You are on page 1of 6

Dedi Pardiansyah dkk.

Jurnal Agroqua
Pupuk organik cair dari limbah... Vol. 17 N0. 1 Tahun 2019
DOI: https://doi.org/10.32663

PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR LIMBAH LELE SISTEM


BIOFLOK HASIL FERMENTASI AEROB DAN AN AEROB
(Liquid Organic Fertilizer From Lele Waste Bioflock System From Aerob and Anaerob
Fermentation)
Dedi Pardiansyah , Nasir Ahmad1, Firman1, Suharun Martudi1
1*

1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas.Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu
Jalan Jend. Soedirman No. 184 Bengkulu
*
Corresponding Author, Email: dedi2301@gmail.com

ABSTRACT
The biofloc system catfish wastewater is in the form of accumulation of organic residues
from feed residues, catfish manure, feed particles and bacteria and algae, because the
biofloc catfish cultivation wastewater can be processed into organic fertilizer especially
liquid organic fertilizer. The study used a completely randomized single factor treatment
with an aerobic (A) fermentation process and Anaerobic fermentation process (B). Each
treatment was repeated 8 times to obtain 16 experimental units. Furthermore, the results of
the study data were analyzed by variance at the level of 5 percent. The results showed that
the growth rate of catfish was very good. Where growth continues to increase the 10th day
observation until the end of the study. While the content of N, P and K in the POC
produced did not show a significant difference between POC fermented by Aerob and
Anaerob. POC content fermented by Aerob; N = 1.645, P = 0.326 and K = 1.143 while
Anaerobic fermentation; N = 2.189, P = 0.278 and K = 1.165.
Keywords: biofloc, catfish cultivation waste, POC

ABSTRAK
Air limbah budidaya lele sistem bioflok di dalamnya berupa akumulasi residu organik
yang berasal dari sisa pakan, kotoran lele, partikel-partikel pakan serta bakteri dan alga,
karna itu air limbah budidaya ikan lele sistem bioflok dapat diolah menjadi pupuk organik
khususnya pupuk organik cair. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor
tunggal dengan perlakuan adalah proses fermentasi secara Aerob (A) dan proses
fermentasi secara Anaerob (B). Tiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali sehingga
diperoleh 16 unit percobaan. Selanjutnya Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik
ragam pada taraf 5 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan
lele sangat baik. Di mana pertumbuhan terus meningkat sekat pengamatan hari ke-10
hingga akhir penelitian. Sedangkan kandungan N, P dan K didalam POC yang dihasilkan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara POC yang difermentasi dengan cara
Aerob dan Anaerob. Kandungan POC yang difermentasi dengan cara Aerob ; N = 1,645,
P = 0,326 dan K = 1,143 sedangkan yang difermentasi secara Anaerob; N = 2,189, P =
0,278 dan K = 1,165.
Kata kunci: bioflok, Limbah budidaya lele, POC

76
Dedi Pardiansyah dkk. Jurnal Agroqua
Pupuk organik cair dari limbah... Vol. 17 N0. 1 Tahun 2019
DOI: https://doi.org/10.32663

PENDAHULUAN budidaya.(Crab et al.2007). Nitrogen


Budidaya ikan lele sistem bioflok dalam perairan yang dihasilkan oleh limbah
merupakan usaha budidaya ikan lele dengan budidaya akan mengalami proses secara
padat tebar tinggi, penggunaan jumlah biologis yang menyerap amonium menjadi
pakan yang tinggi, penambahan aerase dan biomasa bakteri dengan penambahan
penggantian air secara berkala dalam sumber karbon organik (Pardiansyah,
jumlah besar serta menghasilkan air limbah 2014).
yang besar pula. Air limbah budidaya lele Pemanfaatan nitrogen yang ada
sistem bioflok di dalamnya berupa diperairan akan meningkatkan kualitas
akumulasi residu organik yang berasal dari perairan pada wadah budidaya, selain itu
sisa pakan, kotoran lele, partikel-partikel flock yang terbentuk dapat juga
pakan serta bakteri dan alga. Air limbah dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi
budidaya ikan lele sistem bioflok telah jenis ikan lainnya seperti, ikan nila,
coba dimanfaatkan untuk budidaya cacing tambakan dan ikan-ikan pemanfaat ditritus
sutera (Pardiansyah, 2014), sedangkan lainnya. Air hasil budidaya sistem bioflok
menurut Firman et all. (2015), air limbah mengandung banyak bahan organik
budidaya lele sistem intensif dapat diolah khususnya kandungan N yang tinggi
menjadi pupuk organik khususnya pupuk (pardiansyah. 2014). Kandungan N yang
organik cair. terdapat pada air budidaya ini dapat
Produksi lele negara kita dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman.
diperkirakan pada tahun 2014 diperkirakan Pupuk organik dapat berupa padat
mencapai 900 ribu ton. Produksi tersebut maupun cair yang terbuat dari bahan organik
meningkat sangat tinggi yaitu sebesar 450 yang berasal dari hewan dan atau tanaman
persen jika dibandingkan produksi lele maupun dari limbah pertanian yang telah
tahun 2009 (KKP, 2010). Peningkatan terdekomposisi dengan bantuan decomposer.
produksi yang sangat tinggi tersebut Pupuk organik berasal dari bahan organik
tentunya dibarengi pula air limbah yang yang di dalamnya kaya akan protein,
dihasilkan. Besarnya potensi air limbah karbohidrat dan lemak (Novizan, 2001).
budidaya lele sangat besar tersebut Senyawa organik ini diubah oleh mikroba
sayangnya belum dimanfaatkan secara menjadi senyawa anorganik yang penting
optimal bahkan sering dijumpai sebagai penyedia hara bagi tanaman.
pembudidaya lele masih membuang begitu Menurut Andriyeni et al., (2014), Air
saja air limbah tersebut disekitar Limbah budidaya lele mengandung hara
pemukiman. makro yang dibutuhkan tanaman. Kadar
Budidaya sistem bioflok hara yang terkandung di dalam pupuk
merupakan sistem budiaya yang organik Cair dari air limbah budidaya lele
memanfaatkan bakteri heterotrof sebagai sistem intensif berkisar 0,06-0,62 % (C-
dekomposer di perairan. Bakteri heterotrof organik), 0,49-1,32 % (Nitrogen), ), 06-
dapat mengubah nitrogen diperairan 0,35% (Phosfat), 0,22-4,97 % (kalium) dan
terutama amonia menjadi biomasa bakteri pH 5,67-8,00 (Firman, 2016).
dan plankton dengan penambahan sumber Pupuk organik yang terbentuk
karbon organik ke dalam media secara alami membutuhkan waktu 6 bulan.
77
Hal ini sangat tergantung dari bahan dasar wadah budidaya/drum sebanyak 5
dari pupuk organik tersebut. Dekomposer gram perwadah budidaya(drum),
berfungsi mempercepat proses dekomposisi kemudian dibiarkan 5-7 hari.
bahan organik tersebut menjadi bhan 3. Penebaran benih lele ukuran 6-8
anorganik. Di pasaran banyak dijumpai dengan padat tebar 250 ekor/m2
merek dekomposer yang pedagang seperti 4. Pemberian pakan pellet dengan
EM-4, Biosca, Stardec, Starbio dan lain dosis 5 persen dari biomassa ikan.
sebagainya. Pemberian dilakukan dengan
frekuensi 3 kali sehari, dengan
BAHAN DAN METODE pakan sore/malam hari lebih
Penelitian dilaksanakan di dibanding siang hari.
Laboratorium Fakultas Pertanian 5. Penambahan mollase ke wadah
Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH budidaya dilakukan dengan
Bengkulu pada Bulan Januari sampai memperhatikan jumlah pakan yang
September 2018. Alat yang digunakan diberikan. Perbandingan antara
adalah drum plastik sedang/box plastik, mollase (Karbon) dan jumlah pakan
dirigen 20 liter, ember, aerator, selang (Nitrogen) diusahakan sebesar 20
aerator, batu aerator, centong, corong 6. Pengamatan pertumbuhan ikan
plastik, kamera, timbangan 200 g, gelas dilakukan tiap 10 hari sekali.
ukur, tangguk ikan, Adapun bahan yang Bersamaan dengan pemberian
digunakan adalah Ikan Lele, pakan pellet, jumlah pakan disesuaikan dengan
limbah budidaya Lele, kapur pertanian, berat biomassa ikan.
molllase dan dekomposer EM-4, alat tulis 7. Panen ikan lele dilakukan setelah
kantor. berat ikan berkisar 125 -150 gram.
Penelitian menggunakan Rancangan b. Tahap 2 (Pembuatan pupuk organik
Acak Lengkap faktor tunggal dengan Cair)
perlakuan adalah proses fermentasi secara 1. Menyiapkan dirigen 20 liter
Aerob (A) dan proses fermentasi secara sebanyak 16 buah, kemudian diberi
Anaerob (B). Tiap perlakuan diulang label perlakuan A (fermentasi secara
sebanyak 8 kali sehingga diperoleh 16 unit aerob) dan B (fermentasi secara
percobaan. Selanjutnya Data hasil anaerob). Tiap perlakuan diulang
penelitian dianalisis dengan sidik ragam sebanyak 8 kali.
pada taraf 5 persen. 2. Mengisi dirigen 20 liter dengan air
Tahapan Pelaksanaan limbah (hasil tahap 1) sebanyak 10 -
a. Tahap 1 (Budidaya Lele Sistem Bioflok) 20 liter. Selanjutnya tambahkan
1. Menyiapkan drum plastik sedang/ dekomposer dan mollase.
atau boks plastik sedang sebanyak 8 Perbandingan air limbah :
buah, lalu di isi air setinggi 30-40 dekomposer : 50 : 1 : 1. Kemudian
cm. Selanjutnya tiap drum diberi diaduk merata. Selanjutnya lakukan
aerator. pemasangan aerator pada perlakuan
2. Penumbuhan flok dengan cara fermentasi secara aerob(A),
menambahkan mollase ke dalam
78
3. sedangkan pada perlakuan Kemudian sampel larutan dibawa ke
fermentasi secara anaerob(B) laboratorium.
dirigen ditutup rapat. Bila pH
larutan terlalu rendah tambahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kapur pertanian hingga pH larutan Setelah melaksanakan budidaya
mencapai 7-8. ikan lele selama 60 hari diperoleh hasil
4. Biarkan larutan fermentasi selama Seperti pada Gambar 1. Berdasarkan
15-20 hari atau sampai pupuk gambar 1, dapat dilihat bahwa laju
organik cair terbentuk. Ciri pupuk pertumbuhan ikan lele sangat baik. Di mana
organik telah jadi bila pada pertumbuhan terus meningkat sekat
permukaan larutan terjadi proses pengamatan hari ke-10 hingga akhir
pembentukan buih atau penelitian.
terbentuknya butiran putih pada
permukaan larutan.
5. Mengambil sampel pupuk organik
cair untuk dianalisis kadar nitrogen,
phosfat, kalium, pH dan C organik.

Gambar 1. Laju pertumbuhan ikan lele dumbo

Air limbah budidaya ikan lele telah difermentasi dianalisis kadar nitrogen,
sistem bioflok selajutnya di fermentasi kalium, phospat, pH dan C organik seperti
dengan dua cara yakni secara Aerob dn An pada Tabel 1.
aerob selama 20 hari. Hasil fermentasi yang

79
Tabel 1. Hasil Analisa Keragaman Kandungan N, P dan K pada POC

Variabel pengamatan Nilai F. hitung Nilai F tabel (5%)


Nitrogen 2,957 4,60 ns
Phospor 1,949 4,60 ns
Kalium 0,086 4,60 ns
Keterangan: berbeda tidak nyata
Berdasarkan hasil analisa limbah budidaya iken lele yang di
keragaman di atas menunjukkan bahwa budidayakan dengan sistem bioflok. Ikan
tidak ada perbedaan yang nyata antara lele hanya memanfaatkan 20-30% pakan
kandungan N, P, dan K terhadap proseses untuk penambahan biomassanya
fermentasi secara aerob dan anaerob. (pardiansyah 2015), ini berarti 79-80% dari
Namun untuk untuk lebih jelasnya nilai pakan yang di manfaatkan ikan terbuang
kandungan N, P dam K dari POC dapat melalui pases dan urin ikan. N,P dan K
dilihat pada Gambar 2. yang berasal dari fases dan urine ikan lele
Kandungan N, P dan K pada POC dimanfaatkan oleh bakteri untuk
limbah budidaya lele sistem bioflok yang di membentuk biomassa bakteri dalam bentuk
fermentasi dengan Aerob maupun An gumpaan dengan bantuan carbon dan
Aerob lebih baik jika dibandingkan denga penambahan oksigen (Pardiansyah 2014).
POC dari bahan lainnya seperti POC dari Gumpalan bakteri dan mikroorganisme
Limbah serasa dengan inokulan kotoran inilah yang kemudian di fermentasi menjadi
sapi (Hapsari, 2013), POC limbah ikan POC. Dengan kandungan N, P dan K yang
mujair (Lepongbulan 2017), POC urine sapi cukup tinggi POC limbah budidaya ikan
(Khoirul 2013), POD dari sludge instalasi lele sistem biflok ini tentu sangat
gas bio dengan penambahan tepung tulang dianjurkan untuk dimanfaatkan sebagai
ayam dan tepung darah sapi (Capah, 2006), pupuk tanaman pangan maupun tanaman
POC dari limbah sayur (Sarjono, 2013). lainnya.
Tingginya kandunga N, P dan K
berasal dari akumulasi bahan organik

Gambar 2. Hasil Analisa N, P dan K (%) yang terkandung didalam POC Limbah
Budidaya Lele sistem Bioflok

80
KESIMPULAN Firman, 2016. Pupuk Organik Cair (POC) Air
Budidaya ikan lele dengan sistem Limbah Budidaya lele (ALBL).
bioflok menunjukan pertumbuhan yang Fakultas Pertanian(Leaflet).
sangat baik. Kandungan N, P dan K pada Khoirul, M.H. 2013. Pembuatan Pupuk Organik
Cair Dari Urin Sapi Dengan Aditif
limbah budidaya ikan lele yang
Tetes Tebu (Molasses) Metode
difermentasikan menggunakan sistem aerob
Fermentasi SKRIPSI Universitas
dan an aerob memiliki hasil yang cukup Negeri Semarang.
baik dan dapat langsung diteBarkan pada Lepongbulan, W, Vanny, M.A Tiwow, Anang
kolam maupun tanaman. Wahid, M. Diah. 2017. Analisis
DAFTAR PUSTAKA Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Andriyeni, Firman dan Nurseha, 2014. Studi Dari Limbah Ikan Mujair
Potensi Limbah Budidaya lele (Oreochromis Mosambicus) Danau
sebagai Bahan Utama Pembuatan Lindu Dengan Variasi Volume
Pupuk Organik. Laporan penelitian, Mikroorganisme Lokal (Mol)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Bonggol Pisang. J. Akad. Kim. 6(2):
Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. 92-97. Palu
Bengkulu. Pardiansyah, D, Eddy Supriyono, Daniel
Capah R.L. 2006. Kandungan Nitrogen Dan Djokosetianto. 2014. Evaluation of
Fosfor Pupuk Organik Cair Dari integrated sludge worm and catfish
Sludge Instalasi Gas Bio Dengan farming with biofloc system. Jurnal
Penambahan Tepung Tulang A Yam Akuakultur Indonesia 13 (1), 28-35.
DanTepung Darah Sapi. SKRIPSI. Pardiansyah, D. 2015. Meminimalisir Limbah
Institut Pertanian Bogor. Nitrogen Dalam Budidaya Ikan Lele
Crab R., Avnimelech, Y., Defoirdt, T., Bossier, (Clarias Sp.) Dengan Budidaya
P., Verstracte, W. 2007. Nitrogen Sistem Bioflok. Jurnal Agroqua Vol.
removal techniques ini aquaculture 13 No.1.
for sustainable production. Sarjono, E.S. Edu Surya, Netti Herlina. 2013.
Aquaculture, 270: 1-14 Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas
Firman, Yulfiperius, Andriyeni. 2015. Air Dari Campuran Limbah Sayuran.
Limbah Budidaya lele Sebagai Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2,
Bahan Baku Pupuk Organik; Upaya No. 3
meningkatan Pendapatan Yekti, A.H. 2013. Kualitas Dan Kuantitas
Pembudidaya Lele dan Mendukung Kandungan Pupuk Organik Limbah
Go Organik. Laporan penelitian Serasah Dengan Inokulum Kotoran
Hibah Bersaing. Universitas Prof. Sapi Secara Semi anaerob. Nakah
Dr. Hazairin, SH. Bengkulu. 50 Publikasi Universitas
halaman). Muhammadiah Jakarta.

81

You might also like