You are on page 1of 4

SAINS Volume 10, Nomor 1/ Januari 2010: 13 – 20

Vol 2 No 2, Juli 2018 Jurnal Pengabdian Papua


Halaman: 39–42 ISSN 2550-0082
e-ISSN 2579-9592

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR DALAM


MENGGUNAKAN ALAT UKUR PADA PEMBELAJARAN FISIKA
DI SMA NEGERI 6 SKOUW JAYAPURA
1 2
Albert Lumbu dan Florentina M. Panda

Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Cenderawasih, Jayapura

ABSTRACT

Alamat korespondensi: One approach to teachers use were to develop students were creativity the process
1
Prodi P, Fisika Jurusan PMIPA,
of science skills. The purpose of KPS themselves approach to train students to think
Kampus UNCEN-Abepura,
Jl.Raya Abepura-Sentani, independent, Their backs on this scientific and skilled in work on those problems and
Jayapura Papua. 99358. is feasible to be invented the concept of play an independent. Some of research
Email: shows that many students crisis scientific ability demonstrated by the scientific low
alberthlumbu@gmail.com performance students are low mastery (KPS) where students are not used to observe
2
Prodi P, Fisika Jurusan PMIPA, activities, classifying, interpreting, proposed hypothesis, using tools and materials,
Kampus UNCEN-Abepura, experiment, and other activities that uses scientific method. The purpose of devotion
Jl.Raya Abepura-Sentani, it is 1) to provide information on how to operate a measuring instrument in learning
Jayapura Papua. 99358. physics senior high school 6 Skouw Jayapura, and 2) train students in is using a
Email:
measuring instrument so that it can be improved the skills of the process of the basic
florentinapanda88@gmail.com
science in their senior high school 6 Skouw Jayapura. Facets devotion this is done
through the training to train students use the gauge in learning physics to improve
the ability to the basic science. The achievement of this target from the activities of
devotion , satisfactory results or benefit to students in learning high school physics 6
skouw in terms of land : (1) provided information about how to use the gauge in
Manuskrip: experiments simple, (2) upgrading skill process of basic science in learning physics.
Diterima: 20 April 2018
Disetujui: 05 Juni 2018 Keywords: Jayapura, Measuring Tool, The Science Skills

PENDAHULUAN Marnita (2013) mengungkapkan delapan


aspek atau komponen keterampilan proses yaitu
Salah satu pendekatan yang digunakan mengamati, mengelompokkan, mengukur, me-
guru untuk menumbuhkan kembangkan kreativi- nafsirkan, meramalkan, menerapkan, merenca-
tas siswa adalah dengan pendekatan keterampi- nakan penelitian, dan mengkomunikasikan. Lebih
lan proses sains. Tujuan dari pendekatan kete- lanjut Wartono (2003) dalam (Marnita, 2013) juga
rampilan proses sains yaitu melatih siswa agar menyatakan bahwa keterampilan proses meru-
dapat berpikir mandiri, bersikap ilmiah dan pakan suatu cara atau pendekatan mengajar
terampil dalam memecahkan berbagai ma-salah, yang dapat membelajarkan siswa dalam mema-
serta dapat menemukan konsep secara mandiri. hami konsep melalui penyelidikan.Tugas seorang
Djamarah & Bukhari, 2000 dalam (Marnita, 2013) guru didalam kelas adalah mendidik, mengajar,
berpendapat bahwa pada hakekatnya keteram- membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
pilan proses sains bertujuan untuk mengembang- mengevaluasi siswa. Guru adalah salah satu fak-
kan kreativitas siswa dalam belajar, siswa secara tor penting didalam dunia pendidikan karena
aktif dapat mengembangkan dan menerapkan dapat merubah perilaku siswa, menentukan hasil
kemampuannya dengan terampil. Melalui pende- belajar siswa, dan memiliki tangung jawab yang
katan tersebut diharapkan siswa akan memiliki besar dalam menumbuh kembangkan pengeta-
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengeta- huan siswa. Dari mulai persiapan sebelum me-
huan yang lebih baik. ngajar, selama proses mengajar, sampai

39
40 Lumbu dan Panda, Peningkatan Keterampilan Proses Sains

dengan tahap evaluasi dan penilaian, guru alat dan bahan, melakukan percobaan, dan kegi-
haruslah mampu membuat siswa aktif, kreatif atan lainnya yang menggunakan metode ilmiah.
dan memiliki keinginan untuk terus belajar se- Adanya memiliki KPS, siswa diharapkan dapat
hingga didapatkan hasil yang maksimal. James kreatif, berpikir mandiri, bersikap ilmiah dan
W. Brown dalam (Sardiman, 2011) mengemuka- terampil dalam memecahkan berbagai masalah
kan bahwa tugas guru dan peranan guru antara didalam materi fisika.
lain : menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan
pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengeva- METODE PELAKSANAAN
luasi kegiatan siswa.
Pada proses kegiatan belajar mengajar Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini di-
guru haruslah dapat mempelajari banyak model laksanakan di ruang Laboratorium SMA N 6
pendekatan pengajaran. Dengan menguasai Skouw Jayapura. Pemilihan tempat kegiatan ini
pendekatan pengajaran yang banyak, proses be- dilakukan karena siswa-siswa di SMA N.6 kurang
lajar mengajar yang guru lakukan terhadap siswa melakukan eksperimen seperti pengukuran se-
dapat berjalan secara variatif, tidak monoton, dan derhana.
tidak membosankan. Dengan melakukan bebera- Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pela-
pa perubahan dalam proses pembelajaran maka tihan Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh Guru
guru dapat diharapkan mampu meningkatkan Fisika dan Siswa Kelas X-IPA1 dan Kelas X-IPA2
KPS dan kinerja atau kemampuan ilmiah siswa, di SMA N 6 Skouw Jayapura. Kegiatan pelatihan
siswa dengan kemampuan kinerja ilmiah yang ini diikuti oleh 46 peserta yang terdiri dari kelas
tinggi, tentu akan mampu membentuk pengeta- X-IPA1 dan kelas X-IPA2 SMA N.6 Skouw Jaya-
huannya sendiri. Proses mengajar juga merupa- pura.
kan salah satu kemampuan dari sepuluh kompe- Peralatan yang digunakan dalam kegiatan
tensi guru. Menurut (Sardiman, 2011) mengata- ini adalah alat ukur; mistar, jangka sorong, micro-
kan bahwa sepuluh kompetensi guru adalah 1) meter sekrup, neraca, stopwatch. Disain alat ter-
menguasai bahan, 2) mengelola program belajar dapat dalam lembar kerja siswa, serta cara untuk
mengajar, 3) mengelola kelas, 4) mengunakan mengumpulkan data. Diakhir kegiatan diadakan
media/sumber, 5) menguasai landasan pendi- test untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
dikan, 6) mengelola interaksi belajar mengajar, 7) menggunakan alat ukur.
menilai prestasi siswa untuk kepentingan penga-
jaran, 8) mengenal fungsi dan program layanan
bimbingan dan penyuluhan, 9) mengenal dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menyelenggarakan administrasi sekolah, 10) me-
mahami prinsip–prinsip penelitian pendidikan
1. Kemampuan Menggunakan Alat Ukur
guna keperluan pengajaran. Pembelajaran di
sekolah menengah atas (SMA) meliputi berbagai
mata pelajaran, salah satu diantaranya adalah Besaran, yaitu sesuatu yang dapat diukur
mata pelajaran fisika. Mempelajari fisika bertu- dan dinyatakan dengan nilai (harga). Sedangkan,
juan untuk memahami fenomena alam. Guru pengukuran atau “mengukur” adalah suatu kegi-
fisika sudah seharusnya memiliki pemahaman atan membandingkan suatu besaran dengan be-
dan kecakapan tentang KPS. Hal ini dimaksud- saran lain yang ditetapkan sebagai satuan (Su-
kan agar pada saat guru mengajar, siswa dapat nardi & Zenab, 2014).
menerima pelajaran dengan baik. Untuk mengukur besaran fisika kita me-
Saat ini KPS memang mempunyai pera- merlukan suatu alat ukur, sebagai contoh besar-
nan penting dalam membantu peserta didik untuk an panjang dapat diukur menggunakan alat ukur
menemukan konsep yang ada secara mandiri. seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sekrup.
banyak siswa mengalami krisis kemampuan ilmi- Mistar merupakan alat untuk mengukur
ah yang ditunjukkan dengan rendahnya kemam- panjang yang umumnya mempunyai skala ter-
puan kinerja ilmiah siswa yaitu rendahnya pe- kecil 1 mm. Jangka sorong merupakan alat untuk
nguasaan dimana siswa tidak terbiasa dengan mengukur panjang yang lebih teliti dari pada
kegiatan mengamati, mengklasifikasi, menginter- mistar, karena mempunyai skala terkecil hingga
pretasi, mengajukan hipotesis, menggunakan 0,1 mm. Mikrometer sekrup merupakan alat
JURNAL PENGABDIAN PAPUA, Volume 2, Nomor 2/ Juli 2018: 39 - 42 41

untuk mengukur panjang yang lebih teliti dari- lektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari,
pada mistar atau jangka sorong, karena mem- kemampuan-kemampuan mendasar yang pada
punyai skala terkecil hingga 0,01 mm. prinsipnya ialah ada dalam diri siswa.
Hasil dari alat evaluasi untuk mengukur Senada dengan hal tersebut, Liliasari &
kemampuan menggunakan alat ukur yang dila- Tawil (2014) mengungkapkan bahwa pendekatan
kukan terhadap para peserta pelatihan siswa keterampilan proses sains adalah pendekatan
kelas X-IPA1 dan kelas X-IPA2 SMA N 6 Skouw yang memberi kesempatan kepada siswa agar
Jayapura menunjukkan nilai rata-rata sebesar dapat menemukan fakta, membangun konsep-
75. Hal ini menjadi indikator pencapaian kegiatan konsep, melalui kegiatan dan atau pengalaman -
ini dalam meningkatkan kemampuan mengguna- pengalaman seperti ilmuwan.
kan alat ukur.

2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan se-


perangkat keterampilan yang digunakan para
ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah.
Kegiatan–kegiatan yang dilakukan ilmuan untuk
mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, membu-
tuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk
melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan
dasar tersebut dikenal dengan istilah keteram-
pilan proses IPA. Menurut Kartika (2015), kete-
rampilan proses sains adalah keterampilan dasar
bereksperimen, metode ilmiah, dan berinkuiri.
Saat ini KPS memang mempunyai peranan
penting dalam membantu peserta didik untuk Gambar 1. Foto suasana seusai kegiatan pengabdian
menemukan konsep dan merupakan langkah
penting dalam proses belajar mengajar khusus-
nya dalam menemukan konsep materi IPA. Rizal Pada dua pengertian tersebut dapat disim-
(2014) mengatakan bahwa Keterampilan proses pulkan bahwa pendekatan keterampilan proses
sains memiliki pengaruh dalam pendidikan sains menekankan pada penumbuhan dan pengem-
karena membantu siswa untuk mengembangkan bangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri
keterampilan intelektual, keterampilan manual siswa sehingga mampu memproses infromasi
dan keterampilan sosial. untuk memperoleh fakta, konsep, maupun pe-
Kegiatan pelatihan dengan melakukan per- ngembangan konsep dan nilai.
cobaan sederhana dengan menggunakan alat Berdasarkan batasan-batasan KPS terse-
ukur pada peserta pelatihan siswa kelas X-IPA1 but, kita memperoleh suatu gambaran bahwa
dan kelas X-IPA2 SMA N 6 Skouw Jayapura KPS bukanlah tindakan intruksional yang berada
meningkatkan kemampuan Keterampilan Proses diluar kemampuan siswa. KPS justru dimak-
Sains Dasar dalam pembelajaran Fisika. sudkan untuk mengembangkan kemampuan-
Keterampilan proses sains berfungsi se- kemampuan yang dimiliki oleh siswa : 1) KPS
bagai kompetensi yang efektif untuk mempelajari memberikan kepada siswa pengertian yang tepat
ilmu pengetahuan dan teknologi, pemecahan tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat
masalah, pengembangan individu dan sosial, mengalami rangsangan pengetahuan dan dapat
Akinbobola dan Afolabi dalam (Rizal, 2014). lebih baik mengerti fakta dan konsep penge-
Para pendidik sepatutnya mengembang- tahuan. 2) Mengajar dengan keterampilan proses
kan keterampilan proses sains siswa sebagai berarti memberi kesempatan kepada siswa
pendukung dalam mengembangkan penguasaan bekerja dengan iImu pengetahuan, tidak sekedar
konsep IPA sehingga pada akhirnya akan mem- menceritakan atau mendengarkan cerita tentang
berikan hasil belajar yang terbaik. ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain siswa merasa
KPS dapat diartikan sebagai wawasan bahagia, sebab mereka aktif dan tidak menjadi
pengembangan keterampilan-keterampilan inte- pembelajar yang pasif. 3) Menggunakan KPS
42 Lumbu dan Panda, Peningkatan Keterampilan Proses Sains

untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat UCAPAN TERIMA KASIH


siswa belajar proses dan produk ilmu penge-
tahuan sekaligus. Funk (1985) dalam (Liliasari & Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Tawil, 2014). Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Pelatihan ini sangat membantu peserta Kepada Masyarakat Universitas Cenderawasih
pelatihan siswa kelas X-IPA1 dan kelas X-IPA2 yang memfasilitasi untuk melaksanakan pengab-
SMA N 6 Skouw Jayapura karena para peserta dian kepada masyarakat dengan nomor kontrak
merasa bahwa keterampilan menggunakan alat : 012/UN.20.2.2/BOPTN/ PM/2017.
ukur yang di latihkan merupakan hal yang men-
jadi kebutuhan mereka dalam menggunakan alat
ukur yang merupakan besaran dasar dalam
fisika. Pelatihan ini memberikan pengetahuan DAFTAR PUSTAKA
baru bagi siswa, kelas X-IPA, bagi guru fisika
pelatihan ini memberikan semangat untuk mela- Kartika. S.B., 2015. Analisis Keterampilan Proses
kukan kegiatan-kegiatan praktikum yang lain. Sains Mahasiswa Calon Guru Dalam Me-
Peserta pelatihan dalam hal ini guru dan nyelesaikan Soal IPA Terpadu. Prosiding
siswa sangat antusias tidak hanya pada saat Seminar Nasional, Universitas Muhamma-
waktu pelatihan tetapi juga diluar waktu pe- diyah Sidoarjo, 26-31.
latihan, guru fisika meminta kesediaan waktu
dari instruktur untuk tetap membimbing dalam Liliasari, dan M. Tawil, 2014. Dalam Keteram-
kegiatan praktikum. Pihak sekolah dalam hal ini pilan Proses Sains Dan Implementasinya
kepala sekolah meminta kesediaan waktu untuk Dalam Pembelajaran Ipa (Hal. 8).
melakukan kegiatan pengabdian di waktu yang Makassar: Badan Penerbit UNM.
akan datang. Marnita. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses
Sains Melalui Pembelajaran Kontekstual
Pada Mahasiswa Semester I Materi
Dinamika, hal. 43-52
KESIMPULAN Rizal, M., 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Dengan Multi Representasi
1. Peserta pelatihan siswa kelas X-IPA1 dan Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan
Kelas X-IPA2 sangat antusias dalam memprak- Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP,
tekkan pengukuran dasar dengan melakukan 159-165.
percobaan sederhana.
2. Kegiatan pelatihan dengan melakukan perco- Sardiman, A., 2011. Interaksi dan Motivasi Bela-
baan sederhana meningkatkan kemampuan ke- jar Mengajar. Jakarta. Rajawali Press
terampilan Proses Sains Dasar dalam pembe- Sunardi dan S. Zenab, 2014. Buku guru Fisika
lajaran Fisika. untuk SMA/MA kelas X, Kurikulum 2013.

You might also like