Professional Documents
Culture Documents
Abstract
One of mining industry characteristics is non renewable, therefore its management should be
optimal, efficient and environmentally oriented. Indonesian government has established the mining law as
a main regulation in carrying out mineral and coal mining activities. The regulation related to mining
industry was Act No. 11/1967, which then replaced by Act No. 04/2009. Implementing rule of the Act No.
04/2009 is regulated through a Government Regulation (PP). In order to implement this government
regulation, a Minister Regulation is then need to be issued. The main objective of this research is to know
the development of the downstream mining industry related to increasing value added, especially nickel.
The method used in this study is a descriptive method that describes secondary data in the form of
documentation obtained from various sources. The results shows that the implementation of Act No.
04/2009 has ogbligated the maning companies to built their smelters to run mineral processing and metal
refining in five years, in which it can increase value added of minerals, including nickel. Therefore,
according to the act, in 2014 raw ore exports should be banned. This condition results in a decrease of raw
ore export. The construction of a smelter is used to process and purify nickel with levels above 2%.
However, in Indonesia there is still nickel ore with levels below that level. Therefore, Ministerial Regulation
No. 05/2017 was issued to overcome this problem, which is currently being replaced by ministerial
regulation No. 25/2018.
Abstrak
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah bersifat tidak dapat diperbarui, sehingga
pengelolaannya harus optimal, efisien berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pemerintah Indonesia
menentapkan Undang-Undang (UU) pertambangan sebagai regulasi dalam melaksanakan kegiatan
pertambangan mineral dan batubara. UU pertambangan tersebut adalah UU No. 11 Tahun 1967 dan
digantikan oleh UU No. 04 Tahun 2009. Peraturan pelaksana dari UU No. 04 Tahun 2009 adalah Peraturan
Pemerintah (PP) dan untuk melaksanakan PP tersebut maka dikeluarkannya Peraturan Menteri. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan dari hilirisasi industri pertambangan terkait
Peningkatan Nilai Tambah (PNT) khususnya nikel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode distriptif yang menjelaskan data sekunder berupa dokumentasi yang diperoleh dari berbagai
sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan adanya UU No. 04 Tahun 2009, maka setiap
perusahaan tambang diharuskan membangun smelter untuk pengolahan dan pemurnian dalam waktu lima
tahun, sehingga memungkinkan terjadinya PNT mineral, termasuk nikel. Berdasarkan jangka waktu
tersebut, pada tahun 2014 pelarangan ekspor bijih mentah diberlakukan hingga saat ini. Hal ini berpengaruh
pada penurunan ekspor bijih nikel di Indonesia. Di Indonesia pembangunan smelter digunakan untuk
mengolah dan memurnikan nikel dengan kadar diatas 2%, tetapi di Indonesia sendiri masih terdapat bijih
nikel dengan kadar di bawah kadar tersebut. Olehnya ditetapkanlah Permen No. 05 Tahun 2017 untuk
mengatasi masalah tersebut, yang mana saat ini telah diganti dengan Permen No. 25 Tahun 2018.
1969 (Pemerintah Republik Indonesia, 1969). Pada nasional dan pembangunan daerah secara
PP ini terkait PNT dijelaskan pada Pasal 7 dan berkelanjutan.
Pasal 11 tentang kuasa pertambangan yang terdiri 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
dari kuasa pertambangan untuk kegiatan usaha Ketentuan Pokok Pertambangan sudah tidak
pertambangan yaitu: sesuai lagi sehingga dibutuhkan perubahan
1) Kuasa pertambangan penyelidikan umum peraturan perundang-undangan di bidang
2) Kuasa pertambangan Eksplorasi pertambangan mineral dan batubara yang dapat
3) Kuasa pertambangan Eksploitasi mengelola dan mengusahakan potensi mineral
4) Kuasa pertambangan Pengolahan dan dan batubara secara mandiri, andal, transparan,
pemurnian berdaya saing, efisien, dan berwawasan
5) Kuasa pertambangan Pengangkutan lingkungan, guna menjamin pernbangunan
6) Kuasa pertambangan Penjualan. nasional secara berkelanjutan
Tahun 1986 Tahun 2010
Pada tahun ini dikeluarkan PP No. 17 Tahun Bahwa untuk melaksanakan ketentuan
1986 tentang kewenangan pengaturan, pembinaan, beberapa pasal pada Undang-Undang No. 4 Tahun
pengembangan industri. Hal tersebut dijelaskan 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
pada pasal 2 terkait industri (Pemerintah Republik perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Indonesia , 1986) yaitu: Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
1) Penyulingan minyak bumi. Mineral dan Batubara yaitu:
2) Pencairan gas alam 1. Pasal 5 ayat (5),
3) Pengolahan bahan galian bukan logam tertentu 2. Pasal 34 ayat (3),
4) Pengolahan bijih timah sebagai ingot timah 3. Pasal 49,
5) Pengolahan bauksit menjadi alumina 4. Pasal 63,
6) Pengolahan bijih logam mulia menjadi logam 5. Pasal 65 ayat (2),
muha. 6. Pasal 71 ayat (2),
7) Pengolahan bijih tembaga menjadi ingot 7. Pasal 76 ayat (3),
tembaga 8. Pasal 84,
8) Pengolahan bahan galian logam mulia menjadi 9. Pasal 86 ayat (2),
ingot logam 10. Pasal 103 ayat (3),
9) Pengolahan bijih nikel menjadi ingot nikel 11. Pasal 109,
Tahun 2009 12. Pasal 111 ayat (2),
Pada tahun ini tepatnya tanggal 12 Januari 13. Pasal 112,
ditetapkan UU No. 04 Tahun 2009 tentang 14. Pasal 116, dan
pertambangan mineral dan batubara. Pertimbangan 15. Pasal 156.
untuk menetapkan UU ini (Pemerintah Indonesia, Maka pada tanggal 1 februari 2010
2009) adalah: ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
1. Mineral dan batubara yang terkandung dalam 2010 (PP No. 23 /2010) tentang pelaksanaan
wilayah hukum pertambangan Indonesia kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
merupakan kekayaan alam tak terbarukan (Pemerintah Indonesia, 2010).
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang PP ini ditetapkan dan mencabut beberapa
mempunyai peranan penting dalam memenuhi peraturan sebelumnya (Kementrian Energi dan
hajat hidup orang banyak, karena itu Sumber Daya MIneral, 2018) yaitu:
pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara 1. PP No. 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan UU
untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi No. 11 Tahun 1967.
perekonomian nasional dalam usaha mencapai 2. PP No. 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara Bahan-Bahan Galian.
berkeadilan. 3. PP No. 37 Tahun 1986 tentang penyerahan
2. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan sebagian urusan pemerintahan di bidang
batubara yang merupakan kegiatan usaha pertambangan kepada pemerintah daerah
pertambangan di luar panas bumi, minyak dan tingkat I
gas bumi serta air tanah mempunyai peranan
penting dalam memberikan nilai tambah secara Tahun 2012
nyata kepada pertumbuhan ekonomi Untuk melaksanakan ketentuan pada pasal
96 dan pasal 111 (PP No 23 Tahun 2010)
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
109
Setiawan dan Horman INTAN Volume 2, Nomor 2, 2019
1. PP No. 1 Tahun 2017 tentang perubahan pengusahaan pertambangan dari kontrak karya
keempat atas peraturan pemerintah No. 23 menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus
Tahun 2010. Pertimbangan ditetapkannya Operasi Produksi, dan
peraturan ini (Pemerintah Indonesia, 2017) 4. perlunya mengatur kembali ketentuan mengenai
adalah: perubahan bentuk pertambangan dari kontrak
1) Pemerintah berupaya mendorong karya menjadi Izin Usaha Pertambangan
terwujudnya pembangunan fasilitas Khusus Operasi Produksi.
pemurnian di dalam negeri dalam rangka Pada tanggal 15 Mei 2017 ditetapkan
pelaksanaan peningkatan nilai tambah Permen No. 35 Tahun 2017 tentang perubahan atas
mineral logam melalui kegiatan pengolahan peraturan menteri energi dan sumber daya mineral
dan pemurnian mineral logam dalam UU No. 06 Tahun 2017 tentang tata cara dan
No. 4 Tahun 2009. persyaratan pemberian rekomendasi pelaksanaan
2) Memberikan manfaat yang optimal bagi penjualan mineral ke luar negeri hasil pengolahan
negara serta memberikan kepastian hukum dan pemurnian. Dengan pertimbangan bahwa
dan kepastian berusaha bagi pemegang lUP dalam rangka pelaksanaan penjualan mineral
Operasi Produksi, lUPK Operasi Produksi, keluar negeri hasil pegolahan dan pemurnian, perlu
Kontrak Karya, dan Peijanjian Karya dilakukan verifikasi rencana pembangunan fasilitas
Pengusahaan Pertambangan Batubara, pemurnian dan verifikasi kemajuan fisik
perlunya untuk mengatur kembali ketentuan pembangunan fasilitas pemurnian di dalam negeri
mengenai divestasi saham. (Pemerintah Indonesia, 2017)
2. Permen No. 5 Tahun 2017 tentang peningkatan Tahun 2018
nilai tambah mineral melalui kegiatan Pada tanggal 7 Maret ditetapkan PP No. 08
pengolahan dan pemurnian mineral di dalam Tahun 2018 tentang Perubahan Kelima Atas PP
negeri. Pertimbangan dalam menetapkan No. 23 Tahun 2010 (Pemerintah Indonesia, 2018).
peraturan Menteri ini adalah untuk Dan Pada tanggal 30 April ditetapkannya Permen
melaksanakan PP No. 23 Tahun 2010 yang telah No. 25 tentang pengusahaan pertambangan mineral
mengalami perubahan sampai perubahan yang dan batubara (Pemerintah Indonesia, 2018).
keempat yaitu PP No. 1 Tahun 2017 yaitu pasal Permen ini mempertimbangkan pasal 96 dari PP
96, pasal 112C angka 5. (Pemerintah Indonesia, No 23 tentang peningkatan nilai tambah (yang telah
2017). mengalami perubahan sampai pada PP No. 08
3. Permen No. 06 Tahun 2017 tentang tata cara Tahun 2018).
dan persyaratan pemberian rekomendasi Pada Permen No. 25 Tahun 2018,
pelaksanaan penjualan mineral ke luar negeri Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan/atau
hasil pengolahan dan pemurnian. Pertimbangan batubara tertuang pada pasal 16 yaitu pemegang
atas penetapan peraturan ini adalah pelaksanaan IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan
penjualan mineral ke luar negeri hasil peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
pengolahan dan pemurnian (Pemerintah melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian.
Indonesia, 2017)
Kegiatan PNT dapat dilakukan dalam bentuk
Pada tanggal 30 maret ditetapkan Permen No kerja sama dengan pemegang IUP atau IUPK
28 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan operasi produksi yang membangun fasilitas
menteri energi dan sumber daya mineral No. 05 pengolahan dan pemurnian. Untuk pengolahan
Tahun 2017. Peraturan ini ditetapkan berdasarkan batubara dalam rangka Peningkatan Nilai Tambah
beberapa pertimbangan (Pemerintah Indonesia, dapat dilakukan jika telah tersedia teknologi dan
2017) yaitu: layak secara ekonomis.
1. Untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
Negara, Dalam Permen No. 25 terdapat beberapa
2. memberikan kepastian hukum dan kepastian pasal yang mengatur tentang peningkatan nilai
berusaha, tambah yaitu:
3. serta mendorong terlaksananya peningkatan 1. Pada pasal 17 Tahun 2018, dalam penjualan
nilai tambah mineral melalui terwujudnya mineral hasil pengolahan dan/atau pemurnian
pembangunan fasilitas pemurnian mineral di ke luar negeri wajib terlebih dahulu melakukan
dalam negeri oleh pemegang kontrak karya peningkatan nilai tambah melalui kegiatan
yang melakukan perubahan bentuk pengolahan dan/atau pemurnian sesuai batasan
3. Pasal 19 yaitu pemegang IUP operasi produksi, sejak di tetapkannya UU No. 04 yang termuat pada
IUPK operasi produksi, IUP operasi produksi pasal 170 (Kementrian Perdagangan, 2013).
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, Pada Permen No. 11 Tahun 2012 (tanggal 16
dan IUP operasi produksi khusus untuk Mei 2012) yaitu perubahan atas Permen No. 07
pengangkutan dan penjualan, serta pihak lain Tahun 2012, menjelaskan bahwa perusahaan
dapat melakukan penjualan ke luar negeri pertambangan dapat melakukan ekspor bijih atau
dengan syarat: ore mineral (dalam hal ini nikel) ke luar negeri
1) Mineral logam yang telah memenuhi sebelum tahun 2014 jika telah mendapatkan
batasan minimum pemurnian rekomendasi dari Menteri ESDM dengan syarat
2) Mineral bukan logam atau Batuan yang sebagai berikut (Kementrian Perdagangan, 2013):
telah memenuhi batasan minimum 1) Status IUP Operasi Produksi dan IPR Clear and
Pengolahan Clean (c&c).
Dengan menggunakan pos tarif/hs 2) Perusahaan pertambangan harus melunasi
(harmonized system) sesuai dengan ketentuan kewajiban pembayaran keuangan kepada
peraturan perundang-undangan. negara.
3) Wajib menyampaikan rencana kerja dan atau
Kewajiban pemenuhan batasan minimum kerja sama dalam pengelolaan dan atau
Pengolahan dan/atau Pemurnian tidak berlaku bagi pemurnian mineral di dalam negeri.
Mineral yang digunakan untuk kepentingan dalam 4) Wajib menandatangani pakta integritas.
negeri atau penelitian dan pengembangan Mineral
melalui pengiriman conto mineral ke luar negeri. Jadi UU No. 4/2009 dapat berlaku secara
efektif pada Januari 2014 untuk komoditas
Perkembangan Hilirisasi Pertambangan Nikel tambang mineral logam, mineral bukan logam dan
Sejak dikeluarkannya Permen ESDM No. 07 batuan dalam bentuk bahan mentah (raw
Tahun 2012 dalam rangka melaksanakan amanat material/ores). Menurut BPS dari tahun 2009
UU No. 04/2009, khususnya terkait dengan sampai tahun 2013 jumlah ekspor nikel mengalami
kewajiban pengolahan dan pemurnian mineral di peningkatan dan menurun di tahun 2014 sejak
dalam negeri paling lambat tanggal 12 Januari 2014 diberlakukannya Permen No. 01 Tahun 2014
yaitu 5 tahun terhitung dari tanggal yang sama seperti yang terlihat pada gambar 2.
70
60
50
40
Millions Ton
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Ekspor Nikel 10.437.126,50 17.566.047,40 40.792.164,80 48.449.392,10 64.802.857,10 4.160.120,70
Pada PP No. 01 Tahun 2014 tentang nikel berkadar rendah masih sulit dimurnikan di
perubahan PP No. 23 Tahun 2010 yang berisi dalam negeri dikarenakan smelter di Indonesia
pelarangan ekspor mineral mentah yang dimulai dibangun bukan untuk spesifikasi bijih berkadar
tanggal 12 Januari tahun 2014, akan tetapi untuk
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
113
Setiawan dan Horman INTAN Volume 2, Nomor 2, 2019
rendah dan hanya bisa menyerap bijih kadar 2% ke perusahaan yang berinvestasi baru dan dua
atas. (Kementrian Perindustrian). perusahaan melakukan ekspansi dengan total
Pada tahun 2017 ditetapkannya Permen investasi yang akan ditanamkan sebesar 4,3 milyar
untuk pemanfaatan mineral logam dengan kriteria USD (Rp 56 triliun) dengan kapasitas input sebesar
tertentu yaitu Permen No. 05 Tahun 2017 yang 28 juta ton bijih Nikel (Kementrian Energi dan
mana pada pasal 9 ayat 2 bahwa pengolahan dan Sumber Daya Mineral, 2017).
pemurnian untuk mineral logam dengan kriteria Rekomendasi ekspor yang telah dikeluarkan oleh
tertentu seperti nikel berkadar kurang dari 1,7%. KESDM sampai dengan 30 November 2017 untuk
Maksudnya adalah pada pasal ini diwajibkan untuk komoditas Nikel sejumlah 14 Perusahaan dengan
mengolah dan memurnikan nikel dengan kadar di jumlah ekspor sebesar 22,9 juta ton, namun sampai
bawah 1,7%, sehingga tidak terbuang percuma (tak dengan 30 November 2017 realisasi ekspor bijih
bernilai). Alasannya adalah smelter di dalam negeri nikel kadar rendah baru mencapai 3 juta ton.
kebanyakan hanya mengolah nikel berkadar di atas
1,7%. (Agustinus, 2017). Menurut kementrian perindustriaan,
permintaan stainless steel sampai tahun 2025
Izin ekspor bijih nikel kadar rendah hanya diperkirakan sebesar 410 Ribu Ton, dengan
diberikan kepada perusahaan yang telah produksi ferronickel dalam negeri sebesar 180 Ribu
membangun smelter dan dievaluasi terus selama Ton pada tahun 2013 maka dibutuhkan minimal
enam bulan. Apabila program pembangunan tidak 720 Ribu Ton tambahan produksi dalam jangka
berjalan maka izin ekspor langsung dicabut. waktu 12 tahun. Untuk memenuhi demand yang
Jumlah bijih nikel yang boleh diekspor dibatasi ada pada tahun 2025 ditargetkan sudah
sesuai dengan kapasitas smelter yang dibangun dan membangun tambahan smelter dengan tambahan
jumlah wilayah pertambangan (Agustinus, 2017). kapasitas 1,68 juta ton, dengan rincian:
Perubahan kebijakan dilakukan agar industri 1) Pada tahun 2014, terdapat tambahan kapasitas
hilirisasi mineral dapat diteruskan serta perlu poduksi ferronickel PT. Feni Haltim sebesar
tambahan waktu untuk pembangunan smelter, 300 Ribu Ton dan PT. Bumi Selaras sebesar 600
dikarenakan jika ekspor mineral mentah dan Ribu Ton.
konsentrat ditutup 100% akan berakibat buruk dan 2) Pada tahun 2015, terdapat tambahan kapasitas
smelter pun tetap tak akan terbangun (Agustinus, poduksi ferronickel PT. Weda Bay Nickel
2017). sebesar 600 Ribu Ton.
Kebijakan PNT mineral juga telah 3) Ditargetkan hingga tahun 2025, terdapat
mendorong investasi pada sektor Industri penambahan investasi pada industri ferronickel
Pengolahan dan Pemurnian Logam, tercatat sampai 300 Ribu Ton diantaranya dari perluasan
dengan Bulan Oktober 2017 investasi yang telah kapasitas produksi PT. Antam Unit Pomalaa
selesai ditanamkan untuk pembangunan fasilitas sebesar 100.000 Ton, investasi baru PT. Multi
pemurnian Nikel di dalam Negeri adalah mencapai Baja sebesar 100 Ribu Ton dan investor lainnya
±5,03 milyar USD (±Rp 68 triliun). Investasi sebesar 190 Ribu Ton.
tersebut telah berhasil membangun sejumlah 13 4) Direncanakan PT. Antam akan membangun
fasilitas pemurnian Nikel dengan berbagai macam pabrik stainless steel pada tahun 2020 dengan
produk yang dihasilkan yaitu NPI, FeNi dan kapasitas produksi sebesar 600 Ribu Ton.
NiHidroxide dan telah mampu memurnikan bijih Guna memenuhi kebutuhan energi atas
Nikel di dalam Negeri sebesar 34 juta ton bijih pembangunan smelter ferronickel dan pabrik
Nikel (Kementrian Energi dan Sumber Daya stainless steel pada tahun 2025 maka dibutuhkan
Mineral, 2017) kepastian supply energi setara energi listrik sebesar
Pasca terbitnya PP 1 Tahun 2017 beserta 1.020 MW. Untuk memenuhi kebutuhan demand
turunannya Permen ESDM No 5/2017 dan Permen produk Stainless Steel dari tahun 2013 sampai
ESDM No. 6/2017 yang memberikan insentif bagi dengan tahun 2025 dengan mengoptimalkan bahan
pelaku usaha yang membangun fasilitas pemurnian baku dari dalam negeri, diperkirakan setidaknya
untuk dapat menjual bijih nikel kadar rendah harus membutuhkan bahan baku bijih nikel sebesar
mampu mendorong minat pelaku usaha untuk 80 Juta Ton. Proyeksi konsumsi pada tahun 2025
dengan sungguh-sungguh membangun fasilitas dalam bentuk stainless steel sebesar 1,5 kg
pemurnian baru atau bahkan mendorong existing perkapita, meningkat hampir tiga kali lipat
smelter meningkatkan kapasitas fasilitas dibandingkan konsumsi saat ini 0,6 kg perkapita.
pemurnian yang telah ada, tercatat ada 11 Faktor penggerak cabang industri pengolah nikel
adalah sektor transportasi, alat rumah tangga, alat Makmur Selaras, PT. Feni Haltim, PT. Antam, PT.
kesehatan, dan konstruksi. Tahun 2013 produksi Weda Bay Nickel dan PT.Multi Baja Selaras
nikel dalam ferronickel sebesar 18 ribu ton, dengan kapasitas total sebesar 1,3 juta ton dan
sehingga dengan target konsumsi stainless steel 1,5 diproyeksikan akan terdapat investasi lain sebesar
kg per kapita kebutuhan stainless steel akan 200 ribu ton sampai tahun 2025. Sehingga sampai
mencapai 400 ribu ton. Hal ini sesuai dengan tahun 2025 memerlukan bijih nikel sebesar 80 juta
rencana PT Antam yang akan membangun pabrik ton, dengan tambahan energi sebesar 900 MW dan
stainless steel pada tahun 2020 dengan kapasitas investasi sebesar Rp. 72 trilliun (Kementrian
600 ribu ton. Adapun rencana investasi yang akan Perindustrian, 2016).
membangun smelter ferronickel adalah PT. Bumi
Batubara. Lembaran Negara RI Tahun 2010 Pemerintah Indonesia. (2017). Peraturan Menteri
No. 29. Jakarta: Sekretariat Negara. ESDM No. 05 Tahun 2017 Tentang
Pemerintah Indonesia. (2011). Undang-Undang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Di
Pembentukan Peraturan Perundang- Dalam Negeri. Berita Negara RI Tahun
Undangan. Lembaran Negara RI Tahun 2017 No. 98. Jakarta: Sekretariat Negara.
2011 No. 82. Jakarta: Sekretariat Negara. Pemerintah Indonesia. (2017). Peraturan
Pemerintah Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1
Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor Tahun 2017 Tentang Perubahan Keempat
07 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tambah Mineral Melalui Kegiatan Tahun 2010. Lembaran Negara RI Tahun
Pengolahan Dan Pemurnian Mineral. Berita 2017 No. 4. Jakarta: Sekretariat Negara.
Negara RI Tahun 2012 No. 165. Jakarta: Pemerintah Indonesia. (2017). Permen ESDM
Sekretariat Negara. Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Tata Cara
Pemerintah Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Dan Persyaratan Pemberian Rekomendasi
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Pelaksanaan Penjualan Mineral Ke Luar
Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Negeri Hasil Pengolahan Dan Pemurnian.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Berita Negara RI Tahun 2017 No. 99.
Mineral Nomor 07 tahun 2012. Berita Jakarta: Sekretariat Negara.
Negara RI Tahun 2012 No. 534. Jakarta: Pemerintah Indonesia. (2017). Permen ESDM
Sekretariat Negara. Nomor 35 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Pemerintah Indonesia. (2012). Peraturan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber
Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2012 Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2017.Berita
Tentang Perubahan Atas Peraturan Negara RI Tahun 2017 No.687. Jakarta:
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010. Sekretariat Negara.
Lembaran Negara RI Tahun 2012 No. 45 . Pemerintah Indonesia. (2018). Peraturan Menteri
Jakarta: Sekretariat Negara. Nomor 25 tahun 2018 tentang pengusahaan
Pemerintah Indonesia. (2013). Peraturan Menteri pertambangan mineral dan batubara. Berita
Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor Negara RI Tahun 2018 No. 595. Jakarta:
20 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Sekretariat Negara.
Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Pemerintah Indonesia. (2018). Peraturan
Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2012. Berita Pemerintah Nomor 08 Tahun 2018 Tentang
Negara RI Tahun 2013 No. 993 . Jakarta: Perubahan Kelima Atas Peraturan
Sekretariat Negara. Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010.
Pemerintah Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Lembaran Negara . Jakarta: Sekretariat
Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Negara.
Tahun 2014 Tentang Peningkatan Nilai Thendry, S. (2016). Desentralisasi Kewenangan
Tambah Mineral Melalui Kegiatan Dalam Pengaturan Usaha Pertambangan Di
Pengolahan Dan Pemurnian Mineral Di Era Otonomi Daerah. Lex et Societatis,
Dalam Negeri. Berita Negara Ri Tahun 2014 Vol.IV/No.4, 45-53.
No. 35. Jakarta: sekretariat negara.
Pemerintah Indonesia. (2017). Peraturan Menteri
Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor
28 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber
Daya Mineral Nomor 05 Tahun 2017. Berita
Negara RI Tahun 2017 No. 515 . Jakarta:
Sekretariat Negara.