You are on page 1of 21

MINISTRY OF AGRARIAN AFFAIRS AND

SPATIAL PLANNING/NATIONAL LAND AGENCY

WEBINAR
FOOD SYSTEMS AND URBAN PLANNING: GLOBAL
AND NATIONAL PERSPECTIVES
23 MARCH 2021

SPATIAL PLANNING AND FOOD SYSTEMS


IN INDONESIA CONTEXT

Presented by:
Ir. Dwi Hariyawan S., MA
Director of National Spatial Planning
Urgency of
Act 11/2020 and President Regulation 21/2021 are government’s
strategic steps in addressing investment and job creation problems,
one of which is caused by overlapping spatial planning arrangements.

Spatial Planning

Limited Space Increasing Various Human Spatial Planning for All Development on Disaster-
Population Activities prone Area
The size of available space The population continues to Space accommodates all human Not only humans, animal With spatial plan, human can
on earth has never increase. activities, including work, living, and plants also need space. take control development and
increased. recreation and final rest activities around an on
(Public Cemetery). disaster-prone areas.

Spatial Planning Purposes

To create harmony between the natural environment and the artificial environment.
To build integration in the use of natural and man-made resources with human resources.
To build spatial function protection and prevention of negative impacts on the environment due to spatial utilization.

2
The Indonesian Planning System
General Spatial Plan Detailed Spatial Plan Principles:
Sustainability
• Island-Specific Spatial
Plan (RTR Resilience
Pulau/kepulauan)
• National Strategic
Inclusive
Area Spatial Plan (RTR
Central National Spatial KSN)
Government Plan (RTRWN) • National
Strategic Zoning Plan
(RZ KSN, RZ KAW, RZ
KSNT)
• Detailed Spatial Plan
of State Border Areas

Provincial Provincial Spatial


government Plan

Include areas with:


Regency/city • Regency detailed spatial
Regency/city spatial • urban characteristics,
plan
government plan • City detailed spatial plan
• rural characteristics,
• cross areas district / city
Hierarchy of Spatial Planning Document

4
Complementarity Principle of Spatial Plans
arahan kebijakan dan
RTR Pulau strategi pemanfaatan
Perpres 28/2012 ruang Pulau Jawa-Bali
Skala 1:500.000 Rencana secara terperinci dilengkapi
dengan peraturan zonasi
Skala 1:5.000

RTRWN
PP 13/2017

arahan kebijakan dan strategi


pemanfaatan ruang wilayah KSN
Taman Nasional Gunung Merapi.
Skala 1:50.000

RTR KSN
Perpres 70/2014
arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang wilayah negara. Skala 1:1.000.000

RTRWP DIY RDTR Kawasan


Perda 2/2010
RTRWKab Kulon Progo Kota Yogyakarta
Perda 1/2012
arahan kebijakan dan strategi Perda 1/2015
pemanfaatan ruang wilayah provinsi. arahan kebijakan dan strategi
Skala 1:250.000 pemanfaatan ruang wilayah Rencana secara terperinci skala 1:5.000 dilengkapi
kabupaten. Skala 1:50.000 dengan peraturan zonasi
5
SPATIAL PLANNING POLICY
FOR AGRICULTURE
Agriculture Regulation on National Spatial Plans (Regional Scale)
RTRWN RTR Pulau Jawa-Bali (example) RTR KSN Jabodetabekpunjur (example)
(skala 1:1.000.000) (skala 1:500.000) (skala 1:50.000)
Structure Spatial Plan
Sistem jaringan sumber daya air 1) Sumber air 1) Sumber air
1) Wilayah sungai a) WS nasional a) Summber air permukaan
2) Cekungan air tanah b) WS Provinsi b) Sumber air tanah
c) DAS
d) CAT
2) Prasarana sumber daya air 2) Prasarana sumber daya air
a) Bendungan dan waduk a) Sistem pengendali banjir
b) Irrigation Area (DI) b) Irrigation Network System
c) Air baku c) Sistem pengaman pantai
Land Use Spatial Plan

Agricultural Area: Agricultural Area: 1) Zona B1


1) Kawasan tanaman pangan 1) Lahan pertanian pangan berkelanjutan 2) Zona B2
2) Kawasan hortikultura 2) Sentra perkebunan 3) Zona B3 (termasuk kawasan agro industry)
3) Kawasan perkebunan 3) Hortikultura 4)Zona B4: kawasan pertanian lahan kering
4) Kawasan peternakan dan/atau perkebunan (termasuk kawasan
peruntukan agroindustri,, kawasan peruntukan
pertanian)
5)Zona B5: kawasan peruntukan pertanian dengan
irigasi teknis maupun non teknis
6) Zona B6
7) Zona B7
8) Zona B8

7
Agriculture Regulation on Province/Regency/City Spatial Plans
(Regional to Urban Scale)
RTRW provinsi RTRW kabupaten RTRW kota
(skala 1:250.000) (skala 1:50.000) (skala 1:25.000)
Structure Spatial Plan
Sistem jaringan 1) Sumber air 1) Sumber air
Contents of Province/Regency/City sumber daya air a) Air permukaan pada sungai a) Air permukaan pada sungai
(WS kabupaten termasuk (WS kabupaten termasuk
Spatial Plans waduk, situ, embung) waduk, situ, embung)
b) Air tanah pada CAT kabupaten b) Air tanah pada CAT kabupaten
2) Prasarana sumber daya air 2) Prasarana sumber daya air

1. Purpose, Policy, and Strategy; a)Irrigation Network a) Irrigation Network


System (primary, System (primary,
2. Structure Spatial Plan; secondary, etc) secondary, etc)
b) Sistem pengendalian banjir b) Sistem pengendalian banjir
3. Land Use Spatial Plan; c) Jaringan air baku untuk air c) Jaringan air baku untuk air
bersih bersih
4. designated strategic area; d) Jaringan air bersih ke
kelompok pengguna
5. spatial utilization directives; and
Land Use Spatial Plan
6. spatial utilization control directives. Agricultural 1) Kawasan tanaman 1) Kawasan tanaman
Area pangan pangan
2) Kawasan hortikultura 2) Kawasan hortikultura
3) Kawasan perkebunan 3) Kawasan perkebunan
* Dalam RTRW kabupaten/kota dapat ditetapkan 4) Kawasan peternakan 4) Kawasan peternakan
kawasan pertanian pangan berkelajutan (KP2B) (+penggembalaan umum) (+penggembalaan umum)
8
Agriculture Regulation on Detailed Spatial Plan
(urban/neighborhood scale)

Contents of Detailed Spatial Plan Structure Spatial Plan Pattern Spatial Plan Zoning Regulation
(skala 1:5.000) Jaringan Sumber Daya Zona Pertanian*: Ketentuan khusus:
Air: 1) Tanaman pangan lahan pertanian
1) Sumber air 2) Hortikultura pangan
1. Purpose, Policy, and Strategy;
permukaan 3) Perkebunan berkelanjutan (LP2B)
2. Structure Spatial Plan; 2) Sumber air tanah 4) peternakan
3) Bangunan sumber
3. Pattern Spatial Plan; daya air
4. Priority strategic zone; 4) Irrigation
network system
5. spatial utilization; and 5) Sistem
pengendalian banjir
6. zoning regulation.

* Khusus zona pertanian, di dalamnya dapat ditetapkan luasan dan


sebaran lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dengan
mengacu pada kawasan pertanian pangan berkelajutan (KP2B) yang
telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang RTRW
kabupaten/kota. LP2B memiliki pengaturan tersendiri sebagai
tambahan dari aturan dasar zona pertanian dan dituangkan ke dalam
peta rencana pola ruang yang memuat kode pengaturan zonasi.

9
Integration Sectoral Data into Spatial Planning Process
Data primer
- aspirasi masyarakat
- kondisi fisik & sosial ekonomi dari survei lapangan
Data sekunder
- peta dasar & peta tematik
- data kependudukan
- data kondisi fisik lingkungan
- data & informasi izin pemanfaatan ruang eksisting
dari berbagai sektor
- data & informasi tentang potensi lestari & hasil
eksplorasi & eksploitasi sumber daya alam
- data & informasi tentang sarana & prasarana
wilayah
- data & informasi tentang ekonomi wilayah (PDRB,
investasi, matrik I-O/ IRIO)
- data & informasi tentang kemampuan keuangan
pembangunan daerah
- data & informasi tentang kelembagaan
pembangunan daerah
- data & informasi tentang kebijakan bi&g penataan
ruang terkait
- data & informasi tentang RPJP & RPJM
- data & informasi tentang kebijakan pembangunan
sektoral
- data & informasi pertanahan, antara lain gambaran
umum penguasaan, pemilikan, penggunaan, &
pemanfaatan tanah eksisting
- data & informasi klimatologis
- peraturan perundang-undangan terkait

diperlukan data dan masukan sektor,


termasuk sektor pertanian, pada tahap
Pengumpulan Data dan Informasi
10
Integration Sectoral Data into Detailed Spatial Planning Process

diperlukan data dan


masukan sektor,
termasuk sektor
pertanian, pada tahap
Pengumpulan Data dan
Informasi

11
the Decree of the Minister of ATR/Head of BPN No.686/SK-PG.03.03/XII/2019
- Designation of National Wetland 2019
the area of national wetland is 7,463,948 Ha

to be integrated
into spatial
planning process

12
FOOD SYSTEMS INTEGRATION
ON NATIONAL SPATIAL PLAN

Example: the Revision of Jawa-Bali Island Spatial Plan


Key Issues on Revision of Jawa-Bali Spatial Plan

Agricultural
area
conversion 1. conversion of agricultural areas
developme
new
tourism
nt on
disaster-
2. emerging development on disaster-prone
prone areas
areas
3. urban sprawl phenomenon
environmen 4. mega region phenomenon
tal Urban
degradatio
n Key sprawl
5. new urban areas affecting the national urban
system
Issues
6. growth disparity on southern Java and
northern Bali
industrial Mega
sector region
7. low competitiveness of industrial sector
8. environmental degradation
New
Disparity
national
urban
9. new tourism destination changing the land use
system
plan

14
Changes of Land Cover on Jawa-Bali

Conversion of
agriculture area into
developed area has
increased.

15
Area Changes of Land Cover on Java Island

Source: Land Cover, KLHK


(2018) on Rustiadi (2020)

16
Land Use Change Patterns

Source: Rustiadi (2020)


17
Directives of RTRWN for Jawa-Bali’s Agricultural Area

Criteria of agricultural area:


• suitable to be developed as agriculture area
• may be designated as sustainable food agriculture land
• support national food independence, resilience and sovereignty
manifestation
• developed in accordance with the availability of basic infrastructure

Mid-term indicative programs


• maintaining all agriculture areas at least 7.7 million Ha which are
spread in all provinces/regencies/cities.
• confirming and detailing all locations of food crop areas in Indonesia.

18
Designation of Wetland Area on Jawa-Bali
the area of wetland
on Jawa-Bali is
3,544,805.83 Ha

nearly 50%
of Indonesia’s
wetland areas are
located on Jawa-
Bali Island

Source: the Decree of the


Minister of ATR/Head of
BPN No.686/SK-
PG.03.03/XII/2019
19
CONCLUSION
1. Spatial planning process has been taking into
account agriculture policy as a strategic issue at
regional and urban level.
2. In addressing land conversion issues, spatial
plans allocate agriculture area in regional plan
and agriculture zone in urban plan with
supported by water resources network system
including irrigation network.
3. KP2B, LP2B, and LBS have been considered in
integrating food systems into spatial planning.
THANK YOU
Directorate General of Ministry of Agrarian Affairs and Spatial
Spatial Planning Planning/National Land Agency

You might also like