You are on page 1of 7

DAMPAK PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BAGI LINGKUNGAN

HIDUP DAN MASYARAKAT

(The Impact of Mining Management for the Environment and Community)


 
Aufa Asna Furrie Mutia Rahma
Program Studi Teknik Metalurgi – FTM
UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta 55281
Email : aufasna96@gmail.com
 
 
Abstract

Mining Business is part or all of activity stages in the framework of research, management and
exploitation of minerals and coal which includes general investigation, exploration, feasibility
study, construction, mining processing and refining, transportation and sales as well as post-
mining activities (UU 1/04/2009 concerning Mineral and Coal Mining). In fact, mining activities
are getting out of control and causing various impacts on the community and even the lives
around the mine, including; environmental damage, high levels of pollution (soil, water and air),
also cause disturbance to the wider community in the form of damage to houses and public
facilities, especially as a result of dynamite blasting activities to open mine sites. The community
components around the mine have also experienced its impact in terms of human rights violations,
especially those related to economic, social and cultural rights. This is because human rights
include aspects of the right to live and have a good and healthy life. If the environment is
disturbed, human survival will not work well.

Keywords: Mining, Environment, Environmental Damage, Community.

Abstrak

Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara). Pada kenyataannya, dewasa ini kegiatan pertambangan
semakin tidak terkendali dan menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat bahkan kehidupan
sekitar tambang, di antaranya; kerusakan lingkungan, tingginya tingkat pencemaran (tanah, air
dan udara), juga mengakibatkan gangguan bagi masyarakat luas berupa kerusakan bangunan
rumah dan fasilitas umum terutama akibat aktivitas peledakan dinamit untuk membuka lokasi
tambang. Komponen masyarakat disekitar tambang juga mengalami dampaknya dalam segi
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terutama yang berkaitan dengan hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya. Hal tersebut karena hak asasi manusia meliputi aspek-aspek hak untuk hidup dan
berkehidupan yang baik dan sehat. Jika lingkungan hidup terganggu maka kelangsungan hidup
manusianya pun tidak dapat berjalan baik.

Kata Kunci: Pertambangan, lingkungan hidup, kerusakan lingkungan, masyarakat.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Selatan. Akibat tumbukan kedua lempeng
Indonesia secara regional berada pada tersebut, telah menempatkan Indonesia
dua buah lempeng besar yaitu lempeng menjadi salah satu wilayah Negara yang
Pacifik di Utara dan lempeng Australia di rawan dengan bencana gempa bumi, tsunami
dan letusan gunung berapi. Namun, dibalik juga diharapkan dapat menyempurnakan
bencana alam akibat tumbukan dua lempeng kekurangan UU No 11 Tahun 1967 tentang
tersebut, membawa hikmah yang tak ternilai Ketentuan Pokok-Pokok Pertambangan.
harganya. Akibat aktifitas pergerakan kedua Pengaturan yang ada di dalam UU No.4
lempeng tersebut pulalah akhirnya Tahun 2009 menghapus beberapa sistem
menghasilkan tatanan tektonik yang didalam Undang-Undang No. 11 Tahun
lengkap. Kondisi geologi demikian 1967 seperti Kuasa Pertambangan,
mendukung pembentukan mineralisasi Pengusahaan Pertambangan Batu bara
berbagai mineral atau bahan galian berharga (PKP2PB) yang terdapat didalam subtansi
sebagai anugerah Tuhan YME yang patut Undang-Undang ini beserta peraturan
disyukuri, misalnya mineral logam dan lain- pelaksanaannya. Sehingga munculnya
lain. peraturan baru ini memaksa para pengusaha
Proses mineralisasi adalah salah satu tambang batu bara di Indonesia
hikmah dari bencana yang diakibatkan menyesuaikan diri terhadap peraturan yang
tumbukan kedua lempeng tadi, secara nyata baru ini.
telah menempatkan Indonesia sebagai Pada praktiknya di lapangan, semakin
Negara kaya akan berbagai macam mineral banyak pengusaha dan warga masyarakat
atau bahan galian. Sumber daya mineral atau yang tertarik dengan bisnis batu bara karena
bahan galian yang terkandung di Indonesia kebutuhan akan batu bara meningkat sejak
sebenarnya sudah diusahakan sejak jaman tahun 1990-an. Sejak itu muncul banyak
Hindia Belanda, seperti tambang emas di prakti ilegal tambang batu bara tanpa izin
Cikotok yang baru dilakukan penutupan di atau biasa disebut PETI.
akhir tahun 1980-an, kemudian tambang Seharusnya, aktivitas pertambangan
bauksit di Pulau Bintan, tambang Batubara tidak boleh menjadi kerugian bagi
di Sumatera Barat dan lain-lain. Melihat lingkungan hidup sekitarnya termasuk
sejarah pertambangan Indonesia yang sudah masyarakat umum. Alam yang menjadi
berjalan cukup lama, merupakan modal sumber penyedia bahan tambang (sumber
dasar pembangunan dalam rangka mencapai daya alam) juga tidak boleh terganggu
tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran karena akan menghilangkan keseimbangan
rakyat. ekosistem, ekologi yang berakibat pada
Lahirnya Undang-Undang Nomor 4 kerusakan alam/ lingkungan hidup (damage
Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral of environment).
dan Batu Bara (selanjutnya ditulis Minerba) Pertambangan mempunyai beberapa
dengan sistem Undang-Undang yang baru karakteristik, yaitu tidak dapat diperbaharui
didalamnya, diharapkan dapat membawa (non renewable), mempunyai resiko relative
perbaikan dalam pengelolaan sektor lebih tinggi. Sifatnya yang tidak dapat
pertambangan di Tanah Air. UU Minerba ini diperbaharui tersebut yang membuat
pengusaha pertambangan selalu mencari 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
cadangan terbukti (proven reserves) baru. Pertambangan, Undang-Undang No. 4 tahun
Cadangan terbukti berkurang dengan 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
produksi dan bertambah dengan adanya Batubara, Undang-Undang No. 32 tahun
penemuan. Ada beberapa macam resiko di 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
bidang pertambangan, yaitu resiko geologi Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tetang
(eksplorasi) yang berhubungan dengan Pengelolaaan dan Perlindungan Lingkungan
ketidakpastian penemuan cadangan Hidup.
(produksi), resiko teknologi yang Pengaturan Amdal kemudian di-
berhubungan dengan ketidakpastian biaya, sempurnakan melalui Peraturan Pemerintah
resiko pasar yang berhubungan perubahan Nomor 27 tahun 1999 yang dikeluarkan
harga dan resiko kebijakan pemerintah yang dalam upaya mempertegas akan pentingnya
berhubungan dengan perubahan pajak dan instrumen pengelolaan lingkungan melalui
harga domestic. perizinan, di mana Amdal merupakan
Hal-hal yang peneliti deskripsikan di prasyarat untuk mendapatkan izin tersebut.
atas menjadi latar belakang peneliti untuk Selanjutnya pengaturan mengenai Amdal ini
mengangkat permasalahan Dampak diintegrasikan dalam Peraturan Pemerintah
Pengelolaan Pertambangan bagi Lingkungan Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Hidup dan Implikasinya Bagi Hak-Hak Lingkungan.
Warga Negara. Dengan diaturnya masalah lingkungan
hidup di dalam Undang-Undang Nomor 32
B. Landasan Teori tahun 2009 tentang UUPPLH, maka
Pertambangan adalah rangkaian lingkungan hidup telah menjadi faktor
kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penentu dalam proses pengambilan
penambangan (penggalian), pengolahan, keputusan pemanfaatan dan pengolahan
pemanfaatan dan penjualan bahan Sumber Daya Alam (SDA). Oleh karena itu,
galian(mineral, batubara, panas bumi, perlindungan dan pengelolaan lingkungan
migas). Dasar kebijakan publik di bidang bersifat spesifik, terpadu, holistik dan
pertambangan adalah Undang-Undang Dasar berdimensi ruang.
tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 33 ayat Menurut Peraturan pemerintah No. 26
(3) yang menyatakan bahwa bumi dan air tahun 2012 dikelompokkan atas
dan kekayaan alam yang terkandung pertambangan mineral dan pertambangan
didalamnya dikuasai oleh Negara dan batubara (antara lain bitumen padat, batuan
digunakan sebesar-besarnya untuk aspal, batubara dan gambut). Pertambangan
kemakmuran rakyat. Peraturan pelaksana mineral digolongkan atas :
dalam kegiatan pertambangan khususnya a. Pertambangan mineral radioaktif
antara lain Undang-Undang No.11 tahun b. Pertambangan mineral logam
c. Pertambangan mineral bukan logam dalamnya, yang berkonsekuensi
d. Pertambangan batuan ternasionalisasinya hak-hak lokal (yang
Abrar Saleng mengemukakan berbagai disebut hak-hak adat, khususnya yang
dampak negatif kegiatan pertambangan berobyekkan tanah dan sumber-sumber
adalah sebagai berikut: agraria lain), maka terlihat jelas bahwa
1. Usaha pertambangan dalam waktu sebenarnya tidak ada kebijakan yang pro the
relatif singkat dapat mengubah (local) people (in the periphery) itu. Maka
bentuk topografi tanah dan keadaan jika memang pertambangan tidak bisa
muka tanah (land impact) sehingga menjamin kesejahteraan lingkungan hidup
dapat mengubah keseimbangan beserta masyarakatnya, bisa dipastikan
sistem ekologi bagi daerah pembangunan pertambangan tersebut
sekitarnya. mengambil hak-hak masyarakat.
2. Usaha pertambangan dapat
menimbulkan berbagai macam C. Pembahasan
gangguan, antara lain pencemaran Tambang batubara merupakan salah
akibat debu dan asap yang satu sumber daya alam yang memberikan
mengotori udara dan air, limbah air, kontribusi sangat berarti bagi pembangunan
tailing, serta buangan tambang yang perekonomian di Indonesia. Permasalahan
mengandung zat-zat beracun. lain yang muncul dalam pengelolaannya
3. Pertambangan yang dilakukan adalah karena sebagian besar tambang
tanpa mengindahkan keselamatan batubara tersebut berada dalam kawasan
kerja dan kondisi geologi lapangan hutan lindung dan kawasan hutan produksi.
dapat menimbulkan tanah longsor, (Supriadi: 2011).
ledakan tambang, keruntuhan Berdasarkan penelitian hukum
tambang, dan gempa. normative sosiologis (penelitian mengenai
Padahal engelolaan lingkungan hidup dampak pertambangan batubara terhadap
harus bermuara pada terjaminnya kelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan
lingkungan, seperti tercantum dalam Pasal 1 hak kolektif dari masyarakat akan
butir 2 Undang-Undang No.32 Tahun 2009 lingkungan hidup yang baik dan sehat) yang
tentang Perlindungan dan Pengelolaan berlokasi di Desa Kintap Lama perusahaan
Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa pertambangan CV.ML dan CV.CMN
perlindungan dan pengelolaan Lingkungan tepatnya di Kintap Kampung, Kintap Ilir,
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu dan Kintap Kecil Kecamatan Kintap
yang dilakukan untuk Kabupaten Tanah Laut menyatakan bahwa
Bilamana pembangunan dengan kenyataannya dilapangan apabila
kebijakan negara menguasai bumi, air dan pertambangan terjadi di lahan tapal batas
kekayaan alam yang terkandung di (lintas) Kabupaten/ kota yang sebenarnnya
menjadi kewenangan provinsi untuk pertambangan melalui sebuah upaya yang
mengeluarkan izin, maka biasanya akan nyata agar stempel buruk itu dapat
“disiasati” dengan mengeluarkan 2 (dua) dibuktikan tidak benar adanya.
buah IUP masing-masing pemerintah daerah Muncul stemple buruk bahwa kegiatan
kabupaten/ kota. Dari total 10.776 IUP yang usaha pertambangan adalah kegiatan yang
keluar, sebanyak 8.000 izin perusahaan sudah pasti akan menimbulkan kerusakan
tambang dikeluarkan pemerintah kabupaten/ dan pencemaran lingkungan adalah sesuatu
kota, sisanya dikeluarkan oleh pemerintah yang tidak dapat dibantah. Oleh karena itu,
propinsi. Celakanya dari jumlah itu untuk mengambil atau memperoleh bahan
sebanyak 4.807 bermasalah. (Tribun News: galian tertentu, sudah pasti dengan
2014). penggalian, artinya akan terjadi perombakan
Data dari Kementerian Kehutanan yang atau perubahan permukaan bumi, sesuai
dirilis sejak tahun 2008 bahwa perizinan dengan karakteristik pembentukan dan
pertambangan menggelembung semakin keberadaan bahan galian.
tidak terkontrol sejak era otonomi daerah. Oleh karena itu perlu adanya kajian
Sekitar 6-7 Izin Usaha Pertambangan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
dikeluarkan setiap harinya, luas kawasan Pemantauan Lingkungan atau kajian
hutan yang digunakan untuk IUP eksplorasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
sekitar 402.655,98 hektar, sedangkan (AMDAL) dalam menyusun kebijakan yang
kawasan untuk IUP Operasi produksi sekitar berkaitan dengan kegiatan pertambangan.
191.433,04 ha. Sebelum dilaksanakannya, kegiatan
Secara umum dampak pertambangan penambangan sudah dapat diperkirakan
terhadap lingkungan adalah penurunan dahulu dampaknya terhadap lingkungan.
produktivitas lahan, kepadatan tanah Kajian ini harusdilaksanakan, diawasi dan
bertambah, terjadinya erosi dan sedimentasi, dipantau dengan baik dan terus-menerus
terjadinya gerakan tanah atau longsoran, implementasi -nya, bukan sekedar formalitas
terganggunya flora dan fauna, terganggunya kebutuhan administrasi.
kesehatan masyarakat serta berdampak Mencermati keadaan bahwa kebutuhan
terhadap perubahan iklim mikro. akan bahan galian akan meningkat untuk
Cap atau kesan buruk bahwa masa yang akan datang, maka secara
pertambangan merupakan kegiatan yang kuantitas diprediksi kegiatan usaha
bersifat zero value, sebagai akibat kenyataan pertambangan akan meningkat pula. Salah
berkembangnya kegiatan penambangan yang satu alasa kegiatan usaha pertambangan
tidak memenuhi kriteria dan kaidah-kaidah akan meningkat, dapat dilihat dari fakta
teknis yang baik dan benar, adalah anggapan bahwa kebutuhan listrik dunia gampir 65%
yang segera harus diakhiri. Caranya adalah dipasok dari produk pertambangan berupa
melakukan penataan konsep kegiatan usaha minyak, gas dan batubara. Artinya bahwa
tanpa adanya adanya suplai bahan baku pertambangan secara berdaya guna,
dasar untuk industri-industri tersebut, maka berhadil guna dan berdaya saing;
akan terjadi stagnansi kegiatan industri, yang b. Menjamin manfaat pertambangan
berarti pula timbulnya berbagai dampak minerba secara berkelanjutan dan
sosial ekonomi yang menyertainya. Data berwawasan lingkungan hidup;
tersebut menunjukkan bukti bahwa industri c. Menjamin tersedianya mineral dan
pertambangan merupakan industri hulu yang batubara sebagai bahan baku
menopang bergeraknya kegiatan-kegiatan dan/atau sumber energi untuk
industri hilir yang menopang bergeraknya kebutuhan dalam negeri;
kegiatan-kegiatan industri hilir. d. Mendukung dan menumbuh
kembangkan kemampuan nasional
D. Kesimpulan agar lebih mampu bersaing di
Kegiatan pertambangan bisa dikatakan tingkat nasional, regional dan
sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya internasional;
alam pada dasarnya merupakan bagian dari e. Meningkatkan pendapatan
pelaksanaan pembangunan perekonomian masyarakat lokal, daerah dan
yang pada hakekatnya mengacu pada tujuan Negara serta menciptakan lapangan
pembangunan nasional, yakni peningkatan kerja yang sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat. Namun tidak bisa kesejahteraan rakyat.
dipungkiri bahwa setiap kegiatan Akan tetapi pertambangan juga
pembangunan di bidang pertambangan pasti merupakan kegitan yang sangat rentan
menimbulkan dampak, baik dampak positif terhadap resiko pencemaran dan kerusakan
maupun dampak negatif. lingkungan hidup, sehingga pemerintah
Dampak positif dari kegiatan sebagai konsekuensi dari Hak Menguasai
pembangunan di bidang pertambangan Negara atas Sumber Daya Alam wajib
antara lain, memberikan nilai tambah secara menyelenggaraan fungsi mengatur,
nyata kepada pertumbuhan ekonomi, mengurus dan mengawasi terhadap
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) pengelolaan sumber daya alam.
dan menampung tenaga kerja, terutama Berdasarkan pada Pasal 28H ayat (1)
masyarakat lingkar tambang. UUD NRI 1945 dan UUPPLH dan ditinjau
Pada Pasal 3 Undang-Undang No.4 dari aspek HAM, pelaksanaan hak-hak yang
Tahun 2009 mengatur bahwa dalam rangka ada dalam lingkup hak asasi lingkungan
mendukung pembangunan nasional yang berupa : hak pembangunan dan hak
berkesinambungan, tujuan pengelolaan penggunaan kekayaan dan sumber alam
mineral dan batubara adalah : (batubara) tidak boleh sama sekali
a. Menjamin efektifitas pelaksanaan mengurangi hak setiap warga negara atas
dan pengendalian kegiatan usaha lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Nandang Sudrajat. 2010. Teori dan Praktik
DAFTAR PUSTAKA Pertambangan di Indonesia Menurut
Adrian Sutedi. 2011 Hukum Pertambangan. Hukum. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Jakarta: Sinar Grafika.

Arief Nurdua. 1992. Hukum Lingkungan


Perundang-Undangan Serta Berbagai
Masalah dalam Penegakanya. Bandung:
Bina Cipta.

A. Tresna Sastrawijaya. 2000. Pencemaran


Lingkungan, cet. Ke-2. Jakarta: PTRineka
Cipta.

Listiyani, Nurul. 2017. Impact of Mining on


Life Environment in South Kalimantam And
Implication for Rights of Citizens. Fakultas
Hukum Universitas Islam Kalimantan.

Danusaputro. St. Munajat. 1980. Hukum


Llingkungan (BUKU I). Bandung: Binacipta.

Edie Toet Hendratno. 2009. Negara


Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Farida Indrati Soeprapto. Maria. 1998. Ilmu


Perundang-Undangan. ³'DVDU-dasar dan
Pembentukannya. Yogyakarta : Kanisius.

Iskandar Zulkarnaen, Erwiza Erman, Tri


Nuke Pidjiastuti, Yani Mulyaningsih. 2005.
Konflik di Kawasan Pertambangan Timah
Bangka Belitung: Persoalan dan Alternatif
Sosial. LIPI Pres Jakarta.

You might also like