You are on page 1of 9

SEBARAN DAN PERKIRAAN PRODUKSI PAKAN GAJAH SUMATERA (Elephas

maximus sumatranus Temminck.) DI SEKITAR DURI KECAMATAN MANDAU


KABUPATEN BENGKALIS

DISTRIBUTION AND ESTIMATED PRODUCTION OF FOOD ELEPHANT


SUMATRA (Elephas maximus sumatranus Temminck.) AROUND DURI THE
MANDAU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY

Rahmad Fadillah1, Defri Yoza2, Evi Sribudiani2


(Departemen of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau)
Adress Bina Widya Km 12,5 Panam, Pekanbaru, Riau
Email: Rahmadrafa@yahoo.co.id

ABSTRACT

6XPDWUD¶V (OHSKDQW Elephas maximus sumatranus) including one of the endangered animals
and is the largest animal is still alive and could only be encountered on the island of Sumatra.
Form of elephant population dynamics influenced food availability, water availability and
mineral salts. The results VKRZHG WKDW WKH VLJQ RI 6XPDWUD¶V (OHSKDQW RIWHQ HQFRXQWHUHG LQ WKH
area of plantations, secondary forests and shrubs. Estimates as many that 49 elephant dung
and 2450 pellets with an area of 0.02 km² transect. Elephant population density as much as
0,966 head/0,02km2. Estimates of the total number of Sumatran Elephants using dung
circumference measurement method (dung) Is estimated at about 20 head. Feed plants
identified as many that 29 species of elephants consisting of 16 family. Plant seedlings
elephants feed as many that 11 species and 18 herbaceous species. Plants that are found for
levels of herbaceous Poaceae and Asteraceae tribe while the seedlings are found plants
belonging to the family Myrtaceae, Moraceae, and Euphorbiaceae. Elephant feed production
as much as 11,108 kg / ha. Elephant feed requirements with an approximate calculation of the
number of elephants 0,48 head / ha requires feed 144 kg / ha.

Keywords: elephant, location, population, feed.

PENDAHULUAN

Gajah Sumatera (Elephas maximus Berdasarkan International Union for the


sumatranus Temminck.) merupakan salah Conservation of Nature and Natural
satu kekayaan fauna Indonesia yang Resources (IUCN), gajah termasuk dalam
termasuk satwa langka berdasarkan Appendix 1 yang harus dilindungi dan
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang tidak boleh diperdagangkan setiap bagian
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan tubuhnya. Populasi Gajah Sumatera di
Ekosistemnya perlu dilindungi dan Riau diperkirakan tersebar di 16 kantong
dilestarikan (Syarifuddin, 2008). habitat yang sampai saat ini terus
1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau
2. Dosen Pembimbing Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol.1 No 2 Oktober 2014
mengalami kerusakan (Departemen (WWF) seperti pengusiran (flying squad)
Kehutanan, 2006). Suaka Marga Satwa dan pendampingan masyarakat dalam
Balai Raja Kabupaten Bengkalis melakukan pengusiran gajah merupakan
merupakan salah satunya kantong Gajah upaya yang saat ini paling sesuai dengan
Sumatera yang ada di Provinsi Riau (Yoza, prinsip-prinsip konservasi namun
2009). Peningkatan konversi hutan untuk menciptakan ketergantungan masyarakat
perkebunan dan hutan tanaman industri terhadap keberadaan lembaga swadaya
merupakan diantara penyebab masyarakat tersebut (Yoza, dkk, 2013).
berkurangnya tutupan hutan dan terjadinya Ketika kondisi habitat rusak, Gajah
fragmentasi habitat (Yoza, 2003). Sampai Sumatera melakukan aktivitas untuk
tahun 2009, populasi Gajah Sumatera di mendapatkan makanan dan cover dengan
Balai Raja diperkirakan 34 individu mencari hutan lain yang lebih baik dan
dimana tahun 2005 antara 35 ± 50 individu lebih luas. Bisa diprediksikan apabila
(Desai & Samsuardi 2009 dalam Suhandri, hutan terus dibuka maka ketersediaan
dkk, 2010). Informasi tahun 2010, makanan Gajah Sumatera menjadi
populasi gajah di balai Raja diperkirakan terbatas, sehingga Gajah Sumatera akan
meningkat karena terdapat angka kelahiran mencari makanan alternatif yang terdapat
gajah meskipun ada kematian gajah di klan pada areal perkebunan, areal budidaya
tersebut. Selain itu, konflik gajah dengan pertanian dan perladangan penduduk serta
manusia terjadi setiap hari dan gajahpun daerah pemukiman. Gajah Sumatera juga
dapat masuk ke dalam pemukiman dipastikan akan melakukan serangan
masyarakat (Suhandri, dkk, 2010). terhadap manusia dan perusakan terhadap
Menurut WWF dan Balai KSDA perumahan (Alikodra, 1990).
Riau (2006) Gading merupakan bagian Penelitian ini bertujuan untuk
tubuh gajah yang dicari para pemburu. mengetahui sebaran, populasi dan
Kegiatan perburuan gajah untuk perkiraan produksi pakan gajah di sekitar
perdagangan gading diprediksikan ke Desa Petani Kecamatan Mandau
depannya akan semakin besar mengingat Kabupaten Bengkalis.
satwa komersial tinggi lainnya, seperti
harimau semakin sulit diburu, ada METODELOGI PENELITIAN
kemungkinan para pemburu ini akan
mengalihkan sasarannya ke gajah karena A. Tempat dan Waktu Penelitian
dapat dilakukan dengan lebih mudah Penelitian dilakukan di daerah
(WWF dan Balai KSDA, 2006). kantong Gajah Suaka Marga Satwa Balai
Populasi Gajah Sumatera selalu Raja Desa Petani Kecamatan Mandau
mengalami penurunan dari tahun ke tahun Kabupaten Bengkalis pada Bulan Agustus
yang disebabkan karena terjadinya hingga Bulan November 2013. Penentuan
perubahan dan pergeseran habitat Gajah Lokasi berdasarkan informasi dari
Sumatera, sehingga perlu dilakukan suatu masyarakat Desa Petani dan pihak terkait
pengamatan mengenai jalur jelajah dan lainya tentang keberadaan Gajah Sumtera.
sebaran Gajah Sumatera di suatu lokasi. B. Metode Pengumpulan Data
Upaya-upaya pemecahan masalah Penelitian ini dilakukan dengan
antara Gajah Sumatera dengan habitatnya menggunakan metode s pendekatan survey
yang dilakukan oleh pemerintah selama ini tidak berpeluang (non probabilistic) atau
menggunakan upaya-upaya seperti secara sengaja (purposive), artinya
pengusiran dan pemindahan Gajah pemilihan lokasi atau area pengamatan
Sumatera yang dianggap bermasalah ke tidak didasarkan secara probabilistik
kawasan konservasi (Yoza, 2003). Selain (penarikan contoh) tetapi berdasarkan data
itu, upaya-upaya yang dilakukan oleh awal dan informasi masyarakat tentang
pihak lembaga swadaya masyarakat distribusi gajah yang ada (Fadli, 2004).

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Berdasarkan alasan tersebut, maka area Estimasi kepadatan gajah dari hasil
pengamatan distribusi Gajah Sumatera perkalian jumlah total kotoran dengan laju
difokuskan di kantong-kantong habitat urai kotoran dibagi dengan laju produksi
Gajah Sumatera yang sudah teridentifikasi kotoran (Dawson, 1993 dalam Syarifudin,
di kantong gajah Suaka Margasatwa Balai 2008), dan estimasi jumlah kotoran atau
Raja Desa Petani Kecamatan Mandau kepadatan kotoran/km² (Barnes, 1996
Kabupaten Bengkalis. Kepadatan populasi dalam Syarifudin, 2008). Jumlah gajah
Gajah Sumatera dapat dipelajari melalui dalam satuan kilometer persegi dapat
studi terhadap laju urai kotoran (hari), laju diketahui berdasarkan rumus (Lawson,
produksi kotoran (kali/hari), jumlah 2006 dalam Syarifudin, 2008).
kotoran per km2, dan jumlah gajah/km2.
Laju Urai Kotoran (LUK) menunjukkan E = (N x LUK)/LPK
berapa lama (hari) kotoran (piles) terurai Dimana:
semuanya. Laju Produksi Kotoran (LPK) E = Jumlah gajah per km²
(kali/hari) merupakan berapa kali/ekor N = Jumlah kotoran per km²
Gajah Sumatera menghasilkan LUK = Laju Urai Kotoran(hari)
kotoran/hari. Menurut Santiapillai dan LPK = Laju Produksi Kotoran (kali/hari)
Suprahman, 1998 dalam Syaripuddin,
Menurut Alikodra (1990) berdasarkan
2008) LPK berkisar antara 16 ± 18
hasil penimbangan berat basah yang
kali/hari, sedangkan jumlah kotoran adalah
diperoleh dari setiap petak contoh/jalur,
akumulasi dari seluruh kotoran yang
dapat ditaksir biomassa dengan
ditemukan/km2.
menggunakan rumus:
Peletakan petak perhitungan populasi
Lx p
gajah/ha menggunakan jalur transek
P = ---------
sepanjang 1 km dengan lebar 20 meter
l
atau sekitar 0,02 km2. Luas petak
Dimana:
pengamatan jika dikonfensikan keluasan
maka di peroleh seluas 2 P = Biomassa herba/semai (kg)
Pengukuran biomassa dengan teknik L = Luas kawasan yang diteliti (ha)
hand clipping yaitu memotong rumput p = Biomassa herba/semai pada petak
dengan ukuran petak sampel sesuai dengan contoh (kg)
tipe vegetasinya yaitu ukuran 1 x 1 m2 l = Luas jalur (ha)
sebanyak 12 petak pada tiap-tiap jalur dan
dilakukan penimbangan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan timbangan ohauss
(Abdullah, 2002). Sampling vegetasi A. Tutupan Lahan
pakan gajah akan dipangkas dan dan Sebagian besar wilayah Desa Petani
ditimbang didapatkan jumlah total merupakan wilayah perkebunan sawit dan
biomassa di lokasi penelitian Untuk karet. Tutupan lahan yang ada di desa
mengetahui jenis tumbuhan pakan gajah petani dicantumkan pada Tabel 1.
merujuk dari referensi dan sumber bacaan Tabel 1. Tutupan lahan lokasi penelitian
lainnya yang tergolong tumbuhan pakan No Tutpan lahan Luasan (ha)
gajah. 1 Hutan alam 211,98
2 Kelapa sawit perusahaan 2.517,62
C. Analisis Data 3 Kelapa sawit rakyat 9.871,47
Metode yang digunakan untuk 4 Semak belukar 934,58
5 Tanah terbuka 10.782,49
kepadatan populasi Gajah Sumatera 6 Tanah campuran 6.168,96
menggunakan metode penghitungan tidak Total 30.487,1
langsung. Metode ini berdasarkan estimasi Sumber: Hasil olahan data (2013)
jumlah total kotoran yang ditinggalkan Hutan sekunder dan semak belukar
dalam satuan luas tertentu (Yanuar, 2000). yang tidak dikelola oleh pemiliknya juga

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


ditemukan di lokasi penelitian sebagai B.2.1. Sebaran Gajah Sumatera di
tempat beristirahat dan sumber pakan Kebun Sawit
gajah. Tanah terbuka merupakan wilayah Tanda keberadaan gajah di
yang paling luas di lokasi penelitian. perkebunan sawit Desa Petani ditemukan
B. Sebaran Gajah Sumatera bekas jejak, kotoran (dung), bekas cabutan
Gajah Sumatera hidup secara sawit yang berumur muda dan pondokan
berkelompok, sehingga tidak sulit untuk yang dirobohkan kawanan gajah. Tanaman
menemukan tanda keberadaannya. Sebaran Sawit yang dimakan gajah merupakan
gajah di lokasi penelitian sering kali sawit yang masih berumur muda, hal ini
dijumpai di hutan sekunder dan terkadang disebabkan karena gajah dengan mudah
juga ditemukan pada lahan yang dibiarkan menjangkau pucuk dan merasakan adanya
bersemak oleh pemiliknya. Sebaran gajah rasa manis pada bagian umbut sawit dan
juga ditemukan di lahan perkebunan daun muda. Gajah bila masuk ke areal
masyarakat dan daerah aliran sungai di perkebunan biasanya memakan kelapa
sepanjang Desa Petani. Selain itu, gajah sawit yang berumur 2 tahun ke bawah
terkadang mengunjungi pemukiman untuk dimakan umbutnya dan memakan
masyarakat. daun karet sampai umur 4 tahun (Yoza dan
B.1. Sebaran Gajah Sumatera di Hutan Sari, 2008). Gajah mengunjungi
Sekunder perkebunan sawit masyarakat seringkali
Sebaran Gajah Sumatera di lokasi pada malam hari, sore menjelang malam
penelitian Desa Petani di hutan sekunder dan pagi menjelang siang untuk
ditemukan sebanyak 3 titik lokasi. Gajah menghindari panas matahari dan
di lokasi penelitian lebih menyukai kondisi pertemuan langsung dengan manusia.
hutan sekunder yang terdapat ketersedian Gajah merupakan mamalia terrestrial yang
air untuk kebutuhan minum, mandi serta aktif baik di siang maupun malam hari,
untuk tempat berkubang. Lokasi-lokasi sebagian besar aktif dari 2 jam sebelum
Hutan sekunder yang pernah dikunjungi petang sampai 2 jam setelah fajar untuk
gajah dicantumkan pada Tabel 2. mencari makan (WWF, 2005).
Tabel 2. Sebaran gajah di hutan sekunder B.2.2. Sebaran Gajah Sumatera di
Koordinat Kebun Karet
No Sebaran
E N
1 Hutan sekunder 101°07'19.0" 01°18'58.1" Perkebunan karet masyarakat juga
2 Hutan sekunder 101°06'53.2" 01°18'47.4"
3 Hutan sekunder 101°05'40.5" 01°21'19.2"
merupakan lokasi yang sering dikunjungi
Sumber: Hasil olahan data (2013) gajah. Gajah ditemukan menumbangkan
Berdasarkan informasi yang diperoleh dan memakan daun karet yang masih
dari masyarakat Desa Petani, gajah pada muda. Gajah menyukai daun karet yang
waktu siang hari lebih banyak berdiam diri
masih muda disebabkan karena
di hutan sekunder yang masih banyak
ditumbuhi pohon dan pohon tersebut perawakannya yang lunak dan mempunyai
tergolong kepada jenis pioner. Gajah cairan eskudat yang berwarna putih yang
Sumatera juga ditemukan di kawasan yang juga disukai gajah. Gajah cenderung
dibiarkan bersemak oleh pemiliknya. menggunakan lahan perkebunan karet
B.2. Sebaran Gajah Sumatera di Kebun yang berumur tua untuk beristirahat,
Masyarakat menggesekkan badan pada pohon dan
Lahan perkebunan masyarakat Desa
menggaram.
Petani merupakan habitat yang sering
dikunjungi gajah. Salah satu penyebabnya B.2.3. Sebaran Gajah Sumatera di
adalah tanaman yang ditanam tergolong Kebun Ubi Kayu
kepada pakan yang disukai Gajah Tanda keberadaan gajah selain di
Sumatera seperti: sawit, karet dan kebun sawit dan kebun karet, gajah juga
berbagai tanaman kebun lainnya. ditemukan di kebun ubi kayu. Kebun ubi

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


kayu hanya digunakan gajah untuk tidur tempat minum dan mandi gajah di lokasi
pada malam hari. Sebaran tempat tidur penelitian dicantumkan pada Tabel 4.
gajah dicantumkan pada Tabel 3. Tabel 4. Sebaran gajah di sumber air
Tabel 3. Sebaran gajah di Kebun ubi kayu Koordinat
No Sebaran
E N
Koordinat
No Sebaran 1 Sumber air 101°07'18.8" 01°18'58.1"
E N
2 Sumber air 101°07'15.1" 01°18'53.1"
1 Kebun ubi kayu 101°07'59.3" 01°19'36.3"
3 Sumber air 101°05'40.9" 01°21'09.6"
2 Kebun ubi kayu 101°06'54.7" 01°18'48.0"
Sumber: Hasil olahan data (2013)
Sumber: Hasil olahan data (2013)
Temuan sebaran tempat tidur gajah di Tanpa adanya air Gajah Sumatera
kebun ubi kayu masyarakat terdapat 2 dipastikan akan mencari sumber air ke
lokasi. Gajah Sumatera tidur dua kali tempat lain meskipun harus berjalan
sehari, yaitu pada tengah malam dan siang sekitar 5 sampai 10 km setiap harinya.
hari. Malam hari Gajah Sumatera sering Gajah termasuk satwa yang sangat
tidur dengan merebahkan tubuhnya bergantung pada air, sehingga pada sore
kesamping, memakai bantal terbuat dari hari biasanya mencari sumber air untuk
tumpukan rumput dan kalau sudah sangat minum, mandi dan berkubang (Ramono,
lelah terdengar pula bunyi dengkur yang 2001). Seekor gajah Sumatera
keras (WWF, 2012). membutuhkan air minum sebanyak 20-50
C. Fungsi Habitat liter/hari (Poniran, 1974).
Keberlansungan hidup Gajah Sumtera C.2. Gajah Sumatera Menggaram
ada tiga hal yang tidak dapat dipisahkan Sebaran gajah di perkebunan selain
yaitu: pakan, air dan garam mineral yang untuk memenuhi kebutuhan pakan, gajah
keseluruhan dari ini semua tercangkup juga mengunjungi lahan perkebunan
kedalam habitat tempat hidup gajah. sebagai tempat mencari sumber garam.
Habitat merupakan faktor kunci untuk Penemuan tempat menggaram gajah
konservasi dan migitasi konflik gajah dicantumkan pada Tabel 5.
manusia (Syamsuardi, 2009 dalam yoza, Tabel 5. Tempat menggaram gajah di
dkk, 2013). Habitat Gajah Sumatera di kebun masyarakat
Koordinat
Riau berada di bawah tekanan berat dalam No Sebaran
E N
beberapa dekade terakhir, dan lebih dari 1 Kebun ubi 101°08'03.7" 01°19'19.7"
87% tutupan hutan dataran rendah 3 Kebun karet 101°06'28.0" 01°19'23.4"

(Lowland Evergreen Forest) di Riau telah Sumber: Hasil olahan data (2013)
hilang selama periode tersebut Tempat menggaram gajah di
(Syamsuardi, 2009 dalam yoza, dkk, perkebunan masyarakat yang berupa galian
2013). Habitat Gajah Sumatera di Desa dan penggemburan tanah yang diduga
Petani di dapat dilihat pada uraian berikut. menggunakan gading dan dibantu dengan
C.1. Gajah Sumatera di Sumber Air kaki ditemukan sebanyak 2 titik lokasi.
Berdasarkan temuan di lokasi Gajah membutuhkan garam dibuktikan
penelitian, terdapat 3 sebaran titik lokasi dengan penemuan gumpalan bungkus mie
yang diduga tempat minum dan mandi instan di lokasi penelitian dalam kotoran
gajah, sumber air tersebut banyak dijumpai (dung) yang diduga gajah merasakan
berbentuk sungai yang mengalir di hutan adanya rasa asin yang masih melekat pada
sekunder dan lahan rawa yang dibiarkan bungkus mie instan. Gajah membutuhkan
bersemak oleh pemiliknya. Diduga gajah garam-garam mineral, antara lain :
mendapatkan sumber air selain di hutan kalsium, magnesium, dan kalium, garam-
sekunder, juga menggunakan air untuk garam tersebut diperoleh dengan cara
kebutuhan minum, mandi dan berkubang memakan gumpalan tanah yang
dari sungai-sungai kecil lainya yang mengandung garam, menggemburkan
tersebar di lokasi penelitian. Sebaran tanah tebing yang keras dengan kaki depan
dan gading, dan makan pada saat hari
hujan atau setelah hujan, gajah juga sering

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


melukai bagian tubuhnya agar dapat
menyikat darahnya yang mengandung Tabel 6. Komposisi tumbuhan pakan gajah
garam (Yoza dan Sari, 2008). Nama Jum
No Nama ilmiah Suku
Daerah lah
D. Populasi Gajah Sumatera 1 Krinyuh Eupathorium Asteraceae
87
Berdasarkan Hasil penelitian di Desa odoratum
2 Bandotan Ageratum Asteraceae
Petani, berdasarkan perhitungan individu conyzoides
45

Gajah/ha dilakukan dengan menggunakan 3 Tutup Mikania Asteraceae


24
Alam mikrantha
metode tidak langsung pada koordinat E: 4 Gletang Tridax Asteraceae
67
101°08'04.0" dan S: 01°18'26.7" yang procumbens
5 Sianik Carex phacota Cyperaceae 134
diawali pada kebun ubi kayu milik salah 6 Balik Mallotus Euphorbiaceae 3
satu masyarakat sekitar. Total panjang Angin paniculata
7 Meniran Phyllanthus Euphorbiaceae 2
transek 1 km dan lebar transek sekitar 0,02 urinaria
km, maka luas areal cacah kotoran Gajah 8 Mahang Macaranga Euphorbiaceae 1
triloba
Sumatera adalah 0,02 km². Perkirakan 9 Mahang Macaranga Euphorbiaceae 1
jumlah kotoran Gajah Sumatera di lokasi Tapak gigantea
Gajah
penelitian (N) dalam 0,02 km² = jumlah 10 Kacang- Centrosema Fabaceae 2
kotoran 49/ lebar jalur 0,02 = 2450 pellet. kacangan pubescens
11 Resam Gleichenia Gleicheniaceae 56
Penelitian ini, menggunakan Laju Urai linearis
Kotoran (LUK) dengan nilai 0,0071, Laju 12 Dinellia sp. Liliaceae 8
13 Sikeduduk Melastoma Melastomaceae 3
Produksi Kotoran (LPK) yaitu 18 kali/24 malabathricum
jam. Hasil dari estimasi kepadatan gajah di 14 Terap Arthocarpus Moraceae 2
elasticus
Desa Petani dapat dihitung berdasarkan 15 Cempedak Arthocarpus Moraceae 1
LUK dan LPK adalah 0.966 ekor/0,02 heterophylus
16 Kelat Syzygium sp. Myrtaceae 3
km². 17 Marapuyan Rhodamnia Myrtaceae 4
Perkiraan jumlah total Gajah Sumatera cenerea
18 Markisa Passiflora Passifloraceae 1
di lokasi penilitian dengan menggunakan hutan lingularis
metode pengukuran keliling kotoran 19 Rumput Paspalum Poaceae 67
kerbau conjugatum
(dung) diperkirakan sekitar 20 ekor. 20 Ilalang Imperata Poaceae 145
Wilayah yang rutin dikunjungi gajah di cylindrica
21 Rumput Axonopus Poaceae 121
lokasi penelitian merupakan hutan pait compressus
sekunder, kebun sawit dan kebun ubi kayu 22 Suket Digitaria Poaceae 150
cakar ciliaris
masyarakat. kawasan Suaka Marga Satwa 23 Rumput Pennisetum Poaceae 14
Balai Raja diperkirakan memiliki populasi Gajah polystachyon
24 Paku Stenochlaena Polypodiaceae 56
sekitar 35-50 gajah, namun ada minimal palustris
34 gajah di kawasan ini selama survei 25 Akar kait Uncaria sp. Rubiaceae 8
26 Rumput Boreria alata Rubiaceae 67
terkini (WWF, 2005). Survei yang setawar
dilakukan Yoza dkk (2005) diperkirakan 27 Tenggek Euvodia Rutaceae 1
burung aromatica
satu kelompok gajah terdiri dari 8-10 28 Anggrung Trema Ulmaceae 5
individu pada habitat Balai Raja di orientalis
29 Laban Vitex Verbenaceae 1
Kabupaten Bengkalis. pubescens
E. Pakan Gajah Sumatera Jumlah 1078
E.1. Jenis-jenis Pakan Gajah Sumatera Sumber: Hasil olahan data (2013)
Hasil penelitian yang dilakukan E.2. Biomassa Pakan Gajah Sumatera
dengan menggunakan transek jalur dengan Faktor pendukung habitat Gajah
metode purpossive sampling pada lintasan Sumatera lainya adalah ketersedian pakan.
jalur gajah liar di Desa Petani, ditemukan Keterangan jumlah biomassa pakan gajah
jenis-jenis pakan gajah tingkat semai dan berdasarkan pengelompokan suku di lokasi
herba yang diketahui sebagai palatabilitas penelitian dicantumkan pada Tabel 7.
pakan gajah. Komposis tumbuhan pakan
gajah dicantumkan pada Tabel 6.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


Tabel 7. Perhitungan biomassa pakan ekor/ha. Perhitungan perkiraan daya
gajah seluas 2 ha berdasarkan dukung pakan gajah di Desa Petani
pengelompokan suku dicantumkan pada Tabel 8.
No Family Biomassa (kg) Tabel 8. Perkiraan daya dukung pakan
1 Asteraceae 7.088
2 Cyperaceae 1.581 Gajah Sumatera di Desa Petani
3 Euphorbiaceae 0.175 Daya
Total Kebutuhan
4 Fabaceae 0.0246 Luas dukung
biomassa pakan gajah
5 Gleicheniaceae 1.439 (ha) pakan
(kg) (kg/ekor/hari)
6 Liliaceae 0.113 (ekor/hari)
7 Melastomaceae 0.046 2 22,2166 300 0,073
8 Moraceae 0.108 1.146,56 12.736,3 300 42,454
9 Myrtaceae 0.302 32
10 Passifloraceae 0.029
11 Poaceae 7.994 Sumber: Hasil olahan data (2013)
12 Polypodiaceae 1.54 Kebutuhan pakan gajah di lokasi
13 Rubiaceae 1.476
14 Rutaceae 0.036 penelitian dengan perkiraan perhitungan
15 Ulmaceae 0.228 jumlah gajah 0,48 ekor/ha membutuhkan
16 Verbenaceae 0.037
Total biomassa 22,216 kg pakan 144 kg/ha, sedangkan ketersediaan
Sumber: Hasil olahan data (2013) pakan di lokasi penelitian hanya 11,108
Berdasarkan hasil penutupan lahan kg/ha, artinya untuk kebutuhan pakan 1
citra satelit landsat tahun 2013 tumbuhan ekor gajah dapat terpenuhi dengan luasan
pakan gajah banyak dijumpai diberbagai 27,00 ha kawasan Desa Petani. Akibatnya
aliran sungai yang tersebar di Desa Petani. gajah akan memakan tanaman masyarakat
Luasan pengambilan sampel pada jalur dan mencari lokasi baru untuk memenuhi
lintasan gajah dengan luas jalur 2 ha dan kebutuhan pakan dalam jumlah yang besar
luas kawasan yang diteliti sebesar 1.146,56 (Yoza dan Sari, 2008).
ha yang terdiri dari semak belukar dan Perkiraan daya dukung habitat Gajah
hutan sekunder. Hasil mengenai biomassa Sumatera dipengaruhi oleh besarnya daya
pakan gajah tumbuhan semai dan herba dukung pakan gajah dengan luasan
dengan jumlah total sebesar 12736,332 kg. wilayah yang diteliti (Abdullah, 2002).
Hasil pengamatan oleh Dwi dkk (2013) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tingkah laku harian pada 2 ekor Gajah daya dakung pakan Gajah Sumatera
Sumatera di Bali Safari and Marine Park sebanyak 2 ha adalah 0,073 ekor/hari.
(BSMP) menunjukkan bahwa gajah Untuk luas kawasan 1.146,56 ha daya
memiliki proporsi tingkah laku paling dukung pakannya dapat menampung
banyak adalah makan (43,76%) kemudian sekitar 42,454 ekor/hari. Artinya
istirahat (26,20%), pergerakan (15,73%), ketersediaan pakan tumbuhan tingkat
berkubang (7,53%), lain-lain (4,84 %), semai dan herba di kawasan Desa Petani
menggaram (1,40%) dan minum (0,54%). pada Bulan September 2013 dengan luasan
Gajah makan dengan cara mengupas yang diteliti 1.146,56 ha tidak bisa
bagian batang kayu atau kambium menampung kebutuhan pakan jika gajah
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 45-50 ekor secara bersamaan
mineral terutama kalsium untuk mengunjungi Desa Petani tanpa
memperkuat tulang, gigi dan gading. mempertimbangkan faktor lain.
Gajah bukan satwa yang hemat terhadap
pakan sehingga cenderung meninggalkan KESIMPULAN DAN SARAN
banyak sisa makanan bila masih terdapat
makanan yang lebih baik (Fadhli, 2005). Kesimpulan
F. Perkiraan Produksi Pakan Gajah 1. Sebaran Gajah Sumatera lebih banyak
Sumatera dijumpai di perkebunan ubi, kebun
Berdasarkan hasil penelitian, kelapa sawit, dan hutan sekunder serta
diperkirakan jumlah gajah yang pernah lahan yang dibiarkan bersemak oleh
mengunjungi Desa Petani adalah 0,48 pemiliknya. Gajah menyukai tempat

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


ini karena banyak terdapat rumput dan Riau-Yayasan WWF Indonesia.
masih terdapat sumber garam mineral, Provinsi Riau.
serta dapat beristirahat menghindari Dwi, N., Yudarini, I G. Soma dan S.
terik matahari pada siang hari di widyastuti. 2013. Tingkah Laku
sekitar sumber pakan. Harian Gajah Sumatera (Elephas
2. Populasi Gajah Sumatera yang pernah Maximus Sumatranus) di Bali
mengunjungi Desa Petani berdasarkan Safari and Marine Park. Jurnal
perhitungan Laju Urai Kotoran (LUK) Indonesia Medicus Veterinus,
sekitar 0,048 ekor/ha. Volume 2 (4) : 461- 468.
3. Produksi pakan Gajah Sumatera Fadhli, N. 2004. Gajah di Tesso Nilo dan
sebanyak 11,108 kg/ha, diekstrapolasi Konfliknya. WWF Areas Riau
keluasan total 1.146,56 ha sehingga Project. Pekanbaru.
produksi pakan gajah 12.736,332 kg, Fadhli, N. 2005. Elephants In Tesso Nilo.
artinya untuk 1 ha luasan tidak http://www.wwf.or.id/tessonilo/def
mencukupi kebutuhan 1 ekor gajah ault.php?ID=808. Diakses pada
yang membutuhkan pakan sekitar 300 Tanggal 12 Pebruari 2014.
kg/hari. Kebutuhan pakan gajah baru Konservasi Sumberdaya Alam. 2000.
akan terpenuhi jika dikonvensikan Upaya Pelestarian Gajah di
keluasan dengan 27,00 ha untuk 1 Propinsi Riau. BKSDA Riau.
ekor gajah. Poniran. 1974. Elephant in Aceh
Sumatera. Direktorat Jenderal
Saran Kehutanan. Jakarta.
Sebaran gajah yang ada di jalur Ramono, WS. 2001. Karakteristik Gajah
lintasan Gajah Sumatera di lokasi Sumatera. Makalah dalam
penelitian Desa Petani tersebaar diberbagai Semiloka Permasalahan Manusia
lokasi, perlu dilakukan pemetaan jalur dengan Gajah di Riau. 28-29 Maret
jelajahan gajah, dan dilakukan pengayaan 2000. Pekanbaru.
tumbuhan yang diduga sebagai pakan Suhandri. dkk. 2010. Analisa Konservasi
gajah. Gajah Sumatera di Kantong
Balai Raja (Blok Libo),
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Bengkalis, Propinsi
Riau. Laporan Hasil Survey WWF
Abdullah. 2002. Estimasi Daya Dukung Indonesia dan BBKSDA. Provinsi
Habitat Gajah Sumatera Riau.
(Elephas maximus sumatranus Syarifuddin, H. 2008. Analisis Daya
Temminck) di Kawasan Hutan Dukung Habitat dan Permodelan
Tesso Nilo Riau. Tesis Dinamika Populasi
Departemen Biologi Bidang GajahSumatera (Elephas
Ekologi. Fakultas Matematika dan maximus sumateranus) di
Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : Kabupaten Bengkulu Utara,
Institut Teknologi Bandung. Provinsi Bengkulu. Disertasi IPB.
Alikodra, HS. 1990. Pengelolaan Bogor.
Satwaliar Jilid 1. Pusat Antar Syarifuddin, H. 2008. Survei Populasi
Universitas Ilmu Hayat. Bogor : dan Hijauan Pakan Gajah
Institut Pertanian Bogor. Sumatera (Elaphas maximus
Departemen Kehutanan. 2006. Rencana sumatranus) di Kawasan Seblat
Pengelolaan Taman Nasional Kabupaten Bengkulu Utara.
Tesso Nilo 2005-2025. Balai Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Konservasi Sumberdaya Alam Peternakan, Volume XI (1): Hal.
45-46.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014


WWF dan Balai KSDA Provinsi Riau.
2006. Protokol Pengurangan
Konflik Gajah Sumatera di Riau.
Pekanbaru.
WWF. 2005. Mengenal Gajah Sumatra.
http://www.wwf.or.id/?5484/Meng
enal-Gajah-Sumatra. Diakses pada
tanggal 13 juni 2014.
WWF. 2012. Gajah Sumatera Kritis.
Bulletin Suara Tesso Nilo.
Pekanbaru.
Yanuar, A. 2000. Panduan Teknik
Survey Umum Mammalia.
Pelatihan Survey Keanekaragaman
Hayati TN Way Kambas. 10-15
September 2000. Lampung.
Lampung.
Yoza, D. 2003. Inventarisasi, Identifikasi
dan Keanekaragaman Jenis
Satwa Liar di Tahura SSH.
Laporan Penelitian Bekerjasama
dengan Dinas Kehutanan, Propinsi
Riau.
Yoza, D., N. Qomar dan N. Fadhli. 2005.
Pengidentifikasian Distribusi dan
Populasi Gajah di Riau. Laporan
Penelitian bekerjasama dengan
WWF Elephant Project, Riau.
Yoza, D dan I. Sari. 2008. Perkiraan
Daya Dukung Habitat Gajah
Sumatera (Elephas maximus
sumatranus Temminck, 1847)
Berdasarkan Ketersediaan
Pakan di Resort Pelalawan
Taman Nasional Tesso Nilo.
Laporan Penelitian.
Yoza, D. 2009. Pemetaan Sebaran Gajah
di Areal Konsesi PT. Chevron
Pacific Indonesia. Laporan
Penelitian Bekerjasama dengan PT.
Chevron Pacipic Indonesia, Riau.
Yoza, D., R. Sulaeman, dan Kausar. 2013.
Mitigasi Konflik Gajah-Manusia
Menggunakan Sistem
Agroforestri Sawit-Hutan Di
Kabupaten Bengkalis. Laporan
Akhir Hibah Bersaing Bekerjasama
dengan Lembaga Penelitian
Universitas Riau, Pekanbaru.

Jom Faperta Vol. 1 No. 2 Oktober 2014

You might also like