakultas Pertanian
pembentuk flavor melalui reaksi Universitas Riau Pekanbaru mulai
pencoklatan. Penambahan gula pada bulan Juni hingga November
sangat diperlukan untuk memperoleh 2016.
tekstur dan penampakan yang ideal.
Komponen utama penyusun sirup Bahan dan Alat
selain gula adalah sari buah. Sari Bahan-bahan yang digunakan
buah berperan dalam pembentukan untuk proses pembuatan sirup

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 2


belimbing wuluh adalah buah dibersihkan dengan air bersih dan
belimbing wuluh dengan dipotong-potong dan dihancurkan
karakteristik buah tua dengan buah menggunakan blender dengan
yang berwarna hijau yang diperoleh ditambahkan air dengan
dari pasar Panam kelurahan Simpang perbandingan buah dan air 2:1. Sari
Baru Pekanbaru, carboxy methyl buah diambil dengan cara disaring
cellulose (CMC), air dan gula pasir. menggunakan kain saring sampai
Bahan kimia yang digunakan untuk benar-benar terpisah dari ampasnya.
analisis sirup belimbing wuluh Pembuatan sirup belimbing
adalah larutan amilum, HCl 2 N, wuluh diawali dengan penimbangan
larutan luff schoorl, KI 10%, bahan sesuai perlakuan. Bahan
akuades, H2SO4 25% dan natrium dimasak pada suhu 1000C dengan
tiosulfat 0,1 N. menambahkan CMC sebanyak
Alat-alat yang digunakan 0,50% dan diaduk selama ± 10 menit
dalam penelitian ini adalah pisau agar gula larut dan tercampur rata
stainless steel, timbangan analitik, hingga mengental.
kompor, blender, kain saring, panci, Setelah proses pemasakan
pH meter, erlenmeyer 100 ml, dilakukan pengisian ke dalam botol
pendingin balik, gelas ukur, baskom, kaca. Botol dan tutup yang akan
serbet, tissu, botol kaca, penutup digunakan harus disterilisasi terlebih
botol, pipet tetes, buret, termometer, dahulu, caranya dengan merebus
penjepit buret, booth, cawan plastik, botol dalam air mendidih selama 30
nampan, alat tulis, spatula, labu takar menit. Proses pengisian sirup ke
25 ml dan 100 ml, viskotester dan dalam botol harus dilakukan dengan
tabung film. cara hot filling yaitu pada waktu
sirup masih panas. Ruang antara
Rancangan Percobaan (head space) diberikan sebesar 4 cm.
Penelitian ini dilaksanakan Kemudian ditutup cepat dengan
dengan menggunakan Rancangan penutup botol, tetapi tidak ditutup
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri rapat. Setelah dilakukan pembotolan
dari lima perlakuan dan tiga ulangan dilanjutkan pasteurisasi. Pasteurisasi
sehingga diperoleh 15 unit percobaan dilakukan pada suhu 70oC selama 30
dengan susunan sebagai berikut : menit. Saat pasteurisasi tutup botol
agak sedikit dilonggarkan agar
GB1 : 50% gula dengan 50% sari proses deaerasi berjalan sempurna.
buah (b/v)
GB2 : 55% gula dengan 45% sari Pengamatan
buah (b/v) Parameter yang diamati adalah
GB3 : 60% gula dengan 40% sari derajat keasaaman (pH), kadar
buah (b/v) sukrosa, viskositas dan uji sensori
GB4 : 65% gula dengan 35% sari secara deskriptif dan hedonilk (warna,
buah (b/v) rasa dan aroma)
GB5 : 70% gula dengan 30 % sari
buah (b/v) Analisis Data
Data yang diperoleh dari
Pelaksanaan Penelitian pengamatan derajat kesaman (pH),
Buah belimbing wuluh yang kadar sukrosa, viskositas dan
berukuran seragam dan berwarna penilaian sensori dianalisis secara

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 3


statistik dengan menggunakan perbandingan gula dan sari buah
analisis sidik ragam (ANOVA), jika terhadap sirup belimbig wuluh
F hitung sama atau lebih besar dari F memberikan pengaruh nyata
tabel maka dilakukan uji beda nyata terhadap nilai pH (derajat keasaman)
DNMRT (Duncan’s New Multiple sirup yang dihasilkan. Rata-rata pH
Range Test) pada taraf 5%. sirup yang dihasilkan setelah diuji
lanjut dengan DNMRT pada taraf
HASIL DAN PEMBAHASAN 5% disajikan pada Tabel 6.
Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengamatan sidik
ragam terhadap pH sirup yang
dihasilkan terdapat pada Lampiran 7.
Hasil sidik ragam menunjukkan

Tabel 6. Rata-rata pH sirup belimbing wuluh


Perlakuan Nilai Ph
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 4,14a
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 4,19b
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 4,24c
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 4,27c
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 4,32d
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sejalan dengan pernyataan Fardiaz


rata-rata nilai pH sirup berkisar (1992), bahwa pH atau keasaman
antara 4,14-4,32. Nilai pH sirup makanan dipengaruhi oleh asam
yang dihasilkan mengalami yang terdapat pada bahan makanan
penurunan seiring dengan yang didapat secara alami.
meningkatnya jumlah sari buah yang Sirup yang dihasilkan dalam
ditambahkan. Hal ini terjadi karena penelitian ini memiliki derajat
sari buah belimbing wuluh memiliki keasaman (pH) yang lebih rendah
nilai pH sebesar 4,05, sehingga (asam) dibandingkan dengan
dengan semakin tinggi jumlah sari penelitian Fitriani dan Sribudiani
buah yang ditambahkan maka nilai (2009) tentang sirup berbahan baku
pH sirup yag dihasilkan akan kulit nanas dan buah nanas
semakin rendah (asam). menghasilkan sirup dengan pH
Buckle (2007), menyatakan berkisar antara 4,27-5,20 dan
bahwa asam-asam dari buah dapat Sihombing (2013) tentang sirup
meningkatkan nilai pH. Kondisi jambu biji merah menghasilkan sirup
asam pada sirup yang dihasilkan dengan pH berkisar antara 4,42-4,51.
dipengaruhi oleh bahan baku dalam Perbedaan pH sirup yang dihasilkan
pembuatan sirup yaitu belimbing disebabkan penggunaan bahan baku
wuluh yang mempunyai beberapa yang berbeda dalam pembuatan
kandungan kimia yang bersifat asam sirup.
seperti asam oksalat, asam sitrat,
asam tartrat, asam suksinat dan asam
format (Nugrahawati, 2013). Hal ini

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 4


Kadar Sukrosa wuluh memberikan pengaruh nyata
Hasil pengamatan sidik terhadap kadar sukrosa sirup yang
ragam terhadap kadar sukrosa sirup dihasilkan. Rata-rata kadar sukrosa
yang dihasilkan terdapat pada sirup yang dihasilkan setelah diuji
Lampiran 8. Hasil sidik ragam lanjut dengan DNMRT taraf 5%
menunjukkan perbandingan gula dan disajikan pada Tabel 7.
sari buah terhadap sirup belimbig

Tabel 7. Rata-rata kadar sukrosa sirup buah belimbing wuluh


Kadar Sukrosa
Perlakuan (%)
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 45,08a
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 49,87b
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 54,39c
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 63,46d
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 67,42e
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa tinggi konsentrasi gula yang


kadar sukrosa sirup belimbing wuluh ditambahkan.
berkisar 45,08-67,42%. Kadar Menurut SNI kadar gula
sukrosa sirup semakin meningkat minimal sirup adalah 65%, sehingga
seiring dengan semakin banyaknya perlakuan GB1, GB2, GB3 dan GB4
penambahan jumlah gula dan pada sirup belimbing wuluh ini
berkurangnya penambahan sari buah belum memenuhi SNI karena kadar
belimbing wuluh. Hal ini disebabkan sukrosa masih kurang dari 65%. Ini
karena konsentrasi gula berpengaruh disebabkan karena penambahan gula
terhadap kadar sukrosa yang pada masing-masing perlakuan ini
dihasilkan. Semakin banyak hanya 50, 55, 60 dan 65% dalam
konsentrasi gula yang ditambahkan 100 g bahan sehingga ketika
maka akan meningkatkan kadar dipanaskan kemungkinan sukrosa
sukrosa yang ada. Menurut Badan sebagian tereduksi menjadi gula-gula
Standarisasi Nasional (2013) gula yang lebih sederhana yaitu glukosa
pasir terdiri dari sebagian besar dan fruktosa sehingga kandungan
sukrosa yaitu 95% dan beberapa sukrosa di dalam sirup berkurang
komponen non sukrosa, sehingga ketika dianalisis pada produk sirup.
dengan penambahan gula dari luar Hal ini sejalan dengan pendapat
maka dengan sendirinya akan Winarno (2008) yang menyatakan
bertambah bagian sukrosanya, bahwa selama proses pemasakan
sehingga kadar sukrosa pada sirup larutan sukrosa akan mengalami
belimbing wuluh semakin tinggi inversi menjadi glukosa dan fruktosa.
(Luthony, 1990). Hasil penelitian Selanjutnya Desrosier (2008) juga
sejalan dengan Hadiwijaya (2013) menyatakan bahwa sukrosa akan
yang menyatakan bahwa kadar terhidrolisis menjadi glukosa dan
sukrosa sirup buah naga merah fruktosa yang disebut gula invert
semakin meningkat dengan semakin selama proses pemasakan dengan
adanya asam.

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 5


Hadiwijaya (2013) telah memenuhi batas minimal SNI
sebelumnya melakukan penelitian sukrosa sirup.
tentang pembuatan sirup buah naga
merah menghasilkan sirup dengan Viskositas
kadar gula total berkisar antara Hasil pengamatan sidik
65,78-71,35% lebih tinggi jika ragam terhadap viskositas sirup yang
dibandingkan dengan kadar sukrosa dihasilkan terdapat pada Lampiran 9.
yang dihasilkan dalam penelitian ini Hasil sidik ragam menunjukkan
yaitu hanya berkisar 45,08-67,42%. perbandingan gula dan sari buah
Perbedaan nilai pH yang dihasilkan terhadap sirup belimbing wuluh
disebabkan karena perbedaan bahan memberikan pengaruh nyata
baku yang digunakan dalam terhadap viskositas sirup yang
pembuatan sirup. Namun pada dihasilkan. Rata-rata kadar viskositas
perlakuan GB5 sirup belimbing sirup yang dihasilkan setelah diuji
wuluh yang dihasilkan memiliki lanjut dengan DNMRT taraf 5%
kadar sukrosa sebesar 67,42% dan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata viskositas sirup buah belimbing wuluh (cP)


Perlakuan Viskositas (cP)
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 977,66a
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 1128,17b
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 1505,17c
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 1605,93d
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 1708,33e
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa gula yang tinggi mengandung derajat


rata-rata nilai viskositas sirup brix yang tinggi sehingga
berkisar antara 977,66-1708,33 cP. meningkatkan viskositas disebabkan
Viskositas sirup mengalami adanya padatan yang dapat mengikat
peningkatan seiring dengan semakin air, sukrosa, dan asam sitrat sehingga
meningkatnya penggunaan gula semakin banyak ikatan doublehelix
dalam pembuatan sirup. Hal ini yang terbentuk dan memerangkap air
disebabkan karena gula mempunyai untuk membentuk gel.
sifat hidrofilik yang disebabkan oleh Peningkatan kadar viskositas
adanya gugus hidroksil dalam ini sejalan dengan hasil penelitian
struktur molekulnya. Gugus hidroksil Pratama dkk., (2013) yang
tersebut akan berikatan dengan menyatakan bahwa viskositas sirup
molekul air melalui ikatan hidrogen, tomarillo semakin meningkat dengan
akibat keadaan tersebut air yang semakin tingginya konsentrasi gula
terdapat di dalam bahan pangan akan yang ditambahkan. Viskositas sirup
berkurang (Eveline, 2010).Hal ini tomarillo yang dihasilkan dari
sesuai pernyataan Winarno (2008) perlakuan terbaik adalah 1869 cP ini
bahwa peningkatan viskositas lebih tinggi dibandingkan viskositas
dipengaruhi dengan adanya sirup belimbing wuluh yang
penambahan gula dan konsentrasi dihasilkan dalam penelitian.
gula yang ditambahkan. Konsentrasi Perbedaan viskositas sirup yang

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 6


dihasilkan disebabkan perbedaan nyata terhadap aroma sirup yang
baha baku yang digunakan dalam dihasilkan secara deskriptif
pembuatan sirup. (Lampiran 10a) dan memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap
Penilaian Sensori penilaian secara hedonik (Lampiran
Warna 10b). Rata-rata aroma sirup yang
Hasil sidik ragam dihasilkan setelah diuji lanjut
menunjukkan bahwa perbandingan DNMRT pada taraf 5% disajikan
gula dan sari buah berpengaruh pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata penilaian warna sirup belimbing wuluh


Skor Rata-Rata
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
d
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 3,70 3,27
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 3,40c 3,39
b
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 3,10 3,25
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 2,56a 3,04
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 2,60a 3,24
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 9 menunjukkan bahwa Perubahan warna disebabkan


rata-rata penilaian secara deskriptif karena terjadinya reaksi
terhadap warna sirup berkisar antara karamelisasi. Selama proses
2,56-3,70 (kuning kecoklatan hingga pemasakan kerusakan utama terjadi
kuning). Warna kuning pada sirup pada gula dan perubahan warna yang
belimbing wuluh berasal dari terjadi disebabkan oleh reaksi
belimbing wuluh yang digunakan karamelisasi yaitu reaksi pencoklatan
sebagai bahan baku dalam non enzimatis yang meliputi
pembuatan sirup. Selama degradasi gula tanpa asam amino jika
pengolahan, sari buah belimbing gula dipanaskan diatas titik cairnya
wuluh yang berwarna hijau sehingga warna asli pada buah-
diharapkan menghasilkan sirup yang buahan setelah dimasak akan
berwarna hijau sesuai dengan warna mengalami perubahan warna
aslinya, tetapi setelah dilakukan (Desrosier, 2008). Fitriyono (2010)
proses pemasakan sirup belimbing juga menyatakan bahwa gula yang
wuluh berubah warna menjadi dipanaskan terus hingga suhunya
kuning kecoklatan hingga kuning. melampaui titik leburnya akan terjadi
Semakin meningkat penggunaan sari proses karamelisasi. Pembentukan
buah belimbing wuluh dan semakin karamel ini dapat meningkatkan
menurun penggunaan gula dalam citarasa dan warna pada makanan.
pembuatan sirup maka warna sirup Tabel 9 juga menunjukkan
yang dihasilkan akan semakin bahwa tingkat kesukaan panelis
berwarna kuning. Semakin terhadap warna yaitu 3,04-3,39
meningkat penambahan gula dan (antara suka dan tidak suka). Panelis
semakin menurun penambahan sari memberikan kesan antara suka dan
buah maka sirup yang dihasilkan tidak suka terhadap warna sirup yang
akan berwarna kuning kecoklatan. dihasilkan meskipun konsentrasi gula
dan sari buah yang ditambahkan

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 7


berbeda pada setiap perlakuan. Hal Berdasarkan hasil sidik ragam
ini menunjukan bahwa konsentrasi diketahui bahwa perlakuan
gula dan sari buah yang digunakan perbandingan kosentrasi gula dan
hanya selisih 5% dari tiap-tiap sari buah yang digunakan dalam
perlakuan sehingga panelis pembuatan sirup memberikan
memberikan respon yang sama pada pengaruh nyata terhadap rasa sirup
semua perlakuan yaitu antara suka secara deskriptif (Lampiran 11a.) dan
dan tidak suka terhadap warna sirup memberikan pengaruh tidak nyata
belimbing wuluh yang dihasilkan. terhadap penilaian secara hedonik
(Lampiran 11b.). Rata- rata penilaian
Rasa rasa sirup belimbing wuluh dapat
dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata penilaian rasa sirup belimbing wuluh


Skor Rata-Rata
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
c
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 2,80 3,52
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 2,40c 3,78
bc
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 2,40 3,59
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 1,97ab 3,65
a
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 1,70 3,55
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 10 menunjukkan bahwa sesuai dengan pernyataan Fardiaz


penilaian atribut rasa sirup secara (1992) bahwa pH atau keasaman
deskriptif berkisar antara 1,70-2,80 makanan dipengaruhi oleh asam
(manis sedikit asam hingga agak yang terdapat pada bahan makanan
asam sedikit manis). Data ini yang didapat secara alami.
menunjukkan bahwa semakin Belimbing wuluh mempunyai
meningkat sari buah yang digunakan beberapa kandungan kimia yang
maka rasa sirup yang dihasilkan akan bersifat asam seperti: asam oksalat,
semakin asam. Rasa asam pada sirup asam sitrat, asam tartrat, asam
yang dihasilkan berasal dari buah suksinat dan asam format
belimbing wuluh yang digunakan (Nugrahawati, 2013).
sebagai bahan baku dalam Semakin banyak jumlah gula
pembuatan sirup memiliki nilai pH yang digunakan dalam pembuatan
sebesar 4,05 (asam) sehingga dengan sirup belimbing wuluh maka rasa
semakin meningkat jumlah sari buah sirup yang dihasilkan akan semakin
yang ditambahkan maka rasa sirup manis. Penambahan gula 60 dan 70%
yang dihasilkan akan semakin asam. pada perlakuan GB4 dan GB5 rasa
Penilaian sensori terhadap khas yang dimiliki belimbing wuluh
rasa sirup belimbing wuluh sejalan akan tertutupi oleh rasa manis dari
dengan nilai pH sirup yang gula. Gula memegang peranan dan
dihasilkan (4,14-4,32) bahwa fungsi yang sangat besar dalam
semakin meningkat penggunaan sari industri minuman. Luthony (1990)
buah belimbing wuluh maka pH menyebutkan bahwa gula berfungsi
sirup yang dihasilkan semakin sebagai pemanis, menyempurnakan
rendah (semakin asam). Hal ini rasa asam, citarasa lain dan juga

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 8


memberikan rasa berisi karena sehingga panelis memberikan respon
memperbaiki kekentalan. Hal ini suka terhadap rasa sirup belimbing
didukung oleh Fitriyono (2010) wuluh yang dihasilkan pada semua
bahwa sukrosa merupakan senyawa perlakuan
kimia yang memilki rasa manis,
berwarna putih dan larut dalam air. Aroma
Fungsi utama sukrosa sebagai Hasil sidik ragam
pemanis mengandung peranan yang menunjukkan bahwa perbandingan
penting karena dapat meningkatkan gula dan sari buah berpengaruh
penerimaan rasa dari suatu makanan. nyata terhadap warna sirup secara
Tabel 10 juga menjelaskan deskriptif (Lampiran 12a.) dan
bahwa secara hedonik warna sirup memberikan pengaruh tidak nyata
belimbing wuluh berbeda tidak nyata terhadap aroma secara hedonik
pada semua perlakuan. Skor rata-rata (Lampiran 12b.). Rata-rata aroma
tingkat kesukaan panelis terhadap sirup yang dihasilkan setelah diuji
rasa berkisar antara 3,52-3,78 (suka). lanjut DNMRT pada taraf 5%
Panelis memberikan kesan suka disajikan pada Tabel 11.
terhadap rasa sirup yang dihasilkan
meskipun konsentrasi gula dan sari
buah yang ditambahkan berbeda
pada setiap perlakuan. Hal ini
menunjukan bahwa konsentrasi gula
dan sari buah yang digunakan hanya
selisih 5% dari tiap-tiap perlakuan

Tabel 11. Rata-rata penilaian aroma sirup belimbing wuluh


Skor Rata-Rata
Perlakuan
Deskriptif Hedonik
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 3,87c 3,43
c
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 3,83 3,30
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 3,37b 3,29
a
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 2,77 3,14
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 2,70a 3,31
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 11 menunjukkan bahwa belimbing wuluh pada sirup yang


rata-rata penilaian secara deskriptif dihasilkan akan menurun.
terhadap aroma sirup berkisar antara Hadiwijaya (2013)
2,70-3,87 (agak beraroma belimbing menyatakan bahwa pada dasarnya
wuluh hingga beraroma belimbing penambahan gula tidak memberikan
wuluh). Aroma belimbing wuluh banyak pengaruh pada aroma karena
pada sirup yang dihasilkan berasal gula tidak memiliki aroma yang
dari belimbing wuluh yang menonjol dan kuat. Hal ini sesuai
digunakan dalam pembuatan sirup. dengan pernyataan Luthony (1990)
Semakin menurun penggunaan sari di dalam sukrosa hanya terdapat
buah belimbing wuluh dan semakin kandungan kimia berupa kalori,
meningkat penggunaan gula dalam karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan
pembuatan sirup maka aroma air dimana pada kandungan tersebut

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 9


tidak memberikan aroma yang khas, kesan antara suka dan tidak suka
hanya bersifat memberikan rasa terhadap aroma sirup yang dihasilkan
manis. Penambahan sari buah yang meskipun konsentrasi sari buah dan
digunakan juga mempunyai andil gula yang ditambahkan berbeda pada
besar dalam mempengaruhi aroma setiap perlakuan.
dari sirup belimbing wuluh. Semakin
banyak sari buah yang digunakan Penilaian Keseluruhan Sirup
maka semakin tajam aroma buah Belimbing Wuluh
belimbing wuluh pada sirup yang Rata-rata penilaian uji
dihasilkan. hedonik terhadap penilaain
Skor rata-rata tingkat keseluruhan sirup yang dihasilkan
kesukaan panelis terhadap aroma disajikan pada Tabel 12.
yaitu 3,15-3,43 (antara suka dan
tidak suka). Panelis memberikan

Tabel 12. Rata-rata penilaian keseluruhan uji sensori sirup belimbing wuluh
Perlakuan Penilaian Keseluruhan
GB1 ( 50% gula dengan 50% sari buah) 3,79
GB2 ( 55% gula dengan 45% sari buah) 3,81
GB3 ( 60% gula dengan 40% sari buah) 3,82
GB4 ( 65% gula dengan 35% sari buah) 3,81
GB5 ( 70% gula dengan 30% sari buah) 3,81

Tabel 12 menunjukkan bahwa penilaian keseluruhan (warna, rasa


penilaian panelis secara hedonik dan aroma) sirup belimbing wuluh
terhadap penilaian keseluruhan sirup yang dihasilkan.
berkisar antara 3,79-3,82 (suka).
Penilaian tertinggi sirup secara Pemilihan Sirup Perlakuan
keseluruhan didapat pada perlakuan Terpilih
GB3 (70% gula dan 30% sari buah) Produk pangan diharapkan
dengan skor 3,82 (suka). Hal ini dapat memenuhi syarat mutu yang
menunjukkan bahwa perlakuan GB3 telah ditetapkan. Salah satu syarat
(70% gula dan 30% sari buah) mutu yang menjadi acuan produk
mempunyai rasa perpaduan yang makanan dan minuman adalah SNI
seimbang antara gula dan sari buah serta uji sensori yang mampu
pada pembuaan sirup belimbig diterima oleh konsumen.
wuluh yang sehingga dihasilkan rasa Berdasarkan analisis kimia
sirup yang enak dan segar. Penilaian dan penilaian sensori maka dipilih
terendah sirup secara keseluruhan perlakuan GB5 (70% gula dengan
didapat pada perlakuan GB1 (50% 30% sari buah) sebagai perlakuan
gula dan 50% sari buah) dengan skor terpilih. Hal ini dikarenakan kadar
3,79 (suka). Namun secara satisik sukrosa telah mencapai SNI sirup
penilaian panelis secara keseluruhan dan uji sensori secara keseluruhan
tidak berbeda nyata pada semua dinilai suka oleh panelis. Sirup
perlakuan sehingga panelis perlakuan terpilih memiliki pH 4,32,
memberikan respon yang sama pada kadar sukrosa 67,42%, viskositas
semua perlakuan yaitu suka terhadap 3937,33 cP serta mempunyai warna

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 10


kuning kecoklatan, agak beraroma Hasil rekapitulasi semua data
belimbing wuluh, rasa manis sedikit analisis kimia maupun uji sensori
asam dan disukai panelis secara dapat dilihat pada Tabel 13.
keseluruhan.

Tabel 13. Rekapitulasi data penilaian sirup perlakuan terpilih


Perlakuan
Parameter Uji SNI
GB1 GB2 GB3 GB4 GB5
Analisis
1 kimia
pH 4,14a 4,19b 4,24c 4,27c 4,32a
Kadar
sukrosa (%) Min.65 45,08a 49,87b 54,39c 63,46d 67,42e
Viskositas 977,66a 1128,1b 1505,1c 1605,9d 1708,33a
2 Uji deskriptif
Warna Normal 3,70d 3,40c 3,10b 2,56a 2,60a
c c b
Aroma Normal 3,87 3,83 3,37 2,77a 2,70a
Rasa Normal 2,80c 2,40bc 2,40bc 1,97ab 1,70a
3 Uji hedonik
Warna 3,29 3,39 3,25 3,03 3,24
Aroma 3,43 3,30 3,29 3,15 3,30
Rasa 3,41 3,78 3,59 3,65 3,54
Penilaian
keseluruhan 3,79 3,81 3,82 3,81 3,81

Penilaian sensori terhadap KESIMPULAN DAN SARAN


warna, rasa dan aroma sirup telah Kesimpulan
memenuhi SNI 3554 : 2013 sirup. Berdasarkan hasil penelitian
Hal tersebut ditunjukkan penilaian yang telah dilakukan dapat
secara deskriptif dimana sirup disimpulkan bahwa
memiliki warna, aroma dan rasa perbandingan gula dan sari buah
normal. Perlakuan GB5 memiliki belimbing wuluh berpengaruh nyata
deskripsi warna dengan skor 2,60 terhadap nilai pH, kadar sukrosa,
(kuning kecoklatan) dan dinilai viskositas, warna, rasa dan aroma
antara suka dan tidak suka oleh secara deskriptif tetapi memberikan
panelis dengan skor 3,24, deskriptif pengaruh tidak nyata terhadap warna,
aroma dengan skor 2,70 (agak aroma, rasa dan penilaian
beraroma belimbing wuluh) dinilai keseluruhan secara hedonik. Sirup
antara suka dan tidak suka oleh yang terpilih dan telah memenuhi
panelis dengan skor 3,30, deskripstif syarat mutu sirup SNI 3544 : 2013
rasa dengan skor 1,70 (manis sedikit sirup dengan perlakuan GB5 yaitu
asam) dan dinilai suka oleh panelis dengan penambahan gula70% dan
dengan skor 3,54 ( suka) dan untuk sari buah sari buah belimbing wuluh
penilaian keseluruhan sirup panelis 30%. Sirup terpilih (GB5) memiliki
menyatakan suka dengan skor (3,81). nilai pH 4,32, kadar sukrosa 67,42%,
viskositas 1708,33 cP dengan
deskripsi warna kuning kecoklatan,

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 11


rasa manis sedikit asam dan agak manis. Jurnal Ilmu dan
beraroma belimbing wuluh dan Teknologi Pangan, volume 8
disukai panelis secara keseluruhan. (1) : 31-44.
Fardiaz, S. 1992. Analisa
Saran Mikrobiologi Pangan. PAU
Perlu dilakukan penelitian Pangan dan Gizi. Institut
lanjutan mengenai daya simpan sirup Pertanian Bogor. Bogor.
belimbing wuluh dan perlu Fitriani, S. 2008. Pengaruh suhu
dilanjutkan analisis finansialnya. dan lama pengeringan
terhadap beberapa
DAFTAR PUSTAKA manisan belimbing wuluh
Averrhoa bilimbi L. kering.
Agustin, F. dan W. D. R. Putri. 2014. Jurnal Sagu, volume 7 (1) :
Pembuatan jelly drink 32-37.
Averrhoa bilimbi L. (kajian Fitriani, S. dan Sribudiani E. 2009.
proporsi belimbing wuluh : Pengembangan formulasi
air dan konsentrasi sirup berbahan baku kulit
karagenan). Jurnal Pangan dan buah nanas (Ananas
dan Agroindustri, volume 2 comosus L. Merr). Jurnal
(3) : 1- 9. Sagu, volume8 (1) : 34-39.
Buckle, K.A., R.A, Edward, G.H. Fitriyono. 2010. Ilmu Pengetahuan
Fleet dan M. Wootton. 2007. Bahan Pangan. Alfabeta.
Ilmu Pangan. Penerjemah H. Bandung.
Purnomo dan Adiono. Hadiwijaya, H. 2013. Pengaruh
Penerbit Universitas perbedaan penambahan
Indonesia. Jakarta. gula terhadap
Badan Standarisasi Nasional 2013. karakteristik sirup buah
SNI 3544 : 2013 : Sirup. naga merah (Hylocereus
Jakarta polyrhizus). Skripsi Fakultas
Desrosier, N.W. 2008. Teknologi Teknologi Pertanian
Pengawetan Pangan. Universitas Andalas. Padang.
Terjemahan M. Muljohardjo. Lunggani, T. A. 2008. Penggunaan
Universitas Indonesia Press. kultur campuran bakteri
Jakarta. asam laktat untuk
Dewi K. S., F. S. Pranata dan L. M. produksi minumn
Ekawati. 2006. Pengaruh fermentasi dari sari
kobinasi gula pasir dan sari belimbing wuluh. Jurnal
jambu biji merah (Psidium Sains dan Aritmatika, volume
gujava Linn.) terhadap 16 (3): 144-148.
kualitas sirup yang Luthony, T. L. 1990. Tanaman
dihasilkan. Jurnal Ilmu dan Sumber Pemanis. PT
Teknologi Pangan, volume 4 Penebar Swadaya.
(1) : 71-85. Jakarta.
Eveline, S. 2010. Pengaruh Manoi, F. 2006. Pengaruh
konsentrasi kappa konsentrasi karboksil metil
karagenan terhadap selulosa (CMC) terhadap
karakteristik minuman mutu sirup jambu mete.
serbuk jeli belimbing

JOM Faperta Vol. 4 No. Februari 2017 12


Jurnal Littro, volume 17 (2) : Sularjo. 2010. Pengaruh
72-78. perbandingan gula pasir
dan daging buah terhadap
Marta, H., A. Widya dan T. Sukarti. kualitas permen pepaya.
2007. Pengaruh Magistra No. 74 Th. XXII :
penggunaan jenis gula dan 39-48.
konsentrasi saribuah Suprapti, M. L. 2005. Sirup Asam.
terhadap beberapa Kanisius. Yogyakarta.
karakteristik sirup jeruk Winarno, F. G. 2008. Kimia
keprok garut (Citrus nobilis Pangan dan Gizi. Gramedia
L.). Laporan Penelitian Dasar Pustaka Utama. Jakarta.
(Litsar) Universitas
Padjadjaran. Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Nugrahawati, D. 2013.
Pemanfaatan buah
belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) sebagai cairan
akumulator secara alami
dan ramah lingkungan.
Skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Prahasta, A. 2009. Agribisnis
Belimbing. Pustaka Grafika.
Bandung .
Pratama, S. B., S. Wijana, Arie Dan
Febriyanto. 2013. Studi
pembuatan sirup
tamarillo (kajian
perbandingan buah dan
konsentrasi gula). Jurnal
Industria, volume 1 (3) : 180
– 193.
Satuhu, S. 2004. Penanganan dan
Pengolahan Buah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sihombing E. S. 2013. Kualitas
sirup jambu biji merah
(Psidium guajava L.) selama
penyimpanan dengan
penambahan kitosan.
Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Riau,
Pekanbaru

JOM Faperta Vol. 4 No. Februari 2017 13

You might also like