Professional Documents
Culture Documents
Karakteristik Dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber Dan Tingkat Penambahan Karbohidrat Fermentable
Karakteristik Dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber Dan Tingkat Penambahan Karbohidrat Fermentable
Nur Hidayat1
1
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
ABSTRACT An experiment was carried out from temperature, and nutrient contents (crude protein
April 1st up to August 18 th 2013. The purpose of and crude fibre). The result of this study showed
this study was to evaluate the effect of source and that the color change of the silage was as follow: at
level fermentable carbohydrate as an additive on the the 14th and 28th day. The treatment had highly
characteristict of ensilage and the contents of crude significant effect (P < 0.01) on the color, texture,
protein and crude fibre of king grass silage. The and fungi of the silage and the content of crude
methods of this study was experimental, by using protein, and had no significant effect (P>0,05) on
Completely Randomized Design. There were 9 the aroma (smell), temperature, pH and crude fibre.
treatments, each of which consisted of three The contrast orthogonal test to the color, aroma,
replications. The treatments were : A = 1 % of infestation of fungy, crude protein, the treatment of
mollases; B = 2 % of mollases; C = 3 % mollases; ABC was different relative to those of DEFGHI
D = 5 % of rice bran E = 10 % of rice bran; F = 15 treatments. This study could be conclude that by
% of rice bran; G = 5 % of of cassava cake; H = 10 wilting of king grass (water content of 60 %), the
% of of cassava cake; I = 15 % of cassava cake. 1–3 of 3 % of mollases snd 5-15 % usage of rice
Note: all percentages were on the basis of king bran an additive the results are better compared to
grass fresh weight. the usage with additive of cassava cake, viewed
The observed variable were physical from silage’s physical quality as well as its nutrient
characteristics (color, aroma, texture, fungi), pH, contents.
Key words: Silage, king grass, mollases, cassava cake, rice bran
Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber …. (Ir. Nur Hidayat, MP)
43
Tabel 1. Suhu dan pH Silase Rumput Raja dengan Perlakuan asam laktat yang cukup untuk menurunkan pH
Macam dan Level Karbohidrat Fermentabel
Hari ke 14 Hari ke 28
dan memperbaiki kualitas silase (Bureenok et
Perlakuan
Suhu pH Suhu pH
al., 2005), produksi asam laktat berkorelasi
A 25,50 ± 0,44 5,53 ± 0,50 b 25,67 ± 0,58 4,73 ± 0,84 ab
dengan nilai pH. Hasil serupa juga dilaporkan
B 25.50 ± 0,00 5,73 ± 0,12 b 25.67 ± 0,76 4,60 ± 0,20 a oleh Yang et al. (2006) dan Downing et al.
C 25,50 ± 0,50 5,73 ± 0,23 b 25,33 ± 0,76 4.33 ± 0,23 a (2008), Nisa et al. (2008); Saricicek and Kilic
D 25,67 ± 0,58 5,40 ± 0,20 b 25,37 ± 0,71 5,50 ± 0,17ab (2011).
E 25,50 ± 0,50 4,97 ± 0,35 a 25,50 ± 0,50 5,07 ± 1,18 ab
b
F 25,67 ± 0,76 5,07 ± 0,31 25,33 ± 0,76 4,33 ± 0,06a Warna Silase Rumput Raja
a
G 25.67 ± 0,58 4,87 ± 0,55 25.50 ± 0,50 4,27 ± 0,12 a
Hasil penelitian menunjukkan pola
H 25,33 ± 0,76 5,10 ± 0,26 b 25,50 ± 0,50 4,33 ± 0,12 a
perubahan warna silase sebagai berikut: pada
I 25,67 ± 0,58 4,93 ± 0,12 a 25,50 ± 0,50 4,70 ± 0,00 ab
Keterangan :Superscript yang berbeda dalam kolom yang sama
hari ke-14 dan ke-28 perlakuan berpengaruh
menunjukkan berbeda nyata (p<0,05) sangat nyata (p < 0,01) terhadap warna silase.
Sementara dari hasil uji BNJ pada hari ke-14
Kondisi ini menunjukkan bahwa silase dan ke-28 yang tampak sangat nyata (p < 0,01)
dalam kondisi baik, sesuai dengan hasil adalah antara tetes dengan katul dan onggok
penelitian Ridwan et al. (2005) yang (ABC vs DEFGHI), juga antara katul dengan
melaporkan bahwa suhu silase yang dihasilkan onggok (DEF vs GHI). Sedangkan penggunaan
pada semua perlakuan berkisar antara 26-28oC. level pada tiap sumber karbohidrat tersebut
Suhu silase masih dikatakan baik karena suhu tidak menunjukkan perbedaan. Kalau diranking
panen yang dihasilkan masih beberapa derajat dari sisi warna dari hijau ke coklat maka
berada di bawah suhu lingkungan. Sebaliknya onggok > katul > tetes sesuai dengan hasil
apabila melebihi suhu lingkungan sampai 5- penelitian (Hidayat dan Indrasanti, 2011)
10oC berarti silase tersebut diduga telah Skor yang digunakan pada penelitian ini
terkontaminasi mikoorganisme yang lain berkisar dari 1 – 5. Hasil penelitian skor warna
seperti kapang dan jamur. Semakin cepat silase yang dihasilkan pada hari ke-14 dan 28
proses ensilase berarti mempercepat kondisi adalah 3,07 sampai dengan 4,40 yaitu antara
kedap udara dan merangsang tumbuhnya hijau gelap hingga coklat (Tabel 2). Soekanto
bakteri asam laktat untuk membentuk asam dkk. (1980) menyatakan bahwa silase dengan
laktat dan tidak terjadi panas yang skor 2 adalah silase berwarna hijau gelap atau
berkepanjangan sehingga suhu stabil. Hidayat kuning kecoklatan dan skor 3 dengan warna
dan Indrasanti (2011) menyatakan bahwa hijau alami atau hijau kekuningan. Temuan
suhu silase mulai konstan pada hari ke-14. Hermanto (2011) menyatakan bahwa warna
Sedangkan Hermanto (2011) menyatakan silase yang baik adalah coklat terang
bahwa fermentasi awal menyebabkan (kekuningan) dengan bau asam.
temperatur dalam silo meningkat dan pH mulai
turun akibat terdapatnya asam organik Tabel 2. Skor Warna dan Bau Silase Rumput Raja dengan Perlakuan
Macam dan Level Karbohidrat Fermentabel
khususnya asetat dalam silo. Laporan Despal Warna Bau
Perlakuan
et al. (2011) dedak padi memiliki water- Hari ke 14
a
Hari ke 28 Hari ke 14
a
Hari ke 28
A 3,60 ± 0,00 3,27 ± 0,12 3,93 ± 0,23 4,47 ± 0,23
soluble carbohydrates (5,4%) dan B 3.67 ± 0,23 a a
3.13 ± 0,12 4.27 ± 0,12 4,47 ± 0,31
penambahan water-soluble carbohydrates C 3.07 ± 0,12 a 3.47 ± 0,12 a 4,20 ± 0,40
ab b
4.67 ± 0,12
D 3.67 ± 0,12 4.60 ± 0,20 3.40 ± 0,00 4.00 ± 0,35
akan meningkatkan fermentable carbohydrate E 3,67 ± 0,12 ab b
4,53 ± 0,12 3.73 ± 0,12 4,07 ± 0,31
ab b
silase yang menyediakan lingkungan bagi F 3,67 ± 0,12
c
4,53 ± 0,12 3.87 ± 0,12
bc
4.07 ± 0,31
G 4.20 ± 0,00 4,53 ± 0,12 3.60 ± 0,20 3.60 ± 0,53
berkembangnya bakteri untuk memproduksi H 3.80 ± 0,00 bc
4,27 ± 0,12 bc
3.53 ± 0,12 4,20 ± 0,40
c bc
I 4.40 ± 0,00 4,73 ± 0,12 3.67 ± 0,12 4,33 ± 0,42
asam laktat serta penurunan pH silase (Nisa et Keterangan: Penilaian skor mengikuti Soekanto dkk. (1980). Superscript
al., 2008; Saricicek & Kilic, 2011). yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda
nyata (p<0,05).
Penambahan bahan additive untuk proses
ensilase sering digunakan untuk memperbaiki Secara umum penggunaan onggok
kualitas silase. Penambahan sumber water- memberikan warna yang lebih hijau dibanding
soluble carbohydrates menyebbaka produksi tetes maupun katul. Sedangkan katul
Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber …. (Ir. Nur Hidayat, MP)
45
maupun hari ke 28. Agak berbeda dengan Kandungan gizi silase dapat
penelitian sebelumnya yang menggunakan dipertahankan dengan penambahan aditif
penambahan bakteri asam laktat 1 dan 2 % seperti kultur bakteri (bakteri asam laktat),
antara tetes, katul dan onggok tidak ada sumber karbohidrat mudah larut dalam air,
infestasi jamur. Infestasi jamur pada tiap asam organik, enzim, dan nutrien (urea,
perlakuan disajikan pada Gambar 1. amonia, mineral-mineral) (McDonald, 1991).
Pada hijauan yang masih muda mengandung
protein yang tinggi, sehingga yang terjadi
adalah fermentasi protein (Ristianto dkk.,
(1979). Perbedaan antara perlakuan aditif
katul dengan onggok disebabkan karena
kandungan protein dari katul ± 12 % dibanding
onggok yang hanya. ± 2 %. Sedangkan antara
tetes dengan onggok disebabkan karena
kandungan karbohidrat fermentabel tetes lebih
Gambar 1. Pola Perubahan Tekstur Silase Selama Waktu tinggi dibanding onggok.
Inkubasi
Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber …. (Ir. Nur Hidayat, MP)
47
Laktat Pada Pembuatan Silase Santoso, B. Hariadi, B. Tj., Manik, H. Dan
Rumput Gajah. Laporan Penelitian. Abubakar, H., 2009. Kualitas Rumput
Fakultas Peternakan. Unsoed. Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan
Purwokerto. Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak
Rumput Terfermentasi. Media
Kung, Jr. L., Taylor, C. C., Lynch, M. P. and
Peternakan, 32(2):137-144.
Neylon, J.M., 2003. The effect of
treating alfalfa with Lactobacillus Saricicek, B. Z. and Kilic, U., 2011. Effect of
buchneri 40788 on silage fermentation, different additives on the nutrient
aerobic stability, and nutritive value for composition, in vitro gas production
lactating dairy cows. J. Dairy Sci. 86: and silage quality of alfalfa silage.
336–343 Asian J. Anim. Vet. Advances 6: 618-
626.
McDonald, P, A. R. Hendenon & S. J. E.
Hercn, 1991. The Biochemistry of Siregar, M. E, 1996. Pengawetan Pakan
Silage. Chalcombe publications. 2d ed. Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Cenlerbury UK.
Syarifuddin, N. A, 2006. Karakteristik dan
Nisa, M., Shahzad, M. A. Sarwar, M. and Persentase Keberhasilan Silase
Tauqir. N. A., 2008. Influence of Rumput Gajah pada Berbagai Umur
additives and fermentation periods on Pemotongan. Fakultas Peternakan
silage characteristics, chemical Universitas Lambung Mangkurat
composition and in situ digestion Banjarbaru. Banjarmasin.
kinetics of Jambo silage and its fodder
Soekanto, L., Subur, P., Soegoro, M.,
in Nili buffalo bulls. Turk. J. Vet.
Riastianto, U., Muridan, Soedjadi,
Anim. Sci. 32:67-72.
Soewondo, R. Toha, M., Soediyo,
Ohshima, M., Cao, L. M., Kimura, E. and Purwo, S., Musringan, Sahari, M. dan
Yokota, H., 1997. Fermentasi Kuality Astuti, 1980. Laporan Proyek
of Alfalfa and Italian Reygrass silase Konservasi Hijauan Makanan Ternak
Treated From both the Herbages. Jawa Tengah. Direktorat Bina
Anim. Feed Sci. Technol. 68: 41-44 Produksi, Direktorat Jenderal
Peternakan, Departemen Pertanian dan
Reksohadiprodjo, S, 1988. Pakan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas
Gembala. BPFE, Yogyakarta.
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ridwan, R, S. Ratnakomala, Kartina, G dan
Steel, R. G. D. and Torrie, J. H, 1993. Prinsip
Widyastuti, Y., 2005. Pengaruh
dan Prosedur Statistika. Terjemahan
Penambahan Dedak Padi dan
Oleh. B. Sumantri. IPB. PT.
Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam
Gramedia. Jakarta.
Pembuatan Silase Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum). Media Weinberg, Z. G., Ashbell, G. and Chen, Y.,
Peternakan. Vol 28 No.3 hal: 117 – 2003. Stabilization of returned dairy
123 products by ensiling with straw and
molasses for animal feeding. J. Dairy
Ristianto, U., Soekanto, L. dan Harlianti, A,
Sci. 86: 1325–1329.
1979. Percobaan Silase. Laporan
Konservasi Hijauan Makanan Tenak, Weinberg, Z. G., Muck, R. E., Weimer, P. J.,
Jawa Tengah. Direktorat Bina Chen, Y. and Gamburg, M., 2004.
Produksi, Direktorat Jenderal Lactic acid bacteria used in inoculants
Peternakan, Departemen Pertanian dan for silage as probiotics for ruminants.
Fakultas Peternakan Universitas Applied Biochemistry and
Gadjah Mada. Yogyakarta. Biotechnology 18: 1-9.
Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber …. (Ir. Nur Hidayat, MP)
49