You are on page 1of 7

CHAPTER 

 IMPROVEMENT OF CONTENT OF- EDUCATION


AND DEVELOPMENTOF ABILITY
3 Scientific and Technical Education
(3) Vocational Education in Secondary Schools
a Vocational Education in Japan

Lower Secondary School In lower secondary schools, technical and vocational


education is offered through elective subjects which include agriculture, industry,
commerce, fishery, domestic arts, etc. Those who are preparing to work in various
occupations optionally learn these subjects two or three hours a week, aiming at the
acquirement of fundamental knowledge and skills necessary either for vocational
employment or for homemaking. Regardless of his future career, every pupil is
required to study industrial arts or homemaking for practical reasons.

Upper Secondary School Vocational education in upper secondary schools is carried


on mainly through such subjects as agriculture, industry, commerce, fishery, domestic
arts, etc. To prepare middle-class industrial workers, vocational education at this level
is designed to provide pupils with fundamental knowledge and skills which are
directly related to the respective occupations, as well as to provide direct occupational
training and creative ability. Instruction in experiments and practical exercises
including home projects is emphasized in the school.

The recent trends observed in vocational education in Japan in the agricultural,


industrial and commercial courses in upper secondary schools, are as follows.

In agricultural courses, such subjects as agriculture, horticulture and animal


husbandry, etc. are so organized and conducted as to prepare the students to assume
direct responsibility for modern agricultural management and the importance of
experiments and practical projects has been accentuated for the expansion of
productivity and also for the selective development of agriculture. Measures to
improve the equipment installed in agricultural upper secondary schools were
approved for the purpose of educating independent farmers. In fiscal 1964, a sum of
about 2OO million yen was appropriated in the budget for five schools established for
this purpose. In addition, preparations for providing such courses as agricultural
manufacturing and agricultural engineering are being made to train technicians to be
engaged in agricultural industry. Further, agricultural engineering, manufacturing,
machinery, applied dynamics, and conservations, etc. have been included in the
curriculum since 1963.

Concerning industrial courses, very careful examination has been made as to the
contents of courses in machinery, electricity, industrial chemistry, architecture, civil
engineering, etc. To meet the modern social needs to develop industrial engineering,
the school curriculum today covers such new subjects as industrial metrology,
electronics, automatic control, chemical engineering, and general study of nuclear
engineering. The importance of experiments and exercises has been realized, and it
has been urged, for example, to encourage practical exercise of handling automatic
machine tools or precision machine tools, and also experimental work for scientific
study of mechanical engineering.

In commercial courses, special emphasis is laid on the study of business management,


especially scientific management of office work and effective use of office machines.
In business accounting, for example, classes are equipped with electrical machines.
Bookkeeping calculating and copying machines are now being installed as
instructional equipment in appropriate classrooms.

Vocational courses are also provided in part-time and correspondence upper


secondary schools. As these courses are provided mainly for working students,
measures have been in effect since 1961 authorizing approval of education obtained in
on-the-job training facilities approved by the Minister of Education as equal to
specified number of credits offered by the upper secondary school. There are 34 such
facilities and about 5000 students receiving the benefit of the cooperative program.
Moreover, the certificate of graduation is granted to those successfully completing for
a required period the machinery course or electrical course in the correspondence
industrial upper secondary schools which were recently established.

Technical College Established in 1962 to train technicians. The technical colleges aim
at providing a five year program of general and technical education for those who
have completed their compulsory education. In 1964, there existed 46 technical
colleges with 15,398 students.

Miscellaneous Schools, etc. In miscellaneous schools, youth classes, correspondence


adult education courses, etc., vocational training is encourage to develop practical
skills of the people.

On-the-job Training Centers There are two kinds of on-the-job training centers: public
centers under the control of prefectures (To, Do, Fu and Ken) including centers
located in commercial plants to promote employ-ment, anad privately controlled
centers. The former imparts fundamental technical training to those who are preparing
to work in various occupations, and specialized technical training to the people who
are already at work. The latter, mostly gives technical training to those who have
finished only lower secondary school education. In 1964, approximately 100,000
persons participated in those cooperative vocational programs.

PENDIDIKAN DI JEPANG
PENDAHULUAN
Jepang adalah termasuk industrial kelima di dunia. Meskipaun telah maju masyarakatnya
berkat ilmu dan teknologi, namun banyak pula permasalahan kependidikan yang perlu di
pecahkan oleh Negara tesebut. Namun perlu diperhatikan, kemajuan yang telah diraih jepang
setelah perang dunia II itu merupakan produk (hasil) dari proses kependidikan yang dikelola
secara konsisten dan terarah.[1]
Jepang merupakan salah satu Negara termaju dalam berbagai bidang kehidupan ekonomi,
teknologi, ilmu pengetahuan, social, politik. Tidak diragukan lagi bahwa Jepang merupakan
salah satu Negara di Asia yang produktifitas masyarakatnya begitu tinggi. Tentu saja pada
pengaturan pendidikan yang diperlakukan.
Dalam makalah ini akan kami bahas bagaimana sistem yang diterapkan di Jepang, serta
bagaimana tehnik pelaksanaannya sehingga jepang menjadi Negara yang maju di banding
Negara-negara di Asia pada umumnya.

STUDI TENTANG POTRET SISTEM


PENDIDIKAN DI JEPANG

A.      Tinjauan Geografis
Jepang merupakan konstitusional di barat laut samudra pasifik, terdiri dari empat pulau
besar yaitu Hokaido, Hanshu, Kyushu dan Shikoku. Selain itu juga ada kepulauan Ryukyu
(termasuk P. Okkinawa) dan beberapa pulau kecil luasnya 377.385km. kepulauan jepang
merupakan bagian dari barisan pegunungan muda yang menandai tepi samudra pasifik.
Dikepulauan Jepang terdapat 192 gunung api aktif dan endapan vulkanisnya hampir meliputi
25% dari seluruh permukaan wilayah negeri ini. Daerah gunung api aktif dan sumber air panas
terdapat di Hokkaido, Honshu tengah dan utara, serta di Kyushu selatan. Gempa bumi sering
terjadi setiap tahun tercatat lebih dari seribu kali gempa bumi. Meskipun demikian, gempa bumu
hebat yang cukup kuat untuk menghancurkan bangunan, hanya terjadi kira-kira 5 tahun sekali.
Negeri ini benar-benar kekurangan dataran rendah. Dari seluruh wilayah daratannya, hanya kira-
kira 13 persen saja yang dapat dibudi dayakan.[2]

B.       Sisten Pemerintahan
Jepang menjalankan system pemerintahan yang demokratis. Semua warga Negara yang
sudah dewasa berhak memberikan suara dan mencalonkan dari pemilihan nasional dan pemilihan
daerah. Sistem pemerintahan didasarkan pada konstitusi (undang-undang dasar) jepang yang
kadang kala disebut konstitusi perdamaian. Dimana konstitusi perdamaian menentukan peranan
besar, hak dan kewajiban rakyat, tanggung jawab berbagai instansi pemerintah serta berbagi
aturan mengenai bagaimana pemerintahan dijalankan.[3]
Konstitusi tahun 1946 yang diberlakukan pada tanggal 3 mei 1947, menetapkan kaisar
sebagai lambang Negara dan kesatuan bangsa. Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat, dan
wewenang legislative dipegang oleh Diet (parlemen) yang terdiri dari dua majelis terpilih yaitu:
Dewan perwakilan dan Dewan penasehat.[4] Kaisar tidak mempunyai kekuasaan yang berkaitan
dengan pemerintahan. Keluarga kekaisaran berasal dari abad-abad yang lalu yang merupakan
dinasti tertua yang tak pernah terputus di dunia. Kaisar dan permaisuri tinggal di istana
kekaisaran di Tokyo, sejak tahun 1868, Tokyo merupakan ibu kota Jepang, sebuah kota
metropolitan yang terdapat penduduknya, tetapi teyap bersih dan aman.

C.       Income Negara
Beberapa sumber ekonomi jepang berasal dari sector pertanian, perikanan dan
perindustrian. Pada sector pertanian Jepang mengembangkan tanaman-tanaman seperti kentang,
tebu, apel, anggur, jeruk, the, tembakau, dan minyak nabati. Pada sector lain, sejak zaman dahulu
ikan telah menjadi sumber protein utama di Jepang. Hasil tangkapan ikannya terutama berasal
dari arus dingin Oyashio dan arus hangat dari Kuroshoi kemudian bertemu di tangjung Unubo
(Honshu). Jepang merupakan salah satu Negara perikanan yang besar dari pengekspor ikan
terbesar, sumber lainnya adalah mutiara.
Sumber ekonomi Jepang yang lainya adalah sector perindustrian Jepang memiliki
industry berteknologi tinggi bidang otomotif, elektronik, perkakas, mesin, baja dan logam non
besi, industry perkapalan, industry pesawat terbang, kimia, tekstil, kertas (plup) dan industry
pengelolaan makanan.[5]

D.      Sistem Pendidikan di Jepang


1.         Filsafat Pendidikan
Filsafat Jepang mengatakan “anak-anak Jepang adalah harta karun Negara”. Nasib bangsa
masa depan diyakini ada dipundak anak-anak mereka. Sihingga sistem pendidikan nasional
Jepang lebih di arahkan demi kemajuan anak-anak bangsa mereka mendatang.
Diberlakukannya hokum dasar pendidikan (fundamental law of education) yang pada
hakikatnya merupakan statement filsafat pendidikan demokratis yang berbeda dengan imperiel
rescript on education. Dalam imperiel rescript on education disebutkan bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk meningkatkan kesetiaan dan ketaatan bagi kaisar agar dapat memperoleh persatuan
masyarakat dibawah ayah yang sama yakni kaisar.
Adapun tujuan pendidikan menurut fundamental law of education adalah untuk
meningkatkan perkembangan kepribadian secara utuh menghargai nilai-nilai individu dan
menanamkan jiwa yang bebas.
2.         Kebijakan di Bidang Pendidikan
Setelah perang, mulai 3 november 1946, konstitusi baru Jepang menetapkan kebijakan
pendidikannya atas dasar hak asasi manusia (pasal 14), jaminan kebebasan berfikir dan hati
nurani (pasal 19), kebebasan beragama (pasal 20), kebenasan akademik (pasal 23) dan hak bagi
semua orang untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuan mereka (pasal 26). Pada
maret 1947 melalui peraturan pendidikan sekolah (school education law) di tetapkan susunan
dasar sistem pendidikan keseluruhan atas dasar 6-3 3-4 beserta tujuan khusus pada tiap
jenjangnya.[6]
3.         Pengembangan Kurikulum dan Tenaga Pendidikan
Kurikulum di sekolah-sekolah Jepang pada semua tingkatan mencerminkan tujuan kembar
antara modernisasi dan persatuan. Tingkat dasar menitikberatkan pada pendidikan moral, music,
dan sejarah Jepang serta memberikan pengantar untuk ilmu-ilmu praktis.[7]
Perencanaan kurikulum melibatkan kementrian pendidikan,board of education, dan masing-
masing sekolah. Namun tanggung jawab perencanaan kurikulum dibebankan kepala sekolah dan
pelaksanaan kurikulum dilakukan melalui kerjasama semua staf pengajar.
Menurut Course of Study sekarang, kurikulum dirancang berdasarkan pada empat prinsip
berikut:
a.         Setiap sekolah harus merencanakan kurikulum yang sesuai.
b.        Perencanaan kurikulum di masing-masing sekolah harus mengikuti peraturan dan course of
study.
c.         Kondisi actual di masyarakat dan sekolah harus dipertimbangkan.
d.        Tahap perkembangan dan karakteristik pikiran dan bahan murid harus di pertimbangkan.[8]
Ada empat hal yang menjadi dasar semangat bagi proses belajar di jepang, yaitu:
a.         Semangat
b.        Sosialisasi
c.         Kreatif
d.        Cerdas[9]
Sedangkan metode pengajaran yang digunakan di sekolah-sekolah Jepang adalah kombinasi
dari penjelasan dan Tanya jawab guru, distribusi antar mrid dan eksplorasi oleh murid dengan
menggunakan alat pembelajaran.
Adapun tenaga kerja kependidikan di Jepang di ambil dari tenaga pendidik local yang
dikembangkan serta di awasi oleh penasehat-penasehat dari Amerika. Disamping mendapatkan
pendidikan dasar keguruan, para pendidik juga menggunakan alat bantu audiovisual dan diskusi.
Banyak local karya nasional diselenggarakan untuk melatih guru agar dapat menganalisa cara-
cara untuk meningkatkan karakteristik individu antara siswa.

E.       Sistem Penjenjangan Pendidikan


1.         Pendidikan pra sekolah
Taman kanak-kanak menerima murid berusia 3 sampai 5 tahun, untuk lama pendidikan 3
tahun. Anak berusia 3 tahun di terima dan mengikuti pendidikan selam 3 tahun, sedangkan anak
usia 4 tahun berarti menempuhnya selama 3 tahun, dan usia 5 tahun berarti menempuh
pendidikannya hanya 1 tahun.
2.         Pendidikan wajib
Wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6-15 tahun. Tiap anak bersekolah di SD pada usia 6-12
tahun dan di SMP hingga 15 tahun. Pendidikan wajib ini bersifat Cuma-Cuma tanpa bayar bagi
semua anak. Anak-anak dari keluarga tidak mampu mendapatkan bantuan khusus dari
pemerintah pusat dan daerah untuk biaya makan siang disekolah, piknik, kebutuhan belajar,
perawatan kesehatan, dan lain-lain.
3.         Pendidikan menengah atas
Jurusan di SMA dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum
(akademis), pertanian, tehnik, perdagangan, perikanan, home economic, perawatan dan
sebagainya. Biasanya lama penndidikannya selama 3 tahun.
Pendidikan umum di tatsuno dibagi dalam tiga jurusan yaitujurusan pertama adalah jurusan
bahasa yang merupakan course untuk melanjutkan ke perguruan tinggi fakultas bahasa,
akademika atau bercita-cita menjadi pegawai negeri. Jurusan kedua adalah jurusan sains yang
mempersiapkan siswa untuk meneruskan ke perguruan tinggi jurusan sains. Dan yang
ketiga adalah jurusan kesejahteraan dan keluarga yaitu jurusan yang mempersiapkan siswa untuk
meneruskan ke perguruan tinggi jurusan social kemasyarakatan.
Pendidikan kejuruan di Tatsuno adalah pendididkan bisnis yang menjadi tiga jurusan
akuntansi, jurusan informatika dan kejuruan manajemen.[10]
4.         Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi di jepang biasanya di tempuh selama 4 tahun kecuali bidang kedokteran dan
kedokteran gigi. Di Jepang ada empat jenis pendidiakn tinggi, yaitu:
a.         Universitas (digaku) 4 tahun
b.        Akademi teknologi (tanki-dagaku) 5 tahun, minimal 167 kredit
c.         Sekolah tinggi teknik (koto-senmon-gakko)
d.        Sekolah kejuruan (senmon-gakko)
Jumlah perguruan tinggi dan mahasiswa asing pada tahun 1996 di Jepang terdapat 576
universitas yang terdiri dari 98 universitas negeri, 53 universitas yang dimiliki pemerintah daerah
atau organisasi public local dan 425 universitas swasta. Serta 598 akademik dan 96 sekolah
tinggi yang dikelola pemerintah pusat, 54 pemerintah daerah dari 498 swasta.

5.         Pendidikan pasca sarjana


Pendidikan pasca sarjana di bagi menjadi dalam dua kategori yaitumaster’s degree
(S2) berlangsung sekitar 2 tahun dan doctor’s degree (S3) berlangsung selama 5 tahun.[11]

F.        Perbedaan Antar Lembaga Pendidikan Milik Swasta dan Negeri


Pendidikan di Jepang berada di bawah pengelola tiga lembaga, yaitu pemerintah pusat, daerah
dan pihak swasta. Sebagian besar pendidikan di Jepang tidaklah mahal dan tidak ada
diskriminasi antara siswa yang bersekolah di pemerintah atau Negara maupun yang bersekolah di
swasta. Pemerintah (negeri) dan swasta memberikan pendidikan gratis untuk siswa-siswa yang
tidak mempunyai selama bersekolah 9 tahun yaitu 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di
sekolah menengah pertama. Kedua lembaga tersebut juga memberikan beasiswa bagi pelajar-
pelajar yang berprestasi.

[1] H.M. Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1986), Cet. I, h. 89
[2] Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi edisi baru, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve, 1997), Jilid III
[3] Abd. Ranchman Assegaf, Internasional Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara Islam
dan Barat, ( Yogyakarta: Gema Media, 2003), h.172
[4] Redaksi Ensiklopedi Indonesia, Ensikopedi Indonesia seri Geografi Asia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), h. 130
[5] http://Id. Wikipedia. Org/wiki/Jepang
[6] Abdurrahman Assegaf, Op. Cit., h. 188
[7] I.N. Thut dan Don Adams, Pola-Pola Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), Cet. I, h. 480
[8] http://www.depdiknas.go.id/jurnal27/sistem-pendidikan-di-Jepang.htm
[9] http://nita3life.blog.friendstar.com/200/10/kurikulum-pendidikan-jepang.
[10] http://murniramli.wordpress.com/penjurusan_sma_di_Jepang/
[11] Abdurrahman Assegaf, Op. Cit., h. 179

You might also like