You are on page 1of 10

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 1, Januari 2016 : 1 - 10

DAYA SAING KOMODITI KOPRA


DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

(Competitifness of commodities Kopra in The District of South Minahasa)

Paulus A. Pangemanan
Yolanda P.I. Rori

ABSTRACT
This study aims to determine the competitiveness of kopra in the South Minahasa based
competitive advantage and comparative advantage. The benefits of this research are as reference
material to South Minahasa regency government in formulating policies related to commodities kopra.
Data used include primary data and secondary data. The primary data collection conducted by
interviewing farmers, especially farmers kopra. While secondary data taken from the agencies involved in
this study as the Central Bureau of Statistics, department of agriculture and plantations, and the service
industry and trade. Determining the location of this research was done by using purposive sampling,
where the number of samples is set at 10 samples in the village Pakuure 2 with the consideration that the
village is a producer of kopra in the South Minahasa District of Tenga. The analysis used in this research
that the Policy Analysis Matrix (PAM). The results showed that the coefficient of the ratio of the cost of
domestic resource (DRCR) is smaller than one that is 0.660 which means it can compete to be the leading
export commodities in the international trade market, while the value of the coefficient ratio of private
costs (PCR) commodities kopra smaller than one that is 0,249 which means it can compete in terms of
quality and price.

Keywords: Competitiveness, Comparative Advantage, Competitive Advantage, PAM

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing (kompetitif dan komparatif)
komoditi kopra di Minahasa Selatan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Minahasa Selatan
selama bulan April sampai Oktober 2016. Lokasi penelitian yaitu di Desa Pakuure 2 Kecamatan
Tenga. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.Pengumpulan data primer
dilaksanakan dengan teknik wawancara pada petani khususnya petani kopra disentra produksi kopra
Kabupaten Minahasa Selatan yaitu Kecamatan Tenga desa Pakuure2. Sedangkan data sekunder
diambil dari instansi-instansi yang terkait seperti: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabubaten
Minahasa Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan
dan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pertanian dan perkebunan Kabupaten Minahasa Selatan dan
Provinsi Sulawesi Utara. Metode pengambilan sampel untuk data primer dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling, dimana sampel yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan lokasi penghasil kopra di Minahasa Selatan, Kecamatan Tenga, Desa
Pakuure2 dengan 10 sampel. Analisis data yang digunakan yaitu Policy Analysis Matrix (PAM)
Berdasarkan hasil penelitian daya saing komoditi kopra di Minahasa Selatan memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Dikatakan komparatif karena komoditi kopra
memiliki nilai koefisien rasio biaya sumberdaya domestik (DRCR) yang secara ekonomis lebih
kecil dari satu yaitu 0,660 yang artinya bisa bersaing untuk menjadi produk unggulan ekspor di
pasar perdagangan internasional, sedangkan dikatakan kompetitif karena nilai koefisien rasio
biaya privat (PCR) komoditi kopra lebih kecil dari satu yaitu 0,249 yang artinya bisa bersaing
dari segi kualitas dan harga.

Kata kunci: Daya Saing, Keunggulan Komparatif, Keunggulan Kompetitif, PAM

1
Daya Saing Komoditi Kopra di Kabupaten Minahasa Selatan....................(Paulus Pangemanan dan Yolanda Rori)

PENDAHULUAN Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah
Indonesia adalah Negara agraris yang dikemukakan, hal yang menjadi rumusan masalah
perlu perhatian pemerintah pada sektor dalam penelitian ini adalah bagaimana kepuasan
pertanian yang kuat dan tangguh, oleh karena masyarakat (konsumen) dalam mengkonsumsi
minyak goreng curah di pasar Karombasan
itu salah satu sektor yang mendukung
Manado.Berdasarkan latar belakang yang telah
pertumbuhan ekonomi adalah sektor diuraikan diatas maka yang menjadi masalah
pertanian. Subsektor pertanian yang dalam penelitian ini adalah apakahkomoditi kopra
memegang peranan penting bagi di Minahasa Selatan memiliki daya saing
perekonomian nasional adalah perkebunan. berdasarkan keunggulan kompetitif dan
Kelapa merupakan salah satu komparatif.
komoditas perkebunan yang memiliki nilai
ekonomi penting bagi masyarakat tani di Tujuan dan Manfaat Penelitian
Indonesia. Indonesia memiliki luas areal Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
kelapa sekitar 3,631,814 Ha dan memiliki yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
produksi sebesar 3,031,310 ton yang artinya untuk menganalisis daya saing (kompetitif dan
sebagian keluarga tani di Indonesia komparatif) komoditi kopra di Minahasa Selatan.
menggantungkan pendapatannya pada Sedangkan manfaat penelitian ini yaitu:
1) Sebagai bahan pertimbanan bagi
hasil kelapa (Direktorat Jenderal Perkebunan,
pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan
2014). dalam merumuskan kebijakan yang
Salah satu sektor pertanian yang berkaitan dengan komoditi kopra.
mendukung perekonomian Minahasa Selatan 2) Sebagai masukan dan kajian bagi penelitian
adalah komoditi kelapa. Kabupaten Minahasa selanjutnya.
Selatan merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Sulawesi Utara yang merupakan
sentra utama tanaman kelapa, dengan luas METODOLOGI PENELITIAN
lahan kelapa seluas 47.810 ha yang
merupakan lahan kelapa terluas kedua setelah Tempat dan waktu penelitian
Kabupaten Minahasa Utara yaitu 48.235 ha Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
yang memproduksi kopra di Sulawesi Utara Minahasa Selatan selama bulan April sampai
(BPS, Sulawesi Utara 2013). Oktober 2016, mulai dari persiapan,
Hamparan kebun kelapa yang luas pengumpulan data sampai pada pengolahan
menjadi pemandangan utama bagi Kecamatan data. Lokasi penelitian yaitu di Desa Pakuure
Tenga Desa Pakuure yang dikenal sebagai 2 Kecamatan Tenga.
Desa penghasil kopra di Minahasa Selatan.
Untuk itu kegiatan pengembangan kelapa Metode Pengumpulan Data
menjadi kopra di Minahasa Selatan Data yang digunakan meliputi data
merupakan kebutuhan dalam menunjang primer dan data sekunder.Pengumpulan data
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat primer dilaksanakan dengan teknik wawancara
dan mampu menghasilkan devisa bagi negara pada petani khususnya petani kopra disentra
melalui pengembangan dan dukungan produksi kopra Kabupaten Minahasa Selatan
kebijakan pemerintah. yaitu Kecamatan Tenga desa Pakuure2.
Analisis daya saing merupakan alat Sedangkan data sekunder diambil dari instansi-
bantu untuk mengukur daya saing suatu instansi yang terkait seperti: Dinas
komoditi. Komoditas dengan tingkat stabilitas Perindustrian dan Perdagangan Kabubaten
daya saing yang tinggi memiliki potensi dan Minahasa Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara,
kemudahan dalam meningkatkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa
produktivitas untuk mencapai tingkat daya Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas
saing yang lebih baik. Pertanian dan perkebunan Kabupaten Minahasa
Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara

2
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 1, Januari 2016 : 1 - 10

Metode Pengambilan Sampel yang didasarkan pada harga sosial (shadow


Metode pengambilan sampel untuk price), yaitu harga yang menggambarkan nilai
data primer dalam penelitian ini dilakukan sosial yang sesungguhnya bagi unsur biaya
dengan teknik Purposive Random Sampling, maupun hasil.(Pearson, 1989).
dimana sampel yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan lokasi penghasil kopra di Policy Analisys Matrix (PAM)
Minahasa Selatan, Kecamatan Tenga, Desa Biaya

Pakuure2 dengan 10 sampel. Penerimaan Input Input Keuntungan


Tradable NonTradable
Konsep Pengukuran Variabel Harga
Variabel-variabel yang digunakan dalam A B C D
Privat
penelitian ini adalah:
Harga
Karakteristik Petani E F G H
- Umur (Tahun) Sosial
- Tingkat Pendidikan (SD, SMP, SMA,
Perguruan tinggi) Sumber :Pearson dkk, 2005
- Jumlah tanggungan
- Luas Lahan (ha) Keterangan :
Biaya Produksi (Harga Sosial) atau A = Penerimaan Privat,
harga bayangan (Shadow Price) yaitu B = Biaya Input Tradable,
biaya yang dihitung untuk C = Biaya Input Non Tradable Privat
menggambarkan nilai sosial yang D = Keuntungan Privat
sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya E = PenerimaanSosial
atau hasil, ntuk barang/komoditas yang F = Biaya Input Tradable Social
diimpor dipakai harga CIF (Cost G = Biaya Input Non Tradable Social
Insurance Freight), sedangkan untuk H = Keuntungan Sosial
barang / komoditas yang di ekspor
digunakan harga FOB (Free On Board). Kemudian dianalisis dengan indicator
Biaya produksi (Harga Privat) yaitu sebagai berikut :
biaya yang dikeluarkan oleh petani 1. Analisis keuntungan privat atau private
terdiri atas : profitability (PP): D = A – (B+C).
Keterangan :
Biaya input Tradable yaitu benih dan
D = Profit atau keuntungan
pupuk untuk tanaman (Rp) berdasarkan harga aktual
- Biaya input Non-Tradable yaitu biaya (keuntungan privat)
tenaga kerja (Rp), sewa lahan (Rp) A = Penerimaan (harga aktual).
pengangkutan, penyusutan alat-alat Penerimaan diperoleh dari hasil
pertanian. penelitian antara rata-rata jumlah
Harga Kopra diperbatasan yaitu FOB produksi per hektar (kg/ha).
(Rp/Kg) B = Biaya input yang diperdagangkan
Harga jual kopra pada saat itu (private) (Tradable) berdasarkan harga aktual.
yaitu (Rp/kg) ditingkat petani. C = Biaya faktor domestik Biaya
output (Non tradable) berdasarkan
harga aktual.
Metode Analisis Data
Jika keuntungan privat negative (D<0),
Analisis data yang digunakan yaitu maka petani mengalami kerugian atau
Policy Analysis Matrix yang terdapat di Tabel tidak layak untuk diusahakan karena
2.Baris pertama dari Matrik PAM adalah memiliki keuntungan diatas normal.
perhitungan dengan harga pasar (privat), yaitu 2. Analisis Keuntungan Sosial atau social
harga yang betul-betul dibayarkan profitability (SP) : H = E – (F + G)
petani.Baris kedua merupakan penghitungan Keterangan :

3
Daya Saing Komoditi Kopra di Kabupaten Minahasa Selatan....................(Paulus Pangemanan dan Yolanda Rori)

H = Profit atau keuntungan berdasarkan Domestic Resource Cost Ratio : DRCR = G /


harga sosial (E-F). Nilai DRCR < 1 menunjukkan
E = Penerimaan (harga sosial). Penerima usahatani kopra efisien atau menguntungkan
diperoleh dari hasil perkalian antara rata- secara ekonomis dalam pemanfaatan
rata jumlah produksi perhektar dikali sumberdaya domestik dan apabila DRCR > 1
dengan harga sosial kopra.
menunjukkan kegiatan tersebut tidak efisien.
F = Biaya input yang diperdagangkan di
pasar internasional
G = Biaya faktor domestik biaya input
(Non Tradable) berdasarkan harga sosial. HASIL DAN PEMBAHASAN
Apabila H < 0 maka komoditi kopra
dikatakan tidak efisien.Sebaliknya jika H Deskripsi Wilayah Penelitian
> 0 menunjukkan bahwa usahatani kopra Kabupaten Minahasa Selatan
makin efisien dan memiliki keunggulan terbentuk berdasarkan Undang-Undang
komparatif yang tinggi. Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan
3. Efisiensi financial (Keunggulan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota
kompetitif) dengan indikator Private cost Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota
Ratio:PCR = C / (A – B).
Kabupaten Minahasa Selatan adalah
Usahatani dikatakan memiliki keunggulan
kompetitif apabila nilai PCR < 1.Semakin Kota Amurang yang berjarak ± 64 km dari
kecil nilai PCR berarti semakin besar Kota Manado. Secara geografis Kabupaten
kompetitif. Minahasa Selatan terletak di antara 0⁰,47’
4. Analisis efisiensi ekonomi atau - 1⁰,24’ Lintang Utara dan 124⁰,18’ -
keunggulan komparatif dengan indicator 124⁰45’ Bujur Timur.

Tabel 1. Luas Wilayah dan Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan Menurut Kecamatan,
Tahun 2014
No Kecamatan Luas Jumlah Pnduduk
(Km)

1 Modoinding 46,98 11.676

2 TompasoBaru 129,48 11.82

3 Maesaan 143,98 9.81

4 Ranoyapo 102,44 12.024

5 Motoling 15,11 7.226

6 Kumelembuai 37,89 6.595

7 Motoling Barat 128,4 7.704

8 Motoling Timur 50,4 8.903

9 Sinonsayang 104,58 15.282

10 Tenga 125,39 17.386

11 Amurang 69,45 16.858

12 Amurang Barat 103,4 15.222

13 Amurang Timur 152,73 14.061

14 Tareran 51,91 12.238

15 Tumpaan 78,26 15.88

16 Suluun Tareran 35,84 7.196

17 Tatapaan 108,19 9.023

Jumlah 1.484,47 198.901


Sumber: BPS Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2014

4
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 1, Januari 2016 : 1 - 10

Kabupaten Minahasa Selatan yang hal-hal yang menyangkut pengambilan


secara administratif memiliki batas-batas keputusan.
wilayah sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan Kab.
Minahasa Tingkat Pendidikan
Timur : berbatasan dengan Kab. Berdasarkan hasil penelitian,
Minahasa Tenggara pendidikan bukan merupakan salah satu
Selatan: berbatasan dengan Kab. faktor yang menentukan produktivitas
Bolaang Mongondow petani yang ada di Desa Pakuure2, karena
Barat : berbatasan dengan laut tinggi rendahnya pendidikan seorang petani
Sulawesi tidak mempengaruhi petani dalam
Kecamatan Tenga adalah salah satu pengalaman bekerja.Sesuai dengan hasil
kecamatan yang berada di Kabupaten penelitian, petani yang memiliki tingkat
Minahasa Selatan yang terdiri dari 8 pendidikan yang rendah rata-rata memiliki
(delapan) desa yang salah satunya adalah keterampilan dan pengalaman kerja yang
Desa Pakuure2.Desa Pakuure2 merupakan lebih dibandingkan dengan petani yang
tempat penelitian dimana sebagian besar dari memiliki tingkat pendidikan yang lebih
penduduk tersebut bekerja dibidang pertanian tinggi.
khususnya petani kelapa yang diolah menjadi Diketahui bahwa 40 persen dari
kopra. responden berada di tingkat pendidikan SD,
50 persen di tingkat pendidikan SMP, dan
Karakteristik Responden 10 persen berada di tingkat pendidikan
SMA. Dilihat dari tabel di atas petani
Umur Responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan
Umur mempengaruhi kemampuan seseorang SMP.
untuk bekerja secara fisik dan cara
berpikirnya. Berdasarkan hasil penelitian, Tabel 3.Tingkat Pendidikan Responden
umur berkaitan dengan pengalaman seorang Jumlah Responden
petani. Tingkat Pendidikan (orang) Persentase (%)

Tabel.2. Umur Responden SD


4 40
SMP 5 50
Jumlah Responden
Umur (Tahun) Persentase (%)
(orang) SMA/SMK 1 10

35-60 4 40 Jumlah 10 100


61-71 6 60 Sumber : Diolah dari data primer
jumlah 10 100
Jumlah Tanggungan Dalam Keluaraga
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah
Sumber : Diolah dari data primer
anggota keluarga yang harus dibiayai oleh
kepala keluarga, di mana semakin tinggi
Golongan umur petani berada pada umur 35-
jumlah tanggungan dalam keluarga maka
60 tahun yang berjumlah 4 orang dan
semakin besar pengeluaran dalam keluarga.
golongan umur 61-71 tahun berjumlah 6
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah
orang. Jadi sebagian besar dari responden
keluarga 6, 5, dan 1 orang memiliki
berada pada umur 61-71, dimana umur
persentase 10 persen, 3 orang memiliki
tersebut sudah mempunyai pengalaman kerja
persentase 40 persen dan 1 orang memiliki
dan dapat berpikir secara optimal terhadap

5
Daya Saing Komoditi Kopra di Kabupaten Minahasa Selatan....................(Paulus Pangemanan dan Yolanda Rori)

persentase 10 persen. diinginkan.Berdasarkan hasil penelitian


tanaman kelapa khususnya yang diolah
Tabel 4. Data Jumlah Tanggungan petani menjadi kopra diambil dari kelapa
Dalam Keluarga Responden yang sudah produktif dimana benih kelapa
adalah benih yang dipilih petani dari usaha
Jumlah Tanggungan sendiri.Petani di Desa Pakuure2 tidak
Jumlah Responden
Dalam Keluarga Persentase (%) menggunakan pupuk dalam pemeliharaan
(orang) kelapa.
(oranng)
Pengangkutan merupakan sarana
6 1 10
yang digunakan untuk mengangkut hasil
5 1 10
produksi dari kebun. Di Desa Pakuure 2
3 4 40 pengangkutan menggunakan roda sapi
2 3 30 milik sendiri dan ada petani yang
1 1 10 menggunakan sistem sewa.
Jumlah 10 100
Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber : Diolah dari data primer Tenaga kerja merupakan faktor
penting dalam menentukan suatu
Luas Lahan aktivitas. Dalam mengelola usaha
Lahanyang dikelola oleh petani pertanian, petani mudah mendapatkan
(responden) berbeda-beda luasannya. tenaga kerja karena sebagian besar
Berdasarkan Tabel 5, luas lahan yang penduduk di Desa Pakuure adalah petani.
dikelola oleh petani (responden) memiliki Penggunaan tenaga kerja pada petani kopra
persentase yang sama dengan jumlah luas meliputi pemetikan, pengumpulan,
lahan yang berbeda, di mana responden pengangkutan, pembelahan kelapa,
yang memiliki luas lahan 0,5 - 3 ha dengan mengeluarkan daging buah kelapa dari
jumlah 5 orang begitu juga dengan petani tempurung, pengasapan sampai pada
yang memiliki luas lahan 4 - 5 ha dengan pengeringan dan dilakukan dengan sisitem
jumlah 5 orang. borongan. Rata-rata tenaga kerja yang
dalam borongan terdiri dari 2 orang.
Tabel 5. Jumlah Petani dan Persentase
Luas Lahan Tabel 6. Rata-rata Penggunaan Tenaga
Kerja Pada Kegiatan Pengolahan Kopra
Rata-rata
Luas Jumlah Luas Luas No Jenis Kegiatan Jumlah Tenaga Persentase (%)
Persentase Kerja (HOK)
Lahan Petani Lahan Lahan
(%)
(Ha) (orang) (ha) Petani 1 Pemeliharaan 1 20
(Ha) 2 Panen 2 40

0,5 - 3 5 50 8,5 1,7 3 Pasca Panen 2 40

4-5 5 50 22 4,4 Jumlah 5 100

Jumlah 10 100 30,5 6,1


Sumber : Diolah dari data primer
Sumber : diolah dari data primer
Penggunaan tenaga kerja pada pemeliharaan
hanya menggunakan satu (1) orang tenaga
Penggunaan Sarana Produksi kerja dengan persentase 20% sedangkan
Sarana produksi berperan penting di pada saat panen dan pasca panen
dalam suatu usaha untuk mencapai menggunakan rata-rata dua (2) orang tenaga
produksi sesuai yang kerja dengan persentase 40%. Penggunaan
tenaga kerja dihitung menggunakan HOK
6
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 1, Januari 2016 : 1 - 10

(hari orang kerja), dengan menggunakan


tenaga kerja dalam rumah tangga dan di luar Nilai penyusutan alat yang di hitung dengan
rumah tangga. metode Annual Capital Recorvery Cost, di
peroleh nilai penyusutan alat secara privat
sebesar Rp. 976.206,8 dan nilai penyusutan
Biaya Tenaga Kerja alat secara sosial sebesar Rp.910.233,7
Biaya tenaga kerja menurut
kegiatan usahatani kopra di Desa Pakuure2 Produksi, Harga dan Penerimaan
yang dilakukan dengan sistem borongan, Berdasarkan hasil penelitian yang
tenaga kerja dibayar dari hasil penjualan diperoleh Produksi kopra di Desa Pakuure2
kopra, yang bisa dilihat pada Tabel 7. menggunakan kelapa Dalam, di mana petani
tidak menggunakan bibit kelapa dari luar
Tabel 7. Biaya Tenaga Kerja Menurut daerah. Di mana hasil penelitian diperoleh
Kegiatan rata-rata produksi kopra per hektar untuk
No Jenis Kegiatan Aktual (Rp) satu kali panen sebanyak 737,7 Kg, dengan
1 Pemeliharaan 100.000 harga jual kopra di tingkat petani adalah
2 Panen 281.000 Rp.7000/kg, sehingga penerimaan rata-rata
3 Pasca Panen 281.000 per hektar adalah Rp. 5.147.540
Jumlah 662.000
Harga Sosial
Pearson (2005) mengemukakan
Sumber: diolah dari data primer
bahwa harga sosial adalah harga yang
menggambarkan harga yang sesunggunya
Biaya tenaga kerja menurut
baik harga input maupun harga output.
kegiatan usahatani kopra pada
Harga sosial juga merupakan harga yang
pemeliharaan sebesar Rp. 100.000 dan pada
akan menghasilkan alokasi sumberdaya
pada kegiatan panen dan pasca panen
terbaik sehingga dapat memberikan
sebesar Rp.662.000 Biaya panen dan pasca
pendapatan nasional tertinggi.
panen lebih tinggi karena dilakukan dengan
tenaga kerja sebanyak 2 orang.
a. Harga Free On Board (FOB) dan Cost
Insurance and Freight (CIF)
Penyusutan Alat
FOB dan CIF merupakan istilah
Nilai penyusutan alat kopra
perdagangan yang berkaitan dengan
menggunakan metode Annual Capital
pengiriman barang yang menyangkut hak
Recorvery Cost (pemulihan modal biaya),
dan kewajiban pembelidan penjual
dengan metode ini biaya opurtunitas
barang, dan hanya berlaku untuk
penyusutan ikut diperhitungkan karena
transportasi air. Harga FOB adalah biaya
sesuai dengan tingkat bunga.Perhitungan
barang sampai diatas kapal, meliputi
biaya penyusutan alat secara privat dan
biaya pengangkutan kedermaga dan biaya
sosial.
pemuatan diatas kapal.Harga barang CIF
merupakan harga yang dibebankan
Tabel 8. Nilai Penyusutan Alat Secara
penjual kepada pembeli, termasuk biaya
Privat dan Sosial
transportasi dan asuransi untuk barang
Alat
N Uraia Pengup
Lewan
Pisau
Banguna
Sekop yang dikirim, sampai barang tiba di
g n
o n as
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp) pelabuhan negara pembeli (Bank
(Rp)
49.611, 19.364, 19.364, 876.247, 11.618,
Indonesia, 2014). Harga sodial dalam
1 Privat
4 5 5 7 7 penelitian ini yaitu Rp. 14.671,62
Sosia 45.195, 18.078, 18.078, 818.035, 10.846,
2
l 3 1 1 4 8
Sumber : Diolah dari data primer b. Harga Sosial Lahan

7
Daya Saing Komoditi Kopra di Kabupaten Minahasa Selatan....................(Paulus Pangemanan dan Yolanda Rori)

9.863.090 - 9.863.090 7.402.327


Berdasarkan hasil penelitian, penentuan Sosial
harga sosial didasarkan pada berapa nilai
lahan tersebut apabila digunakan untuk harga privat komoditi kopra memiliki
komoditas lainnya yang juga keuntungan sebesar Rp. 1.363.693 yang
menguntungkan. pada daerah penelitian didapat dari hasil penerimaan dikurangi
sewah lahan untuk komoditas lainnya dengan hasil input nontradable, dengan
tidak ada karena sebagian besar penerimaan sebesar Rp. 4.013.796 yang bisa
berpenghasilan kopra dengan lahan milik dlihat pada lampiran 8, dan biaya input
sendiri. Nilai sosial lahan jika ditanami nontradale sebesar Rp. 2.650.103 yang
komoditi lain di daerah penelitian yaitu dihitung menggunakan annual capital
Rp.1.500.000/ha/Tahun. recovery cost (private) ditambah dengan
biaya sewa lahan dab biaya tenaga kerja.
c. Harga sosial tenaga kerja Sedangkan harga Sosial komoditi kopra
Menurut Suryono (1980), dalam memiliki keuntungan sebesar Rp
persaingan sempurna tingkat upah pasar 7.402.327, yang didapat dari hasil
akan mencerminkan nilai produktivitas penerimaan Rp. 9.863.090 dikurangi
marjinalnya. Pada keadaan ini besarnya dengan hasil input non tradable sebesar
upah dapat dipakai sebagai harga Rp. 9.863.090.
bayangan dari tenaga kerja.Tetapi pasar
tenaga kerja di Indonesia, terutama tenaga Efisiensi finansial dan Efisiensi Ekonomi
kerja tak terdidik, tidak demikian Efisiensi finansial dalam
keadaannya. Oleh karena itu tenaga kerja penelitian ini diukur dengan
disektor pertanian kebanyakan merupakan menggunakan rasio biaya privat (Private
tenaga kerja tidak terampil maka cost Ratio, PCR) dengan efisiensi
produktivitasnya akan lebih rendah ekonomi dalam penelitian ini
sehingga harga sosial tenaga kerja lebih menggunakan biaya sumberdaya domestik
kecil (80%). Jadi harga sosial tenaga kerja (DRCR).
ditempat penelitian diasumsikan 80
persen dari harga privat. Harga sosial Tabel 10. Rasio Biaya Privat dan Rasio
tenaga kerjanya sebesar Rp. 529.600 Biaya Sumberdaya Domestik
No Indikator Nilai
Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial 1 Rasio Biaya Privat (PCR) 0,660
Keuntungan privat dan keuntungan
Rasio Biaya Sumberdaya Domestik
sosial terjadi karena penilaian dari unsur 2 0,249
(DRCR)
penerimaan biaya.Keuntungan privat
dihitung berdasarkan harga aktual yang
Sumber : Diolah dari data primer
diterima oleh petani, sedangkan keuntungan
sosial diperoleh jika terjadi pasar persaingan
Komoditi Kopra dikatakan efisien
sempurna, dimana tidak ada kegagalan pasar
karena rasio biaya privat (PCR) lebih
(market failure) dan kebijakan pemerintah.
kecil dari satu yaitu 0,660. Sedangkan
nilai koefisien rasio biaya sumberdaya
Tabel 9. Keuntungan Privat dan
domestik (DRCR) lebih kecil juga dari
Keuntungan Sosial
satu yaitu 0,249.Dengan demikian
Biaya (Rp) komoditi kopra di Kabupaten Minahasa
Penerimaan Keuntungan Selatan mempunyai daya saing
Input Input
(Rp) (Rp) berdasarkan keunggulan kompetitif dan
Tradable NonTradable
keunggulan komparatif.
Harga
4.013.796 - 2.650.103 1.363.693
Privat
Harga

8
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 13 Nomor 1, Januari 2016 : 1 - 10

KESIMPULAN DAN SARAN Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Luas


Areal, Produksi dan Produktivitas
Kesimpulan Perkebunan di Indonesia. Pusat Data
Berdasarkan hasil penelitian daya dan Informasi Pertanian
saing komoditi kopra di Minahasa Selatan Daryanto A. 2009, Konsep Daya Saing.
memiliki keunggulalan komparatif dan BPEE-Yogyakarta
keunggulan kompetitif. Dikatakan komparatif Daryanto, A. 2004. Disparitas Pembangunan
karena komoditi kopra memiliki nilai dan pentingnya keterkaitan perkotaan-
koefisien rasio biaya sumberdaya domestik perdesaan di Indonesia, Sinergi Desa-
(DRCR) yang secara ekonomis lebih kecil Kota 1: 10-15
dari satu yaitu 0,660 yang artinya bisa Gerungan, L. 2013. Analisis
bersaing untuk menjadi produk unggulan KeunggulanKomparatif dan
ekspor di pasar perdagangan internasional, Kompetitif Biji Pala diMinahasa
sedangkan dikatakan kompetitif karena nilai Utara. Skripsi Sarjana Jurusan Sosial
koefisien rasio biaya privat (PCR) komoditi Ekonomi Pertanian Universitas Sam
kopra lebih kecil dari satu yaitu 0,249 yang Ratulangi. Manado
artinya bisa bersaing dari segi kualitas dan Hamdy, 2001, Ekonomi Internasional,
harga. Ghalia Indonesia, Jakarta
Kementerian Pertanian. 2006. Prospek Usaha
Saran Tani Kelapa Menggembirakan.
Komoditi kopra di Minahasa selatan Jakarta: Badan Penelitian dan
memiliki daya saing berdasarkan keunggulan Pengembangan Pertanian Kementerian
komparatif dan keunggulan kompetitif yang Pertanian.
artinya memberikan keuntungan. Hal ini Kementerian Pertanian. 2013. Pembenihan
dapat menjadi bahan pertimbanangan bagi Tanaman Kelapa. Jakarta:
Pemerintah di Kabupaten Minahasa Selatan Direktorat Jenderal Perkebunan
dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan Kementerian Pertanian.
dengan komoditi. Kementerian Pertanian. 2012.
Peningakatan Produksi, Produktivitas
dan Mutu Tanaman Tahunan.
DAFTAR PUSTAKA. Pedoman teknis Tanaman Kelapa.
Jakarta
Kementerian Pertanian. 2013. Statistik
Anonymous, 2008. Definisi Harga. Perkebunan Indonesia 2012-2014
http://organisasi.org/definisi-pengertian- (Kelapa). Jakarta: Direktorat Jenderal
harga -tujuan-metode-pendekatan- Perkebunan Kementerian Pertanian.
penetapan-harga-manajemen- Kohari, K., Ma’sum, M. dan Windiastuti,
pemasaran. Diakses tanggal 9 D. (2005). Dampak Kebijakan dan
September 2016. Pemasaran Terhadap Daya Saing
Badan Pusat Statistik2013. Kabupaten Usahatani Kentang
Minahasa Selatan DalamAngka. di Kecamatan Kejajar Kabupaten
BPS Kabupaten Minahasa Selatan . Wonosobo.
Badan Pusat Statuistik 2013. Sulawesi Koylal, Johny dan Jemseng Abineno
Utara Dalam Angka.BPS Provinsi (2008).Keuntungan Relatif Produk
Sulawesi Utara. Usahatani Kelapa Tua di Kecamatan
Dinas Perkebunan (2013). Outlook Amarasi.Buletin Partner Tahun 15 No
Komoditas Pertanian-Perkebunan 1.Edisi Januari.Politeknik Pertanian
Minahasa Selatan.Pusat Data dan Negeri Kupang.
Informasi Pertanian. Komet, M. 2000. Perencanaan

9
Daya Saing Komoditi Kopra di Kabupaten Minahasa Selatan....................(Paulus Pangemanan dan Yolanda Rori)

Terpadu Pembangunan Ekonomi STANFORD UNIVERSITY. Lecture


Daerah Otonom,Badan Pusat Handout, Manado.
Statistik. Jakarta Riswandha lmawan. 2002. Peningkatan Daya
Monke, E.A. dan Pearson, S.R. (1989).The Saing: Pendekatan Paradigmatik-
Policy Analysis Matrix for Politis. Jakarta
Agricultural Development.Cornell Saptana, S. 2004. Efisien dan Daya Saing
UniversityPress, Ithaca. Usahatani Tebu dan Tembakau dalam
Pearson, S., Carl Gotsch, dan Sjaiful Efisiensi dan Daya Saing Sistem
Bahri.(2005). Aplikasi Policy Analysis Usahatani Beberapa Komoditas
Matrix pada Pertanian Pertanian di Lahan Sawah. Pusat
Indonesia.Terjemahan. Yayasan Obor Penelitian dan Pengembangan Sosial
Indonesia, Jakarta. Ekonomi Pertanian.Badan Penelitian
Porter, M.E. 1990. The Competitive dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Advantage of Nations.The Free Press. Sarmidi, 2009.Aneka Peluang Bisnis dari
New York Kelapa.Lily Publisher .Yogyakarta.
Pearson, S.R. 2002. Outreach University Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional.
Program Agricultural Policy Edisi 1. Erlangga. Jakarta.
Workshop. Faculty Of Agriculture, Sobri, 2011. Ekonomi Internasional. (Teori,
Sam Ratulangi University Masalah dan Kebijaksanaannya).
Collaboration With BPEE-Yogyakarta. Yogyakarta
BAPPENAS/YSAI/ DAI-FPSA AND

10

You might also like