You are on page 1of 7

Analisis Kebijakan Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Jember

Husni Abdul Gani*


Departement Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP), Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Jember

ABSTRACT

The report of people living with HIV/AIDS (PLWHA) in Jember district since 2004 until 2014 always increase
every year. According to reports from Jember District Health Office ( 2015 ), until August 2015, cases of PLHA has
reached 2,048 . It represents the third highest case in East Java after Surabaya and Malang . Referring to the high
incidence of HIV/AIDS in Jember , the prevention and control of HIV/AIDS should have a strong legal policy. Thus the
policy of the Regent of Jember Number 2 in 2014 on the Prevention and Control of HIV / AIDS in Jember was very
strategic in engaging all elements in the government (SKPD) related as well as on the participation of the entire
community as well as at the level of district, and rural and urban districts. This study aimed to analyze the policy of
the Regent of Jember Number 2 in 2014 on the Prevention and Control of HI V/AIDS in Jember . This research is
descriptive analytic with logical thinking approach to policy analysis , using the theory of Triangle Policy Analysis by
Buse et al (2005 ) which includes : conteks , content , process and actors . Research was conducted on January until
March 2016. The data obtained will be analyzed and linked to theories and concepts within the scope of health
policy. The results showed that in terms of conteks included in situational factors or 'focusing event' is the discovery of
HIV / AIDS cases in Jember very high that it becomes one of 78 District/City which received special attention from
the NAC. While structural factors, namely the issuance of the East Java Provincial Regulation Number 5 in 2004 on the
Prevention and Control of HIV/AIDS in East Java and Jember Regent Regulation which Number 45 on the Main Tasks
and Functions Organization Jember district health office. In terms of content mentions that the contents of the policy
consists of Chapter I. General Provisions, Chapter 2. Goals, Chapter III. Prevention and Control, Chapter IV. Rights of
PLHA, Chapter V. Prohibition, Chapter VI. Institutional and Chapter VII. Closing. In terms of process, the enactment of
the East Java Provincial Number 5 in 2004 on the Prevention and Control of HIV / AIDS in East Java, and the The
policy of the regent of Jember which number 45 on the Main Tasks and Functions Organization of the Health
Department of Jember. The policy of the prevention of HIV/AIDS was not separated from only the advocacy of
Department of Health and KPAD of Jember Regency against the local authorities as well as support from the
relevant agencies. From the actor, in the personal of the HIV and AIDS PreventionTeam was from the district, sub-
district, and villages. That policy of Jember Regent in the regulation which Number 2 in 2014 on the Prevention and
Control of HIV / AIDS in Jember Regency was very effective in providing a strong legal policy on a program of
prevention and control of HIV and AIDS in Jember.

Keywords : Policy, The Regent of Jember , Prevention and Control of HIV/AIDS

Korespondensi (Correspondence): Departement Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP), Fakultas Kesehatan
masyarakat Universitas Jember. Email : husniag56@gmail.com

Laporan dari Kementrian Kesehatan Dalam Stategi dan Rencana Aksi


Republik Indonesia menyebutkan bahwa Nasional penanggulangan HIV dan AIDS 2010-
jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dari awal 2014 menggarisbawahi bahwa dalam konteks
penemuan kasus pada April 1987 sampai HIV dan AIDS mayarakat sipil berperan dan
dengan Bulan Juni 2014 sudah terdapat mendukung pemerintah dalam upaya
55.623 kasus. Dimana laki-laki berjumalah penanggulangan AIDS. Diantara kelompok
29.882 dan perempuan sebesar 16.092, dan masyarakat-kelompok masyrakat yang
sisanya tidak diketahui identitas seksualnya. terorganisir antara lain orang yang terinfeksi
Berdasarkan faktor risiko, kasus tertinggi HIV dan polulasi kunci, LSM, lembaga
ditemukan pada heteroseksual sebesar kemasyarakatan, tenaga profesional,
34.187, kemuadian IDU sebesar 8.451 kasus organisasi profesi dan lembaga pendidikan
dan urutan ketiga tertinggi adalah homoseks tinggi. Mereka dapat menjadi penggerak
dan biseksual sebesar 1.298 kasus.1 utama dan berperan aktif dalam upaya
Komisi Penanggulangan AIDS penanggulangan AIDS di Indonesia, dalam
Nasional (KPAN) meyakini bahwa dalam proses perumusan kebijakan, perencanaan
dekade ke depan, penularan baru akan dan implementasi setiap program yang
didominasi oleh penularan melalui jalur dilakukan serta monitoring dan evaluasi.3
seksual yang menyumbangkan hampir 70% Angka ODHA di Kabupaten Jember
dari penularan baru.2 Mengingat tren sejak Tahun 2004 sampai tahun 2015 selalu
epidemologi yang demikian, penelitian mengalami peningkatan di setiap tahunnya.
mengenai perilaku seks yang berisiko Menurut laporan dari Dinas Kesehatan
terhadap penularan HIV/AIDS menjadi Kabupaten Jember, sampai Bulan Agustus
penting untuk memahami “perilaku“ epidemi, tahun 2015, kasus HIV dan AIDS sudah
bagaimana mengupayakan mencapai angka 2.048. Dimana penularan
penanggulangan yang efektif, dan melalui hubungan secara heteroseksual
mengendalikan dampaknya terhadap sektor- mendominasi penyebab HIV dan AIDS dari
sektor lainnya.3 faktor risiko. Sedangkan berdasarkan jenis

54
Analisis Kebijakan Peraturan Bupati Jember… (Husni) 
 

pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) menduduki pemerintahan (SKPD) terkait serta dari
urutan tertinggi dengan penemuan kasusu partisipasi seluruh komponen masyarakat
sebesar 491 kasus, disusul wiraswasta sebesar serta pada level pemerintahan di kabupaten,
413 kasus dan penjaja seks pada urutan kecamatan maupun desa dan kelurahan.
ketiga sebesar 240 kasus. Untuk rentang usia,
kasus tertinggi berada pada usia 25-49 tahun METODE PENELITIAN
sebesar 1496 dan urutan kedua pada rentang
usia 20-24 yahun sebesar 299 kasus.4 Penelitian ini bertujuan untuk
Berkaitan dengan kondisi di atas menganalisis kebijakan Bupati Jember dalam
diperlukan adanya upaya Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014
penanggulangan HIV dan AIDS di tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Kabupaten Jember yang melibatkan HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Penelitian ini
berbagai pihak dan berbagai sektor. Hal merupakan penelitian diskriptif analitik
ini membutuhkan payung hukum yang dengan pemikiran yang logis dengan
kuat dalam bentuk dukungan kebijakan pendekatan analisis kebijakan, menggunakan
dari pemerintah daerah. Kebijakan yang teori Segitiga Analisis Kebijakan oleh Buse at
dimaksud adalah Kebijakan dalam al., (2005) yang meliputi : conteks, content,
pengendalian HIV dan AIDS pada level process dan actor.7 Penelitian ini dilakukan
pemerintahan kabupaten. Dengan pada Bulan Januari-Maret tahun 2016. Data
adanya kebijakan tersebut maka dapat yang diperoleh akan dianalisis serta dikaitkan
dijadikan sebagai payung hukum dengan teori dan konsep dalam lingkup
dikeluarkannya kebijakan lain yang kebijakan kesehatan.
mendukung upaya pengendalian dan
penanganan kasus HIV/AIDS di wilayah HASIL PENELITIAN
kabupaten Jember.
Kebijakan kesehatan melingkupi A. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati
berbagai upaya dan tindakan pengambilan Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
keputusan yang meliputi aspek tehnis medis Pencegahan dan Penanggulangan
dan pelayanan kesehatan, serta keterlibatan HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada
pelaku/aktor baik pada skala individu Aspek Context.
maupun organisasi atau institusi dari Context (konteks) merupakan
pemerintah, swasta, LSM dan representasi faktor‐faktor sistematis – politik, ekonomi, sosial
masyarakat lainnya yang membawa dampak atau budaya, baik nasional maupun
pada kesehatan.5 Dalam konteks kebijakan internasional, yang dapat mempengaruhi
terkait penanggulangan HIV/AIDS, harus kebijakan kesehatan. Ada banyak cara untuk
dapat diimplementasikan secara menyuluh di mengelompokkan fakto‐faktor tersebut, tetapi
setiap level pemerintah baik di tingkat Leichter (1979) memaparkan terdapat 4
kabupaten, kecamatan maupun level Faktor dalam konteks kebijakan kesehatan.
desa/kelurahan, serta menyangkut Yang pertama adalah faktor situasional,
keterlibatan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah merupakan kondisi yang tidak permanen
Daerah) terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas atau khusus yang dapat berdampak pada
Sosial, Dinas Pariwisata, Departemen Agama, kebijakan. Hal‐hal tersebut sering dikenal
Badan Pemberdayaan Masyarakat sebagai ‘focusing event’.7
(Bapemas) serta unsur masyarakat melalui Hasil penelitian menunjukkan bahwa
organisasi PKK, LSM dan lain sebagainya. dari sisi conteks yang termasuk dalam faktor
Mengacu pada tingginya kasus situasional atau ‘focusing event’ adalah
HIV/AIDS di Jember, maka penanggulangan penemuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten
kasus HIV dan AIDS harus melibatkan Jember yang sangat tinggi sehingga menjadi
masyarakat, dan tidak hanya bertumpu pada salah satu dari 78 Kabupaten/Kota yang
program dari Dinas Kesehatan maupun dari mendapat perhatian khusus dari KPAN.
KPAD Kabupaten Jember saja. Keterlibatan Kabupaten Jember terdiri dari 32
berbagai Institusi organisasi dan elemen kecamatan yang tersebar dalam wilayah
mesyarakat sangat diperlukan untuk upaya seluas sekitar 3.293,34 km², dengan 86,9%
pencegahan HIV dan AIDS, termasuk merupakan kawasan hutan, sawah ladang
kegiatan komunikasi. Koordinasi dan dan tanah perkebunan, sedangkan 13,1%
manajemen semua aktifitas terkait yang merupakan kawasan perkampungan,
dilakukan oleh sejumlah organisasi diperlukan tambak rawa, semak dan tanah rusak.
untuk menghindari tumpang tindih dan Sedangkan jumlah penduduk riil Kabupaten
pertentangan antar aktifitas yang bisa Jember tahun 2014 adalah sebesar 2.590.516
menurunkan efektifitas program.6 Maka dari jiwa.8 Tingkat kepadatan penduduk yang
itu kebijakan Bupati Jember dalam Peraturan tinggi masih didominasi oleh kecamatan yang
Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang terletak di wilayah kota. Laporan Data Dinas
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Kesehatan Kabupaten Jember tentang
di Kabupaten Jember sangat strategis dalam Program Penanggulangan HIV/AIDS di
memberikan payung hukum terhadap Kabupaten Jember yang menyebutkan
keluarnya kebijakan lain dalam upaya bahwa pada tahun 2004 merupakan tahun
pencegahan dan penanggulangan HIV dan awal kasus HIV/AIDS di Jember pertama kali
AIDS yang melibatkan seluruh elemen di ditemukan, yaitu sebesar 1 kasus, dan terus

55
 
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 12 No. 2, 2015: 54-60 

meningkat setiap tahun hingga tahun 2015 mengembang atau menyusun kebijakan,
bulan Agustus jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS bernegosiasi, mengkomunikasikan,
di Kabupaten Jember sudah mencapai 2.048 melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan.
kasus.4 Pendekatan yang paling sering digunakan
untuk memahami proses kebijakan adalah
dengan menggunakan apa yang disebut
“tahapan heuristiks”. Yang dimaksud disini
B. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati adalah membagi proses kebijakan menjadi
Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang serangkaian tahapan sebagai alat teoritis,
Pencegahan dan Penanggulangan suatu model dan tidak selalu menunjukkan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada apa yang sebenarnya terjadi didunia nyata.7
Aspek Content
Content (isi) dalam suatu kebijakan
merupakan subtansi dari suatu kebijakan D. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati
yang memperinci bagian‐bagian dalam Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
kebijakan.7 Isi sebuah kebijakan merespons Pencegahan dan Penanggulangan
berbagai masalah publik (public issuues) yang HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada
mencakup berbagai bidang kehidupab mulai Aspek Actor.
dari pertahanan, keamanan, energi, Aktor atau pemangku kepentingan
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan kebijakan (Policy stakeholder) adalah individu
lain-lain.13 atau kelompok yang berkaitan langsung
Dari sisi content menyebutkan dengan sebuah kebijakan yang dapat
bahwa isi dari Peraturan Bupati Jember mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pencegahan keputusan atau kebijakan tersebut.
dan Penanggulangan HIV/AIDS di Pemangku kepentingan kebijakan tersebut
Kabupaten Jember terdiri dari ; Bab I. bisa terdiri dari sekelompok warga, organisasi
Ketentuan Umum, Bab 2. Sasaran, Bab III. buruh, pedagang kaki lima, komunitas
Pencegahan dan Penanggulangan, Bab IV. wartawan, partai politik, lembaga
Hak-Hak ODHA, Bab V. Larangan, Bab VI. pemerintah, dan semacamnya.13 Dari sisi
Kelembagaan serta Bab VII. Ketentuan actor, dalam Peraturan Bupati Jember Nomor
Penutup.14 Dasar dari dikeluarkannya 2 Tahun 2014 tentang Pencegahan dan
kebijakan ini adalah untuk memberikan Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten
payung hukum dalam program Jember pada Bab Kelembagaan Pasal 7
penanggulangan HIV/AIDS, termasuk dalam disebutkan :
mengeluarkan kebijakan pendukungnya. 1) Upaya penenggulangan HIV/AIDS di
Adapun secara garis besar yang dimaksud Kabupaten, dikoordinir oleh Komisi
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS penanngulangan AIDS (KPA) Kabupaten
yang tercantum dalam Peraturan Bupati yang dibentuk oleh keputusan Bupati.
Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang 2) Upaya penenggulangan HIV/AIDS di
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS kecamatan, dipimpin oleh Camat
di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut sebagai ketua Tim penaggulangan AIDS
: Kecamatan yang dibentuk oleh
1) Pencegahan dan Penanggulangan keputusan Bupati.
HIV/AIDS adalah tanggung jawab setiap 3) Upaya penenggulangan HIV/AIDS di
instansi pemerintah dan swasta serta desa/kelurahan, dipimpin oleh Kepala
setiap orang dan setiap keluarga di Desa/Lurah sebagai ketua Tim
Kabupaten Jember; penaggulangan AIDS Desa/kelurahan
2) Pemerintah Kabupaten Jember harus yang dibentuk oleh keputusan Bupati.
selalu berupaya mengembangkan
kebijakan terkait efektifitas usaha PEMBAHASAN
pencegahan dan penanggulangan
infeksi HIV/AIDS guna melindungi setiap A. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati
orang dari infeksi HIV termasuk kelompok Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
rawan; Pencegahan dan Penanggulangan
3) Program penenaggulangan AIDS harus HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada
tercantum dalam RPJMD rencana Aspek Context.
strategis dan rencana kerja tahunan Yang termasuk dalam aspek context
pada masing-masing SKPD; dalam kebijakan Peraturan Bupati Jember
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pencegahan
C. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang Kabupaten Jember adalah dari jumlah total
Pencegahan dan Penanggulangan ODHA yang ditemukan di Kabupaten Jember,
HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada berdasarkan faktor risiko, penularan melalui
Aspek Process heteroseksual sebesar 1.780 kasus (86,91%).
Menurut Sabatier dan Jenkins‐Smith Hal ini menunjukkan bahwa penularan terjadi
(1993) dalam Buse et al., (1994) yang melalui hubungan seks antara laki-laki dan
dimaksud dengan policy process (proses perempuan, termasuk dari PSK kepada
kebijakan) adalah cara mengawali kebijakan, pelanggan dan sebaliknya. Diperkirakan

56
Analisis Kebijakan Peraturan Bupati Jember… (Husni) 
 

bahwa terdapat lebih dari tiga juta laki-laki di Jember (berita Daerah Kabupaten Jember
Indonesia yang merupakan pelanggan Tahun 2008 nomor 45).11,12 Kedua kebijakan
penjaja seks perempuan (kisaran 2.324.660- tersebut menjadi dasar dikeluarkannya
3.981.180).9 Kondisi di atas sangat mungkin Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014
disebabkan karena adanya lokalisasi ilegal tentang Pencegahan dan Penanggulangan
yang banyak ditemui di sekitar pemukiman HIV/AIDS di Kabupaten Jember. Dengan
masyarakat. Kemungkinan para laki-laki untuk demikian Peraturan Bupati tersebut memiliki
membeli seks lebih mudah mereka lakukan dasar hukum yang kuat.
karena tidak ada label lokalisasi khusus
seperti sebelumnya. Akibatnya mereka tidak B. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati
punya kekhawatiran untuk mendapatkan Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
stigma negatif sebagai pembeli seks dari para Pencegahan dan Penanggulangan
PSK. Penularan infeksi HIV melalui hubungan HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada
seksual merupakan yang paling banyak Aspek Content
terjadi.10 Dari sisi content seperti yang
Dampak lain dari peningkatan jumlah disebutkan diatas, jelas bahwa dalam
kasus HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko program pencegahan dan penanggulangan
heteroseks adalah adanya kemungkinan HIV/AIDS di Kabupaten Jember melibatkan
penularan kepada ibu rumah tangga yang SKPD terkait. Artinya masing-masing SKPD
terus meningkat serta diikuti dengan harus memiliki program tahunan yang
peningkatan penularan dari ibu ke bayi. Data mengarah pada upaya pencegahan dan
kasus HIV dan AIDS di Jember berdasarkan penanggulangan HIV/AIDS. Di sisi lain, dengan
profesi atau pekerjaan, urutan pertama berbagai program HIV/AIDS pada setiap SKPD
adalah pada ibu rumah tangga yaitu sebesar maka akan dapat meningkatkan keterlibatan
491 (23,97%), kemudian wiraswasta 413 masyarakat dalam program HIV/AIDS.
(21,04%), baru urutan ketiga adalah Pekerja Masyarakat harus memahami bahwa mereka
Seks Komersial (PSK) sebesar 240 kasus memiliki tanggung jawab untuk arah masa
(11,72%).4 Kehamilan akan mempercepat depan mereka dan bahwa mereka dapat
timbulnya gejala penyakit AIDS pada wanita belajar untuk mengendalikan arah itu.
sero positif HIV. Diperkirakan 50 % bayi yang Masyarakat perlu menyadari akibat dari
lahir dari ibu yang sero positif HIV, akan kurangnya tanggung jawab dan kontrol.15
terinfeksi HIV sebelum, selama, dan tidak lama Maka dari itu dengan dikeluarkannya
sesudah melahirkan.10 Hal ini terjadi karena ibu Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014
rumah tangga yang tidak mempunyai tentang Pencegahan dan Penanggulangan
pekerjaan sebagai PSK atau memiliki aktifitas HIV/AIDS di Kabupaten Jember maka dapat
penggunan narkoba suntik ditularkan oleh dijadikan sebagai landasan keharusan bagi
suami yang sering membeli seks pada PSK di pemerintah melalui SKPD terkait untuk
lokalisasi ilegal. Hal ini seperti yang memobilisasi masyarakat dalam program
diungkapkan oleh Adisasmito (2010) yang penanggulangan HIV dan AIDS. Hal ini sangat
mengungkapkan bahwa wanita usia subur penting, mengingat partisipasi masyarakat
biasanya tertular HIV melalui hubungan yang kuat merupakan elemen kunci bagi
heteroseksual.10 kesesuksesan program. Konsep ini diakui
Faktor yang kedua adalah faktor dapat menjadi cara untuk mencapai
struktural, merupakan bagian dari masyarakat perawatan kesehatan yang adil.16
yang relatif tidak berubah. Faktor ini meliputi Keterlibatan secara aktif dari
sistem politik, mencakup pula keterbukaan komponen masyarakat ini diharapkan akan
sistem tersebut dan kesempatan bagi warga memungkinkan masyarakat secara mandiri
masyarakat untuk berpartisipasi dalam bisa mengakses layanan-layanan kesehatan
pembahasan dan keputusan kebijakan. yang dibutuhkan dan tersedia di wilayahnya
Faktor struktural meliputi pula jenis ekonomi (terkait penanggulangan HIV dan AIDS).
dan dasar untuk tenaga kerja, kondisi Keterlibatan masyarakat dalam implementasi
demografi atau kemajuan teknologi.7 kebijakan dan program HIV dan AIDS ini tidak
Pendekatan struktural menghindari blaming bisa dilepaskan adanya pemahaman bahwa
the victims dan lebih menganalisis untuk kesehatan merupakan hak dari warga
secara kritis menyadari struktur dan sistem negara tanpa memandang status sosial dan
sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta ekonomi yang wajib dipenuhi oleh negara.3
akibatnya pada keadaan masyarakat terkait Disamping itu, pada Bab IV Hak-Hak
program HIV dan AIDS. ODHA dan Bab V. Larangan, mengisyaratkan
Faktor struktural yang dimaksud dari keterlibatan dalam program
Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 penanggulangan HIV dan AIDS dari sisi
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Preventif dan Promotif. Karena keterlibatan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember yaitu masyarakat dalam program kesehatan lebih
dikeluarkannya Peraturan Daerah Propinsi diarahkan pada upaya pencegahan.
Jawa Timur Nomor 5 tahun 2004 tentang Adapun isi dari pasal 5 tentang Hak-Hak
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS ODHA meliputi ;
di Jawa Timur, dan Peraturan Bupati Jember 1) Pemerintah Kabupaten melindungi hak-
Nomor 45 tentang Tugas Pokok dan Fungsi hak pribadi, hak-hak sispil dan hak asasi
Organisasi Dinas kesehatan Kabupaten

57
 
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 12 No. 2, 2015: 54-60 

ODHA termasuk perlindungan dari kebijakan) adalah cara mengawali kebijakan,


kerahasiaan status HIV. mengembang atau menyusun kebijakan,
2) Setiap ODHA berhak memperoleh bernegosiasi, mengkomunikasikan,
pelayanan pengobatan dan perawatan melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan.
serta dukungan tanpa diskriminasi dalam Pendekatan yang paling sering digunakan
bentuk apapun. untuk memahami proses kebijakan adalah
3) Penanggulangan HIV/AIDS didasari dengan menggunakan apa yang disebut
kepada nilai luhur kemanusiaan dan “tahapan heuristiks”. Yang dimaksud disini
penghormatan terhadap harkat hidup adalah membagi proses kebijakan menjadi
manusia. serangkaian tahapan sebagai alat teoritis,
Sedangkan Bab VI pasal 6 tentang Larangan suatu model dan tidak selalu menunjukkan
terdiri dari ; apa yang sebenarnya terjadi didunia nyata.7
Setiap orang yang telah mengetahui status Dalam Stategi dan Aksi Nasional HIV
dirinya terinfeksi HIV, tidak boleh : dan AIDS 2010-2014 menyebutkan bahwa
1) Melakukan hubungan seksual dengan proses desentralisasi dan pemberian otonomi
orang lain, kecuali bila pasangan telah daerah bertujuan untuk meningkatkan kondisi
memberitahukan tentang status HIV-nya masyarakat termasuk sektor kesehatan.
dan secara sukarela menerima risiko Otonomi Daerah memberikan kesempatan
tersebut; bagi pemerintah daerah untuk
2) Menggunakan secara bersama-sama alat merencanakan dan melaksanakan program
suntik, alat medis atau alat lain yang patut yang betul-betul dibutuhkan oleh daerh
diketahui dapat menularkan virus HIV tersebut. Hal ini juga memberikan keleluasaan
kepada orang lain; bagi respons terhadap HIV dan AIDS. Dari sisi
3) Mendonasikan darah, semen atau organ process, dikeluarkannya kebijakan Peraturan
jaringan kepada orang lain; dan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
4) Melaukan tindakan apa saja yang patut Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
diketahui dapat menularkan atau di Kabupaten Jember, tidak lepas dari
menyebarkan infeksi HIV kepada orang adanya penutupan lokalisasi terbesar di
lain baik dengan bujuk rayu atau Jember. Pada tahun 2007, dengan tujuan
kekerasan. untuk mengendalikan jumlah kasus HIV/AIDS,
Dengan pasal 5 dan 6 pada pemerintah daerah Kabupaten Jember,
Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 melalui SK Bupati Nomor 188.45/39/012/2007
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tentang Penutupan Tempat Layanan Sosial
HIV/AIDS di Kabupaten Jember, maka dapat Transisi untuk Pekerja Seks Komersial dan
mencegah penularan kasus HIV/AIDS semakin Penutupan Prostitusi Di Kabupaten Jember,
meluas di masyarakat. Cara penularan maka dilakukan penutupan lokalisasi Puger.18
HIV/AIDS diketahui lebih karena faktor perilaku Dampak dari penutupan lokalisasi
dan bukan karena serangan ganas sebuah Puger mengakibatkan munculnya lokalisasi
organisme misalnya melalui udara, air, tidak resmi atau ilegal yang tersebar hampir
keringat, nafas, dan lain-lain, pencegahan diselur kecamatan di Kabupaten Jember. Hal
HIV/AIDS juga difokuskan pada studi tentang ini mengakibatkan layanan kesehatan dan
perilaku-perilaku yang dapat menularkan upaya komunikasi perubahan perilaku
HIV/AIDS dan cara mencegahnya.15 Selain itu, terhadap PSK menjadi sulit serta angka kasus
kuatnya stigma (dan diskriminasi) berdampak HIV/AIDS semakin meningkat dari tahun ke
sangat serius bagi orang positif HIV maupun tahun.19 Maka dari itu diperlukan adanya
upaya pengendalian HIV secara payung hukum yang kuat guna menjadi
keseluruhan.16 dasar hukum bagi keluranya kebijakan dalam
Upaya preventif dan promotif bentuk SK Bupati guna memudahkan secara
memegang peranan yang sangat penting tehnis pelaksanaan program pencegahan
dalam program kesehatan selain kuratif dan dan penanggulangan HIV/AIDS pada level
rehabilitatif. Hal ini diperkut oleh hasil kabupaten, kecamatan maupun kelurahan
penelitian Simbolon (2014) yang dan desa.
mengungkapkan bahwa agar kepemilikan Selain itu, dari sisi process, keluarnya
Jaminan Kesehatan Masyarakat (keluarga Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014
miskin) dapat mengatasi permasalahan tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Kesehatan Ibu dan Anak serta masalah gizi HIV/AIDS di Kabupaten Jember, tidak lepas
(stunting) maka diharapkan pelayanan dari advokasi yang selama ini dilakukan oleh
kesehatan lebih memfoskuskan pada upaya Dinas Kesehatan dan KPAD Jember terhadap
promotif dan prefentif.17 pemerintah Daerah. Dukungan penuh dari
Assisten II serta Bidang Pemberdayaan
C. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati Masyarakat Kantor Bapemas Kabupaten
Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jember sangat membantu dalam proses
Pencegahan dan Penanggulangan advokasi kepada Bapedda Kabupaten
HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada Jember dalam memperoleh anggaran.
Aspek Process Termasuk di dalamnya upaya sosialisasi
Menurut Sabatier dan Jenkins‐Smith Program HIV/AIDS oleh KPAD dengan tanda
(1993) dalam Buse et al., (1994) yang tangan langsung dari Bupati Jember untuk
dimaksud dengan policy process (proses dapat dijalankan oleh SKPD terkait di

58
Analisis Kebijakan Peraturan Bupati Jember… (Husni) 
 

lingkungan pemerintahan Kabupaten Pencegahan dan Penanggulangan, Bab IV.


Jember. Hak-Hak ODHA, Bab V. Larangan, Bab VI.
Kelembagaan serta Bab VII. Ketentuan
D. Analisis Kebijakan dalam Peraturan Bupati penutup. Dalam process dikeluarkannya
Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014
Pencegahan dan Penanggulangan tentang Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Kabupaten Jember Pada HIV/AIDS di Kabupaten Jember tidak lepas
Aspek Actor. dari advokasi yang selama ini dilakukan oleh
Pelaku/actor dalam pelaksanaan Dinas Kesehatan dan KPAD Jember terhadap
kebijakan Peraturan Bupati Jember Nomor 2 pemerintah Daerah serta dukungan dari
Tahun 2014 tentang Pencegahan dan instansi terkait. Dari sisi actor, dalam lampiran
Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten surat keputusan tersebut terdapat Tim
Jember adalah seluruh jajaran pemerintahan penanggulangan HIV dan AIDS di tingkat
di tingkat kabupaten, kecamatan dan kabupaten, kecamatan, serta kelurahan dan
desa/kelurahan. Yang terpenting untuk Desa.
dipahami bahwa dalam implementasi Bahwa dalam pelaksanaan
kebijakan Bupati Jember dalam Peraturan kebijakan bupati Jember tentang Peraturan
Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang Bupati Jember Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
di Kabupaten Jember adalah KPAD selaku di Kabupaten Jember, dibutuhkan adanya
team leader yang memegang peran utama upaya lanjutan berupa dikeluarkannya
mulai dari proses penyusunan kebijakan, kebijakan pendukung dalam rangka
sosialisasi, implementasi sampai pada tahap pelaksanaan upaya pencegahan dan
monitoring dan evaluasi. Maka dari itu KPAD penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten
kabupaten Jember harus memiliki kapasitas Jember secara tehnis dalam bentuk SK Bupati
dan sumber daya yang memadai dalam .
mengawal kebijakan ini. Advokasi yang
diarahkan kepada pemerintah daerah harus DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan dalam usaha memastikan
bahwa Komisi penanggulangan AIDS (KPA) di 1. Direktorat Jendral Pengendalian
daerah tersebut dapat diperkuat dan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
disediakan pendanaan yang cukup dan Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di
bantuan dalam bentuk lainnya.6 Setidaknya Indonesia Per Juni 2014. Jakarta : Dirjen
Kabupaten Jember dapat belajar dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Kabupaten Sorong dalam advokasi program Lingkungan Kemenkes RI. 2014.
HIV dan AIDS. KPAD Kabupaten Sorong belum
melakukan advokasi formal dengan 2. Direktorat Jendral Pengendalian
stakeholer kunci (BAPPEDA dan DPRD) Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
sehingga mengalami hambatan untuk Kemenkes RI. Pedoman nasional
mendapat alokasi anggaran yang cakup manjemen Program HIV dan AIDS.
memadai dalam melaksanakan upaya Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2012.
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di Kabupaten Sorong.20 3. Praptorahardjo, I. Suhari, Pudjiati, S.R.
Hersumpana, Setiawan, E.P, Bolilanga, S.
Dewi, E.H. Kebijakan HIV & AIDS dalam
Sistem Kesehatan di Indonesia:
KESIMPULAN DAN SARAN Ringkasan Kajian Dokumen. Yogyakarta:
Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kebijakan Pemerintah kabupaten Kesehatan Fakultas Kedokteran
Jember dalam Peraturan Bupati Jember Universitas Gadjah Mada dan
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pencegahan Departement of Foreign affairs and
dan Penanggulangan HIV/AIDS di Trade, Austalian Government. 2014.
Kabupaten Jember dapat memberikan
dampak yang positif bagi kualitas hidup 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
masyarakat Jember terutama dalam Laporan Program Penanggulangan HIV
penanggulangan HIV dan AIDS. Ditinjau dari dan AIDS Kabupaten Jember Tahun
conteks, kebijakan ini mendukung upaya 2015. Jember: Dinas Kesehatan. 2015.
pemerintah dalam memandang penyebaran
HIV dan AIDS di kabupaten jember sebagai 5. Walt, G. Health Policy (An Introduction to
masalah yang serius, serta merupakan bukti Process and Power). London: Zed Book
dalam mendukung Peraturan Daerah Propinsi Ltd. 1994.
Jawa Timur Nomor 5 tahun 2004 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS 6. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
di Jawa Timur, dan Peraturan Bupati Jember (KPAN). Startegi Komunikasi
Nomor 45 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Penanggulangan HIV dan AIDS di
Organisasi Dinas kesehatan Kabupaten Indonesia. Jakarta: Komisi
Jember. Dari sisi content mencakup Bab I. Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).
Ketentuan Umum, Bab 2. Sasaran, Bab III. 2008.

59
 
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 12 No. 2, 2015: 54-60 

7. Buse, K. Mays, N. Wall, G. Understanding Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).


Public Health : Making Health Policy. 2010.
London: Open University Press. 2005.
16. Direktorat Pengendalian Penyakit
8. Badan Kependudukan dan Pencatatan Menular Langsung, Kemenkes RI.
Sipil Kabupaten Jember. 2014. Pedoman Penghapusan Stigma dan
Diskriminasi Bagi Pengelola Program,
9. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Petugas layanan Kesehatan dan Kader.
(KPAN). Strategi Dan Rencana Aksi Jakarta : Dirjen Pengendalian penyakit
Nasional Penanggulangan HIV Dan AIDS dan penyehatan Lingkungan
Tahun 2010 – 2014. Jakarta: Komisi Kementrian Kesehatan RI. 2012.
Penanggulangan AIDS Nasional. 2010.
17. Simbolon, D. Pengaruh Kepemilikan
10. Adisasmito, W. Sistem Kesehatan. Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2010. Terhadap Status Kelahiran Dan Kejadian
Stunting Pada Baduta Indonesia (Analisis
11. Peraturan daerah Propinsi Jawa Timur Data IFLS 1993 – 2007). Jurnal Kebijakan
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Kesehatan Indonesia 2015, 3 (2): 55-65.
Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Jawa Timur. Surabaya: 18. Surat Keputusan Bupati Jember Nomor
Sekretariat Propinsi Jawa Timur. 2004. 188.45/39/012/2007 Tentang Penutupan
Tempat Layanan Sosial Transisi untuk
12. Peraturan Bupati Jember Nomor 45 Pekerja Seks Komersial dan Penutupan
tentang Tugas Pokok dan Fungsi Prostitusi Di Kabupaten Jember. Jember :
Organisasi Dinas kesehatan Kabupaten Sekretaris Kabupaten Jember Asisten
Jember (berita Daerah Kabupaten Pemerintahan. 2007.
Jember Tahun 2008 nomor 45). 2008.
19. Rokhmah, D. Khoiron. Dampak
13. Ayuningytas, D. Kebijakan Kesehatan; Implementasi Kebijakan Penutupan
Prinsip dan Praktik. Jakarta: PT Raja Tempatlayanan Sosialtransisi Untuk
Grafindo Persada. 2014. Pekerja Seks Komersialdan
Penutupanprostitusi Terhadapprogram
14. Peraturan Bupati Jember Nomor 2 Tahun Penanggulangan HIV/AIDS Di
2014 tentang Pencegahan dan Kabupaten Jember. Jurnal Kebijakan
Penanggulangan HIV/AIDS di Kesehatan Indonesia 2014, 3 (2): 75 – 81.
Kabupaten Jember. Jember: Sekretariat
Jember. 2014 20. Mitsel, Mahendradhata, Y. Pradmawati,
R. S. Peran Stakeholder Kunci Dalam
15. Yayasan AIDS-INA & Perkumpulan Kebijakan Penanggulangan Dan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pencegahan HIV/AIDS Studi Kasus Di
Modul dasar Behavior Change Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat.
Intervention. Program Dukungan Global Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Fund Round 8. Jakarta : Perkumpulan 2015, 4 (2): 57-64.

60

You might also like