Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background. Nursing considers humans as complex creatures which different one from
another. They consist of biological, social, cultural, psychological and spiritual
dimensions. However, the provision of spiritual care is not optimally delivered.
Objectives. This study was to describe nurses’s knowledge, perceptions, and attitudes
about spiritual care.
Method. An observational study with cross sectional approach was conducted. Totally,
248 nurses worked in RSUD Arjawinangun Cirebon were invited to contribute. The
sample was collected by total sampling technique. Self-respon questioners were utilized,
included knowledge, SSCRS and attitude scales. Univariate analyses were applied to
describe the data.
Results. Mosts of respondents indicated 10 years work experience. The education
background varied from Diploma to Post-graduate, but the majority was Diploma 3 yrs.
Female nurses dominated the sample with age ranged between 25 and 56 years old, but
ages 26-35 dominated. Median scores of knowledge, perceptions and attitudes after being
converted into 0-100 scale, all around 64.
Conclusion. Scores of knowledge, perceptions and attitudes of Arjawinangun Hospital
nurses about spiritual care were in mediocre levels.
11
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
kebutuhan akan makna, tujuan, dan spiritual akan terlaksana jika perawat
harapan dalam hidup, hubungan dengan memiliki kemampuan untuk
Tuhan, kewajiban agama, praktik mengidentifikasi dan memahami aspek
spiritual, hubungan dengan sesama dan spiritual pasien, dan bagaimana
hubungan dengan perawat. Spiritualitas keyakinan spiritual dapat memengaruhi
juga berkaitan dengan kualitas hidup kehidupan setiap individu (Hamid 2008;
(Monod et al. 2012) dan penting selama Potter & Perry, 2005). Jika hal tersebut
periode sakit (Potter & Perry 2005). terpenuhi, maka proses penyembuhan
Bahkan Anandarajah dan Hight (2001) pasien di rumah sakit bisa meningkat
melaprokan 91 persen pasien meyakini mencapai 20-25% (Purwanto, 2007).
kesehatan spiritual sama pentingnya Dampak lain yang didapatkan oleh
dengan kesehatan fisik dan 44% pasien pasien yaitu memiliki semangat, merasa
menginginkan perawat memberikan seimbang, damai jiwa, tenang beribadah,
terapi psikoreligius. penurunan kecemasan dan kesembuhan
Meskipun demikian, Madadeta (Wardah et al. 2017).
dan Widyaningsih (2015) Studi pendahuluan pada bulan
mengidentifikasi bahwa kebutuhan September 2018 di RSUD Arjawinangun
spiritual pasien tidak terpenuhi dalam menujukkan sudah adanya standar
praktek pelayanan kesehatan. Kondisi ini prosedur operasional pelayanan
dapat berakibat munculnya kecemasan, kerohanian seperti rumah sakit lain pada
depresi, dan post traumatic syndrome wilayah Cirebon. Tetapi hanya satu
(PTS) seperti dilaporkan Langley (2010) diagnosa spiritual yaitu hambatan
bahwa pada sejumlah pasien ICU karena religiositas terdokumentasi dalam
faktor kurangnya faktor spiritual. catatan perawatan. Perawat merasa tidak
Minimnya perawat menerapkan yakin apa yang telah diterapkan dalam
asuhan spiritual tersebut salah satunya asuhan spiritual, dan tidak menggali
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keberadaan instrumen untuk mengkaji
tetang asuhan keperawatan spiritual asuhan spiritual. Selain itu perawat
(Wardah et al. 2017). Perawat juga masih bingung cara pengkajian, dan
kurang training ketika dalam masa lebih sering menyerahkan masalah
pendidikan atau pada saat telah bekerja pemenuhan kebutuhan spiritual pada
(Azak 2011). Asuhan keperawatan rohaniwan.
12
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
13
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
14
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
Tabel 2 Median Skor dan Median Skor setelah Dikonversi ke Skala 0-100
Variabel Median Min-Maks Skala konversi Min-Maks
Teoritis 0-100
Pengetahuan 111,00 38-152 64 91 – 144
Persepsi 50,00 17-68 64 39 – 65
Sikap 53,00 18-72 64 43 – 72
dan 60% memiliki masa kerja lama yaitu pasien dengan pengetahuan yang sudah
lebih dari 3 tahun, menunjukkan bahwa dimiliki.
sebagian besar dari perawat bekerja di Hasil penelitian menemukan
ruangan memiliki masa kerja cukup lama bahwa perawat kamar operasi memiliki
yaitu lebih dari 3 tahun. Sesuai dengan skor nilai pengetahuan dan persepsi
teori Bandura, perawat yang memiliki tinggi dibandingkan dengan ruangan
pengalaman lebih lama dapat yang lainnya yaitu sejumlah 120,86 dan
memberikan pengaruhnya kepada 55,68. Hal ini merupakan rasa tanggung
perawat baru sehingga dalam melakukan jawab perawat ruang kamar operasi agar
praktek klinik di ruangan bisa pasien yang akan dilakukan tindakan
membimbing dan menjadi role model menjadi lebih tenang dan tidak cemas
dalam proses pelayanan keperawatan. setelah diberikan tuntunan asuhan
Masa kerja mayoritas perawat D3 keperawatan spiritual sehingga operasi
bekerja pada rumah sakit kurang lebih 9 bisa dilakukan dengan lancar. Namun
tahun. Kebutuhan tenaga pelaksana dalam sikap perawat dalam pelaksanaan
khususnya yang direkrut oleh rumah asuhan keperawatan spiritual ruangan
sakit masih mayoritas lulusan D3 ICU lebih tinggi dari kamar operasi yaitu
keperawatan karena telah memiliki sejumlah 57,28. Hal ini menunjukkan
keterampilan dan pengetahuan yang bahwa perawat ruangan ICU sangat baik
cukup dalam mengelola pasien. Menurut dalam melakukan perannya dalam
Notoatmodjo (2010) semakin tinggi pemberian asuhan keperawatan spiritual
pendidikan semakin mudah juga terhadap pasien , hal ini sejalan dengan
seseorang untuk menerima informasi penelitian Yaseda et al. (2013) perawat
sehingga pengetahuan diterimanya yang berada di ruang ICU Rumah Sakit
semakin bertambah dan semakin baik Muhamadiyah Ahmad Dahlan kota
kualitas pemberian pelayanan pada Kediri perannya dalam pemberian
15
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
asuhan spiritual termasuk kategori baik Tabel 3 Median Skor Pengetahuan, Persepsi,
sebesar 75%. dan Sikap berdasarkan Karakteristik Responden
(N=248)
Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Karakteristik Pengeta- Persepsi Sikap
Perawat Responden huan
Masa Kerja
Data dalam tabel 2 menerangkan 1-3 tahun 110,00 49,00 52,00
4-9 tahun 111,00 50,00 54,00
bahwa baik pengetahuan, persepsi dan >10 tahun 114,00 51,00 54,00
sikap asuhan spiritual masih dalam level Pendidikan
D3 Kep. 111,00 49,00 53,00
64 dalam rentang 0-100. Hal ini berarti D4 125,00 52,00 61,00
seluruh skor tidak dapat mencapai 75 S1 ners 117,00 51,00 55,00
S2 127,00 53,00 64,00
atau persentil 76% dari level tertinggi Jenis Kelamin
100%. Rendahnya skor dapat disebabkan Laki-laki 111,00 50,00 53,00
Perempuan 111,00 49,00 53,00
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut Umur
antara lain adalah minimnya <25 tahun 111,00 49,00 53,00
26-35 tahun 110,00 50,00 53,00
pengetahuan dan pelatihan mengenai 36-45 tahun 111,50 50,00 54,00
46-55 tahun 129,00 56,00 59,00
asuhan keperawatan spiritual, merasa >56 tahun - - -
kurang mampu dalam memberikan Ruang Kerj
Anak 106,00 49,00 52,00
perawatan spiritual. Selain itu perawat Umum kls. 2 106,00 48,00 51,00
juga merasa bahwa pemenuhan Umum kls. 3 111,00 50,00 52,00
Penyakit
kebutuhan spiritual pasien bukan dalam kls 3 109,00 49,00 52,00
Hemodialisa 112,00 48,50 54,50
menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab ICU 125,00 52,00 57,00
rohaniawan. Faktor penting lainnya IGD 111,00 50,00 54,00
Bedah kls. 3 113,00 50,00 53,00
adlah peningkatan beban kerja, dan OK Psikiatri 123,00 56,50 57,00
Umum kls 1 119,00 51,00 59,00
kurangnya waktu. VIP 111,00 49,00 53,00
Pengetahuan perawat tentang asuhan 109,50 50,00 53,50
keperawatan spiritual
tengah standar, jika kita bandingkan
Pengetahuan perawat terhadap
dengan angka titik maksimal.
asuhan keperawatan spiritual tidak
Eriawan (2013) menyatakan
seperti yang diharapkan karena median
bahwa tidak semua perawat melakukan
skor ini adalah 111,00 atau setara dengan
tindakan dengan baik. Jika pengetahuan
64 dari rentang 0-100. Hal ini
perawat bagus, maka kemungkinan
menunjukan bahwa jika dilihat dari skor
tindakan akan dilakukan menjadi lebih
maksimalnya 152 hanya diatas nilai
baik pula. Hal yang menarik dari
16
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
17
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
menambah beban kerja perwata, maka 53,00 atau setara 64 dalam rentang 0-
perawat akan enggan atau canggung 100. Hal ini menunjukan bahwa perawat
dalam menyediakan asuhan spiritual. tidak yakin terhadap tindakan asuhan
Speck (2005) menggambarkan kebu- keperawatan spiritual itu sendiri. Sikap
tuhan spiritual sebagai bagian penting merupakan predisposisi perilaku
dari kehidupan untuk membantu (Mubarak 2011). Sikap tidak percaya diri
mengatasi kondisi berat, menemukan dan merasa kurang kompeten akan
makna, tujuan, dan harapan hidup. menjadikan kebutuhan spiritual tidak
Pemenuhan kebutuhan spiritual tercakup dalam aktivitas kerja perawat.
dapat dicapai melalui berbagai kegiatan Kesadaran yang tinggi perawat agar
yang mendukung nilai spiritual. Menurut lebih peka dan memahami kebutuhan
Arini et al. (2015) bahwa persepsi spirtual pasien, juga meningkatkan
perawat terhadap nilai spiritual wawasan tentang spiritual diperlukan.
berkontribusi terhadap perkembangan Menurut Wahyuni (2013) emosi,
kemampuan dalam memberikan asuhan pengetahuan, dan perilaku berdampak
keperawatan spiritual. pada asuhan keperawatan. Jadi jika
Perawat belum mampu mengait- perawat bersikap kurang mendukung
kan kreatifitas dan ekspresi diri sebagai asuhan keperawatan spiritual secara
bentuk spiritualitas. Mayoritas perawat emosional maka perawat tidak akan
memberikan bobot rendah pada aspek menunjukan performa yang baik dalam
seni dan kreatifitas sebagai refleksi memberikan pelayanan spiritual. Sesuai
spiritual seseorang. Kemungkinan pera-
dengan Notoatmodjo (2007) bahwa
wat masih mempersepsikan spiritualitas
perawat perlu adanya penerimaan,
sebagai aspek religius saja. Misalnya
tanggungjawab dan menghargai
penelitian Anggraieni (2017) yang
terhadap pasien.
menggali aspek relaksasi dzikir terhadap
Meskipun demikian pengalaman
kesehatan.
kerja dapat memberikan kematangan
Sikap perawat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan spiritual terhadap asuhan keperawatan spiritual
winangun belum optimal dalam yang lainya juga disekitar perawat itu
18
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
19
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
pengetahuan, persepsi dan sikap lebih (2013) perawat yang berada di ruang
tinggi dibandingkan umur dibawah 46 ICU Rumah Sakit Muhamadiyah Ahmad
tahun yaitu (129,00), (56,00) dan Dahlan kota Kediri perannya dalam
(59,00). Rentang usia 46-55 tahun adalah pemberian asuhan spiritual termasuk
masa lansia awal (Depkes RI 2009). kategori baik sebesar 75%.
Asumsi peneliti umur 46-55 tahun Perawat yang bekerja di ruang
merupakan masa dimana seseorang lebih operasi memiliki median skor paling
mendalami segi spiritualitas pada diri tinggi. Kemungkinan faktor pekerjaan
sendiri dengan sering mendekatkan berisiko mempengaruhi persepsi
kepada Tuhan sehingga dalam terhadap spiritualitas. Menurut Arini et
menerapkan asuhan keperawatan al. (2015), persepsi perawat terhadap
spiritual sangat memahami apabila ada nilai spiritual berkontribusi terhadap
pasien yang memerlukan asuhan perkembangan kemampuan profesional
spiritual. untuk memberikan asuhan keperawatan
Ruangan yang memiliki spiritual.
pengetahuan lebih tinggi adalah ruang Sikap lebih positif terhadap asuhan
ICU dengan nilai median pengetahuan spiritual dimiliki oleh perawat ruang
125,00. Asumsi peneliti perawat ruang psikiatri (median skor 59,00).
ICU pemahaman asuhan keperawatan Kecenderungan bersikap positif dalam
spiritual lebih tinggi dari ruangan yang perawatan jiwa mungkin berimbah
lain. Hampir setiap hari dihadapkan terhadap sikap perawat terhadap aspek
kepada situasi dan kondisi pasien yang kesehatan yang yang lebih abstrak
tidak stabil sehingga perawat ICU seperti spiritualitas pasien. Menurut
memiliki pandangan khusus tentang Depkes RI (1998) perawat ruang
spiritual walaupun nilai persepsi dan psikiatri diharapkan lebih memiliki
sikapnya lebih rendah dari ruang kamar kemampuan dibidangnya dengan
operasi dan ruang psikiatri. Hal ini menggunakan ilmu perilaku sebagai
menunjukkan bahwa perawat ruangan landasan berupaya dan berpikir sehingga
ICU sangat baik dalam melakukan menjadikan diri perawat sebagai alat
perannya dalam pemberian asuhan efektif dalam merawat pasien. Hal ini
keperawatan spiritual terhadap pasien. sejalan dengan penelitian Hastuti dan
Sejalan dengan penelitian Yaseda et al. Parjo (2016) bahwa pengetahuan,
20
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019
kemampuan, dan sikap perawat terbukti spiritual berada pada level sedang
berpengaruh dalam pemberian asuhan (medium)
keperawatan spiritual sehingga proses Rumah sakit dan penanggung-
penyembuhan pasien cepat tercapai. jawab keperawatan direkomendasikan
Perawat yang berada di ruangan menyelenggaran pelatihan bertahap
kelas 2 memiliki median skor lebih meliputi penyegaran konsep asuhan
rendah dari yang merawat pasien kelas 3. spiritual dan pelatihan untuk
Fokus pada pemenuhan fisik yang sering peningkatan skill. Pengenalan asuhan
dikeluhkan pasien kelas dua mungkin spiritual di level pendidikan perlu
berkaitan dengan hal ini, tetapi belum disampaikan dengan lebih jelas dengan
ada bukti yang mendukung argument ini. contoh riil dari klinis.
21
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019
jiwa, M. T. Ester (Ed.), 1st ed., presented to the 4th Annual World
EGC, Jakarta. Wide Nursing Conference,
Hasrul, R. M. 2017, 'Hubungan tingkat Singapore.
pengetahuan perawat terhadap Notoatmodjo, S. 2007, Promosi
pelaksanaan asuhan keperawatan kesehatan dan ilmu perilaku,
spiritual di ruang perawatan rumah Rineka Cipta, Jakarta.
sakit Nene Mallomo Kabupaten Notoatmodjo, S. 2012, Metodologi
Sidenreng Rappang', penelitian kesehatan, Rineka Cipta,
Herdman, T. H. 2017, NANDA-I Jakarta.
Diagnosis keperawatan: definisi Nurhadi, M. 2014, Pendidikan
dan klasifikasi 2018-2020, M. Ester kedewasaan dalam perspektif
(Ed.), 11th ed, EGC, Jakarta. psikologi islami, M. Dahlan (Ed.),
Kinasih, K.D., & Wahyuningsih, A. edisi 1, Deepublish,,Yogyakarta.
2012, 'Peran pendampingan Nursalam, M. N. 2007, Asuhan
spiritual terhadap motivasi keperawatan pada pasien terinfeksi
kesembuhan pada pasien lanjut HIV/AIDS, 1st ed., Salemba
usia'. STIKES 5, 121–132. Medika, Jakarta.
Kozier, B. 2010, Buku ajar fundamental Pieter, H. Z., Janiwarti & Saragi. 2011,
keperawatan: konsep, proses, dan Pengantar Psikopatologi untuk
praktik, D. Widiarti, (Ed.), 7th ed., Keperawatan, 1st ed., Kencana,
EGC, Jakarta. Jakarta.
Langley, G. 1995, 'Psychological Priyoto. 2014, Teori sikap dan perilaku
sequelae following ICU admission dalam kesehatan, Nuha Medika,
at a level 1 academic South African Yogyakarta.
hospital'. Saam, Zulfan & Wahyuni, S. 2013,
Mariyanti, S., Citrawati, A. & Esa, U. Psikologi keperawatan, 1st ed.,
2009, 'Burnout pada perawat yang Rajawali Pers, Jakarta.
bertugas di ruang rawat inap'. Wardah, Febtriana, R. & Dewi, E. 2017,
McSherry, W. 2006, Making sense of 'Pengaruh pengetahuan perawat
spirituality in nursing and health terhadap pemenuhan perawatan
care practice a resource for the spiritual pasien di ruang intesif',
multi-professional health care team 2(October), 436–443.
spiritual growth and care in the Yaseda, G. Y. 2013, 'Hubungan peran perawat
fourth age of life reflections on dalam pemberian terapi spiritual terhadap
palliative care, 2nd (ed.), Jessica perilaku pasien dalam pemenuhan
Kingsley, London and kebutuhan spiritual di ruangan ICU RSM
Philadelphia. Ahmad Dahlan kota Kediri'.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M.L. Yusuf, A. 2016, Kebutuhan spiritual: Konsep dan
& Swanson, E. 2013, Nursing aplikasi dalam asuhan keperawatan, 1st ed.,
outcome classifications (NOC), Mitra Wacana Media, Jakarta.
Nurjannah (Ed.), 5th ed., CV. Zhang, Y., Yash Pal, R., Tam, W. S. W., Lee, A.,
Mocomedia ELSEVIER lnc, Ong, M., & Tiew, L. H. 2018, 'Spiritual
Singapore Pte Ltd. perspectives of emergencymedicine doctors
Mulyono, W.A. & Chung-Hey, C. 2016, and nurses in caring for end-of-life patients:
'Perception of Indonesian nurses Amixed-method study. International
students on spirituality and spiritual Emergency Nursing, 37, 13–22. DOI:
care: A survey study in province https://doi.org/10.1016/j.ienj.2017.07.001
central java, Indonesia', paper
22