You are on page 1of 12

Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Perawat RSUD Arjawinangun tentang Asuhan


Keperawatan Spiritual

Niko Sutrisnoˡ, Keksi Girindra Swasti², Wastu Adi Mulyono²


ˡClinical Nurse at RSUD Arjawinangun Cirebon, Central Java, a Student of Program
Ners Batch-23 at Jenderal Soedirman University.
² Department of Nursing Faculty of Health Sciences University of Jenderal Soedirman

ABSTRACT

Background. Nursing considers humans as complex creatures which different one from
another. They consist of biological, social, cultural, psychological and spiritual
dimensions. However, the provision of spiritual care is not optimally delivered.
Objectives. This study was to describe nurses’s knowledge, perceptions, and attitudes
about spiritual care.
Method. An observational study with cross sectional approach was conducted. Totally,
248 nurses worked in RSUD Arjawinangun Cirebon were invited to contribute. The
sample was collected by total sampling technique. Self-respon questioners were utilized,
included knowledge, SSCRS and attitude scales. Univariate analyses were applied to
describe the data.
Results. Mosts of respondents indicated 10 years work experience. The education
background varied from Diploma to Post-graduate, but the majority was Diploma 3 yrs.
Female nurses dominated the sample with age ranged between 25 and 56 years old, but
ages 26-35 dominated. Median scores of knowledge, perceptions and attitudes after being
converted into 0-100 scale, all around 64.
Conclusion. Scores of knowledge, perceptions and attitudes of Arjawinangun Hospital
nurses about spiritual care were in mediocre levels.

Keywords: attitudes, knowledge, perceptions, spiritual care.

PENDAHULUAN keperawatan komprehensif dengan

Keperawatan melihat manusia memenuhi kebutuhan dasar pasien

sebagai makhluk multidimensional yang secara holistic yaitu bio-psiko-sosial dan

kompleks. Manusia dipandang perawat spiritual (Potter & Perry 2009).

sebagai mahluk kompleks dan berbeda Meskipun demikian dimensi spiritual

satu dengan lainnya. Ia terdiri dari sering tertinggal.

dimensi komprehensif meliputi dimensi Aspek spiritual diyakini

biologis, sosial, kultural, psikologis, dan bermanfaat terhadap penyembuhan

spiritual. Perawat memiliki kesempatan pasien. Hodge et al. (2011) menjelaskasn

lebih besar untuk memberikan asuhan bahwa kebutuhan spiritual merupakan

11
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

kebutuhan akan makna, tujuan, dan spiritual akan terlaksana jika perawat
harapan dalam hidup, hubungan dengan memiliki kemampuan untuk
Tuhan, kewajiban agama, praktik mengidentifikasi dan memahami aspek
spiritual, hubungan dengan sesama dan spiritual pasien, dan bagaimana
hubungan dengan perawat. Spiritualitas keyakinan spiritual dapat memengaruhi
juga berkaitan dengan kualitas hidup kehidupan setiap individu (Hamid 2008;
(Monod et al. 2012) dan penting selama Potter & Perry, 2005). Jika hal tersebut
periode sakit (Potter & Perry 2005). terpenuhi, maka proses penyembuhan
Bahkan Anandarajah dan Hight (2001) pasien di rumah sakit bisa meningkat
melaprokan 91 persen pasien meyakini mencapai 20-25% (Purwanto, 2007).
kesehatan spiritual sama pentingnya Dampak lain yang didapatkan oleh
dengan kesehatan fisik dan 44% pasien pasien yaitu memiliki semangat, merasa
menginginkan perawat memberikan seimbang, damai jiwa, tenang beribadah,
terapi psikoreligius. penurunan kecemasan dan kesembuhan
Meskipun demikian, Madadeta (Wardah et al. 2017).
dan Widyaningsih (2015) Studi pendahuluan pada bulan
mengidentifikasi bahwa kebutuhan September 2018 di RSUD Arjawinangun
spiritual pasien tidak terpenuhi dalam menujukkan sudah adanya standar
praktek pelayanan kesehatan. Kondisi ini prosedur operasional pelayanan
dapat berakibat munculnya kecemasan, kerohanian seperti rumah sakit lain pada
depresi, dan post traumatic syndrome wilayah Cirebon. Tetapi hanya satu
(PTS) seperti dilaporkan Langley (2010) diagnosa spiritual yaitu hambatan
bahwa pada sejumlah pasien ICU karena religiositas terdokumentasi dalam
faktor kurangnya faktor spiritual. catatan perawatan. Perawat merasa tidak
Minimnya perawat menerapkan yakin apa yang telah diterapkan dalam
asuhan spiritual tersebut salah satunya asuhan spiritual, dan tidak menggali
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keberadaan instrumen untuk mengkaji
tetang asuhan keperawatan spiritual asuhan spiritual. Selain itu perawat
(Wardah et al. 2017). Perawat juga masih bingung cara pengkajian, dan
kurang training ketika dalam masa lebih sering menyerahkan masalah
pendidikan atau pada saat telah bekerja pemenuhan kebutuhan spiritual pada
(Azak 2011). Asuhan keperawatan rohaniwan.

12
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Berdasarkan fenomena tersebut sedang cuti, sekolah atau mengikuti


peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pelatihan di luar kota.
pengetahuan, persepsi, dan sikap Instrument yang digunakan adalah
perawat tentang pelaksanaan asuhan self response kuesioner dalam bentuk
keperawatan spiritual pasien di RSUD skala Likert. Kuesioner pengetahuan
Arjawinangun Cirebon. merupakan pengembangan dari tinjauan
Penelitian ini adalah untuk teori berdasarkan Herdman (2017) dan
mengetahui gambaran pengetahuan, Hamid (2008). Persepsi terhadap asuhan
persepsi dan sikap perawat tentang spiritual diukur dengan kuesioner The
pelaksanaan asuhan keperawatan spirituality and spiritual care rating
spiritual pasien di RSUD Arjawinangun scale (SSCRS) Wilfred McSherry
Cirebon. Hasil penelitian ini diharapkan (2006). Konsistensi internal SSCRS
mengisi kekosongan informasi tentang versi Indonesia dilaporkn 0,74 (Mulyono
asuhan spiritual di Indonesia. & Chen, 2016). Skala pengukuran sikap
merupakan pengembangan dari tinjauan
METODOLOGI PENELITIAN
teori berdasarkan Saam dan Wahyuni
Rancangan penelitian cross (2013) dan Pieter et al. (2011). Uji
sectional ditetapkan. Populasi target reliabilitas kuesioner menunjukkan
adaah RSUD Arjawinangun. Tehnik konsistensi yang baik (α Cronbach
sampel yang dipakai adalah total 0,946) dan untuk kuesioner sikap
sampling. Kriteria inklusi dalam perawat juga didapatkan konsistensi
penelitian ini adalah perawat yang ada di yang baik (α Cronbach 0,896).
RSUD Arjawinangun, dan bersedia Analisa data pada penelitian ini
menjadi responden. Perawat yang menggunakan analisis univariat. Data
sedang cuti, kepala ruangan, perawat disajikan dalam bentuk tabel distribusi
sedang tugas belajar pada saat frekuensi dan persentase pada variabel
pengambilan sampel, perawat poli klinik demografi responden, pengetahuan,
rawat jalan, serta perawat yang persepsi, dan sikap perawat tentang
menduduki sebagai pejabat struktural pelaksanaan asuhan keperawatan
diekslusikan dari sampel. Total 248 dari spiritual. Variabel pengetahuan, persepsi
268 responden berpartisipasi dalam dan sikap menggunakan skala data
penelitian, duapuluh orang lainnya numerik. Nilai median dipilih karena

13
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

data tidak terdistribusi normal (Dahlan abel 1 Karakteristik Demografik


2014). esponden (N=248)
Karakteristik f %
Demografik
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis kelamin
Laki-laki 111 44,8
Karakteristik Responden
Perempuan 137 55,2
Umur
Hasil penelitian menunjukkan
< 25 tahun 42 16,9
sebagian besar responden berjenis 26-35 tahun 125 50,4
kelamin perempuan. Penelitian 36-45 tahun 72 29
46-55 tahun 9 3,6
Ratmanita et al. (2013) juga menyatakan
>56 tahun 0 0
bahwa dari 62 responden perawat, 82,3% Masa kerja
paling banyak adalah perempuan 1 – 3 tahun 77 31
4 – 9 tahun 98 39,5
Rusnawati (2012) menyatakan bahwa
Lebih 10 tahun 73 29,4
profesi perawat adalah stereotip gender Pendidikan
D3 173 69,8
yaitu lebih cocok untuk perempuan yang
D4 1 4
lebih fleksibel untuk melakukan S1 Ners 73 29,4
perawatan pada laki-laki maupun S2 1 4
Ruangan Kerja
perempuan. Ade Irma S. 23 9,3
Responden kebanyakan berada Cipto MK. 17 6,9
Cut Nyak Dien 26 10,5
dalam usia menjelang mature dalam Diponegoro 24 9,7
kerja. Paling responden banyak berumur Hemodialisa 8 3,2
ICU 25 10
antar 26-35 tahun (125 responden atau IGD 30 12,1
50,4%). Hal ini terjadi karena rata-rata Imam Bonjol 24 9,7
OK 28 11,3
menjadi perawat ketika baru lulus Pattimura 17 6,9
pendidikan D3 (kurang lebih 22 tahun), Soetomo 12 4,8
VIP 14 5,6
ditambah masa kerja 4-9 tahun akan
berada pada kisaran rentang usia 26-35 Masa kerja paling banyak adalah
tahun pada saat dilakukan penelitian. 4-9 tahun sejumlah 39,5% dengan
Pada rentang usia ini menurut Hasibuan (2003) pendidikan mayoritas adalah D3
perawat masih fokus pada performa fisik, sejumlah 69,8%. Penelitian ini sejalan
sedangkan kebutuhan spiritual memerlukan dengan Kumajas et al. (2014) bahwa
kematangan mental, dan kebijaksanaan (Kumajas terdapat masa kerja bervariasi yaitu 40%
et al. 2014). memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun

14
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Tabel 2 Median Skor dan Median Skor setelah Dikonversi ke Skala 0-100
Variabel Median Min-Maks Skala konversi Min-Maks
Teoritis 0-100
Pengetahuan 111,00 38-152 64 91 – 144
Persepsi 50,00 17-68 64 39 – 65
Sikap 53,00 18-72 64 43 – 72

dan 60% memiliki masa kerja lama yaitu pasien dengan pengetahuan yang sudah
lebih dari 3 tahun, menunjukkan bahwa dimiliki.
sebagian besar dari perawat bekerja di Hasil penelitian menemukan
ruangan memiliki masa kerja cukup lama bahwa perawat kamar operasi memiliki
yaitu lebih dari 3 tahun. Sesuai dengan skor nilai pengetahuan dan persepsi
teori Bandura, perawat yang memiliki tinggi dibandingkan dengan ruangan
pengalaman lebih lama dapat yang lainnya yaitu sejumlah 120,86 dan
memberikan pengaruhnya kepada 55,68. Hal ini merupakan rasa tanggung
perawat baru sehingga dalam melakukan jawab perawat ruang kamar operasi agar
praktek klinik di ruangan bisa pasien yang akan dilakukan tindakan
membimbing dan menjadi role model menjadi lebih tenang dan tidak cemas
dalam proses pelayanan keperawatan. setelah diberikan tuntunan asuhan
Masa kerja mayoritas perawat D3 keperawatan spiritual sehingga operasi
bekerja pada rumah sakit kurang lebih 9 bisa dilakukan dengan lancar. Namun
tahun. Kebutuhan tenaga pelaksana dalam sikap perawat dalam pelaksanaan
khususnya yang direkrut oleh rumah asuhan keperawatan spiritual ruangan
sakit masih mayoritas lulusan D3 ICU lebih tinggi dari kamar operasi yaitu
keperawatan karena telah memiliki sejumlah 57,28. Hal ini menunjukkan
keterampilan dan pengetahuan yang bahwa perawat ruangan ICU sangat baik
cukup dalam mengelola pasien. Menurut dalam melakukan perannya dalam
Notoatmodjo (2010) semakin tinggi pemberian asuhan keperawatan spiritual
pendidikan semakin mudah juga terhadap pasien , hal ini sejalan dengan
seseorang untuk menerima informasi penelitian Yaseda et al. (2013) perawat
sehingga pengetahuan diterimanya yang berada di ruang ICU Rumah Sakit
semakin bertambah dan semakin baik Muhamadiyah Ahmad Dahlan kota
kualitas pemberian pelayanan pada Kediri perannya dalam pemberian

15
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

asuhan spiritual termasuk kategori baik Tabel 3 Median Skor Pengetahuan, Persepsi,
sebesar 75%. dan Sikap berdasarkan Karakteristik Responden
(N=248)
Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Karakteristik Pengeta- Persepsi Sikap
Perawat Responden huan
Masa Kerja
Data dalam tabel 2 menerangkan 1-3 tahun 110,00 49,00 52,00
4-9 tahun 111,00 50,00 54,00
bahwa baik pengetahuan, persepsi dan >10 tahun 114,00 51,00 54,00
sikap asuhan spiritual masih dalam level Pendidikan
D3 Kep. 111,00 49,00 53,00
64 dalam rentang 0-100. Hal ini berarti D4 125,00 52,00 61,00
seluruh skor tidak dapat mencapai 75 S1 ners 117,00 51,00 55,00
S2 127,00 53,00 64,00
atau persentil 76% dari level tertinggi Jenis Kelamin
100%. Rendahnya skor dapat disebabkan Laki-laki 111,00 50,00 53,00
Perempuan 111,00 49,00 53,00
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut Umur
antara lain adalah minimnya <25 tahun 111,00 49,00 53,00
26-35 tahun 110,00 50,00 53,00
pengetahuan dan pelatihan mengenai 36-45 tahun 111,50 50,00 54,00
46-55 tahun 129,00 56,00 59,00
asuhan keperawatan spiritual, merasa >56 tahun - - -
kurang mampu dalam memberikan Ruang Kerj
Anak 106,00 49,00 52,00
perawatan spiritual. Selain itu perawat Umum kls. 2 106,00 48,00 51,00
juga merasa bahwa pemenuhan Umum kls. 3 111,00 50,00 52,00
Penyakit
kebutuhan spiritual pasien bukan dalam kls 3 109,00 49,00 52,00
Hemodialisa 112,00 48,50 54,50
menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab ICU 125,00 52,00 57,00
rohaniawan. Faktor penting lainnya IGD 111,00 50,00 54,00
Bedah kls. 3 113,00 50,00 53,00
adlah peningkatan beban kerja, dan OK Psikiatri 123,00 56,50 57,00
Umum kls 1 119,00 51,00 59,00
kurangnya waktu. VIP 111,00 49,00 53,00
Pengetahuan perawat tentang asuhan 109,50 50,00 53,50
keperawatan spiritual
tengah standar, jika kita bandingkan
Pengetahuan perawat terhadap
dengan angka titik maksimal.
asuhan keperawatan spiritual tidak
Eriawan (2013) menyatakan
seperti yang diharapkan karena median
bahwa tidak semua perawat melakukan
skor ini adalah 111,00 atau setara dengan
tindakan dengan baik. Jika pengetahuan
64 dari rentang 0-100. Hal ini
perawat bagus, maka kemungkinan
menunjukan bahwa jika dilihat dari skor
tindakan akan dilakukan menjadi lebih
maksimalnya 152 hanya diatas nilai
baik pula. Hal yang menarik dari

16
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

penelitian ini adalah skor pengetahuan, Mubarak (2011) menyatakan


persepsi, dan sikap responden dengan pengetahuan dipengaruhi beberapa
pendidikan D4 yang secara akademis faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, usia,
sama dengan S1, memiliki skor minat, pengalaman, kebudayaan
pengetahuan, sikap, dan persepsi yang lingkungan sekitar, dan informasi.
lebih tinggi daripada perawat yang Semakin tinggi pengetahuan seseorang,
berpendidikan S1. Sayangnya jumlah semakin mudah pula seseorang
responden D4 hanya satu orang sehingga menerima informasi. Sebaliknya jika
ditak bisa diperbandingkkan dengan D3 seseorang memiliki pendidikan rendah,
atau S1. Informasi ini mengindikasikan maka akan menghambat perkembangan
kemungkinan kurangnya contoh praktis sikap orang tersebut terhadap
pada Pendidikan S1, karena Pendidikan penerimaan informasi dan nilai-nilai
D4 kebanyakan merupakan kelanjutan yang baru di perkenalkan.
keahlian yang lebih banyak proporsi Persepsi perawat tentang asuhan
praktik jika dibandingkan pendidikan S1 keperawatan spiritual

yang lebih berfokus ke akademik. Sama halnya dengan pengetahuan,


Temuan ini perlu dikaji lebih lanjut. persepsi perawat terhadap asuhan
Kegiatan pelatihan asuhan keperawatan spiritual belum seperti
keperawatan spiritual juga belum pernah diharapkan. Median skor persepsi ini
diadakan oleh rumah sakit yang dapat adalah 50,00 atau setara dengan 64 dari
berimbas pada kurangnya pengetahuan. rentang 0-100. Hal ini menunjukan jika
Walaupun demikian pada segi masa dilihat dari skor maksimalnya 68 hanya
kerja dapat dilihat bahwa perawat di diatas nilai tengah standar. Hal ini
RSUD Arjawinangun ada yang telah disebabkan persepsi terhadap
bekerja selama lebih dari 10 tahun. spiritualitas itu sendiri masih tidak jelas
Masa kerja yang lama memberikan dalam arti menganggap bahwa
kesempatan belajar banyak hal termasuk kebutuhan spiritual itu punya
aspek spiritual pasien. Meskipun rohaniawan sesuai (Puspita, 2009).
demikian pengalaman kerja juga tidak Dampak dapat timbul jika persepsi
menjamin perubahan sikap dan tidak bagus karena perilaku akan
berperilaku terhadap pasien (Utami dipengaruhi oleh persepsi. Jadi jika
,2009). asuhan spiritual dipersespsikan sulit dan

17
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

menambah beban kerja perwata, maka 53,00 atau setara 64 dalam rentang 0-
perawat akan enggan atau canggung 100. Hal ini menunjukan bahwa perawat
dalam menyediakan asuhan spiritual. tidak yakin terhadap tindakan asuhan
Speck (2005) menggambarkan kebu- keperawatan spiritual itu sendiri. Sikap
tuhan spiritual sebagai bagian penting merupakan predisposisi perilaku
dari kehidupan untuk membantu (Mubarak 2011). Sikap tidak percaya diri
mengatasi kondisi berat, menemukan dan merasa kurang kompeten akan
makna, tujuan, dan harapan hidup. menjadikan kebutuhan spiritual tidak
Pemenuhan kebutuhan spiritual tercakup dalam aktivitas kerja perawat.
dapat dicapai melalui berbagai kegiatan Kesadaran yang tinggi perawat agar
yang mendukung nilai spiritual. Menurut lebih peka dan memahami kebutuhan
Arini et al. (2015) bahwa persepsi spirtual pasien, juga meningkatkan
perawat terhadap nilai spiritual wawasan tentang spiritual diperlukan.
berkontribusi terhadap perkembangan Menurut Wahyuni (2013) emosi,
kemampuan dalam memberikan asuhan pengetahuan, dan perilaku berdampak
keperawatan spiritual. pada asuhan keperawatan. Jadi jika
Perawat belum mampu mengait- perawat bersikap kurang mendukung
kan kreatifitas dan ekspresi diri sebagai asuhan keperawatan spiritual secara
bentuk spiritualitas. Mayoritas perawat emosional maka perawat tidak akan
memberikan bobot rendah pada aspek menunjukan performa yang baik dalam
seni dan kreatifitas sebagai refleksi memberikan pelayanan spiritual. Sesuai
spiritual seseorang. Kemungkinan pera-
dengan Notoatmodjo (2007) bahwa
wat masih mempersepsikan spiritualitas
perawat perlu adanya penerimaan,
sebagai aspek religius saja. Misalnya
tanggungjawab dan menghargai
penelitian Anggraieni (2017) yang
terhadap pasien.
menggali aspek relaksasi dzikir terhadap
Meskipun demikian pengalaman
kesehatan.
kerja dapat memberikan kematangan
Sikap perawat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan spiritual terhadap asuhan keperawatan spiritual

Sikap perawat RSUD Arja- karena dapat mendukung kematangan

winangun belum optimal dalam yang lainya juga disekitar perawat itu

mendukung proses asuhan keperawatan sendiri, juga bisa memberikan

spiritual pasien. Skor median diperoleh penyadaran, membuka dan menerima

18
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

informasi (Notoatmodjo 2007). Menurut tinggi yaitu (114,00), (51,00), dan


Utami (2009), pengalaman kerja tanpa (54,00). Semakin lama masa kerja
melihat waktu lama bekerja dapat perawat maka pengalaman yang
memengaruhi sikap perawat. Dengan diperoleh semakin meningkat dalam
pengalaman dan masa kerja yang lama menerapkan asuhan keperawatan
perawat juga akan lebih berpikiran spiritual (Hasrul dan Muin, 2017).
positif dalam merawat pasien, sejalan Jenjang pendidikan S2 memiliki
dengan penelitian yang dilakukan Wear nilai median pengetahuan, persepsi dan
(2002) menyatakan bahwa sikap positif sikap paling tinggi yaitu (127,00),
yang diciptakan oleh perawat dalam (53,00) dan (64,00). Jenjang pendidikan
berperilaku akan membantu pasien D4 dan S1 sudah setara, dimana D4
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. maupun S1 dalam hal perkuliahan
Skor nilai terendah sikap pada memiliki jumlah sks yang sama.
indikator komitmen terhadap pelayanan Bedanya pada jalur pendidikan D4 lebih
spiritual berupa pernyataan saya merasa menitik beratkan pada skill dengan lebih
tidak ada keharusan untuk melakukan mengutamakan praktik dibanding teori.
asuhan keperawatan spiritual. Hal ini Sebaliknya pada jalur pendidikan S1
diasumsikan perawat masih bingung lebih mengutamakan teori dibanding
terhadap konsep spiritualitas bahwa praktik sehingga pengetahuan, persepsi,
kebutuhan spiritual itu punya dan sikap responden pendidikan D4
rohaniawan sesuai dengan penelitian lebih tinggi yaitu (125,00), (52,00) dan
Puspita (2009) bahwa rohaniawan (61,00).
dibutuhkan dalam kondisi menghadapi Menurut jenis kelamin, nilai
pasien dengan kebutuhan khusus median persepsi responden laki-laki dan
terutama saat masa kritis perawatan. perempuan tidak berbeda jauh. Namun
Pengetahuan, persepsi dan sikap tetap tinggi responden laki-laki karena
perawat tentang pelaksanaan asuhan laki-laki memiliki pemahaman dan nalar
keperawatan spiritual berdasarkan
karakteristik demografik yang baik sehingga membuat mereka
lebih terbiasa dengan apa yang terjadi di
Menurut data yang diperoleh
sekitarnya membuat pria dapat lebih
berdasarkan masa kerja responden lebih
sigap untuk mengambil tindakan. Umur
dari 10 tahun memiliki nilai median
46-55 tahun memiliki nilai median
pengetahuan, persepsi dan sikap paling

19
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

pengetahuan, persepsi dan sikap lebih (2013) perawat yang berada di ruang
tinggi dibandingkan umur dibawah 46 ICU Rumah Sakit Muhamadiyah Ahmad
tahun yaitu (129,00), (56,00) dan Dahlan kota Kediri perannya dalam
(59,00). Rentang usia 46-55 tahun adalah pemberian asuhan spiritual termasuk
masa lansia awal (Depkes RI 2009). kategori baik sebesar 75%.
Asumsi peneliti umur 46-55 tahun Perawat yang bekerja di ruang
merupakan masa dimana seseorang lebih operasi memiliki median skor paling
mendalami segi spiritualitas pada diri tinggi. Kemungkinan faktor pekerjaan
sendiri dengan sering mendekatkan berisiko mempengaruhi persepsi
kepada Tuhan sehingga dalam terhadap spiritualitas. Menurut Arini et
menerapkan asuhan keperawatan al. (2015), persepsi perawat terhadap
spiritual sangat memahami apabila ada nilai spiritual berkontribusi terhadap
pasien yang memerlukan asuhan perkembangan kemampuan profesional
spiritual. untuk memberikan asuhan keperawatan
Ruangan yang memiliki spiritual.
pengetahuan lebih tinggi adalah ruang Sikap lebih positif terhadap asuhan
ICU dengan nilai median pengetahuan spiritual dimiliki oleh perawat ruang
125,00. Asumsi peneliti perawat ruang psikiatri (median skor 59,00).
ICU pemahaman asuhan keperawatan Kecenderungan bersikap positif dalam
spiritual lebih tinggi dari ruangan yang perawatan jiwa mungkin berimbah
lain. Hampir setiap hari dihadapkan terhadap sikap perawat terhadap aspek
kepada situasi dan kondisi pasien yang kesehatan yang yang lebih abstrak
tidak stabil sehingga perawat ICU seperti spiritualitas pasien. Menurut
memiliki pandangan khusus tentang Depkes RI (1998) perawat ruang
spiritual walaupun nilai persepsi dan psikiatri diharapkan lebih memiliki
sikapnya lebih rendah dari ruang kamar kemampuan dibidangnya dengan
operasi dan ruang psikiatri. Hal ini menggunakan ilmu perilaku sebagai
menunjukkan bahwa perawat ruangan landasan berupaya dan berpikir sehingga
ICU sangat baik dalam melakukan menjadikan diri perawat sebagai alat
perannya dalam pemberian asuhan efektif dalam merawat pasien. Hal ini
keperawatan spiritual terhadap pasien. sejalan dengan penelitian Hastuti dan
Sejalan dengan penelitian Yaseda et al. Parjo (2016) bahwa pengetahuan,

20
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

kemampuan, dan sikap perawat terbukti spiritual berada pada level sedang
berpengaruh dalam pemberian asuhan (medium)
keperawatan spiritual sehingga proses Rumah sakit dan penanggung-
penyembuhan pasien cepat tercapai. jawab keperawatan direkomendasikan
Perawat yang berada di ruangan menyelenggaran pelatihan bertahap
kelas 2 memiliki median skor lebih meliputi penyegaran konsep asuhan
rendah dari yang merawat pasien kelas 3. spiritual dan pelatihan untuk
Fokus pada pemenuhan fisik yang sering peningkatan skill. Pengenalan asuhan
dikeluhkan pasien kelas dua mungkin spiritual di level pendidikan perlu
berkaitan dengan hal ini, tetapi belum disampaikan dengan lebih jelas dengan
ada bukti yang mendukung argument ini. contoh riil dari klinis.

KETERBATASAN PENELITIAN DAFTAR PUSTAKA

Penelitian tentang gambaran Anandrajah, G. and Hight, E., 2001.


Spirituality and medical practice:
pengetahuan, persepsi dan sikap perawat
using the HOPE questions as a
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan practical tool for spiritual
assessment in office
spiritual di RSUD Arjawinangun ini
practice. American Family
masih terdapat keterbatasan yaitu: hanya Physician, 63(1), 81-88.
Arini, H.N., Mulyono, W.A.,Susilowati,
menggunakan satu jenis instrumen saja
I. 2013, 'Hubungan spiritualitas
yaitu kuesioner, tidak melakukan perawat dan kompetensi asuhan
spiritual'. Jurnal Keperawatan
observasi dan wawancara atau test untuk
Soedirman, 10(2), 130-140. DOI:
mengetahui lebih dalam bagaimana http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.20
15.10.2.594
persepsi dan sikap perawat saat
Azak, A. 2011, 'Nurses’ perceptions of
melakukan praktik klinik di tiap ruangan spirituality and spiritual care'.
Australian Journal of Advanced
perawatan
Nursing, 32(2), 1469–1476.
Dahlan, S. 2012, Statistik untuk
SIMPULAN DAN SARAN kedokteran dan kesehatan, 5th ed.,
Salemba Medika, Jakarta.
Berdasarkan hasil analisis data dan Fitriyah, N. A. . H. P. 2016, 'Analisa
tujuan dalam penelitian ini, maka dapat faktor-faktor yang memengaruhi
perawat dalam pemenuhan
disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, kebutuhan spiritual pada pasien
dan persepsi perawat RS Arjawinangun rawat inap'.
Hamid, A. Y. S. 2008, Bunga rampai
Cirebon terhadap asuhan keperawatan asuhan keperawatan kesehatan

21
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

jiwa, M. T. Ester (Ed.), 1st ed., presented to the 4th Annual World
EGC, Jakarta. Wide Nursing Conference,
Hasrul, R. M. 2017, 'Hubungan tingkat Singapore.
pengetahuan perawat terhadap Notoatmodjo, S. 2007, Promosi
pelaksanaan asuhan keperawatan kesehatan dan ilmu perilaku,
spiritual di ruang perawatan rumah Rineka Cipta, Jakarta.
sakit Nene Mallomo Kabupaten Notoatmodjo, S. 2012, Metodologi
Sidenreng Rappang', penelitian kesehatan, Rineka Cipta,
Herdman, T. H. 2017, NANDA-I Jakarta.
Diagnosis keperawatan: definisi Nurhadi, M. 2014, Pendidikan
dan klasifikasi 2018-2020, M. Ester kedewasaan dalam perspektif
(Ed.), 11th ed, EGC, Jakarta. psikologi islami, M. Dahlan (Ed.),
Kinasih, K.D., & Wahyuningsih, A. edisi 1, Deepublish,,Yogyakarta.
2012, 'Peran pendampingan Nursalam, M. N. 2007, Asuhan
spiritual terhadap motivasi keperawatan pada pasien terinfeksi
kesembuhan pada pasien lanjut HIV/AIDS, 1st ed., Salemba
usia'. STIKES 5, 121–132. Medika, Jakarta.
Kozier, B. 2010, Buku ajar fundamental Pieter, H. Z., Janiwarti & Saragi. 2011,
keperawatan: konsep, proses, dan Pengantar Psikopatologi untuk
praktik, D. Widiarti, (Ed.), 7th ed., Keperawatan, 1st ed., Kencana,
EGC, Jakarta. Jakarta.
Langley, G. 1995, 'Psychological Priyoto. 2014, Teori sikap dan perilaku
sequelae following ICU admission dalam kesehatan, Nuha Medika,
at a level 1 academic South African Yogyakarta.
hospital'. Saam, Zulfan & Wahyuni, S. 2013,
Mariyanti, S., Citrawati, A. & Esa, U. Psikologi keperawatan, 1st ed.,
2009, 'Burnout pada perawat yang Rajawali Pers, Jakarta.
bertugas di ruang rawat inap'. Wardah, Febtriana, R. & Dewi, E. 2017,
McSherry, W. 2006, Making sense of 'Pengaruh pengetahuan perawat
spirituality in nursing and health terhadap pemenuhan perawatan
care practice a resource for the spiritual pasien di ruang intesif',
multi-professional health care team 2(October), 436–443.
spiritual growth and care in the Yaseda, G. Y. 2013, 'Hubungan peran perawat
fourth age of life reflections on dalam pemberian terapi spiritual terhadap
palliative care, 2nd (ed.), Jessica perilaku pasien dalam pemenuhan
Kingsley, London and kebutuhan spiritual di ruangan ICU RSM
Philadelphia. Ahmad Dahlan kota Kediri'.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L. Yusuf, A. 2016, Kebutuhan spiritual: Konsep dan
& Swanson, E. 2013, Nursing aplikasi dalam asuhan keperawatan, 1st ed.,
outcome classifications (NOC), Mitra Wacana Media, Jakarta.
Nurjannah (Ed.), 5th ed., CV. Zhang, Y., Yash Pal, R., Tam, W. S. W., Lee, A.,
Mocomedia ELSEVIER lnc, Ong, M., & Tiew, L. H. 2018, 'Spiritual
Singapore Pte Ltd. perspectives of emergencymedicine doctors
Mulyono, W.A. & Chung-Hey, C. 2016, and nurses in caring for end-of-life patients:
'Perception of Indonesian nurses Amixed-method study. International
students on spirituality and spiritual Emergency Nursing, 37, 13–22. DOI:
care: A survey study in province https://doi.org/10.1016/j.ienj.2017.07.001
central java, Indonesia', paper

22

You might also like