You are on page 1of 9

Patient Satisfaction about Nurse Caring Behaviour: Based on

Swanson’s Theory of Caring and Transcultural Nursing Theory

A Ellina1 Nursalam2 E Yunitasari2 A Rusmawati3


1
Doctoral Student, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
2
Lecturer, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
3
Lecturer, IIK Strada Indonesia, Kediri, Indonesia

E-mail: agusta.dian.ellina-2018@fkp.unair.ac.id

Abstract. Caring is the main of part to get patient satisfaction. However, caring has only been
interpreted as empathy, and without regard to patient’s cultural background. The aim of this
study was to assess the patient satisfaction about nurse caring behaviour and to identify the
predictors based on Swanson’s Theory of Caring and Transcultural Nursing Theory. Method:
Cross-sectional studies were conducted in patients at a hospital in Gresik District (n = 520 by
simple random sampling) from August to December 2019. This study was used the
maintaining beliefs, culture care preservation, knowing, being with, negotiating, doing for,
enabling, and restructuring as independent variables, and patient satisfaction as the dependent
variable. The instrument in this study was developed in accordance with standard guideline of
Swanson’s Theory combined with Transcultural Nursing Theory; patient satisfaction was
measured using PSQ. Multiple linear regression used to identify predictors. Result: Mean score
of patient satisfaction was 7.09 (SD = 0.936). Maintaining belief (0,02), culture care
preservation (0.03), knowing (0.01), being with (0.03), negotiation (0.02), doing for (0.03),
enabling (0.04), and restructuring (0.03) significantly predicted client satisfaction (R Square =
0.895). The constructs of Cultural Caring Model significantly predicted patient satisfaction.
This study supports an investigation about the factors underlying client satisfaction on a larger
scale, as well as the identification of targets in designing future interventions.

Keywords: Caring, Cultural, Patient Satisfaction.

1. Introduction

Berdasarkan data yang dimiliki salah satu rumah sakit di Kabupaten Gresik menujukkan bahwa
angka kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di tahun 2018 masih dibawah 81%, angka
tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka kepuasan yang mencapai 83% di
tahun 2017, sedangkan Pemerintah Indonesia telah menetapkan standard kepuasan pelayanan
kesehatan harus mancapai lebih dari 85%. Isu yang berkembang di era sekarang menyebutkan bahwa
turunnya angka kepuasan terhadap pelayanan keperawatan berbanding lurus dengan penurunan
kualitas caring yang diterima oleh klien [9].
Upaya untuk menjawab permasalahan di atas, maka perlu adanya sebuah studi tentang patient
satisfaction dengan caring dan culture sebagai prediktornya. Studi ini menggunakan Swanson’s
Theory of Caring dan Transcultural Nursing Theory sebagai kerangka berpikir. Swanson berpendapat
bahwa skill caring merupakan faktor utama dalam mewujudkan sebuah pelayanan keperawatan yang
berkualitas [10], sedangkan Leininger dalam Teori Transkulturalnya mengatakan bahwa seorang
perawat harus memperhatikan latar belakang budaya pasien guna mencapai perilaku caring yang
paripurna [11]. Sebuah studi kualitatif di Bulgaria menunjukkan bahwa construct utama dari
Swanson’s Theory of Caring dapat mengukur caring skill seorang perawat [6]. Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa Transcultural Nursing Theory dapat memprediksi dengan baik tentang kecakapan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasiennya dengan tanpa menimbulkan culture
shock maupun culture impotition [12].
Oleh karena itu, kami mempunyai gagasan bahwa dengan mengintegrasikan aspek budaya dari
Transcultural Nursing Theory (culture care preservation, negotiation, dan restructuring) ke dalam
aspek caring skill dari Swanson’s Theory of Caring (maintening beliefs, knowing, being with, doing
for, dan enabling) dapat secara langsung menjelaskan bagaimana tingkat kepuasan pasien di salah satu
rumah sakit Kabupaten Gresik. Dalam studi ini, kami mengeksplorasi faktor-faktor yang diasosiasikan
dengan tingkat kepuasan pasien berdasarkan struktur dari Swanson’s Theory of Caring dan
Transcultural Nursing Theory. Hipotesis yang kami tawarkan yaitu, maintening beliefs, culture care
preservation, knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring berasosiasi
dengan tingkat kepuasan pasien.

2. Methods

3. Participants and Procedure


Studi cross sectional dilakukan pada pasien rawat inap dewasa di sebuah rumah sakit yang terletak di
Kabupaten Gresik, Indonesia. Teknik simple random sampling digunakan dalam merekrut responden.
Responden terdiri dari pasien dewasa yang sedang atau telah menjalani rawat inap selama lebih dari 2
hari perawatan. Pasien yang memiliki kondisi co-morbid (misalnya, penyakit jiwa, neoplasia) dan
pasien yang tidak menyelesaikan kuesioner dikeluarkan dari penelitian. Studi ini dilakukan pada
(n=520) pasien rawat inap dewasa yang telah memberikan persetujuan untuk bergabung ke dalam
studi. Variabel independen dalam studi ini adalah maintening beliefs, culture care preservation,
knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring. Sedangkan variable
dependennya adalah patient satisfaction. Informed concent diperoleh dari seluruh responden sebelum
mereka masuk ke dalam studi.

4. Instrument
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran tingkat kepuasan pasien
menggunakan PSQ (Patient Satisfaction Questionnaire), sedangkan untuk mengukur maintening
beliefs, culture care preservation, knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and
restructuring menggunakan instrumen yang telah dikembangkan dari standar instrumen Swanson’s
Theory of Caring dan Transcultural Nursing Theory, instrument ini telah diuji validitas dan reliabilitas
dan hasilnya dinyatakan valid dan reliabel.

4.1.1. Swanson’s Theory of Caring combined with Transcultural Nursing Theory Questionnaire.
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur caring skill seorang perawat dengan memperhatikan aspek
budaya. Kami mengintegrasikan aspek budaya dari Transcultural Nursing Theory (culture care
preservation, negotiation, dan restructuring) ke dalam aspek caring skill dari Swanson’s Theory of
Caring (maintening beliefs, knowing, being with, doing for, dan enabling). Penerjemahan kuesioner
dilakukan untuk menyesuaikan dengan situasi di lokasi penelitian. Alat ukur ini mempunyai
pertanyaan tentang maintening beliefs, culture care preservation, knowing, being with, negotiating,
doing for, enabling, and restructuring, yang masing-masing sebanyak 5 pertanyaan.

4.1.2. PSQ (Patient Satisfaction Questionnaire). Instrumen ini bertujuan untuk mengukur tingkat
kepuasan pasien. PSQ memiliki 18 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 9 butir favorable dan 9 butir
unfavorable. Distribusi butir dalam PSQ sebagai berikut: aspek kepuasan secara umum (2 butir),
kualitas teknis (4 butir), perilaku interpersonal (2 butir), komunikasi (2 butir), aspek finansial (2 butir),
waktu yang dihabiskan dengan dokter (2 butir), dan akses dan kenyamanan (4 butir).

4.1.3. Statistical Analysis


Data dianalisis menggunakan SPSS versi 22. Multiple linear regression digunakan untuk
mengidentifikasi sejauh mana kontribusi variabel maintening beliefs, culture care preservation,
knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring terhadap patient satisfaction.
Variabel perancu dalam studi ini adalah faktor socio-demographic antara lain jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan usia. Analisis korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan antara
faktor socio-demographic dengan patient satisfaction. Tingkat siginifikansi yang ditetapkan adalah p <
0.05.

5. Result

6. Socio-demographic characteristics of the respondents


Sebanyak 520 responden dalam studi ini memberikan respon sebesar 100%. Rata – rata usia responden
adalah 42.6 tahun. Lebih dari setengah (53.4%) responden mempunyai jenis kelamin perempuan.

Table 1. Predicting patient satisfaction from demographic characteristics (n = 520).


(%) Mean SD Sig.
Age 42.6 4.85 .031
Gender: 726
Male 46.6
Female 53.4
Education .004
Elementary school 3.8
High school 56.3
College 39.9
Occupation .008
Civil servants 7.4
Private employees 67.6
Police/military 2.6
Not employed 22.4

Sebanyak 3.8% responden mempunyai status pendidikan dasar, 56.3% pendidikan menengah, dan
39.9% berstatus pendidikan tinggi. Sebagian besar responden (67.6%) bekerja sebagai pegawai
swasta, 7.4% pegawai negri, 2.6% polisi / militer, dan 22.4% tidak bekerja. Age, education, dan
occupation secara statistic mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan. Sedangkan jenis kelamin
tidak menentukan kepuasan pasien.

7. Patient satisfaction
Mean skor dari patient satisfaction dalam studi ini adalah 14.61 (SD = 2.16) (range of possible score =
0-18). Menurut hasil analisis kuesioner, lebih dari setengah responden (61.2%) menyatakan ”The
medical care I have been receiving is just about perfect”, akan tetapi sebagian besar (62.4%)
responden juga menyatakan “Nurses sometimes ignore what I tell them”, dan hampir setengah
(47.9%) dari responden mengatakan ”I find it hard to get an appointment for medical right away”.
Hasil pengumpulan data dari kuesioner PSQ-18 secara rinci dapat dilihat pada table 2.

Table 2. Patient satisfaction (n = 520).


Item of PSQ-18 Yes (%) No (%)
General satisfaction
The medical care I have been receiving is just about perfect. 61.2 38.8
I am dissatisfied with some things about the medical care I receive. 34.5 65.5
Technical quality
I think my doctor’s office has everything needed to provide complete
medical care. 70.1 29.9
Sometimes nurses make me wonder if their diagnosis is correct. 71.2 28.8
When I go for medical care, they are careful to check everything
when treating and examining me. 70.6 29.4
I have some doubts about the ability of the doctors who treat me. 69.6 30.4
Interpersonal manner
Nurses act like forced to treat or too impersonal towards me. 57.9 42.1
My doctors and nurses treat me in a very friendly and courteous
manner. 54.6 45.4
Communication
Nurses are good about explaining the reason for medical tests. 60.1 39.9
Nurses sometimes ignore what I tell them. 62.4 37.6
Financial aspects
I feel confident that I can get the medical care I need without being
set back financially. 59.8 40.2
I have to pay for more of my medical care than I can afford. 71.1 28.9
Time spent with doctor
Those who provide my medical care sometimes hurry too much
when they treat me. 56.8 43.2
Nurses usually spend plenty of time with me. 41.1 58.9
Accessibility and convenience
I have easy access to the medical specialists I need. 61.3 38.7
Where I get medical care, people have to wait too long for
emergency treatment. 66.8 33.2
I find it hard to get an appointment for medical right away. 47.9 52.1
I am able to get medical care whenever I need it. 71.4 28.6

8. Hubungan antara faktor socio-demographic dengan patient satisfaction


Analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan patient satisfaction (p=0.726), sedangkan age, education, and occupation mempunyai
hubungan erat dengan patient satisfaction: age (p=0.031), education (p=0.04), occupation (p=0.008).
Hasil secara rinci dapat dilihat pada table 1.

8.1. Pengaruh maintening beliefs, culture care preservation, knowing, being with, negotiating, doing
for, enabling, and restructuring terhadap patient satisfaction
Mean dari setiap variabel masing – masing adalah 12.53 (SD = 2.74) untuk variabel maintening
beliefs, 10.42 (SD = 1.72) untuk variabel culture care preservation, 13.62 (SD = 2.31) untuk variabel
knowing, 13.23 (SD = 2.74) untuk variable being with, 11.25 (SD = 1.82) untuk variable negotiation,
13.12 (SD = 2.18) untuk variable doing for, 13.67 (SD = 1.92) untuk variable enabling, dan 11.34 (SD
= 2.18) untuk variable restructuring. Range of possible score masing-masing variable adalah 5-15.
Analisis multiple linear regression menunjukkan bahwa maintening beliefs, culture care preservation,
knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring secara bersamaan signifikan
mempredisi patient satisfaction (p = 0.00) (R Square = 0.913), apabila dilihat tingkat signifikansinya
secara terpisah adalah (p = 0.04) untuk maintening beliefs, (p = 0.01) untuk culture care preservation,
(p = 0.03) untuk knowing, (p = 0.04) untuk being with, (p = 0.01) untuk negotiation, (p = 0.03) untuk
doing for, (p = 0.03) untuk enabling, dan (p = 0.00) untuk restructuring.

Table 3. Frequency distribution of Swanson’s Theory of Caring and Transcultural nursing Theory
construct (n = 520).
Range of Possible
Variable Mean Median SD
Score
Maintening beliefs 12.53 12 2.74 5 – 15
Culture care preservation 10.42 11 1.72 5 – 15
Knowing 13.62 13 2.31 5 – 15
Being with 13.23 13 2.74 5 – 15
Negotiation 11.25 11 82 5 – 15
Doing for 13.12 13 2.18 5 – 15
Enabling 13.67 13 92 5 – 15
Restructuring 11.34 11 2.18 5 – 15

Table 4. Predicting patient satisfaction from maintening beliefs, culture care preservation, knowing,
being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring.
Variable R Square β Sig.
Maintening beliefs, culture care preservation, knowing, being .945 .000
with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring
(simultaneously).
Maintening beliefs 084 .040
Culture care preservation 139 .012
Knowing 098 .035
Being with 088 .041
Negotiation 144 .011
Doing for 094 .032
Enabling 095 .034
Restructuring 203 .001

9. Discussion
Studi ini menemukan bahwa patient satisfaction di rumah sakit lokasi penelitian mempunyai skor
mean sebesar 14.61 (range of possible score = 0-18). Hal ini tentu belum dapat dikatakan sebagai
temuan yang bagus, karena para pakar telah sepakat bahwa patient satisfaction merupakan kunci dari
eksistensi rumah sakit untuk berkembang [1], pendapat lain juga mengatakan bahwa patient
satisfaction merupakan pondasi utama dari berdirinya sebuah rumah sakit [14]. Kami menemukan
bahwa sebagian besar responden cukup puas terhadap caring yang diberikan oleh perawat yang
merawatnya, namun tidak sedikit juga yang menyatakan bahwa terkadang perawat mengabaikan apa
yang mereka inginkan, dan hampir dari setengah responden menyatakan bahwa masih mengalami
kesulitan untuk mendapatkan janji temu medis dengan segera, peneliti berpendapat bahwa hal ini
mungkin dikarenakan oleh motivasi yang dimiliki perawat cenderung rendah dan beban kerja perawat
di rumah sakit lokasi penelitian terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan caring yang diberikan kepada
pasiennya cenderung menurun. Beberapa ahli berpendapat bahwa motivasi dan beban kerja
mempunyai kaitan yang erat dengan nurse caring behavior [15]–[18]. Kami juga menemukan bahwa
faktor socio-demographic (usia, pendidikan, dan pekerjaan) memiliki korelasi dengan patient
satisfaction, namun tidak dengan jenis kelamin. Hal yang sama juga dilaporkan pada sebuah studi
yang menjelaskan bahwa situasi sosial setiap individu dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap
derajat kepuasan yang diharapkan [19]. Sebagai upaya dalam meningkatkan kepuasan pasien, maka
menjadi sebuah keharusan bagi pihak managemen rumah sakit untuk menciptakan suatu standar caring
yang sesuai dengan situasi sosial setempat, dengan kata lain yaitu caring yang berbasis budaya [20].
Studi ini berusaha untuk menyelidiki faktor yang berpengaruh terhadap patient satisfaction
berdasarkan Swanson’s Theory of Caring dan Transcultural Nursing Theory. Hasil studi menunjukkan
bahwa aspek Transcultural Nursing Theory (culture care preservation, negotiation, dan restructuring)
yang diintegrasikan ke dalam construct utama dari Swanson’s Theory (maintening beliefs, knowing,
being with, doing for, and enabling) secara bersama – sama dapat menjelaskan lebih dari 94% dari
varians untuk patient satisfaction. Kami menemukan dalam studi ini bahwa maintening beliefs, culture
care preservation, knowing, being with, negotiating, doing for, enabling, and restructuring dapat
menjelaskan bagaimana patient satisfaction di rumah sakit lokasi penelitian. Beberapa studi
sebelumnya juga menemukan bahwa maintening beliefs, knowing, being with, doing for, and enabling
dapat memprediksi caring skill perawat [9]. Studi lain juga menyebutkan bahwa Transcultural Nursing
Theory (culture care preservation, negotiation, dan restructuring) dapat memprediksi dengan baik
tentang kecakapan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang paripurna dengan
memperhatikan latar belakang budaya [11].
Studi ini juga menemukan bahwa variabel restructuring menjadi predictor terkuat dalam
memprediksi kepuasan pasien, yaitu sebesar 20,3%. Restructuring dilakukan bila budaya yang dimiliki
pasien merugikan status kesehatannya, misalnya perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih harus lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh pasien. Caring skill perawat dalam
merekonstruksi budaya pasien dinilai sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan
pasien dalam studi ini, kami berpendapat bahwa caring skill yang buruk dalam merekonstruksi budaya
hanya akan membuat pasien jengkel dan cenderung merasakan kekecewaan. Telah diketahui bahwa
merubah keyakinan atau budaya sesorang merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, hal ini
membutuhkan pendekatan secara menyeluruh dengan tujuan untuk menghindari culture shock maupun
culture impotition.
Caring yang diberikan secara paripurna oleh perawat kepada pasiennya sangat erat kaitannya
dengan kepuasan pasien itu sendiri [2]. Studi lain menjelaskan bahwa Swanson’s Theory of Caring
dapat digunakan sebagai pendekatan guna meningkatkan caring skill perawat dan mengembangkan
ilmu keperawatan yang lebih holistic [10]. Pendapat lain mengatakan bahwa caring skill perawat harus
didasari dengan pemahaman latar belakang budaya pasien secara menyeluruh yang meliputi culture
care preservation, negotiation, dan restructuring sesuai apa yang telah dijelaskan dalam Transcultural
Nursing Theory. Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa perilaku caring perawat yang didasari oleh
latar belakang budaya pasien selalu berbanding lurus dengan kepuasan pasien, trend di era sekarang
menunjukkan bahwa caring merupakan bagian inti dalam evaluasi kepuasan dan mutu pelayanan
kesehatan [4]. Gelombang pemasaran pelayanan kesehatan di era ini benar-benar telah mengalami
pergeseran, yaitu dari “service excellence” menjadi “care with character”. Caring sebagai evaluasi
kepuasan dalam pelayanan kesehatan telah menjadi trend di era ini, sehingga menjadikan nilai-nilai
caring sebagai prinsip utama dalam pelayanan kesehatan [5].
Figure 1. Extended Swanson’s Theory of Caring Combined with Transcultural
Nursing Theory’s construct to predict patient satisfaction. Notes: Statistics
reported next to arrows are standardized regression coefficients.

10. Conclussion
Kami menemukan patient satisfaction di populasi ini dalam keadaan kurang baik meskipun rerata nilai
kepuasan yang diperoleh sebesar 14.61 dari rentang nilai 0-18, hal ini karena mengingat bahwa patient
satisfaction merupakan kunci utama dari eksistensi rumah sakit untuk berkembang. Faktor socio-
demographic (usia, pendidikan, dan pekerjaan) memiliki hubungan dengan patient satisfaction, namun
tidak dengan jenis kelamin. Studi ini juga menemukan bahwa aspek Transcultural Nursing Theory
(culture care preservation, negotiation, dan restructuring) yang diintegrasikan ke dalam construct
utama dari Swanson’s Theory (maintening beliefs, knowing, being with, doing for, and enabling)
dapat menjelaskan bagaimana patient satisfaction di rumah sakit lokasi penelitian. Studi ini membantu
profesional kesehatan dan peneliti dalam memahami patient satisfaction. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggunakan construct dari Sawanson’s Theory of Caring dan Transcultural
Nursing Theory sebagai dasar untuk mengembangkan model caring yang berbasis budaya dan
mengukur keberhasilannya dalam meningkatkan kepuasan pasien. Evidence-based nursing practice
membutuhkan suatu pedoman model caring yang berbasis budaya untuk mengembangkan praktik dan
aplikasi keperawatan yang lebih holistic. Studi ini mendukung para peneliti maupun klinisi untuk
menyelidiki faktor yang mendasari patient satisfaction dalam skala yang lebih besar, serta
mengidentifikasi target dalam menyusun intervensi di masa depan.
References
[1] S. M. D. Leuzzi et al., “Latissimus Dorsi Breast Reconstruction With Or Without Implants: A
Comparison Between Outcome And Patient Satisfaction,” J. Plast. Reconstr. Aesthetic Surg.,
vol. 73, no. 3, pp. 381–393, 2018.
[2] L. N. Roney and M. C. Acri, “The Cost of Caring,” J. Pediatr. Nurs., vol. 40, pp. 74–80, 2018.
[3] R. C. Enestvedt and K. M. Clark, “Caring in the Margins,” ANS Adv Nurs Sci., vol. 41, no. 3,
pp. 230–242, 2018.
[4] R. Hogg, J. Hanley, and P. Smith, “Learning lessons from the analysis of patient complaints
relating to staff attitudes, behaviour and communication, using the concept of emotional
labour,” J. Clin. Nurs., vol. 27, no. 5–6, pp. 1004–1012, 2018.
[5] T. Sacco and L. Copel, “Compassion satisfaction : A concept analysis in nursing,” Nurs.
Forum an Indep. voice Nurs., pp. 1–8, 2017.
[6] S. N. Djambazov, M. D. Giammanco, and L. Gitto, “Factors That Predict Overall Patient
Satisfaction With Oncology Hospital Care in Bulgaria,” Value Heal. Reg. Issues, vol. 19, pp.
26–33, 2018.
[7] Bayhakki, U. Hatthakit, and P. Thaniwatthananon, “Self-caring in Islamic culture of Muslim
persons with ESRD and hemodialysis: An ethnographic study,” Enferm. Clin., vol. 29, pp. 38–
41, 2019.
[8] M. J. Maiers, W. K. Foshee, and H. H. Dunlap, “Culturally Sensitive Chiropractic Care of the
Transgender Community : A Narrative Review of the Literature,” J. Chiropr. Humanit., 2017.
[9] K. M. Högberg, L. Sandman, M. Nyström, D. Stockelberg, and A. Broström, “A Qualitative
Evaluation of a Nursing Intervention to Create Holistic Well-Being Among Patients With
Hematological Disease,” J. Holist. Nurs., vol. XX, pp. 1–10, 2016.
[10] R. L. Ahern, I. B. Corless, S. M. Davis, and J. J. Kwong, “Infusing Swanson ’ s Theory of
Caring into an Advanced Practice Nursing Model for an Infectious Diseases Anal Dysplasia
Clinic,” J. Assoc. Nurses AIDS Care, vol. 22, no. 6, pp. 478–488, 2011.
[11] M. Leininger, “Culture Care Theory : A Major Contribution,” J. Transcult. Nurs., vol. 3, no.
13, pp. 189–92, 2002.
[12] L. Purnell, “Update : The Purnell Theory and Model for Culturally Competent Health Care,” J.
Transcult. Nurs., vol. 30, no. 2, pp. 98–105, 2018.
[13] Y. H. Bedeir, M. Orth, B. M. Grawe, A. Medical, and E. Hadara, “Patient factors influencing
outpatient satisfaction in patients presenting with shoulder pain,” J. Shoulder Elb. Surg., vol.
27, no. 22, pp. e367–e371, 2018.
[14] J. Alasad, N. Abu Tabar, and M. E. AbuRuz, “Patient Satisfaction With Nursing Care,” JONA
J. Nurs. Adm., vol. 45, no. 11, pp. 563–568, 2015.
[15] Nursalam, A. Wijaya, A. Bakar, and F. Efendi, “Indonesian Nursing Students in Caring
Behavior,” J. Ners, vol. 2, no. 2, 2015.
[16] J. D. Fisher and A. William, “The information-motivation-behavioral skills model of AIDS risk
behavior change: Empirical support and application,” Underst. Prev. HIV risk Behav. safer sex
drug use, vol. 3, no. 2, pp. 100–127, 2016.
[17] D. H. Cornman, S. J. Schmiege, A. Bryan, T. Joseph, and J. D. Fisher, “An information-
motivation-behavioral skills (IMB) model-based HIV prevention intervention for truck drivers
in India,” Soc. Sci. Med., vol. 64, no. 8, pp. 1572–1584, 2017.
[18] H. Wei, C. I. Roscigno, and K. M. Swanson, “Parents ’perceptions of healthcare providers’
caring : Nothing is too small for parents and children with congenital heart disease hospitalized
for heart surgery,” Hear. Lung J. Acute Crit. Care, vol. 446, no. 3, pp. 1–6, 2017.
[19] N. Al-Hadi, S. Chegini, M. E. Klontzas, J. Mckenny, and M. H. Patient, “Patient expectations
and satisfaction following orthognathic surgery,” Int. J. Oral Maxillofac. Surg., vol. 48, no. 2,
2018.
[20] R. A. Ayala and M. J. Calvo, “Cultural adaptation and validation of the Caring Behaviors
Assessment tool in Chile,” Nurs. Heal. Sci., vol. 19, no. 4, pp. 459–466, 2017.

You might also like