You are on page 1of 7

POLITEKNOSAINS, Vol.

XVI, No 1, Maret 2017 41

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Safety Performance


Dengan Menggunakan Metode Partial Component
Regression (PCR) dan Non-Iterative Linear Partial Least
Square (NIPALS)
Kartika Rahayu Tri Prasetyo Sari
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara PGRI Kediri
kartikaprasetya0207@gmail.com

ABSTRACT
Safety is a concern of the companies in their business operations. Safety performance is a critical
component of health care responsibilities and identify opportunities to improve services. In high-risk
organizations, safety performance is generally seen as a leading indicator to provide information about
the potential risk dangerous. The purpose of the assesment of safety performance is to identify and
manage safety issues. Therefore, this study aimed to analyze the factors that affect the safety
performance by PCR and NIPALS method and make the safety performance relational equation model
with factors that influence it. The object of the research is a nurse in Bayangkara hospital, Kediri.
Research will be conducted a research with quantitative methods. Collection the data for this study
using questionnaires distributed to respondents. The required data is data on the variables that have
been identified previously. Data needed in the form of metric data with X and Y are more than one.
Based on data processing using PCR and NIPALS found that PC Y2 is the best equation model for
prediction methods of PCR and Y 3 for NIPALS method. SSE of PCR models smaller than that obtained
from NIPALS method, so it can be concluded that the best model is the model equations using PCR.
Results obtained Factors affecting safety performance is the security and safety climate leadership. The
results were obtained Factors affecting safety performance is the safety climate and safety leadership

Keywords : Safety Performance, PCR, NIPALS, Safety Climate, Safety Leadership

I. PENDAHULUAN performance) yang baik memiliki dampak positif


terhadap produktivitas perusahaan.
Keselamatan kerja saat ini menjadi perhatian ILO sebagai organisasi internasional memiliki
banyak perusahaan dalam menjalankan operasi peranan penuh dalam masalah ketenagakerjaan,
bisnisnya. Produktivitas perusahaan sangat salah satunya mengeluarkan sejumlah konvensi
dipengaruhi dengan kinerja Sumber Daya yang dapat dijadikan dasar bagi suatu negara
Manusia (SDM) dan SDM tidak terlepas dari untuk membuat peraturan mengenai keselamatan
permasalahan kesehatan dan keselamatan saat
kerja. Indonesia merupakan salah satu negara
bekerja [1]. Berdasarkan hasil riset yang
anggota ILO, pemerintah Republik Indonesia
dilakukan badan dunia International Labour sejak lama telah mempertimbangkan masalah
Organization (ILO) yang menunjukkan kerugian perlindungan tenaga kerja. Keselamatan kerja di
akibat kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja, Indonesia diatur melalui UU No. 1 Tahun 1970
tidak ada alasan bagi siapapun untuk mengabaikan dan sejumlah peraturan perundangan lainnya.
masalah keselamatan kerja. Perusahaan yang Berdasarkan PER.05/MEN/1996, perusahaan
memiliki performa keselamatan kerja (safety
memiliki kewajiban menerapkan Sistem

Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi.... ISSN 1829-6181


42 POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Hasil penelitian ini juga didukung oleh sejumlah
(SMK3). Terdapat sejumlah sistem yang hasil penelitian lain Flin dan Mearns dkk [4], [11].
mendukung perusahaan dalam menerapkan Karena itu perusahaan mulai berlomba-lomba
SMK3 saat ini, diantaranya OHSAS 18000 dan memperbaiki safety performance untuk
ISO 14000 [1]. meningkatkan performa perusahaan secara
Safety performance adalah komponen penting keseluruhan. Dalam rangka meningkatkan safety
dari tanggung jawab pelayanan kesehatan dan performance, oleh karena itu penelitian ini
safety performance survei menyediakan sebuah bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
ukuran dari safety performance dalam organisasi dapat mempengaruhi safety performance,
dan mengidentifikasi peluang untuk sehingga dari faktor-faktor tersebut dapat
meningkatkan pelayanan. Dalam organisasi yang dilakukan evaluasi dan analisis perbaikan.
berisiko tinggi, safety performance umumnya
dipandang sebagai indikator utama untuk II. TINJAUAN PUSTAKA
memberikan informasi tentang potensi yang
A. Keselamatan Kerja
memiliki resiko berbahaya, berbeda dengan
Dalam konsep pengelolaan keselamatan kerja
indikator yang hanya mengidentifikasi setelah
modern atau Modern Safety Management (MSM)
kecelakaan terjadi. Dengan demikian tujuan dari
dikenal dua definisi keselamatan kerja. Pertama,
penilaian safety performance adalah untuk
didefinisikan sebagai bebas dari kecelakaan-
mengidentifikasi dan mengelola isu-isu
kecelakaan atau bebas dari kondisi sakit, luka atau
keselamatan yang relevan dengan rutinitas atau
bebas dari kerugian. Kedua, didefinisikan sebagai
kondisi kerja serta untuk memantau perubahan
pengontrolan kerugian. Definisi ini lebih
dari hasil penilaian keselamatan [4], [13], [14].
fungsional karena berkaitan dengan luka, sakit,
Griffin dkk menyatakan bahwa performansi
kerusakan harta, dan kerugian terhadap proses.
keselamatan di rumah sakit dipengaruhi secara
Definisi kedua ini juga termasuk dalam hal
langsung oleh safety climate atau safety culture
pencegahan kecelakaan dan mengusahakan
[8]. Rendahnya safety culture memiliki kontribusi
seminimum mungkin terjadinya kerugian [1].
positif terhadap timbulnya kesalahan dalam
pelayanan kesehatan, terapi yang tidak aman, dan B. Safety Performance
berbagai kecelakaan lain yang tak terduga Berdasarkan Wu dkk dalam Amalia, safety
(medical errors, unsafe therapies, and unitended performance didefinisikan sebagai kinerja dari
injuries) [9]. Pada penelitian Glendon dan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
Litherland yang menyatakan bahwa safety climate menjamin keselamatan kerja dalam suatu
atau safety culture mempengaruhi performansi perusahaan [17]. Safety performance dirancang
keselamatan secara aktual [7]. Gershon dkk yang untuk mengukur tingkat keselamatan kerja dalam
menyatakan bahwa saat budaya keselamatan suatu perusahaan. Berdasarkan Wu dkk, safety
menguat maka akan mengakibatkan performance diukur berdasarkan dimensi
meningkatnya performansi keselamatan [5]. organisasi dan manajemen keselamatan kerja
Wu dkk mendefinisikan safety performance (safety organization and management) [17].
sebagai kinerja dari kegiatan yang dilakukan oleh Peralatan dan pengukuran keselamatan kerja
perusahaan untuk menjamin keselamatan kerja (safety equipment and measures), statistik
dalam suatu perusahaan [17]. Tidak hanya kecelakaan kerja (accident statistics), evaluasi
berdampak positif terhadap produktivitas, safety pelatihan keselamatan kerja (safety training
performance yang baik juga menguntungkan evaluations), investigasi kecelakaan (accident
perusahaan dari segi finansial, yaitu dapat investigations), dan praktik pelaksanan
mengurangi biaya kesehatan untuk karyawan. keselamatan kerja (safety training practice).

ISSN 1829-6181 Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi....


POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017 43

C. Safety Leadership menyatakan bahwa saat budaya keselamatan


Wu dkk mendefinisikan safety leadership menguat, maka akan mengakibatkan
sebagai proses interaksi antara pimpinan dan meningkatnya performansi keselamatan [5].
pekerja, yang mana pimpinan dapat Berbedanya budaya kerja yang ada di masing-
mempengaruhi pekerja untuk mencapai tujuan masing negara mengakibatkan adanya perbedaan
keselamatan kerja organisasi dengan kondisi yang dalam penerapan safety performance, dari
ada pada organisasi dan diri pekerja [17]. Wu dkk beberapa penelitian yang dilakukan dengan
menyatakan bahwa safety leadership diukur menggunakan responden yang berbeda-beda
melalui tiga dimensi (subscale) yaitu kepedulian diantaranya ahli kesehatan, perawat, staf dan
terhadap keselamatan kerja (safety caring), physician [6], [15], [16]. Bukan hanya dari segi
pembinaan terhadap keselamatan kerja (safety responden yang berbeda tetapi juga dari unit
coaching), dan pengontrolan terhadap analisis yang diteliti diantaranya menggunakan
keselamatan kerja (safety controlling) [17]. rumah lansia sebagai sebagai subyek penelitian
oleh Koon dan Chan [10] dan menggunakan
D. Safety Climate
intensive care unit (ICU) oleh Minvielle dkk [12].
Berdasarkan Wu dkk iklim keselamatan kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Ballangrud dkk
(safety climate) adalah persepsi pekerja atas
dengan 10 intensive care units di Norway [2],
budaya keselamatan kerja di dalam organisasi dan
sedangkan Devriendt dkk dengan akademik
faktor diri pekerja [17]. Berdasarkan Wu dkk
medical center di Belgia [3].
safety climate diukur berdasarkan dimensi
komitmen CEO perusahaan terhadap keselamatan
kerja (CEO commitment), komitmen pekerja
III. METODOLOGI PENELITIAN
terhadap keselamatan kerja (employees safety Penelitian yang dilakukan yaitu dengan
commitment), respon pekerja terhadap keadaan metode analisis kuantitatif dengan subjek
darurat (emergency response), dan persepsi penelitian adalah perawat Rumah Sakit
pekerja terhadap resiko kerja (perceived risk) [17]. Bayangkara Kediri. Tahapan yang dilakukan pada
Safety Climate digambarkan sebagai ringkasan penelitian ini meliputi:
dari persepsi karyawan tentang keamanan
A. Studi Referensi
lingkungan kerja mereka. Pembinaan nilai safety
Studi referensi dilakukan melalui jurnal
climate dalam healthcare telah diakui sebagai
untuk mencari permasalahan yang dapat diambil
strategi yang diperlukan untuk meningkatkan
dalam penelitian ini.
keselamatan penyedia jasa kesehatan serta pasien
mereka [5]. B. Perumusan Masalah
Griffin dkk menyatakan bahwa performansi Masalah yang diambil dalam penelitian ini
keselamatan (safety performance) di rumah sakit adalah analisis faktor-faktor yang dapat
dipengaruhi secara langsung oleh safety climate mempengaruhi safety performance dan
atau safety culture [8]. Rendahnya safety culture bagaimana faktor-faktor tersebut
memiliki kontribusi positif terhadap timbulnya mempengaruhinya.
kesalahan dalam pelayanan kesehatan, terapi yang
C. Menentukan Tujuan
tidak aman, dan berbagai kecelakaan lain yang
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
tidak terduga (medical errors, unsafe therapies,
ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
and unintended injuries) [9]. Menurut Glendon
mempengaruhi safety performance dan
dan Litherland bahwa iklim atau budaya
membuat model persamaan hubungan safety
keselamatan mempengaruhi performansi
performance dengan faktor-faktor yang
keselamatan secara aktual [7]. Pendapat yang
mempengaruhinya.
sama juga dihasilkan oleh Gershon dkk yang

Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi.... ISSN 1829-6181


44 POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017

D. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi J. Kesimpulan


Safety Performance Langkah terakhir yang dilakukan adalah
Identifikasi faktor yang mempengaruhi menarik kesimpulan dari pengolahan data yang
safety performance dilakukan melalui studi telah dilakukan.
referensi. Dari studi referensi tersebut
didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
safety performance beserta dimensinya.
A. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi
E. Pengumpulan Data Safety Performance
Pengumpulan data dilakukan untuk Safety performance dirancang untuk
mendapatkan data yang akan digunakan untuk mengukur tingkat keselamatan kerja dalam suatu
pengolahan data. Data yang dibutuhkan adalah perusahaan. Berdasarkan Wu dkk (safety
data mengenai variabel-variabel yang telah performance diukur berdasarkan dimensi
diidentifikasi sebelumnya. Data yang dibutuhkan organisasi dan manajemen keselamatan kerja
berupa data metrik dengan X dan Y yang lebih (safety organization and management), peralatan
dari satu. dan pengukuran keselamatan kerja (safety
equipment and measures), statistik kecelakaan
F. Pembagian Data
kerja (accident statistics), evaluasi pelatihan
Data yang telah dikumpulkan akan dibagi
keselamatan kerja (safety training evaluations),
menjadi dua untuk pembuatan model dan
investigasi kecelakaan (accident investigations),
validasi.
dan praktik pelaksanaan pelatihan keselamatan
G. Pengolahan Data kerja (safety trainning practice) [17].
Pengolahan data dilakukan dengan statistik
Penelitian tersebut menunjukan bahwa safety
multivariat menggunakan Partial Component
leadership dan safety climate merupakan faktor
Regression (PCR) dan Non-iterative linear
yang berpengaruh terhadap safety performance.
Partial Least Square Regression (NIPALS).
Wu mendefinisikan safety leadership sebagai
Langkah-langkah pengolahan data yaitu
proses interaksi antara pimpinan dan pekerja, yang
menguji korelasi, menghitung kovarian,
mana pimpinan dapat mempengaruhi pekerja
menghitung eigenvector dan eigenvalues,
untuk mencapai tujuan keselamatan kerja
menghitung PC X dan PC Y, membuat model
organisasi dengan kondisi yang ada pada
persamaan hubungan antara PC Y dan PC X,
organisasi dan diri pekerja [17]. Safety leadership
dan menghitung Sum Square Error (SSE).
diukur melalui tiga dimensi yaitu kepedulian
H. Validasi terhadap keselamatan kerja (safety caring),
Validasi dilakukan untuk menguji apakah pembinaan terhadap keselamatan kerja (safety
model persamaan hubungan antara PC Y dan coaching), dan pengontrolan terhadap
PC X yang dibuat telah valid. Validasi keselamatan kerja (safety controlling).
menggunakan data diluar data untuk pembuatan
Safety climate adalah persepsi pekerja atas
model. SSE dari model dibandingkan dengan
budaya keselamatan kerja di dalam organisasi dan
SSE dari data validasi.
persepsi tersebut dipengaruhi faktor organisasi
I. Analisis Hasil dan faktor diri pekerja. Menurut Wu dkk safety
Hasil yang diperoleh dianalisis untuk climate diukur berdasarkan dimensi komitmen
mengetahui apakah model persamaan PCR dan CEO perusahaan terhadap keselamatan kerja
NIPALS yang dapat menghasilkan model (CEO safety commitment), komitmen pihak
persamaan terbaik. manajemen terhadap keselamatan kerja
(managers’ safety commitment), komitmen

ISSN 1829-6181 Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi....


POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017 45

pekerja terhadap keselamatan kerja (employees’ Tabel 2. Korelasi Data Y


safety commitment), respon pekerja terhadap Y1 Y2 Y3
keadaan darurat (emergency response), dan Y1 1
Y2 0,919401 1
persepsi pekerja terhadap resiko kerja (perceived Y3 0,357599 0,380211 1
risk) [17].
Tabel 3. Kovarian X
Variabel dependen yang digunakan dalam X1 X2 X3 X4 X5
penelitian ini adalah accident statistics, accident X1 0,323 0,277 0,176 0,256 0,148
investigation, dan safety training and practice X2 0,277 0,292 0,177 0,264 0,149
yang merupakan dimensi dari safety performance. X3 0,176 0,177 0,312 0,178 0,234
Variabel independen yang digunakan dalam X4 0,256 0,264 0,178 0,286 0,164
X5 0,148 0,149 0,234 0,164 0,278
penelitian ini adalah safety coaching dan safety
controlling, yang merupakan dimensi dari safety Tabel 4. Kovarian Y
leadership, serta CEO safety commitment, X1 X2 X3
managers’ safety commitment, dan employees’ X1 0,265867 0,244439 0,112959
X2 0,244439 0,265867 0,120102
safety commitment, yang merupakan dimensi dari X3 0,112959 0,120102 0,375306
safety climate. Dapat disimpulkan variabel yang Kemudian dari matriks kovarian tersebut
digunakan adalah:
dicari nilai eigenvalue dan eigenvector-nya.
X1 : safety coaching Dari hasil % cummulative eigenvalue untuk
X2 : safety controlling variabel X, didapatkan bahwa % cumulative
X3 : CEO safety commitment yang lebih dari 80% dipenuhi oleh principal
X4 : managers’ safety commitment component (PC) 1 dan principal component 2.
X5 : employees’ safety commitment Dari hasil % cummulative eigenvalue untuk
Y1 : accident statistics variabel Y, didapatkan bahwa % cumulative
Y2 : accident investigation yang lebih dari 80% dipenuhi oleh principal
Y3 : safety training and practice component 1 dan principal component 2.
B. Pengumpulan Data Sehingga terdapat 2 model persamaan, yakni PC
Data yang digunakan dalam penelitian ini Y1 dan PC Y2 seperti terlihat pada tabel 5. Dari
menggunakan kuesioner dengan 5-point rating 2 model persamaan tersebut didapatkan model
rate sehingga menghasilkan data metrik yang persamaan terbaik adalah PC Y2 karena
dapat diolah menggunakan statistik multivariat. memiliki SSE terkecil. Dari hasil persamaan
Jumlah observasi total adalah 200 observasi, yang diperoleh menggunakan principal
dimana 140 observasi digunakan untuk component kemudian dilakukan penghitungan
pembuatan model persamaan dan 60 observasi menggunakan NIPALS.
untuk validasi. Tabel 5. Hasil Persamaan PC
C. Pengolahan Data Persamaan SSE
PC Y1 = -3,43+ 0,34 PC X1 + 0,002 PC X2 68,68
Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan PC Y2 = -0,57 – 0,07 PC X1 + 0,17 PC X2 35,18
penghitungan korelasi dan kovarian. Dari data awal yang sama, kemudian diolah
Tabel 1. Korelasi Data X menggunakan metode NIPALS menggunakan
X1 X2 X3 X4 X5 perangkat lunak Matlab. Hasil perhitungan Y
X1 1 prediksi menggunakan metode NIPALS
X2 0,900 1 didapatkan nilai SSE untuk masing-masing Y
X3 0,555 0,586 1
X4 0,840 0,913 0,595 1
seperti terlihat pada Tabel 6. Y prediksi terbaik
X5 0,495 0,524 0,795 0,583 1

Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi.... ISSN 1829-6181


46 POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017

adalah Y prediksi 3 karena menghasilkan nilai V. KESIMPULAN


SSE yang terkecil.
Kesimpulan yang didapatkan dari laporan ini
Tabel 6. SSE Y prediksi dengan NIPALS adalah sebagai berikut.
Y prediksi 1 Y prediksi 2 Y prediksi 3
15032,22 2028,867 1875,312 1. Faktor yang mempengaruhi safety
performance adalah safety climate dan
Setelah melakukan perhitungan menggunakan safety leadership. Dimensi dari safety
NIPALS kemudian dilakukan validasi untuk performance, safety climate, dan safety
persamaan principal component. Validasi leadership yang digunakan sebagai variabel
dilakukan untuk menguji model persamaan yang adalah:
telah dibuat dengan menggunakan data diluar data X1 : safety coaching
untuk pembuatan model. Validasi dilakukan X2 : safety controlling
untuk model PCR. X3 : CEO safety commitment
Tabel 7. Hasil perhitungan SSE validasi model X4 : managers’ safety commitment
PCR X5 : employees’ safety commitment
Persamaan PCR SSE Y1 : accident statistics
PC Y1 3,837,253 Y2 : accident investigation
PC Y2 3,117,806 Y3 : safety training and practice
Dari Tabel 7 diketahui bahwa nilai SSE yang 2. Model persamaan yang menyatakan
paling kecil adalah PC Y2 dengan nilai SSE yang hubungan antara PC Y dengan PC X yang
tidak jauh berbeda dengan nilai SSE pada model terbaik adalah sebagai berikut.
yaitu 35,18171, sehingga terbukti bahwa PC Y2 PC Y2 = 0,03525 + 0,006921 PC X1 -
adalah persamaan yang terbaik pada metode PCR. 0,00934 PC X2
D. Analisis Perbandingan Model PCR dan REFERENSI
NIPALS
Amalia, F. (2012). Analisis Faktor yang
Berdasarkan pengolahan data menggunakan Mempengaruhi Safety Performance
PCR dan NIPALS didapatkan bahwa PC Y2 dengan Metode Structural Equation
merupakan model persamaan terbaik untuk Modelling (Studi Kasus PT. Coca Cola
metode PCR dan Y prediksi 3 untuk metode Bottling Indonesia-Central Java),
NIPALS. Tabel 8 menunjukkan bahwa SSE dari Universitas Diponegoro, Semarang.
model PCR lebih kecil dibandingkan yang didapat
dari metode NIPALS, sehingga dapat disimpulkan Ballangrud, R., Hedelinb, B., and Lord, M. L.H.
bahwa model terbaik adalah model persamaan (2012). Nurses’ Perceptions Of Patient
yang menggunakan PCR. Safety Climate in Intensive Care Units: A
Cross-Sectional Study Intensive and
Tabel 8. Perbandingan SSE dengan metode PCR Critical Care Nursing 28, 344—354.
dan PLSR
Metode SSE Devriendt, Els., Heede, K.V.D., Joke Coussement,
Principal Component 3,117,80 J., Dejaeger, E., Surmont, K., Heylen, D.,
Regression 6 Schwendimann, R., Sexton, B., Wellens,
Non-iterative linear Partial
Least Square Regression 1,875,312
N.I.H., Boonen, S., and Milisen, K.. (2011)
Content Validity and Internal Consistency
of the Dutch Translation of the Safety
Attitudes Questionnaire: An Observational

ISSN 1829-6181 Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi....


POLITEKNOSAINS, Vol. XVI, No 1, Maret 2017 47

Study. International Journal of Nursing intensive care: construction and validation


Studies, 49, 327–337. of a multidimensional questionnaire.
Journal of Critical Care, 20, 126-138.
Flin, R. (2007). Measuring Safety Culture in
Healthcare: A Case for Accurate Nieva, V.F., Sorra, J. (2003). Safety culture
Diagnosis. Safety Science, 45, 653–667. assessment: a tool for improving patient
safety in healthcare organizations, Quality
Gershon, R.R.M., Karkashian, C.D., Grosch,
& Safety in Health Care, 12, 1117–1123.
J.W., Murphy, L., Escamilla, C.A., and
Flanagan, P. (2000). Hospital Safety Nieva, V.F., Sorra, J. (2004). Hospital Survey on
Climate and It’s Relationship With Safe Patient Safety Culture. AHRQ Publication,
Work Practices and Workplace Exposure 04-0041.
Incidents. American Journal of Infection
Pfeiffer, Y., Manser, T., and Van Vegten, A.
Control, 28, 211–221.
(2007). Dimensionality and Validation of
Ginsburg, L.R., Tregunno, D., Fleming, M., the Hospital Survey on Patient Safety
Flemons, W., Gilin, D., and Norton, P., Culture Questionnaire for A Swiss Sample.
2008, Safety Culture : Improving Journal of Critical Care, 25, 201–211.
Measurement and Establishing Links to
Turnberg, W., and Daniell, W. (2008). Evaluation
Patient Safety Activity, Canadian Patient
of A Healthcare Safety Climate
Safety Institute.
Measurement Tool. Journal of Safety
Glendon, A.I., and Litherland, DK. (2000). Safety Research, 39, 536-568.
Climate Faktors, Group Differences and
Wu, T, Chen, C & Li, C. (2008). A Correlation
Safety Behaviour in Road Construction.
Among Safety Leadership, Safety Climate,
Safety Science, Vol, 39, pp 157-188.
and Safety Performance. Journal of Loss
Griffin, M.A., Neal, A., and Hart. (2000). The Prevention in the Process Industries, vol.
Impact of Organizational Climate on Safety 21, pp. 307-318.
Climate and Individual Behavior, Safety
Science, 34, 99-109.
Hamaideh, S.H. (2004). Safety Culture Instrumen:
A Psychometric Evaluation. University of
Cincinnati Hayes. Journal of Safety
Research, 29, pp 145-161.
Koon, C.Y., and Chan, C. C. (2012). Measuring
Safety Climate in Elderly Homes. Journal
of Safety Research 43, 9-20.
Mearns, K., Flin, R., Gordon, R., and Fleming,
M.. (2003). Measuring safety climate on
offshore installations. Work & Stress 12,
238–254.
Minvielle, E., Dervaux, B., Retbi, D., Aegerter, P.,
Boumendil, A., Guincestre, M.C.J.,
Tenaillon, A., and Guidet, B. (2005).
Culture, organization, and management in

Kartika Rahayu : Analisis Faktor yang Mempengaruhi.... ISSN 1829-6181

You might also like