You are on page 1of 9

STUDI POPULASI RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI CAGAR ALAM PANANJUNG

PANGANDARAN
(Population Study of Timor Deer (Cervus timorensis) in Pananjung Pangandaran Nature
Reserve)

Detia Nugraha Mustari1), Firyal Aulia Ikbari1), Hafsah Latifah K.M.1), Juwita Septiyani1), Maulia Albania
Wirakusumah1), Putri Wildatu Zahra1), Salsa Yunita1), Suci Putri Lestari1), Syifa Maulidia1), R. Teti Rostikawati2), Rifki
Risma Munandar2) .

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pakuan
e-mail: firyalaulia26@gmail.com

ABSTRACT
The population study of Timor Deer was carried out in Pananjung Pangandaran Nature Reserve, Pangandaran,
West Java. It was conducted on March 2020. This study aims to determine the age structure, sex ratio, and population
density of Timor Deer (Cervus timorensis) in Pananjung Pangandaran Nature Reserve. It also study the factors that
influence the population of Timor Deer (Cervus timorensis). The method was the roaming method that data collection
carried out by following the path where the deer move and we did interview to get primary and secondary data. The
results of this study is the Timor Deer divided into 3 location, there are first around Office of Pananjung Pangandaran
Nature Reserve, second on Rengganis, and third on Goa Japan. The most commonly found was adult female deer
(34.04%) and adult male deer (21.27%). Whereas the lowest composition of population is jouvenille male deer (2.13%).
Then there were more female deer than the male, it has ratio 1 : 2. This study analysis the population density of Timor
Deer in Pananjung Pangandaran Nature Reserve area has decreased from 116 individuals to 47 individuals. This is
caused by many factors such as habitat destruction, reduced natural food of the Timor Deer, changes of the Timor
Deer’s diet, and external environmental factors.

Keywords: Pananjung Pangandaran Nature Reserve, Timor Deer, Age Structure, Sex Ratio, Population

ABSTRAK
Penelitian studi populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) di Cagar Alam Pananjung Pangandaran dilaksanakan di
Kawasan CA Pananjung Pangandaran, Desa Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada tanggal 2-3
Maret 2020. Penelitian in bertujuan untuk mengetahui struktur umur, sex ratio dan kepadatan populasi Rusa Timor
(Cervus timorensis) di CA Pananjung Pangandaran dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
populasinya. Metode yang digunakan adalah metode jelajah dan wawancara. Pengumpulan data pada penelitian ini
berupa data primer dan data sekunder. Rusa Timor di CA Pananjung Pangandaran ditemukan pada tiga lokasi, yaitu sekitar
kantor CA Pananjung Pangandaran, kawasan Rengganis, dan kawasan Goa Jepang, terdiri dari rusa betina dewasa (34,04%)
dan rusa jantan dewasa (21,27%). Komposisi paling rendah adalah rusa jantan anakan (2,13%). Sex ratio Rusa Timor
pada populasi ini 1:2 yang artinya Rusa Timor betina lebih banyak dari pada Rusa Timor jantan. Hasil analisis kepadatan
populasi menunjukkan bahwa Rusa Timor yang terdapat di CA Pananjung Pangandaran mengalami penurunan populasi
dari 116 individu menjadi 47 individu. Hal ini diakibatkan oleh banyak faktor seperti kerusakan habitat, berkurangnya
makanan alami Rusa Timor, perubahan pola makan Rusa Timor, dan faktor eksternal lingkungan.

Kata Kunci: CA Pananjung Pangandaran, Rusa Timor, Struktur umur, Sex Ratio, Populasi

PENDAHULUAN kecuali pulau Sumatera dan Kalimantan. Seluruh


Rusa Timor (Cervus timorensis) merupakan jenis rusa asli Indonesia yang telah dilindungi
salah satu jenis satwa liar asli Indonesia yang sejak zaman penjajahan Belanda oleh Ordonansi
menyebar hampir di keseluruhan pulau yang ada dan Undang-undang Perlindungan Satwa Liar No.

1)
Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNPAK
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNPAK
134 dan 266 Tahun 1931, dari segala bentuk rumpang hutan (Hoogerwerf 1970), menjadikan
perburuan, penangkapan dan pemilikan (Semiadi & hutan dan semak belukar sebagai tempat istirahat
Nugraha 2004). Berdasarkan kategori IUCN (Schroder 1976), dan tempat yang mempunyai air
Redlist, sejak tahun 2008 Rusa Timor termasuk dengan topografi landai dan tumbuhan bawah yang
kategori rentan (vulnerable), dari sebelumnya Rusa rapat sebagai tempat beranak (Hoogerwerf 1970).
Timor berstatus resiko rendah (lower risk) sejak Saat ini, Kawasan CA menjadi Kawasan yang
tahun 1996. Perubahan status ini disebabkan total banyak dikunjungi oleh masyarakat. Hal ini dinilai
populasi asli Rusa Timor di daerah penyebaran dapat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup
aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu satwa-satwa yang ada di dalamnya. Berkaitan
dewasa, dan diduga telah mengalami penurunan dengan habitat tempat satwa tinggal dan jenis
selama tiga generasi sebagai akibat dari hilanganya tumbuhan yang merupakan sumber makanan para
habitat, dan perburuan masyarakat (IUCN, 2015). satwa di dalamnya sehingga Rusa Timor (Cervus
Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran timorensis) mengalami penurunan 10% setiap
terletak berhimpitan dengan Kawasan konservasi generasinya. Hal ini terjadi di CA Pananjung
CA Pangandaran. Secara geografis terletak pada Pangandaran. Kehilangan habitat, terganggunya
7030’ LS dan 108030’- 1090 BT, terletak pada kehidupan satwa, dan bencana alam yang terjadi
ketinggian 0 s/d 75 meter di atas permukaan laut. menjadi beberapa faktor terjadinya peristiwa ini di
Kawasan konservasi Pangandaran memiliki luas Kawasan CA Pananjung Pangandaran. Penurunan
± 530 ha, terdiri dari CA(CA) Pananjung populasi Rusa Timor jika tidak terus dilakukan
Pangandaran seluas ± 492,3 ha dan Taman Wisata pengamatan, maka bisa terjadi kepunahan satwa
Alam (TWA) Pananjung Pangandaran seluas tersebut di habitatnya. Beberapa faktor yang
37,7 ha, berada di wilayah Kecamatan menyebabkan terjadinya penurunan populasi Rusa
Pangandaran, Kabupaten Ciamis Jawa Barat Timor adalah adanya perburuan liar serta
(SBKSDA Jawa Barat II 2002). Berdasarkan penurunan kuantitas dan kualitas habitat (Kayat et
sejarahnya rusa timor di Kawasan CA/TWA al., 2017).
Pananjung Pangandaran di datangkan dari luar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
(SBKSDA Jawa Barat II 2002) diawali dengan struktur umur, Sex Ratio dan kepadatan populasi
Rusa dari India (Axis axis) tahun 1921, kemudian Rusa Timor (Cervus timorensis) di Kawasan CA
tahun 1964. Rusa Timor dimasukkan tahun 1972 Pananjung Pangandaran dan mempelajari faktor-
sebanyak 4 (empat) ekor, tahun 1976 sebanyak 11 faktor yang mempengaruhi kondisi populasi Rusa
ekor,tahun 1978 sebanyak 3 (tiga) ekor, dan tahun Timor (Cervus timorensis) di Kawasan CA
1979 sebanyak 15 ekor. Rusa Timor menunjukan Pananjung Pangandaran. Manfaat penelitian ini
perkembangan yang baik, sedangkan Rusa India diharapkan dapat memberi informasi kondisi
hingga saat ini sudah tidak terlihat lagi dalam populasi dan habitat Rusa Timor (Cervus
Kawasan (SBKSDA Jawa Barat II 2002). timorensis) terkini, sehingga dapat membantu
Studi-studi terkait perilaku harian Rusa pengelola CA Pananjung Pangandaran dalam upaya
Timor di berbagai lokasi dan tipe habitat antara lain mempertahankan keanekaragaman hayati di
menunjukkan bahwa Rusa Timor senang hidup Kawasan tersebut, khususnya Rusa Timor (Cervus
berkelompok, satu kelompok dapat terdiri dari 2 timorensis).
bahkan kadang-kadang mencapai 75 ekor, banyak
aktif pada siang hari (diurnal) tetapi apabila ada METODE
gangguan atau perubahan kondisi lingkungan maka Waktu dan Tempat
dapat aktif pada malam hari (nocturnal). Secara Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2
umum juga diketahui bahwa Rusa Timor dapat – 3 Maret 2020. Pengambilan sampel dilakukan di
hidup di hutan primer maupun sekunder, menyukai Kawasan CA Pananjung Pangandaran, Desa
daerah dengan pohon-pohon rindang; mencari Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Identifikasi
makan di areal terbuka seperti padang sampel dilakukan secara observasi langsung dan
penggembalaan dan pinggiran sungai maupun pencatatan.
individu dalam kelompok yaitu jumlah individu
dewasa (adult), muda (subadult), anak-anak
(juvenile), dan bayi (infant). Data yang dicatat
Alat dan Bahan selama pengamatan meliputi jumlah individu, jenis
Alat dan bahan yang digunakan adalah lembar kelamin, kelas umur. Kemudian data yang
observasi, alat tulis, GPS, Peta Kawasan CA didapatkan dianalisis dan dihitung:
Pananjung Pangandaran, kamera, kompas, tally • Struktur Umur dan Sex Ratio :
sheet, binokuler. S = J/B
Keterangan :
Metode Pengambilan Data S = Struktur umur dan Sex Ratio.
Pengambilan data menggunakan metode J = Jumlah jantan potensial reproduksi dari
wawancara dan metode jelajah yaitu pengambilan satu jalur pengamatan
data dilakukan dengan mengikuti jalur pada B = Jumlah betina potensial reproduksi dari
Kawasan CA Pananjung Pangandaran dimana satu pengamatan.
tempat rusa beraktivitas. Pengukuran jarak dan luas
pada metode jelajah menggunakan GPS (Global • Nilai Indeks Kepadatan Populasi :
Position System).
∑ 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘
Rata-rata kelompok =
𝐴
∑ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Rata-rata individu = 𝐴

Keterangan :
∑ 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 = jumlah kelompok yang
ditemukan
∑ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 = jumlah individu yang ditemukan
A = luas area jelajah (km2)
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang dikumpulkan berupa data primer Studi populasi menjadi hal yang utama dalam
dan data sekunder. Data primer merupakan data mengukur parameter suatu populasi, hal ini
yang didapat dari pengamatan langsung terhadap meliputi kajian distribusi struktur umur, Sex Ratio,
habitat Rusa Timor di CA Pananjung Pangandaran kepadatan populasi, dan kondisi fisik (van Lavieren
data ini meliputi kepadatan populasi, struktur umur, dalam Kangiras 2009). Berdasarkan hasil penelitian
Sex Ratio, dan aktivitas. Sedangkan data sekunder yang dilakukan di CA Pananjung Pangandaran,
merupakan data penunjang yang berkaitan dengan distribusi struktur umur, Sex Ratio, dan kepadatan
penelitian tersebut dan hasil wawancara dengan serta kondisi fisik populasi Rusa Timor (Cervus
petugas dari Kawasan CA Pananjung Pangandaran. timorensis) adalah sebagai berikut.
Pengamatan dilakukan sebanyak dua
pengulangan pada jalur yang sama, dimulai dari Struktur Umur
pagi hari pukul 07.00 WIB sampai pukul 12.00 Kelas umur Rusa Timor (Cervus timorensis)
WIB, dan dilanjutkan pada sore hari pukul 15.00 dibagi menjadi 3 yaitu kelas umur anak, remaja, dan
WIB sampai pukul 17.00 WIB. Objek dewasa. Penentuan kelas dilakukan berdasarkan
pengamatannya adalah Rusa Timor jantan dewasa, morfologinya. Berdasarkan pengamatan di
Rusa Timor jantan remaja, Rusa Timor jantan lapangan, terdapat 3 lokasi tempat rusa berkumpul
anakan, Rusa Timor betina dewasa, Rusa Timor yang ditemukan secara langsung. Pengulangan
betina remaja, Rusa Timor betina anakan. dilakukan sebanyak 3 kali sehingga didapatkan
Selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah rerata jumlah individu yang ditemukan (tercantum
pada tabel 1). Pada lokasi 1 (Kantor Cagar Alam)
tercatat 3 individu dewasa, 2 individu remaja. Pada individu dewasa, 3 individu remaja, dan 1 individu
lokasi 2 (Rengganis) tercatat 14 individu dewasa, anakan. Sedangkan persentase struktur umur setiap
10 individu remaja dan 5 individu anakan. lokasi disajikan dalam gambar. 2
Selanjutnya pada lokasi 3 (Goa Jepang) tercatat 9

Tabel 1. Rata-rata Jumlah Individu Pada Setiap Pengulangan


Jumlah Individu
Lokasi Jantan Betina
D R A D R A
Lokasi 1 (Kantor Cagar Alam) 1 1 0 2 1 0
Lokasi 2 (Rengganis) 3 3 1 11 7 4
Lokasi 3 (Goa Jepang) 6 2 0 3 1 1
Jumlah 10 6 1 16 9 5
Rata-rata 47

Keterangan :
D = rusa dewasa
R = rusa remaja
A = rusa anakan

Kantor Cagar Alam

0% dewasa
40%
60% remaja
anakan

Goa Jepang

8% dewasa
23%
69% remaja
anakan

Gambar 2. Persentase struktur umur Rusa Timor (Cervus timorensis) pada lokasi 1 (kantor cagar alam), lokasi
2 (rengganis), lokasi 3 (goa jepang).

Persentase kelas umur dewasa paling banyak dewasa memiliki persentase paling tinggi, diikuti
ditemukan terutama pada lokasi 3, yaitu sebesar oleh kelas umur remaja dan kelas umur anakan.
69%. Jika diurutkan berdasarkan kelas umur, Pada lokasi 2 dimana kelas umur anak memiliki
persentase struktur umur Rusa Timor (Cervus persentase paling tinggi dibandingkan persentase
timorensis) pada 3 lokasi dimana kelas umur anakan di lokasi lain. Hal ini terjadi karena pada
lokasi 2 lebih berkaitan erat dengan kondisi habitat Struktur umur Rusa Timor (Cervus
dan rasa aman bagi kelas umur anakan dimana rusa timorensis) berdasarkan rasio jenis kelamin dapat
dewasa pada lokasi tersebut lebih banyak betina, dilihat pada tabel 2.
yang berkumpul untuk menjaga anak-anaknya.

Tabel 2. Persentase Struktur Populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) Berdasarkan Jenis Kelamin.
Rasio (%)
Lokasi Jantan Betina
D R A D R A
Lokasi 1 (Kantor Cagar Alam) 2,13 2,13 0 4,26 2,13 0
Lokasi 2 (Rengganis) 6,38 6,38 2,13 23,40 14,90 8,51
Lokasi 3 (Goa Jepang) 12,76 4,26 0 6,38 2,13 2,13
Jumlah 21,27 12,77 2,13 34,04 19,16 10,64
Total 100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, Tahun 2020
Keterangan :
D = rusa dewasa
R = rusa remaja
A = rusa anakan

Pada tabel 2 terlihat bahwa persentase dari struktur betina. Rusa yang memiliki rangga merupakan rusa
umur yang paling tinggi yaitu rusa betina dewasa jantan. Ketika rusa jantan menginjak remaja mulai
(34,04%) dan rusa jantan dewasa (21,27%). terlihat rangganya tumbuh. Menurut (Andoy, 2002)
Sedangkan komposisi paling rendah adalah rusa rusa jantan yang telah menginjak remaja sampai
jantan anakan (2,13%). Persentase tersebut dewasa memiliki rangga yang bervariasi jumlahnya
menunjukkan bahwa stratum populasi rusa dari satu pasang disebut juga tanduk paku hingga
didominasi oleh rusa yang berumur dewasa. Dalam sembilan pasang atau 18 cabang, sedangkan betina
penelitian ini rangga menjadi sebuah indikator tidak memiliki rangga selama hidupnya.
dalam menentukan apakah rusa tersebut jantan atau

Persentase Struktur Umur


Rusa Jantan dan Betina

Dewasa 21,27% 34,04%

Remaja 12,77% 19,16%

Anakan 2,13% 10,64%

30% 20% 10% 0% 10% 20% 30% 40%

Jantan Betina

Gambar 3. Piramida Populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) berdasarkan struktur umur

Pada gambar 3 terlihat bahwa rusa anakan dalam pengawasan dibawah suatu CA umumnya
persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan akan membentuk piramida atau kerucut normal,
remaja dan dewasa. Piramida yang terdapat pada yang berarti jumlah fase anak lebih banyak
gambar membentuk piramida terbalik yang jarang dibandingkan fase remaja, dan fase remaja lebih
ditemui. Biasanya struktur populasi satwa liar atau banyak dari fase dewasa. Menurut Primack dalam
Masy’ud et al (2007), gambaran piramida terbalik 2020 ini ternyata terdapat perubahan struktur umur
menunjukkan indikasi terjadinya proses regenerasi dari Rusa Timor tersebut.
yang tidak baik. Hal ini dapat lebih jelas diketahui
pada Sex Ratio atau perbandingan jenis kelamin Sex Ratio
rusa dewasa yang tidak seimbang dan dapat Perbandingan jumlah jantan dan betina
diketahui bahwa Effective Population Size (EPS) (Sex Ratio) dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan
pada lokasi ini rendah. data dalam tabel 3, secara keseluruhan adalah 1:2 -
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 1:4. Alikodra (2002) menyatakan bahwa Sex Ratio
perubahan yang jenis piramida dari penelitian yang jantan dan betina yang normal untuk rusa-rusa di
dilakukan oleh Yuliawati dkk (2018) di mana pada Indonesia adalah 1:2 - 1:3. Perbandingan jumlah
tahun 2011 data penelitian masih menunjukkan jantan dan betina di Kawasan CA Pananjung
terbentuknya piramida eksponensial yang normal Pangandaran dilihat dari struktur populasi Rusa
pada populasi Rusa Timor di CA Pananjung Timor (Cervus timorensis) berdasarkan rasio jenis
Pangandaran. Hal ini menunjukkan keadaan kelamin dapat dilihat pada tabel 3.
populasi yang berkembang. Namun pada tahun

Tabel 3. Struktur Populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) Berdasarkan Rasio Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Kelas Umur Jumlah Sex Ratio
Jantan Betina
Juvenile 3 14 17 1:4,6
Sub-Adult 17 28 45 1:1,64
Adult 28 51 79 1:1,82
Jumlah 48 93 141

Sex Ratio kelas umur anak, remaja dan dewasa bahkan kemungkinan sampai musim kawin telah
didapatkan dari pengamatan langsung dilapangan. usai, sehingga peluang keberhasilan reproduksi
Secara general kondisi Sex Ratio pada populasi dapat menurun. Hal ini mengakibatkan potensi
tersebut tergolong normal, dimana jumlah betina breeding dari populasi rusa yang ada juga tidak
lebih banyak dibandingkan jumlah jantan. Namun, maksimal. Artinya ukuran populasi efektif bisa
dalam hal perkembangbiakan terdapat lebih rendah/kecil lagi karena secara aktual betina
ketidaksesuaian rasio jantan dan betina, menurut yang dapat dikawini menjadi lebih rendah lagi,
Garsetiasih (2007), satu ekor rusa jantan dapat sehingga berdampak pada pertumbuhan populasi
mengawini 4 ekor rusa betina. Bahkan menurut menjadi lebih kecil.
Masy’ud et al (2007) rasio optimal rusa dewasa
adalah 1:5 - 1:10 bahkan pernah dilaporkan Kepadatan Populasi
mencapai 1:15 - 1:20. Hal ini menyebabkan Berdasarkan hasil pengamatan yang
terjadinya pertumbuhan populasi yang rendah. dilakukan, pada area jelajah seluas 1,67 km2
Pada keadaan seperti ini, rasio yang tidak ditemukan beberapa lokasi tempat berkumpulnya
optimal memungkinkan terjadinya ketidakefektifan Rusa Timor. Rusa Timor yang ditemukan rata-rata
pertumbuhan populasi karena kemungkinan terjadi secara berkelompok. Rata-rata kelompok yang
persaingan antar pejantan dalam mendapatkan ditemukan yaitu 1 kelompok besar/km2 dan rata-
pasangannya saat memasuki musim kawin. Selain rata individu sebanyak 28 individu/km2. Megumi
itu, rusa betina pun tidak semuanya memiliki (2020) menyatakan bahwa Rusa Timor umumnya
kesempatan untuk dikawini oleh pejantan, karena hidup dalam 3 sampai 20 ekor per kelompok,
pada masa ini pejantan cenderung sibuk berkelahi namun dalam kelompok besar seperti di padang
menjaga wilayah kekuasaannya (teritori) dalam penggembalaan, kelompok rusa ini dapat terdiri
memperebutkan betina selama masa reproduksi dari 75 sampai 100 ekor.
Menurut Hedges et al (2008), populasi Kawasan (Kangiras, 2009). Hal tersebut masih
Rusa Timor ini pada habitat alaminya (in situ) terus terjadi dan sesuai dengan keadaan lapangan pada
mengalami penurunan akibat degradasi habitat dan saat penelitian ini dilakukan.
perburuan liar untuk pemanfaatan ekonomis . Ketersediaan makanan yang mulai
Namun demikian, Rusa Timor (R. timorensis) ini berkurang berdampak kepada tidak tercukupinya
juga termasuk satwa liar yang relatif mudah makanan untuk Rusa Timor. Oleh karena itu, pada
beradaptasi dengan lingkungan di luar habitatnya luasan CA tidak begitu banyak ditemukan rusa yang
sehingga sangat potensial dikembangkan secara ex tersebar luas, hanya ada rusa pada beberapa lokasi
situ melalui penangkaran. Selain itu juga pada Rusa tertentu yang masih berumput. Di sisi lain, rusa
Timor terjadi penurunan jumlah populasi setiap lebih senang berada di luar pagar CA dan memakan
generasinya sebanyak 10% (Hedges et al, 2015). sisa sampah makanan manusia bahkan plastik yang
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di sudah dibuang di tempat sampah maupun yang
CA Pananjung Pangandaran, terjadi penurunan berserakan. Dalam beberapa waktu, peneliti melihat
populasi Rusa Timor dari tahun ke tahun. Pada data secara langsung pakan yang tidak lazim untuk
base yang dimiliki oleh Kantor Cagar Alam dimakan tersebut yang justru menjadi makanan
Pananjung Pangandaran, tercatat sebanyak 116 ekor rusa. Amiati, dkk (2015) dalam penelitiannya
rusa yang masih ada di dalam cagar alam. Namun, menyatakan bahwa perubahan perilaku makan pada
hasil penelitian menunjukkan dari tiga kali rusa selain dari ketidaktersediaannya pakan
pengulangan diperoleh rerata hanya sekitar 47 ekor alaminya dapat juga diakibatkan oleh banyaknya
yang dijumpai. pengunjung yang datang ke habitat rusa tersebut.
Dalam hal pengelolaan populasi rusa, Kondisi perubahan perilaku makan ini terjadi
terdapat daya dukung yang merupakan jumlah sebagaimana pengkondisian klasik (classical
maksimum rusa yang dapat didukung oleh areal conditioning) (Dugatkin dalam Amiati dkk, 2015).
tanpa menyebabkan kerusakan habitat (SRNF Rusa terbiasa diberi makan oleh banyaknya
dalam Kwatrina 2011). Pada dasarnya, daya dukung pengunjung di habitatnya sehingga terjadi
habitat ini ditentukan oleh pengukuran salah satu pembiasaan baru terhadap makanan yang
komponen penyusun habitat. Dalam beberapa dimakannya. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu
penelitian, penentuan daya dukung didasarkan atas bentuk adaptasi yang dilakukan oleh satwa dengan
kebutuhan terhadap pakan, khususnya rumput dan lingkungannya. Perilaku makan yang berubah
hijauan. Ketersediaan pakan Rusa Timor di CA membuat pola makan Rusa Timor pun berubah.
Pananjung Pangandaran sudah mulai berkurang. Pada penelitian Amiati dkk tahun 2015, rusa yang
Hal ini terjadi karena daerah rerumputan mulai terbiasa dikunjungi oleh banyak pengunjung akan
berubah menjadi lahan dengan habitus semak yang memiliki pola makan
jika didiamkan lama kelamaan akan menjadi yang dapat meningkat jumlah makannya ketika
semakin rimbun. Pada awalnya Kawasan pengunjung datang, begitupun sebaliknya. Hal
CAmemiliki 3 (tiga) padang rumput buatan yaitu seperti ini lah yang membuat rusa sudah tidak
Padang Rumput Cikamal seluas 20 ha, Nanggorak menjauh lagi dari manusia, bahkan cenderung
seluas 10 ha dan Badeto dengan luasan 10 ha. mendekati manusia.
Padang Rumput Badeto telah tertutup oleh semak Menurut Kangiras (2009), berdasarkan
belukar dan suksesi hutan sekunder muda, hasil penelitiannya di Kawasan Cagar Alam/Taman
sedangkan kedua padang rumput yang lain sebagian Wisata Alam Pananjung Pangandaran
besar wilayahnya telah tertutup oleh invasi gulma menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku
dari vegetasi semak, sehingga apabila tidak Rusa Timor. Koloni rusa ditemukan selalu berada
dilakukan pengelolaan akan kembali menjadi di luar Kawasan CA yaitu di sekitar halaman hotel
hutan. Kawasan Pangandaran terkena hempasan dan di sekitar pemukiman masyarakat terutama
gelombang Tzunami pada tanggal 06 Juni 2006. pada sore dan malam hari, serta ditemukan juga
Bencana ini diduga telah pula menyebabkan adanya perilaku rusa mengkonsumsi pakan non
terjadinya kerusakan habitat satwa di dalam alami berupa sisa-sisa makanan dan sampah dari
tempat-tempat sampah disekitar pemukiman baik bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga
masyarakat di sekitar Kawasan. Adanya fenomena terjadilah penurunan populasi Rusa Timor ini.
perubahan perilaku satwa rusa di Kawasan Selain melakukan pengamatan biotik,
CA/TWA Pananjung Pangandaran ini diduga terdapat hasil pengukuran abiotik pada lingkungan
karena kerusakan habitat rusa. Kebiasaan yang dapat dilihat pada tabel 4. Pada umumnya,
pengunjung yang tidak baik dengan memberi Kawasan CA Pananjung Pangandaran memiliki
makan rusa dengan makanan bawaannya cenderung curah hujan rata-rata 3.196 mm/tahun. Suhunya
menyebabkan ketergantungan dan kebiasaan dari berkisar antara 25-300C dan kelembabannya dapat
satwa tersebut. Fenomena yang terjadi hingga kini, mencapai 80%-90%. Keadaan abiotik di CA
telah bertahun-tahun lamanya sehingga tentu Pananjung Pangandaran mendukung Rusa Timor
berpengaruh terhadap kondisi fisik rusa yang tidak untuk hidup pada lingkungan ini.

Tabel 4. Parameter Lingkungan CA Pananjung Pangandaran

No. Parameter Lingkungan Keterangan


1. Suhu 280C
2. Kelembaban tanah Dry (-)
3. Intensitas Cahaya Low (-)
4. pH 7

Berdasarkan data penelitian, studi literatur, SARAN


dan komparasi dengan penelitian-penelitian Studi populasi Rusa Timor di Kawasan CA
lainnya, maka dapat diketahui bahwa terjadi Pananjung Pangandaran perlu di tingkatkan guna
penurunan populasi Rusa Timor di CA Pananjung menambah informasi yang di perlukan masyarakat
Pangandaran. Hal ini diakibatkan oleh banyak dan peneliti selanjutnya. Dengan adanya penelitian
faktor seperti kerusakan habitat, berkurangnya ini masyarakat pun dan dapat berkontribusi dalam
makanan alami Rusa Timor, perubahan pola makan menjaga kelestrian Rusa Timor di Kawasan CA
Pananjung Pangandaran agar populai Rusa Timor
Rusa Timor, dan faktor eksternal lingkungan.
setiap tahunnya dapat meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat di DAFTAR PUSTAKA
simpulkan struktur umur yang paling tinggi yaitu Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1.
Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.
rusa betina dewasa (34,04%) dan rusa jantan
Institut Pertanian Bogor.
dewasa (21,27%), sedangkan komposisi paling
rendah adalah rusa jantan anakan (2,13%). Pada Sex Amiati, Dewi Ayu., Burhanuddin Masyud, dan R.
Ratio terdapat perbandingan antara Rusa Timor Garsetiasih. 2015. Pengaruh Pengunjung
jantan dengan rusa timor betina yaitu 1:2 - 1:4 yang terhadap Perilaku dan Pola Konsumsi Rusa
artinya Rusa Timor betina lebih banyak dari pada Timor (Rusa Timorensis de Blainville 1822) di
Rusa Timor jantan. Analisis kepadatan populasi di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga. Bul.
Plasma Nutfah 21(2):47–60
ketahui Rusa Timor yang terdapat di Kawasan CA
Pananjung Pangandaran mengalami penurunan Andoy, Elvis Erikson Sonnny. 2002. Studi Populasi
populasi dari 116 individu menjadi 47 individu. Hal Rusa Timor (Cervus timorensis) Dan
ini diakibatkan oleh banyak faktor seperti Perburuan Oleh Penduduk Di Desa Poo,
kerusakan habitat, berkurangnya makanan alami Tomer Dan Sota Dalam Taman Nasional
Rusa Timor, perubahan pola makan Rusa Timor, Wasur Merauke. Bogor : Yayasan Penerbit
dan faktor eksternal lingkungan. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Papua
Fitri, Rahmi., Rizaldi, dan Wilson Novarino. 2013. Kayat, Satyawan Pudyatmoko, Muchammad
Kepadatan Populasi dan Struktur Kelompok Maksum, dan Muhammad Ali Imron. 2017.
Simpai (Presbytis melalophos) serta Jenis Potensi konflik penggembalaan kuda pada
Tumbuhan Makanannya di Hutan Pendidikan habitat Rusa Timor (Rusa Timorensis) di
dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Kawasan Tanjung Torong Padang, Nusa
Andalas. 2(1) – Maret 2013 : 25-30 (ISSN : Tenggara Timur. Jurnal Ilmu Kehutanan, hal
2303-2162) 5: 4-18

Garsetiasih. 2007. Daya Dukung Kawasan Hutan Kwatrina, Roza T., Mariana Takandjandi, dan M.
Baturraden Sebagai Habitat Penangkaran Bismark. 2011. Ketersediaan Tumbuhan
Rusa. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Pakan dan Daya Dukung Habitat Rusa
Alam 4(5):531-542. Timorensis de Blainville, 1822 di Kawasan
Hutan Penelitian Dramaga. Buletin Plasma
Hedges, J W Duckworth, R Timmins, G Semiadi Nutfah Vol.17 No.2 Th.2011.
and G Dryden. 2015. Rusa Timorensis The
IUCN Red List of Threatened Species. Masy’ud, Burhanuddin., Ricky Wijaya, dan Irawan
Budi Santoso. 2007. Pola Distribusi, Populasi
Hedges, S., et al. 2008. Rusa Timorensis. In IUCN Dan Aktivitas Harian Rusa Timor (Cervus
2008. 2008 IUCN Red List of Threatened Timorensis, De Blainville 1822) Di Taman
Species. Nasional Bali Barat. Bogor: IPB

IUCN, 2015 International Union for Conservation Megumi, Sarah R. 2020. Rusa Timor, Rusa Asli
of Nature and Natural Reserves. 2015. The Indonesia Dengan Daya Adaptasi Tinggi.
Redlist of Threathened Species. https://www.greeners.co/flora-fauna/rusa-
https://www.iucnredlist.org/ diakses 6 April timor-rusa-asli-indonesia-dengan-daya-
2020 adaptasi-tinggi/ (diakses pada 13 Maret 2020,
pukul 15.17 WIB)
Kangiras, Glen Eric. 2009. Pendugaan Daya Yuliawati, A., dkk. 2018. Minimum viable
Dukung dan Model Pertumbuhan Populasi population estimation of Timor Deer (Rusa
Rusa Timor di Cagar Alam/Taman Wisata Timorensis) base on demographic parameters.
Alam Pananjung Pangandaran,Ciamis Jawa IOP Conf. Series: Materials Science and
Barat. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Institut Engineering 434 (2018) 012107
Pertanian Bogor. doi:10.1088/1757-899X/434/1/012107

You might also like