You are on page 1of 64

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT (COMMUNITY BASED

TOURISM) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi kasus di Desa Bedulu, Blah Batuh, Gianyar)

Oleh : I Wayan Pantiyasa ,Dosen STPBI Denpasar

ABSTRAK

Development of tourism pattern known as the "Community Base Tourism" is the

tourism development around the tourist activity takes place and mingle with the rural

communities. The added value gained from the development of community-based

tourism / rural are (1) the rural population can serve as actors, they can provide shelter for

tourists, provision of food and beverages, laundry services, business services

transportation, and other services. (2) Increasing consumption of local products

(vegetables, fruits, crafts, traditional foods, and others, working sethingga will drive

business continuity and locality-based tradition. (3) Encourage the empowerment of local

labor, such as the provider of the art attraction culture, crafts, etc.). (4) increasing public

awareness of the values and traditions of local culture and unique natural environment

dimiliki.Strategi community-based Tourism Development in the Village Bedulu viewed

from several aspects of the management organization, Profile of Tourists visiting,

Perception of tourists who stay on the Service, Perception travel agents to tourist Bedulu

village management, Participation / community-based Tourism. developing support can

empower rural communities so as to improve the welfare of villagers.

Keyword : community bases development, management of tourist area, tourist perception, tour

and travel, development strategie.


Pengembangan pola pariwisata yang dikenal dengan nama “community Base

Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata

dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan

masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang

berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai

pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan

dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya

konsumsi produk lokal (sayuran, buah-buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain-

lain, kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan

kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya sebagai

penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-lain). (4) meningkatkan kesadaran

masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang

dimiliki.Strategi Pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat di Desa Bedulu dilihat

dari beberapa aspek yaitu Organisasi pengelolaan, Profil Wisatawan yang berkunjung,

Persepsi wisatawan yang menginap terhadap Pelayanan,Persepsi Travel agent terhadap

pengelolaan Desa wisata Bedulu, Partisipasi /dukungan Masyarakat.Pengembangan

Pariwisata Berbasis masyarakat dapat memberdayakan Masyarakat pedesaan sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa.

Keyword : pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, manajemen pengelolaan kawasan

wisata, persepsi wisatawan, tour and travel, strategi pengembangan


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor Pariwisata merupakan salah satu instrument yang sangat effectif dalam

upaya mendorong Pembangunan Daerah, pemberdayaan masyarakat, serta dalam upaya

penanggulangan /pengentasan kemiskinan. Dapat disebutkan demikian karena sektor

Pariwisata adalah sektor yang dapat dikembangkan oleh daerah-daerah dengan potensi

daerahnya masing-masing seperti potensi alam yang dimiliki, keragaman budaya serta

tatanan kehidupan masyarakatnya. Disamping itu apabila Pariwisata dapat berkembang

maka selain dapat menghasilkan devisa untuk Negara,membuka kesempatan kerja ,

Deversifikasi ekonomi, Pariwisata dapat memaikan peran Multi player effect yaitu

Pariwisata dapat menggerakkan sektor lainnya seperti ; sektor perkebunan, peternakan,

industri pakaian, industri kerajinan, serta berbagai sektor jasa. Dampak positif lainnya

dari pengembangan sektor Pariwisata dalam kehidupan sosial masyarakat adalah adanya

kesadaran masyarakat akan potensi alam dan warisan budaya yang dimililiki, kesadaran

akan hidup bersih, meningkatnya dan wawasan serta informasi masyarakat tentang dunia

internasional,serta dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya.

Menurut Undang-Undang nomer 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional,

bahwa tujuan Pembangunan Pariwisata adalah : (1) mengembangkan deversifikasi

produk dan kualitas Pariwisata Nasional, (2)berbasis pada pemberdayaan masyarakat,

kesenian dan sumberdaya (pesona) alam local, (3) mengembangkan serta memperluas

pasar wisata.(Dep.Budpar,2000). Tujuan Pembangunan Pariwisata didasari atas Visi

Kepariwisataan Indonesia adalah “Pariwisata menumbuhkembangkan kesejahteran dan


perdamaian”(Depbudpar ,2000). Hal yang terkandung dalam visi ini adalah (1) Pariwisata

menjadi andalan Pembangunan Nasional secara seimbang mempertimbangkan bidang

ekonomi dan bidang-bidang lainnya untuk kelangsungan hidup bangsa dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat Indonesia. (2 )Terciptanya suasana nyaman, aman dan damai

dimasyarakat Indonesia dan terjalinnya perdamaian dengan bangsa di dunia.

Pola pengembangan Pariwisata dalam 5 dasa warsa ini masih pada pola

pengembangan pariwisata isolation(Tourist Enclaves) yaitu pengembangan pariwisata

wilayah tertentu.Pola pengembangan ini secara nyata telah dapat memberikan konstribusi

yang sangat besar terhadap kemajuan Pembangunan Nasional umumnya dan khususnya

terhadap Pembangunan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat Bali jika dicermati

lebih mendalam lagi pola pengembangan Pariwisata ini memiliki kecendrung memberi

manfaat yang lebih besar kepada pemodal besar sedangkan masyarakat dipedesaan lebih

banyak menjadi obyek, padahal masyarakat pedesaanlah sebenarnya sebagai steak holder

yang berperan besar dalam pengembangan dan keberlanjutan pariwisata,dimana

masyarakat pedesaan yang berperan besar dalam pelestarian budaya, pelestarian alam,

pelestarian warisan leluhur, penciptaan keamanan.

Sejalan dengan visi Pariwisata Indonesia dan Tujuan pembangunan Pariwisata

sesuai Undng-undang Nomer 25 tahun 2000 timbul paradigma baru yaitu pengembangan

pariwisata dengan pola “Integration” yaitu pengembangan pariwisata dimana wisatawan

hidup tigal secara bersama-sama dengan masyarakat/penduduk local. Pengembangan pola

pariwisata ini dikenal dengan nama “community Base Tourism” (Pariwisata berbasis

Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata dikembangkan dimana seluruh aktivitas

wisatawan berlangsung dan berbaur dengan masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang
diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1)

penduduk pedesaan dapat berperan sebagai pelaku , mereka dapat menyediakan tempat

tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan dan minuman, jasa laundry,jasa usaha

angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya konsumsi produk lokal (sayuran, buah-

buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lain-lain, kerja sethingga akan mendorong

kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan

tenaga kerja setempat, misalnya sebagai penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-

lain). (4) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal

serta keunikan lingkungan alam yang dimiliki.

Pemerintah sebagai steak holder dalam pembangunan pariwisata melalui

kementrian Kebudayaan dan Pariwisata terkoordinasi dengan Kemetrian koordinasi

Kesejahteraan rakyat sangat mendukung pola pengembangan pariwisata yang berbasis

kerakyatan /pedesaan dengan meluncurkan PNPM (Pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat)Mandiri Pariwisata.” Pelaksanaan PNPM mandiri

dimaksudkan untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dengan basis pariwisata

sehingga diharapkan dapat memberikan efek ganda terutama kepada penduduk lokal di

desa wisata. Program ini merupakan upayalebih konkrit menyentuh kepariwisataan agar

rakyat dapat langsung berkiprah untuk memberdayakan dirinya”( Dirjen Dinas Budpar

2010).”Program ini telah berlangsung dari Tahun 2009 yang diberikan kepada 104 desa

di seluruh Indonesia dengan anggaran rata-rataRp. 50.000.000 dan ditahun 2010 naik

menjadi 200 desa dengan anggaran dinaikan 96 % sehingga menjadi Rp.80 juta –

Rp.90.juta per desa.Dana ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki fasilitas seperti
membangun fasilitas home stay, mengolah bahan baku lokal untuk souvenir dan kuliner,

serta kegiatan berbasis dari sumberdaya desa setempat”(Depbudpar 2010)

Dari hasil pertemuan –pertemuan antara desa penerima PNPM Mandiri Pariwisata

dengan Pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Bali dan beberapa steak

holder ternyata masih banyak desa-desa penerima PNPM mandiri pariwisata yang belum

siap mengelola desa wisata seperti yang diharapkan bahkan masih ada beberapa yang

menaruhd ana tersebut di Bank. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam factor

diantaranya : kurangnya pengetahuan dan skill dalam pengelolaan desa wisata sehingga

mereka kebingungan dari mana memulai, kurangnya kemampuan berbahasa asing , Daya

dukung yang sangat terbatas seperti penyediaan sarana akomudasi, penyediaan makanan

dan minuman, system pemasaran ,tidak ada konsultan yang membimbing dan lain-lain.

Desa Bedulu yangterletak di kabupaten Gianyar sebagai salah satu desa yang

dikembangkan menjadi desa wisata sejak tahun 2009 yang lalu oleh sekelompok warga

desa (kelompok sadar wisata /POK DARWIS) .Kelompok Sadar Wisata ini walaupun

belum mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk PNPM Pariwisata maupun dana

pendamping pengembangan objek wisata, dengan semangat gotong royong sesama

anggota kelompok menghimpun diri untuk memulai mengembangkan desanya menjadi

sebuah desa wisata dengan memanfaatkan rumah anggota kelompok menjadi sarana

akomudasi, menyuguhkan atraksi budaya setempat seperti tari-tarian (barong, dan tarian

Bali oleh para remaja Desa)disamping itu juga memberi pengalaman baru kepada

wisatawan tentang cara memasak khas makanan Bali seperti jajanan Bali, membuat sate.

Pengalaman lain juga diberikan seperti membuat gerabah, Atraksi alam dikemas dengan
mengajak wisatawan tracking kesekeliling desa yang masih asri seperti sawah, kebun,

sungai.

Desa Bedulu memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi desa wisata yang ramai

dikunjungi wisatawan. Potensi wisata yang dimiliki antara lain : peninggalan arkeologi

yang tersebar dipelosok desa, berdekatan dengan objek wisata Goa gajah, Pura Samuan

Tiga , adanya beberapa Puri bekas Kerajaan, atraksi alam yang indah, akses yang dekat

dengan kawasan ubud yang sudah terkenal dan masih banyak potensi wisata lainnya.

Yang perlu mendapat perhatian adalah perkembangan pariwisata ini masih lambat

dimana dimana tamu (wisatawan) yang datang berkunjung masih sedikit yaitu rata-rata

occupancy1,83% perbulannya dengan rata-rata lama menginap 2 malam, sehingga

sampai saat ini masih belum mendatangkan keuntungan secara ekonomi yang layak bagi

pengelolanya (anggota kelompok), walaupun demikian dengan bermodalkan semangat

pantang menyerah dan pinjaman dari Lembaga Perkreditan Desa Bedulu Pengelola tetap

menjalankan usaha pengembangan pariwisata ini dengan tetap memberikan pelayanan

maksimal kepada para wisawan (tamu)nya. Berkaitan dengan hal tersebut hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam merencanakan strategi

yang dapat diaplikasikan dalam pengembangan desa wisata Bedulu yang didasarkan pada

tata kelola, persepsi wisatawan yang telah mengunjungi desa Bedulu, respon dari biro

perjalanan (travel agent) yang diajak bekerja sama, tanggapan/dukungan masyarakat

setempat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah :

1. Bagaimana tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa Bedulu ?


2. Bagaimana profil wisatawan Yang berkunjung ?

3. Bagaimana persepsi wisatawan tehadap pelayanan yang diberikan?

4. Bagimana persepsi pengelola Tours and Travel dalam melakukan kerja sama

(mensuplay wisatawan) tentang pengelolaan Community Based Tourism

5. Bagaimana bentuk partisipasi/ dukungan masyarakat setempat

6. Manfaat yang dirasakan dengan adanya pengembangan Community Based Tourism

di Desanya

7. Strategi alternatif apa yang dapat dilakukan dalam pengembangan Community Based

Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat Bedulu.

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui tata cara pengelolaan Community Based Tourism di desa

Bedulu

b) Untuk mengetahui profil dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata

Bedulu

c) Untuk mengetahui Persepsi wisatawan tentang pelayanan yang diberikan selama

kunjungan di Desa Wisata Bedulu

d) Untuk mengetahui persepsi para pengelola Tours and Travel yang telah

melakukan kerjasama mengajak tamunya ke Desa wisata Bedulu tentang

pengelolaan Community Based Tourism


e) Untuk mengetahui bentuk Partisipasi /dukungan masyarakat setempat dalam

pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di

desa Bedulu

f) Untuk mengetahui manfaat yang didapat dengan adanya pengembangan

Pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu

g) Memberikan alternatif -alternatif dalam strategi pengembangan Community Based

Tourism sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat di Desa

Bedulu

2. Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a) Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna untuk menggali dan menambah pengetahuan dan

pengalaman pada bidang pengembangan pariwista yang berbasis masyarakat

(Community Based Tourism )

b) Bagi Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan dasar penyusunan program pengabdian

masyarakat untuk membantu pengembangan pariwisata di desa Bedulu sebagai

bentuk kewajiban melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi

c) Bagi Pengelola (POK DARWIS) Desa Bedulu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak

desa/pengelola berupa 9actor9ve9r- 9actor9ve9r strategi dalam pengembangan

desa wisata Bedulu sehingga perkembangannya dapat berkelanjutan dan


memberdayakan masyarakat Bedulu secara umum dan anggota Kelompok sadar

Wisata khususnya

KAJIAN PUSTAKA

A. .Landasan Teori

1. Pengertian Desa Wisata

Desa wisata merupakan sebuah istilah dalam dunia pariwisata yang

menggambarkan sebuah desa yang memiliki sebagian besar komponen-komponen

pendukung pariwisata seperti penyediaan akomudasi, atraksi budaya maupun

alam,penyediaan makanan dan minuman. Secara teoritis desa wisata dapat

didefinisikan sebagai berikut :

Desa wisata adalah” suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomudasi dan fasilitas

pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu

dengan tata cara dangan tradisi yang berlaku”.(Nuryanty wiendu 1993).pendapat lain

menyebutkan “Desa wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang menawarkan

keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan

social ekonomi, social budaya, adat yang khas , memiliki arsitektur dan struktur tata

ruang desa kegiatan perekonomian yang unikdan menarik serta mempunyai potensi

untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan misalnya atraksi,

akomudasi, makan dan minum dan kebutuhan wisata lainnya”(Pariwisata Inti

Rakyat, 1999)

Edward Inskeep dalam Tourism Planning An Integrated and sustainable

Development approach memberikan definisi “Village Tourism ,where smallgroups of


tourist stay in or near tradition, often remote villages and learn about village lifeand

local environment “.(Wikipedia Indonesia,2011)

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Desa wisata adalah suatu

wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya tarik yang khas baikdaya tarik

alam pedesaan/lingkungan fisiknya maupun daya tarik social budaya

kemasyarakatannya yang mampu menggerakkan wisatawan berkunjung dan atau

tinggal sementara didesa tersebut.

2. Tipe desa wisata

“Menurut pola , proses dan tipe pengelolaannya desa wisata terbagi dalam dua

bentuk yaitu, tipe terstruktur dan tipe terbuka”(Wikipedia,2011)

a. Tipe terstruktur( enclave)

Tipe terstruktur ditandai dengan karakter- karakter sebagai berikut:

1) Lahan terbatas yang di lengkapi dengan infra struktur yang spesifik untuk

kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang

ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional.

2) Lokasi pada umumnya terpisah dari penduduk lokal sehingga dampak

yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial

budaya yang ditibulkan akan terditeksi sejak dini.

3) Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat perencanaan yang

sederhana dan terkoordinir sehingga diharapkan akan tampil menjadi

semacam agen untuk mendapatkan dana- dana internasional sebagai

unsure utama untuk menangkap service - service dari hotel- hotel

berbintang lima.
b. Tipe terbuka

Tipe ini ditandai dengan karakter – karakter yaitu tumbuh menyatunya

kawasan dengan struktur kehidupan baik ruang maupun pola dengan

masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat

dinikmati langsung penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat

menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal sehingga sulit dikendalikan.

3. Isyu strategis dalam pengembangan Desa wisata

Dalam pengembangan desa wisata ada 6 isyu strategis dalam pengembangan Desa

wisata (Depbudpar, 2009):

a. Kewirausahaan masyarakat desa

Pentingnya menyiapkan orang-orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan pada

tataran desa untuk mengelola subsidi pemerintah, pelatihan , kerjasama dengan

pihak luar dan lain – lain untuk mengangkat potensi desa setempat sehingga

pengembangan desa wisata dapat berkelanjutan

b. Skala ekonomi (economic scale)

Pengembangan desa wisata tidak mengaburkan ekonomi pedesaan yang sudah

berlangsung akan tetapi dapat memmberikan nilai tambah manfaat ekonomi bagi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat

c. Sumber daya

1) Sumber Daya Manusia yang memiliki skill dalam mengelola, dan pelayanan

bagi wisatawan yang berkunjung.

2) Pentingnya sarana pendukung berupa media informasi yang dapat memberi

gambaran keunikan desa


d. Kelestarian

Pentingnya menjaga skala pengembangan yang tidak berdampak pada penurunan

kualitas lingkungan, keunikan dan kekhasan desa

e. Integrasi dalam Kepariwisataan global

Pengembangan Desa Wisata baik atas inisiatis warga masyarakat dan atau

dorong Pemerintah perlu diintegrasikan dengan system kepariwisataan global

terkait dengan pemasaran olen Tours and travel /tour oprator agar memiliki

akses dengan pasar wisatawan.

f. Kerangka Kelembagaan

Pentingnya kelembagaan yang memadai dalam pengelolaan desa wisatata yang

menekankan pada pemberdayaan masyarkat ,transparansi dan akuntabilitas

dalam rangka menjamin keberlanjutan desa wisata.

4. Komponen- Komponen dalam strategi Pengembangan desa wisata

Menyusun suatu strategi pengembangan desa wisata memerlukan gambaran

tentang komponen – komponen yang perlu diperhatikan. Komponen-komponen

dalam pengembangan desa wisata sebagai berikut :

a. Atraksi dan kegiatan wisata

“Atraksi wisata dapat berupa seni, budaya, warisan sejarah, tradisi, kekayaan alam,

hiburan, jasa dan lain- lain yang merupakan daya tarik wisata. Atraksi ini

memberikan ciri khas daerah tersebut yang mendasari minat wisatawan untuk

berkunjung ke tempat tersebut”(karyono, 1997)


“Kegiatan wisata adalah apa yang dikerjakan wisatawan atau apa motivasi

wisatawan datang ke destinasi yaitu keberadaan mereka disana dalam waktu

setengah hari sampai berminggu- minggu”(hadinoto, 1996)

b. Akomodasi

“Akomodasi pada desa wisata yaitu sebagian dari tempat tinggal penduduk

setempat dan atau unit- unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal

penduduk”(Wikipedia,2011)

c. Unsur institusi atau kelembagaan dan SDM

Dalam pengembangan desa wisata lembaga yang mengelola harus memiliki

kemampuan yang handal.

d. Fasilitas pendukung wisata lainnya

Pengembangan desa wisata harus memiliki fasilitas- fasilitas pendukung seperti

sarana komunikasi.

e. Infrastruktur lainnya

Insfrastruktur lainnya juga sangat penting disiapkan dalam pengembangan desa

wisata seperti sitem drainase,

f. Transportasi

Transportasi sangat penting untuk memperlancar akses tamu

g. Sumber daya lingkungan alam dan 14actor budaya

h. Masyarakat

Dukungan masyarakat sangat besar peranannya seperti menjaga kebersihan

lingkungan, keamanan, keramah tamahan


i. Pasar domestik dan Mancanegara

Pasar desa wisata dapat pasar wisata domestik maupun mancanegara

5. Konsep Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based Tourism)

Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan

prinsip –prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata.

Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan 15actor perencanaan formal

sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata.

Pendekatan ke dua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang

partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih

seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terken-dali. Pendekatan ini lebih

menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan

ekowisata. Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan

pariwisata adalah dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai

pendekatan pembangunan.

Definisi CBTyaitu:

a. bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal

untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan

pariwisata

b. masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha –usaha pariwisata juga

mendapat keuntungan,

c. menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi

keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan


Dengan demikian dalam pandangan Hausler CBT merupakan suatu pendekatan

pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal(baik yang terlibat

langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan

kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwista yang berujung pa

da pemberdayaan politis melalaui kehidupan yang lebih demikratis, termasuk dalam

pembagian keuntungan dari kegitan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat.

Hauler menyampaikan gagasan tersebut sebagai wujud perhatian yang kritis pada

pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan hak masyarakat lokal di

daerah tujuan wisata. Suansri (2003:14) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata

yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, dan budaya. CBT

merupakan alat pembangun-an komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan

kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang

berkelanjutan.

Dalam definisi yang disampaikan Suansri, gagasan untuk memunculkan tools

berpadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah semata-mata untuk menjaga

keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip dasar CBT

yang disampaikan Suansri (2003:12) dalam gagasannya yaitu:

a. mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam

pariwisata,

b. mengikutsertakan anggot a komunitas dalam memulai setiap aspek,

c. mengembangkan kebanggaan komunitas,

d. mengembangkan kualitas hidupkomunitas,

e. menjamin keberlanjutan lingkungan,


f. mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area,

g. membantu berkembangnya pembel ajaran tentang pertukaran budayapada

komunitas,

h. menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,

i. mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas,

j. berperan dalam menentukan prosentasependapatan (pendistribusian pendapatan )

dalam proyek yang ada di komunitas.

Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari

pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip dasar

yang disampaikan secara eksplisit Suansri lebih memfokus kan pada kepen-tingan

masyarakat lokal tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar

tersebut adalah hubungan yang lebih seimbang atara wisatawan dan masyarakat lokal

dalam industri pariwisata. Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status

kepemilikan komunitas, pembagian keuntungan yang adil, hubungan 17actor budaya

yang didasari sikap saling menghargai, dan upya bersama untuk menjaga lingkungan.

Sebagai tindak lanjut Suansri (2003:21 -22) menyampaikan point-point yang

merupakan aspek utama pengembangan CBT berupa 5 dimensi, yaitu:

a. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan

komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di 17actor pariwisata, timbulnya

pendapatan masyarakat lokal dari sektorpariwisata;

b. Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan

kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki –laki perempuan,

generasi mudadan tua, mem-bangun penguatan organisasi komunitas;


c. Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk meng

hormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya,

budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal.

d. Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area,

mengatur pembuangan sampah, me-ningkatkan keperdulian akan perlunya

konservasi;

e. Dimesi politik, dengan indikator : meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal,

peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak dalam

pengelolaan sumber daya alam

CBT berkaitan erat dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal. Menurut

Timothy (1999:372) partisipasi masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua

perspektif yaitu dalam partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan

keputusan dan partisipasi masyarakat lokal berkaitan dengan keuntungan yang

diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan CBT,Timmoty

menggagas Model normatif partisipasi dalam pembangunan pariwisata yaitu :

ada 3 hal pokok dalam perencanaan pariwisata yang partisipatif yaitu

a. Berkaitan dengan upaya mengikutsertakan anggota masyarakat dalam

pengambilan keputusan,

b. Adanya partisipasi masyarakat lokal untuk menerima manfaat dari kegiatan

pariwisata

c. Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat lokal, yang dikenal dengan nama

Albeit Western Perspektif.


Ciri-ciri khusus dari Community Based Tourism menurut Hudson (Timothy,

1999:373) adalah berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya

perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal serta lain kelompok

memiliki ketertarikan/minat, yang memiliki kontrol besar dalam proses sosial untuk

mewujudkan kesejahteraan. Sedangkan Murphy (1985:153) menekankan strategi yang

terfokus pada identifikasi tujuan masyarakat tuan rumah dan keinginan serta

kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata.

Menurut Murphy setiap masyarakat harus didorong untuk mengidentifikasi

tujuannya sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk meningkatkan kebutuhan

masyarakat lokal. Untuk itu dibutuhkan perencanaan sedemikian rupa sehingga aspek

soosial dan lingkungan masuk dalam perencanaan dan industri pariwisata

memperhatikan wisatawan dan jutga masyarakat setempat

Keuntungan dari pendekatan perencanaan yang partisipatif menurut Drake dan

Paula(dalam Garrod, 2001:6) adalah:

a. Mengkonsultasikan proyek dengan masya rakat atau melibatkan masyarakat

dalam manajemen penerapan proyek dan/atau pengopeasian proyek dapat

meningkatkan effisiensi proyek,

b. Efektifitas proyek jauh lebih meningkat dengan mengikutsertakan masyarakat

yang dapat membantu memastikan jika tujuan proyek bisa ditemu-kan dan

keuntungan akan diterima ke –lompok/masyarakat lokal,

c. Sebagai capacity building bagi kelompok masyarakat agar mereka memahami apa

itu ekowisata dan peranannya dalam pembangunan berkelanjutan. (terjamin

bahwa yang terlibat sangat nampak keikutsertaannya secara aktif dalam proyek
dengan pelatihan formal/informal serta kegiatan untuk meningkatkan

keperdulian),

d. Pemberdayaan lokal meningkat dengan memberi masyarakat lokal yang lebih

besar terhadap sumber daya dan memutuskan penggunakan sumber daya yang

berpeng-aruh/penting sesuai dengan tempat tinggal mereka. (artinya menjamin

jika masyarakat lokal menerima keuntungan yang sesuai dengan penggunaan

sumberdaya),

e. Pembagian keuntungan dengan warisan lokal (local beneficiaries), misal biaya

tenaga kerja, biaya keuangan, operasional dan perawatan proyek dan/atau

monitoring dan evaluasi proyek.

Lebih lanjut Garrod (2001) menyam-paikan elemen-elemen dari perencanaan

pariwisata partisipatif yang sukses yaitu:

a. Membutuhkan kepemimpinan yang efektif (memiliki kredibilitas sebagai orang

yang memahami, empati dan perduli den gan pendapat stakeholder, memiliki

kredibilitas sebagai seseorang yang memiliki keahlian yang dibutuhkan di daerah

tersebut, mandiri, memiliki kemam-puan mengidentifikasi masalah yang nyata

dan tidak nyata, mememiliki kemampuan mengatur partisipan, ber sedia mengem-

bangkan kelompok), mampu mengarah-kan keterlibatan yang sifatnya top down

ke bottom up),

b. Pemberdayaan masyarakat lokal,

c. Mengkaitkan keuntungan ekonomi dengan konservasi,

d. Melibatkan stakeholder lokalmdalam setiap tahapan proyek,

e. Adanya partisipasi lokal mengadakan monitoring dan evaluasi proyek.


Sementara itu Yaman & Mohd (2004: 584 -587) menggaris bawahi beberapa

kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan CBT yaitu:

a. Adanya dukungan pemerintah: CBT membutuhkan dukungan struktur yang multi

institusional agar sukses dan berkelanjutan. Pendekatan CBT berorientasi pada

manusia yang mendukung pem-bagian keuntungan dan manfaat yang adil serta

mendukung pengentasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan

masyarakat untuk tetap menjaga SDA dan budaya. Pemerintah akan berfungsi

sebagai fasilitator, kordinator atau badan penasehat SDM dan penguatan

kelembagaan.

b. Partisipasi dari stakeholder,CBT didiskripsikan sebagai variasi aktivitas yang

meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan

sosial masyarakat. Konservasi sumber daya juga dimaksudkan sebagai upaya me

lindungi dalam hal memperbaiki mata pen-caharian /penghidupan masyarakat.

CBT secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri, Peningkatan

skope partisipasi yang lebih luas ini termasuk parti –sipasi dalamsektor informal,

hak dan hubungan langsung/tidak langsung dari lainnya. Pariwisata berperan

dalam pem-bangunan internal dan mendorong pembangunanan aktivitas ekonomi

yang lain seperti industri, jasa dan sebagainya. Anggota masyarakat dengan

kemampuan kewirausahaan dapat menentukan/mem-buat kontak bisnis dengan

tour operator, travel agent untuk memulai bisnis baru.

c. Pembagian keuntungan yang adil. Ti dak hanya berkaitan dengan keuntungan

langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha di sector pariwisata


tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang

tidak memilki usaha. Keuntungan tidak langsung yang diterima masyarakat dari

kegiatan ekowisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang

bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata.

d. Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan. Salah satu kekuatan

ekowisata adalah ketergantungan yang besar pada sumber daya alam dan budaya

setempat, Dimana aset tersebut dimiliki dan dikelola oleh seluruh anggota

masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, termasuk yang tidak

memiliki sumber daya keuangan. Hal itu bisa menumbuhkan kepedulian,

penghargaan diri sendiri dan kebanggaan pada seluruh anggota masyarakat.

Dengan demikian sumber daya yang ada menjadi lebih meningkat nilai, harga dan

menjadi alasan mengapa pengunjung ingin datang ke desa.

e. Penguatan institusi lokal. Pada awalnya peluang usaha pariwisata di daerah

pedesaan sulit diatur oleh lembaga yang ada. Penting untuk melibatkan komite

dengan anggota berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur

hubungan antara penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini jelas mem-

butuhkan perkembangan kelembagaan yang ada di sana. Yang paling baik adalah

terbentuk lembaga dengan pimpinan yang dapat diterima semua anggota

masyarakat. Penguatan kelembagaan lokal dilakukan melalui pelatihan dan

pengembangan individu dengan ketra mpilan kerja yang diperlukan (teknik,

managerial, komuni kasi, pengalaman kewirausahaan, dan pengalaman organisasi.

Penguatan kelembagaan dapat berbentuk forum, perwakilan, dan manajemen

komite.
f. keterkaitan antara level regional dan nasional. Komunitas lokal seringkali kurang

mendapat link langsung dengan pasar nasional atau internasional, hal ini menjadi

penyebab utama mengapa menfaat ekowisata tidak sampai dinikmati di level

masyarakat. Perantara yaitu yang menghubungkan antara aktifitas ekowisata

dengan masyarakat dan turis justru memetik keutungan lebih banyak.

6. Konsep Pembangunan Pariwisata berkelanjutan

Meski memperoleh perhatian khusus dari akademisi pariwisata dan praktisi

pembangunan pariwisata beberapa tahun terakhir, namun literature tentang konsep

dan teori pariwisata seringkali gagal menghubungkan pariwisata dengan konsep

pembangunan berkelanjutan sebagai kesatuan paradigma Sehingga penerapan

pembang -unan berkelanjutan dalam konteks pariwisata masih banyak diragukan. Hal

ini menimbulkan ketertarikan dunia akademis untuk mendiskusikan konsep

pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sharpley, 2000:1). Definisi pembangunan

pariwisata berkelanjutan bisa memiliki makna beragam. Orang dari banyak bidang

yang berbeda menggunakan istilah berbeda di dalam konteks yang berbeda dan

mereka mempunyai konsep, bias, dan pendekatan berbeda (Heinen dalam Sharpley,

2000:1).WTO mendefinisikan pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai

pembangunan yang me menuhi kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan

mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan

seluruh sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan

estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi

esensial, keanakeragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk

pariwisata berkelanjutan dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan lokal,


masyarakat dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang

permanen dan bukan korban pembangunan pariwisata (Ano-nim, 2000:xvi). Dalam

hal ini kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan

sumber daya alam dan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka waktu

panjang (Sharpley, 20 00:10).

Berkaitan dengan upaya menemukan keterkaitan anatara aktifitas pariwisata

dan konsep pembangunan berkelanjutan Cronin (Sharpley, 2000:1), menkonsepkan

pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembanguan yang terfokus pada dua

hal, keberlanjutan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi di satu sisi dan lainnya

mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen kebijakan pembangunan

berkelanjutan yang lebih luas. Stabler & Goodall (Sharpley, 2000:1), menyatakan

pembangunan pariwisata berkelanjutan harus konsisten/sejalan dengan prinsip-

prinsip pembangunan berkelanjutan. Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan

bahwa pariwisata berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara

daerah tujuan wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket

liburan (wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat

merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang

mengusulkan istilah magic pentagon yang merupakan keseimbangan antara elemen

pariwisata, dimana tidak ada satu faktor atau stakeholder yang mendominasi. Prinsip

dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley (2000:9 -11) yang

mengacu pada prinsip dasar pem-bangunan berkelanjutan. Pendekatan yang holistik

sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada sistem pariwisata itu sendiri

dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata atau sektor industri. Selama ini
meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi dalam strategi pembangunan nasional

dan lokal, namun fokus ut ama pembangunan pariwisata berkelanjutan masih ke arah

produk center. Tidak heran jika pada tingkat operasional sulit mengatur penerimaan

yg komplek, fragmentasi, pembagian multisektor dari keuntungan pariwisata secara

alamiah. Oleh karenanya menurut Fors yth (dalam Sharpley, 2000:9) pariwisata

berkelanjutan dalam prakteknya cenderung terfokus eksklusif setempat, proyek

pembangunan relatif berskala kecil, jangkauanya jarang melebihi wilayah/lingkungan

lokal atau regional, atau sebagai sektor industri yang spesifik/khusus. Pada saat yang

bersamaan, sektor yang berbeda dari industri pariwisata mengalami perkembangan

dalam berbagai tingkat, mengadopsi kebijakan lingkungan dan meski kecil telah

menunjukkan filosofi bisnis dan pembang unan yang mengarah pada prinsip-prinsip

keberlanjutan antarindustri. Menurut Sharpley peningkatan kebijakan pembang-unan

pariwisata berkelanjutan sangat ter -gantung pada variasi faktor politik ekonomi yang

dapat menghalangi diterapkannya pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Aronsson (2000:40) mencoba menyampaikan beberapa pokok pikiran tantang

intepretasi pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu 1) pembangunan pariwisata

berkelanjutan harus mampu mengatasi permasalahn sampah lingkungan serta

memiliki perspektif ekologis, 2) pembangunan pariwisata berkelanjutan

menunjukkan keberpihakannya pada pembangunan berskala kecil dan yang berbasis

masyarakat lokal/setempat, 3) pembangunan pariwisata berkelanjutan menempatkan

daerah tujuan wisata sebagai penerima manfaat dari pariwisata,untuk mencapainya

tidak harus dengan mengeksploitasi daerah setempat, 4) pembangunan pariwisata

berkelanjutan menekankan pada keberlanjutan budaya, dalam hal ini berkaitan


dengan upaya-upaya membangun dan mempertahankan bangunan tradisional dan

peninggalan budaya didaerah tujuan wisata.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan atau Sustainable Tourism Development

menurut Yaman & Mohd (2004:584) ditandai dengan empat kondisi yaitu: 1)

anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses perenca naan dan pembang-

unan pariwisata, 2) pendidikan bagi tuan rumah, pelaku industri dan

pengunjung/wisatawan, 3) kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan

iklim mikro harus dimengerti dan didukung, 4) investasi pada bentuk –bentuk

transportasi alternatif. Sedangkan indikator yang dikembangkan pemerintah RI

tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan (Anonim, 2000) adalah: 1) kesadaran

tentang tanggung jawab terhadap lingkungan, bahwa strategi pembangunan

pariwisata berkelanjutan harus menempatkan pariwisata sebagai green industry

(industri yang ramah lingkungan), yang menjadi tang -gungjawab pemerintah,

industri pariwisata, masyarakat dan wisatawan, 2) peningkatan peran pemerintah

daerah dalam pembangunan pariwisata, 3) kemantaban/keberdayaan in dustri

pariwisata yaitu mampu menciptakan produk pariwisata yang bisa bersaing secara

internasional, dan mensejahterakan masyarakat di tempat tujuan wisata, 4) kemitraan

dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang bertujuan

menghapus/meminimalisir perbedaan tingkat kesejahteraan wisatawan dan

masyarakat di daerah tujuan wisata untuk menghindari konflik dan dominasi satu

sama lain. Hal ini juga didukung dengan memberi perhatian/pengembangan usaha

skala kecil oleh masyarakat lokal


7. Konsep Pemberdayaan Masyrakat

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kadang-kadang sangat sulit

dibedakan dengan penguatan masyarakat serta pembangunan masyarakat (community

development). Karena prakteknya saling tumpang tindih, saling menggantikan dan

mengacu pada suatu pengertian yang serupa.

Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan

konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat

menuju kearah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang community

development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu

masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui

berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan

dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya

serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective

action dan networking yang dikembangkan masyarakat.

Sedangkan Bartle (2003) mendefinisikan community development sebagai alat untuk

menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan

dimana masyarakat menjadi lebih komplek, institusi lokal tumbuh, collective power-

nya meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya.

Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian community

development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto

(2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk

memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola

sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga
pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi,

ekologi, dan sosial”.

Pengembangan masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasis pada

pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting diperhatikan dalam

pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam hubungan dengan

pengembangan masyarakat, Compton dan Mc.clusky (dalam muslim 2009 : 2)

menyatakan :”a process whereby community members come together to identify their

problem and need, seek solution among them selves, mobilelize thenecessary

resources ang excute aplane of action or learning or both” (suatu proses dimana

secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah dan kebutuhannya mencari

pemecahan diantara mereka sendiri). H.M Yakub (1985) menyatakan bahwa “

pengembangan masyarakat adalah proses pemberdayaan (empowering sociaty) yang

meliputi tiga hal yaitu (1) membebaskan dan menyadarkan,(b)mengidentifikasi

masalah dan memcahkannya, (2) partisipasi dan etos swadaya masyarakat ”. Dari

pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat yang

berbasis masyarakat adalah upaya membantu masyarakat agar masyarakat dengan

prakarsa sendiri dapat mengidentifikasi kebutuhannya, menggali dan memanfaat

segala sumber daya yang dimilikinya (sumber daya alam, budaya, sumberdaya

manusia dan lain-lain) dalam mencapai kesejahteraan sendiri.

Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses

untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri

secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan

strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.


Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development

dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat

diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu

keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan strategis

yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi,

ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat

didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang

dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi,

ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas keterkaitan antara pemberdayaan

masyarakat dengan sustainable development. Pemberdayaan masyarakat terkait erat

dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu

factor, sebenarnya kedua factor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi

secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan

sebelumnya factor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing

dari masyarakat namun kita juga perlu memberikan perhatian pada factor

eksternalnya.

Seperti yang dilaporkan Deliveri (2004), proses pemberdayaan masyarakat

mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisplin. Tim

pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam pemberdayaan

masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara

bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan

kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan

masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim PM
sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang

dianggap mampu oleh masyarakat.Waktu pemunduran tim PM tergantung

kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak awal program antara tim PM dan

warga masyarakat. Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa pemunduran

Tim PM dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap

sosialisasi. Walaupun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan, yaitu sebagai

pensehat atau konsultan bila diperlukan oleh masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembangunan

masyarakat seharusnya diletakkan dan diorientasikan searah dan selangkah dengan

paradigma baru pendekatan pembangunan. Paradigma pembangunan lama yang

bersifat top-down perlu direorientasikan menuju pendekatan bottom-up yang

menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembangunan atau

oleh Chambers dalam Anholt (2001) sering dikenal dengan semboyan “put the

farmers first”.

Menurut Nasikun (2000:27) menyatakan : “pembangunan yang baru tersebut juga

harus berprinsip bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan

atas inisitaif dan dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus

diberi kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses perencanaan dan

pelaksanaan pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan

infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akanlebih adil bagi

masyarakat.

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang

disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat,


mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya,

dibangun dari sumberdaya Masyarakat terhadap nilai-nilai budaya masyarakat,

memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai

pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM,

swasta dan pihak lainnya), serta dilaksanakan secara berkelajutan.

Jika digambarkan dalam bagan maka pemberdayaan Masyarakat dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 01

POLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Mengembang
kan manusia
dalam
kelembagaan
organisasi
Mengembangkan
Potensi &
Kapasitas
empowerment
Mengembang
PENDEKATAN:
kan potensi
lingkungan
1. Targeted
2. Participatory
3. Community
based
Pemberdayaan 4. Value based
Masyarakat

Membuka
Menciptakan akses,
kondisi yang Perlindungan,
kondusif/ peningkantan
enablement peran
Prilaku lain
B. Hasil Penelitian berkaitan dengan desa wisata

1. Suzanne Wilson (1997) dalam jurnal internasional, Factors for success in Rural

Tourism Development. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menguji factor – factor yang telah membantu masyarakat pedesaan berhasil

mengembangkan pariwisata dan peluang kewirausahaan hasilnya menunjukkan

pentingnya pendekatan masyarakat untuk pengembangan pariwisata dan

pengembangan pariwisata dan kewirausahaan tidak dapat berjalan tanpa

partisipasi dari pelaku bisnis secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam

pariwisata.

2. William P. Stewart (1996) dalam jurnal ilmiah internasional Rural Tourism

Development: Shifting Basis of Community Solidarity. Penelitian ini menyatakan

bahwa solidaritas masyarakat dianggap salah satu pendukung utama dalam

pengembangan pariwisata pedesaan. Penelitian ini membahas tentang dampak

pengembangan pariwisata pedesaan terhadap masyarakat setempat.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian pustaka dapat digambarkan kerangka berfikir sebagai berikut :


Gambar 02

KERANGKA PEMIKIRAN

Profil wisatawan

Persepsi wisatawan

STRATEGI
PENGEM PEMBER
Persepsi Travel ANALISIS BANGAN DAYAAN
agent SWOT DESA MASYAR
WISATA AKAT
/CBT
Partisipasi
/Dukungan
Masyarakat lokal

Tata kelola
/Manajemen

METODE PENELITIAN

A. Difinisi operational Variabel

1. Sitem Pengelolaan Desa Wisata adalah kelembagaan yang telah terbentuk yaitu

kelompok desa wisata, menata oprationalnya : produk wisata yang ditawarkan,

penyediaan fasilitas, sistem pemasaran


2. Persepsi wisatawan adalah respon yang diberikan oleh para tamu yang menginap di

desa wisata Bedulu terhadap pelayanan yang diberikan dari saat kedatangan,

pelayanan kamar, makanan dan minuman, pelayanan tour, respek dari pegawai,

keramahtamahan masyarakat, kebersihan lingkungan

3. Persepsi Perusahaan Tours and Travel (Travel Agent) tentang kemampuan SDM

kelompok DEWI, atraksi wisata, lingkungan, peluang pemasaran, hambatan

pemasaran desa wisata Bedulu.

4. Profil wisatawan adalah wisatawan yang berkunjung kedesa wisata Bedulu ditinjau

dari asal Negarannya, rata-rata umur, jenis pekerjaannya.

5. Dukungan/partisipasi Masyarakat masyarakat adalah sikap dan prilakuyang

ditunjukkan oleh warga Masyarakat dalam pengembangan CBT

6. Manfaat Pengembangan CBT yang dirasakan masyarakat adalah hasil yang didapat/

dirasakan oleh warga masyarakat dari segi ekonomi dan sosial

7. Strategi pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (CBT) adalah cara atau

metode yang dapat dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan desa wisata

sehingga dapat berkelanjutan dan memberdayakan Masyarakat.

B. Jenis dan sumber data

1. Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini:

a. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka melainkan berupa keterangan atau

informasi seperti tata kelola desa wisata,informasi dukungan dan manfaat

pengenembangan pariwisata berbasis masyarakat di desa Bedul.


b. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau data kualitatif yang

dikuantitatifkan seperti : persepsi tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour

and Travel,

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan adalah :

a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh pertama langsung dari objek

penelitian seperti :keterangan atau informasi seperti tata kelola desa wisata, persepsi

tamu terhadap pelayanan,persepsi pengelola Tour and Travel, pendapat masyarakat

masyarakat setempat.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data yang telah jadi.seperti

data penerima dana PNPM Mandiri Pariwisata, tata kelola desa wisata

C. Tehnik Pengumpulan data

Tehnik Pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara yaitu melakukan wawancara dengan pihak terkait seperti :pengelola DEWI

(desa wisata)

2. Observasi non partispatif mengamati langsung dan meninjau objek dan penanganan

wisatawan yang berkunjung ke desa wisata bedulu.

3. Kuisioner yaitu membuat pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden

(wisatawan dan Pengelola Tours and travel)

4. Dokumentasi yaitu memperoleh data melalui dokumen –dokumen yang berhubungan

dengan penelitian

D. Populasi dan Sampling

Populasi adalah keseluruhan responden yang akan dijadikan subyek penelitian.


Sampling adalah sebagin populasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini .mengingat

banyaknya populasi dan sifatnya akan terus bertambah (mobile) maka dalam penelitian ini

tehnik sapling yang digunakan adalah Porposive sampling ,yaitu sapling bertujuan. Dalam

penelitian ini responden yang digunakan adalah para pengelola desa wisata, masyarakat yang

terlibat adalam aktivitas, manajer Tour and travel

E. Tehnik Analisis data

Tehnik analisis digunakan adalah:

1. Analisis statistik diskriptif adalah untuk memberi gambaran persepsi tamu terhadap

pelayanan kepada tamu (wisatawan) yang menginap di desa wisata Bedulu dan untuk

menganalis beberapa komponen behubungan dengan persepsi/pendapat Pengelola

Perusahaan Tours and Travel terhadapa Pengelolaan Desa Wisata Bedulu.

2. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)

Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis data untuk memperoleh alternatif strategi

dalam pengembangan desa wisata Bedulu dimasa yang akan datang sehingga Pariwisata

yang dikembangkan bisa berkelanjutan.

SWOT merupakan suatu analisis yang dapat dipergunakan untuk merumuskan

strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

dihadapi oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Dalam mengembangkan alternatif

strategi, dapat dilakukan dengan alat bantu analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats) yang didasarkan pada situasi lingkungan internal dan

eksternal. Rangkuti (2006 : 18), menyatakan bahwa untuk merumuskan strategi

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)

dan ancaman (Threats).

Setelah semua informasi terkumpul, baik analisis lingkungan internal maupun analisis

eksternal, tahap berikutnya adalah mengembangkan alternatif strategi. Untuk

merumuskan strategi dapat dipergunakan alat bantu berupa matrik SWOT yang dapat

menggambarkan bagaimana peluang (opportunities) dan ancaman (threats) eksternal

yang dihadapi perusahaan atau organisasi, yang selanjutnya disesuaikan dengan kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang dimilikinya. Matrik ini mampu

menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti yang dipaparkan berikut ini.

1. Strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST (Strengts – Threats) yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), strategi ini diterapkan berdasarkan

peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weaknesses – Threats), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang

bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistem pengelolaan Desa Wisata Bedulu

1. Kelembagaan /struktur Organisasinya


Kelembagaan yang telah dibentuk bernama Kelompok DEWI Bedulu

dalam bentuk Yayasan dengan nama Yayasan Darma Dayana.Adapun struktur

organisasi sebagai berikut :

Gambar 03

STRUKTUR ORGANISASI KELOMPOK DESA WISATA BEDULU

(YAYASAN DARMA DAYANA)

KETUA

A.A.GD.OKA ASTAWA

WAKIL
KETUA

Gusti Made landra

SEKRETARIS BENDAHARA

Gst.Ngurah Putra I Ketut Jon

URAIAN TUGAS

KETUA :

a. Bertanggung jawab atas operasional secara menyeluruh

b. Membuat perencanaan

c. Melakukan hubungan dengan seluruh Steak holder (Pemerintah,

Travel Agen, Lembaga non Pemerintah, dan lain-lain)


d. Memasarkan desa wiata

WAKIL KETUA :

a. Mengkoordinir seluruh komponen kegiatan apabila ada tamu datang

(menginap) seperti penerimaan tamu, penyiapan kamar, Penyiapan

makanan dan minuman, penyiapan atraksi budaya

b. Menyiapkan sarana dan prasarana

c. Membantu Ketua dalam tugas-tugas pemasaran

SEKRETARIS :

a. Melaksanakan urusan administrasi umum (surat menyurat)

b. Membantu operasional

BENDAHARA :

a. Melaksanakan administrasi keuangan (penerimaan dan pengeluaran

uang )

b. Melakukan hubungan dengan lembaga keuangan seperti LPD Bedulu

c. Membantu oprational

Secara administrasi struktur kepengurusan memang ada tugas – tugas dan

wewenang masing-masing , dalam pelaksanaan segala sesuatu dikerjakan

secara bersama-sama.

2. Tata Operasional kerja

a. Penyediaan fasilitas /sarana dan Prasarana

1) Kelompok Dewi dalam bentuk Yayasan (Darma Dayana) adalah

pemrakarsa dan bertindak selaku penanam modal (investor) yaitu


melakukan perbaikan ringan dan melengkapi seluruh keperluan

untuk kamar sehingga sesuai standar dan dianggap layak untuk

tamu menginap nantinya, seperti: peralatan kamar : bed dan

komponennya (bed and its component), room amanities, bed room

amenities furniture

2) Masyarakat (penduduk) yang rumahnya dianggap cocok dan

dianggap layak, menyediakan rumahnya dengan perjanjian saling

menguntungkan yaitu :

a) Rumah/kamar diperbaiki dan dilengkapi /distandarkan oleh

Kelompok DEWI

b) Saat ada tamu kamar /rumah dibayar sesuai kesepakatan

c) Saat ada tamu petugas yang membersihkan (bisa tuan rumah)

dibayar oleh Kelompok Dewi sesuai yang telah ditentukan.

d) Saat tidak ada tamu, kamar/rumah dapat dipakai pemiliknya

seperti biasa.

b. Produk pariwisata yang ditawarkan :

Produk pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan berupa :

1) Program Pokok (main Programs)

(a) Paket Menginap minimal 2 hari dengan variabel :

(b) Kamar termasuk makan pagi (Continental breakfirst)

/Continental Plan

(c) Tracking (Melihat pura, peninggalan arkeologi, panorama

sawah , ladang, sungai),


(d) Melihat demonstrasi kegiatan membuat gerabah,melukis

telor, membuat ukiran, membuat sarana upacara Agama

Hindu (mejejahitan,ngulat tipat dan lain-lain). Dalam

kegiatan ini wisatawan bisa ikut melakukan

(e) Memasak masakan Bali (membuat jajan Bali, sate, lawar)

merupakan program pilihan (sesuai Permintaan /Program

Travel Agent)

(f) Makan siang di Puri (alternatif/fleksible) sesuai Program

dari Travel agent

(g) Dinner Party (makan malam dengan pagelaran budaya

berupa tari-tarian ) program ini juga dilaksanakan atas

permintaan /program dari Travel Agent.

Aktivitas Program Paket disusun dengan komponen sangat

flrksible tergantung dari jumlah tamu dan penyusunan secara

bersama /kesepakatan antara travel agent dengan Kelompok

Desa Wisata

2) Program pilihan (Partial Programs)

Program pilihan(Partial Programs) dibuat untuk wisatawan

yang datang hanya berkunjung tanpa menginap atau wisatawan

yang datang sendiri (walk In )dan atau datang dengan perantara

perorangan maka akan ditawarkan dan disusun program

berdasarkan program partial. Adapun alternative/Partial

Programs ini disebut culture workshops


(1) Balinese Music (gong Rindik)

(2) Wood Carving

(3) Balinese Dance

(4) Offering Making

(5) Painting Class

(6) Yoga Meditation Class

(7) Traditional Pottry Making

Secara lengkap Program pokok (maint programs) dan program

pilihan (alternatif/partial programs) dapat dilihat pada lampiran

c. Sistem pemasaran.

Sistem pemasaran produk wisata yang ditawarkan adalah

a) masih tergantung dari kerjasama dengan perusahaan Tours

and Travels (Travel Agent) dan hanya baru dua

Perusahaan yaitu : Golden Kriss Tours and Travel dan

Talisman Tour and Travel

b) dari mulut kemulut (mouch to the mouch) yaitu dari tamu

yang telah berkunjung/menginap dan para kenalan , guide

B. Profil dan jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Desa Wisata Bedulu

1. Profil Wisatawan :

a. Asal Negara

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu hampir 95%

berasal dari Negara Prancis sisanya berasal dari Belanda, Belgia,

Jepang
b. Umur

Umur wisatawan yang berkunjung diatas 50 tahun

c. Pekerjaan

Pekerjaan Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu rata –

rata pensiunan guru, jurnalis, petani, tukang kayu, pengusaha

/pedagang

2. Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Desa Bedulu dan tingkat

Occupancy

Dari saat mulai dikelola juli 2009 sampai juni 2011 jumlah wisatawan

yang berkunjung ke Desa Wisata Bedulu dan tingkat occupancy seperti

dalam tabel berikut ini

TABEL 01
OCCUPANCY PADA DESA AKOMUDASI DESA WISATA BEDULU
JULI TAHUN 2009 – JUNI TAHUN 2011

KAMAR KAMAR % LAMA


NO TAHUN TERJUAL TERSEDIA OCCUPANCY JML.TAMU MENGINAP
1 2009 72 2880 2,50 129 2 MALAM
2 2010 85 5760 1,50 162 2 MALAM
3 2011 51 2880 1,54 91 2 MALAM
JML 208 11520 382 2 MALAM
RATA-
RATA 1,84

C. Persepsi Wisatawan (tamu) Yang menginap terhadap pelayanan yang diberikan

selama di Desa Wisata Bedulu.

Berdasarkan Kuisioner yang disebarkan selama 3 bulan yaitu Mei, Juni, Juli tahun

2011, wisatawan yang mengembalikan kuisioner berjumlah 48 orang. Jawaban

Kuisioner selanjutnya ditabulasi dan diperoleh hasil seperti tabel 08 sebagai berikut :
TABEL 02

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PELAYANAN DI DESA WISATA

BEDULU TAHUN 2011

KRETE ∑Fx PERSEN


NO INDI RIUM S MEAN KTR TASE JML
KATOR B C K N B C K
1 1 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
2 2 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
3 3 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100
4 4 30 18 48 126 2,625 Baik 62,5 37,5 0 100
5 5 36 12 48 132 2,75 Baik 75 25 0 100
6 6 24 24 48 120 2,5 Baik 50 50 0 100
7 7 30 12 6 48 120 2,5 Baik 62,5 25 13 100
8 8 42 6 48 132 2,75 Baik 87,5 0 13 100
9 9 36 6 6 48 126 2,625 Baik 75 12,5 13 100
10 10 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
11 11 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
12 12 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
13 13 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
14 14 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
15 15 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
16 16 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
17 17 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
18 18 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
19 19 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
20 20 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
21 21 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
22 22 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
23 23 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
24 24 42 6 48 138 2,875 Baik 87,5 12,5 0 100
25 25 48 48 144 3 Baik 100 0 0 100
26 26 12 24 12 48 96 2 sedang 25 50 25 100
JUMLAH 73,63 2225 313 63 2600
RATA-
RATA 2,832 BAIK 85,6 12 2,4 100
Keterangan :

a. Indikator

1 = penyambutan saat kedatangan/tiba di desa wisata

2 = penanganan barang – barang bawaan

3 = kelengkapan kamar

4 = kebersihan kamar mandi

5 = kebersihan kamar tidur

6 = Peralatan kamar mandi (Toalet Bowl, water tap) berfungsi dengan baik

7 = ketersediaan amenities di kamar mandi

8 = kenyamanan kamar

9 = keamanan kamar

10 = keramah tamahan pramugraha

11= Sikap selalu mau membantu dari pramugraha

12= Kelengkapan peralatan makan dan minum

13= Hyigiene makanan dan minuman yang disajikan

14= Tata cara penghidangan makanan dan minuman

15= Kebersihan tempat makan dan minuman

16= Rasa makanan dan minuman

17= Performent dari pramusaji

18= Ketrampilan pramusaji dalam menghidangkan makanan

19= Atraksi alam yang dilihat

20= Atraksi budaya yang dipentaskan

21= Rangkaian acara yang disajikan

22= Ketrampilan pemandu wisata dalam pemandu tour


23= Kesiapan pegawai dalam membantu

24= Kesiapan pegawai dalam menangani permasalahan yang timbul

25= Keramah tamahan penduduk desa bedulu

26= Kebersihan lingkungan

b. ∑ F X S = Total keseluruhan pemilih dikalikan skor (bobot) dimana Baik = 3, Cukup = 2

dan Kurang = 1

c. Mean adalah nilai rata-rata

d. Keputusan :

1) Mean 1,0 sampai 1,4 = Kurang

2) Mean 1,5 sampai 2,4 = Cukup

3) Mean 2,5 sampai 3,0 = Baik

Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa Persepsi wisatawan yang berkunjung ke

Desa Wisata Bedulu terhadap pelayanan yang dirasakan adalah secara umum baik

dengan rata- rata baik dengan nilai Mean = 2,832 .

Jika dilihat persepsi perindikator bahwa hanya satu indikator yaitu kebersihan

Lingkungan dinyatakan sedang (mean : 1,5- 2,4 dan indikator lain sudah dinyatakan

baik (Mean 2,4 – 3,0), terdapat empat Indikator yang perlu diperhatikan dan

diperbaiki, karena terdapat persepsi tamu yang menyatakan kurang. Indikator

tersebut adalah : ketersediaan amenities di kamar mandi (13%) , kenyamanan

kamar (13 %), keamanan kamar (13%), Kebersihan lingkungan (25%)

D. Persepsi Manajemen Tours and Travels tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dan kuisioner

bahwaPersepsi Manajemen Tour and Travel (Golden Kris dan Talisman)

tentang Pengelolaan Desa Wisata Bedulu didapatkan data sebagai berikut :

TABEL 03
PERSEPSI MANAJEMEN TOURS AND TRAVEL TENTANG PENGELOLAAN
DESA WISATA BEDULU
PERSEPSI MANAJEMEN
NO INDIKATOR TRAVEL AGENT
TALISMAN GOLDEN KETERANG
KRIS AN

1 Ketrampilan Pegawai dalam Baik sedang


menangani /melayani tamu
2 Cara pegawai berkomunikasi Baik sedang
dengan tamu
3 Sikap Pegawai dalam Baik Baik
melayani tamu
4 Kesigapan pegawai dalam Baik sedang
menangani keluhan
tamu/masalah
5 Kesiapan pegawai dalam Baik sedang
membantu kesulitan yang
dirasakan tamu
6 Kemampuan manajemen Baik sedang
dalam menumbuhkan iklim
kerjasama yang saling
menguntungkan
7 Kemampuan manajemen Baik Baik
melakukan penataan
administrasi
8 Kemampuan manajemen Baik sedang
dalam menyusun program
untuk tamu
9 Atraksi budaya yang dikemas Baik Baik
dalam program
10 Atraksi alam yang dikemas Baik sedang
dalam program
11 Kebersihan lingkungan sedang sedang

12 Prospek pemasaran Baik Baik


Selain persepsi , diperoleh data tentang :

1) Potensi Pasar jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community Based

Tourism) sangat baik karena wisatawan Eropa mulai menggemarinya dan ada

kecendrungan wisatawan Eropa menyenangi hal-hal yang alami (Back to Natural )

2) Negara pasar potensial jenis wisata ini (Pariwisata Berbasis Masyarakat/ Community

Based Tourism) adalah Negara Eropa terutama Perancis, Belanda, Belgia, Inggris )

3) Kesan para wisatawan secara umum setelah melakukan kunjungan adalah rata – rata

senang dan tertarik.

4) Hambatan /tantangan dalam memasarkan jenis wisata adalah adanya keterbatasan

pasar yaitu wisatawan golongan tertentu dan hanya beberapa negara Eropa

5) Saran- saran untuk perbaikan dimasa yang akan datang :

a) Agar melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Tours and Travel lain,

Guide, dan pelaku Pariwisata lainnya

b) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusianya

c) Menjaga dan meningkatkan kebersihan lingkungan

d) Harus ada yang menyambut tamu pada saat tamu check in

e) Koresponden melalui email harus lebih intensif

f) Agar mulai membuat Website yang mudah diakses

g) Agar dibuat sistem dan penanganan reservation yang baik

E. Bentuk Partisipasi /Dukungan dan manfaat yang didapat/dirasakan masyarakat

(selain yang aktif /menjadi anggota Kelompok DEWI) dalam pengembangan

Pariwisata yang berbasis Masyarakat (CBT) di Desa Bedulu:


1. Bentuk partisipasi/dukungan masyarakat (selain yang aktif /menjadi anggota

Kelompok DEWI) dalam pengembangan Pariwisata berbasis masyarakat

(Community Based Tourism) di desa Bedulu

Dari hasil penelitian dapat diketahui dukungan masyarakat secara umum

sangat baik, Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa :

a. Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan

lingkungan desa

b. Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang berkunjung

c. Menjaga kelestarian budaya yang dimiliki

d. Memberikan kesempatan wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara

di Pura atau upacara keluarga

e. Memberikan kesempatan wisatawan berkunjung kerumahnya

2. Manfaat Yang dirasakan Masyarakat

a. Masyararakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (anggota Kelompok

DEWI) menyatakan :

1) Dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari

honorarium Pengelolaan, sewa rumah, penyediaan makanan dan

minuman, honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya

seperti menari, menabuh, memasak, melukis,

2) Dapat memanfaatkan kamar untuk dipakai sendiri jika tidak ada tamu.

3) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi

kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian,


4) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup

orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah,

lingkungan, belajar mengerti bahasanya dan lain-lain

5) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul

usaha baru menjual barang kerajinan

6) Dapat teman baru karena wisatawan dianggap seperti keluarga

7) Dapat melestarikan seni budaya yang dimiliki

b. Masyarakat aktif terlibat dalam aktivitas Pariwisata (bukan anggota

Kelompok DEWI) menyatakan :

1) dapat menambah pendapatan keluarga (keuntungan ekonomi) dari,

honorarium aktivitas pertunjukan budaya/atraksi budaya seperti

menari, menabuh, memasak, melukis,

2) Dapat memanfaatkan waktu luang secara baik sehingga mengurangi

kegiatan yang tidak bermanfaat seperti melakukan perjudian,

3) Dapat belajar budaya asing dari wisatawan seperti apa pola hidup

orang asing yang bisa ditiru seperti tepat waktu, kebersihan rumah,

lingkungan , belajar mengerti bahasanya dan lain-lain

4) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul

usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi

warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas

pariwisata

c. Masyarakat tidak aktif (umum/pasif)


1) Dapat inspirasi dan belajar bisnis dibidang pariwisata seperti timbul

usaha baru menjual barang kerajinan, menambah komuditi

warungnya dengan barang-barang yang berhubungan aktivitas

pariwisata

2) Dapat hiburan jika ada pertunjukan

3) Merasakan kebersihan lingkungan

d. Lembaga Desa

1) Adanya sumber pendapatan baru desa(sumbangan dari hasil

pengelolaan pariwisata)

2) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam melakukan kegiatan

kebersihan lingkungan

3) Lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam menjaga keamanan

lingkungan

F. Strategi Pengembangan Desa Wisata Bedulu dalam rangka Pemberdayaan

Masyarakat menuju Pengembangan Pariwisata yang berkelanjutan.

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dapat dilakukan

identifikasi faktor-faktor internal yaitu faktor Kekuatan (strangs) dan

Kelemahan (weakness) dan faktor eksternal yaitu peluang (opportunity) dan

ancaman (thearts) selanjutnya dapat disusun strategi dalam matrik SWOT

sebagai berikut.
TABEL 04

STRATEGI SWOT PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS

MASYARAKT (COMMUNITY BASED TOURISM) DI DESA BEDUL

STRANGS (S) WEAKNESS(W)

IFAS

1. Sistem Pengelolaan 1. Pengembangan desa

/kelembagaan sudah wisata ini belum cukup

teratur,transparan, dikenal

acountable 2. Kerjasama dengan

2. Tersedianya prasarana dan Perusahaan Tour and

sarana pendukung Travel masih sedikit

pariwisata seperti : (hanya 2 perusahaan)

a. sarana akomudasi (rumah 3. Kemampuan surat

penduduk yang direnovasi menyurat (koresponden)

sesuai standar (14 kamar) masih kurang

b. atraksi pariwisata: 4. Sarana promosi masih

1) Atraksi alam berupa sangat kurang seperti :

persawahan, sungai, belum adanya brosur,

ladang yang masih alami website, petunjuk

2) Atraksi budaya berupa informasi tentang desa


kesenian barong, seni wisata.

tari, pola kehidupan 5. Belum menguasai sistem

masyarakat seperti pemasaran berbasis

membuat masakan bali, teknologi

membuat gerabah, 6. Belum memiliki tenaga

menggambar telur, yang profesional pada

peninggalan arkeologi bidang reservation dan

(sarkopogus),kegiatan reception

upacara keagamaan 7. Kemampuan bahasa asing

(hindu) dan obyek wisata tenaga pengelola dan tuan

goa gajah ,Pura samuan rumah khususnya bahasa

Tiga Perancis sangat kurang

c. Akses jalan sangat baik 8. Keterbatasan modal usaha

dan berada pada jalur (keuangan)

menuju objek wisata ubud, 9. Lingkungan masih kotor

tampak siring, Kintamani 10. Masih terdapat sebagian

d. Tersedia transportasi yang kecil masyarakat yang

baik belum memiliki pengertian

e. Pelayanan yang diberikan dan pemahaman yang

sudah baik secara umum sama tentang

dapat memuaskan tamu pengembangan CBT

f. Keramah tamahan

penduduk
g. Dukungan masyarakat

sangat baik

h. Adanya dukungan dari

instansi non Pemerintah

seperti BHA (Bali Hotel

Assosiasi), Lembaga

Pendidikan Pariwisata,

CBT center

i. Mengemas atraksi alam

maupun budaya/pola hidup

yang unik yang dimiliki

dalam produk-produk

pilihan

EFAS

OPPORTUNITIES (0) STRATEGI S0 STRATEGI WO

1. Semakin banyak 1. Melakukan pendekatan 1. Melakukan strategi

wisatawan yang berminat yang lebih intensif kepada promosi yang lebih

pada jenis Pariwisata Pemerintah untuk intensif seperti :

berbasis pedesaan /eko mendapatkan bantuan a. Membuat web site di

tourism berarti prospek PNPM Pariwisata Mandiri internet

Pasar semakin baik 2. Secara pro aktif b. Membuat brosur


2. Trend saat ini melakukan pendekatan c. Membuat papan

berkembangnya pariwisata kepada instansi non pengenal desa wisata

alam (back to natural)/ eko Pemerintah maupun Bedulu

tourism lembaga Pendidikan 2. Mengankat pegawai

3. Adanya dukungan dari Pariwisata untuk selalu profesional atau melatih

Pemerintah Pusat melalui memdapat bimbingan anggota ke;ompok untuk

bantuan PNPM Pariwisata maupun konsultasi tentang dapat menangani bagian

Mandiri, DisBudpar Bali Peningkatan profesional reservation dan reseption

dan kabupaten Gianyar pengelolaan Pariwisata 3. Membuat kursus bahasa

3. Melakukan pertemuan Perancis untuk seluruh

dengan melibatkan seluruh tuan rumah yang

steaks holder untuk rumahnya dipakai sarana

meyakinkan pemerintah, akomudasi

Para perusahaan Travels 4. Menambah jalinan

Agent tentang potensi desa kerjasama dengan

Bedulu yang layak untuk Perusahaan Travels agent

dipromosikan menjadi maupun Hotel-hotel

tempat wisata 5. Mohon bantuan PNPM

mandiri Pariwisata kepada

Pemerintah , lembaga

keuangan untuk dapat

pinjaman lunak
THEARTS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Adanya isyu dan berita 1. Mempertahankan dan 1. Melakukan Pengelolaan

negatif tentang kondisi meningkatkan kualitas sampah yang baik dan

Pariwisata Bali (sampah pelayanan kepada benar (pemisahan sampah

dan kemacetan) wisatawan dan selalu organik dan an organik )

2. Situasi keamanan Negara melakukan evaluasi diri 2. Memberikan penyuluhan

yang belum sangat aman 2. Mengintensifkan kepada masyarakat tentang

dimana masih adanya siskamling desa sapta pesona dan CBT

teroris 3. Mengintensifkan terutama pentingnya

3. Persaingan dunia pendataan penduduk kebersihan lingkungan

Pariwisata yang semakin pendatang (aparat Desa 3. Selalu meyakinkan kepada

ketat Bedulu) tamu yang berkunjung

4. Adanya komersialisasi 4. Menyuguhkan bahwa Bali tempat yang

seni budaya keanekaragaman atraksi aman untuk dikunjungi

5. Keterbatasan Pasar Wisata budaya yang dimiliki

dari segi Negara asal 5. Mengintensifkan strategi

wisatawan maupun umur pemasaran

6. Menjalin komunikasi yang

baik dan berkelanjutan

dengan wisatawan yang

telah berkunjung
Dari matrik SWOT dapat dikemukakan bahwa strategi pengembangan pariwisata berbasis

masyarakat (community Based Tourism) di Desa Bedulu sebagai berikut :

1. STRATEGI SO (stranght – oportunity)

a. Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk mendapatkan

bantuan PNPM Pariwisata Mandiri

b. Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah maupun lembaga

Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat bimbingan maupun konsultasi tentang

Peningkatan profesional pengelolaan Pariwisata

c. Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk meyakinkan

pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi desa Bedulu yang layak

untuk dipromosikan menjadi tempat wisata

2. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity)

a. Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti :

1) Membuat web site di internet

2) Membuat brosur

3) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu

b. Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk dapat

menangani bagian reservation dan reseption

c. Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang rumahnya dipakai

sarana akomudasi

d. Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun Hotel-hotel


e. Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga keuangan

untuk dapat pinjaman lunak

3. STRATEGI ST (Stanght – Theart )

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan dan selalu

melakukan evaluasi diri

b. Mengintensifkan siskamling desa

c. Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu)

d. Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki

e. Mengintensifkan strategi pemasaran

f. Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan yang telah

berkunjung

4. STRATEGI WT (Weakness – Thearth)

a. Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan sampah organik dan

an organik )

b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan CBT terutama

pentingnya kebersihan lingkungan

c. Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat yang aman untuk

dikunjungi
SIMPILAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Tata kelola Pengembangan Pariwisata berbasis Masyarakat (Community Based

Tourism masih sederhana yaitu dengan sistem manual, dengan keterbatasan

sumber daya manusia yang profesional bidang pemasaran, reseptionis,

reservation, tour guide, akan tetapi accontable, transparan. Jumlah tamu

menginap dalam dua tahun sejak dimulai (juli 2009-juli 2011) = 382 orang, rata-

rata tingkat Occupancy = 1,833 % (sangat rendah) , rata-rata menginap = 2

malam, jumlah kamar tejual = 208 kamar (masih sedikit) dari total kamar tersedia

yaitu 12.000

2. Profil wisatawan yang berkunjung masih terbatas dari Eropa, dengan umur

wisatawan 50 tahun ke atas, dengan profesi petani, tukang, guru, jurnalis

3. Persepsi wisatawan terhadap pelayanan adalah dalam kategori baik (mean 2,832)

dengan besarnya Persentase :Baik (85,6%), Sedang (12 %), Kurang 2,4 %)

4. Persepsi Perusahaan Tours and Travel terhadap pengelolaan CBT di Desa Bedulu

5. Bentuk dukungan /partisipasi masyarakat dalam pengembangan Pariwisata

berbasis masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah

Masyarakat secara bersama-sama menjaga keamanan, kebersihan lingkungan

desa,Selalu bersikap sopan dan ramah kepada wisatawan yang

berkunjung,menjaga kelestarian budaya yang dimiliki, memberikan kesempatan

wisatawan (tamu) melihat apabila ada upacara di Pura atau upacara keluarga
6. Manfat yang didapat Masyarakat dalam pengembangan Pariwisata berbasis

masyarakat (Community Based Tourism )adalah adanya pendapatan /keuntungan

ekonomi, pengisi waktu luang, kebersihan dan keamanan lingkungan, timbulnya

kreatifitas berbisnis, pelestarian alam dan budaya

7. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan Pariwisata berbasis

masyarakat (Community Based Tourism )di desa Bedulu adalah :

a. STRATEGI SO (stranght –Oportunity)

1) Melakukan pendekatan yang lebih intensif kepada Pemerintah untuk

mendapatkan bantuan PNPM Pariwisata Mandiri

2) Secara pro aktif melakukan pendekatan kepada instansi non Pemerintah

maupun lembaga Pendidikan Pariwisata untuk selalu memdapat

bimbingan maupun konsultasi tentang Peningkatan profesional

pengelolaan Pariwisata

3) Melakukan pertemuan dengan melibatkan seluruh steaks holder untuk

meyakinkan pemerintah, Para perusahaan Travels Agent tentang potensi

desa Bedulu yang layak untuk dipromosikan menjadi tempat wisata

b. STRATEGI WO (Weakness – Oportunity)

1) Melakukan strategi promosi yang lebih intensif seperti :

a) Membuat web site di internet

b) Membuat brosur

c) Membuat papan pengenal desa wisata Bedulu

2) Mengankat pegawai profesional atau melatih anggota ke;ompok untuk

dapat menangani bagian reservation dan reseption


3) Membuat kursus bahasa Perancis untuk seluruh tuan rumah yang

rumahnya dipakai sarana akomudasi

4) Menambah jalinan kerjasama dengan Perusahaan Travels agent maupun

Hotel-hotel

5) Mohon bantuan PNPM mandiri Pariwisata kepada Pemerintah , lembaga

keuang

c. STRATEGI ST (Stanght – Theart )

1) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada

wisatawan dan selalu melakukan evaluasi diri

2) Mengintensifkan siskamling desa

3) Mengintensifkan pendataan penduduk pendatang (aparat Desa Bedulu)

4) Menyuguhkan keanekaragaman atraksi budaya yang dimiliki

5) Mengintensifkan strategi pemasaran

6) Menjalin komunikasi yang baik dan berkelanjutan dengan wisatawan

yang telah berkunjung

d. STRATEGI WT (Weakness – Thearth)

1) Melakukan Pengelolaan sampah yang baik dan benar (pemisahan

sampah organik dan an organik )

2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang sapta pesona dan

CBT terutama pentingnya kebersihan lingkungan

3) Selalu meyakinkan kepada tamu yang berkunjung bahwa Bali tempat

yang aman untuk dikunjungi


B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas dapat disarankan :

1. Agar partisipasi dan dukungan masyarakat desa dipelihara dengan baik

2. Pemeliharaan kebersihan dan ke asrian lingkungan lebih ditingkatkan

3. Pengelolaan sampah agar lebih baik

4. Menggali potensi – potensi yang dapat dijadikan program pariwisata pilihan atau

tambahan dalam program paket wisata.

5. Mempertahankan pelayanan kepada wisatan yang dilakukan

6. Membuat Guest comment dan dilakukan analisis paling tidak enam bulan sekali

sehingga kualitas pelayanan kepada wisatawan selalu dapat dipertahankan dan

ditingkatkan

7. Koresponden dengan steak holder terutama travel agent tetap dijaga dan pro aktif

8. Agar alternatif strategi Pengembangan yang telah dirumuskan dalam penelitian

ini dapat dilaksanakan dengan skala prioritas disesuaikan situasi dan kondisi serta

kemampuan dana,
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2000, Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pe ngembangan Kualitas Hidup

SecaraBerkelanjutan (Jakarta: Proyek Agenda 21 Sektoral Kerjasama Kantor Menteri Negara

Lingkungan Hidup dan UNDP,

Adams, W.M.,1990, Green Development and Sustainability in the Word,London : Routledge

Arikunto,Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Rineka Cipta.Jakarta

Aronsson, Lars, 2000, The Development of Sustainable Tourism: London ,Continum

Baiquni, M, 2002 “Integrasi Ekonomi dan Ekologi dari Mimpi Menjadi Aksi,” dalam Wacana,

III, 12,

Becker, Egon, & T. Jahn (eds.),1999. Sustain-ability and The Social Sciences (New York:

UNESCO and SOI

Depbudpar, 2009, pengembangan pariwisata, jakarta

Derektorat Pemberdayaan Masyarakat depbudpar,2009 pengembangan inti rakyat, Jakarta

Fakih, Mansour, 2001, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi ,Yogyakarta: Pustaka

Pelajar dan Insist Press

Indriati, Etty,2001, Menulis Karya Ilmiah (artikel,Skripsi,Tesis dan desertasi, Gramedia Pustaka

Utama, jakarta

Wikepedia, 2011 pengembangan desa wisata

Geogle, 2011, PNPM mandiri

Garrod, Brian,2001 Local Partisipation in the Planning and Management of Eco Tourism : A

Rivised Model Approach ,Bristol : University of The West Of England


Hajar Ibnu S, 1999, Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan, Raja

Grafindo Prasada Jakarta

Mowfort,Martin & I, Munt,1998, Tourism and Sustainability New Tourism in the Word, London

: Routedge

Richard Sharpley, 2000, “Tourism and Sustainable Development : Exploring the Theorical

Divice” Journal of Sustainable Tourism, VIII (1-19)

Simamora.Bilson,2004, Panduan Riset Prilaku Konsumen, Gratmedia Pustaka Utama, Jakarta

Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project

Sugiyono, 200Metode Penelitian Bisnis, CV.alfa beta, Bandung

Suryabrata, Sumadi, 1983, Metode Penelitian, Raja Grafindo Prasada Jakarta

Timothy, DJ, 1999, “ Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia” dalam Annuals

Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta

Yaman, Amat Ramsa & A. Mohd, 2004, “Community Based Ecotourism: New Proportion for

Sustainable Development and environment Conservation in Malaysia” Journal of Applied

Sciences IV (4)

You might also like